Upload
doandang
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Kategori Koleksi Seni dan Aset Sejarah
Sub bab ini akan menjelaskan bagaimana Museum Seni melakukan
klasifikasi Koleksi Seni dan Aset Sejarah. Dalam analisis ini, peneliti akan
menggunakan tabel untuk menjelaskan tiap kategori yang digunakan oleh museum
seni. Tabel terdapat pada lampiran 2. Interpretasi dari tabel adalah sebagai berikut:
Kategori Koleksi Jumlah Museum yang
menggunakan kategori tersebut
Artist : kategori ini menjelaskan koleksi seni/aset sejarah yang di kategorikan berdasarkan seniman/pembuatnya. Sebagai
contoh : Picasso, Da Vinci, Gauguin, dll. 16
Collection : kategori ini menjelaskan koleksi seni/aset sejarah yang di kategorikan berdasarkan tema dari kumpulan koleksi seni/aset sejarah. Sebagai contoh : Tram di Liverpool, Perang
Dunia 1, LGBT, dll.
11
Cultures : kategori ini menjelaskan koleksi seni/aset sejarah yang di kategorikan berdasarkan kultur koleksi seni/aset
sejarah berasal. Sebagai contoh : Hmong, Mongol, Thai, dll. 7
Date range : kategori ini menjelaskan koleksi seni/aset sejarah yang di kategorikan berdasarkan umur dari suatu
koleksi seni/aset sejarah. Sebagai contoh : Tahun 1980, dll. 15
Materials : kategori ini menjelaskan koleksi seni/aset sejarah yang di kategorikan berdasarkan material suatu koleksi
seni/aset sejarah dibuat. Sebagai contoh : Kanvas, Emas, Batu, dll.
13
Object types: kategori ini menjelaskan koleksi seni/aset sejarah yang di kategorikan berdasarkan tipe objek suatu
koleksi seni/aset sejarah. Sebagai contoh: Mangkuk, Lukisan, Patung, dll.
8
Places: kategori ini menjelaskan koleksi seni/aset sejarah yang di kategorikan berdasarkan lokasi suatu koleksi seni/aset sejarah. Sebagai contoh: Semenanjung Korea, Asia Tenggara,
Kepulauan Pasifik, dll.
13
59
Styles: kategori ini menjelaskan koleksi seni/aset sejarah yang di kategorikan berdasarkan gaya suatu koleksi seni/aset
sejarah. Sebagai contoh: Bauhaus, Impresionis, Klasik, dll. 3
Techniques: kategori ini menjelaskan koleksi seni/aset sejarah yang di kategorikan berdasarkan teknik suatu koleksi
seni/aset sejarah dibuat. Sebagai contoh: 2
Tabel 4.1. Analisis Kategori Museum Seni
Nama Museum Jumlah klasifikasi yang dimiliki oleh museum
British Museum 9 Tate 3
Victoria and Albert Museum 6 National Galleries of Scotland 3
National Portrait Gallery 4 National Museum of Scotland 2
Imperial War Museum 2 Museum of Liverpool 1
Metropolitan Museum of Art 6 National Gallery of Art 4 Museum of Modern Art 2 J. Paul Gerry Museum 4
The Art Institute of Chicago 4 Los Angeles County Museum of Art 4
Whitney Museum 1 Philadelphia Museum of Art 3 National Gallery of Victoria 2
Art Gallery of New South Wales 6 Australian Centre for the Moving
Image 4
Queensland Art Gallery 6 Art Gallery of South Australia 4
Royal Ontario Museum 5 Art Gallery of Ontario 3
Tabel 4.2. Analisis Kategori Museum Seni
Dalam tabel diatas, dapat dilihat bahwa klasifikasi berdasarkan artist
memiliki jumlah museum pengguna terbanyak dengan jumlah sebanyak 16
museum. Sedangkan klasifikasi berdasarkan Techniques memiliki jumlah museum
pengguna paling sedikit dengan jumlah sebanyak 2 museum. Sedangkan dalam
jumlah klasifikasi museum, museum yang menggunakan klasifikasi paling banyak
60
adalah British Museum dengan 9 klasifikasi. Sedangkan museum yang
menggunakan klasifikasi paling sedikit adalah Museum of Liverpool dan Whitney
Museum dengan hanya menggunakan 1 klasifikasi saja.
