Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian terhadap siswa-siswi kelas XI IPA 4 Tahun Pelajaran
2009-2010 SMA Negeri 10 Bandar Lampung berupa data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif berupa data aktivitas on task siswa dan data
keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen kimia, sedangkan data
kuantitatif berupa nilai penguasaan konsep asam basa.
1. Data Kualitatif
a. Data aktivitas on task siswa
Data aktivitas on task siswa dalam pembelajaran diperoleh melalui
lembar observasi aktivitas on task (Lampiran 8 halaman 135). Data
persentase rata-rata setiap jenis aktivitas on task siswa tiap pertemuan
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
37
Tabel 2. Data persentase aktivitas on task siswa tiap pertemuan
Siklus Pertemuan Persentase setiap jenis aktivitas (%)
A B C D
I
1 13,79 27,59 3,45 6,90
2 13,79 31,03 6,90 3,45
3 17,24 34,48 3,45 6,90
II
1 17,24 31,03 3,45 6,90
2 24,14 37,93 6,90 6,90
3 24,14 41,38 6,90 10,34
Data persentase rata-rata setiap jenis aktivitas on task siswa tiap siklus
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Data persentase setiap jenis aktivitas on task dari tiap siklus
Siklus Persentase setiap jenis aktivitas on task siswa (%)
A B C D
I 14,94 31,03 4,60 5,75
II 21,84 36,78 5,75 8,05
38
Berikut ini adalah grafik rata-rata setiap jenis aktivitas on task siswa
pada siklus I dan II.
21.84
36.78
8.05
14.94
31.03
4.605.755.75
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
A B C D
J enis Aktivta s On T a sk
Pe
rse
nta
se
ra
ta-r
ata
ak
tiv
ita
s
on
ta
sk
sis
wa
(%
)
S IK L US I
S IK L US II
Gambar 2. Grafik rata-rata setiap jenis aktivitas on task pada siklus I dan II.
Keterangan A : bertanya pada guru saat pembelajaran, B :
menjawab pertanyaan guru saat pembelajaran, C : mengemukakan
pendapat saat diskusi kelompok/diskusi kelas, dan D : bertanya
kepada kelompok lain.
Data peningkatan rata-rata aktivitas on task siswa dari siklus I ke
siklus II dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Data peningkatan rata-rata aktivitas on task siswa dari siklus I
ke siklus II
Siklus Rata-rata aktivitas on task dari siklus I ke siklus II sA%
I 56,32 28,59
II 72,42
b. Data keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen kimia
Data keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen kimia
diperoleh melalui lembar penilaian keterampilan siswa menggunakan
39
alat-alat eksperimen kimia (Lampiran 9 halaman 139). Data per
kriteria keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen kimia
pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Data per kriteria keterampilan siswa menggunakan alat-alat
eksperimen kimia pada siklus I dan II
Siklus I
Persentase tiap kriteria keterampilan siswa menggunakan alat-
alat eksperimen kimia (%)
Tidak
terampil (TT)
Kurang
terampil (KK)
Terampil
(T)
Sangat
terampil (ST)
I 0 24,14 41,38 34,48
II 0 13,79 20,69 65,52
Berikut ini adalah grafik per kriteria keterampilan siswa menggunakan
alat-alat eksperimen kimia pada siklus I dan II.
24.14
41.38
65.52
34.48
13.79
20.69
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
K urang Terampil
(K T)
Terampil (T) S angat Terampil
(S T)
K riteria
Pe
rse
nta
se
kri
teri
a k
ete
ram
pil
an
sis
wa
ya
ng
me
ng
gu
na
ka
n a
lat-
ala
t e
ks
pe
rim
en
kim
ia (
%)
S IK L US I
S IK L US II
Gambar 3. Grafik keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen kimia
per kriteria pada siklus I dan II.
40
Data peningkatan rata-rata keterampilan siswa menggunakan alat-alat
eksperimen kimia dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada Tabel 6
berikut ini.
Tabel 6. Data peningkatan rata-rata keterampilan siswa menggunakan
alat-alat eksperimen dari siklus I ke siklus II
Siklus Rata-rata keterampilan siswa menggunakan
alat-alat eksperimen kimia (%) sP %
I 71,26 12,10
II 79,88
2. Data Kuantitatif
Data selengkapnya tentang peningkatan rata-rata penguasaan konsep tiap
siklus ditampilkan pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Data peningkatan rata-rata penguasaan konsep siswa dari siklus I
ke siklus II
Siklus Rata-rata nilai penguasaan
konsep
Peningkatan rata-rata
penguasaan konsep (%)
I 78,52 5,40
II 82,76
41
Berikut ini adalah grafik rata-rata penguasaan konsep pada siklus I dan II.
