57
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain. Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari- hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan distabilitas. Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa mencapai 11,6 persen dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun. Diindonesia status gangguan jiwa dapat dibagi sebagai berikut : - 3 orang mengalami gangguan jiwa dari seribu orang penduduk - 4 orang mengalami dimensia dari seribu orang pendduduk - 5 orang mengalai retardasi mental dari seribu orang penduduk - 5 orang mengalami gangguan jiwa lainnya dari seribu orang penduduk

ASKEP PERSENTASI WAHAM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP PERSENTASI WAHAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya

perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh

perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.

Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis

yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan

dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak

mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian,

kesakitan, dan distabilitas.

Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa mencapai

11,6 persen dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun. Diindonesia

status gangguan jiwa dapat dibagi sebagai berikut :

- 3 orang mengalami gangguan jiwa dari seribu orang penduduk

- 4 orang mengalami dimensia dari seribu orang pendduduk

- 5 orang mengalai retardasi mental dari seribu orang penduduk

- 5 orang mengalami gangguan jiwa lainnya dari seribu orang penduduk

Jadi dari seribu orang penduduk di indonesia ada 17 orang yang memiliki masalah

kesehatan iwa. Diindonesia angka bunuh diri mencapai 1,6-1,8 orang dari 100.000

penduduk. Oleh karena itu selain psikiatri keperawatan iwa ini sangat dibutuhkan dalam

penanganan kasus masalah kesehatan jiwa (PPDGJ).

Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham

atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh,

kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang

budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan

kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan delusi/waham?

2. Apa saja jenis-jenis waham?

3. Bagaimana terjadinya waham?

4. Bagaimanakah ASKEP pada pasien dengan waham/delusi?

Page 2: ASKEP PERSENTASI WAHAM

1.3 Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawata kepada klien dengan masalah

psikososial dengan gangguan isi pikir : waham kebesaran.

1.2 Tujuan khusus

Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan isi pikir : waham

Mampu menegakan diagnosa keperawatan sesuai masalah yang ditemukan pada

pasien dengan gangguan isi pikir : waham.

Dapat membuat perencanaan keperawatan pada pasien dengan gangguan isi pikir :

waham.

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan pada pasien dengan

gangguan isi pikir : waham.

Mampu mengevaluasi hasil intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan

isi pikir : waham.

Mampu mendokumantasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

isi pikir : waham.

1.4 Metode penulisan

1. Studi kepustakaan

Mencari buku-buku sumber, referensi-referensi, majalah, tabloid yang berhubungan

dengan Asuhan Keperawatan pada klien dengan masalah psikososial gangguan isi

pikir waham.

2. Studi kasus

Mengangkat satu kasus dengan menerapkan Asuhan keperawatan yang berpedoman

pada proses keperawatan dengan langka-langkanya yang dilengkapi dengan Analisa

Psoses Interaksi (API) fase perkenalan, fase kerja, dan fase terminasi.

3. Studi dokumentasi

Membaca, menganalisa data dari catatan medik dan dari status klien untuk

mendapatkan informasi penting dan lengkap tentang klien tersebut.

1.5 Manfaat penulisan

Page 3: ASKEP PERSENTASI WAHAM

1. Manfaat bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

secara nyata. menerapkan teori yang sudah didapat dalam memberikan asuhan

keperawatan khususnya Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah gangguan isi pikir

: waham, memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

klien secara nyata, dan menamba wawasan dalam menangani klien dengan masalah

gangguan psikososial isi pikir waham.

2. Manfaat bagi institusi RS

Asuhan keperawatan jiwa ini kiranya dapat menjadi referensi bagi pembaca dan

juga sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa.

3. Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai kelengkapan tugas praktek Profesi Ners pada Stase Keperawatan Jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY dan juga sebagai referensi untuk menambah wawasan

bagi mahasiswa STIKes Alma Ata Yogyakarta tentang Askep Jiwa khususnya pada

klien dengan masalah psikososial gangguan isi pikir waham.

BAB II

Page 4: ASKEP PERSENTASI WAHAM

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Medis

2.1.1. Pengertian

Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang menyebabkan

perilaku psikotik, pemikiran konkrit dan kesulitan dalam memproses informasi,

hubungan interpersonal serta memecahkan masalah (Stuart, 2006).

Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama

pada prosespikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,

afek/emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena

waham dan halusinasi: asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi (Herman,

2011).

Skizofrenia merupakan suatu psikofungsional dengan gangguan utama pada

proses pikir serta disharmoni (keretakan atau perpecahan) antara proses pikir, efek,

kemauan, dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan

halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoheren, efek dan emosi menjadi

inadekuat, psikomotor menunjukkan penarikan diri, autisme dan perilaku (Maranis,

2005)

Ada beberapa jenis Skizofrenia yaitu:

a. Skizofrenia simplex dengan gejala utama kadangkala emosi dan kemunduran

kemauan,

b. Skizofrenia hebefrenik dengan gejala utama gangguan proses fikir, gangguan

kemauan dan depersonalisasi,

c. Skizofrenia katatonik dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor

maupun gaduh gelisah katatonik,

d. Skizofrenia paranoid dengan gejala utama kecugiaan yang ekstrim disertai waham

kejar atau kebesaran,

e. Episode skizofrenia akut yakni kondisi akut mendadak yang disertai dengan

perubahan kesadaran,

f. Skizofrenia psikoafektif yaitu gejala utama skizofrenia yang menonjol dengan

disertai gejala depresi dan

g. Skizofrenia residual adalah skizofrenia dengan gejala primernya dan muncul

setelah beberapa kali serangan skizofrenia.

2.1.2 Etiologi

Page 5: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Skizofrenia tidak diketahui dan merupakan suatu tantangan riset terbesar bagi

pengobatan kontemporer. Telah banyak riset yang dilakukan dan telah banyak faktor

predisposisi dan pencetus yang diketahui (Ingram, 1995).