4.1.1 Analisis Kebijakan Akuntansi Mengenai Pengukuran Koleksi Seni dan
Aset Sejarah
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kebijakan akuntansi mengenai
pengukuran koleksi seni dan aset sejarah pada museum seni. Dalam analisis ini,
peneliti akan menggunakan tabel untuk menjelaskan pada tiap museum seni : (a)
Koleksi seni/aset sejarah pada laporan posisi keuangan, (b) Metode pengukuran
koleksi seni/aset sejarah, (c) Depresiasi dan revaluasi pada koleksi seni/aset sejarah,
dan (d) Kebijakan museum pada pembelian atau donasi koleksi seni/aset sejarah.
Tabel terdapat pada lampiran 3. Interpretasi dari tabel adalah sebagai berikut :
Pada tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat 14 museum yang
memasukkan koleksi seni/aset sejarah kedalam laporan posisi keuangan.
Sedangkan terdapat 9 museum yang tidak memasukkan koleksi seni/aset sejarah
kedalam laporan posisi keuangan. Terdapat beberapa alasan untuk memasukkan
koleksi seni/aset sejarah antara lain :
Pada negara-negara yang berada di Inggris Raya, untuk mematuhi
Statement of Recommended Practice (SORP) Module 18 mengenai Akuntansi
untuk Aset Sejarah. Sebagai contoh, pada Laporan Keuangan Auditan 2016-2017
British Museum, Catatan Atas Laporan Keuangan Note 1d, Kolom Heritage Assets,
Halaman 43, dijelaskan bahwa :
61
“The BM accounts for the objects in its collection as non-operational heritage assets, in accordance with SORP Module 18 Accounting for Heritage Assets. A heritage asset is defined as “a tangible or intangible asset with historical, artistic, scientific, technological, geophysical or environmental qualities that is held and maintained principally for its contribution to knowledge and culture.”
Sedangkan pada negara-negara yang berada di Australia, dijelaskan bahwa
semua aset fisik tetap diukur pertama kali dengan menggunakan metode biaya, dan
kemudian diukur ulang dengan menggunakan nilai wajar dikurangi akumulasi
depresiasi dan penurunan nilai. Sebagai contoh, pada Laporan Keuangan Auditan
2016-2017 Australian Centre for Moving Image, Catatan Atas Laporan Keuangan
Note 1k Kolom Property, Plant & Equipment and Collections, Halaman 78,
dijelaskan bahwa :
“All non-current physical assets are measured initially at cost and subsequently revalued at fair value less accumulated depreciation and impairment.“ “The ACMI collections include the Film, Object, Lending and Exhibition collections. These assets do not have limited useful lives and are therefore not subject to depreciation. The assets are assessed each reporting period to determine whether events and circumstances continue to support an indefinite useful life assessment, in addition to the assessment of impairment.”
Sedangkan pada museum yang tidak memasukkan koleksi seni/aset sejarah,
alasan yang ditemukan antara lain :
Mengikuti kebijakan umum pada museum-museum pada umumnya.
Sebagai contoh, pada Laporan Keuangan Auditan 2016-2017 Metropolitan
Museum of Art, Catatan Atas Laporan Keuangan Note A Kolom Collections,
Halaman 87, dijelaskan bahwa :
“In conformity with accounting policies generally followed by art museums, the value of the Museum’s collections has been excluded from the Statement of Financial Position, and gifts of art objects are excluded from revenue in the Statement of Activities. Purchases of art objects by the Museum are
62
recorded as decreases in net assets in the Statement of Activities. Pursuant to state law and Museum policy, proceeds from the sale of art and related insurance settlements are recorded as temporarily restricted net assets for the acquisition of art.”
