Upload
doctarisya
View
38
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
3fwf
Citation preview
BLOK CLINICAL DENTAL SCIENCE
LAPORAN KELOMPOK
MALOKLUSI
Pembimbing/ Tutor:
drg. Bambang Tri H
Disusun oleh:
Kelompok V
Widhariyani Purnomo P. G1G011006Shafira F. Rahayu G1G011009Yashinta Ramadhinta G1G011012Anita Dyah Septiani G1G011017Rizka R. Dewi G1G011022Akbar Aulia Hidayat G1G011032Aisya Erryza M. G1G011034Saskia Vyatarsi G1G011035Okky Meliani G1G011046Nurdiana Dewi G1G011049Dinanti Ayuningtyas P. G1G010052
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Tujuan 1
C. Manfaat 1
BAB II ISI
A. Skenario PBL 3
B. Proses PBL 3
C. Pembahasan 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I
PENDAHULUANi
A. Latar Belakang
Oklusi adalah pertemuan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah
membentuk suatu kontak. Oklusi dapat dibagi menjadi 2, yaitu oklusi sentrik dan
oklusi eksentrik. Oklusi sentrik adalah keadaan kontak rahang atas dengan rahang
bawah secara maksimal dengan prosesus kondilaris berada pada bagian paling
posterior fossa glenoid. Oklusi eksentrik adalah setiap oklusi yang tidak sentrik
melainkan protusif, retrusif, atau lateral. Oklusi dapat dikatakan normal ketika
memenuhi fungsi dari gigi itu sendiri dan fungsi keindahan dalam rahang
walauupun tidak menutup kemungkinan adanya ketidakteraturan pada gigi secara
individu. Oklusi normal menurut Angle ditentukan dari relasi molar satu rahang
atas dan rahang bawah. Ketidaksesuaian oklusi dengan kunci oklusi yang
ditentukan Angle disebut maloklusi. Berbeda dengan Angle, Andrew
mengklasifikasikan maloklusi dengan memperhatikan relasi molar satu permanen,
insisiv permanen, bidang oklusal yang terbentuk, dan ada atau tidaknya gigi yang
mengalami rotasi (Foster, 1997).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian oklusi yang baik.
2. Untuk mengetahui definisi maloklusi.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dan jenis maloklusi.
4. Untuk mengetahui etiologi maloklusi.
5. Untuk mengetahui kaitan kebiasaan menghisap jempol dengan maloklusi.
6. Untuk mengetahui tumbuh kembang psikologi anak sampai usia 8 tahun.
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian oklusi yang baik.
2. Untuk mengetahui definisi maloklusi.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dan jenis maloklusi.
4. Untuk mengetahui etiologi maloklusi.
5. Untuk mengetahui kaitan kebiasaan menghisap jempol dengan maloklusi.1
2
6. Untuk mengetahui tumbuh kembang psikologi anak sampai usia 8 tahun.
BAB II
ISI
A. Skenario PBL
Seorang ibu datang ke Klinik Gigi bersama anaknya (perempuan, 8 tahun).
Sang ibu bercerita bahwa anaknya mempunyai kebiasaan yang dilakukan terus-
menerus pada saat anak tersebut merasa takut atau cemas. Kebiasaan tersebut
dilakukan sejak bayi dan masih berlangsung ketika datang. Ibu khawatir dengan
keadaan gigi-geligi anaknya yang mulai kelihatan tidak normal. Pada pemeriksaan
intra oral tampak open bite anterior, protusi anterior maksila dan retrusi anterior
mandibula. Relasi molar klas I Angle. Pada pemeriksaan ekstra oral diketahui
penderita mengalami kesulitan menutup mulut, dan profil wajah dari samping tampak
labium oris superior kurang proporsional dibanding labium oris inferior. Pada
phalanges radialis penderita ditemukan callus.
