36
BAB I PENDAHULUAN KASUS 1 Kebakaran… Kebakaran… Jeri, 23 tahun masuk ke UGD RS Arifin Ahmad dalam keadaan pingsan dan pakaian hangus terbakar. Ia dievakuasi oleh tim penolong dari lokasi kejadian. Kompor gas dirumahnya meledak dan menghanguskan bagian belakang rumah kosnya. Dokter segera memeriksa keadaan korban. Airway paten, frekuensi nafas 45 kali/menit, nadi cepat dan lemah, tekanan darah 80/45 mmHg, SaO 2 75%, kesadaran somnolen, tampak luka bakar dikedua lengan, dada, dagu dan bibir bawah. Dokter segera melakukan tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan menangani luka bakar pasien. STEP 1 - STEP 2 1. Apa tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan penangan luka bakar pasien? 2. Sudah derajat berapa luka bakar yang dialami pasien?

Makalah SOFI Kasus 2 Sem.7.1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vnb

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

KASUS 1

Kebakaran… Kebakaran…

Jeri, 23 tahun masuk ke UGD RS Arifin Ahmad dalam keadaan pingsan dan

pakaian hangus terbakar. Ia dievakuasi oleh tim penolong dari lokasi kejadian.

Kompor gas dirumahnya meledak dan menghanguskan bagian belakang rumah

kosnya. Dokter segera memeriksa keadaan korban.

Airway paten, frekuensi nafas 45 kali/menit, nadi cepat dan lemah, tekanan

darah 80/45 mmHg, SaO2 75%, kesadaran somnolen, tampak luka bakar dikedua

lengan, dada, dagu dan bibir bawah. Dokter segera melakukan tindakan gawat darurat

untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan menangani luka bakar pasien.

STEP 1

-

STEP 2

1. Apa tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan

penangan luka bakar pasien?

2. Sudah derajat berapa luka bakar yang dialami pasien?

3. Kenapa SaO2 menurun?

4. Pertolongan pertama apa yang diakukan untuk pasien luka bakar?

5. Kapan pasien luka bakar harus dirujuk?

6. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar?

7. Fase luka bakar?

8. Kapan kita memberikan cairan pada pasien luka bakar?

9. Komplikasi luka bakar?

10. Bagaimana prognosis pada kasus ini?

11. Bagaimana cara mendiagnosa pasien luka bakar?

12. Apa yang menyebabkan hipotensi?

13. Apa terdapat perbedaan penanganan awal pada pasien luka bakar dengan luka

yang lain?

14. Apa saja kriteria pada luka bakar?

STEP 3

1. LO

2. LO

3. LO

4. LO

5. LO

6. LO

7. a. Fase Akut

b. Fase Subakut

c. Fase Lanjut

8. LO

9. a. Trauma inhalasi

b. Keracunan Karbon

c. Shock

10. a. Tergantung derajat luka bakar

b. Luas permukaan

c. Daerah

d. Kesehatan penderita

e. Usia dan luas luka bakar

11. LO

12. LO

13. LO

14. a. Luka bakar ringan

b. Luka bakar sedang

c. Luka bakar berat

STEP 4

STEP 5

Mahasiswa harus mampu untuk menjelaskan luka bakar:

1. Definisi

2. Epidemiologi

a. Trauma inhalasi

b. Keracunan karbon

c. Shock

Klasifikasi

Komplikasi

a. Faseb. Derajatc. Kriteria

Prognnosis

Rujukan

Klasifikasi Klasifikasi

Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Epidemiologi

Etiologi

Definisi

Luka Bakar

3. Etiologi

4. Patofisiolgi

5. Manifestasi Klinis

6. Klasifikasi

a. Fase

b. Derajat

c. Kriteria

7. Penatalaksanaan

8. Pemeriksaan penunjang

9. Komplikasi

a. Trauma inhalasi

b. Keracunan karbon

c. Shock

10. Rujukan

11. Prognosis

BAB II

PEMBAHASAN2.1 DEFINISI

Luka bakar adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik

atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.

2.2 ETIOLOGI

Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis

penyebab, antara lain :

1. Luka bakar karena api

2. Luka bakar karena air panas

3. Luka bakar karena bahan kimia

4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi

5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.