Penyebab ilmiah terbaru mulai menunjukkan bahwa skizofrenia adalah akibat

suatu tipe disfungsi otak. Pada tahun 1970-an, penelitian mulai berfokus pada sebab-

sebab neurokimia yang mungkin, dan hal ini masih menjadi fokus utama penelitian

dalam teori saat ini. Teori neurokimia atau neurologis didukung oleh efek anti

psikotik yang membantu mengontrol gejala psikotik dan pencitraan saraf seperti

computed tomography (CT) yang menunjukkan bahwa struktur dan fungsi otak

individu yang mengalami skizofrenia berbeda (Videbeck, 2008).

2.1.2.1 Teori biologis

Teori biologi skizofrenia berfokus pada faktor genetik, factor neuroanatomik

dan neuro kimia (struktur dan fungsi otak), serta imunovirologi (respon tubuh

terhadap pajanan suatu virus). Faktor tersebut yaitu:

a. Faktor genetik telah dibuktikan secara menyakinkan. Resiko bagi masyarakat

umum 1%, pada orang tua resiko skizofrenia 5%, pada saudara kandung 8% dan

pada anak 10%. Gambaran terakhir ini menetap walaupun anak telah dipisahkan

dari orang tua sejak lahir. pada kembar monozigot 30-40%,

b. Faktor neuroanatomi dan neurokimia berupa perkembangan tehnik pencitraan

noninvasif, seperti CT-Scan, MRI, dan PET dalam 25 tahun terakhir, para ilmuan

mampu meneliti struktur otak atau neuroanatomi dan aktivitas otak atau

neurokimia individu penderita skizofrenia. Penelitian menunjukkan bahwa

individu penderita skizofrenia memiliki jaringan otak yang relatf leih sedikit, hal

ini dapat memperlihatkan suatu kegagalan atau kehilangan jaringan selanjutnya.

CT-scan menunjukkan pembesaran ventrikel otak dan atrofi korteks otak.

penelitian PET menunjukkan bahwa ada penurunan oksigen dan metabolisme

glukosa pada struktur korteks frontal otak. Riset secara konsisten menunjukkan

penurunan volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area temporal dan

frontal individu penderita skizofrenia. Patologi ini berkolaborasi dengan tanda-

tanda positif skizofrenia (lobus temporalis) seperti psikosis dan tanda-tanda

negativ (lobus frontalis) seperti tidak memiliki kemauan atau motivasi anhedonia.

Tidak diketahui apakah perubahan pada lobus temporalis dan frontalis ini terjadi

kibat kegagalan kedua area tersebut untuk berkembang dengan baik atau apakah

Page 6: ASKEP PERSENTASI WAHAM

area tersebut mengalami kerusakan akibat virus, trauma, atau respon imun.

Pengaruh intrauterin seperti gizi buruk, tembakau, alkohol, obat-obatan lain, serta

stress juga sedang diteliti sebagai kemungkinan penyebab patologi yang

ditemukan pada otak individu penderita skizofrenia (Videbeck, 2008).

c. Faktor imunovirologi yakni teori populer yang mengatakan bahwa perubahan

patologi otak pada individu penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pajanan

virus atau respon imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak.

Walaupun ilmuan terus meneliti hal ini, tidak banyak peneliti mampu

memvalidasi teori tersebut. Baru-baru ini para peneliti memfokuskan infeksi pada

ibu hamil sebagai kemungkinan penyebab awal skizofrenia. Epidemik flu diikuti

dengan peningkatan kejadian skizofrenia di Inggris, Walles, Denmark, Finlandia

dan negara-negara lain. Suatu penelitian terkini diterbitkan di New England

Journal of medicine mlaporkan angka kejadian pada anak-anak yang lahir di

daerah padat dengan cuaca dingin, kondisi yang memungkinkan terjainya

gangguan pernafasan (Vedbeck, 2008).

2.1.2.2 Pertimbangan budaya

Penting untuk menyadari perbedaan budaya ketika mengkaji gejala

skizofrenia. Ide yang tampaknya merupakan waham pada suatu budaya seperti

kepercayaan terhadap hal-hal magis atau sihir, dapat menjadi hal yang umum pada

budaya lain. Di beberapa budaya, halusinsi pendengaran atau penglihatan, misalnya

melihat bunda maria atau mendengar suara Tuhan, juga dapat menjadi bagian normal

pengalaman keagamaan. Pengkajian afek membutuhkan kpekaan terhadap perbedaan

dalam hal kontak mata, bahasa tubuh, dan ekspresi emosi yang dapat ditermmia hal

ini bervariasi di antara budaya (Videbeck, 2008).

2.1.2.3 Lingkungan

Gambaran pada penderita kembar seperti di atas menunjukkan bahwa faktor

lingkungan juga cukup berperan dalam mnampilkan penyakit pada individu yang

memiliki predisposisi. Beberapa peneliti (Laing, Goffman) mengatakan skizofrenia

bukan suatu penyakit, tetapi suatu respon terhadap tekanan emosi yang tidak dapat

ditoleransi dalam keluarga dan masyrakat, tetapi pandangan ekstrim demikian,

walaupun sesuai dengan masyarakat kurang didukung oleh penelitian. Banyak

penelitian terhadap pengaruh masa kanak-kanak, khususnya atas persoalita orang tua,

Page 7: ASKEP PERSENTASI WAHAM

tetapi belum ada hasil. Riset atas peristiwa hidup memperhatikan bahwa pasien

skizorenia mengalami peristiwa hidup itu dengan frekuensi tinggi dalam 3 minggu

sebelum kambuh pasien skizorenia mengalami peristiwa hidup itu dengan frekuensi

tinggi dalam 3 minggu sebelum kambuh (Ingram 1995).

2.1.2.4 Emosi yang diekspresikan

Jika keluarga skizofrenia memperlihatkan emosi yang di ekspresikan secara

berlebihan, misalnya pasien sering diomeli atau terlalu banyak dikekang dengan

aturan-aturan yang berlebihan, maka kemungkinan kambuh lebih besar. Juga jik

pasien tidak mendapatkan neuroleptik. Angka kekambuhan di rumah dengan emosi

yang diekspresikan rendah dan pasien minum obat teratur, sebesar 12%; dengan

emosi yang diekpresikan rendah dan tanpa obat 42%; emosi yang diekspresikan tinggi

dan tanpa obat, angka kekambuhan 92% (Ingram, 1995).