B. Proses PBL
STEP 1
1. Phalanges radialis
ibu jari
2. Open bite anterior
keadaan malformasi yang terjadi dimana gigi anterior RA tidak berkontak
dengan gigi anterior RB pada saat oklusi
3. Protrusi anterior maksila
lengkung rahang yang lebih maju kedepan pada rahang atas.
4. Retrusi anterior mandibula
lengkung rahang yang lebih kebelakang dari posisi normal pada rahang
bawah.
5. Relasi klas I (molar) Angle
Keadaan oklusi dimana cusp mesiobukal M1 rahang atas berkontak dengan
bukal groove M1 rahang bawah.
6. Callus
Kondisi dimana suatu bagian kulit tubuh mengeras karena adanya tekanan
yang sering dan terus-menerus (kapalan).3
4
STEP 2
1. Apa yang dimaksud dengan maloklusi ?
2. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi maloklusi ?
3. Apa saja jenis dan pengklasifikasian maloklusi ?
4. Bagaimana mekanisme menghisap ibu jari yang dapat mengakibatkan protrusi
anterior maksila dan retrusi anterior mandibula ?
5. Apa hubungan maloklusi dengan bibir kompeten ?
6. Berdasarkan skenario, maloklusi tersebut masuk dalam jenis apa ?
STEP 3
1. Maloklusi adalah tidak berkontaknya rahang atas dan rahang bawah. Selain
itu, maloklusi merupakan suatu penyimpangan pada gigi yang satu dengan
yang lainnya, bisa dalam satu rahang maupun meliputi rahang atas dan bawah.
2. Secara umum faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya maloklusi adalah
dari keadaan ggi maupu lengkung rahangnya, tekanan dari lidah, bibir yang
tidak kompeten, serta komponen pembentuk oklusi yang tidak kompeten.
Maloklusi juga dipengaruhi oleh faktor ekternal dan internal.
Eksternal, meliputi : lingkungan, berupa cara makan, kebiasaan-
kebiasaan buruk.
Internal, meliputi : genetic / ras, growth spurt.
3. a. Jenis maloklusi : 1) Dental
2) Skeletal
3) Fungsonal
Jenis maloklusi : 1) Dental dysplasia
2) Skeletal dental
3) Skeletal dysplasia
b. Klasifikasi maloklusi : 1) Kelas I Angle / neutroklusi
2) Kelas II Angle / distoklusi, M1 rahang atas
lebih kemesial dari M1 rahang bawah.
5
3) Kelas III Angle / mesioklusi, MI rahang atas
lebih kedistal dari M1 rahang bawah.
4. Mekanisme terjadinya maloklusi ketika seorang anak memiliki kebiasaan
menghisap jempol bisa diakibatkan karena adanya tekanan yang ringan tapi
secara terus menerus, adanya tekanan dari jempol dan jaringan lunak saat
pertumbuhan.
5. Bibir kompeten adalah suatu keadaan pada bibir atas dan bawah yang tidak
dapat menutup rapat, adanya tekanan pada saat menutup mulut, sehingga
dapat mengakibatkan dan mengganggu estetik wajah serta terkesan kurang
pintar.
6. Berdasarkan skenario yang ada, maloklusi tersebut dapat dimasukkan kedalam
klas I Angle tipe 2.
STEP 4
1. Learning objective (LO)
2. Learning objective (LO)
3. Learning objective (LO)
4. Kebiasaan seorang anak yang selalu menghisap ibu jari dapat menyebabkan
gigi insisiv sentral rahang atas lebih kelabial atau mengarah kedepan,
sehingga mengakibatkan protrusi anterior maksila, sedangkan pada rahang
bawahnya, gigi akan kearah lingual atau posterior, sehingga mengakibatkan
retrusi anterior mandibula
5. Maloklusi dapat menyebabkan bibir menjadi tidak kompeten.
Ketidakkompetenan bibir bisa dihubungkan dengan jenis dan etiologi dari
maloklusi sendiri.