Koleksi dikelola dan disimpan untuk riset, edukasi, pameran publik, dan
pemajuan layanan publik, dibandingkan untuk keuntungan secara finansial. Sebagai
contoh, pada Laporan Keuangan Auditan 2016-2017 Whitney Museum, Catatan
Atas Laporan Keuangan Note 1 Kolom Art Collections, Halaman 8, dijelaskan
bahwa :
“The collection is maintained under the care of the Registration Department staff and is held for research, education and public exhibition in furtherance of public service, rather than for financial gain. As a matter of policy, proceeds from the sale of collection items are used to acquire other items for the collection. The Museum does not include either the cost or the value of its collection in the statement of financial position, nor does it recognize gifts of collection items as revenues in the statement of activities. Since items acquired for the collection by purchase are not capitalized, the cost of those acquisitions is reported as decreases in net assets in the statement of activities.”
Sementara pada metode pengukuran, terdapat 8 museum yang
menggunakan metode biaya dan nilai wajar, 1 museum yang menggunakan metode
biaya, dan 5 museum yang menggunakan metode nilai wajar. Dan pada kebijakan
mengenai depresiasi dan revaluasi, terdapat 6 museum yang tidak
mendepresiasikan dan tidak merevaluasikan koleksi seni/aset sejarahnya, 5
museum yang tidak mendepresiasikan dan merevaluasikan koleksi seni/aset
sejarahnya, dan 3 museum yang mendepresiasikan koleksi seni/aset sejarahnya.
Salah satu alasan mengapa museum menggunakan metode nilai wajar
adalah untuk mematuhi peraturan yang berlaku. Sebagai contoh, pada Laporan
Keuangan Auditan Queensland Art Gallery, Catatan Atas Laporan Keuangan C5-
5, Halaman 17, dijelaskan bahwa :
63
“The Gallery’s Art Collection and the Gallery’s Library Heritage Collection are measured at fair value in accordance with AASB 116 Property, Plant and Equipment, AASB 13 Fair Value Measurement and Queensland Treasury’s Non-Current Asset Policies for the Queensland Public Sector” Sedangkan pada museum yang menggunakan baik nilai wajar maupun
biaya, adalah menggunakan yang mana yang paling mungkin untuk digunakan.
Sebagai contoh, pada Laporan Keuangan Auditan Tate Gallery, Catatan Atas
Laporan Keuangan 1 Kolom The Collection, Halaman 47, dijelaskan bahwa :
“Where works of art are included at valuation, external valuations are used where available; more usually assets are valued internally by Tate staff. 14.1% of the Collection (10,396 works, excluding library and archive items) is recognised at a value on the balance sheet. For the remaining 85.9%, the appropriate and relevant valuation information is not available; the Trustees do not consider that the cost of valuing the remainder of the Collection is commensurate with the benefits to the users of the financial statements.“
4.1.2. Analisis Statistik Deskriptif
Sub bab ini akan menjelaskan bagaimana pengujian pada variabel terikat
yaitu efisiensi museum seni dan variabel bebas yaitu metode pengukuran koleksi
seni dan aset sejarah. Untuk mengetahui gambaran data dari setiap variabel yang
diteliti, maka dilakukan analisis deskriptif. Dalam penelitian ini, analaisis statistik
deskriptif akan dipaparkan menggunakan nilai rata-rata, nilai maksimum, minimum
dan simpangan baku. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dan uraian berikut:
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation (Y) Efisiensi Museum (EM)
69 0,009 0,32 0,0460 0,04269
(X) Pengukuran Koleksi (PK)
69 0,00 1,00 0,5652 0,49936
(K1) Pengunjung Museum (PM)
69 737120 7433881 2337702 1920020
(K2) Jumlah Koleksi Museum (KM)
69 17000 12500000 1648316 3490286
64
Valid N (listwise)
69
Tabel 4.3. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Sumber: Hasil olah data menggunakan prorgram SPSS 22.0
Interpretasi untuk hasil statistik deskriptif di atas adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi Museum
Efisiensi Museum pada variabel ini dihitung dengan menggunakan
ukuran Biaya Operasi per tahun / Total Pengunjung per tahun. Rata-rata
nilai EM pada 100 museum seni utama di dunia selama periode 2015-2017
adalah sebesar 0,0460 dengan simpangan baku 0,0426 dan nilai tertingginya
mencapai 0,32 yang dimiliki oleh Art Gallery of Ontario tahun 2015,
sedangkan nilai EM paling rendah yaitu sebesar 0,01 yang dimiliki oleh
National Portrait Gallery tahun 2015.