78.52
82.76
76
77
78
79
80
81
82
83
84
I II
S iklus
Nil
ai
Ra
ta-r
ata
Te
s F
orm
ati
f
Gambar 4. Grafik rata-rata penguasaan konsep pada siklus I dan II
Data selengkapnya tentang peningkatan rata-rata penguasaan konsep tiap
siklus ditampilkan pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Data ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II
Siklus I Siklus II
%Rn = 29
23 x 100% = 79,31% %Rn+1 =
29
24 x 100% = 82,76%
42
Berikut ini adalah grafik ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II.
79.31
82.76
77
78
79
80
81
82
83
84
I II
Siklus
Sis
wa y
an
g m
em
pero
leh
nil
ai
≥ 7
0 (
%)
Gambar 5. Grafik ketuntasan belajar siswa
B. Pembahasan
1. Siklus I
Fokus pembelajaran pada siklus I adalah sub materi pokok teori asam basa
Arrhenius, derajat keasaman (pH), dan kekuatan asam basa. Siklus I terdiri
dari tiga pertemuan. Pertemuan I berlangsung selama 2 x 45 menit dengan
materi pembelajarannya adalah teori asam basa Arrhenius. Di dalam proses
pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang teori asam
basa Arrhenius melalui pemberian sampel seperti air jeruk nipis dan air sabun
dan menanyakan rasa dari kedua sampel tersebut. Setelah memberikan
apersepsi, guru mengorientasikan masalah yang berkaitan dengan teori asam
basa Arrhenius kepada siswa, yang selanjutnya masalah tersebut harus dihipo-
tesis oleh siswa, yaitu siswa harus merumuskan kemungkinan-kemungkinan
jawaban atas masalah tersebut yang masih perlu diuji kebenarannya.
43
Dalam fase konvergen, siswa dalam kelompoknya masing-masing melakukan
eksperimen. Setelah itu, masing-masing siswa berdiskusi dalam masing-
masing kelompoknya untuk mengisi LKS dan mengerjakan latihan-latihan
soal yang terdapat dalam LKS agar siswa dapat memecahkan masalah yang
ada dalam pembelajaran, kemudian mempresentasikan hasil diskusinya yang
mana hasil presentasi tersebut akan ditanggapi oleh kelompok lain. Di dalam
diskusi kelompok atau diskusi kelas, jumlah siswa yang bertanya kepada guru
ada empat orang, menjawab pertanyaan dari guru ada delapan orang dengan
jumlah pertanyaan yang diberikan sekitar enam pertanyaan, mengemukakan
pendapat ketika diskusi ada satu orang, dan bertanya kepada kelompok lain
ada dua orang, sedangkan siswa yang lainnya masih ragu-ragu dan bingung
dalam menyusun kalimat, selain itu, siswa juga masih mempunyai pikiran
‘takut salah’, sehingga siswa lebih memilih diam.
Pertemuan II berlangsung selama 2 x 45 menit dengan materi pembelajar-
annya adalah derajat keasaman (pH). Di dalam proses pembelajaran, siswa
dalam kelompoknya masing-masing melakukan eksperimen. Setelah itu,
masing-masing siswa berdiskusi dalam masing-masing kelompoknya untuk
mengisi LKS dan mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat dalam LKS,
kemudian mempresentasikan hasil diskusinya yang mana hasil presentasi ter-
sebut akan ditanggapi oleh kelompok lain. Di dalam diskusi kelompok atau
diskusi kelas, jumlah siswa yang bertanya kepada guru ada empat orang,
menjawab pertanyaan dari guru ada sembilan orang, mengemukakan pendapat
ketika diskusi ada dua orang, dan bertanya kepada kelompok lain ada satu
orang.
44
Pertemuan III berlangsung selama 3 x 45 menit dengan materi pembelajar-
annya adalah kekuatan asam basa. Di dalam proses pembelajaran, siswa
dalam kelompoknya masing-masing melakukan eksperimen. Setelah itu,
masing-masing siswa berdiskusi dalam masing-masing kelompoknya untuk
mengisi LKS dan mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat dalam LKS,
kemudian mempresentasikan hasil diskusinya yang mana hasil presentasi ter-
sebut akan ditanggapi oleh kelompok lain. Di dalam diskusi kelompok atau
diskusi kelas, jumlah siswa yang bertanya kepada guru ada lima orang, men-
jawab pertanyaan dari guru ada sepuluh orang, mengemukakan pendapat
ketika diskusi ada satu orang, dan bertanya kepada kelompok lain ada dua
orang.