6. Selain mengalami klas I Angle tipe 2, bisa juga dimasukkan kedalam klas II
Angle divisi I.
STEP 5
Learning objective :
1. Maloklusi
6
a. Definisi maloklusi
b. Klasifikasi maloklusi
c. Jenis maloklusi
d. Etiologi maloklusi
2. Perkembangan psikologi anak usia 8 tahun
3. Profil wajah anak yang sering menghisap ibu jari.
STEP 6
Self study / belajar mandiri
C. Pembahasan (Step 7)
1. Maloklusi
a. Pengertian
1) Maloklusi adalah keadaan oklusi yang abnormal yang ditandai dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang spatial atau
anomali abnormal dalam posisi gigi (Harty, 1995).2) Malrelasi terdiri dari dua kata, yaitu mal dan relasi. Mal adalah
keadaan abnormal, sedangkan relasi adalah hubungan suatu objek
dengan objek lainnya, jadi dapat disimpulkan arti malrelasi dalam
lingkup maloklusi adalah suatu hubungan antar gigi antagonis yang
menyimpang dari normalnya. (Dorland, 2012) salah satu contoh dari
malrelasi dalam lingkup maloklusi ini adalah adanya crossbite, open
bite, dan deep bite (Foster, 1997).
3) Malposisi adalah posisi organ atau bagian yang abnormal (Dorland, 2012) dimana dalam lingkup maloklusi, malposisi ini dapat diartikan
keabnormalan posisi gigi yang terjadi pada 1 rahang seperti
mesioversi, torsoversi (Foster,1997).
b. Jenis
Maulani (2005) membagi maloklusi berdasarkan letak kelainannya, yaitu:
1) Tipe Dental
7
Apabila perkembangan rahang atas maupun rahang bawah terhadap
tulang kepala normal tetapi terdapat kelainan pada gigi-giginya.
2) Tipe Skeletal
Apabila terdapat kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan dari
rahang, sehingga hubungan rahang atas dan rahang bawah tidak
harmonisi terhadap tulang kepala.
3) Tipe Fungsional
Apabila terjadi kelainan perkembangan pada otot sehingga timbul
gangguan ketika mengunyah.
4) Tipe Dentoskeletal
Merupakan gabungan dari tipe dental dan tipe skeletal. Terjadi apabila
terdapat kelainan dari dental (gigi-giginya) serta skeletal (rahang).
c. Klasifikasi
Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle (1899) terdiri dari 3 kelas,
yang berdasar pada bidang sagital. Pada klasifikasi Angle, gigi molar
pertama permanen rahang atas dan bawah digunakan sebagai kunci
klasifikasi maloklusi, karena gigi molar dianggap gigi yang paling stabil
dan kedudukannya jarang berubah (Rahardjo, 2008).
1) Kelas 1
Maloklusi kelas 1 atau biasa disebut neutroklusi terjadi dimana
terdapat hubungan normal anteroposterior antara maksila dan
mandibula. Pada kelas ini, gigi M1 rahang atas tonjol cusp mesiobukal
berada pada bukal groove M1 rahang bawah (Foster, 1993).
Dewey Anderson memodifikasi kelas 1 Angle, sehingga
terbagi menjadi 5 tipe, yaitu :
a) Tipe 1 : kelas 1 Angle dengan gigi bagian anterior maksila
mengalami crowding dan gigi caninus ektostem
b) Tipe 2 : kelas 1 Angle dengan gigi anterior maksila labioversi
c) Tipe 3 : kelas 1 Angle dengan gigi anterior palatoversi sehingga
terjadi gigitan terbalik (anterior crossbite)
8
d) Tipe 4 : kelas 1 dengan adanya crossbite pada gigi posterior
e) Tipe 5 : kelas 1 dimana terjadinya mesial drift atau pergeseran
kearah mesial pada gigi molar akibat premature ekstraksi (Widodo,
2007).