2.1.3 Gambaran klinis

Skizofrenia memiliki berbagai tanda dan gejala. Kombinasi kejadian dan

tingkat keparahan pun berbeda berdasarkan individu masing-masing. Gejala-gejalanya

dapat terjadi kapan saja. Pada pria biasanya timbul pada akhir masa kanak-kanak atau

awal usia 20-an, sedangkan pada wanita, usia 20-an atau awal 30-an. Skizofrenia

dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan tingkah laku. Menurut Stuart (2006)

membedakan 5 kelompok gejala inti skizofrenia yakni sebagai berikut :

a. Gejala positif terdiri dari:

Delusi/waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir

bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang

terkenal, berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan

tertentu, memiliki keyakinan agama yang berlebihan,

Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang

sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suara/ bisikan bersifat

menghibur atau tidak menakutkan. Sedangkan yanng lainnya mungkin

menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/ buruk atau memberikan

perintah tertentu,

Pikiran paranoid, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada

seseorang yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti,

Page 8: ASKEP PERSENTASI WAHAM

percaya ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/ dibawa

ke planet lain,

Gangguan proses pikir ( bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling

menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi

Bicara kacau yakni terjadi kekacauan dalam gagasan, pikiran, perasaan yang

diekspresikan melalui bahasa; komunikasi melalui penggunaan kata dan

bahasa.

b. Gejala negative terdiri dari:

o Motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan

pada semua aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami

kesulitan melakukan hal-hal biasa dilakukan, misalnya bangun tidur dan

membersihkan rumah,

o Menarik diri dari masyarakat (social withdrawal). Penderita akan kehilangan

ketertarikan untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan

merasa terisolasi,

o Anhedonia adalah kemampuan untuk merasakan emosi tertentu, apapun yang

dialami tidak dapat merasakan sedih atau gembira,

o Afek datar (flat affect) merupakan tidak adanya ata hampir tidak adanya tanda

ekspresi afek :suara yang monoton, dan wajah tidak bergerak,

o Avolisi / Apati adalah irama emosi yang tumpul yang disertai dengan

pelepasan atau ketidak acuhan dan

o Defisit perhatian (atensi) adalah menurunnya jumlah usaha yang dilakukan

untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk

mempertahankan perhatian pada satu aktifitas; kemampuan untuk berkon

sentrasi.

c. Gejala kognitif tersebut yakni:

Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau

sehingga tidak bisa mendengarkan musik/ menonton televisi lebih dari

beberapa menit. sulit mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan,

Tidak dapat berkosentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari

awal hingga selesai, sulit mengingat/ mempelajari sesuatu yang baru dan

Page 9: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat

mengatakan sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras

untuk melakukannya.

d. Gejala alam perasaan meliputi:

Disforia merupakan mood yang tidak menyenangkan,

Gagasan bunuh diri merupakan keadaan dimana individu mengalami risiko

untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam

jiwanya dan

Keputusasaan

e. Disfungsi social

Disfungsi Sosial/ okupasional yang berpengaruh pada pekerjaan /aktivitas, pada

hubungan interpersonal perawatan diri, serta mortalitas/ morbiditas

2.1.4 Penatalaksanaan medis

2.1.4.1`Farmakoterapi

Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan

skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998)

antara lain:

a. Anti Psikotik. Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain:

a. Chlorpromazine, Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan

mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25 mg,

kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000

mg/hari secara oral.

b. Trifluoperazine, Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik

menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.

c. Haloperidol, Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan

mania. DOSIS awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg. Obat antipsikotik merupakan

obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat,

klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara

intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis

yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus

diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah

Page 10: ASKEP PERSENTASI WAHAM

ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh

dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya

suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.

b. Anti Parkinson yakni terdiri dari:

Riheksipenydil (Artane), Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk

menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-

15 mg/hari

Difehidamin, Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari

c. Anti Depressan

Amitriptylin untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan

keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari dan Imipramin, Untuk depresi

dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25

mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.

d. Anti Ansietas

Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform,

kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-

gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain:

Fenobarbital : 16-320 mg/hari

Meprobamat : 200-2400 mg/hari

Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari

2.2 Waham

2.2.1 Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan

fakta dan keyakinan tersebut mungkin“ aneh”( misalnya saya adalah nabi yang

menciptakan biji mata manusia) atau ( hanya sangat tidak mungkin, contoh malaiakat

disurga selalu menyertai saya kemanapun saya pergi dan tetap dipertahankan

meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya

(Purba :2008).

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-

menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006:

Page 11: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi

dipertahankan dan tidak dapat diubah secar logis oleh orang lain. Keyakinan ini

berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control ( Depkes RI ; 2000)

Waham adalah suatau keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian

realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan

latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal

melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat ; 1999).

Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh

dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

realita normal ( Stuart dan sundeen ; 1998).

2.2.2 Jenis Waham

Jenis-jenis waham antara lain,

a. Waham Kebesaran

Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali,

orang kaya.

b. Waham Berdosa

Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar.

Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.

c. Waham Dikejar

Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok

orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.

d. Waham Curiga

Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga

terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari

hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud

menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam

bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan

bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain

(senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan

dengan dirinya.

Page 12: ASKEP PERSENTASI WAHAM

e. Waham Cemburu

Selalu cemburu pada orang lain.

f. Waham Somatik atau Hipokondria

Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya

yang membusuk, otak yang mencair.

g. Waham Keagamaan

Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.

h. Waham Nihilistik

Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.

i. Waham Pengaruh

Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain

atau kekuatan.

2.2.3 Tanda dan Gejala

Menurut Direja (2011), kondisi klien yang mengalami waham adalah:

a. Status mental

1. Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal,

kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.

2. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.

3. Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.

4. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas

diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.

5. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya

kualitas depresi ringan.

6. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap,

kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien

kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.

Page 13: ASKEP PERSENTASI WAHAM

b. Sensori dan kognisi

1. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki

waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.

2. Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).

3. Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.

4. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya.

Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah

dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.

2.2.4 Pohon Masalah

2.2.5 Faktor Predisposisi dan Prespitasi

2.2.5.1 Faktor predisposisi

a. Faktor Biologis yaitu:

Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang

berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.

Neurobiologis; waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran

ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic, serta Adanya

gangguan pada korteks pre frontal.

Virus paparan virus influensa pada trimester III.

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Proses Pikir: Waham

Gangguan Konsep Diri : Harga diri Rendah

Isolasi Sosial

Page 14: ASKEP PERSENTASI WAHAM

b. Faktor Sosio kultural

Faktor perkembangan : hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan

interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang

berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga

pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif ( Direja : 2011).

c. Factor Psikologi

Faktor Psikologi, hubungan yang tidak harmonis, peran ganda /bertentangan,

dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap

kenyataan. Contohnya ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

2.2.5.2 Faktor Presipitasi

a. Faktor Biologis

Dopamine, norepineprine, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi

penyebab waham pada seseorang.

b. Faktor Sosial Budaya

Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau

diasingkan dari kelompok.

c. Faktor Psikologis

Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi

masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan

yang menyenangkan ( Direja : 2011).

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

Biasanya dilakukan untuk penyakit fisik, dapat menyebabkan gejal reversible

seperti pada kondisi defisiensi atau toksik, penyakit neurologis, gangguan metabolik

atau endokrin.

a. CT- Scan

Menunjukkan stuktur abnormalitas otak ( misalnya : atrrofi lobus temporal,

pembesaran ventrikel dengan rasio ventrikrl otak meningkat yang dapat

dihubungkan dengan derajat gejala yang dapat dilihat).

Page 15: ASKEP PERSENTASI WAHAM

2. Pemindai PET ( Positron Emission Tomografi)

Mengukur aktivitas metabolic dari area spesifik otak dan dapat menyatakan

aktivitas metabolic yang rendah dari lobus frontal terutama pada area prefrontal

dari korteks serebral.

3. MRI

Memberikan gambaran otak 3 dimensi, dapat memperlihatkan gambaran yang

lebih kecil dari lobus frontal, atrofi lobus temporal.

4. RCBF ( Regional Cerebral Blood Flow)

Memetakan aliran darah dan menyatakan intensitas aktivitas pada daerah otak

yang bervariasi.

5. BEAM ( Brain Electrical Aktivity Mapping)

Menunjukkan respon gelombang otak terhadap rangsangan yang bervariasi

disertai dengan adanya respon yang terhambat dan menurun kadang-kadang di

lobus temporal dan system limbik

6. ASI ( Addiction Severity Index )

Menetukan masalah-masalah ketergantungan ( ketergnatungan zat) yang mungkin

dikaitkan dengan penyakit mental dan mengindikasikan area pengobatan yang

diperlukan.

7. Uji Psikologi ( misalnya : MMPI)

Menyertakan kerusakan pada suatu area atau lebih

2.2.7 Penatalaksanaan Keperawatan

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai

panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :

a. Apakah pasien memiliki pikiran/ isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan

menetap?

b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien

cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya ?

c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak

nyata?

d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya ?

e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakn oleh orang lain ?

f. Apakah pasien berpikir bahwa berpikir atau tindakannya dikontrol oleh orang lain

atau kekuatan dari luar?

Page 16: ASKEP PERSENTASI WAHAM

g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan

lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

3.1 Konsep Dasar Keperawatan

3.1.1 Pengkajian

Patricia A Potter et al, dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri

dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan

perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data

yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman

terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil

pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.

Beberapa faktor yang perlu dikaji:

a. Faktor predisposisi

Genetik : diturunkan

Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik

Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.

Virus : paparan virus influinsa pada trimester III

Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.

b. Faktor presipitasi

Proses pengolahan informasi yang berlebihan

Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal

Adanya gejala pemicu

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.

Isi pengkajiannya meliputi:

a. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien

tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,

topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk

Page 17: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang

ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan

perkembangan yang dicapai.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa

pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan

terjadinya gangguan:

Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

psikologis dari klien.

Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan

perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.

Sosial Budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,

kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.

d. Aspek fisik / biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur

tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

e. Aspek psikososial

Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat

menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan

komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

Konsep diri

Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang

disukai dan tidak disukai.

Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien

terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /

perempuan.

Page 18: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat

dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.

Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan

penyakitnya.

Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan

orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan

terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.

Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok

yang diikuti dalam masyarakat.

Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

f. Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik

klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama

wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,

tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

g. Kebutuhan persiapan pulang

Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat

makan.

Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.

Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.

Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum

obat.

h. Masalah psikososial dan lingkungan

Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

i. Pengetahuan

Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang

dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

Page 19: ASKEP PERSENTASI WAHAM

j. Aspek medik

Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,

terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi

lingkungan.

3.1.2 Diagnosa Keperwatan

Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif maupun objektif ditemukan

pada pasien, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah gangguan proses

pikir: Waham (Budi Anna Keliat, 2006). Kemungkinan diagnose keperawatan yang

muncul pada pasien dengan waham yaitu:

a. Resiko Perilaku Kekerasan

b. Gangguan Proses Pikir: Waham

c. Isolasi sosial

d. Gangguan konsep diri : Kehilangan, harga diri rendah

Page 20: ASKEP PERSENTASI WAHAM

3.1.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC Rasional

1. Resiko Prilaku

Kekerasan

Menunjukkan pengendalian

diri terhadap agresi

dibuktikan dengan menahan

diri dari:

Menyeranga dengan kata-

kata.

Menyerang orang lain

Menyerang ruang pribadi

orang lain

Membahayakan orang lain

Menghancurkan barang-

barang milik pribadi dan

orang lain.