Aktivitas on task belajar siswa diukur dari hasil observasi aktivitas siswa
melalui lembar observasi aktivitas on task belajar siswa setiap pertemuan yang
terdiri dari bertanya kepada guru saat pembelajaran, menjawab pertanyaan
dari guru saat pembelajaran, mengemukakan pendapat ketika diskusi kelas,
dan bertanya kepada kelompok lain saat diskusi kelas. Pada siklus I diper-
oleh persentase rata-rata tiap jenis aktivitas on task siswa yang terdiri dari
aktivitas bertanya pada guru saat pembelajaran sebesar 14,94%, menjawab
pertanyaan dari guru saat pembelajaran sebesar 31,03%, mengemukakan
pendapat ketika diskusi kelas sebesar 4,60%, dan bertanya kepada kelompok
lain ketika diskusi kelas sebesar 5,75%. Persentase rata-rata tiap jenis
aktivitas on task siswa pada siklus I tersebut menunjukkan bahwa siswa masih
kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa belum
memahami dan belum terbiasa dengan pembelajaran problem solving, belum
45
adanya rasa tanggungjawab siswa terhadap tugas yang diberikan dalam
kelompok mereka, serta masih banyak siswa yang bekerja sendiri-sendiri
dalam kelompok. Selain itu, siswa yang memiliki kemampuan akademik
rendah cenderung malas dan hanya menyalin jawaban LKS temannya yang
lebih pandai. Guru peneliti juga masih belum baik dalam mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam berdiskusi,
tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran
berlangsung, dan menindak siswa yang tidak serius belajar yang mana hal-hal
tersebut dapat dilihat pada lembar observasi kinerja guru.
Pada akhir siklus I diadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan
konsep siswa terhadap pembelajaran kimia pada siklus I tersebut. Tes for-
matif disusun berdasarkan indikator pembelajaran yang ingin dicapai. Rata-
rata hasil tes formatif siswa pada siklus I adalah 78,52. Siswa yang memper-
oleh nilai ≥ 70 sebanyak 23 siswa (79,31%), sedangkan siswa yang memper-
oleh nilai < 70 sebanyak 6 siswa (20,69%) dari 29 siswa. Nilai rata-rata hasil
penguasaan konsep siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa kelas XI
IPA 4 belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh SMA Negeri 10 Bandar
Lampung, yaitu 100% siswa yang mendapat nilai ≥ 70. Siswa yang memper-
oleh nilai ≥ 70 merupakan siswa yang aktif, sedangkan siswa yang memper-
oleh nilai < 70 merupakan siswa yang kurang aktif saat proses pembelajaran
berlangsung, akan tetapi ada beberapa siswa yang aktif dalam proses pembel-
ajaran memperoleh nilai < 70. Hal ini disebabkan siswa kurang teliti dalam
mengisi jawaban tes formatif yang diberikan. Siswa juga belum terbiasa
membangun suatu konsep dari pengalaman-pengalaman belajar yang
46
diberikan oleh guru karena siswa masih terbiasa dengan pola pembelajaran
konvensional.
Dalam pola pembelajaran konvensional, siswa tidak dilibatkan dalam mem-
bangun konsep dan hanya terpusat pada guru. Kebiasaan seperti ini menye-
babkan siswa terbiasa untuk malas berpikir, sehingga kemampuan siswa untuk
membangun konsep kurang terarah. Hal ini terlihat ketika proses pembelajar-
an berlangsung, siswa kesulitan dalam menghubungkan apa yang guru sam-
paikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam LKS, padahal
LKS yang diberikan telah disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat
membantu siswa dalam membangun konsep.
Berdasarkan hasil observasi terhadap keterampilan siswa dalam menggu-
nakan alat-alat eksperimen kimia diperoleh data bahwa keterampilan siswa
pada siklus I ini yang termasuk dalam kategori kurang terampil sebanyak
24,14%, terampil sebanyak 41,38%, dan sangat terampil sebanyak 34,48%
(Gambar 3). Masih adanya siswa yang termasuk kategori kurang terampil
disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan eksperimen di laborato-
rium dan masih minimnya frekuensi praktikum yang dilakukan siswa selama
ini. Saat menggunakan pipet tetes, sebagian siswa memegang pipet tetes
dengan salah, yaitu memencet karet pipet tetes di dalam larutan, dan saat
menggunakan indikator universal, sebagian siswa menyelupkan pita indikator
secara menyeluruh ke dalam larutan, dan dalam menyesuaikan warna pada
pita indikator dengan skala pH tidak tepat, hal itu terlihat dari lembar
47
observasi keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen kimia pada
Lampiran 9 halaman 139.