Gambar 1.1 Maloklusi kelas 1
2) Kelas 2
Maloklusi kelas 2 atau biasa disebut distoklusi ialah adanya
relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Sehingga tonjol
mesiobukal cusp M1 rahang atas berada lebih mesial dari bukal groove
M1 rahang bawah (Rahardjo,2008).
Gambar 1.2 Maloklusi kelas 2
Maloklusi kelas 2 dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a) Divisi I : pada gigi insisivus sentral rahang atas terjadi
proklinasi (kemiringan anterior kearah labial) sehingga
didapatkan gigitan besar atau overjet. Insisivus lateral rahang
atas juga mengalami proklinasi sehingga didapati overbite
b) Divisi II : Gigi insisivus sentral rahang atas mengalami
retroklinasi atau retrusi dan pada insisvus lateral rahang atas
terjadi proklinasi sehingga terjadi gigitan dalam atau deepbite
c) Subdivisi : apabila distooklusi hanya terjadi pada salah satu sisi
rahang
(Foster, 1997).
3) Kelas 3
Maloklusi kelas 3 atau biasa disebut mesioklusi adanya relasi
anterior dari mandibula terhdap maksila. Sehingga, tonjol mesiobukal
cusp M1 permanen rahang atas berada lebih ke distal dari bukal
groove M1 rahang bawah sehingga terdapat anterior crossbite
(Rahardjo,2008).
Gambar 1.3 Malokusi kelas 3
Oleh Dewey Anderson, maloklusi kelas 3 dibagi menjadi 3 tipe, yaitu ;
a) Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik, akan tetapi relasi
lengkungnya tidak baik sehingga pada gigi anterior terjadi edge to
edge
b) Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila
tetapi terjadi linguoversi dari giigi anterior mandibula sehingga
terjadinya crowding
c) Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang sehingga terjadi
crossbite pada pada gigi anterior maksila yang crowding. Akan
tetapi lengkung mandibulanya bekembang dengan baik dan lurus.
(Foster, 1997).
9
10
d. Etiologi
Menurut Strang dan Thompson (1958) faktor-faktor etiologi
maloklusi dibagi menjadi dua golongan besar yaitu faktor prenatal dan
faktor postnatal. Faktor prenatal meliputi faktor herediter dan faktor
kongenital. Faktor herediter merupakan faktor yang diturunkan dari
pewarisan genetik, sedangkan untuk faktor kongenital yang dapat dilihat
dari embrio/fetus dan kondisi ibu. Pada zaman dulu keadaan maloklusi ini
muncul karena adanya pernikahan silang antar ras, misalnya untuk ras
yang berahang kecil bergigi kecil menikah dengan ras yang berahang
besar bergigi besar. Hal ini akan memunculkan kemungkinan adanya
maloklusi yang berupa gigi berjejal dan diastema. Faktor kongenital dapat
dipicu akan adanya trauma yang akan menyebabkan terganggunya proses
perkembangan dari embrio/fetus, dan dari faktor nutrisi dari sang ibu pada
saat mengandung.
Faktor postnatal dibagi menjadi tiga yaitu faktor intrinsik, faktor
sistemik dan faktor lingkungan. Faktor intrinsik merupakan faktor yang
berasal dari tubuh penderita, misalnya gigi sulung yang tanggal prematur,
tanggalnya gigi tetap, retensi gigi sulung, erupsi gigi permanen yang
terlambat, dan frenulum yang abnormal. Faktor sistemik yang meliputi
malnutrisi, penyakit sistemik, dan fungsi abnormal dari sistem endokrin.
