22
LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Pendidikan Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Di RSU Kardinah Tegal Pembimbing : Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK Disusun oleh : DANIA QISTI 030.04.050 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL PERIODE 29 NOVEMBER 2010 – 01 JANUARI 2011

Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

LAPORAN KASUS

TINEA KRURIS ET KORPORIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Pendidikan Profesi

Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti

Di RSU Kardinah Tegal

Pembimbing :

Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK

Disusun oleh :

DANIA QISTI

030.04.050

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL

PERIODE 29 NOVEMBER 2010 – 01 JANUARI 2011

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Page 2: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

TINEA KRURIS ET KORPORIS

Oleh:

Dania Qisti

030.04.050

Telah diterima/disetujui oleh pembimbing

Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK

Pada Desember 2010

Pembimbing Koordinator Kepaniteraan Klinik

Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK dr. Erna Khaeriyah

Page 3: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

LAPORANKASUS

TINEA KRURIS ET KORPORIS

Pembimbing : Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK

Disusun oleh : Dania Qisti

I. PENDAHULUAN

Penyakit infeksi jamur pada kulit mempunyai prevalensi yang cukup tinggi di

Indonesia. Hal ini disebabkan karena negara Indonesia memiliki iklim tropis dan

kelembaban yang tinggi.1 Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh

golongan jamur dermatofit. Golongan jamur dermatofit bersifat keratolitik yang

artinya menyerang lapisan kulit yang mengandung keratin (zat tanduk) yaitu mulai

dari stratum korneum sampai dengan stratum basalis, rambut dan kuku. Golongan

Jamur dermatofit antara lain adalah adalah Trichophyton, Epidermophyton dan

Microsporum.2 Berdasarkan habitatnya dermatofit digolongkan sebagai antropofilik

(manusia), zoofilik (hewan), dan geofilik (tanah). Dermatofit yang antropofilik paling

sering sebagai sumber infeksi tinea, tetapi sumber yang zoofilik di identifikasi (jika

mungkin) untuk mencegah reinfeksi manusia.3 Nama penyakit akibat jamur

dermatofit ini sesuai dengan lokasi yang diserang oleh jamur tersebut. Penyakit

dermatofitosis dapat menyerang seluruh bagian dari tubuh.2

Tinea korporis adalah penyakit dermatofit pada kulit glabrosa , selain kulit

kepala, wajah, kaki, telapak tangan dan kaki, janggut dan lipatan paha. Manifestasinya

akibat infiltrasi dan proliferasinya pada stratum korneum dan tidak berkembang pada

jaringan yang hidup. Metabolisme dari jamur dipercaya menyebabkan efek toksik dan

respon alergi.3

Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur dan paling sering terjadi pada

iklim yang panas (tropis dan subtropis). Ada beberapa macam variasi klinis dengan

lesi yang bervariasi dalam ukuran derajat inflamasi dan kedalamannya. Variasi ini

akibat perbedaan imunitas hospes dan spesies dari jamur. Tricophyton rubrum

Page 4: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

merupakan infeksi yang paling umum diseluruh dunia dan sekitar 47 % menyebabkan

tinea korporis.3

Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha,

genitalia dan sekitar anus yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.

Tinea kruris disebut juga eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of groin.

Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit

yang berlangsung seumur hidup. Tinea kruris merupakan salah satu bentuk klinis

yang sering di lihat di Indonesia.2

Infeksi dermatofit tidak menyebabkan mortalitas yang signifikan tetapi mereka

bisa berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Tinea korporis prevalensinya sama

antara pria dan wanita. Tinea kruris dan korporis mengenai semua orang dari semua

tingkatan usia. Secara geografi lebih sering pada daerah tropis daripada subtropis.

Biasanya mudah terjadi pada lingkungan dan daerah yang kotor dan lembab. Pakaian

ketat dan cuaca panas dihubungkan dengan banyaknya frekuensi dan beratnya erupsi.3

Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak

terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama

dengan kelainan pada sela paha, anogenital atau bahkan meluas ke daerah bokong.

Dalam hal ini di sebut tinea korporis et kruris atau sebaliknya tinea kruris et

korporis.2

Angka kejadian tinea kruris et korporis di poliklinik kulit dan kelamin RSUD

Kardinah Tegal pada periode Januari- November 2010 sebanyak 309 dari keseluruhan

899 kasus baru.

