23
//BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat. Kecelakaan lalu- lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke.Pada kecelakaan lalu lintas banyak yang sebagian korban yang mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Mobilitas yang tinggi disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga. Tibia merupakan tulang panjang yang paling sering mengalami cedera. Tibia mempunyai permukaan subkutan yang paling panjang, sehingga paling sering terjadi fraktur terbuka. Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang berbeda (cruris), daya angulasi menimbulkan fraktur

Fraktur Kruris

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fraktur Kruris

Citation preview

Page 1: Fraktur Kruris

//BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita

perhatian masyarakat. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di

Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke.Pada kecelakaan lalu lintas banyak

yang sebagian korban yang mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang

tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Mobilitas yang tinggi disektor

lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai salah satu penyebab paling sering

terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat

karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga.

Tibia merupakan tulang panjang yang paling sering mengalami cedera.

Tibia mempunyai permukaan subkutan yang paling panjang, sehingga paling

sering terjadi fraktur terbuka. Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada

kedua tulang kaki dalam tingkat yang berbeda (cruris), daya angulasi

menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkat yang

sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus

kulit, cedera langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur. Kalau

kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup. Kecelakaan

sepeda motor adalah penyebab yang paling lazim. Banyak diantara fraktur itu

disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko komplikasinya berkaitan langsung

dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak.Jika tidak dapat menangani dan

merawat fraktur dengan cermat, akan dapat menyebabkan kecacatan yang berat.

Page 2: Fraktur Kruris

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan referat ini ada 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum: untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada fraktur

terbuka region cruris.

2. Tujuan khusus: untuk menyelesaikan tugas laporan kasus dari kepaniteraan

klinik di SMF Ilmu Bedah RSUD Cut Meutia, Kabupaten Aceh Utara.

Page 3: Fraktur Kruris

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mekanisme Trauma

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,

tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang

parsial. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,

tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, dan trauma

tidak langsung, trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.

Akibat trauna bergantung pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur

penderita.

2.2 Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur dibagi menjadi:

1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar

Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

Fraktur terbuka : Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui

luka pada kulit dan jaringan lunak.

2. Menurut etiologi

Fraktur traumatik : Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.

Fraktur patologis : Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan

patologis pada tulang maupun di luar tulang, misalnya tumor, infeksi atau

osteoporosis.

Fraktur stres : Terjadi karena beben lama atau trauma ringan yang terus-menerus

pada suatu tempat tertentu, misalnya fraktur pada tulang tibia atau metatarsal pada

tentara atau olehragawan yang sering berlari atau baris-berbaris.

Page 4: Fraktur Kruris

3. Menurut komplit tidaknya garis fraktur

Fraktur kompli : Apabila garis patah yang melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang seperti yang terlihat pada foto.

Fraktur tidak komplit : Apabila garis patah tidak melalui seluruh penampang

tulang, seperti: Hairline fracture, Greenstick fracture, Buckle fracture

4. Menurut garis fraktur

- Transversal

- Oblik

- Spiral

- Kominutif

- Kupu-kupu

- Segmental

- Depresi

5. Menurut bergeser atau tidak bergesernya fragmen-fragmen fraktur

Fraktur undisplaced : Garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.

Fraktur displaced : Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur.

2.3 Fraktur Tibia Dan Fibula

1. Frekuensi

Fraktur tibia merupakan fraktur yang paling sering dari semua fraktur

tulang panjang. Kejadian tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan

11,5 per 100.000 orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas inferior. Fraktur di

ekstremitas inferior paling banyak adalah fraktur yang terjadi pada diafisis tibia.

Page 5: Fraktur Kruris

2. Mortalitas dan Morbiditas

Ancaman kehilangan anggota gerak bawah dapat terjadi sebagai akibat

dari trauma jaringan lunak berat, gangguan neurovaskular, cedera arteri popliteal,

sindrom kompartemen, atau infeksi seperti gangren atau osteomyelitis. Cedera

arteri popliteal adalah cedera serius yang mengancam ekstremitas bawah dan

biasanya sering terabaikan.