b. Metode Pengukuran Koleksi Seni dan Aset Sejarah
Dalam penelitian ini metode pengukuran koleksi seni dan aset
sejarah diukur menggunakan variabel dummy. Apabila menggunakan Fair
Value Method maka akan diberikan poin 1 dan jika menggunakan Non-Fair
Value Method maka diberikan poin 0. Dari tabel di atas, diperoleh informasi
bahwa rata-rata PK pada 100 museum seni utama di dunia selama periode
2015-2017 adalah sebesar 0,565 yang menunjukan bahwa mayoritas dari
museum seni menggunakan Fair Value Method dalam melakukan
pengukuran koleksi seni dan aset sejarah. Adapun untuk melengkapi hasil
di atas, maka dilakukan pemetaan data kedalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Frequency Percent
65
Pengukuran Koleksi
Non Fair Value 30 43,5
Fair Value 39 56,5 Total 69 100,0
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas
museum seni top dunia sebanyak 56,5% (39 data) menggunakan Fair Value
Method dalam melakukan pengukuran koleksi seni dan aset sejarah,
sedangkan 30 data atau 43,5% sisanya menggunakan Non-Fair Value
Method.
c. Jumlah Pengunjung Museum
Data jumlah pengunjung museum dilihat dari data yang dikeluarkan
oleh Art Newspaper dan Association of Leading Visitor. Rata-rata jumlah
pengunjung museum (PM) pada 100 museum seni utama di dunia pada
periode 2015-2017 adalah sebanyak 2.337.702 orang dengan jumlah
kunjungan terbanyak mencapai 7.433.881 orang yang dimiliki oleh Tate
Modern – Art Gallery yang terjadi pada tahun 2017, sedangkan jumlah
kunjungan paling rendah mencapai 737.120 yang dimiliki oleh Museum of
Liverpool pada tahun 2017.
d. Jumlah Koleksi Museum
Jumlah koleksi museum dilihat dari penjelasan pada website
museum. Rata-rata jumlah koleksi museum (KM) pada Top 100 museum
seni utama di dunia pada periode 2015-2017 adalah sebanyak 1.648.316
barang koleksi dimana jumlah koleksi paling banyak mencapai 12.500.000
barang koleksi yang dimiliki oleh Royal Ontario Museum, sedangkan
66
jumlah kolesi paling sedikit dimiliki oleh Queensland Art Gallery dengan
jumlah barang koleksi sebanyak 17.000.
4.1.3. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Pada sub bab ini, hipotesis konseptual yang diajukan sebelumnya akan diuji
dan dibuktikan menggunakan pengujian statistik. Hipotesis yang diajukan adalah
diduga adanya pengaruh dari pengukuran koleksi seni dan aset sejarah berpengaruh
signifikan terhadap performa museum seni pada Top 100 Art Museum Attendance.
Adapun metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda dikarenakan
dalam penelitian ini melibatkan dua variabel kontrol yakni jumlah pengunjung dan
jumlah koleksi museum.