1. Dukungan perlindungan

terhadap penganiayaan.

2. Bantuan pengendalian

amarah.

3. Manajemen perilaku

4. Manajemen lingkungan;

pencegahan kekerasan.

5. Pelatihan kendali impulsif

1. Mengidentifikasi hubungan

bergantung dan beresiko tinggi serta

tindakan untuk mencegah

penderitaan akibat kekerasan fisik

atau emosi.

2. Memfasilitasi pengungkapan marah

dalam cara yang adaptif, tanpa

kekerasan.

3. Membantu pasien menatalaksana

perilaku kekerasan.

4. Memantau dan memanipulasi

lingkungan fisik untuk menurunkan

potensi perilaku kekerasan

terhadapndiri sendiri dan orang lain.

5. Membantu pasien memediasi

perilaku impulsive melalui

penerapan strategi penyelesaian

masalah terhadap situasi social dan

interpersonal.

2. Gangguan Proses Menunjukkan orientasi 1. Penurunan ansietas 1. Meminimalkan ketakutan , firasat

Page 21: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Pikir : Waham kognitf dengan indicator

dapat mengidentifikasi diri,

orang terdekat, tempat saat

ini, hari, bukan dan tahun.

Menunjukkan pembuatan

keputuusan.

Menunjukkan proses pikir

yang logis dan terorganisir.

Tidak mudah distraksi.

Tidak menunjukkan

halusinasi dan waham.

2. Manajemen prilaku :

overaktifitas/kurang perhatian.

3. Dukungan pembuatan

keputusan.

4. Manajemen waham.

5. Menejemen halusinasi.

6. Pelatihan memori

7. Orientasi realita.

atau ketidaknyamanan terkait

perkiraan sumber bahaya yang tidak

jelas.

2. Menyediakan lingkungan terapeutik

untuk mengakomodasi perhatian

pasien dan/ atau overaktifitas pasien

sambil meningkatkan fungsi optimal.

3. Memberi informasi dan dukungan

kepada pasien yang membuat

keputusan terkait layanan kesehatan

4. Meningkatkan kenyamanan,

keamanan, dan orientasi realita yang

mengalami keyakinan yang salah

dan kuat.

5. Meningkatkan keamanan,

kenyamanan, dan orientasi realita

pasien yang mengalami halusinasi.

6. Memfasilitasi memori

7. Meningkatkan kesadaran pasien

terhadap identitas personal, waktu

dan lingkungan.

8. Membantu pasien menggali dan

Page 22: ASKEP PERSENTASI WAHAM

8. Peningkatan kesadaran diri.

9. Peningkatan harga diri.

memahami gagasan, perasaan,

motivasi, dan perilaku mereka.

9. Membantu pasien meningkatkan

penilaian peribadi tentang harga diri.

3. Isolasi Sosial Menunjukkan keterlibatan

social, dengan indicator:

Interaksi dengan teman

dekat, tetangga, anggota

keluarga, dan/atau dengan

anggota kelompok kerja.

Berpartisipasi sebagai

relawan dalam kegiatan

hari-hari, pada aktifitas

organisasi, atau pada

kegiatan keagamaan.

Berpartisipasi dalam

aktifitas pengalihan dengan

orang lain.

1. Modifikasi perilaku:

keterampilan social.

2. Pembinaan hubungan yang

kompleks.

3. Peningkatan koping.

4. Promosi integritas keluarga.

5. Manajemen alam perasaan.

6. Terapi rekreasi.

1. Membantu pasien mengembangkan

keterampilan social interpersonal.

2. Membina hubungan yang terapeutik

pada pasien yang kesulitan

berinteraksi dengan orang lain.

3. Membantu pasien beradaptasi

dengan persepsi stressor, perubahan

atau ancaman yang menghambat

pemenuhan tuntutan hidup dan peran

4. Meningkatkan persatuan dan

kesatuan keluarga.

5. Memberi keamanan, kestabilan,

pemulihan dan pemeliharaan pasien

yang mengalami disfungsi alam

perasaan.

6. Menggunakan rekreasi secara terarah

untuk meningkatkan relaksasi dan

Page 23: ASKEP PERSENTASI WAHAM

7. Peningkatan kesadaran diri.

8. Peningkatan sosialisasi.

peningkatan keterampilan social.

7. Membantu pasien menggali dan

memahami gagasan, perasaan,

motifasi, dan perilaku pasien.

8. Memfasilitasi dukungan kepada

pasien oleh keluarga, teman dan

komunitas.

4. Gangguang

Konsep diri :

Harga Diri

Rendah

Menunjukkan harga diri, yang

dibuktikan dengan indicator

sebagai berikut;

Mengungkapkan

penerimaan diri secara

verbal.

Mempertahankan kontak

mata.

Mempertahankan gigien

dan riasan.

Menerima kritik dari orang

lain.

Menceritakan keberhasilan

dalam pekerjaan, sekolah,

1. Penumbuhan harapan.

2. Menejemen alam perasaan.

3. Peningkatan harga diri.

4. Klarifikasi nilaii.

1. Memfasilitasi perkembangan

penampilan positif pada situasi

tertentu.

2. Menciptakan keamanan, kestabilan,

pemulihan, dan pemeliharaan pasien

yang mengalami disfungsi alam

perasaan baik depresi maupun

peningkatan alam perasaan.

3. Membantu pasien meningkatkan

penilaian penghargaan terhadap diri.

4. Membantu individu mengklarifikasi

nilai mereka untuk memfasilitasi

pembuatan keputusan yang efektif.

Page 24: ASKEP PERSENTASI WAHAM

atau kelompok social.

Page 25: ASKEP PERSENTASI WAHAM

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. PENGKAJIAN

1. Data Klien

1. Identitas Klien

Nama : Ny.D

TTL : 5 April 1975

Umur : 37 Tahun

Pendidikan : Sarjana Theologi

Pekerjaan : Di Gereja

Jenis Kelamin : Perempuan

Ruangan : Srikandi

Tanggal masuk : 24 Oktober 2012

No.RM : 04-67-94

2. Identitas Penanggung jawab

Nama : Tn. S

Pekerjaan : Pendeta

Hubungan dengan pasien : Pendamping

2. Alasan masuk

Pasien beberapa hari yang lalu keluyuran, tidak mau makan obat, 3 tidak pulang

ke rumah, saat pulang marah-marah merusak barang-barang yang ada dirumah.