Nervus perineus communis menyilang di samping collum dari fibula.

Saraf ini rentan terhadap cedera dari patah collum fibula, tekanan splint, atau

selama perbaikan bedah. Hal ini dapat mengakibatkan drop foot dan kelainan

sensibilitas. Delayed union, nonunion, dan arthritis dapat terjadi. Di antara tulang

panjang, tibia adalah yang paling umum dari fraktur nonunion.

3. Diagnosis

Anamnesis

Mekanisme trauma dan kejadian yang menyertainya meliputi waktu

terjadinya, jenisnya, berat ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien atau

ekstremitas yang bersangkutan. Riwayat trauma atau patah tulang sebelumnya,

riwayat penyakit tulang, osteoporosis atau penyakit penyebab osteoporosis

sebelumnya. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan,

gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak dan krepitasi.

Pemeriksaan Fisik

Lokalis:

Ditemukan tanda-tanda klinis patah tulang

Page 6: Fraktur Kruris

Inspeksi:

- Ekspresi wajah tampak kesakitan

- Deformitas yang berupa pembengkokan, terputar, pemendekan

- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak

- Gerak-gerak yang abnormal

- Keadaan vaskularisasi

Palpasi:

- Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Pemeriksaan ini sebaiknya

tidak dilakukan karena dapat menambah trauma

- Temperatur

- Nyeri tekan dan nyeri sumbu

- Palpasi arteri di sebelah distal fraktur

- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah

- Sensibilitas

Pergerakan:

- Fungsiolaesa. Seberapa jauh gangguan fungsi, gerak yang tidak

mampu dilakukan, ruang lingkup gerak sendi (ROM).

4. Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan radiologis dengan foto Roentgen.

Syarat pada pemeriksaan foto Roentgen:

- Patah tulang dipertengahan foto

- Persendian proksimal dan distal termasuk dalam foto

- Dua foto dua arah bersilangan 900

- Sinar menembus tegak lurus

Page 7: Fraktur Kruris

5. Penatalaksanaan

Fraktur biasanya merupakan akibat dari suatu trauma. Oleh karena itu

penting untuk memeriksa jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), dan

sirkulasi (circulation). Bila tidak didapatkan permasalahan lagi baru lakukan

anamnesis dan pemariksaan fisik yang lengkap.

Penatalaksanaan fraktur:

Terapi konservatif:

- Proteksi saja, missal mitela untuk fraktur collum chirurgicum humeri

dengan kedudukan baik

- Imobilisasi saja tanpa reposisi, misal pemasangan gibs pada fraktur

incomplete dan fraktur dengan kedudukan baik

- Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gibs, misalnya pada fraktur

asuprakondiler, fraktur Smith, fraktur Colles. Reposisi dapat

menggunakan anestesi lokal atau umum.

Terapi operatif:

- Reposisi terbuka, fiksasi interna

- Reposisi tertutup dengan control radiologist diikuti fiksasi eksterna.

- Pada fraktur tertutup diusahakan untuk melakukan reposisi tertutup.

Sedang untuk fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin,

penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi infeksi.

6. Komplikasi

- Shok hemoragi

- Shok neurovaskular

- Infeksi

Page 8: Fraktur Kruris

- Embolisasi

- Deformitas permanen

7. Fraktur Terbuka

Klasifikasi :

I. Luka bersih, panjang < 1 cm (biasanya luka dari dalam dengan cidera

jaringan lunak yang sedikit)

II. Laserasi > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak ekstensif, skin flaps atau

avulsi dan dengan fraktur transversal dan oblik yang simpel

III. Kerusakan jaringan lunak ekstensif seperti skin flaps, avulsi, dan cidera

otot dan saraf

IIIA. Kerusakan jaringan lunak ekstensif tapi penutupan tulang masih

adekuat, fraktur segmental dan luka tembak

IIIB. Kerusakan jaringan lunak ekstensif dengan stripping periosteal

ekstensif dan devaskularisasi tulang yang memerlukan graft atau flap

Manajemen :