4.1.1.1 Pengujian Asumsi Klasik
a. Pengujian Normalitas
Pengujian asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual
(ei) dalam model regresi berdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang
baik seharusnya memiliki residual yang terdistribusi secara normal. Salah satu cara
untuk mendeteksi masalah normalitas ini dapat dilihat dari sebaran data residu pada
grafik p-p plot. Hasil pengujian dapat dilihat pada grafik berikut:
67
Gambar 4.1 Grafik P-P Plot Normalitas
Pada gambar grafik di atas, dapat dilihat jika nilai residual (titik) menyebar
disekitar garis dan mengikuti arah garis diagonal, hasil ini menunjukan
bahwasanya residu dalam model regresi memiliki distribusi yang tersebar secara
normal. Untuk memperkuat hasil pengujian di atas, dapat digunakan metode
statistik kolmogorov smirnov. Apabila nilai signifikansi yang dihasilkan lebih
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual dalam model regresi yang
akan dibentuk terdistribusi secara normal. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel
berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
68
Unstandardized
Residual N 69 Normal Parametersa,b Mean 0,0000000
Std. Deviation 0,49915904
Most Extreme Differences
Absolute 0,114 Positive 0,114 Negative -0,055
Kolmogorov-Smirnov Z 0,948 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,330 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS 22.0
Mengacu pada kriteria pengambilan keputusan dari uji normalitas, diketahui
bahwa residual dalam model regresi sudah terdistribusi secara normal dikarenakan
nilai signifikansi yang dihasilkan yaitu sebesar 0,330 jauh lebih besar dari 0,05 (α).
Dengan demikian salah satu syarat pengujian regresi telah terpenuhi.
b. Pengujian Multikolineritas
Multikolinearitas merupakan suatu kondisi adanya hubungan yang sangat
kuat di antara beberapa atau semua variabel bebas yang dilibatkan kedalam model
regresi. Masalah multikolinearitas ini dapat dideteksi dari nilai tolerance serta VIF
(variance inflation factor). Jika nilai tolerance yang diperoleh lebih besar dari 0,10
serta nilai VIF kurang dari 10, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang akan
dibentuk telah bebas dari masalah multikolinearitas. Hasil pengujian menggunakan
program SPSS 22.0 disajikan pada tabel berikut:
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 (X) PK 0,944 1,059
69
(K1) PM 0,998 1,002 (K2) KM 0,942 1,061
a. Dependent Variable: (Y) EM Tabel 4.6. Hasil Pengujian Asumsi Multikolineritas
Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS 22.0
Dari hasil yang tersaji pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi yang dibentuk tidak ditemukan adanya masalah multikolinearitas,
dikarenakan seluruh variabel bebas yang dilibatkan dalam model regresi memiliki
nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10 serta nilai VIF kurang dari 10, sehingga
asumsi untuk terbebas dari masalah multikolineritas telah terpenuhi.
c. Pengujian Autokorelasi
Autokorelasi ini didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur
berdasarkan deret waktu (time series) dalam model regresi atau dengan kata lain
error dari observasi tahun berjalan (t) dipengaruhi oleh error dari observasi tahun
sebelumnya (t-1). Masalah autokorelasi dapat di deteksi dari nilai Durbin Watson.
Jika nilai Durbin Watson yang diperoleh berada diantara nilai dU dan 4-dU, dapat
disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari masalah autokorelasi. Rangkuman
hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi Data
Observasi (n)
k dU Durbin-Watson 4-dU Kesimpulan
69 3 1,546 1,561 2,454 Tidak Terjadi Autokorelasi Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS 22.0
Nilai dU yang digunakan sebagai nilai kritis dalam pengujian ini diperoleh
dari tabel Durbin Watson dengan jumlah data observasi sebanyak 69 dan variabel
bebas 3. Dari hasil pengujian yang tersaji pada tabel 4. di atas, diketahui jika nilai
70
Durbin Watson yang diperoleh berada diantara nilai dU dan 4-dU (1,546 < 1,561 <
2,454). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah terbebas
dari masalah autokorelasi sehingga model sudah memenuhi salah satu asumsi untuk
dilakukan pengujian regresi.
