20
 BLOK CLINICAL DENTAL SCIENCE LAPORAN KELOMPOK MALOKLUSI Pembimbing/ Tutor: drg. Bambang Tri H Disusun oleh: Kelompok V Widhariyani Purnomo P. G1G011006 Shafira F. Rahayu G1G011009 Yashinta Ramadhinta G1G011012 Anita Dyah Septiani G1G011017 Rizka R. Dewi G1G011022 Akbar Aulia Hidayat G1G011032 Aisya Erryza M. G1G011034 Saskia Vyatarsi G1G011035 Okky Meliani G1G011046  Nurdiana Dewi G1G011049 Dinanti Ayuningtyas P. G1G010052 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN GIGI PURWOKERTO 2013 DAFTAR ISI

133580332 Laporanpbl Maloklusi Revisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

3fwf

Citation preview

  • BLOK CLINICAL DENTAL SCIENCE

    LAPORAN KELOMPOK

    MALOKLUSI

    Pembimbing/ Tutor:

    drg. Bambang Tri H

    Disusun oleh:

    Kelompok V

    Widhariyani Purnomo P. G1G011006Shafira F. Rahayu G1G011009Yashinta Ramadhinta G1G011012Anita Dyah Septiani G1G011017Rizka R. Dewi G1G011022Akbar Aulia Hidayat G1G011032Aisya Erryza M. G1G011034Saskia Vyatarsi G1G011035Okky Meliani G1G011046Nurdiana Dewi G1G011049Dinanti Ayuningtyas P. G1G010052

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

    PURWOKERTO

    2013

    DAFTAR ISI

  • DAFTAR ISI i

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah 1

    B. Tujuan 1

    C. Manfaat 1

    BAB II ISI

    A. Skenario PBL 3

    B. Proses PBL 3

    C. Pembahasan 6

    BAB III PENUTUP

    A. Kesimpulan 16

    B. Saran 16

    DAFTAR PUSTAKA 17

    BAB I

    PENDAHULUANi

  • A. Latar Belakang

    Oklusi adalah pertemuan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah

    membentuk suatu kontak. Oklusi dapat dibagi menjadi 2, yaitu oklusi sentrik dan

    oklusi eksentrik. Oklusi sentrik adalah keadaan kontak rahang atas dengan rahang

    bawah secara maksimal dengan prosesus kondilaris berada pada bagian paling

    posterior fossa glenoid. Oklusi eksentrik adalah setiap oklusi yang tidak sentrik

    melainkan protusif, retrusif, atau lateral. Oklusi dapat dikatakan normal ketika

    memenuhi fungsi dari gigi itu sendiri dan fungsi keindahan dalam rahang

    walauupun tidak menutup kemungkinan adanya ketidakteraturan pada gigi secara

    individu. Oklusi normal menurut Angle ditentukan dari relasi molar satu rahang

    atas dan rahang bawah. Ketidaksesuaian oklusi dengan kunci oklusi yang

    ditentukan Angle disebut maloklusi. Berbeda dengan Angle, Andrew

    mengklasifikasikan maloklusi dengan memperhatikan relasi molar satu permanen,

    insisiv permanen, bidang oklusal yang terbentuk, dan ada atau tidaknya gigi yang

    mengalami rotasi (Foster, 1997).

    B. Tujuan

    1. Untuk mengetahui pengertian oklusi yang baik.

    2. Untuk mengetahui definisi maloklusi.

    3. Untuk mengetahui klasifikasi dan jenis maloklusi.

    4. Untuk mengetahui etiologi maloklusi.

    5. Untuk mengetahui kaitan kebiasaan menghisap jempol dengan maloklusi.

    6. Untuk mengetahui tumbuh kembang psikologi anak sampai usia 8 tahun.

    C. Manfaat

    1. Untuk mengetahui pengertian oklusi yang baik.

    2. Untuk mengetahui definisi maloklusi.

    3. Untuk mengetahui klasifikasi dan jenis maloklusi.

    4. Untuk mengetahui etiologi maloklusi.

    5. Untuk mengetahui kaitan kebiasaan menghisap jempol dengan maloklusi.1

    2

  • 6. Untuk mengetahui tumbuh kembang psikologi anak sampai usia 8 tahun.