Berikut ini dilaporkan satu kasus tinea korporis pada seorang wanita berusia

70 tahun.

II. LAPORAN KASUS

Page 5: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

Seorang wanita berusia 70 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,

Menikah, pendidikan terakhir SD, beragama Islam, , datang berobat ke

Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah Tegal pada tanggal 30 November

2010 dengan keluhan utama bruntus-bruntus kemerahan bersisik yang terasa

gatal pada lipat paha kiri ,lengan kanan atas, ketiak kiri yang meluas ke

payudara kiri, punggung kiri dan pinggang bagian kiri

ANAMNESA KHUSUS

Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 30 November 2010, di

Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah Tegal.

Sekitar 1,5 tahun yang lalu mulai muncul bruntus-bruntus kemerahan

bersisik halus di bagian lipat paha kiri yang dirasakan gatal dan semakin

hebat apabila berkeringat. Bruntus kemerahan tersebut awalnya hanya sebesar

koin logam, Karena tidak dapat menahan gatalnya, pasien menggaruk sampai

lecet dan perih. Semakin lama bruntus kemerahan tersebut semakin melebar

dan menghitam. Sekitar 7 bulan yang lalu, daerah sekitar lengan kanan atas

pun mulai timbul bruntus-bruntus kemerahan bersisik halus yang serupa

dengan yang pertama muncul di sela paha kiri, terasa gatal terutama saat

pasien beraktifitas dan mengeluarkan banyak keringat. Bruntus ini pun

dirasakan makin melebar dan menjadi hitam karena garukan saat gatal.

6 bulan yang lalu muncul bruntus-bruntus di tempat lain yaitu ketiak

kiri yang meluas ke payudara kiri, punggung kiri dan pinggang bagian kiri.

Saat itulah pasien mulai berobat ke puskesmas dan diberi obat salep berwarna

putih yang harus dioles 3 kali sehari dan pil kecil berwarna putih yang harus

diminum 3 kali sehari dan bedak dingin. Setelah 1 minggu memakai obat dari

puskesmas, pasien merasa gatal berkurang, namun 3 minggu kemudian gatal

dirasa kembali terutama saat berkeringat. Lalu, pada tanggal 30 november

2010 pasien datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah

Tegal dengan keluhan utama bruntus-bruntus kemerahan bersisik yang terasa

gatal pada lipat paha kiri ,lengan kanan atas, ketiak kiri yang meluas ke

payudara kiri, punggung kiri dan pinggang bagian kiri.

Pasien mengaku mudah berkeringat saat aktifitas dan tidak langsung

mengganti bajunya. Pasien mandi dan berganti pakaian dan pakaian dalam 1

kali dalam sehari. Pasien mandi menggunakan air sumur dan sabun mandi

Page 6: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

yang dipakai bersama dengan anggota keluarga lainnya. Handuk dipakai

sendiri-sendiri dan dicuci 3 minggu sekali. Anak pasien sempat mengalami

keluhan yang sama dengan pasien sekitar 3 minggu yang lalu, namun sudah

berobat ke puskesmas dan gejala mereda.

Pasien menyangkal adanya riwayat konsumsi obat tertentu dalam

jangka waktu lama, riwayat sesak nafas,darah tinggi,kencing manis, keputihan

pun disangkal.

II.3.Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 88 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Suhu : Afebris

Tinggi Badan : 153 cm

Berat Badan : 63 kg

Status gizi : Gizi berlebih

Kepala : Normocephali

Mata : Konjungtiva hiperemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), mukosa hiperemis (-)

Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)

Mulut : Kering (-), faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB

Thoraks :

Inspeksi : Bentuk simetris, gerak nafas simetris

Perkusi : Tidak diperiksa

Palpasi : Tidak diperiksa

Auskultasi : Tidak diperiksa

Abdomen : Datar, supel, terdapat kelainan kulit ( lihat status

dermatologikus)

Genitalia : Tidak diperiksa

Page 7: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

Extremitas : Akral hangat, tidak oedem.