d. Pengujian Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini digunakan untuk menguji homogenitas varians
residu dalam model regresi, dimana model regresi yang baik mensyaratkan terbebas
dari masalah heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteros
kedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot. Jika titik tersebar secara acak dan
tidak membentuk sebuah pola, dapat disimpulkan model regresi telah terbebas dari
masalah heteroskedastisitas. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar berikut:
71
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas
Pada gambar grafik di atas, dapat dilihat bahwa titik menyebar secara acak
dan tidak membentuk sebuah pola, hasil ini menunjukan bahwa model regresi yang
akan dibentuk telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas
4.1.1.2 Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:
EM = a + β1 PK + β2 PM + β3 KM
Dimana:
EM = Efisiensi Museum
a = Nilai Intercept (Konstanta)
βi = Koefisien Regresi
PK = Pengukuran Koleksi
PM = Pengunjung Museum
KM = Jumlah Koleksi Museum
Hasil perhitungan regresi linier berganda menggunakan program SPSS 22.0
disajikan pada tabel berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Correlations
B Std. Error Beta Zero-order
1 (Constant) -2,504 0,129 -19,377 0,000
(X) PK -0,988 0,128 -0,690 -7,743 0,000 -0,624
72
(K1) PM -0,081 0,032 -0,217 -2,500 0,015 -0,216
(K2) KM -0,061 0,018 -0,295 -3,314 0,002 -0,123
a. Dependent Variable: (Y) EM
Tabel 4.8. Hasil Regresi Linier Berganda Pengaruh Metode Pengukuran Koleksi Seni dan Aset Sejarah Serta Jumlah Pengunjung dan Jumlah Koleksi Terhadap
Performa Museum Seni pada Top 100 Art Museum Attendance Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS 22.0
Persamaan regresi yang menjelaskan pengaruh PK, PM dan KM terhadap
EM adalah sebagai berikut:
EM = -2,504 – 0,988 PK – 0,081 PM – 0,061 KM
Nilai-nilai dalam persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar -2,504 menunjukan nilai prediksi rata-rata untuk efisiensi
museum (EM) jika PK, PM dan KM secara simultan bernilai 0 (nol).
b. Koefisien regresi untuk PK adalah sebesar -0,988 dengan koefisien bertanda
negatif yang menunjukan bahwa setiap terjadinya peningkatan nilai PK dan
variabel bebas lainnya diasumsikan dalam kondisi konstan, diprediksikan
akan menurunkan nilai EM sebesar 0,988 dengan kata lain penggunaan Fair
Value Method dalam melakukan pengukuran koleksi seni dan aset sejarah
diprediksikan akan menurunkan nilai efisiensi museum.
c. Koefisien regresi untuk PM adalah sebesar -0,081 dengan koefisien yang
bertanda negatif yang menunjukan bahwa setiap terjadinya peningkatan
nilai PM dan variabel bebas lainnya diasumsikan dalam kondisi konstan,
diprediksikan akan menurunkan nilai EM sebesar 0,081.
d. Koefisien regresi untuk KM adalah sebesar -0,061 dengan koefisien yang
bertanda negatif yang menunjukan bahwa setiap terjadinya peningkatan
73
nilai KM dan variabel bebas lainnya diasumsikan dalam kondisi konstan,
diprediksikan akan menurunkan nilai EM sebesar 0,061.
4.1.1.3 Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis simultan ini adalah uji
F. Nilai Ftabel yang digunakan sebagai nilai kritis dalam uji hipotesis simultan ini
adalah sebesar 2,746 yang diperoleh dari lampiran tabel distribusi F dengan α = 5%,
df1 (k) 3 dan df2 (n - (k+1)) 65. Rumusan hipotesis simultan yang akan diuji adalah
sebagai berikut
Ho : βi = 0 Secara simultan metode pengukuran koleksi seni dan aset
sejarah serta jumlah pengunjung dan jumlah koleksi tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa
museum seni pada Top 100 Art Museum Attendance.