Faktor lingkungan yang meliputi oral habit. Oral habit ini meliputi :
1) Digiti Sucking
Digiti sucking merupakan jenis kebiasaan oral yang berupa
memasukan dan menghisap jari. Kebiasaan ini jika dibiarkan terus
menerus akan menyebabkan open bite, diastem pada gigi anterior
maksila, gigi insisive bawah mengalami linguoversi, rahang
menjadi bentuk V
2) Tongue Thrusting
Tongue thrusting adalah kebiasaan lidah untuk mempertahankan
posisi lidah dalam posisi menelan. Kebiasaan tongue thrusting
11
dapat menyebabkan rahang atas protusi, rahang bawah mengalami
protusi dan diastem. Bentuk gigitan dari kebiasaan ini adalah open
bite.
3) Mouth Breathing
Kebiasaan bernafas dengan mulut diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu obstruktif, habitual, anatomical. Obstruktif terjadi pada anak
yang mengalami gangguan dalam menghirup udara melalui
hidung, habitual disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan
telah dihilangkan, anatomical terjadi apabila bibir atas dan bawah
pendek sehingga menyebabkan tidak bisa menutup sempurna.
Kebiasaan ini menyebabkan rahang atas menjadi V dan palatum
tinggi yang membuat wajah penderita terlihat panjang dan sempit.
4) Bruxism
Kebiasaan ini menyebabkan erupsi dari insisive menjadi
terhambat dan terjadi atrisi pada gigi anterior.
5) Lip Sucking
Kebiasaan dari mengigit bibir akan menyebabkan gigi anterior
rahang atas menjadi protusi, gigi rahang bawah menjadi retrusi,
peningkatan overjet, dan crowding gigi anterior.
6) Nail Biting
Nail biting merupakan kebiasaan oral yaitu mengigit-gitit kuku.
Kebiasaan ini dapat menyebabkan rotasinya gigi, atrisi pada ujung
incisal gigi, dan protusi gigi pada gigi yang sering digunakan
untuk mengigit.
(Singh, 2007), (Germec dan Taner, 2005)
Maloklusi juga dapat disebabkan karena postural habit. Postural habit
yang berpengaruh terhadap terjadinya maloklusi meliputi:
1) Chin propping
Chin propping adalah kebiasaan yang tidak disengaja, berupa
tekanan instrinsik yang dapat menyebabkan deep bite anterior.
12
Berat dari keseluruhan kepala tertumpu pada dagu, anterior dari
mandibula menerima tekanan reaksi hal ini menyebabkan
terganggunya pertumbuhan dari mandibula. Penderita akan
memiliki wajah yang asimetris.
2) Face Leaning
Face leaning dapat menyebabkan maloklusi unilateral rahang atas.
Hal ini disebabkan karena berat keseluruhan kepala ditransfer ke
rahang atas dan terpusat pada benda-benda yang menekan.
(Singh, 2007)
Faktor-faktor habitual yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi
ini juga dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu frekuensi, durasi, dan
intensitas kebiasaan. Dari ketiga komponen ini dapat dirumauskan sebagai
berikut :
I = Intensitas
F = Frekuensi
D = Durasi
(Strang dan Thompson, 1958)
2. Perkembangan Psikologis Anak Usia 8 Tahun
Perkembangan psikologi untuk anak dengan umur 8 tahun antara lain :
a. Anak sudah memiliki emosi, sehingga apabila diejek atau merasa tidak
diterima d dalam lingkungan, diharapkan anak sudah bisa untuk mengatasi
rasa malu, frustasi, dan rasa ketidakpuasan. Anak dengan umur 8 tahun
yang masih mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari dan tidak berusaha
untuk menghilangkan kebiasaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan ciri
perkembangan pada anak seusianya (Singh, 2007).
b. Kebiasaan menghisap ibu jari sebenarnya normal untuk anak usia kurang
dari umur 2 tahun dengan tujuan untuk memberi ketenangan. Kebiasaan
yang tidak baik tersebut apabila dilanjutkan sampai anak berusia 8 tahun
I = F x D
13
akan mengakibatkan terjadinya maloklusi. Alasan-alasan mengapa anak
usia 8 tahun masih meiliki kebiasaan menghisap ibu jari antara lain karena
orang tua memberikan susu sampai usia 2 tahun, anak berusaha mencari
perhatian, gangguan emosi seperti rasa takut dan tertekan sehingga anak
mencari ketenangan, dan ASI sedikit sehingga anak kurang puas (Maulani,
2005).
c. Ibu menyusui anak untuk memberikan rasa nyaman, tenang, tidak takut,
dan kasih sayang, sehingga terbentuk fase oral bayi pada usia 0-1,5 tahun.