Status Dermatologikus

Distribusi : Regional

Ad regio : lipat inguinal Sinistra, brachii dextra, axilla sinistra,mamae

sinistra dan thorax posterior sinistra

Jumlah lesi : multipel

Penyebaran : konfluens, bilateral

Batas : berbatas tegas

Bentuk dan susunan : polisiklik, tidak teratur

Ukuran : plakat

Efloresensi : Pada lipat inguinal Sinistra, brachii dextra, axilla

sinistra,mamae sinistra dan thorax posterior sinistra tampak

makula eritema tepi aktif dan penyembuhan sentral ,bagian tepi

lesi terdapat papul-papul eritematosa dan

vesikel, ,hiperpigmentasi, skuama halus berwarna putih, dan

eksoriasi.

Page 8: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

Gambar Lokasi Dermatologi

II.4. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan mikologik kerokan kulit dengan KOH 10 % didapat

Hifa panjang bersepta dengan spora

II.5. Resume

Wanita berusia 70 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, Menikah,

pendidikan terakhir SD, beragama Islam, , datang berobat ke Poliklinik

Kulit dan Kelamin RSU Kardinah Tegal pada tanggal 30 November

2010 dengan keluhan utama bruntus-bruntus kemerahan bersisik yang

terasa gatal pada lipat paha kiri ,lengan kanan atas, ketiak kiri yang

meluas ke payudara kiri, punggung kiri dan pinggang bagian kiri.

Pada anamnesa didapatkan. Sejak1,5 tahun yang lalu terdapat papul

eritromatosa sebesar koin pada bagian lipat paha kiri yang dirasakan

Page 9: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

gatal dan semakin hebat apabila berkeringat. Berobat sekali ke

puskesmas, namun tidak sembuh. Lesi menghitam dan meluas ke lengan

kanan atas, ketiak kiri , payudara kiri, punggung kiri dan pinggang

bagian kiri .

Anak pasien mengalami gejala serupa 3 minggu yang lalu namun

gejala sudah mereda, riwayat konsumsi obat ( - ), sesak nafas ( - ), DM

( - ), Hipertensi ( - ), Leukorea ( - )

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis : status gizi berlebih

dan yang lain dalam batas normal

Pada pemeriksaan dermatologi didapatkan :

o Distribusi : Regioner

o Ad Regio : lipat inguinal kiri, brachii dextra, axilla

sinistra,mamae sinistra dan thorax

posterior sinistra

o Lesi : Multipel, konfluens, bilateral,

ukuran plakat ( 3 cm x 4 cm hingga 20 cm x 15 cm ), batas

tegas, tidak menimbul dari

permukaan kulit, kering.

o Efloresensi : Skuama, eritema, papul, scratch

effect, hiperpigmentasi , tepi

aktif disertai eksoriasi ,

Pada pemeriksaan penunjang dengan kerokan kulit dan KOH 10 %

didapatkan hifa panjang bersepta dengan spora.

II.6. Diagnosis Pasti

- Tinea kruris et korporis

II.7. Usulan Pemeriksaan Anjuran

1. Kerokan kulit pada lesi aktif dengan KOH 20% dan biakan agar

saboroud

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

Page 10: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

II.8. Penatalaksanaan

UMUM

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara pengobatannya

Menyarankan agar pasien selalu menjaga kebersihan diri dan

lingkungannya ( mandi minimal dua kali perhari, pakaian harus sering di

ganti bila berkeringat, serta rutin mencuci seprei dan selimut).

Menyarankan agar pasien menurunkan berat badannya secara bertahap.

Bila terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat

menyebabkan luka dan infeksi sekunder.

KHUSUS

Sistemik :

Anti jamur golongan imidazol : ketokonazol 200mg/hari selama 2

minggu

Topikal :

Anti jamur golongan imidazol : mikonazol krim 2x/hari selama 2

minggu dioleskan tipis pada lesi

II.9. Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad cosmetican : dubia ad bonam