Tipe I dan II : penutupan kulit primer

Tipe III : penutupan kulit delayed primer

8. Prognosis

Semua patah  tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan

terbukanya barier jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk

terjadinya infeksi. Seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang

terbuka, luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden periode) dan

setelah waktu tersebut, luka berubah menjadi luka infeksi.

Page 9: Fraktur Kruris

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Status Pasien

Identitas Penderita

Nama : Sdr. IR

Umur : 22 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : swasta

Agama : Islam

Alamat : Blang Rumoh

Status perkawinan : Belum Menikah

Suku : Aceh

Tanggal MRS : 18/10/2015

No. Reg : 475053

3.2 Anamnesa

Keluhan utama : Nyeri pada kaki kiri

Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri setelah terjadi kecelakaan sepeda

motor (18/10/2015 Pukul 18.30 WIB) dan menabrak sepeda motor lain dari arah

yang berlawanan. Pasien mengendarai motor dengan kelajuan ± 80 km/jam dan

Pasien jatuh dengan kaki nyangkut di ban penabrak. Pasien menggunakan helm

dan setelah jatuh pasien dalam keadaan sadar. Kaki kirinya terdapat luka dan tidak

bisa digerakkan, kemudian pasien dibawa ke RSUD Cut Meutia (18/10/2015

Pukul 20.15 WIB dalam keadaan sadar, kaki kiri terdapat luka robek ukuran 2 cm

berjumlah 2 robekan dan kaki sulit digerakkan.

Page 10: Fraktur Kruris

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat trauma sebelumnya tidak ditemukan

Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya

Riwayat pengobatan

- Setelah KLL pasien dirawat di RSUD Cut Meutia, dilakukan hecting situasi

dan dipasang spalk.

Riwayat Keluarga

DM (-)

Hipertensi (-)

3.3 Primary Survey

Kesadaran : Compos mentis

Airway : Tidak ada gangguan jalan nafas

Breathing : Pernafasan 20 x/mnt

Circulation : Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 64 x/mnt

Disability : GCS E4 V5 M6

Exposure : Suhu 37°C

3.4 Secondary Survey

Kepala - Leher

simetris tidak teraba adanya benjolan, trakea terletak di tengah, tidak teraba

pembesaran KGB

Page 11: Fraktur Kruris

Thorax

Paru :

Inspeksi : Simetris dalam stasis dan dinamis

Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri sama kuat

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung

Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi : Teraba ictus cordis

Perkusi : Redup

Batas atas : ICS II parasternal sinistra

Batas kanan : ICS IV sterna dextra

Batas kiri : ICS V midclavicula sinistra

Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 tunggal

Abdomen

Inspeksi : Distensi (-)

Palpasi : Distensi, nyeri tekan (+)

Perkusi : Dalam batas normal.

Auskultasi : Bising usus normal

Ekstremitas

Cruris Sinistra terdapat luka robek 2 cm dan terdapat 2 robekan dengan

pergeseran posisi kaki.

Page 12: Fraktur Kruris

Status Lokalis Regio Cruris Sinistra

Look : Luka terbuka ±2 cm,fragmen tulang terekspose, bleeding (+)

Feel : Nyeri tekan setempat (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat, AVN distal

normal, arteri dorsalis pedis teraba lemah dibandingkan bagian yang

sehat.

Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi tungkai kiri

terhambat, gerakan adduksi tungkai kiri terhambat, sakit bila digerakkan,

gangguan persarafan tidak ada, tampak gerakan terbatas, keterbatasan

pergerakan sendi-sendi distal (karena terasa nyeri saat digerakkan).

3.5 Pemeriksaan Penunjang

- Foto X-ray

Terdapat Fraktur cominutif tibia dan fibula (S)

Page 13: Fraktur Kruris

- Laboratorium (19/10/2015)

Hb = 13.2 g/dl MCV= 30,3 pg

Lekosit = 13.400/cmm MCH= 30,3 g%

hematokrit = 38,4 % MCHC= 34,9 %

Trombosit= 292.000 /cmm RDW= 12,9%

3.6 Diagnosa

Open Fraktur Cruris Sinistra 1/3 tengah grade 3A, tipe cominutif-neglected.

3.7 Planning Diagnosa

Debridement + ORIF

3.8 Tindakan

-UGD :

Infus Ringer Laktat 24 tpm

Inj. Ceftriaxone 1 gr iv/ 12 jam

Inj. Ketorolac 30mg/ml iv/ 8 jam

Inj. Ranitidin 50mg/2ml iv/12 jam

Inj. Serum Anti Tetanus (ATS) 20.000 I.U im/im ekstra

- Operasi : Debridement

Hari/Tanggal : Rabu, 21 oktober 2015

Waktu mulai : Pk. 11.30 WIB

Waktu selesai : Pk. 12.00 WIB

Lama Operasi : 30 menit

Tempat : Kamar Oprasi RSUD Cut Meutia

Page 14: Fraktur Kruris

Klasifikasi : Operasi Kotor

Diagnosa Pre Operatif : Open Fraktur Cruris Sinistra 1/3 tengah grade 3A,

tipe cominutif-neglected

Diagnosa Operatif : Idem

Tindakan : Debridement

Prosedur:

Pasien dalam keadaan spinal anastesi

Lapangan operasi didisenfeksi dengan povidon iodine dan alcohol

Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril

Dilakukan insisi jaringan nekrotik

Dilakukan pencucian berulang dengan NaCl 0,9 %

Dilakukan hectng pada lapangan operasi

Lapangan operasi ditutup dengan kasa steril

Dilakukan pemasangan elastic gips

Terapi Post Operasi:

Puasa sampai peristaltic usus (+)

Infus Asering 20 tpm

Inj. Fosmicin 1 gr iv/ 12 jam

Inj. Ketorolac 30mg/ml iv/ 8 jam

Inj. Kalneks 500mg/ml iv/8 jam

Inj. Ranitidin 50mg/2ml iv/12 jam

Page 15: Fraktur Kruris

BAB 4

KESIMPULAN

Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan

lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga

timbul komplikasi berupa infeksi.luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang

yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya

oleh peluru atau trauma langsung.

Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan

penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi.selain mencegah

infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota

gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur

terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman

yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang

dini serta pemberian antibiotik yang adekuat.

Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa

merusak kulit, jaringan lunak dan tulang atau Fragmen tulang merusak jaringan

lunak dan menembus kulit. Klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo,

Merkow dan Templeman (1990). Semua patah  tulang terbuka adalah kasus gawat

darurat. Karena itu penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum

golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka

tercapai.

Page 16: Fraktur Kruris

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, Graham, Solomon Louis. Buku ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem

Appley Edisi ketujuh. Jakarta : Widya Medika ; 2004.

2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone;

2007

3. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.

4. Snell, Richard S. Anatomim Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC; 2006

5. SMF Ilmu Bedah Orthopaedi dan traumatologi. Pedoman Diagnosis dan

Terapi. Surabaya: RSU Dr. Soetomo & FK Unair; 2008.

6. Soft tissue coverage in open fractures of tibia. Available from :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3421938/ Diunduh tgl

4/10/2013

7. Operative stabilization of open long bone fractures. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3530238/ Diunduh tgl

7/10/2013

8. Infection Rates in Open Fractures of the Tibia. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3205596/Diunduh tgl

7/10/2013

9. Penanganan Fraktur Terbuka. Available from:

repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II. Diunduh tgl 7/10/2013