    BAB II

    ISI

  • A. Skenario PBL

    Seorang ibu datang ke Klinik Gigi bersama anaknya (perempuan, 8 tahun).

    Sang ibu bercerita bahwa anaknya mempunyai kebiasaan yang dilakukan terus-

    menerus pada saat anak tersebut merasa takut atau cemas. Kebiasaan tersebut

    dilakukan sejak bayi dan masih berlangsung ketika datang. Ibu khawatir dengan

    keadaan gigi-geligi anaknya yang mulai kelihatan tidak normal. Pada pemeriksaan

    intra oral tampak open bite anterior, protusi anterior maksila dan retrusi anterior

    mandibula. Relasi molar klas I Angle. Pada pemeriksaan ekstra oral diketahui

    penderita mengalami kesulitan menutup mulut, dan profil wajah dari samping tampak

    labium oris superior kurang proporsional dibanding labium oris inferior. Pada

    phalanges radialis penderita ditemukan callus.

    B. Proses PBL

    STEP 1

    1. Phalanges radialis

    ibu jari

    2. Open bite anterior

    keadaan malformasi yang terjadi dimana gigi anterior RA tidak berkontak

    dengan gigi anterior RB pada saat oklusi

    3. Protrusi anterior maksila

    lengkung rahang yang lebih maju kedepan pada rahang atas.

    4. Retrusi anterior mandibula

    lengkung rahang yang lebih kebelakang dari posisi normal pada rahang

    bawah.

    5. Relasi klas I (molar) Angle

    Keadaan oklusi dimana cusp mesiobukal M1 rahang atas berkontak dengan

    bukal groove M1 rahang bawah.

    6. Callus

    Kondisi dimana suatu bagian kulit tubuh mengeras karena adanya tekanan

    yang sering dan terus-menerus (kapalan).3

    4

  • STEP 2

    1. Apa yang dimaksud dengan maloklusi ?

    2. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi maloklusi ?

    3. Apa saja jenis dan pengklasifikasian maloklusi ?

    4. Bagaimana mekanisme menghisap ibu jari yang dapat mengakibatkan protrusi

    anterior maksila dan retrusi anterior mandibula ?

    5. Apa hubungan maloklusi dengan bibir kompeten ?

    6. Berdasarkan skenario, maloklusi tersebut masuk dalam jenis apa ?

    STEP 3

    1. Maloklusi adalah tidak berkontaknya rahang atas dan rahang bawah. Selain

    itu, maloklusi merupakan suatu penyimpangan pada gigi yang satu dengan

    yang lainnya, bisa dalam satu rahang maupun meliputi rahang atas dan bawah.

    2. Secara umum faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya maloklusi adalah

    dari keadaan ggi maupu lengkung rahangnya, tekanan dari lidah, bibir yang

    tidak kompeten, serta komponen pembentuk oklusi yang tidak kompeten.

    Maloklusi juga dipengaruhi oleh faktor ekternal dan internal.

    Eksternal, meliputi : lingkungan, berupa cara makan, kebiasaan-

    kebiasaan buruk.

    Internal, meliputi : genetic / ras, growth spurt.

    3. a. Jenis maloklusi : 1) Dental

    2) Skeletal

    3) Fungsonal

    Jenis maloklusi : 1) Dental dysplasia

    2) Skeletal dental

    3) Skeletal dysplasia

    b. Klasifikasi maloklusi : 1) Kelas I Angle / neutroklusi

    2) Kelas II Angle / distoklusi, M1 rahang atas

    lebih kemesial dari M1 rahang bawah.

    5

  • 3) Kelas III Angle / mesioklusi, MI rahang atas

    lebih kedistal dari M1 rahang bawah.

    4. Mekanisme terjadinya maloklusi ketika seorang anak memiliki kebiasaan

    menghisap jempol bisa diakibatkan karena adanya tekanan yang ringan tapi

    secara terus menerus, adanya tekanan dari jempol dan jaringan lunak saat

    pertumbuhan.

    5. Bibir kompeten adalah suatu keadaan pada bibir atas dan bawah yang tidak

    dapat menutup rapat, adanya tekanan pada saat menutup mulut, sehingga

    dapat mengakibatkan dan mengganggu estetik wajah serta terkesan kurang

    pintar.