Ha : βi ≠ 0 Secara simultan metode pengukuran koleksi seni dan aset
sejarah serta jumlah pengunjung dan jumlah koleksi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa
museum seni pada Top 100 Art Museum Attendance.
Taraf signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5% atau 0,05.
Kriteria pengambilan keputusan uji simultan (Uji F):
1) Tolak Ho dan Terima Ha jika nilai Fhitung > Ftabel
2) Terima Ho dan Tolak Ha jika nilai Fhitung < Ftabel
Hasil pengujian hipotesis simultan (Uji F) dengan menggunakan program
SPSS 22.0 disajikan pada tabel berikut:
ANOVAa
74
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 17,860 3 5,953 22,840 0,000b Residual 16,943 65 0,261 Total 34,803 68
a. Dependent Variable: (Y) EM b. Predictors: (Constant), (K2) KM, (K1) PM, (X) PK Tabel 4.9. Uji F (Simultan) Pengaruh Metode Pengukuran Koleksi Seni dan Aset
Sejarah Serta Jumlah Pengunjung dan Jumlah Koleksi Terhadap Performa Museum Seni pada Top 100 Art Museum Attendance
Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS 22.0 Jika dipetakan kedalam gambar kurva pengujian hipotesis simultan, maka
nilai Fhitung dan Ftabel akan tampak sebagai berikut:
Gambar 4.3 Kurva Pengujian Hipotesis Simultan Pengaruh Metode Pengukuran Koleksi Seni dan Aset Sejarah Serta Jumlah Pengunjung dan Jumlah Koleksi
Terhadap Performa Museum Seni pada Top 100 Art Museum Attendance
Pada gambar kurva hipotesis simultan di atas, dapat dilihat nilai Fhitung yang
diperoleh adalah sebesar 22,840 dan nilai tersebut jauh lebih besar dari nilai Ftabel
2,746 sehingga jatuh dalam wilayah penolakan Ho, maka dengan taraf kepercayaan
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
0 2,746
(Ftabel) 22,840 (Fhitung)
75
sebesar 95% dapat diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha yang berarti
bahwa metode pengukuran koleksi seni dan aset sejarah serta jumlah pengunjung
dan jumlah koleksi secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
performa museum seni pada Top 100 Art Museum Attendance.
4.1.1.4 Pengujian Hipotesis (Uji t)
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis parsial ini adalah
uji t. Nilai ttabel yang digunakan sebagai nilai kritis dalam uji hipotesis parsial ini
adalah sebesar 1,997 yang diperoleh dari tabel distribusi t dengan α sebesar 5% dan
df (n - (k+1)) 65 untuk uji 2 pihak (two tailed). Rumusan hipotesis parsial yang akan
diuji adalah sebagai berikut:
Hipotesis
Ho : β = 0 Metode pengukuran koleksi seni dan aset sejarah tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa
museum seni pada Top 100 Art Museum Attendance.
Ha : β ≠ 0 Metode pengukuran koleksi seni dan aset sejarah memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap performa museum seni
pada Top 100 Art Museum Attendance.
Taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar 5% atau 0,05.