Setelah pelaksanaan siklus I, peneliti bersama guru mitra melakukan refleksi.
Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ter-
dapat pada siklus I. Pada refleksi I didapatkan fakta-fakta berikut : (1)
aktivitas on task siswa berupa mengemukakan pendapat dan bertanya kepada
kelompok lain ketika diskusi kelas/diskusi kelompok masih rendah ; (2) kete-
rampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen kimia masih rendah karena
masih ada beberapa siswa yang masuk dalam kriteria kurang terampil;
(3) masih ada beberapa siswa yang memiliki penguasaan konsep yang rendah
dan belum memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah, yaitu 100% siswa
memperoleh nilai ≥ 70; (4) guru belum cukup baik dalam mengorganisasikan
siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam berdiskusi, tanggap
dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlang-
sung, dan menindak siswa yang tidak serius belajar.
2. Siklus II
Sebelum melaksanakan penelitian, berdasarkan hasil refleksi I, peneliti
membuat perencanaan siklus II, yaitu : (1) memberikan penjelasan kepada
siswa secara detail dan menyeluruh sebelum eksperimen dilakukan; (2) men-
jelaskan tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok; (3) meningkatkan
kinerja guru dalam hal memotivasi siswa untuk belajar dengan cara memberi-
kan semangat melalui nasehat-nasehat dan memberikan lebih banyak contoh-
contoh yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang terdapat di kehidupan
48
sehari-hari, guru harus lebih baik dalam mengorganisasikan siswa dalam
kelompok belajar, membimbing siswa dalam berdiskusi, tanggap dalam mem-
bantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung, dan
menindak siswa yang tidak serius belajar, dan guru harus lebih teliti dalam
memperhatikan siswa ketika melalui fase divergen dan fase konvergen apabila
ada siswa yang terlihat bingung atau belum paham; dan (4) merevisi RPP.
Fokus pembelajaran pada siklus II adalah sub materi pokok indikator asam
basa, teori asam basa Bronsted-Lowry dan Lewis, serta pencemaran air.
Siklus II terdiri dari tiga pertemuan. Pertemuan I berlangsung selama 2 x 45
menit dengan materi pembelajarannya adalah indikator asam basa, pertemuan
II berlangsung selama 2 x 45 menit dengan materi pembelajarannya adalah
teori asam basa Bronsted-Lowry dan Lewis, serta pertemuan III berlangsung
selama 3 x 45 menit dengan materi pembelajarannya adalah pencemaran air.
Beberapa usaha yang dilakukan oleh guru peneliti untuk meningkatkan
aktivitas on task, keterampilan siswa menggunakan alat-alat eksperimen
kimia, dan penguasaan konsep siswa pada siklus II ini adalah memberikan
penjelasan kepada siswa secara detail dan menyeluruh sebelum eksperimen
dilakukan, menjelaskan tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok, me-
ningkatkan kinerja guru dalam hal memotivasi siswa untuk belajar dengan
cara memberikan semangat melalui nasehat-nasehat dan memberikan lebih
banyak contoh-contoh yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang
terdapat di kehidupan sehari-hari, mengorganisasikan siswa dalam kelompok
belajar, membimbing siswa dalam berdiskusi, tanggap dalam membantu siswa
49
yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung, dan menindak
siswa yang tidak serius belajar, lebih teliti dalam memperhatikan siswa ketika
melalui fase divergen dan fase konvergen apabila ada siswa yang terlihat
bingung atau belum paham, serta merevisi RPP.
Pada siklus II, beberapa siswa yang pada siklus I tidak aktif, mulai aktif.
Siswa sudah bersedia bertanya kepada guru saat pembelajaran apabila mereka
merasa bingung atau belum mengerti, menjawab pertanyaan dari guru saat
pembelajaran walaupun terkadang ada jawaban yang kurang tepat. Siswa
terlihat lebih antusias ketika diskusi dan presentasi kelompok berlangsung.
Dalam mengemukakan pendapat saat diskusi, siswa sudah bersedia
mengemukakan pendapatnya dengan cukup baik dan siswa dalam suatu
kelompok juga sudah bersedia bertanya kepada yang kelompok lainnya.