    6. Berdasarkan skenario yang ada, maloklusi tersebut dapat dimasukkan kedalam

    klas I Angle tipe 2.

    STEP 4

    1. Learning objective (LO)

    2. Learning objective (LO)

    3. Learning objective (LO)

    4. Kebiasaan seorang anak yang selalu menghisap ibu jari dapat menyebabkan

    gigi insisiv sentral rahang atas lebih kelabial atau mengarah kedepan,

    sehingga mengakibatkan protrusi anterior maksila, sedangkan pada rahang

    bawahnya, gigi akan kearah lingual atau posterior, sehingga mengakibatkan

    retrusi anterior mandibula

    5. Maloklusi dapat menyebabkan bibir menjadi tidak kompeten.

    Ketidakkompetenan bibir bisa dihubungkan dengan jenis dan etiologi dari

    maloklusi sendiri.

    6. Selain mengalami klas I Angle tipe 2, bisa juga dimasukkan kedalam klas II

    Angle divisi I.

    STEP 5

    Learning objective :

    1. Maloklusi

    6

  • a. Definisi maloklusi

    b. Klasifikasi maloklusi

    c. Jenis maloklusi

    d. Etiologi maloklusi

    2. Perkembangan psikologi anak usia 8 tahun

    3. Profil wajah anak yang sering menghisap ibu jari.

    STEP 6

    Self study / belajar mandiri

    C. Pembahasan (Step 7)

    1. Maloklusi

    a. Pengertian

    1) Maloklusi adalah keadaan oklusi yang abnormal yang ditandai dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang spatial atau

    anomali abnormal dalam posisi gigi (Harty, 1995).2) Malrelasi terdiri dari dua kata, yaitu mal dan relasi. Mal adalah

    keadaan abnormal, sedangkan relasi adalah hubungan suatu objek

    dengan objek lainnya, jadi dapat disimpulkan arti malrelasi dalam

    lingkup maloklusi adalah suatu hubungan antar gigi antagonis yang

    menyimpang dari normalnya. (Dorland, 2012) salah satu contoh dari

    malrelasi dalam lingkup maloklusi ini adalah adanya crossbite, open

    bite, dan deep bite (Foster, 1997).

    3) Malposisi adalah posisi organ atau bagian yang abnormal (Dorland, 2012) dimana dalam lingkup maloklusi, malposisi ini dapat diartikan

    keabnormalan posisi gigi yang terjadi pada 1 rahang seperti

    mesioversi, torsoversi (Foster,1997).

    b. Jenis

    Maulani (2005) membagi maloklusi berdasarkan letak kelainannya, yaitu:

    1) Tipe Dental

    7

  • Apabila perkembangan rahang atas maupun rahang bawah terhadap

    tulang kepala normal tetapi terdapat kelainan pada gigi-giginya.

    2) Tipe Skeletal

    Apabila terdapat kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan dari

    rahang, sehingga hubungan rahang atas dan rahang bawah tidak

    harmonisi terhadap tulang kepala.

    3) Tipe Fungsional

    Apabila terjadi kelainan perkembangan pada otot sehingga timbul

    gangguan ketika mengunyah.

    4) Tipe Dentoskeletal

    Merupakan gabungan dari tipe dental dan tipe skeletal. Terjadi apabila

    terdapat kelainan dari dental (gigi-giginya) serta skeletal (rahang).

    c. Klasifikasi

    Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle (1899) terdiri dari 3 kelas,

    yang berdasar pada bidang sagital. Pada klasifikasi Angle, gigi molar

    pertama permanen rahang atas dan bawah digunakan sebagai kunci

    klasifikasi maloklusi, karena gigi molar dianggap gigi yang paling stabil

    dan kedudukannya jarang berubah (Rahardjo, 2008).

    1) Kelas 1

    Maloklusi kelas 1 atau biasa disebut neutroklusi terjadi dimana

    terdapat hubungan normal anteroposterior antara maksila dan

    mandibula. Pada kelas ini, gigi M1 rahang atas tonjol cusp mesiobukal

    berada pada bukal groove M1 rahang bawah (Foster, 1993).