6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas

7. Luka bakar karena ledakan bom.

2.3 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, 500 ribu orang dirawat di unit gawat darurat. 74 ribu

pasien perlu perawatan di rumah sakit akibat luka bakar. Lebih dari 20 ribu pasien

mengalami luka bakar yang sangat hebat sehingga memerlukan perawatan pada suatu

pusat perawatan khusus luka bakar. 12 ribu korban luka bakar akan meninggal karena

luka-luka nya.

Kelompok terbesar dengan luka bakar adalah anak-anak usia dibawah 6 tahun,

bahkan sebagian besar berusia 2 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka bakar

akibat kerja, yaitu pada usia 25-35 tahun. Kendatipun jumlah pasien lanjut usia

dengan luka bakar cukup kecil, tetapi kelompok ini sering kali memerlukan

perawatan pada fasilitas khusus luka bakar. Pada tahun-tahun terakhir ini, daya tahan

hidup dimana penderita dapat kembali pada keadaan sebelum cedera pada penderita

usia lanjut, memiliki perbaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan populasi

umum luka bakar lainnya.

Insiden luka bakar terutama terjadi pada pria, oleh Karena dominasi pekerja

pria pada industri berat dan kehidupan pria yang lebih beresiko. Cedera luka bakar

terutama melibatkan kelompok social ekonomi yang kurang beruntung. Pemakaian

alat-alat pemanas terbuka yang dapat dipindah-pindah, sistem listrik dan pemanas

yang tidak benar, kondisi hidup yang penuh sesak, dan tidak adanya alat pendeteksi

asap merupakan penyebab dari meningkatnya resiko pada luka bakar. Meskipun

sebagian besar pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit menyalahgunakan obat-

obat terlarang dan etanol, tidaklah diketahui apakah kebiasaan ini memudahkan

terbentuknya cedera termal. Peralatan minum rumah tangga yang mengandung etanol

merupakan resiko tinggi untuk terjadinya cedera luka bakar, oleh karena alat

demikian lebih mudah terbakar.

2.4 PATOFISIOLOGI

Respon inflamasi lokal dan sistemik terhadap luka bakar sangat kompleks,

sehingga baik kerusakan jaringan terbakar secara lokal dan efek sistemik terjadi pada

semua sistem organ lain yang jauh dari daerah terbakar itu sendiri. Meskipun

peradangan dimulai segera setelah terjadinya luka bakar, respon sistemik berlangsung

berkala, biasanya memuncak 5-7 hari setelah luka bakar. Sebagian besar perubahan

lokal dan tentu saja mayoritas perubahan luas disebabkan oleh mediator inflamasi.

Luka bakar yang menginisiasi reaksi inflamasi sistemik memproduksi racun

dan radikal oksigen dan akhirnya menyebabkan peroksidasi. Hubungan antara jumlah

produk dari metabolisme oksidatif dan pemulung alami dari radikal bebas

menentukan hasil kerusakan jaringan lokal dan jauh dan kegagalan organ lebih lanjut

dalam luka bakar. Jaringan terluka menginisiasi suatu inflammation induced

hyperdynamic, hipermetabolik yang dapat menyebabkan kegagalan organ progresif

yang parah.

Luka bakar mayor mengakibatkan trauma parah. Kebutuhan energi dapat

meningkat sebanyak 100% di atas pengeluaran energi istirahat (REE), tergantung

pada luas dan kedalaman cidera. Katabolisme protein berlebihan dan ekskresi

nitrogen urin meningkat seiring hipermetabolisme ini. Protein juga hilang melalui

luka bakar eksudat. Pasien luka bakar sangat rentan terhadap infeksi, dan secara nyata

meningkatkan kebutuhan energi dan protein. Karena pasien dengan luka bakar mayor

mungkin berkembang menjadi ileus dan anoreksia, dalam hal ini dukungan gizi

sangat diperlukan.

Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi

kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskuler karena hilangnya

atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari

compartment intravaskuler ke dalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap

dalam sirkulasi dan menyebakan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan

cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.

Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan

respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi

ileus paralitik, takikardi dan takipnea merupakan kompensasi untuk menurunkan

volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap luka jaringan dan

perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi

vasokonstriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguria.

Respon luka bakar juga akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan

menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital.

Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan

hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi

peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya

pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan

glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan luka

jaringan. Selain itu, kerusakan pada sel darah merah dan hemolisis menimbulkan

anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan

perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena

terfokus pada penyembuhan jaringan yang rusak.

Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada

saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan

hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan

cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk ke dalam sel dan kalium

keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam

intravaskuler.

Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap luka pada

anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah luka bakar :

Dalam 24 jam pertama

Luka bakar

Meningkatnya permeabilitas kapiler

Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi ke dalam

rongga interstisial : hipoproteinemia, hiponatremia, hiperkalemia

Hipovolemi

Syok

Mobilisasi kembali cairan setelah 24 jam

Edema jaringan yang terkena luka bakar

Compartment intravaskular

Hipervolemia, hipokalemia, hipernatremia

Sjamsuhidajat R. De jong W. 2005. Buku ajar ilmu bedah. –ed 2-. Jakarta :

EGC.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh

darah yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitasnya meningkat. Sel darah

yang ada didalam nya juga ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya

permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bulla yang mengandung

banyak elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume intravaskuler

berkurang.

Bila luka bakar lebih dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih

bias mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan

tanda yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,

tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-

pelan dan maksimum terjadi setelah 8 jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila terjadi luka di wajah, dapat

terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap panas yang terhisap.

Udem laring yang ditimbulkan dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan

gejala sesak nafas, takibnue, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap.

2.6 KLASIFIKASI

A. FASE

Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:

1. Fase awal, fase akut, fase syok

Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran

nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar

melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi

seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.

2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome

(SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal

ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase

pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis

luka)

3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.

Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,

kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau

struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama

B. DERAJAT

Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar

derajat I, II, atau III:

Derajat I

Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak

jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya

sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya

tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau

hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

Derajat II

Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih

terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.

Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat,

dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut,

luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa

gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena

perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar

derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan

penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-

thickness burn atau luka bakar derajat III.

Derajat III

Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau

jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang

dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan

kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai

justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit

yang memiliki persarafan sudah tidak intak.

C. KRITERIA

1. Luka bakar berat (major burn)

a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia

50 tahun

b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir

pertama

c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas

luka bakar

e. Luka bakar listrik tegangan tinggi

f. Disertai trauma lainnya

g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

2. Luka bakar sedang (moderate burn)

a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III

kurang dari 10 %

b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >

40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak

mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

3. Luka bakar ringan

a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,

tangan, kaki, dan perineum

LUAS LUKA BAKAR

Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan

kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma

inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.

Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC.

Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka

bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu

jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan

viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya

cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang

hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju

metabolik dan energi metabolisme.

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya

meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar

dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat

untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas

telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar

hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.

Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,

punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri,

paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri

masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu

menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak

jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan

luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan

rumus 10-15-20 untuk anak.

Metode Lund dan Browder

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di

kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas

permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas

permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan

dengan usia:

o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%.

Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.

o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap

tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai

nilai dewasa.

2.7 PENATALAKSANAAN

Prinsip evakuasi korban kebakaran

Pertolongan pertama:

1. Jauhkan dari sumber trauma:

Api dipadamkan

Kulit yang panas disiram air

Bahan kimia disiram air mengalir

Cara mematikan api yaitu penderita dibaringkan dan ditutup kain basah atau

berguling-guling.

2. Bebaskan jalan nafas:

Buka baju

Lender dihisap

Trakeostomi dilakukan bila ada keraguan akan jalan nafas

3. Perbaiki pernafasan (resusitasi pernafasan)

4. Perbaiki sirkulasi (pasang infus NaCl/RL)

5. Terbakar diruangan tertutup, curiga keracunan Co berikan O2 murni

6. Trauma asam/basa bilas dengan air terus menerus

7. Baju, alas dan penutup luka atau tubuh diganti dengan yang steril

Tindakan sebelum kerumah sakit untuk melindungi diri:

1. Isolasi luka dari sekitarnya

2. Jaga luka agar tidak terjadi dehidrasi

3. Jaga luka agar dalam keadaan istirahat

Primary Survey:

a. Airway

Perhatikan adanya riwayat terkurung api atau tanda-tanda trauma

nafas, periksa jalan nafas dan tindakan pemasangan jalan nafas

definitif

Trauma bakar faring, edema hebat jalan nafas bagian atas kemudian

bebaskan segera jalan nafas

Manifestasi trauma inhalasi muncul perlahan-lahan dan belum

tampakdalam 24 jam pertama, jika dibiarkan atau menunggu

mengakibatkan edema jalan nafas jika intubasi sulit dilakukan maka

dilkukan untuk pemasangan pipa endotrakeal.

b. Breathing

Penangan awal didasarkan atas tanda dan gejala yang ada, yang timbul akibat

trauma sebagai berikut :

Trauma bakar langsung Edema dan obstruksi jalan nafas bagian atas

Inhalasi hasil pembakaran (partikel karbon) dan asap beracun

Trakheobronkhilitis kimiawi, edema, dan pneumonia

Keracunan karbon monoksida (Co) berikan O2 konsentasi tinggi

Sebelum intubasi :

Beri oksigen dengan pelembab

Luka bakar dengan trauma jalan nafas: Bronkhoskopi

Analisa gas darah mengetahui fungsi paru

Pengukuran kadar karboksihemoglobin

c. Volume sirkulasi darah

Pengukuran produksi urin tiap jam

Pemberian cairan cukup dapat mempertahankan produksi urin 1,0

ml/kg BB/Jam pada anak-anak dengan BB 30 kg atau kurang dan 0,5-

1,0 ml/ kg BB/ jam pada orang dewasa.

Pada 24 jam pertama derajat II dan III RL 2-4 ml/kg BB tiap persen

lukabakar untuk pertahankan volume darah sirkulasi dan fungsi ginjal

separuh cairan diberikan 8 jam pertama setelah trauma, separuhnya

diberikan dalam waktu 16 jam berikutnya.

EKG perlu dibuang untuk menentukan gangguan irama jantung tanda

awal hipoksia, gangguan elektrolit dan keseeimbangan asam-basa.

Secondary survey:

1. Pemeriksaan fisik

Tentukan luas dan dalamnya luka bakar

Pemeriksaan jika ada cidera penyerta

Timbang BB

2. Dokumentasi

3. Pemeriksaan penunjang

4. Sirkulasi perifer pada luka bakar melingkar pada ekstremitas

Lepas seluruh perhiasan

Nilai keadaan sirkulasi distal (sianosis, penurunan pengisian kapiker

atau gangguan neurologis, denyut nadi perifer periksa dengan

Doppler flowmeter

Bila ada gangguan sirkulasi lakukan eskarotomi

Fisotomi untuk perbaiki sirkulasi dengan fraktur, crush injury, trauma

listrik tegangan tinggi, luka bakar yang mengenai jaringan dibawah

facia

5. Pemasangan pipa lambung

6. Narkotika, analgetik dan sedative

7. Perawatan luka

8. Pemberian anti tetanus

Pertolongaan korban kebakaran di lokasi kejadian:

Hentikan penyebab matikan sumber api

Periksa nafas dan pernafasan

Singkirkan benda-benda yang ikut panas (pakaian,cincin, arloji,perhiasan)

Bagi korban yang tidak sadar lakukan perawatan, atasi perdarahan, bersihkan

luka dengan air biasa atau dicuci dibawah air mengalir

Cari bantuan medis apabila bantuan medis lama datangnya tutupi luka yang

sudah dingin dengan kassa atau kain lembab jangan pkai kapas atau kain yang

berbulu. Jangan lepaskan kain yang melekat pada luka bakar

Jika memungkinkan sambil menunggu bantuan medis tinggikan bagian yang

terluka atau pindahkan ketempat yang lebih nyaman

Beri korban minum jika korban dalam keadaan sadar

Pertolongan korban kebakaran di UGD (penanganan luka):

1. Pencucian dengan larutan detergen encer

2. Kulit compang-camping dibuang

3. Bila lika utuh >5 cm cairan dihisap, < 5 cc dibiarkan

4. Lika dikeringkan, diolesi mercurochrome/ silver sulfa diazine

5. Pasien dipindahkan keruangan steril

Perawatan diruangan:

1. Perawatan terbuka dengan krem SSD, merupakan obat yang dapat menembus

ester

2. Mandi 2 x sehari dengan air mengalir

3. Eskarotomidilakukan bila ada penekanan saraf atau pembuluh darah

4. Skin Graff dilakukan setelah mulai ada granulasi

Pemberian antibiotic:

1. Disesuaikan dengan epidemiologi kuman di ruangan

2. Pemberian selanjutnya disesuaikan dengan hasil kultur

Pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan darah lengkap

2. Golongan darah

3. Crossmatch

4. Kadar karboksi Hb

5. Gula darah

6. Elektrolit

7. Darah atreri, analisa gas darah

8. Pemeriksaan foto thoraks

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:

1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah

2. Urinalisis

3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit

4. Analisis gas darah

5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS

6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan

MODS

2.9 KOMPLIKASI

A. TRAUMA INHALASI

Luka bakar dengan trauma inhalasi :

Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)

Luka bakar mengenai daerah muka / wajah

Dapat merusak mukosa jalan napas

Edema laring hambatan jalan napas.

