Upload
vinda-astri-permatasari
View
98
Download
23
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DI BANGUNTAPAN BANTUL Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa II
Citation preview
LAPORAN HOME VISIT PADA Nn LA DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM AGAMA DAN
CURIGA DI BANGUNTAPAN BANTUL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa II
Disusun oleh:
Tri Erawati Lafrana
P07120112078
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN2014
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HOME VISIT PADA Nn LA DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM AGAMA DAN
CURIGA DI BANGUNTAPAN BANTUL
Disusun Oleh :
Tri Erawati Lafrana
P07120112078
Telah disahkan pada,
Hari, tanggal : ……………………………………..
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidikan,
Mufit Dewi W., S.ST Sarka Ade S., SIP, S.kep, M.A
BAB I
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-
Spritual yang komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga dan
komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan
keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan,
pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial. Untuk memajukan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa pada masyarakat maka perlu
adanya kerjasama antara petugas kesehatan dan anggota keluarga klien yang
sedang berobat jalan, untuk itu maka keluarga perlu diikutsertakan dalam
program perawatan klien baik di rumah maupun di rumah sakit. Hal ini sangat
penting bahwa klien yang mengalami gangguan mental tidak selamanya harus
dirawat di rumah sakit jiwa.
Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah halusinasi. Halusinasi
merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi
yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
agak sempurna. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari
setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang
menyenangkan misalnya bersifat tiduran (Nasution, 2003).
Jumlah penderita schizophrenia di Indonesia adalah tiga sampai lima
per 1000 penduduk. Mayoritas penderita berada di kota besar. Ini terkait
dengan tingginya stress yang muncul di daerah perkotaan. Dari hasil survey di
rumah sakit di Indonesia, ada 0,5-1,5 perseribu penduduk mengalami
gangguan jiwa (Hawari 2009, dikutip dari Chaery 2009). Pada penderita
skizophrenia 70% diantaranya adalah penderita halusinasi (Marlindawany
dkk., 2008).
Penderita halusinasi tidak hanya butuh perawatan ketika di rumah sakit
saja, tetapi perlu perawatan selama di rumah. Hal ini agar halusinasi klien
yang sudah terkontrol di rumah sakit tidak kambuh. Untuk bisa melakukan
perawatan di rumah peran serta keluarga sangatkan dibutuhkan karena
keluargalah yang ada di sekitar pasien selama di rumah. Keluarga sebagai
orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung utama dalam
memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada dirumah. Oleh
karena itu keluarga memiliki peran penting didalam upaya pencegahan
kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas, maka
keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga.
Dalam hal ini peran serta keluarga dituntut mengoptimalkan klien untuk
mandiri, meningkatkan pemenuhan hidup sehari-hari, memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi kepada klien. Keluarga harus mampu
memberdayakan seluruh anggotanya dalam merawat klien secara
komprehensif di rumah, untuk itu dilakukan home visite atau kunjungan
rumah.
II. Pengkajian
Keluarga Nn LA adalah keluarga yang termasuk ekonominya menengah
kebawah. Keluarga klien terdiri dari kedua orang tuanya dan kedua saudara
kandungnya (keduanya adalah adik dari Nn LA). Nn LA tinggal bersama
keluarganya tersebut. Ayahnya bekerja sebagai sopir dan ibunya bekerja
sebagai penjual lotek di rumahnya.
Setelah lulus SMA Nn LA mempunyai cita-cita ingin menjadi bidan,
namun karena keadaan ekonomi keluarga, sehingga keluarga tidak mampu
menyekolahkannya. Sehingga Nn LA setelah lulus SMA bekerja di sebuah
swalayan. Seiring dengan itu Nn LA mencari informasi lain dan ia tertarik
untuk menjadi TKI di Malaysia. Ia pun ngotot ingin menjadi TKI di Malaysia.
Setelah diselidiki oleh sang ayah, ternyata PT tersebut bukan dibawah
depnaker sehingga ayahnya tidak memperbolehkan menjadi TKI. Tak
beberapa lama kemudian handphone Nn LA juga hilang. Setelah kejadian itu
Nn LA sering menangis sendiri, bicara ngelantur, tidak mau makan dan minum
(menganggap itu puasa), merasa diikuti macan putih.
Kemudian keluarga memeriksaan Nn LA dan mendapat terapi rawat jalan.
Selama 10 hari di rumah klien merasa dirinya sudah tidak sakit, sehingga ia
putus obat 1 hari. Setelah itu klien dibawa kembali ke RSJ Grhasia dan
mendapat terapi rawat inap sampai sekarang.
Keadaan klien terakhir saat ini sudah cukup membaik namun terkadang
bicara ngelantur mengenai waham agama dan curiga (klien sering bercerita
bahwa ia melakukan ibadah yang tiada henti, tidak suka orang yang tidak
islam, dan klien juga sering bicara bahwa dirinya tidak sakit namun hanya
diguna-guna orang yang sirik kepadanya).