    Dewey Anderson memodifikasi kelas 1 Angle, sehingga

    terbagi menjadi 5 tipe, yaitu :

    a) Tipe 1 : kelas 1 Angle dengan gigi bagian anterior maksila

    mengalami crowding dan gigi caninus ektostem

    b) Tipe 2 : kelas 1 Angle dengan gigi anterior maksila labioversi

    c) Tipe 3 : kelas 1 Angle dengan gigi anterior palatoversi sehingga

    terjadi gigitan terbalik (anterior crossbite)

    8

  • d) Tipe 4 : kelas 1 dengan adanya crossbite pada gigi posterior

    e) Tipe 5 : kelas 1 dimana terjadinya mesial drift atau pergeseran

    kearah mesial pada gigi molar akibat premature ekstraksi (Widodo,

    2007).

    Gambar 1.1 Maloklusi kelas 1

    2) Kelas 2

    Maloklusi kelas 2 atau biasa disebut distoklusi ialah adanya

    relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Sehingga tonjol

    mesiobukal cusp M1 rahang atas berada lebih mesial dari bukal groove

    M1 rahang bawah (Rahardjo,2008).

    Gambar 1.2 Maloklusi kelas 2

    Maloklusi kelas 2 dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu :

    a) Divisi I : pada gigi insisivus sentral rahang atas terjadi

    proklinasi (kemiringan anterior kearah labial) sehingga

    didapatkan gigitan besar atau overjet. Insisivus lateral rahang

    atas juga mengalami proklinasi sehingga didapati overbite

  • b) Divisi II : Gigi insisivus sentral rahang atas mengalami

    retroklinasi atau retrusi dan pada insisvus lateral rahang atas

    terjadi proklinasi sehingga terjadi gigitan dalam atau deepbite

    c) Subdivisi : apabila distooklusi hanya terjadi pada salah satu sisi

    rahang

    (Foster, 1997).

    3) Kelas 3

    Maloklusi kelas 3 atau biasa disebut mesioklusi adanya relasi

    anterior dari mandibula terhdap maksila. Sehingga, tonjol mesiobukal

    cusp M1 permanen rahang atas berada lebih ke distal dari bukal

    groove M1 rahang bawah sehingga terdapat anterior crossbite

    (Rahardjo,2008).

    Gambar 1.3 Malokusi kelas 3

    Oleh Dewey Anderson, maloklusi kelas 3 dibagi menjadi 3 tipe, yaitu ;

    a) Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik, akan tetapi relasi

    lengkungnya tidak baik sehingga pada gigi anterior terjadi edge to

    edge

    b) Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila

    tetapi terjadi linguoversi dari giigi anterior mandibula sehingga

    terjadinya crowding

    c) Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang sehingga terjadi

    crossbite pada pada gigi anterior maksila yang crowding. Akan

    tetapi lengkung mandibulanya bekembang dengan baik dan lurus.

    (Foster, 1997).

    9

    10

  • d. Etiologi

    Menurut Strang dan Thompson (1958) faktor-faktor etiologi

    maloklusi dibagi menjadi dua golongan besar yaitu faktor prenatal dan

    faktor postnatal. Faktor prenatal meliputi faktor herediter dan faktor

    kongenital. Faktor herediter merupakan faktor yang diturunkan dari

    pewarisan genetik, sedangkan untuk faktor kongenital yang dapat dilihat

    dari embrio/fetus dan kondisi ibu. Pada zaman dulu keadaan maloklusi ini

    muncul karena adanya pernikahan silang antar ras, misalnya untuk ras

    yang berahang kecil bergigi kecil menikah dengan ras yang berahang

    besar bergigi besar. Hal ini akan memunculkan kemungkinan adanya

    maloklusi yang berupa gigi berjejal dan diastema. Faktor kongenital dapat

    dipicu akan adanya trauma yang akan menyebabkan terganggunya proses

    perkembangan dari embrio/fetus, dan dari faktor nutrisi dari sang ibu pada

    saat mengandung.

    Faktor postnatal dibagi menjadi tiga yaitu faktor intrinsik, faktor

    sistemik dan faktor lingkungan. Faktor intrinsik merupakan faktor yang

    berasal dari tubuh penderita, misalnya gigi sulung yang tanggal prematur,

    tanggalnya gigi tetap, retensi gigi sulung, erupsi gigi permanen yang

    terlambat, dan frenulum yang abnormal. Faktor sistemik yang meliputi

    malnutrisi, penyakit sistemik, dan fungsi abnormal dari sistem endokrin.

