21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Medis 1. Anatomi dan fisiologi mulut Gambar 2. Anatomi mulut ( www.google.com/image/anatomioris  ) a. Mulut (oris) Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaa n. Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu : 1) Bagian luar (ve stibula) yaitu r uang diantara gu si, gigi, bibir d an pipi. 2) Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis , dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan pembuluh daraah juga memuat

askep palatoskisis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    1/21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Dasar Medis

    1. Anatomi dan fisiologi mulut

    Gambar 2. Anatomi mulut(www.google.com/image/anatomioris)

    a. Mulut (oris)

    Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan

    dan berisis organ aksesori yang bersifat dalam proses awal

    pencernaan. Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :

    1) Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan

    pipi.

    2) Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang

    dibatasi sisinya oleh tulang maksilaaris, palatum dan

    mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.

    Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis ,

    dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan

    lendir, selaputini kaya akan pembuluh daraah juga memuat

    http://www.google.com/image/anatomiorishttp://www.google.com/image/anatomiorishttp://www.google.com/image/anatomiorishttp://www.google.com/image/anatomioris
  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    2/21

    banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh

    kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.

    Ada beberapa bagian yang perlu diketahui ;

    1) Palatum

    a) Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari

    sebelah depan tulang maksilaris.

    b) Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan

    menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan

    fibrosa dan selaput lendir.

    b. Rongga mulut

    1) Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang

    sangat kuat dan gigi osterior tugasnya menggiling. Pada

    umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang

    motorik dari saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di

    control oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan

    formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan

    dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmisdan kontinu.

    Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan

    semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan

    syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane

    selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat

    nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat digunakan.

    Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder ;

    a) Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan

    yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untu

    total keseluruhan 20 gigi

    b) Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral

    dan 3 geraham utuk total keseluruhan 32 buah.

    Gigi ada 2 macam yaitu :

    a) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    3/21

    b) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun

    jumlahnya 32 buah

    Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan).

    Makanan yang masuk kekedalam mulut di potong menjaid

    bagian-bagian kecil dan bercamput dengan saliva unutk

    membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

    2) Lidah

    Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel

    bebrapa diantaranya disebut sel sustentakular dan yang

    lainnya di sebut sel pengecap.

    Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat

    dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan

    dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat

    epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu

    menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas. Kerja

    otot dapat di gerakkan 3 bagian ;

    a) Radiks lingua = Pangkal lidahb) Dorsum lingua = Punggung lidah

    c) Apek lingua = Ujung lidah

    Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa antara lain ;

    a) Asin dibagian lateral lidah

    b) Manis dibagian ujung dan anterior lidah

    c) Asam, dibagian lateral lidah

    d) Pahit dibagian belakang lidah

    3) Kelenjar ludah

    Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni

    dan duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan

    rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut dipersarafi oleh

    saraf tak sadar.

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    4/21

    a) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga

    diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis pada

    duktus stensoni.

    b) Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut

    bagian belakang, dukts wartoni

    c) Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di

    dasar rongga mulut.

    Fungsi saliva :

    a) Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk

    menjado bolus

    b) Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap

    lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak utnuk

    bericara

    c) Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang

    dapat mengubah zat tepung menjadi maltose polisakarida

    d) Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat,

    virus, dan logam, disekresi kedalam salivae) Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk

    memberikan rongga oral dan membantu memelihara

    kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.

    (Syaifuddin, 2006)

    2. Pengertian Palatoskisis

    Gambar 3. Labiopalatoskisis( sumberwww.google/image/labiopalatoskisis)

    http://www.google/image/labiopalatoskisishttp://www.google/image/labiopalatoskisishttp://www.google/image/labiopalatoskisishttp://www.google/image/labiopalatoskisis
  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    5/21

    Labio/Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya

    kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005)

    Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang

    terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan

    embriotik (Wong, Donna L. 2003)

    Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat

    terjadi pada daerah mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio

    skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio

    (Hidayat, Aziz, 2005)

    Palatoskisis adalah kelainan congenital sumbing akibat

    kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan

    septum nasi untuk menyatu karena perkembangan embriotik.

    (Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita, 2010)

    3. Klasifikasi

    Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat

    sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua

    bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum,serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang

    terkena menjadi beberapa bagian berikut.

    a. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum

    durum di belahan foramen insisivum.

    b. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle

    posterior terhadap foramen.

    c. suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya,

    palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa

    unilateral atau bilateral.

    d. terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini

    mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan

    otot palatum.

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    6/21

    Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang

    ringan hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang

    diketahui :

    a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah

    satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

    b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya

    disalah satu sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

    c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir

    dan memnajang hingga ke hidung.

    4. Etiologi Labio Palatoskisis

    Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan

    Labio palatoschizis, antara lain:

    a. Faktor Genetik

    Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat

    ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua

    orang tua. Diseluruh dunia ditemukan hampir 2530 % penderita

    labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter. Faktor dominandan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik yang

    menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang

    menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi

    yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa bagian kontak.

    b. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa

    embrional, baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi

    foto maternal). Zatzat yang berpengaruh adalah:

    1) Asam folat

    2) Vitamin C

    3) Zn

    Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat,

    vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat

    tersebut dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa

    embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto maternal juga

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    7/21

    berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa

    embrional.

    c. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik

    adalah:

    1) Jamu

    Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat

    berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio

    palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang menyebabkan

    kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada penelitian

    lebih lanjut

    2) Kontrasepsi hormonal.

    Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi

    hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan

    akan menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga

    berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan

    sirkulasi fotomaternal.

    3) Obat obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenitalterutama labio palatoschizis. Obatobatan itu antara lain :

    a) Talidomid, diazepam (obatobat penenang)

    b) Aspirin (Obatobat analgetika)

    c) Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam

    (cream pemutih)

    d. Faktor lingkungan

    Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio

    palatoschizis, yaitu:

    1) Zat kimia (rokok dan alkohol)

    Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol

    dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik

    yang terkandung pada rokok dan alkohol yang dapat

    mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional.

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    8/21

    2) Gangguan metabolik (DM)

    Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat

    rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan

    gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang

    tinggi dapat berpengaruh padatumbuh kembang organ selama

    masa embrional.

    3) Penyinaran radioaktif

    Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi

    penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat

    mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa

    embrional.

    e. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil

    yang terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin

    sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan kongenital

    terutama labio palatoschizis.

    5. Patofisiologi Labio Palatoskisis

    Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak danatau tulang selama fase embrio pada trimester I. Terbelahnya bibir

    dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan

    maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.

    Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang

    disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa

    kehamilan 7-12 minggu. Penggabungan komplit garis tengah atas

    bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.

    6. Manifestasi Klinis Labio Palatoskisis

    a. Deformitas pada bibir

    b. Kesukaran dalam menghisap/makan

    c. Kelainan susunan archumdentis.Distersi nasal sehingga bisa

    menyebabkan gangguan pernafasan.

    d. Gangguan komunikasi verbal

    e. Regurgitasi makanan.

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    9/21

    f. Pada Labio skisis

    g. Distorsi pada hidung

    h. Tampak sebagian atau keduanya

    i. Adanya celah pada bibir

    j. Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan

    faramen incisive.

    k. Ada rongga pada hidung.

    l. Distorsi hidung

    m. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa

    dengan jari

    n. Kesukaran dalam menghisap/makan.

    7. Pemeriksaan Penunjang Labio Palatoskisis

    a. Pemeriksaan darah rutin (misalnya hitung darah lengkap)

    b. Foto Rontgen

    c. MRI

    8. Penatalaksanaan

    Pada bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada sehinggapada saat menelan bayi bisa tersedak. Kemampuan menghisap bayi

    juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap,

    keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi

    kurang.

    a. Untuk membantu keadaan ini biasanya pada saat bayi baru lahir

    di pasang:

    1) Pemasangan selang Nasogastric tube, adalah selang yang

    dimasukkan melalui hidung..berfungsi untuk memasukkan

    susu langsung ke dalam lambung untuk memenuhi intake

    makanan.

    2) Pemasangan Obturator yang terbuat dr bahan akrilik yg

    elastis, semacam gigi tiruan tapi lebih lunak, jd pembuatannya

    khusus dan memerlukan pencetakan di mulut bayi. Beberapa

    ahli beranggarapan obturator menghambat pertumbuhan

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    10/21

    wajah pasien, tp beberapa menganggap justru mengarahkan.

    Pada center2 cleft spt Harapan Kita di Jakarta dan Cleft Centre

    di Bandung, dilakukan pembuatan obturator, karena pasien

    rajin kontrol sehingga memungkinkan dilakukan

    penggerindaan oburator tiap satu atau dua minggu sekali

    kontrol dan tiap beberapa bulan dilakukan pencetakan ulang,

    dibuatkan yg baru sesuai dg pertumbuhan pasien.

    3) Pemberian dot khusus dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik2

    besar. Dot ini bentuknya lebih panjang dan lubangnya lebih

    lebar daripada dot biasa; tujuannya dot yang panjang menutupi

    lubang di langit2 mulut; susu bisa langsung masuk ke

    kerongkongan; karena daya hisap bayi yang rendah, maka

    lubang dibuat sedikit lebih besar.

    b. Operasi dengan beberapa tahap, sebagai berikut :

    1) Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan

    alanasi(hidung), evaluasi telinga.

    2) Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasipendengaran dan telinga.

    3) Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3

    bulan pasca operasi.

    4) Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau dan

    Pharyngoplasty.

    5) Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi

    pendengaran.

    6) Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang

    pada celah gusi).

    7) Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila

    diperlukan.

    8) Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan

    advancementosteotomy LeFORTI

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    11/21

    c. Syarat Palatoplasti

    Palatoskizis ini biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan

    menjelang anak belajar bicara, yang penting dalam operasi ini

    adalah harus memperbaiki lebih dulu bagian belakangnya agar

    anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan

    suara, operasi dapat saja dilakukan berulang-ulang. Operasi

    dilakukan jika berat badan normal, penyakit lain tidak ada, serta

    memiliki kemampuan makan dan minum yang baik.

    Untuk mengetahui berhasil tidaknya operasi harus ditunggu

    sampai anak tersebut belajar bicara antara 1-2 tahun. Jika sengau

    harus dilakukan tetapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara). Jika

    terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus

    dilakukan faringoplasti saat anak berusia 8 tahun.

    9. Komplikasi Labio Palatoskisis

    Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio

    palatoschizis adalah:

    a. Kesulitan berbicara hipernasalitas, artikulasi, kompensatori.Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi

    pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi sengau.

    b. Maloklusi pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkan

    tulang alveol, alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga

    disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi.

    c. Masalah pendengaran otitis media rekurens sekunder. Dengan

    adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii

    terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.

    d. Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan

    reflek menghisap dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi

    aspirasi.

    e. Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat

    ditolong secara dini, akan mengakibatkan distress pernafasan

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    12/21

    f. Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan

    palatum dapat mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan

    bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman kuman dan bakteri

    dapat masuk ke dalam saluran pernafasan.

    g. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya

    celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan kerusakan

    menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya bayi menjadi

    kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan

    perkembangan bayi.

    h. Asimetri wajah. Jika celah melebar ke dasar hidung alar cartilago

    dan kurangnya penyangga pada dasar alar pada sisi celah

    menyebabkan asimetris wajah.

    i. Penyakit peri odontal. Gigi permanen yang bersebelahan dengan

    celah yang tidak mencukupi di dalam tulang. Sepanjang

    permukaan akar di dekat aspek distal dan medial insisiv pertama

    dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri odontal.

    j. Crosbite. Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnyamenonjol dan lebih rendah posterior premaxillary yang colaps

    medialnya dapat menyebabkan terjadinya crosbite.

    k. Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan

    palatum serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan

    harga diri da citra tubuh.

    B. Konsep Dasar Keperawatan

    1. Pengkajian bayi baru lahir

    1. Biodata.

    1) Identitas bayi.

    2) Identitas orang tua.

    2. Riwayat Kesehatan.

    1) Riwayat penyakit sekarang.

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    13/21

    Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.

    2) Riwayat perinatal.

    Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.

    3) Riwayat persalinan.

    Cara persalinan, trauma persalinan.

    3. Pemeriksaan Fisik.

    1) Keadaan umum.

    Kesadaran.

    Vital sign.

    Antropometri.

    2) Kepala.

    Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom,

    tanda forcep.

    3) Mata.

    Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.

    4) Sistem gastrointestinal.Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui,

    muntah / distensi abdomen, stomatitis, BAB.

    5) Sistem pernafasan.

    Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak,

    bunyi nafas

    6) Tali pusat.

    Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah

    pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena ).

    7) Sistem genitourinaria.

    Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,

    8) Ekstrimitas.

    Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur

    normal / abnormal.

    9) Sistem muskuluskletal.

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    14/21

    Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris.

    10) Kulit

    Pustula, abrasi, ruam ptekie.

    4. Pemeriksaan Fisik.

    1) Apgar Score.

    2) Frekuensi kardiovaskuler.

    Apakah takikardi, bradikardi / normal.

    3) Sistem neurologis.

    Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.

    4) Refleks mengisap = kuat / lemah.

    Refleks menjejak = baik / buruk.

    Koordinasi refleks menghisap dan menelan.

    5. Pemeriksaan Laboratorium.

    1) Sampel darah tali pusat.

    2) Jenis ketonuria.

    3) Hematokrit.2. Pengkajian palatoskisis

    1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur

    2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit

    3. Riwayat Kesehatan

    a) Riwayat Kesehatan Dahulu

    Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami

    trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi

    ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan

    apakah ibu pernah stress saat hamil.

    b) Riwayat Kesehatan Sekarang

    Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan,

    pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi

    saluran pernafasan atas.

    c) Riwayat Kesehatan Keluarga

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    15/21

    Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiopalatoskisis dari

    keluarga, penyakit sifilis dari orang tua laki-laki.

    4. Pemeriksaan Fisik

    a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi

    karakteristik sumbing.

    b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi

    c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.

    d) Kaji tanda-tanda infeksi

    e) Palpasi dengan menggunakan jari

    f) Kaji tingkat nyeri pada bayi

    a) Observasi infeksi bayi dan keluarga

    b) Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua

    c) Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan

    d) Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan

    mengatur perawatan di rumah.

    e) Kaji tingkat pengetahuan keluarga

    PENGKAJIAN

    1. Riwayt Kesehatan

    Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiotalatos kisis dari keluarga,

    berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan

    berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas.

    2. Pemeriksaan Fisik

    a4.2.3 Persyarafan

    Reflek pada bayi :

    A. Babinski

    Jari jari kaki ekstensi ketika telapak kaki diusap. Pada penderita labio

    palatoschizis reflek babinski positif

    B. Galant

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    16/21

    Melengkungkan badan ke arah sisi yang di stimulasi ketika dilakukan

    pengusapan di sepanjang tulang belakang. Pada penderita labio

    palatoschizis reflek gallant positif

    C. Moro

    Ekstensi tibatiba kea rah luar dan kembali kea rah garis tengah ketika bayi

    terkejut akibat suara keras / perubahan posisi yang cepat. Pada penderita

    labio palatoschizis reflek moro positif

    D. Palmar

    Menggenggam objek dengan jari ketika telapak tangan disentuh. Pada

    penderita labio palatoschizis reflek palmar positif

    E. Placing

    Usaha untuk mengangkat dan meletakkan kaki di tepi permukaan kaki ketika

    kaki disentuh di bagian atasnya. Pada penderita labio palatoschizis reflek

    placing positif

    F. Plantar

    Fleksi jari jari kaki ke arah dalam, ketika tumit telapak kaki diusap. Pada

    penderita labio palatoschizis reflek plantar positifG. Righting

    Berusaha untuk mempertahankan kepala pada posisi tegak. Pada penderita

    labio palatoschizis reflek ini positif

    H. Rooting

    Memiringkan kepala ke arah pipi yang diberi stimulus sentuhan. Pada

    penderita labio palatoschizis reflek ini positif

    I. Sucking

    Menghisap objek yang diletakkan dalam mulut. Pada penderita labio

    palatoschizis reflek ini negative karena muara tuba eustachiinya terganggu

    J. Stepping

    Membuat gerakan melangkah ketika digendong pada posisi tegak dengan

    kaki menyentuh permukaan. Pada penderita labio palatoschizis reflek ini

    positif.DIAGNOSA KEPERAWATAN

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    17/21

    1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam

    meneteki ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan

    sekunder dari kecacatan dan pembedahan.

    2. Risiko aspirasi b/d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder

    dari palato skisis

    3. Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi

    pembedahan

    4. Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan

    perawatan dirumah

    5. Nyeri b/d insisi pembedahan

    INTERVENSI

    DX I

    Tujuan : Nutrisi yang adekuat dapat dipertahankan yang ditandai adanya

    peningkatan berat badan dan adaptasi dengan metode makan yang sesuai

    1) Observasi intak dan output2) Timbang berat badan sesuai indikasi

    3) Observasi kemampuan menelan dan mengisap

    4) Gunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khusus dengan

    lubang yang sesuai untuk pemberian minum

    5) Tempatka dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah

    mendorong makan/minuman kedalam

    6) Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan

    7) Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan

    8) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan nutrisi

    DX II

    Tujuan : Anak akan bebas dari aspirasi

    1) Kaji status pernafasan selama pemberian makan

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    18/21

    2) Gunakan dot agak besar, rangsang hisap dengan sentuhan dot pada

    bibir

    3) Perhatikan posisi bayi saat memberi makan, tegak atau setengah

    duduk

    4) Beri makan secara perlahan

    5) Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum

    DX III

    Tujuan : Anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi sebelum dan sesudah

    operasi, luka tampak bersih, kering dan tidak edema.

    1) Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak

    sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat

    berakibat pnemonia

    2) Observasi tanda-tanda infeksi.

    3) Lakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik

    steril

    4) Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yangtidak steril, misalnya alat tenun dan lainnya.

    5) Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1-2 minggu

    6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik

    DX IV

    Tujuan : Orang tua dapat memahami dan dapat mendemonstrasikan dengan

    metode pemberian makan pada anak, pengobatan setelah pembedahan dan,

    harapan perawat sebelum dan sesudah operasi.

    1) Jelaskan prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi

    2) Ajarkan pada ornag tua dalam perawatan anak ; cara pemberian

    makan/minum dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi

    pada saat pemberian makan/minum, lakukanpenepukan punggung,

    bersihkan mulut setelah makan

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    19/21

    DX V

    Tujuan : Rasa nyaman anak dapat dipertahankan yang ditandai dengan anak

    tidak menangis, tidsk lsbil dan tidak gelisah.

    1) Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan

    2) Tenangkan bayi

    3) Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan

    kondisinya

    4) Lakukan tekhnik manajaemen nyeri (distraksi)

    5) Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai program

    IMPLEMENTASI

    DX I

    Mengobservasi intake dan output

    Menimbang berat badan sesuai indikasi

    Mengobservasi kemampuan menelan dan mengisap

    Menggunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khususdengan lubang yang sesuai untuk pemberian minum

    Mempatkan dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah

    mendorong makan/minuman kedalam

    Memberikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan

    Memberikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan

    Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan nutrisi

    DX II

    Mengkaji status pernafasan selama pemberian makan

    Menggunakan dot agak besar, rangsang hisap dengan sentuhan dot pada

    bibir

    Memperhatikan posisi bayi saat memberi makan, tegak atau setengah

    duduk

    Memberi makan secara perlahan

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    20/21

    Melakukan penepukan punggung setelah pemberian minum

    DX III

    Memberikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak

    sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat

    berakibat pnemonia

    Mengobservasi tanda-tanda infeksi.

    Melakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik

    steril

    Memperhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang

    tidak steril, misalnya alat tenun dan lainnya.

    Menghindari gosok gigi pada anak kira-kira 1-2 minggu

    Mengkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik

    DX IV

    Jelaskan prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi

    Ajarkan pada ornag tua dalam perawatan anak ; cara pemberianmakan/minum dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi

    pada saat pemberian makan/minum, lakukanpenepukan punggung,

    bersihkan mulut setelah makan

    DX V

    Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan

    Tenangkan bayi

    Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan

    kondisinya

    Lakukan tekhnik manajaemen nyeri (distraksi)

    Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai program

  • 5/21/2018 askep palatoskisis

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.

    Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :

    Salemba Medika.

    Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.

    Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.

    Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.

    Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC.

    http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/bab-i-pendahuluan.html