Selain itu, siswa mulai menyadari tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan kepada mereka. Siswa yang sudah aktif dalam pembelajaran pada
siklus I semakin aktif pada siklus II.
Pada siklus II diperoleh persentase rata-rata tiap jenis aktivitas on task siswa
yang terdiri dari bertanya kepada guru saat pembelajaran adalah sebesar
21,84%, menjawab pertanyaan dari guru saat pembelajaran sebesar 36,78%,
mengemukakan pendapat ketika diskusi kelas sebesar 5,75%, dan bertanya
kepada kelompok lain sebesar 8,05% (Gambar 2). Dari siklus I ke siklus II
terjadi peningkatan seluruh aktivitas on task siswa dalam pembelajaran
sebesar 28,59% (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa indikator kinerja
untuk peningkatan rata-rata aktivitas on task siswa sebesar 5% tercapai. Pada
50
siklus ini, siswa sudah banyak melakukan aktivitas yang relevan dengan pem-
belajaran. Aktivitas belajar dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkat-
kan hasil belajar. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak menda-
tangkan hasil bagi siswa karena kesan yang didapatkan oleh siswa lebih tahan
lama tersimpan di dalam benak mereka. Hasil penelitian khususnya pada
aktivitas on task ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Djamarah dan
Zain (2002).
Berdasarkan hasil observasi terhadap keterampilan siswa dalam menggu-
nakan alat-alat eksperimen kimia diperoleh data bahwa keterampilan siswa
pada siklus II ini yang termasuk dalam kategori kurang terampil sebanyak
13,79%, terampil sebanyak 20,69%, dan sangat terampil sebanyak 65,52%
(Gambar 3). Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan keterampilan siswa
dalam menggunakan alat-alat eksperimen kimia sebesar 12,10%. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator kinerja untuk peningkatan keterampilan siswa
menggunakan alat-alat eksperimen kimia sebesar 5% tercapai.
Pada siklus II diperoleh rata-rata nilai penguasaan konsep siswa sebesar 82,76
(Gambar 4). Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai penguasaan konsep pada
siklus I, terjadi peningkatan sebesar 5,40%, yaitu dari 78,52 menjadi 82,76
pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa indikator kinerja untuk peningkat-
an rata-rata penguasaan konsep siswa sebesar 5% tercapai. Pada siklus ini,
siswa sudah tidak mengandalkan hapalan saja, tetapi lebih memperhatikan
hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Hal ini selaras dengan
apa yang dikemukakan oleh Dahar (1998).
51
Sampai pada siklus II rata-rata nilai penguasaan konsep siswa masih belum
memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah, yaitu 100% memperoleh nilai ≥70
karena hanya 82,76% siswa yang memperoleh nilai ≥ 70, sedangkan 17,24%
siswa belum. Belum terpenuhinya KKM tersebut dikarenakan guru masih
kurang memperhatikan karakteristik tiap siswa terutama siswa yang belum
tuntas dalam belajar dan waktu pelaksanaan tes formatif kurang disesuaikan
dengan kesiapan siswa. Pada akhir siklus II kembali diadakan refleksi untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi. Pada tahap refleksi II di-
dapatkan fakta, yaitu : (1) aktivitas on task siswa dalam pembelajaran
meningkat; (2) keterampilan siswa dalam menggunakan alat-alat eksperimen
kimia meningkat; (3) penguasaan konsep sebagian besar siswa meningkat; (4)
guru sudah baik dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar,
membimbing siswa dalam diskusi, tanggap dalam membantu siswa yang
mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung, menindak siswa yang
tidak serius belajar, namun guru masih belum cukup baik dalam memperhati-
kan karakteristik tiap siswa dalam belajar dan mengelola waktu mengingat
padatnya materi pembelajaran.
Pada siklus II ini, siswa cukup terbiasa aktif dalam membangun pengetahuan-
nya baik secara individu maupun secara sosial, tekanan dalam proses belajar
lebih pada proses bukan pada hasil akhir, dan guru hanya sebagai fasilitator
yang hanya membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi
dan penemuan konsep berjalan. Hal tersebut selaras dengan apa yang dikemu-
kakan oleh Suparno (1997).
52
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode problem solving
dapat meningkatkan hasil belajar materi pokok asam basa. Metode problem
solving memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan aktivitas
dan kemampuan berpikir mereka serta membangun konsep berdasarkan
pengetahuan yang mereka peroleh sebelumnya melalui pengalaman nyata
sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.