    Faktor lingkungan yang meliputi oral habit. Oral habit ini meliputi :

    1) Digiti Sucking

    Digiti sucking merupakan jenis kebiasaan oral yang berupa

    memasukan dan menghisap jari. Kebiasaan ini jika dibiarkan terus

    menerus akan menyebabkan open bite, diastem pada gigi anterior

    maksila, gigi insisive bawah mengalami linguoversi, rahang

    menjadi bentuk V

    2) Tongue Thrusting

    Tongue thrusting adalah kebiasaan lidah untuk mempertahankan

    posisi lidah dalam posisi menelan. Kebiasaan tongue thrusting

    11

  • dapat menyebabkan rahang atas protusi, rahang bawah mengalami

    protusi dan diastem. Bentuk gigitan dari kebiasaan ini adalah open

    bite.

    3) Mouth Breathing

    Kebiasaan bernafas dengan mulut diklasifikasikan menjadi tiga

    yaitu obstruktif, habitual, anatomical. Obstruktif terjadi pada anak

    yang mengalami gangguan dalam menghirup udara melalui

    hidung, habitual disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan

    telah dihilangkan, anatomical terjadi apabila bibir atas dan bawah

    pendek sehingga menyebabkan tidak bisa menutup sempurna.

    Kebiasaan ini menyebabkan rahang atas menjadi V dan palatum

    tinggi yang membuat wajah penderita terlihat panjang dan sempit.

    4) Bruxism

    Kebiasaan ini menyebabkan erupsi dari insisive menjadi

    terhambat dan terjadi atrisi pada gigi anterior.

    5) Lip Sucking

    Kebiasaan dari mengigit bibir akan menyebabkan gigi anterior

    rahang atas menjadi protusi, gigi rahang bawah menjadi retrusi,

    peningkatan overjet, dan crowding gigi anterior.

    6) Nail Biting

    Nail biting merupakan kebiasaan oral yaitu mengigit-gitit kuku.

    Kebiasaan ini dapat menyebabkan rotasinya gigi, atrisi pada ujung

    incisal gigi, dan protusi gigi pada gigi yang sering digunakan

    untuk mengigit.

    (Singh, 2007), (Germec dan Taner, 2005)

    Maloklusi juga dapat disebabkan karena postural habit. Postural habit

    yang berpengaruh terhadap terjadinya maloklusi meliputi:

    1) Chin propping

    Chin propping adalah kebiasaan yang tidak disengaja, berupa

    tekanan instrinsik yang dapat menyebabkan deep bite anterior.

    12

  • Berat dari keseluruhan kepala tertumpu pada dagu, anterior dari

    mandibula menerima tekanan reaksi hal ini menyebabkan

    terganggunya pertumbuhan dari mandibula. Penderita akan

    memiliki wajah yang asimetris.

    2) Face Leaning

    Face leaning dapat menyebabkan maloklusi unilateral rahang atas.

    Hal ini disebabkan karena berat keseluruhan kepala ditransfer ke

    rahang atas dan terpusat pada benda-benda yang menekan.

    (Singh, 2007)

    Faktor-faktor habitual yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi

    ini juga dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu frekuensi, durasi, dan

    intensitas kebiasaan. Dari ketiga komponen ini dapat dirumauskan sebagai

    berikut :

    I = Intensitas

    F = Frekuensi

    D = Durasi

    (Strang dan Thompson, 1958)

    2. Perkembangan Psikologis Anak Usia 8 Tahun

    Perkembangan psikologi untuk anak dengan umur 8 tahun antara lain :

    a. Anak sudah memiliki emosi, sehingga apabila diejek atau merasa tidak

    diterima d dalam lingkungan, diharapkan anak sudah bisa untuk mengatasi

    rasa malu, frustasi, dan rasa ketidakpuasan. Anak dengan umur 8 tahun

    yang masih mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari dan tidak berusaha

    untuk menghilangkan kebiasaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan ciri

    perkembangan pada anak seusianya (Singh, 2007).

    b. Kebiasaan menghisap ibu jari sebenarnya normal untuk anak usia kurang

    dari umur 2 tahun dengan tujuan untuk memberi ketenangan. Kebiasaan

    yang tidak baik tersebut apabila dilanjutkan sampai anak berusia 8 tahun

    I = F x D

    13

  • akan mengakibatkan terjadinya maloklusi. Alasan-alasan mengapa anak

    usia 8 tahun masih meiliki kebiasaan menghisap ibu jari antara lain karena

    orang tua memberikan susu sampai usia 2 tahun, anak berusaha mencari

    perhatian, gangguan emosi seperti rasa takut dan tertekan sehingga anak

    mencari ketenangan, dan ASI sedikit sehingga anak kurang puas (Maulani,

    2005).

    c. Ibu menyusui anak untuk memberikan rasa nyaman, tenang, tidak takut,

    dan kasih sayang, sehingga terbentuk fase oral bayi pada usia 0-1,5 tahun.

    Kebiasaan tersebut apabila dilanjutkan sampai umur 8 tahun dapat

    menimbulkan gangguan perlekatan dengan alasan untuk menghadirkan

    rasa aman dan dicintai, serta melampiaskan keinginan yang tidak

    terpenuhi. Penatalaksanaan untuk menghilangkan kebiasaan buruk

    menghisap ibu jari adalah menggantinya dengan makanan, memberikan

    perhatian dan kasih sayang, edukasi kepada anak mengenai akibat dari

    kebiasaan buruk oral yang berdampak buruk juga bagi gigi, dan sibukkan

    anak dengan kegiatan lain (Rahardjo, 2011).

    3. Mekanisme Dan Profil Wajah Anak Yang Mempunyai Kebiasaan Thumb

    Sucking

    Thumb sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak menempatkan

    ibu jari di belakang gigi, kontak dengan bagian atas mulut, menghisap dengan

    bibir, dan gigi tertutup rapat. Aktivitas ini sangat berkaitan dengan otot-otot

    sekitar rongga mulut. Kebiasaan menghisap yang berkepanjangan akan

    menghasilkan maloklusi.

    Ibu jari ditempatkan diantara gigi atas dan bawah, lidah terpaksa

    diturunkan yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal geligi

    posterior atas. Pada saat yang sama tekanan dari pipi meningkat dan muskulus

    buccinator berkontraksi pada saat mengisap. Tekanan pipi paling besar pada

    sudut mulut dan mungkin keadaan ini dapat menjelaskan mengapa lengkung

    maksila cenderung berbentuk huruf V dengan kontraksi pada regio kaninus

    14

  • daripada molar. Kebiasaan mengisap yang melebihi batas ambang

    keseimbangan tekanan dapat menimbulkan perubahan bentuk lengkung geligi,

    akan tetapi sedikit pengaruhnya terhadap bentuk rahang.

    Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang

    berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Dari faktor-faktor penyebab

    maloklusi, yang paling menentukan tingkat keparahan adalah intensitas,

    frekuensi, dan durasi pengisapan. Maloklusi yang terjadi juga ditentukan oleh

    jari mana yang diisap, dan bagaimana pasien meletakkan jarinya pada waktu

    mengisap yang menimbulkan adanya tekanan ke arah atas gigi depan, dan

    bagian bawah jari akan menekan lidah sehingga mendorong gigi bawah dan

    bibir sedangkan dagu terdesak ke dalam. Akibatnya anak dapat memiliki

    profil muka yang cembung akibat gigi depan yang maju. Anak yang terbiasa

    menghisap jempol atau menghisap dot umumnya lebih besar kemungkinan

    untuk memiliki wajah yang kurang proporsional saat remaja hingga dewasa.

    Efek kebiasaan mengisap terhadap perkembangan oklusal sangat

    bervariasi. Kadang-kadang tidak terlihat adanya efek sama sekali, tapi yang

    paling sering terjadi adalah adanya ibu jari di antara gigi-gigi yang sedang

    bererupsi akan membuat timbulnya gigitan terbuka anterior, yang biasanya

    asimetris, lebih nyata pada sisi yang digunakan untuk mengisap ibu jari. Jika

    lidah juga protrusi, gigitan terbuka cenderung lebih besar, sehingga gigi-gigi

    anterior rahang atas protrusif. Di samping itu palatum bagian depan menjadi

    tinggi, sehingga bentuk lengkung rahang menjadi segitiga tidak oval dan

    susunan gigi depan menjadi lebih maju dari sebagaimana seharusnya, area

    untuk tumbuh giginya menjadi lebih sempit. Akibatnya, gigi menjadi tumbuh

    bertumpuk-tumpuk. Perkembangan rahang ke arah lateral terganggu,

    seringkali juga terlihat gigitan terbalik disebabkan oleh menyempitnya

    tekanan udara intraoral, yang barangkali terkombinasi dengan aktivitas otot-

    otot bukal. Penyempitan ringan dari lengkung gigi ini bisa menyebabkan

    rahang bawah menempati jalur penutupan translokasi, dengan disertai

    perkembangan gigitan terbalik pada salah satu sisi yang pada akhirnya

  • membutuhkan perawatan ortodonti untuk mengembalikan gigi mereka ke

    posisi yang seharusnya.

    (Rahardjo, 2009)

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan dari oklusi yang baik diantara

    gigi-gigi geligi atau diantara rahang atas dan rahang bawah. Klasifikasi dan jenis

    1515

  • maloklusi dapat dibagi menurut keadaan skeletal dan gigi geligi yang mengalami

    maloklusi dan juga menurut faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya

    maloklusi. Maloklusi disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kebiasaan buruk.

    Salah satu kebiasaan buruk adalah menghisap jempol. Kebiasaan ini merupakan

    hal wajar bagi anak-anak sampai pada umur 2 tahun sebagai fase oral bagi anak,

    selanjutnya kebiasan tersebut harus dihentikan. Apabila tidak, kebiasaan ini akan

    menyebabkan gangguan pada anak, baik pada estetika wajah maupun fungsi

    fisiologis.

    B. Saran

    Kasus maloklusi ini merupakan kasus yang sering terjadi pada seluruh orang.

    Namun, maloklusi dapat dicegah sejak anak-anak dengan memperhatikan

    perkembangan gigi dan melakukan perawatan sejak dini untuk menghindari

    adanya maloklusi permanen.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dorland, W.A.N., 2012, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta

    Foster, T. D., 1997, Buku Ajar Ortodonsi, Edisi III, Penerbit Buku Kedokteran

    EGC, Jakarta

    16

  • Germe D, Taner TU. 2005. Lower Lip Sucking Habit Treated with a Lip Bumper

    Appliance. The Angl Orthodont: 75(6): 1071-6

    Harty,F.J., Ogston,R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi, EGC, Jakarta

    Maulani, 2005, Kiat Merawat Gigi Anak, PT Elex Media komputindo, Jakarta

    Maulani, C., Enterprise, J., 2005, Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orang Tua

    dalam Marawat dan Manjaga Kesehatan Gigi Anak-anaknya, PT Elex

    Media Komputindo, Jakarta

    Nindyani, V., Pengembangan Kemampuan Membilang Melalui Kegiatan Bermain

    dengan Benda-benda Konkrit pada Kelompok A,

    http://eprints.uny.ac.id/7778/3/bab%202%20-%2009111247009.pdf, diakses pada

    tanggal 16 Maret 2013, pukul 04.00 WIB

    Rahardjo, 2011, Anak Suka Menghisap Ibu Jari,

    http://psikologi.umk.ac.id/2011/02/anak-menghisapibu-jari.html, diakses pada tanggal

    17 Maret 2013 pukul 17.00 WIB

    Rahardjo, P., 2009, Ortodonti Dasar, Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair,

    Surabaya

    Rahardjo, P., 2008, Diagnosis Ortodonsi, Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair,

    Surabaya

    Singh G. 2007. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. Jaypee Brothers Medical

    Puliblisher (P) Ltd.: India. p. 581-2

    Strang, H. W., dan Thompson, W. M., 1958, A Textbook of Orthodontia, 4th

    edition, Lea & Febiger, Philadelphia

  • Widodo, A., Kisnawati, 2007, Penggunaan Inclined Bite Plane sebagai Piranti

    Awal untuk Koreksi Anterior Crossbite. M.I Kedokteran Gigi Scientific

    Journal in Dentistry; FKG Trisakti; 2007; 20 (60)

    17