3. Faktor Predisposisi

Pasien sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit Jiwa, di RSJ Grhasia sudah 3 kali

kali masuk dan di RSUP Sardjito sudah 7 kali mondok (Ruang inap khusus pasien

Jiwa). Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena pasien pasien tidak teratur

minum obat.

Pasien pernah mengalami hal yang traumatik dalam hidupnya, menjadi korban

aniaya fisik oleh orang tua ( pada saat SMA usia 16 tahun) dikarenakan sering

keluyuran pada malam hari. Pernah menjadi korban aniaya seksual ( pada saat SMA

usia 16 tahun), diperkosa oleh 2 orang lelaki yang tak dikenal dan menjadi korban

kekerasan dalam rumah tangga ( usia 26 tahun) oleh suami, karena sering di tuduh

selingkuh dan wanita tidak benar.

Page 26: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Didalam keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa sepertinya.

Pengalaman masa lalu yang yang tidak menyenangkan adalah pernah diputusin oleh

pacar yang di cintainya, diperkosa, kekerasan dalam rumah tangga, keguguran dan

dicerai oleh suami.

4. Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital TD: 110/70 mmHg N: 80x/menit P: 18 x/menit

Ukur TB: 149 cm BB: 63 Kg

Keluhan Fisik : Pasien punya riawayat astma.

5. Psikososial

a. Genogram

Keterangan,

: Orang tua laki-laki (Bapak)

: Orang tua perempuan (Ibu)

: Saudara laki-laki

: Saudara perempuan

: Pasien

: Keluarga pasien

Page 27: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Pasien anak ke empat dari enam bersaudara, kedua orang tua sudah meninggal

saat pasien selesai SMA. Didalam keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan

sakit jiwa seperti dirinya.

b. Konsep diri

Gambaran diri : pasien mengatakan dirinya kurang suka dengan tubuhnya

karena gemuk dan membuatnya tidak cantik.

Identitas diri : pasien mengatakan puas dengan pendidikan yang dicapainya

yaitu menjadi sarjana theology, tidak suka berkerja dirumah saja.

Peran diri : pasien mengatakan tidak bisa berperan sesuai dengan gelar

sarjana yang didapatnya, karena terhalang menjadi seorang ibu rumah tangga

(saat masih berkeluarga).

Ideal diri : pasien mengharapkan dapat menjadi guru agama sesuai ilmu

yang telah dicapainya. Dalam hidupnya yang belum tercapai yaitu pasien

ingin mendapatkan seorang anak (saat menikah sudah dua kali mengandung,

tapi keguguran) dan menikah lagi.

Harga diri : pasien mengatakan dirinya kurang dihargai didalam keluarga,

karena tidak diijinkan berkarier menjadi guru agama.

c. Hubungan social

Orang yang berarti : pacarnya saat SMA dan mantan suami

Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : aktifitas sehari –hari

hanya membantu di geraja.

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidak ada hambatan, hanya

saja pasien mengatakan dirinya mudah tersinggung dan sulit mengontrol

emosi.

d. Spiritual

Nilai dan kepercayaan : pasien sorang penganut agama Kristen, menurut

pasien didalam agamanya tidak ada membedakan antara orang yang sehat

dengan yang sakit jiwanya.

Kegiatan ibadah : sehari-hari pasien bekerja digereja, membantu

kegiatan yang ada digereja. Dan pasien selalu rutin beribadah karena

merupakan kewajiban sebagai mahluk ciptaan Tuhan.

Page 28: ASKEP PERSENTASI WAHAM

6. Status Mental

a. Penampilan

Penampilan pasien secara umum sama seperti orang biasa berpakaian rapi,

rambut disisir rapi, dalam hal makan, dan mandi dan toileting. Kesan pertama kali

melihat pasien tampak seperti orang normal bukan orang yang mengalami

gangguan jiwa.

b. Pembicaraan

Pembacaraan pasien sedikit cepat dan keras. Pasien sering mengulangi cerita

yang sebelumnya telah diceritakannya satu hari yang lalu. Pasien termasuk orang

yang banya berbicara (logorhoe).

c. Aktifitas motorik

Pada aktifitaas motoric pasien tampak tidak menalami gangguan, tidak ada

tampak agitasi (seperti orang bingung/ cemas), tik (gerakan tak terkontrol dan

berulang), tremor, grimisen (mimic muka berubah), dan kompulsif.

d. Alam Perasaan

Pasien mengatakan perasaan dirinya sedih, karena rindu sama keluarga dan

sudah beberapa hari tidak dijenguk oleh keluarga.

e. Afek

Afek pasien labil karena emosi yang secara cepat berubah-ubah, tanpa suatu

pengendalian yang baik.

f. Interaksi Selama Wawancara

Selama wawancara pasien kooperatif, kontak mata ada, dan terbuka

menceritakan permasalahan yang diaalaminya.

g. Persepsi

Pasien dapat mengenal barang-barang yang dilihatnya bisa membedakan mana

yang realita dan tidak realita. Pasien menyangkal halusinasi dan ilusi.

h. Proses Pikir

Dalam proses wawancara pasien banyak berbicara seperti sulit dikontrol

(logorhoe) dan kohoren. Mudah berubah topic pembicaraan dari satu topic ke

tpoik yang lain (flight of idea). Seperti saat bercerita tentang bagaiimana awalnya

pasien mengalami gangguan jiwa tiba-tiba pindah ke topic perceraian yang

dialaminya.