Page 11: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

III. PEMBAHASAN

Diagnosis Tinea corporis et cruris pada pasien ini ditegakkan

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pada penyakit Tinea kruris et korporis adalah dermatofitosis pada

daerah kulit tak berambut pada wajah, badan, lengan dan tungkai. Sedangkan,

tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan

sekitar anus. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitor-krural saja, atau

meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau

bagian tubuh yang lain. Terdapat pada semua umur tetapi lebih sering

menyerang orang dewasa. Tinea corporis bisa ditularkan langsung dari

manusia atau binatang, melalui autoinokulasi. Anak – anak lebih sering

melalui patogen zoofilik. Pakaian yang terlalu tertutup, lingkungan yang kotor,

kontak kulit yang sering dan trauma minor menciptakan lingkungan yang

subur untuk dermatofita. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun,

bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup.(1,2)

Gejala subjektif berupa keluhan gatal terutama jika berkeringat.(3)

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas

tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang – kadang dengan vesikel dan papul

di tepi. Lesi dengan tepi aktif dengan penyembuhan sentral. Daerah tengahnya

biasanya lebih tenang. Kadang – kadang terlihat erosi dan krusta akibat

garukan. Lesi – lesi pada umumnya merupakan bercak – bercak terpisah satu

dengan yang lain. Oleh karena gatal dan digaruk, maka lesi akan semakin

meluas, terutama pada daerah kulit yang lembab. Sehingga kelainan kulit

dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena

beberapa lesi kulit menjadi satu. Teori ini sesuai dengan hasil yang ditemukan

pada pasien ini. Pada tinea corporis yang menahun, tanda radang mendadak

biasanya tidak terlihat lagi.(1) Infeksi dermatofita 5 kali lebih sering pada pria

dibandingkan wanita.(2)

Pada kasus ini, pasien mengeluh adanya bruntus-bruntus kemerahan

bersisik yang terasa gatal pada lipat paha kiri ,lengan kanan atas, ketiak kiri

yang meluas ke payudara kiri, punggung kiri dan pinggang bagian kiri.

Page 12: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

Pada anamnesa didapatkan. Sejak1,5 tahun yang lalu terdapat papul

eritromatosa sebesar koin pada bagian lipat paha kiri yang dirasakan gatal dan

semakin hebat apabila berkeringat. Berobat sekali ke puskesmas, namun tidak

sembuh. Lesi menghitam dan meluas ke lengan kanan atas, ketiak kiri ,

payudara kiri, punggung kiri dan pinggang bagian kiri .

Anak pasien mengalami gejala serupa 3 minggu yang lalu namun

gejala sudah mereda, riwayat konsumsi obat ( - ), sesak nafas ( - ), DM ( - ),

Hipertensi ( - ), Leukorea ( - )

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis : status gizi berlebih

dan yang lain dalam batas normal

Pada pemeriksaan dermatologi didapatkan distribusi regioner pada ad

regio : lipat inguinal kiri, brachii dextra, axilla sinistra,mamae sinistra dan

thorax posterior sinistra. Lesi : Multipel, konfluens, bilateral, ukuran plakat

( 3 cm x 4 cm hingga 20 cm x 15 cm ), batas tegas, tidak menimbul dari

permukaan kulit, kering. Efloresensi: Skuama, eritema, papul, scratch effect,

hiperpigmentasi , tepi aktif disertai eksoriasi ,

Pada pemeriksaan penunjang dengan kerokan kulit dan KOH 10 %

didapatkan hifa panjang bersepta dengan spora

Pemeriksaan fisik diatas sesuai dengan kepustakaan mengenai tinea

korporis et kruris. Hal ini dapat didiagnosis banding dengan Dermatitis

seboroik. Menurut kepustakaan, predileksi dermatitis seboroik pada daerah

yang banyak mengandung kelenjar palit, misalnya kulit kepala, dahi, leher,

interskapula dan lipat paha atau lipatan kulit. Klinis dermatitis seboroik berupa

eritema dan skuama berminyak agak kekuningan, batasnya kurang tegas.(1)

Dermatitis seboroik terjadi pada bayi namun biasanya menghilang pada usia 6

bulan dan bisa muncul kembali pada pubertas.(4) Insidens dermatitis seboroik

mencapai puncak pada umur 18 – 40 tahun. Dengan demikian dermatitis

seboroik dapat disingkirkan.