Kriteria pengambilan keputusan uji hipotesis dua arah (two tailed):
1) Tolak Ho dan terima Ha jika nilai thitung > ttabel / -thitung < -ttabel
2) Terima Ho dan tolak Ha jika nilai thitung < ttabel / -thitung > -ttabel
Hasil pengujian hipotesis parsial dirangkum pada tabel berikut:
76
Tabel 4.9. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t) Pengaruh Metode Pengukuran
Koleksi Seni dan Aset Sejarah Terhadap Performa Museum Seni pada Top
100 Art Museum Attendance
Model thitung ttabel Sig. t α Keputusan Kesimpulan X → Y -7,743 -1,997 0,000 0,05 Ho ditolak Signifikan
Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS 22.0
Gambar 4.4 Kurva Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t) Pengaruh Metode
Pengukuran Koleksi Seni dan Aset Sejarah Terhadap Performa Museum Seni
pada Top 100 Art Museum Attendance
Pada gambar kurva pengujian hipotesis parsial di atas, dapat dilihat bahwa
nilai thitung sebesar -7,743 dan berada pada wilayah penolakan Ho dikarenakan nilai
lebih kecil dari -1,997 (ttabel), maka dengan taraf kepercayaan sebesar 95% dapat
diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha yang berarti metode pengukuran
koleksi seni dan aset sejarah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa
museum seni pada Top 100 Art Museum Attendance, dimana penggunaan Fair
Daerah penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
0
Daerah penolakan H0
-1,997 (ttabel)
1,997 (ttabel)
-7,743 (thitung)
77
Value Method dalam melakukan pengukuran koleksi seni dan aset sejarah dapat
berakibat pada perubahan nilai efisiensi museum.
4.1.1.5 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan angka yang menunjukan besar kontribusi
pengaruh yang diberikan oleh variabel independen yakni pengukuran koleksi seni
terhadap variabel dependen yaitu performa museum seni. Hasil pengujian dengan
menggunakan program SPSS 22.0 disajikan pada tabel berikut:
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 0,716a 0,513 0,491 0,51055
a. Predictors: (Constant), (K2) KM, (K1) PM, (X) PK
b. Dependent Variable: (Y) EM
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi
Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS 22.0
Pada tabel 4. di atas, dapat dilihat nilai R Square (R2) yang diperoleh adalah
sebesar 0,512. Hasil tersebut menunjukan bahwa pengukuran koleksi seni dengan
jumlah pengunjung dan jumlah koleksi yang difungsikan sebagai variabel kontrol
secara simultan memberikan kontribusi pengaruh sebesar 51,3% terhadap performa
museum seni, sedangkan (1-R2) 48,7% sisanya merupakan kontribusi pengaruh
yang diberikan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
78
Untuk mengetahui kontribusi pengaruh secara parsial, dapat diketahui dari
hasil perkalian antara nilai beta yang merupakan koefisien regresi terstandarkan
(standardized coefficients) dengan zero-order (ryx) yang merupakan nilai korelasi
parsial. Hasil perhitungan koefisien determinasi parsial disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi Parsial
Model Standardized Coefficients Correlations Partial Coefficient of
Determination Beta Zero-order (X) PK -0,690 -0,624 0,430 (K1) PM -0,217 -0,216 0,047 (K2) KM -0,295 -0,123 0,036
Total Effect 0,513 Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS 22.0 dan Ms. Excel 2013
Tabel di atas memberikan informasi mengenai besar kontribusi pengaruh
secara parsial. Dari tabel 4. di atas, diperoleh informasi bahwa pengukuran koleksi
seni (PK) secara parsial memberikan kontribusi sebesar 43,0% terhadap performa
museum seni, sedangkan PM memberikan kontribusi sebesar 4,7% dan KM 3,6%
sehingga total kontribusi pengaruh yang diberikan adalah sebesar 51,3%.
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1. Pengaruh Pengukuran Koleksi Barang Seni Terhadap Efisiensi Museum
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian
yang dilakukan oleh Carnegie dan Wolnizer (1995) dimana mereka berargumen
bahwa pengukuran koleksi secara finansial tidak memiliki kegunaan secara
langsung untuk meningkatkan efisiensi institusi seni, yang dalam penelitian ini
adalah museum seni. Ini karena koleksi seni dianggap tidak memiliki potensi
ekonomi masa depan. Selain itu koleksi seni juga tidak menghasilkan pemasukan
79
uang lewat aktivitas regular disaat mereka disimpan, atau ditukar secara komersil.
Justru koleksi seni malah membutuhkan biaya yang cukup besar untuk menjaga,
memajang, dan mendaftarkan koleksi seni tersebut.