Keluarga klien tidak tahu mengenai keadaan klien dan sebelumnya belum
pernah mendapat informasi mengenai penyakit yang diderita klien. Karena
sebelumnya klien baik baik saja tidak pernah mengalami sakit jiwa. Keluarga
klien juga mengatakan bahwa klien merupakan tipe kepribadian yang tertutup,
bicara seperlunya, tidak pernah bercerita kepada keluarga.
A. Faktor predisposisi (Predispocing factors)
1. Riwayat kesehatan
Keluarga mengatakan klien tidak ada riwayat gangguan jiwa
sebelumnya. Di keluarganya juga tidak ada yang mengalami gangguan
seperti klien. Sepuluh hari sebelum masuk RSJ Grhasia klien menjalani
rawat jalan namun klien putus obat satu hari karena merasa dirinya
sudah sembuh tidak sakit lagi.
2. Kondisi fisik
Tanda-tanda vitalnya adalah TD 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu
36,5º C, dan pernafasan 20x/menit.
3. Motivasi belajar
Motivasi belajar keluarga Nn LA cukup kuat. Keluarga mengatakan ingin
mengetahui mengenai penyakit yang dialami Nn A dan cara perawatan
dirumah.
4. Kesiapan belajar
Keluarga Nn LA mengatakan bahwa ia tertarik untuk mempelajari
mengenai mengenai penyakit yang dialami Nn LA. Keluarga Nn LA
berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Keluarga Nn LA dapat meluangkan waktunya pada siang hari pukul
10.30 untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan dari petugas
penyuluh.
5. Kemampuan membaca
Ayah dan ibu klien adalah lulusan SLTA. Kemampuan membaca dan
menulis baik.
B. Faktor pemungkin (Enabling factors)
Keluarga Nn LA memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai perawatan
klien gangguan jiwa di rumah. Di dekat rumah Nn LA terdapat Puskesmas.
C. Faktor Penguat (Reinforcing factors)
Keluarga Nn LA saling memberi dukungan untuk mengetahui lebih banyak
mengenai perawatan klien gangguan jiwa di rumah.
ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DO:
- Saat ditanya
mengenai penyakit
klien keluarga atidak
mampu menjawab
DS:
- Klien sering
mengatakan dirinya tidak
sakit namun hanya
diguna-guna oleh orang
yang sirik kepadanya.
- Keluarga
mengatakan tidak tahu
mengenai penyakit dan
cara
mengatasi/mengontrolny
a.
- Keluarga
mengatakan belum
pernah ada yang
menyuluh.
Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
cara
mengatasi/mengontrol
Kurang terpapar
informasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kurang pengetahuan tentang penyakit dan cara mengatasi/mengontrol
berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan :
DO:
- Saat ditanya menegenai penyakit klien keluarga tidak dapat
menjawab.
DS:
- Klien sering mengatakan dirinya tidak sakit namun hanya diguna-
guna oleh orang yang sirik kepadanya.
- Keluarga mengatakan tidak tahu mengenai penyakit dan cara
mengatasi/mengonrolnya.
- Keluarga mengatakan belum pernah ada yang menyuluh.
III. Topik
Waham Dan Cara Mengatasi Waham
IV. Sasaran
1. Sasaran penyuluhan : Keluarga Nn LA
2. Sasaran program : Nn LA
V. Jadwal Kegiatan
Hari : Rabu
Tanggal : 17 September 2014
Waktu : 10.30 – 11.15 WIB
VI. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga Nn LA akan lebih mengetahui
tentang waham dan cara mengatasi waham.
2. Tujuan khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan selama 45 menit, keluarga Nn
LA diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian waham.
b. Menyebutkan 2 penyebab waham
c. Menyebutkan 3 tanda dan gejala waham
d. Menjelaskan 4 cara mengatasi waham.
e. Menyebutkan dan menjelaskan 2 jenis waham.
VII. Materi
Materi yang diberikan meliputi:
A. Pengertian waham
B. Penyebab waham
C. Tanda dan gejala waham
D. Cara mengatasi waham
E. Jenis-jenis waham
VIII. Metode
Diskusi
IX. Media
Leaflet tentang perawatan klien gangguan jiwa
X. Alokasi Waktu
No. Kegiatan Waktu
1.
2
3
Pembukaan :
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan identitas praktikan
c. Menyampaikan maksud dan tujuan
d. Melakukan kontrak waktu
Penjelasan materi
a. Pengertian waham
b. Penyebab waham
c. Tanda dan gejala waham
d. Cara mengatasi waham
e. Jenis-jenis waham
Diskusi dan evaluasi
5 menit
25 menit
10 menit
4. Kesimpulan dan penutup :
a. Menyimpulkan hasil dari penyuluhan
b. Mengucapkan salam
c. Melakukan kontrak waktu selanjutnya
5 menit
XI. Setting tempat
Tempat : Ruang tamu Ny.A
Keterangan:
1. Penyuluh
2. Keluarga klien
XII. Evaluasi
No. Aspek Waktu Metode Instrumen Evaluator
1. Kognitif Setelah
penyuluhan
Tanya
jawab
Daftar
pertanyaan
Era
2
1
XIII. Lampiran Materi
A. Pengertian Waham
Keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien.