Menurut kepustakaan, pitriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum

diketahui penyebabnya, ada yang mengemukakan bahwa penyebabnya virus,

karena penyakit ini self limiting disease, dimulai sebuah lesi inisial berbentuk

eritema dan skuama halus. Pitriasis rosea didapati pada semua umur, terutama

antara 15-40 tahun, pada wanita dan pria sama banyaknya. Umumnya di

Page 13: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

badan, solitar, berbentuk oval dan anular, diameter 3 cm. Kemudian disusul

oleh lesi-lesi yang kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai

dengan lipatan kulit dan biasanya sembuh dalam waktu 3-8 minggu. Faktor

yang mungkin mempengaruhi timbulnya penyakit dari lingkungan lebih sering

pada cuaca dingin, banyak pada musim hujan. Kebersihan tidak berpengaruh.(1,3) Dengan begitu pitriasis rosea tersingkir.

Menurut kepustakaan, morbus hansen merupakan penyakit infeksi

mikobakterium yang bersifat kronik progresif, mula-mula menyerang saraf

tepi, dan kemudian terdapat manifestasi kulit. Penyebabnya Mycobacterium

leprae, basil tahan asam. Kelompok umur terbanyak adalah 25-35 tahun;

dibawah itu jarang. Frekuensi yang sama pada pria dan wanita. Pada ras kulit

hitam insidens bentuk tuberkuloid lebih tinggi dibandingkan tipe lepromatosa

yang cenderung pada ras kulit putih. Banyak pada negara-negara berkembang

dan golongan ekonomi rendah. Lingkungan yang kurang bersih. Lesi diawali

dengan bercak putih bersisik halus pada bagian tubuh, tidak gatal, kemudian

membesar dan meluas. Jika saraf sudah terkena, penderita mengeluh

kesemutan/baal pada bagian tubuh tertentu, ataupun kesukaran menggerakkan

anggota badan yang berlanjut dengan kekakuan sendi. Rambut alispun dapat

rontok. Lokalisasi dapat seluruh tubuh. Pada tipe TT efloresensi makula

eritematosa bulat atau lonjong, permukaan kering, batas tegas, anestesi, bagian

tengah sembuh; bakteriologi(-); tes lepromin positif kuat.(3) Maka Morbus

hansen tersingkir.

Penatalaksanaan umum pada pasien adalah menghilangkan faktor

predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu kering dan

memakai baju yang menyerap keringat. Terapi yang diberikan berupa anti

jamur sistemik dan topikal. Anti jamur sistemik yang diberikan yaitu anti

jamur golongan imidazol (ketokonazol 200 mg/hari) selama 2 minggu. Selain

itu juga diberikan anti jamur topikal yaitu anti jamur golongan imidazol

(mikonazol 2x/hari) selama 2 minggu. Diberikan golongan imidazol untuk

terapi sistemik maupun topikal karena umumnya berkhasiat fungistatik dan

pada dosis tinggi bekerja fungisid terhadap fungi tertentu. Imidazol memiliki

efektivitas klinis yang tinggi dengan angka kesembuhan berkisar 70-100%.

Mikonazol berkhasiat fungisid kuat dengan spectrum kerja yang lebar sekali.

Page 14: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

Sedangkan ketokonazol adalah fungistatikum imidazol pertama yang

digunakan per oral. Spektrum kerjanya mirip dengan mikonazol. Selain itu,

golongan imidazol efektif untuk yang resisten terhadap griseofulvin terutama

dengan penyakit yang menahun seperti pada kasus ini.

Prognosis dari tinea corporis et cruris ini akan baik dengan tingkat

kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan obat jamur golongan

imidazol sistemik dan topikal secara teratur dan juga dengan menjaga

kebersihan diri dan lingkungannya.

Page 15: Case Dania ( Tine Kruris Et Korporis )

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

keempat, cetakan pertama, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005 ; 92 – 99.

2. Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. Terdapat Dalam : Firtzpatirchk’s Dermatology

In General Medicine 6th ed [ebook]. New York : McGraw-Hill; 2003. p 205.

3. Siregar RS. Atlas berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta EGC.

2002 ; 17 – 20, 29 – 31.

4. Hall et al. Seborrheic Dermatitis. Terdapat Dalam : Sauer’s Manual of Skin

Diseases 8th ed [ebook]. New York : Lippincott Williams & Wilkins; 2000. Ch

13.