Upload
vhievhien-selfima
View
53
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teling hidung tenggorok
Citation preview
LAPORAN KASUS I
Otitis Media Akut Stadium Perforasi Dextra
Oleh :
Nama : Putri Krishna Kumara Dewi
NIM : H1A 007 050
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media supuratif akut atau otitis
media akut (OMA) merupakan bentuk akut dari otitis media supuratif, yang dapat
berkembang menjadi OMSK bila tidak diterapi dengan baik. Otitis media akut (OMA)
terjadi akibat faktor pertahanan tubuh yang terganggu. Sumbatan tuba Eustachius
merupakan faktor penyebab terjadinya OMA. Fungsi tuba sebagai barrier masuknya
mikroba ke telinga tengah menjadi terganggu akibat adanya sumbatan tuba. Infeksi
saluran napas atas merupakan faktor pencetus terjadinya gangguan pada tuba. Makin
sering seseorang terutama anak-anak mengalami infeksi saluran napas atas, makin besar
kemungkinannya orang tersebut mengalami OMA (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk,
2007).
Bakteri penyebab OMA yang utama adalah Streptokokus hemolitikus,
Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Selain itu kadang juga dapat disebabkan oleh
Hemofilus influenza, Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris,
dan Pseudomonas aurugenosa. Perubahan telinga tengah sebagai akibat infeksi dibagi
atas 5 stadium berdasarkan gambaran membran timpani yang tampak dari luar: (1)
stadium oklusi tuba yang ditandai adanya retraksi membran timpani akibat tekanan
negatif dalam telinga tengah; (2) stadium hiperemis, yang ditandai adanya edema,
hiperemia, dan pelebaran pembuluh darah pada membran timpani; (3) stadium supurasi,
yaitu terbentuknya eksudat yang purulen di dalam telinga tengah, menyebabkan bulging
membran timpani, dan nyeri di telinga bertambah berat; (4) Stadium perforasi yang
terlihat dengan adanya ruptur membran timpani dan nanah mengalir ke telinga luar; (5)
stadium resolusi yaitu bila keadaan telinga tengah kembali normal dan perforasi
membran timpani tertutup. Bila pada stadium resolusi penyembuhan tidak berjalan
dengan baik, maka perforasi bisa menetap dengan sekret yang mengalir terus atau
menghilang, berkembang menjadi OMSK (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007) .
Pada laporan kasus ini penulis akan menjabarkan mengenai kasus OMA Dextra
Stadium Perforasi yang ditemukan di Poliklinik THT RSU NTB pada tanggal 7
Oktober 2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Telinga Tengah
Anatomi Telinga
Gambar 1. Anatomi telinga
Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga
terdiri atas 3 bagian yaitu (Graaf, 2001):
1. Telinga luar
2. Telinga tengah dan
3. Telinga dalam
Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak
di bagian petrosum tulang pendengaran. Telinga tengah berbentuk kubus dengan
(Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007):
Batas luar: membran timpani
Batas depan: Tuba Eustachius
Batas bawah: Vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas: tegmen timpani (meningen/ otak)
Batas dalam: Berturut- turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar dan promontorium.
1. Membran timpani. Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di
dalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian
anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris
bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan periosteum (Seeley, 2004).
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida
(membran Sharpnell) sedangkan bagian bawah disebut pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran pernafasan. Pars tensa memiliki satu lapisan lagi di tengah yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara
radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam (Djaafar dkk dalam Soepardi
dkk, 2007) .
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah
bawah, yaitu pada pukul 5 untuk membran timpani kanan, sementara membran
timpani kiri pada arah jam 7. Refleks cahaya adalah cahaya dari luar yang
dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat dua serabut
yaitu sirkuler dan radier sehingga menyebabkan timbulnya refleks cahaya (Djaafar
dkk dalam Soepardi dkk, 2007) .
Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagian/kuadran:
Atas-depan
Atas-belakang
Bawah depan
Bawah belakang
2. Tulang pendengaran yaitu tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini
merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat
pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di
atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval
(fenestra ovalis) pada dinding dalam (Seeley, 2004).