Page 29: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Bentuk pemikiran pasien sulit untuk diterima secara logis (nonrealistik),

karena mengatakan dirinya saat tidur malam selalu di jemput roh nya oleh Tuhan

(berwujud seorang lelaki dengan baju putih yang panjang) untuk diajak jalan-

jalan. Dan dalam kehidupan sehari-hari dia bisa bertemu langsung pada Tuhan

(magical thinking). Serta memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya telah mati

dan dihidupkan kembali oleh Tuhan dan mempunyai seorang papi yang kaya raya

(obsesi).

Pasien sering mengeluh bahwa kakinya sering sakit pada kaki dan memiliki

penyakit komplikasi seperti jantung, ginjal dan liver, yang berbanding terbalik

dengan rekam medic pasien, dimana pasien hanya memiliki riwayat astma. Dan

tidak mempunyai penyakit komplikasi seperti yang diakuinya (Hipokondria).

Pasien mengatakan dirinya merasa temannyalah penyebab dirinya dimasukkan

kembali ke RSJ Grhasia karena melaporkan ke papinya yang tidak benar, dirinya

merasa difitnah oleh temannya dan dikatai wanita tidak benar.

Pasien mengalami ganggua proses pikir : waham agama (selalu berbicara

bertemakan agama), waham somatic (karena merasakan ada yang sakit dalam

organ tubuhnya walaupun secara rekam medic tidak ada masalah dengan

organnya), waham kebesaran (mengaku punya pacar seorang dokter sepesialis

jiwa di RSUP Sardjito, mengaku orang tuannya seorang yang kaya memiliki

perkebunan buah naga, restoran dan pemilik perusahaan pesawat terbang), waham

curiga (merasa temannyalah yang telah mencerikatan yang tidak benar kepada

papinya sehingga dia dimarah dan dipukul oleh papinya), waham nihilistic

(mengatakan dia pernah mati saat dirinya koma 3 hari kemudian dihidupkan lagi

oleh Tuhan).

i. Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran pasien compos mentis mampu orientasi waktu tempat dan

orang.

j. Memori

Pasien tidak mengalami gangguan pada memori, karena pasien mampu

mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, kejadian saat beberapa tahun yang

lalu.

k. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Tingkat konsentrasi pasien tidak mengalami gangguan, pasien mampu

berhitung sederhana dan mampu berkonsentrasi.

Page 30: ASKEP PERSENTASI WAHAM

l. Kemampuan Penilaian

Pasien mampu mengambil keputusannya sendiri tanpa mendapatkan bantuan

sari orang lain.

m. Daya Tilik Diri

Mengingkari penyakit yang diderita, dimana pasien tidak menyadari dirinya

mengalami gejala gangguan jiwa dan merasa dirinya sehat.

7. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan : sudah bisa mandiri

b. BAB/BAK : mandiri

c. Mandi : sudah bisa mandiri

d. Berpakaian/ berhias: mandiri

e. Istirahat dan tidur

Sulit untuk tidur siang, dan mudah terbangun dimalam hari. Pasien dianjurkan

untuk memperbanyak aktifitas di siang hari.

f. Penggunaan Obat : Perlu bantuan minimal, yaitu butuh seseorang untuk

mengingatkan untuk makan obat secara teratur. Karna bila tidak diingatkan pasien

suka lupa untuk minum obat.

g. Pemeliharaan Kesehatan : perawatan lanjutan, untuk mengetahui perkembangan

proses pikir pasien dan kontrol emosi pasien bila sudah pulang ke rumah.

h. Kegiatan didalam rumah : pasien mampu dan mandiri dalam mempersiapkan

makanan, menjaga kerapihan rumah, mencuci pakaian. Hanya saja dalam pengaturan

keuangan masih butuh bantuan orang lain (pasien masih perlu pengawasan dalam

masalah keungan untuk menghindari sifat keluyurannya kambuh kembali).

i. Kegiatan diluar rumah: pasien mampu secara mandiri, akan tetapi tetap butuh

pengawasan dari keluarga.

8. Mekanisme Koping

Adaptif: berbicara dengan orang lain, mampu melakukan tehnik relaksasi,

Maladaptif: merusak barang (membanting), sulit mengontrol emosi (suka

mengeluarkan kaliamt yang taidak pantas dikeluarkan).

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Page 31: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Memiliki masalah dengan teman di gereja tempat biasa pasien bekerja, pasien

merasa temannya sering memfitnah pasien dan menjelek-jelekan pasien di

belakangnya.

10. Pengetahuan Kurang Tentang

Penyakit jiwa : pasien menyangkal dirinya mengalami gangguan jiwa, merasa apa

yang diperbuatnya (sering keluyuran malam, emosi mudah terpancing, dan sulit

mengontrol emosi bila ada stressor) merupakan hal yang wajar.

Koping : mekanisme koping pasien kurang efektif, hal ini dapat dibuktikan emosi

atau perasaan mudah berubah-berubah, dan mudah emosi serta sering

mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan.

Obat-obatan : pasien sulit untuk rutin minum obat, karena merasa bosan untuk

minum obat dan sering lupa apa sudah minum obat. Maka dari itu perlu bantuan

orang untuk mengingatkan dan mengawasi pasien dalam minum obat.

11. Aspek Medik

Diagnosa medic :

Axis I : F. 30.1 (mania tanpa gejala psikotik )

Axis II : Taka da diagnosa

Axis III : Astma

Axis IV : Di gereja ada tamu dari Papua sehingga membuat pasien

teringat dengan mantan suaminya yang telah

meninggalkannya.

Axis V : Sedang

Terapi medic :

Depacote 500 mg = 1 – 0 – 0 (dimakan pada pagi hari).

Haloperidol 5 mg = 1 – 0 – 1 ( dimakan pada pagi dan malam)

Triheksapenidyl = 1 – 0 – 1 ( dimakan pada pagi dan malam)

Chlorpomazine 100 = 0 – 0 - ½ ( dimakan pada malam)

12. Daftar Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan proses pikir : waham

2. Resiko Perilaku Kekerasan

Page 32: ASKEP PERSENTASI WAHAM

3.2 POHON MASALAH

Akibat : Resiko Perilaku kekerasan

Penyebab : Harga Diri Rendah

3.3 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. Data Subjektif

Pasien mengatakan ingin menjadi seorang

guru agama sesuai dengan gelar sarjana

yang diperolehnya.