Kebiasaan tersebut apabila dilanjutkan sampai umur 8 tahun dapat
menimbulkan gangguan perlekatan dengan alasan untuk menghadirkan
rasa aman dan dicintai, serta melampiaskan keinginan yang tidak
terpenuhi. Penatalaksanaan untuk menghilangkan kebiasaan buruk
menghisap ibu jari adalah menggantinya dengan makanan, memberikan
perhatian dan kasih sayang, edukasi kepada anak mengenai akibat dari
kebiasaan buruk oral yang berdampak buruk juga bagi gigi, dan sibukkan
anak dengan kegiatan lain (Rahardjo, 2011).
3. Mekanisme Dan Profil Wajah Anak Yang Mempunyai Kebiasaan Thumb
Sucking
Thumb sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak menempatkan
ibu jari di belakang gigi, kontak dengan bagian atas mulut, menghisap dengan
bibir, dan gigi tertutup rapat. Aktivitas ini sangat berkaitan dengan otot-otot
sekitar rongga mulut. Kebiasaan menghisap yang berkepanjangan akan
menghasilkan maloklusi.
Ibu jari ditempatkan diantara gigi atas dan bawah, lidah terpaksa
diturunkan yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal geligi
posterior atas. Pada saat yang sama tekanan dari pipi meningkat dan muskulus
buccinator berkontraksi pada saat mengisap. Tekanan pipi paling besar pada
sudut mulut dan mungkin keadaan ini dapat menjelaskan mengapa lengkung
maksila cenderung berbentuk huruf V dengan kontraksi pada regio kaninus
14
daripada molar. Kebiasaan mengisap yang melebihi batas ambang
keseimbangan tekanan dapat menimbulkan perubahan bentuk lengkung geligi,
akan tetapi sedikit pengaruhnya terhadap bentuk rahang.
Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang
berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Dari faktor-faktor penyebab
maloklusi, yang paling menentukan tingkat keparahan adalah intensitas,
frekuensi, dan durasi pengisapan. Maloklusi yang terjadi juga ditentukan oleh
jari mana yang diisap, dan bagaimana pasien meletakkan jarinya pada waktu
mengisap yang menimbulkan adanya tekanan ke arah atas gigi depan, dan
bagian bawah jari akan menekan lidah sehingga mendorong gigi bawah dan
bibir sedangkan dagu terdesak ke dalam. Akibatnya anak dapat memiliki
profil muka yang cembung akibat gigi depan yang maju. Anak yang terbiasa
menghisap jempol atau menghisap dot umumnya lebih besar kemungkinan
untuk memiliki wajah yang kurang proporsional saat remaja hingga dewasa.