3. Terdapat 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot-
otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi
tinggi.
a. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonnya
berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah
tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke
lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus.
b. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam
dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes.
4. Dua buah tingkap.
Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes,
memisahkan rongga timpani dari perilimf e dalam skal a vestibuli koklea . Oleh
karenanya getaran-getaran membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-
tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam. Untuk menjaga keseimbangan
tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman yang terletak
dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan
diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra
rotundum). Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala
timpani koklea (Seeley, 2004).
5. Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings
lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya
saling berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat,
selapis silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding
tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga
telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran timpani
menjadi seimbang (Seeley, 2004).
II. Otitis Media Akut
Otitis Media
1. Definisi
Djafaar dkk dalam Buku Ajar THT-KL mendefinisikan otitis media sebagai
peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan
sel-sel mastoid.
2. Epidemiologi
Faktor-faktor yang mempenfaruhi angka kejadian otitis media yaitu usia, jenis
kelamin, ras, latar belakang genetik, status sosioekonomi, jenis susu saat bayi, derajat
paparan terhadap rokok, ada tidaknya alergi pada sistem respirasi, musim, dan status
vaksinasi pneumokokus .
3. Patogenesis
Gangguan tuba
Etiologi:
Perubahan tekanan udara
tiba-tiba
Alergi
Infeksi
Sumbatan: sekret, tampon, tumor
Gangguan tuba
Etiologi:
Perubahan tekanan udara
tiba-tiba
Alergi
Infeksi
Sumbatan: sekret, tampon, tumor
Tekanan negative telinga tengah
Tekanan negative telinga tengah Efusi Efusi
Sembuh/normalSembuh/normal
Fungsi tuba tetap terganggu
Infeksi (-)
Fungsi tuba tetap terganggu
Infeksi (-)
OME (otitis media efusi)
OME (otitis media efusi)Fungsi tuba
tetap terganggu
Infeksi (+)
Fungsi tuba tetap terganggu
Infeksi (+)
OMA (otitis media akut)OMA (otitis media akut)
Sembuh Sembuh OMEOME OMSK (otitis media supuratif kronik)
OMSK (otitis media supuratif kronik)
Otitis Media Akut
a. Factor pencetus terjadinya otitis media akut menurut Djafaar dkk.:
Terganggunya factor pertahanan tubuh, yaitu terganggunya silia pada mukosa
tuba Eustachius
Sumbatan tuba Eustachius
Infeksi saluran napas atas, semakin sering terkena ISPA maka makin besar
kemungkinan anak mengalami OMA.
Pada anak anatomi tuba Eustachius juga terlibat mempermudah terjadinya
OMA.
Bakteri piogenik merupakan penyebab utama OMA (otitis media akut), seperti
Streptococcus haemolyticus, Stafilococcus aureus, pneumakokus. Kadang- kadang
Haemophylus influenza ditemukan juga.
b. Djafaar dkk. Membagi OMA dalam beberapa 5 stadium (Djaafar dkk dalam
Soepardi dkk, 2007) :
Stadium
Oklusi Tuba
Eustachius
- Retraksi membran timpani karena adanya tekanan negatif di
telinga tengah akibat absorpsi udara.
- kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat
- efusi tidak dapat dideteksi
- stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa karena virus
atau alergi
stadium
hiperemis (pre-
supurasi)
- Pelebaran pembuluh darah di membran timpani tampak
hiperemis dan edem
- Terbentuk sekret yang mungkin bersifat eksudat serosa sukar
terlihat
stadium
supurasi
- Edema hebat pada mukosa telinga tengah, sel epitel superfisialis
hancur, terbentuk eksudat purulen di kavum timpani membran
timpani menonjol ke arah telinga luar
- Pasien terlihat sangat sakit, peningkatan nadi dan suhu,
pertambahan nyeri telinga
- Jika tekanan di kavum tidak berkurang karena tekanan nanah
iskemik, tromboflebitis pada vena-vena kecil, nekrosis mukosa dan
submukosa daerah ini tampak kekuningan dan lebih lembek
akan terjadi rupture
stadium
perforasi
- Ruptur membran timpani sekret mengalir ke liang telinga luar
Anak menjadi tenang dan dapat tidur nyenyak
stadium
resolusi
- Bila membran timpani tetap utuh akan kembali normal secara
perlahan-lahan
- Dapat terjadi tanpa pengobatan bila daya tahan tubuh baik atau
virulensi kuman rendah
- Bila peeforasi menetap dan sekret keluar terus-menerus atau hilang
timbul OMSK
- Bila skret menetap dalam kavum timpani dan tidak terjadi perforasi
OM serosa
c. Gejala Klinik OMA
Tergantung pada stadium penyakit dan usia pasien
Pada bayi: suhu tinggi mencapai 39,5˚C (pada stadium supurasi),
gelisah, sukar tidur
Pada anak yang sudah dapat berbicara: nyeri di dalam telinga dan
demam, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya
Pada anak yang lebih besar atau dewasa: nyeri di dalam telinga, rasa
penuh di telinga, rasa kurang dengar
Tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang, dan
kadang memegang telinga yang sakit
e. Terapi
Tergantung pada stadium penyakitnya (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007):
Stadium
oklusi
o Tujuan: membuka tuba tekanan negatif telinga tengah hilang
o Diberi obat tetes hidung : HCl efedrin 0,5% dalam larutan
fisiologik (<12 tahun), atau HCl efedrin 1% dalam larutan
fisiologik (>12 tahun, dan dewasa)
o Obati sumber infeksi
Stadium
presupurasi
o Antibiotik (minimal selama 7 hari) : golongan penicilin (lini
pertama) (awalnya diberikan secara IM sehingga didapat
konsentrasi yang adekuat dalam darah tidak terjadi
mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala
sisa, maupun kekambuhan).
Jika alergi pensilin, beri eritromisin.
Dosis ampisilin anak: 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis
Atau amoksisilin (anak) 40 mg/kgBB/hari daibagi dalam 3
dosis
Atau eritromisin (anak) 40 mg/kgBB/hari
o Obat tetes hidung
o Analgetika
Stadium
supurasi
o Antibiotika
o Miringotomi (bila membran timpani masih utuh): dapat
menghindari ruptur, gejala klinis lebih cepat hilang
o Miringotomi ialah tindakan incisi pada pars tensa membran
timpani agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke
telinga luar
o Miringotomi memiliki banyak komplikasi (ex. Perdarahan,
trauma pada n. Facialis) tidak perlu dilakukan bila terapi
antibiotik yang adekuat dapat diberikan
Stadium
perforasi
o Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik
yang adekuat
o Biasanya Dalam 7-10 hari sekret akan hilang dan perforasi
dapat menutup kembali
Jika tidak
terjadi
resolusi
o Lanjutkan antibiotik hingga 3 minggu jika sekret masih
tetap banyak mungkin terjadi mastoiditis
Jika sekret terus keluar >3 minggu otitis media supuratif
subakut
Jika perforasi menetap dan sekret terus keluar >1,5-2 bulan
otitis media supuratif kronik (OMSK)
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Tn. “MJ”
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : BTN Perampuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Tanggal Pemeriksaan : 7 Oktober 2011
ANAMNESIS
Keluhan utama:
Keluar cairan seperti nanah kental dari telinga kanan
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke poliklinik THT RSU Provinsi NTB dengan keluhan keluar cairan
seperti nanah dari telinga kanan sejak 4 hari lalu. Pada awalnya, sekitar 2 minggu
lalu terdapat keluhan rasa penuh pada telinga kanan. Beberapa hari kemudian
(pasien tidak ingat persisnya berapa hari) pasien mendengar suara seperti air
terkocok di dalam telinga kanan. Kemudian muncul rasa sakit di telinga kanan, dan
4 hari sebelum memeriksakan diri keluar cairan seperti nanah dari liang telinga
kanan. Riwayat batuk pilek (+) sejak 1 minggu sebelum rasa penuh di telinga
muncul. Sekret hidung awalnya cair dan bening, namun 4 hari kemudian berubah
warna menjadi kuning keruh disertai batuk berdahak dengan dahak berwarna kuning
keruh. Saat pemeriksaan sudah tidak terdapat keluhan batuk-pilek lagi. Terdapat
riwayat demam pada pasien, namun pada saat pemeriksaan sudah tidak dirasakan
lagi.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah menderita keluhan yang sama seperti ini sebelumnya. Tidak
ada riwayat keluar cairan dari dalam telinga kiri maupun kanan.
Riwayat penyakit keluarga/sosial:
Pasien mengaku tertular batuk dan pilek dari tetangga kos, namun tetangga kosnya
tidak memiliki keluhan telinga.
Riwayat pengobatan: -
Riwayat alergi:
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan, tidak pernah
meler dan bersin-bersin saat terkena debu atau dingin.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tensi : 125/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37⁰C
Status Lokalis
Pemeriksaan telinga
No. Pemeriksaan
Telinga
Telinga kanan Telinga kiri
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma (-),
nyeri tarik aurikula (-)
Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma (-),
nyeri tarik aurikula (-)
3. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (+)
di sekitar membran timpani,
furunkel (-), edema (-),
otorhea (+, aktif
Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-),
otorhea (-)Hiperemis
sekret
mukopurulen)
4. Membran timpani Retraksi (-), bulging (+),
hiperemi (+), edema (+),
perforasi (+, sentral postero-
superior), cone of light (-)
Retraksi (-), bulging (-),
hiperemi (-), edema (-),
perforasi (-), cone of light (+)
Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri
Hidung luar Bentuk (normal), hiperemi
(-), nyeri tekan (-),
deformitas (-)
Bentuk (normal), hiperemi
(-), nyeri tekan (-),
deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), mukosa
pucat (-), hiperemia (-)
Bentuk (normal), mukosa
pucat (-), hiperemia (-)
Meatus nasi media Mukosa normal, sekret (-),
massa berwara putih
mengkilat (-).
Mukosa normal, sekret (-),
massa berwara putih
mengkilat (-).
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi
(-)
Edema (-), mukosa
hiperemi (-)
Perforasi dgn sekret aktif
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-),
ulkus (-)
Deviasi (-), perdarahan (-),
ulkus (-)
Pemeriksaan Tenggorokan
Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)
Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda
Geligi Normal
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-),
sekret (-)
Tonsila palatine Kanan Kiri
T1 T1
Fossa Tonsillaris
dan Arkus Faringeus
hiperemi (-) hiperemi (-)
DIAGNOSIS
Otitis Media Akut Stadium Perforasi Dextra
DIAGNOSIS BANDING
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Kultur sekret telinga kanan
RENCANA TERAPI
Medikamentosa
Antibiotik sistemik :
Amoxicillin 3 x 500 mg (7 hari).
Analgetik :
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Nasal Dekongestan
Tablet pseudoefedrine HCL oral 3 x 60 mg selama 3-4 hari
KIE pasien
Pasien dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-
ngorek liang telinga.
Antibiotik harus diminum sampai habis walaupun gejala sudah hilang, agar
penyembuhan berlangsung baik dan tidak terjadi komplikasi.
Untuk sementara, telinga kanan jangan dulu terkena air. Bila mandi telinga
kanan ditutup dengan kapas.
Menjaga higiene mulut agar tidak terjadi tonsilitis berulang.
Datang kembali untuk kontrol setelah 1 minggu, untuk melihat perkembangan
peyembuhan pada perforasi membran timpani.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosis Otitis Media Akut Stasium Perforasi didapatkan melalui hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik telinga yang dilakukan. Pada anamnesis, tergambar
jelas mengenai etiologi dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis adanya riwayat
batuk-pilek dengan sekret kuning keruh sebelum keluhan telinga muncul menunjukkan
penyebab terjadinya infeksi pada telinga tengah. Infeksi pada hidung dan tenggorokan
dapat menyebabkan gangguan tuba auditiva yang selanjutnya menyebabkan tekanan
negatif pada telinga tengah, bermanifestasi sebagai rasa penuh pada telinga yang
dirasakan pasien. Sumbatan tuba yang terus berlanjut menyebabkan hipersekresi sel
goblet pada mukosa telinga tengah. Sekret merupakan media pertumbuhan bakteri yang
baik, sehingga kemudian timbul proses infeksi pada telinga tengah. Hipersekresi dan
infeksi telinga tengah bermanifestasi sebagai suara air terkocok yang didengar pasien
pada telinga kanannya, dan rasa nyeri pada telinga akibat proses inflamasi. Hasil
anamnesis menunjukkan proses perjalanan penyakit yang sesuai dengan perjalanan
penyakit pada OMA mulai dari stadium oklusi tuba, stadium hiperemis, stadium
supurasi dan stadium perforasi saat pasien datang berobat ke Poliklinik.
Pemeriksaan fisik telinga mengkonfirmasi adanya proses inflamasi akibat infeksi
pada telinga tengah. Tampak sekret mukopurulen pada liang telinga kanan, dengan
daerah hiperemis pada MAE dekat membran timpani. Membran timpani tampak
hiperemis, edema, bulging, dengan pelebaran pembuluh darah pada membran timpani.
Pada membran timpani juga erlihat perforasi pada postero-superior pars tensa dengan
sekret yang aktif keluar melalui lubang perforasi. Walaupun telah terjadi perforasi pada
membran timpani pasien, membran timpani yang bulging masih tampak. Hal ini
disebabkan karena masih banyak terdapat sekret di dalam telinga tengah dan perforasi
sangat kecil sehingga sekret hanya dapat keluar sedikit demi sedikit, pada titik perforasi
juga tampak mukosa yang edema menonjol keluar dan menutupi perforasi. Dengan
keadaan ini, penekanan membran timpani oleh sekret yang menyebabkan tampakan
bulging masih terjadi.
Harus dibedakan antara OMA dan OMSK. Riwayat keluhan telinga yang baru
terjadi selama 10 hari dengan sekret keluar mulai 4 hari lalu, menunjukkan adanya
proses akut pada telinga. Pasien juga mengaku sebelumnya tidak pernah keluar cairan
dari telinga kanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lubang perforasi sentral kecil
tunggal, tidak terdapat penipisan pada bagian lain membran timpani.
Penanganan ditujukan pada eradikasi infeksi dan simtomatis untuk mengurangi
gejala yang dirasakan pasien. Eradikasi infeksi pada OMA harus adekuat sehingga
infeksi tidak menetap dan berubah menjadi OMSK. Terapi lini pertama diberikan pada
pasien ini berupa antibiotik spektrum luas Amoxicillin selama 7 hari, dan Asam
Mefenamat 500 mg 3x1 diminum bila perlu sebagai analgetik. Pasien diminta kembali
lagi untuk kontrol setelah 7 hari untuk melihat perkembangan terutama penutupan pada
perforasi membran timpani. Dekongestan nasal topikal digunakan untuk mengurangi
sumbatan pada tuba Eustachius, sehingga drainase sekret lebih lancar dan fungsi
fisiologis proteksi tuba kembali normal. Pseudoefedrin HCl dipilih dalam bentuk tablet
oral untuk meringankan sumbatan pada rongga hidung bagian posterior atar tuba
Eustachius agar fungsi normal tuba kembali normal. Sediaan murni pseudoefedrine HCl
tidak ada, karena itu digunakan sediaan tablet yang ada di pasaran, yang dicampur
dengan antihistamin H1, digunakan selama 3 hari untuk menghindari efek samping
berupa penurunan produksi sekret.
Kontrol diperlukan untuk menilai terapi telah adekuat atau belum, agar dapat
mencegah perkembangan penyakit menjadi OMSK. Antibiotik oral diberikan pada
pasien ini untuk menjamin adekuasi terapi. Tetes telinga tidak diberikan karena
perforasi yang ada masih sangat kecil dan sekret masih aktif mengalir keluar sehingga
antibiotik tidak akan sampai ke telinga tengah dan tidak dapat bekerja dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Graaff, v D. 2001. Van De Graaff Human Anatomy 6th Ed. The McGraw−Hill
Companies, New York.
Seeley, Stephens, Tate. 2004. Anatomy and Physiology, Ch 15 The Special Senses 6th
Ed. The McGraw−Hill Companies, New York
Soepardi EA, Iskandar HN, editor. 2001, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Edisi kelima. Jakarta: Balai penerbit FKUI