Pasien mengatakan dirinya tidak suka

dengan tubuhnya sekarang karan gemuk dan

tampak jelek.

Pasien mengatakan keinginannya setelah

sembuh ingin menjadi guru agama, dan

mewujudkan keinginnannya untuk menikah

lagi dan memiliki seorang anak.

Pasien mengatakan dirinya pernah mati saat

koma 3 hari dirumah sakit, kemudian di

hidupkan kembali oleh Tuhan.

Pasien mengatakan dirinya adalah orang

yang bisa bertemu dan berbicara langsung

kepada Tuhan kapanpun dia mau.

Pasien mengatakan bahwa dia mempunyai

Gangguan proses pikir:

waham.

Core Problem :Gangguan Proses

Pikir( Waham)

Page 33: ASKEP PERSENTASI WAHAM

penyakit komplikasi seperti jantung, ginjal

dan liver.

Pasien mengatakan dia mempunyai pacar

seorang dokter spesialis jiwa di RSUP

Sardjito.

Pasien mengatakan bahwa dirinya curiga

pada temannya di gereja, suka menfitnah

dirinya dan mengadu ke papinya dengan

sesuatu yang tidak dilakukannya.

Pasien mengatakan dirinya tidak sakit dan

kenapa harus dibawa ke rumah sakit.

Data Objektif

TD 110/70 mmHg

Waham nihilistic

Waham agama

Waham somatic

Waham kebesaran

Waham curiga

Logorhoe, magical thinking, obsesi,

hipokondria, flight of idea, nonrealistic.

Insight buruk (menyangkal dirinya sakit)

2. Data Subjektif

Pasien mengatakan bahwa dirinya sulit

untuk mengontrol emosi.

Pasien mengatakan dirinya mudah

tersinggung.

Pasien mengatakan kalau dirinya marah

suka mengeluarkan kata-kata yang tidak

pantas diucapkan, dan suka membanting

barang-barang yang ada dirumah.

Data Objektif

Pasien sesekali pernah menunjukkan tanda

Resiko Perilaku Kekerasan

Page 34: ASKEP PERSENTASI WAHAM

perilaku kekerasan (muka merah, tenggang,

dan tangan menggepal) saat dirinya merasa

terintimidasi, seperti saat dibilang tangannya

kotor, mengambil celana dalam temannya,

dan dan mudah marah saat keinginannya

tidak tercapai (seperti minta di hubungi

keluarganya atau saat minta dibuka pintu

saat jam istirahat).

Afek labil (suasana hati mudah berubah-

ubah).

Page 35: ASKEP PERSENTASI WAHAM

3.4 INTERVENSI.

No Diagnosa NOC NIC Rasional

1. Resiko Prilaku

Kekerasan

Menunjukkan pengendalian

diri terhadap agresi

dibuktikan dengan menahan

diri dari:

Menyeranga dengan kata-

kata.

Menyerang orang lain

Menyerang ruang pribadi

orang lain

Membahayakan orang lain

Menghancurkan barang-

barang milik pribadi dan

orang lain.

1. Dukungan perlindungan

terhadap penganiayaan.

2. Bantuan pengendalian

amarah.

3. Manajemen perilaku

4. Manajemen lingkungan;

pencegahan kekerasan.

5. Pelatihan kendali impulsif

1. Mengidentifikasi hubungan

bergantung dan beresiko tinggi serta

tindakan untuk mencegah penderitaan

akibat kekerasan fisik atau emosi.

2. Memfasilitasi pengungkapan marah

dalam cara yang adaptif, tanpa

kekerasan.

3. Membantu pasien menatalaksana

perilaku kekerasan.

4. Memantau dan memanipulasi

lingkungan fisik untuk menurunkan

potensi perilaku kekerasan

terhadapndiri sendiri dan orang lain.

5. Membantu pasien memediasi perilaku

impulsive melalui penerapan strategi

penyelesaian masalah terhadap situasi

social dan interpersonal.

2. Gangguan Proses Menunjukkan orientasi 10. Penurunan ansietas 10. Meminimalkan ketakutan ,

Page 36: ASKEP PERSENTASI WAHAM

Pikir : Waham kognitf dengan indicator

dapat mengidentifikasi diri,

orang terdekat, tempat saat

ini, hari, bukan dan tahun.

Menunjukkan pembuatan

keputuusan.

Menunjukkan proses pikir

yang logis dan terorganisir.

Tidak mudah distraksi.

Tidak menunjukkan

halusinasi dan waham.

11. Manajemen prilaku :

overaktifitas/kurang

perhatian.

12. Dukungan pembuatan

keputusan.

13. Manajemen waham.

14. Menejemen halusinasi.

15. Pelatihan memori

16. Orientasi realita.

firasat atau ketidaknyamanan terkait

perkiraan sumber bahaya yang tidak

jelas.

11. Menyediakan lingkungan

terapeutik untuk mengakomodasi

perhatian pasien dan/ atau

overaktifitas pasien sambil

meningkatkan fungsi optimal.

12. Memberi informasi dan

dukungan kepada pasien yang

membuat keputusan terkait layanan

kesehatan

13. Meningkatkan kenyamanan,

keamanan, dan orientasi realita yang

mengalami keyakinan yang salah dan

kuat.

14. Meningkatkan keamanan,

kenyamanan, dan orientasi realita

pasien yang mengalami halusinasi.

15. Memfasilitasi memori

16. Meningkatkan kesadaran pasien

terhadap identitas personal, waktu

Page 37: ASKEP PERSENTASI WAHAM

17. Peningkatan kesadaran

diri.

18. Peningkatan harga diri.

dan lingkungan.

17. Membantu pasien menggali dan

memahami gagasan, perasaan,

motivasi, dan perilaku mereka.

18. Membantu pasien meningkatkan

penilaian peribadi tentang harga diri.

Page 38: ASKEP PERSENTASI WAHAM

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI