28
AKUT MIOKARD INFARK BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Infark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen oksiggeen beerkepanjangan (Corwin, E. 2000: 367). Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung (Arif, Mansjoer. 1999: 437) Akut Miokard Infark adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri koroner (Hudak & Galo ; 1997). B. Penyebab Pada Infark Miokard akut dapat ditemukan beberapa penyebab yang dapat menimbulkan keadaan tersebut antara lain: Merokok Obesitas Spasme arteri koroner Stenosis aorta/aorta inufisiensi Hipertensi Hipertrafi ruang jantung C. Gambaran Klinis Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas Infark Miokard, biasanya timbul manifestasi klinis antara lain: Nyeri dada mendadak Mual dan muntah Perasaan lemas Kulit dingin dan pucat Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung Cemas Disphea

AKUT MIOKARD INFARK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKUT MIOKARD INFARK

AKUT MIOKARD INFARK BAB IKONSEP DASAR

A. PengertianInfark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen oksiggeen beerkepanjangan (Corwin, E. 2000: 367).Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung (Arif, Mansjoer. 1999: 437)

Akut Miokard Infark adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri koroner (Hudak & Galo ; 1997).

B. PenyebabPada Infark Miokard akut dapat ditemukan beberapa penyebab yang dapat menimbulkan keadaan tersebut antara lain:

MerokokObesitasSpasme arteri koronerStenosis aorta/aorta inufisiensiHipertensi Hipertrafi ruang jantung

C. Gambaran KlinisWalaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas Infark Miokard, biasanya timbul manifestasi klinis antara lain:Nyeri dada mendadakMual dan muntahPerasaan lemasKulit dingin dan pucatTakikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantungCemasDisphea

Page 2: AKUT MIOKARD INFARK

E. Patofisiologi

F. Penatalaksanaan1. Rawat ICCU, puasa 8 jam2. Tirah baring, posisi semi fowler.3. Monitor EKG4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit5. Oksigen 2 – 4 lt/menit6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg

Page 3: AKUT MIOKARD INFARK

7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg8. Bowel care : laksadin9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

Kemungkinan Data FokusA. Pengkajian

Pengkajian Primer1. Airwaysa. Sumbatan atau penumpukan sekretb. Wheezing atau krekles2. Breathinga. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahatb. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkalc. Ronchi, kreklesd. Ekspansi dada tidak penuhe. Penggunaan otot bantu nafas3. Circulationa. Nadi lemah , tidak teraturb. Takikardic. TD meningkat / menurund. Edemae. Gelisahf. Akral dinging. Kulit pucat, sianosish. Output urine menurun

Pengkajian Sekunder1. AktifitasGejala :· Kelemahan· Kelelahan· Tidak dapat tidur· Pola hidup menetap· Jadwal olah raga tidak teraturTanda :· Takikardi· Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.2. SirkulasiGejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus.Tanda :· Tekanan darahDapat normal / naik / turunPerubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.

Page 4: AKUT MIOKARD INFARK

· NadiDapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).· Bunyi jantungBunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.· MurmurBila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung· Friksi ; dicurigai Perikarditis· Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur· EdemaDistensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.· WarnaPucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir3. Integritas egoGejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.4. EliminasiTanda : normal, bunyi usus menurun.5. Makanan atau cairanGejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakarTanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan6. HigieneGejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan7. NeurosensoriGejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat ) Tanda : perubahan mental, kelemahan8. Nyeri atau ketidaknyamananGejala :· Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).· Lokasi :Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.· Kualitas :“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.· Intensitas :Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia

Page 5: AKUT MIOKARD INFARK

9. Pernafasan:Gejala :· dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat· dispnea nokturnal· batuk dengan atau tanpa produksi sputum· riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.Tanda :· peningkatan frekuensi pernafasan· nafas sesak / kuat· pucat, sianosis· bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum10. Interaksi sosialGejala :· Stress· Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di RSTanda :

Kesulitan istirahat dengan tenang Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut ) Menarik diri

B. PEMERIKSAAN FISIKa.       Tampilan UmumPasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan. Pasien juga tapak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah 12-24 jam pasca infarkb.       Denyut Nadi dan Tekanan DarahSinus takikardi (100-120 x/mnt) terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan melambat dengan pemberian analgesic yang adekuat.Denyut jantung yang rendah mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark. Peningkatan TD mmoderat merupakan akibat dari pelepasan kotekolaminSedangkan jika terjadi hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat dari  aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok kardiogenik.c.       Pemeriksaan jantungTerdangar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi gesekan perikard jarang terdengar hingga hari ke dua atau ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan dari sindrom Dressler.

C. Pemeriksaan Penunjang

1. EKGPada EKG terdapat gambaran gelombang Q yang patologis serta perubahan segmen ST-T dimana terdapat ST elevasi,ST depresi,dan T terbalik.

2. Pemeriksaan laboratorium Adanya peningkatan enzim SGOT,CPK,LDH.

Page 6: AKUT MIOKARD INFARK

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, ME. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGCArief, Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUICorwin,J Elizabet. 2000. Patofisiologi. Jakarta: FKUIWahidi, Kemala Rita dan Aryati. 1993. Standar Asuhan Keperawatan. Nursing Care Emergency. Jakarta: FKU

ANALISA DATA

Lewat dulu ya…hehe

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIIN MUNCUL

Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.

Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan

tubuh.

Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi;

ancaman kematian.

(Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik

jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik

miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.

(Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.

(Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan

natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.

Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah

interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan

perubahan status kesehatan yang akan datang.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi,

intensitas, durasi), catat setiap respon

verbal/non verbal, perubahan hemo-

dinamik

Nyeri adalah pengalaman subyektif yang

tampil dalam variasi respon verbal non

verbal yang juga bersifat individual sehingga

perlu digambarkan secara rinci untuk

Page 7: AKUT MIOKARD INFARK

2. Berikan lingkungan yang tenang dan

tunjukkan perhatian yang tulus kepada

klien.

3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas

dalam/perlahan, distraksi, visualisasi,

bimbingan imajinasi)

4. Kolaborasi pemberian obat sesuai

indikasi:

- Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-

Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)

- Beta-Bloker seperti atenolol

(Tenormin), pindolol (Visken),

propanolol (Inderal)

- Analgetik seperti morfin, meperidin

(Demerol)

- Penyekat saluran kalsium seperti

verapamil (Calan), diltiazem

(Prokardia).

menetukan intervensi yang tepat.

Menurunkan rangsang eksternal yang dapat

memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.

Membantu menurunkan persepsi-respon

nyeri dengan memanipulasi adaptasi

fisiologis tubuh terhadap nyeri.

Nitrat mengontrol nyeri melalui efek

vasodilatasi koroner yang meningkatkan

sirkulasi koroner dan perfusi miokard.

Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui

efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-

indikasi: kontraksi miokard yang buruk)

Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk

menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau

nyeri berulang yang tak dapat dihilangkan

dengan nitrogliserin.

Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat

meningkatkan sirkulasi koroner dan

kolateral, menurunkan preload dan kebu-

tuhan oksigen miokard. Beberapa di

antaranya bekerja sebagai antiaritmia.

Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan

kebutuhan tubuh.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Pantau HR, irama, dan perubahan TD

sebelum, selama dan sesudah aktivitas

sesuai indikasi.

Menentukan respon klien terhadap aktivitas.

Menurunkan kerja miokard/konsumsi

oksigen, menurunkan risiko komplikasi.

Manuver Valsava seperti menahan napas,

Page 8: AKUT MIOKARD INFARK

Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas

Anjurkan klien untuk menghindari

peningkatan tekanan abdominal.

Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan

klinis klien.

Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan

klien dan jelaskan pola peningkatan

aktivitas bertahap.

Kolaborasi pelaksanaan program

rehabilitasi pasca serangan IMA.

menunduk, batuk keras dan mengedan dapat

mengakibatkan bradikardia, penurunan curah

jantung yang kemudian disusul dengan

takikardia dan peningkatan tekanan darah.

Keterlibatan dalam pembicaraan panjang

dapat melelahkan klien tetapi kunjungan

orang penting dalam suasana tenang bersifat

terapeutik.

Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai

dengan kemampuan kerja jantung.

Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam

proses penyembuhan klien.

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-

ekonomi; ancaman kematian.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau respon verbal dan non verbal

yang menunjukkan kecemasan klien.

2. Dorong klien untuk mengekspresikan

perasaan marah, cemas/takut terhadap

situasi krisis yang dialaminya.

3. Orientasikan klien dan orang terdekat

terhadap prosedur rutin dan aktivitas

yang diharapkan.

4. Kolaborasi pemberian agen terapeutik

anti cemas/sedativa sesuai indikasi

(Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-

mane, Lorazepam/Ativan).

Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan

secara langsung tetapi kecemasan dapat

dinilai dari perilaku verbal dan non verbal

yang dapat menunjukkan adanya

kegelisahan, kemarahan, penolakan dan

sebagainya.

Respon klien terhadap situasi IMA

bervariasi, dapat berupa cemas/takut

terhadap ancaman kematian, cemas terhadap

ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan

peran sosial dan sebagainya.

Informasi yang tepat tentang situasi yang

dihadapi klien dapat menurunkan

kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan

sekitar dan membantu klien mengantisipasi

Page 9: AKUT MIOKARD INFARK

dan menerima situasi yang terjadi.

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan

kecemasan.

4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan

konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler

sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma

ventrikel dan kerusakan septum.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam

keadaan baring, duduk dan berdiri (bila

memungkinkan)

2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya

murmur.

3. Auskultasi bunyi napas.

4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan

mudah dikunyah.

5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai

kebutuhan klien

6. Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok

sesuai indikasi.

7. Bantu pemasangan/pertahankan paten-si

pacu jantung bila digunakan.

Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari

disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan

rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga

banyak terjadi yang mungkin berhubungan

dengan nyeri, cemas, peningkatan

katekolamin dan atau masalah vaskuler

sebelumnya. Hipotensi ortostatik

berhubungan dengan komplikasi GJK.

Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh

denyut nadi yang lemah dan HR yang

meningkat.

S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi

mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang

disertai infark yang berat. S4 mungkin

berhubungan dengan iskemia miokardia,

kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur

menunjukkan gangguan aliran darah normal

dalam jantung seperti pada kelainan katup,

kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.

Krekels menunjukkan kongesti paru yang

mungkin terjadi karena penurunan fungsi

miokard.

Makan dalam volume yang besar dapat

Page 10: AKUT MIOKARD INFARK

meningkatkan kerja miokard dan memicu

rangsang vagal yang mengakibatkan

terjadinya bradikardia.

Meningkatkan suplai oksigen untuk

kebutuhan miokard dan menurunkan

iskemia.

Jalur IV yang paten penting untuk pemberian

obat darurat bila terjadi disritmia atau nyeri

dada berulang.

Pacu jantung mungkin merupakan tindakan

dukungan sementara selama fase akut atau

mungkin diperlukan secara permanen pada

infark luas/kerusakan sistem konduksi.

5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah

koroner.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau perubahan kesadaran/keadaan

mental yang tiba-tiba seperti bingung,

letargi, gelisah, syok.

2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit

dingin/lembab dan catat kekuatan nadi

perifer.

3. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi,

kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi

napas)

4. Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia,

penurunan bising usus, mual-muntah,

distensi abdomen dan konstipasi)

Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh

curah jantung di samping kadar elektrolit dan

variasi asam basa, hipoksia atau emboli

sistemik.

Penurunan curah jantung menyebabkan

vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh

penurunan perfusi perifer (kulit) dan

penurunan denyut nadi.

Kegagalan pompa jantung dapat

menimbulkan distres pernapasan. Di samping

itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut

menunjukkan komplokasi tromboemboli

paru.

Page 11: AKUT MIOKARD INFARK

5. Pantau asupan caiaran dan haluaran

urine, catat berat jenis.

6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium

(gas darah, BUN, kretinin, elektrolit)

7. Kolaborasi pemberian agen terapeutik

yang diperlukan:

- Hepari / Natrium Warfarin (Couma-

din)

- Simetidin (Tagamet), Ranitidin

(Zantac), Antasida.

- Trombolitik (t-PA, Streptokinase)

Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat

menimbulkan disfungsi gastrointestinal

Asupan cairan yang tidak adekuat dapat

menurunkan volume sirkulasi yang

berdampak negatif terhadap perfusi dan

fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine

merupakan indikator status hidrsi dan fungsi

ginjal.

Penting sebagai indikator perfusi/fungsi

organ.

Heparin dosis rendah mungkin diberikan

mungkin diberikan secara profilaksis pada

klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi

atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau

riwayat tromboplebitis. Coumadin

merupakan antikoagulan jangka panjang.

Menurunkan/menetralkan asam lambung,

mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi

gaster khususnya karena adanya penurunan

sirkulasi mukosa.

Pada infark luas atau IM baru, trombolitik

merupakan pilihan utama (dalam 6 jam

pertama serangan IMA) untuk memecahkan

bekuan dan memperbaiki perfusi miokard.

6. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan

natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein

plasma.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Auskultasi bunyi napas terhadap adanya

krekels.

Indikasi terjadinya edema paru sekunder

akibat dekompensasi jantung.

Page 12: AKUT MIOKARD INFARK

2. Pantau adanya DVJ dan edema anasarka

3. Hitung keseimbangan cairan dan

timbang berat badan setiap hari bila

tidak kontraindikasi.

4. Pertahankan asupan cairan total 2000

ml/24 jam dalam batas toleransi

kardiovaskuler.

5. Kolaborasi pemberian diet rendah

natrium.

6. Kolaborasi pemberian diuretik sesuia

indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/

Apresoline, Spironlakton/ Hidronolak-

ton/Aldactone)

7. Pantau kadar kalium sesuai indikasi.

Dicurigai adanya GJK atau kelebihan

volume cairan (overhidrasi)

Penurunan curah jantung mengakibatkan

gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air

dan penurunan haluaran urine.

Keseimbangan cairan positif yang ditunjang

gejala lain (peningkatan BB yang tiba-tiba)

menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal

jantung.

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang

dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan

adanya dekompensasi jantung.

Natrium mengakibatkan retensi cairan

sehingga harus dibatasi.

Diuretik mungkin diperlukan untuk

mengoreksi kelebihan volume cairan.

Hipokalemia dapat terjadi pada terapi

diuretik yang juga meningkatkan

pengeluaran kalium.

7. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan

atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi

penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang

terdekat dan kemampuan/kesiapan

belajar klien.

2. Berikan informasi dalam berbagai variasi

proses pembelajaran. (Tanya jawab,

leaflet instruksi ringkas, aktivitas

Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

kesiapan fisik dan mental klien.

Meningkatkan penyerapan materi

pembelajaran.

Memberikan informasi terlalu luas tidak

Page 13: AKUT MIOKARD INFARK

kelompok)

3. Berikan penekanan penjelasan tentang

faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas,

obat dan gejala yang memerlukan

perhatian cepat/darurat.

4. Peringatkan untuk menghindari aktivitas

isometrik, manuver Valsava dan

aktivitas yang memerlukan tangan

diposisikan di atas kepala.

5. Jelaskan program peningkatan aktivitas

bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan,

kerja ringan, kerja sedang)

lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas

dengan penekanan pada hal-hal penting yang

signifikan bagi kesehatan klien.

Aktivitas ini sangat meningkatkan beban

kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan

oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas

yang dapat memicu serangan ulang.

Meningkatkan aktivitas secara bertahap

meningkatkan kekuatan dan mencegah

aktivitas yang berlebihan. Di samping itu

juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral

dan memungkinkan kembalinya pola hidup

normal.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis , Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan , Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990 ), Ilmu Penyakit Dalam , BP FKUI, Jakarta.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :

· nyeri dada dengan / tanpa penyebaran

· wajah meringis

· gelisah

· delirium

· perubahan nadi, tekanan darah.

Page 14: AKUT MIOKARD INFARK

Tujuan :

Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS

Kriteria Hasil:

· Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1

· ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang

· tidak gelisah

· nadi 60-100 x / menit,

· TD 120/ 80 mmHg

Intervensi :

Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada. Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam, perilaku distraksi,

visualisasi, atau bimbingan imajinasi. Pertahankan oksigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit ) Monitor tanda-tanda vital ( nadi & tekanan darah ) tiap dua jam. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.

2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.

Tujuan :

Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.

Kriteria Hasil :

· Tidak ada edema

· Tidak ada disritmia

· Haluaran urin normal

· TTV dalam batas normal

Intervensi :

· Pertahankan tirah baring selama fase akut

Page 15: AKUT MIOKARD INFARK

· Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD

· Monitor haluaran urin

· Kaji dan pantau TTV tiap jam

· Kaji dan pantau EKG tiap hari

· Berikan oksigen sesuai kebutuhan

· Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi

· Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis

· Berikan makanan sesuai diitnya

· Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :

· Daerah perifer dingin

· EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu

· RR lebih dari 24 x/ menit

· Kapiler refill lebih dari 3 detik

· Nyeri dada

· Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )

· HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80 AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg

· Nadi lebih dari 100 x/ menit

· Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL

Tujuan :

Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS.

Kriteria Hasil:

Page 16: AKUT MIOKARD INFARK

· Daerah perifer hangat

· Tidak sianosis

· Gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark

· RR 16-24 x/ menit

· Tidak terdapat clubbing finger

· Kapiler refill 3-5 detik

· Nadi 60-100x / menit

· TD 120/80 mmHg

Intervensi :

· Monitor Frekuensi dan irama jantung

· Observasi perubahan status mental

· Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa

· Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya

· Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi

· Pantau pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium misal EKG, elektrolit , GDA (Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan pemberian oksigen

4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.

Tujuan :

Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan di RS

Kriteria Hasil :

· Tekanan darah dalam batas normal

· Tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen

Page 17: AKUT MIOKARD INFARK

· Paru bersih

· Berat badan ideal ( BB ideal TB -100 – 10 %)

Intervensi :

· Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan

· Observasi adanya oedema dependen

· Timbang BB tiap hari

· Pertahankan masukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler

· Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuretik.

5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :

· Dispnea berat

· Gelisah

· Sianosis

· Perubahan GDA

· Hipoksemia

Tujuan :

Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (Pa O2 < 80 mmHg, Pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.

Kriteria hasil :

· Tidak sesak nafas

· Tidak gelisah

· GDA dalam batas Normal ( Pa O2 < 80 mmHg, Pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )

Intervensi :

Page 18: AKUT MIOKARD INFARK

· Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan

· Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.

· Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.

· Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien

· Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum

Tujuan :

Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS

Kriteria Hasil :

· Klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien

· Frekuensi jantung 60-100 x/ menit

· TD 120-80 mmHg

Intervensi :

· Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas

· Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )

· Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat.

· Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah mkan.

· Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.

7. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis

Page 19: AKUT MIOKARD INFARK

Tujuan :

Cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS

Kriteria Hasil :

Klien tampak rileks Klien dapat beristirahat TTV dalam batas normal

Intervensi :

· Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas

· Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

· Ajarkan tehnik relaksasi

· Minimalkan rangsang yang membuat stress

· Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan

· Berikan sentuhan pada klien dan ajak kllien berbincang-bincang dengan suasana tenang

· Berikan support mental

· Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah.

Tujuan :

Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi pendidikan kesehatan selama di RS

Kriteria Hasil :

· Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan, tujuan pengobatan & efek samping / reaksi merugikan

· Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.

Intervensi :

Page 20: AKUT MIOKARD INFARK

· Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi, contoh buku, program audio/ visual, tanya jawab dll.

· Beri penjelasan faktor resiko, diet ( rendah lemak dan rendah garam ) dan aktifitas yang berlebihan,

· Peringatan untuk menghindari aktifitas manuver valsava

· Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan, kerja, rekreasi aktifitas seksual.

DAFTAR PUSTAKA1. Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ; 2000

2. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997

3. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

4. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)

5. Heni Rokhaeni, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Edisi Pertama Jakarta, Bidang Diklat Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita; 2002

6. Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002

7. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)

8. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001

9. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th

Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)

10. Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002

11. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

Page 21: AKUT MIOKARD INFARK

12. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998

13. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001