Efek kebiasaan mengisap terhadap perkembangan oklusal sangat
bervariasi. Kadang-kadang tidak terlihat adanya efek sama sekali, tapi yang
paling sering terjadi adalah adanya ibu jari di antara gigi-gigi yang sedang
bererupsi akan membuat timbulnya gigitan terbuka anterior, yang biasanya
asimetris, lebih nyata pada sisi yang digunakan untuk mengisap ibu jari. Jika
lidah juga protrusi, gigitan terbuka cenderung lebih besar, sehingga gigi-gigi
anterior rahang atas protrusif. Di samping itu palatum bagian depan menjadi
tinggi, sehingga bentuk lengkung rahang menjadi segitiga tidak oval dan
susunan gigi depan menjadi lebih maju dari sebagaimana seharusnya, area
untuk tumbuh giginya menjadi lebih sempit. Akibatnya, gigi menjadi tumbuh
bertumpuk-tumpuk. Perkembangan rahang ke arah lateral terganggu,
seringkali juga terlihat gigitan terbalik disebabkan oleh menyempitnya
tekanan udara intraoral, yang barangkali terkombinasi dengan aktivitas otot-
otot bukal. Penyempitan ringan dari lengkung gigi ini bisa menyebabkan
rahang bawah menempati jalur penutupan translokasi, dengan disertai
perkembangan gigitan terbalik pada salah satu sisi yang pada akhirnya
membutuhkan perawatan ortodonti untuk mengembalikan gigi mereka ke
posisi yang seharusnya.
(Rahardjo, 2009)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan dari oklusi yang baik diantara
gigi-gigi geligi atau diantara rahang atas dan rahang bawah. Klasifikasi dan jenis
1515
maloklusi dapat dibagi menurut keadaan skeletal dan gigi geligi yang mengalami
maloklusi dan juga menurut faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya
maloklusi. Maloklusi disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kebiasaan buruk.
Salah satu kebiasaan buruk adalah menghisap jempol. Kebiasaan ini merupakan
hal wajar bagi anak-anak sampai pada umur 2 tahun sebagai fase oral bagi anak,
selanjutnya kebiasan tersebut harus dihentikan. Apabila tidak, kebiasaan ini akan
menyebabkan gangguan pada anak, baik pada estetika wajah maupun fungsi
fisiologis.
B. Saran
Kasus maloklusi ini merupakan kasus yang sering terjadi pada seluruh orang.
Namun, maloklusi dapat dicegah sejak anak-anak dengan memperhatikan
perkembangan gigi dan melakukan perawatan sejak dini untuk menghindari
adanya maloklusi permanen.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A.N., 2012, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta
Foster, T. D., 1997, Buku Ajar Ortodonsi, Edisi III, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
16
Germe D, Taner TU. 2005. Lower Lip Sucking Habit Treated with a Lip Bumper
Appliance. The Angl Orthodont: 75(6): 1071-6
Harty,F.J., Ogston,R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi, EGC, Jakarta
Maulani, 2005, Kiat Merawat Gigi Anak, PT Elex Media komputindo, Jakarta
Maulani, C., Enterprise, J., 2005, Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orang Tua
dalam Marawat dan Manjaga Kesehatan Gigi Anak-anaknya, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta
Nindyani, V., Pengembangan Kemampuan Membilang Melalui Kegiatan Bermain
dengan Benda-benda Konkrit pada Kelompok A,
http://eprints.uny.ac.id/7778/3/bab%202%20-%2009111247009.pdf, diakses pada
tanggal 16 Maret 2013, pukul 04.00 WIB
Rahardjo, 2011, Anak Suka Menghisap Ibu Jari,
http://psikologi.umk.ac.id/2011/02/anak-menghisapibu-jari.html, diakses pada tanggal
17 Maret 2013 pukul 17.00 WIB
Rahardjo, P., 2009, Ortodonti Dasar, Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair,
Surabaya
Rahardjo, P., 2008, Diagnosis Ortodonsi, Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair,
Surabaya
Singh G. 2007. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. Jaypee Brothers Medical
Puliblisher (P) Ltd.: India. p. 581-2
Strang, H. W., dan Thompson, W. M., 1958, A Textbook of Orthodontia, 4th
edition, Lea & Febiger, Philadelphia
Widodo, A., Kisnawati, 2007, Penggunaan Inclined Bite Plane sebagai Piranti
Awal untuk Koreksi Anterior Crossbite. M.I Kedokteran Gigi Scientific
Journal in Dentistry; FKG Trisakti; 2007; 20 (60)
17