B. Penyebab waham
Gangguan konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
dan merasa gagal mencapai keinginan.
C. Tanda dan gejala waham
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
6. Takut, sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersinggung
D. Cara Membantu Penderita Mengatasi Waham
1. Bila dalam keadaan baik, ajak bicara dan diskusikan hal yang
membuat pasien nyaman
2. Beri rasa nyaman dan perlindungan
3. Kurangi rangsangan yang bisa mencetuskan halusnasi
4. Latihan teknik relaksasi
5. Hindari pemicu stress seperti berdebat, begadang, kurang tidur
6. Minum obat sesuai perintah dokter
E. Jenis-jenis Waham
1. Waham agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
2. Waham kebesaran: klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuatan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
3. Waham somatik : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu dan terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
4. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana
klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
5. Waham nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau
meninggal, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.
XIV. Daftar Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian waham
2. Sebutkan penyebab waham
3. Sebutkan 3 tanda dan gejala waham
4. Sebutkan 3 cara mengatasi waham
5. Sebutkan dan jelaskan 2 jenis waham
BAB IILAPORAN HOME VISIT
Hari, tanggal pengkajian : Rabu 17 September 2014
Waktu : 10.30
Oleh : Tri Erawati Lafrana
Metode : Wawancara dan observasi
Tempat : Rumah klien
A. Pengkajian1. Identitas
a. Pasien
1) Nama : Nn L A
2) Umur : 20 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Status perkawinan : Belum Menikah
6) Pendidikan : SLTA
7) Pekerjaan : -
8) Suku : Jawa
9) Alamat : Combongan, Jambidan, Banguntapan,
Bantul
b. Keluarga/ Penanggung jawab
1) Nama : Tn. A
2) Pekerjaan : Buruh harian lepas (sopir)
3) Alamat : Combongan, Jambidan, Banguntapan,
Bantul
4) Hubungan : Ayah
B. PERENCANAAN KEPERAWATANHari, tanggal : Rabu, 17 September 2014 Klien : Keluarga Nn LA
Jam : 11.00 WIB
Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Kurang pengetahuan tentang
penyakit dan cara
mengatasi/mengontrol berhubungan
dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan :
DO: -
DS:
- Klien sering
mengatakan dirinya tidak sakit
namun hanya diguna-guna
oleh orang yang sirik
kepadanya.
- Keluarga
mengatakan tidak tahu
mengenai penyakit dan cara
perawatan klien.
Setelah dilakukan
penyuluhan selama 45
menit, diharapkan
pengetahuan keluarga
meningkat dengan
kriteria hasil :
- Keluarga
paham mengenai
penyakit klien dan
tau cara mengatasi
waham
- Dapat
menjawab
pertanyaan yang
diberikan penyuluh
1.
keluarga tentang penyakit
klien
2.
(penyuluhan) kepada
keluarga tentang wahan
dan cara mengatasi
waham
3.
klien untuk bertanya hal-
hal yang belum jelas
4.
memberikan beberapa
pertanyaan mengenai
materi waham dan cara
mengatasi waham
1. Mengetahui tingkat
pemahaman keluarga
tentang penyakit klien
2. Menamabah wawasan
untuk keluarga
3. Mengetahui sejauh mana
pemahaman keluarga
4. Mengetahui seberapa jauh
pemahaman keluarga
mengenai informasi yang
telah diberikan
(2)
- Keluarga
mengatakan belum pernah
ada yang menyuluh
C. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATANHari, tanggal : Rabu, 17 September 2014
Jam : 10.30 – 11.15 WIB
Klien : Nn LA
Diagnosa Keperawatan :
Kurang pengetahuan tentang penyebab klien kambuh setelah berobat berhubungan dengan kurang terpapar informasi
No.
Dx
Hari, tanggal
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
KeperawatanTTD
1. Rabu, 17
September
2014
Pukul 11.00
1. Membina hubungan saling
percaya : memperkenalkan diri,
menyampaikan maksud tujuan,
kontrak waktu
2. Mengidentifikasi dan
memvalidasi masalah klien
kepada keluarga klien
3. Menanyakan pengetahuan klien
tentang penyakit yang diderita
S :
- Keluarga klien mengatakan
O :
- Keluarga klien kooperatif dan menerima dengan
terbuka
- Keluarga klien menceritakan riwayat penyakit klien dari
awal sampai saat ini
- Keluarga klien terlihat antusias memperhatikan saat
klien
4. Memberikan pendidikan
kesehatan (penyuluhan) tentang
waham dan cara mengatasi
waham
5. Menganjurkan keluarga untuk
memantau klien dalam minum
obat secara teratur saat dirumah
diberi penyuluhan.
- Keluarga klien paham akan materi yang sudah
dijelaskan
- Keluarga klien dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan penyuluh
A : Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan
cara mengatasi/mengontrol teratasi.
P : Meganjurkan keluarga saat klien pulang untuk
- mengawasi minum obat secara teratur
- memotivasi mengikuti kegiatan dirumah
- membrikan reinforcement atas kegiatan positif yang
sudah dilakukan
- memfokuskan pembicaraan klien ketika klien bicara
ngelantur