Gejala :

Sesak napas

Takipnea

Stridor

Suara serak

Dahak berwarna gelap (jelaga)

Hati – hati kasus trauma inhalasi mematikan

Mekanisme kerusakan saluran napas:

1. Trauma panas langsung

Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti

jelaga dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada

percabangan trakeobronkial.

2. Keracunan asap yang toksik

Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi

terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida,

nitrogen klorida, akreolin iritasi dan bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi

jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis dan edema.

B. Intoksikasi karbon monoksida (CO)

Intoksikasi CO adalah hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas

cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di

banding dengan O2) CO akan memisahkan O2 dari Hb maka terjadi hipoksia

jaringan. Peningkatan kadar karboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk

evaluasi berat / ringannya intoksikasi CO.

C. SYOK

Syok merupakan suatu keadaan patofisiologik dinamik yang

mengakibatkan hipoksia jaringan. Jenis syok sebagai berikut :

a. Syok neurogenik

Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang

mengakibatkan vasodilatasi menyeluruh di regio splanknikus, sehingga

perdarahan otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh

suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri. Penderita merasa

pusing dan biasanya jatuh pingsan. Denyut nadi lambat tapi umumnya

cukup besar dan berisi.

b. Syok hipovolemik

Syok hipovolemik disebabkan oleh perdarahan yang terlihat atau yang

tidak terlihat. Perdarahan yang terlihat misalnya perdarahan dari luka atau

hematemesis dari tukak lambung. Perdarahan yang tidak tampak

misalnya perdarahan dari saluran cerna seperti tukak duodenum, cedera

limpa, kehamilan diluar uterus dan patah tulang pelvis.

c. Syok kardiogenik

Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan faal pompa jantung yang

mengakibatkan curah jantung menjadi kecil atau berhenti sama sekali.

d. Syok septik

Syok septik disebabkan oleh septikimia. Infeksi sistemik ini biasanya

timbul karena kuman gram negatif yang menyebabkan kolaps

kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan

vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer.

Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan

hipovolemia relatif sedangkan peningkatan permeabilitas

kapilermenyebabkan kehilangan cairan intravaskuler yang terlihat sebagai

udem.

e. Syok anafilaktik

Sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan intravena seperti

antibiotik atau media kontras. Sengatan seranggan seperti lebah juga

dapat menimbulkan syok pada orang yang rentan.

2.10 RUJUKAN

Menurut American burn association, luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka

bakar adalah :

1. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh pada usia

kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.

2. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% diluar usia tersebut.

3. Luka bakar derajat II dan III yang mengenai daerah wajah, mata, telinga,

tangan, kaki, genitalia atau perineum dan kulit sendi-sendi utama.

4. Luka bakar derajat III lebih dari 5% luas permukaan tubuh.

5. Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir ( kerusakan jaringan bawah kulit

hebat dan menyebabkan gagal ginjal akut dan komplikasi lain).

6. Luka bekas kimia.

7. Trauma inhalasi.

8. Luka bakar pada pasien yang karena penyakit yang dideritanya dapat

mempersulit penanganan, memperpanjang memulihan, atau dapat

mengakibatkan kematian.

9. Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan

mortalitas, ditangani dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka

bakar.

10. Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan

peralatan yang memadai, dirujuk ke pusat luka bakar.

11. Pasien luka bakar yang memerlukan penanganan khusus seperti masalah

social, emosional atau yang rehabilitasinya lama , termasuk adanya tindakan

kekerasan pada anak atau anak yang ditelantarkan.

2.11 PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada :

1. Tergantung derajat luka bakar

2. Luas permukaan

3. Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit

perawatan dan mudah kontraktur

4. Keadaan kesehatan penderita

5. Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada

luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis,

serta parut hipertrofik dan kontraktur.

6. Usia dengan luas bakar

Persentase kematian dihitung dengan R_Baux :

Rumus : Umur + Persentase luas luka bakar

No R_Baux Death %

1 10-20 0

2 20-30 0

3 30-40 0

4 40-50 0

5 50-60 2.90

6 60-70 16.67

7 70-80 47.83

8 80-90 82.35

9 90-100 76.92

10 100-110 100

11 110-120 100

12 120-130 100

BAB III

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA