89

Click here to load reader

Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lecture 2015

Citation preview

Page 1: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

DIAGNOSIS & RENCANA PERAWATAN MALOKLUSI

KEDOKTERAN GIGIUNSOED

Page 2: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

KLASIFIKASI MALOKlUSI

• Klasifikasi Angle yang paling luas digunakan di dunia

• Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi lengkung geligi dalam jurusan sagital.

• Kunci klasifikasi Angle pada relasi molar pertama permanen.

Page 3: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

kekurangan kelasifikasi Angle:

1. Bila M1 bergeser karena molar sulung hilang prematur ------> relasi molar yang ada bukan relasi molar yang sebenarnya sebelum terjadi pergeseran.

2. Bila molar pertama permanen dicabut berarti tidak ada relasi molar.

3. Ada kemungkinan relasi M1 kanan tidak sama dengan relasi M1 kiri.

4. Sulit menetapkan garis batas dengan tegas antara kelas I dengan kelas lainnya.

Page 4: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Di Inggris digunakan juga kelasifikasi insisivi yang mempunyai kemiripan dengan klasifikasi Angle.

Maloklusi Kelas l Angle:• Kasus kelas I biasanya menguntungkan

dan keadaan ini tidak berubah dengan adanya pertumbuhan wajah.

Page 5: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Gigitan terbuka skeletal -------> maloklusi yang parah karena kompensasi dentoalveolar tidak dapat menyamai pertumbuhan tinggi muka anterior.

• Pola jaringan lunak pada kasus kelas I biasanya menguntungkan dan tidak penghambat tujuan perawatan

• Over bite yang tidak sempurna kerana kebiasaan mengisap jari akan berkurang dengan sendirinya kecuali bila disertai cara penelanan yang salah.

Page 6: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Kasus bimaksila bibir dapat terletak everted dan keadaan ini merupakan faktor penting yang menentukan letak gigi.

• Displacement mandibula ----> disebabkan gigi yang terletak kurang baik sehingga path of closure perlu diperhatikan pada awal pemeriksaan.

Page 7: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Maloklusi Kelas ll Divisi l Angle:• Menunjukkan kelainan relasi lengkung

geligi dengan jarak gigit besar• Insisive atas biasanya protrusi• Tumpang gigit dalam &sering tidak

sempurna karena adanya kebiasaan menelan / mengisap jari.

• Bila tidak ada kehilangan prematur gigi sulung -----> relasi gigi posterior kelas II -----> pola skelet.

Page 8: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Pola bibir sangat penting karena stabilitas pengurangan jarak gigit tergantung pada seal yang didapatkan dari bibir, juga bibir mengontrol letak insisivi atas.

• Morfologi bibir sangat menentukan pola menelan / kebiasaan menelan.

Page 9: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Maloklusi Kelas ll Divisi 2 Angle:• Kasus ringan, baik fungsi maupun profil

muka tampak baik.• Kasus parah terdapat gigitan dalam

sehingga terjadi trauma pada bagian palatal insisivi atas dan bagian labial insisivi bawah.

• Bibir biasanya cukup panjang dan kompeten

Page 10: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Maloklusi Kelas lll Angle:• Adanya gigitan silang anterior dan dagu

yang menonjol.• Kasus ringan ------> relasi edge to edge

---------> pasien menggerakkan mandibula ke anterior untuk mendapatkan kontak gigi-gigi posterior yang baik.

• Sering didapatkan tinggi antar rahang besar -----> gigitan terbuka

• Sering RA gigi berdesakan disebabkan lengkung geligi atas yang sempit & pendek

Page 11: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Sering ditemukan lengkung geligi bawah diastema

• Peranan jaringan lunak tidak besar sebagai etiologi

Page 12: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Kelas III ringan

Page 13: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Ringkasan kasus:

• Sesudah melakukan berbagai analisis suatu kasus dan menetapkan diagnosis kasus tersebut.

• tindakan selanjutnya adalah pembuatan ringkasan kasus tersebut agar dapat dengan mudah menentukan langkah-langkah menuju perawatan.

Page 14: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Yang perlu dicantumkan dalam ringkasan adalah:a. Jenis kelamin dan umur pasien

b. Diagnosis maloklusi

c. Profil wajah

• Keadaan-keadaan yang menyimpang dari normal untuk merencanakan perawatan. misalnya:a. Susunan gigi dan simetri dalam lengkung geligi

(misalnya gigi yang berdesakan)

Page 15: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

b. Relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital, transversal dan vertikal (misalnya jarak gigit, tumpang gigit, gigitan terbuka posterior, gigitan silang posterior)

c. Diskrepansi pada model

d. Pergeseran garis median

• Keadaan-keadaan yang berhubungan dengan penyakit atau kondisi patologis (misalnya gigi yang karies yang memerlukan perawatan, kelainan jaringan periodontal).

Page 16: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Hasil analisis sefalometri (untuk kasus yang memerlukan perawatan komprehensif)

• Etiologi Maloklusi.

Page 17: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Contoh kasus:

Page 18: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Pasien laki-laki umur 26 tahun dengan maloklusi kelas I Angle disertai protrusi atas bawah dan gigitan terbuka anterior.

• Profil cembung.• Jarak gigit 4 mm (bertambah).• Tumpang gigit - 6 mm (berkurang).• Diskrepansi pada model: rahang atas dan

bawah masing-masing kekurangan tempat l0 mm.

• Resesi gingiva labial 31,41.• Hasil analisis sefalometri.

Page 19: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Penjelasan:• Ringkasan di atas menyatakan kasus

kelas I (meskipun relasi molar pertama perrnanen tidak tampak tapi foto ini diambil dari kasus kelas I) disertai protrusi dan gigitan terbuka anterior.

• Kasus ini tidak memiliki kelainan lain misalnya gigi yang terletak berdesakan. Perhatikan ukuran tumpang gigit bertanda negatif yang menunjukkan adanya gigitan terbuka anterior.

Page 20: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Adanya resesi gingiva di labial 31,41 harus diperhatikan untuk menentukan perawatan periodontologi yang akan dilakukan.

• Hasil analisis sefalometri perlu dicantumkan karena pasien ini memerlukan perawatan ortodontik komprehensif.

• Kalau terdapat maloklusi kelas II tipe skeletal biasanya sudut ANB ± 4°.

Page 21: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Penyusunan Daftar Problema:• Klasifikasi yang ideal harus merangkum

semua data diagnostik serta memudahkan perencanaan perawatan

• Untuk mendapatkan klasifikasi perlu diperiksa: – keadaan geligi, – relasi oklusal, – relasi skelet rahang

Page 22: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Pemeriksaan tersebut dapat diperoleh: – Pemeriksaan klinis,– foto panoramik,– sefalogram, – Foto wajah– Foto intraoral

Page 23: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Daftar problema dibagi dalam 2 golongan:1. Kondisi yang berhubungan dengan penyakit

atau proses patologi

2. Kondisi yang berhubungan dengan gangguan pertumbuhkembangan yang menghasilkan maloklusi.

Page 24: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Dalam pemeriksaan pasien perlu diingat:1. Evaluasi proporsi dan estetika wajah.

2. evaluasi susunan gigi dan simetri lengkung geligi,

3. evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan transversal,

4. evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital

5. evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan vertikal

Page 25: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

1. Evaluasi proporsi dan estetika wajah: dilakukan pemeriksaan klinis:– asimetri wajah,– proporsi anteroposterior dan vertikal, – prominensia bibir yang berhubungan dengan

insisivi yang protrusi.

Hasilnya dibandingkan dengan:– foto wajah,– Sefalogram.

Page 26: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

2. Evaluasi susunan gigi dan simetri dalam lengkung geligi:– Dilakukan memeriksa lengkung geligi dari

oklusal -----> melihat simetri dan susunan geligi,

– Mis: • crowding,• diastema, • protrusi berkaitan dengan posisi bibir waktu

istirahat, • analisis kebutuhan tempat.

Page 27: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

3. Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan transversal:– Model dalam keadaan oklusi diperiksa

jurusan transversal apakah relasi geligi normal / gigitan silang.

– Tujuannya untuk melihat apakah ada kelainan dental atau skeletal.

– Gigitan silang dapat karena posisi gigi saja / lebar rahang tidak normal.

– Lebar maksila dapat diukur pada model geligi.

Page 28: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Dasar palatum lebar tetapi gigi dan tulang alveol posterior mengarah ke median -----> gigitan silang dental, karena distorsi lengkung geligi.

• Palatal sempit dan gigi serta prosesus alveol mengarah ke bukal -------> gigitan silang skeletal, karena palatum sempit.

• Bila tidak ada gigitan silang posterior pada palatum yang sempit dapat diartikan ada kompensasi gigi dan prosesus alveolaris.

• Lebar mandibula juga menyebabkan terjadinya gigitan silang posterior.

Page 29: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

A. Kelainan dental. B. Kelainan skeletal

Page 30: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Ukuran lebar lengkung geligi atas:

* gigi sulung dalam mm

Page 31: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Ukuran lebar lengkung geligi bawah

* gigi sulung dalam mm

Page 32: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

4. Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan jurusan sagital:– Pemeriksaan model studi dalam keadaan

oklusi -----> memberi informasi problema anteroposterior baik di anterior maupun posterior.

– Kelainan skeletal selalu menyebabkan kelainan relasi geligi.

– bila penyebabnya kelainan skeletal ------> problem selalu ditulis skeletal kelas II / III.

Page 33: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Membedakan skeletal dan dental sangat penting --------> perawatan maloklusi kelas II skeletal dan dental baik pada anak maupun orang dewasa sangat berbeda.

• Untuk menentukannya ------> mutlak diperlukan analisis sefalometri.

Page 34: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

5. Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan jurusan vertikal:– Pemeriksaan dilakukan pada model dalam

keadaan oklusi ------> gigitan terbuka anterior, gigitan dalam, gigitan terbuka posterior unilateral atau pun bilateral.

– Gigitan terbuka anterior dapat disebabkan erupsi gigi posterior melebihi erupsi gigi anterior & menyebabkan rotasi mandibula ke bawah dan posterior.

Page 35: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Kelainan skeletal ------> adanya rotasi rahang atas dan bawah yang ditunjukkan pada relasi bidang palatal dan mandibula.

• Bila sudut maksila mandibula kecil -----> terdapat tendensi gigitan dalam skeletal.

• Bila sudut maksila dan mandibula besar -----> terdapat tendensi gigitan terbuka skeletal.

Page 36: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Perlu diingat untuk mengoreksi sudut mandibula dibutuhkan perubahan posisi gigi posterior -------> memberi kesempatan mandibula berotasi ke arah yang lebih menguntungkan.

• Karena itu perlu sefalogram agar diketahui apakah kelainan dental atau skeletal.

Page 37: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

PERENCANAAN PERAWATAN:

• Dalam berbagai literature menggolongkan perawatan ortodontik ke dalam perawatan preventif, interseptif dan kuratif.

• Akan dibahas berdasarkan klasifikasi maloklusi menurut Angle.

• Proffit dkk.(2007) menganjurkan dalam merencanakan perawatan tidak terlalu mementingkan klasifikasi maloklusi tetapi berdasarkan adanya problem kasus dalam lingkup perawatan yang terbatas maupun perawatan komprehensif.

Page 38: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Klasifikasi Perawatan dalam ortodonti :

• Ortodonti Preventif• Ortodonti Interseptif• Ortodonti Korektif• Ortodonti bedah

Page 39: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Perencanaan perawatan ortodontik membutuhkan penguasaan berbagai pengetahuan diantaranya: – pertumbuhkembangan dentomakiilofasial,– estetik dentofasial,– diagnosis maloklusi,– etiologi,– peranti ortodonti, – Perubahan jaringan pada pergerakan gigi, – retensi dan relaps.

Page 40: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Tujuan perawatan ortodontik untuk mendapatkan:

• kesehatan gigi dan mulut• estetik muka dan geligi• fungsi mengunyah dan bicara yang baik• stabilitas hasil perawatan.

Page 41: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Kebanyakan pasien memerlukan perawatan ortodontik untuk memperbaiki estetik muka dan geligi yang bisa diperoleh bila gigi-gigi terletak teratur dalam lengkung geligi sehingga muka pasien menyenangkan.

• Hasil perawatan ortodontik harus menjamin letak geligi akan stabil dan tidak cenderung relaps.

Page 42: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Kadang-kadang semua tujuan tidak dapat dicapai ------> diperlukan kompromi & tidak boleh mengorbankan kesehatan gigi dan mulut.

• Beberapa maloklusi dapat dirawat dokter gigi umum, mis: maloklusi yang tidak parah dan tidak melibatkan skelet,

Page 43: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Dalam merencanakan perawatan ortodontik berdasar problema yang ada perlu diperhatikan:– keinginan pasien– wajah pasien– susunan dan simetri gigi dalam rahang– relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital– relasi gigi dan rahang dalam jurusan

transversal– relasi gigi dan rahang dalam jurusan

horizontal.

Page 44: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Prinsip dasar rencana perawatan ortodontik:– Kesehatan mulut,– rencana perawatan rahang bawah, – perencanaan perawatan rahang atas,– relasi gigi posterior,– penjangkaran – masa retensi.

Page 45: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Kesehatan Mulut• Sebelum memulai perawatan ortodontik

diupayakan kesehatan mulut baik.• Gigi-gigi karies, kalkulus dan penyakit

periodontal harus dirawat.• Bila ada penyakit sistemik, misnya:

diabetes melitus kadar gula darah harus terkontrol.

Page 46: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Merencanakan Perawatan Rahang Bawah:– terutama di regio insisivi dilakukan lebih

dahulu.– Insisivi bawah diletakkan dalam posisi yang

stabil, yaitu pada daerah keseimbangan di antara lidah, bibir dan pipi.

– Perubahan letak insisivi yang berlebihan cenderung relaps.

Page 47: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Merencanakan Perawatan Rahang Atas:• Penyesuaian perawatan rahang atas

terhadap rahang bawah terutama untuk mendapatkan relasi kaninus kelas I,

• Ini mempengaruhi pertimbangan seberapa banyak tempat yang dibutuhkan

• dan banyaknya kaninus diretraksi.

Page 48: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Relasi Gigi Posterior:• diupayakan mendapatkan relasi M1 kelas I • Bila tidak memungkinkan ------> relasi

molar bisa kelas II / kelas III.

Page 49: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Penjangkaran:• Macam penjangkaran yang digunakan

perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kehilangan penjangkaran yang berlebihan -------> apakah penjangkaran cukup dari gigi-gigi yang ada atau perlu mendapat penjangkaran tambahan, mis: penjangkaran ekstra oral.

Page 50: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Masa Retensi:• Perlu perencanaan retensi pada akhir

perawatan untuk perawatan ortodontik.• Hampir semua kasus yang dirawat

ortodontik membutuhkan masa retensi untuk mencegah relaps,

• Macam peranti retensi dan lama pemakaian peranti perlu dijelaskan pada pasien sebelum perawatan ortodontik.

• Peranti retensi lepasan dibutuhkan kepatuhan pasien untuk memakai peranti retensinya.

Page 51: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Penyediaan Ruangan dalam Perawatan Ortodontik:

• Gigi berdesakan merupakan kelainan dental yang paling sering.

• Gigi berdesakan digolongkan tiga kategori:– Berdesakan ringan ----> untuk koreksi

dibutuhkan ruangan 4 mm.– berdesakan sedang ----> dibutuhkan ruangan

4 - 8 mm– berdesakan parah -----> dibutuhkan ruangan

> 8 mm

Page 52: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Penyediaan tempat untuk koreksi letak gigi yang berdesakan dapat diperoleh dari:– enamel stipping, – ekspansi lengkung geligl, – Distalisasi molar, – proklinasi insisivi – mencabut gigi Permanen.

Page 53: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Enamel stripping:• Pengurangan enamel dapat dilakukan

pada sisi distal/mesial gigi sulung atau permanen.

• selain menyediakan ruangan, juga membentuk gigi permanen ke bentuk yang lebih baik / memperbaiki titik kontak.

• Enamel stripping menggunakan metal abrasive strip atau dengan bur high speed air-turbine handpiece.

Page 54: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Banyaknya enamel yang dibuang adalah 0,25 mm tiap sisi.

• Bila enamel stripping pada semua insisivi ---------> didapat ruangan 2 mm di regio anterlor

• Bila pada seluruh rahang -------> didapat ruangan 5-6 mm.

• Usahakan untuk mempertahankan bentuk gigi dan kontak dengan gigi yang berdekatan.

Page 55: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Sesudah enamel stripping harus diulas dengan aplikasi topikal fluor untuk mencegah karies.

Ekspansi:• Ekspansi ke arah transversal dilakukan di

rahang atas ------> bila terdapat gigitan silang posterior.

• Ekspansi ke arah transversal di regio anterior untuk mendapatkan tempat agar

• gigi-gigi anterior yang sedikit berdesakan dapat dikoreksi.

Page 56: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Ekspansi ke arah sagital -----> memperpanjang lengkung geligi.

• Ekspansi sagital regio anterior perlu diperhatikan posisi gigi tidak mengganggu profil pasien.

Page 57: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Distalisasi molar.• M1 atas dapat digerakkan ke distal untuk

menambah ruangan pada kasus yang bila dilakukan pencabutan akan kelebihan tempat atau sesudah dilakukan pencabutan gigi permanen masih juga kekurangan tempat.

• Juga dilakukan pada M1 permanen yang bergeser ke mesial karena kehilangan prematur molar kedua sulung.

Page 58: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Peranti yang digunakan bisa peranti

lepasan, atau headgear yang bisa menggerakkan molar ke distal sejauh 2-3 mm tiap sisi.

• Peranti lain ------> peranti cekat di RA, mis: pendulum yang menggerakkan molar ke distal lebih banyak.

• Molar bawah juga dapat digerakkan ke distal bila molar kedua sulung tanggal prematur.

Page 59: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Peranti untuk menggerakkan molar ke distal.

Page 60: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Proklinasi Insisivi.• Dapat dilakukan bila insisivi terletak retroklinasi

& profil wajah tidak cembung.• Bila dilakukan berlebihan menyebabkan

profil menjadi lebih cembung dan insisivi yang proklinasi cenderung relaps.

Page 61: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Pencabutan Gigi Permanen.• Pencabutan gigi permanen dilakukan bila

diskrepansi total menunjukkan kekurangan tempat lebih dari 8 mm.

• Diskrepansi total terdiri atas:– diskrepansi model,– diskrepansi sefalometrik, – Kedalaman kurva Spee– perkiraan banyaknya kehilangan

penjangkaran.

Page 62: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• mendatarkan kurva Spee yang kedalamannya < 3 mm diperlukan tempat 1 mm,

• Bila > 5 mm diperlukan tempat 2 mm.• Sebelum dilakukan pencabutan gigi

permanen pada masa geligi pergantian perlu diperhatikan ------> gigi permanen

yang lain ada meskipun saat itu masih belum erupsi.

Page 63: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Yang perlu diperhatikan sebelum mencabut gigi permanen adalah:– Prognosis gigi,

mis: ada karies yang besar disertai kelainan patologis pada apikal yang bila dirawat, -----> prognosisnya dalam jangka lama masih diragukan.

– Letak gigi yang kadang-kadang sangat menyimpang dari letak yang normal.

– Banyaknya tempat yang dibutuhkan dan di mana

letak kekurangan tempat tersebut.– Relasi insisivi.

Page 64: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

– Kebutuhan penjangkaran apakah perlu digunakan penjangkaran maksimum / tidak.

– Profil pasien ------> apakah pencabutan yang dilakukan dapat menyebabkan perubahan profil pasien,

mis: pasien dengan profil lurus dengan adanya pencabutan dapat menyebabkan profil menjadi cekung.

– Tujuan perawatan apakah perawatan komprehensif / perawatan kompromi / hanya perawatan penunjang

Page 65: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Pertimbangan pemilihan gigi yang akan dicabut sbb:

• Insisivi:– jarang dipilih sebagai pilihan utama untuk

pencabutan karena insisivi memengaruhi estetik geligi.

– Dengan pencabutan insisivi di salah satu rahang timbul kesukaran mengadakan relasi gigi yang baik karena ada 3 gigi di satu rahang sedangkan di rahang yang lain ada 4 gigi..

Page 66: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

– Pada pencabutan insisivi bawah yang kelihatannya sederhana ------> disini biasanya dibutuhkan peranti cekat untuk mengkoreksi letak gigi anterior bawah dan retensi cekat untuk mempertahankan hasil perawatan.

– Insisivi bawah kadang--kadang dicabut bila:• keadaan gigi tidak baik terutama jaringan

periodontalnya.• Ada gigi berdesakan di anterior pada maloklusi

kelas I.• Pasien maloklusi kelas III ringan dengan

berdesakan anterior.

Page 67: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Kaninus:– peran kaninus sangat besar untuk estetik

maupun fungsi kunyah.– di beberapa negara pencabutan kaninus

dilakukan– Mis:

• kaninus ektopik jauh dari letaknya yang benar

• insisivi lateral berkontak dengan baik dengan premolar pertama.

Page 68: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Premolar pertama:– merupakan gigi yang paling sering dicabut

untuk perawatan ortodontik bila kekurangan tempat sedang sampai banyak.

– Dicabut untuk mengkoreksi berdesakan baik di anterior maupun di posterior.

– Bila premolar pertama dicabut saat kaninus erupsi biasanya secara spontan menempati_ bekas pencabutan premolar pertama.

– sebagian besar ruangan bekas pencabutan premolar pertama dipakai untuk koreksi berdesakan di anterior.

Page 69: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Premolar kedua:– Bila kebutuhan tempat ringan sampai sedang

± 4 mm.– Hanya 25-50% tempat bekas pencabutan

premolar kedua yang dipakai untuk koreksi gigi yang berdesakan.

– Bila premolar kedua dicabut -----> kelebihan tempat pencabutan premolar dapat ditutup dari posterior dengan menggerakkan molar pertama ke mesial -----> diperlukan peranti cekat agar terdapat kontak yang baik antara molar pertama permanen dengan premolar pertama

Page 70: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Molar pertama permanen:– Pencabutan molar pertama permanen

menghasilkan tempat banyak -----> sehingga dapat koreksi kelainan di anterior yang parah meskipun waktu perawatan menjadi lebih lama dan lebih sukar.

Page 71: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Molar kedua permanen:– diindikasikan untuk dicabut.– Mis:

• bila diperlukan menggerakkan molar pertama ke distal

• Bila ada gigi berdesakan di posterior dan memberi kesempatan molar ketiga untuk bergeser ke mesial.

Page 72: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Molar ketiga:– dahulu M3 dicabut untuk menghindari

berdesakan di regio anterior.– Sekarang banyak yang berpendapat ------->

pencabutan molar ketiga hanya untuk mencegah berdesakan di regio anterior tidak dianjurkan.

Page 73: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Pemanfaatan ruangan bekas pencabutan gigi.

Ukuran dalam milimeter

Page 74: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Perencanaan Perawatan pada Kelainan Relasi Skeletal.

Prinsip kelainan relasi skeletal untuk dapat dirawat dengan mengadakan:

• Modifikasi pertumbuhan,• kamuflase • Orthognathic surgery.

Page 75: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Modifikasi Pertumbuhan.– Dapat dilakukan pada pasien dalam masa

pertumbuhan dengan tujuan memperbaiki relasi rahang.

– Ada two phase treatment :• Fase pertama : koreksi relasi rahang.• fase kedua : mengatur letak gigi-gigi.

– Banyak klinisi lebih menyukai one phase treatment ------> melakukan perawatan pada saat sudah tidak ada pertumbuhan.

Page 76: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

– Modifikasi pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menggunakan peranti fungsional.

– Perawatan banyak berhasil untuk mengkoreksi kelainan skeletal dalam jurusan anteroposterior, misalnya: maloklusi kelas II divisi 1.

Page 77: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Kamuflase secara Ortodontik.• ditujukan pada maloklusi yang disertai

kelainan skeletal yang tidak parah.• Kelainan skeletal yang terjadi diterima apa

adanya --------> gigi-gigi digerakkan menjadi relasi kelas I.

• Kelainan skeletal ringan memberikan hasil perawatan yang baik.

• kelainan skeletal parah kadang-kadang tidak dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan

Page 78: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Orthognathic Surgery.– Merupakan gabungan perawatan ortodontik

dan pembedahan untuk menempatkan gigi dan rahang dalam posisi yang normal sehingga menghasilkan estetik wajah yang baik.

– Tindakan pembedahan dapat dilakukan sesudah pasien tidak mengalami pertumbuhan lagi.

– Indikasinya: pasien yang mempunyai problema skeletal yang parah, yang tidak dapat dirawat dengan perawatan ortodontik saja.

Page 79: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Perawatan Orthodonti pada Orang Dewasa

• Perawatan pada orang yang masa pertumbuhan telah berhenti -------> di atas usia 18 tahun.

• Penelitian menunjukkan bahwa masih terjadi perubahan sampai umur 30 tahun & tidak signifikan terhadap penggunaan headgear atau peranti fungsional.

Page 80: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Keuntungan perawatan:• Bentuk dan pola skelet tidak mengalami

perubahan.• pasien biasanya sangat patuh dan

mempunyai motivasi internal yang tinggi.• bila diperlukan tindakan pembedahan

sudah dapat dilaksanakan karena pertumbuhan telah selesai.

Page 81: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Keterbatasan perawatan:• Karena pertumbuhan telah selesai maka

hasil perawatan tidak mendapat bantuan dari pertumbuhan.

• Pasien lebih memperhatikan hasil perawatan, meskipun kurang puas.

• Kamuflase dentoalveolar pada kelainan skeletal hanya dapat mengkompensasi kelainan yang tidak parah. Pertimbangan harus lebih ditekankan pada perubahan profil dan jaringan lunak.

Page 82: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Kemungkinan mempunyai penyakit sistemik dan kelainan periodontal lebih besar.

• Perawatan pasien dewasa ada 2: – perawatan komprehensif – perawatan penunjang (adjunctive).

Page 83: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Perawatan komprehensif : – mendapatkan hasil estetik dan fungsi yang

paling baik dengan cara menggerakkan gigi dan lengkung geligi dan biasanya menggunakan peranti cekat

– Kasus tertentu dilakukan orthognathic surgery.

• Perawatan penunjang:– untuk menunjang perawatan bidang lain, – Mis: bila molar pertama permanen hilang molar kedua

menjadi mesioklinasi

Page 84: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

Prognosis:• Prognosis perawatan ortodontik adalah

perkiraan tentang hasil perawatan ortodontik.

• Prognosis dapat dikatakan tidak menguntungkan atau menguntungkan tergantung pada beberapa faktor,:– diagnosis,– etiologi, – rencana perawatan,– pemilihan peranti yang digunakan– jaringan penyangga gigi, – kooperatif pasien

Page 85: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Diagnosis maloklusi hendaknya ditegakkan dengan menggunakan semua rekam ortodontik yang dibutuhkan.

• Secara umum diketahui bahwa maloklusi kelas II divisi 1, kelas II divisi 2 dan kelas III Angle merupakan maloklusi yang sukar dirawat terutama bila digunakan peranti lepasan.

Page 86: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Jaringan penyangga gigi sangat berpengaruh pada perawatan ortodontik karena ikut menentukan stabilitas hasil perawatan.

• Jaringan penyangga yang kurang sehat memberi prognosis yang kurang baik pada perawatan ortodontik.

• Kepatuhan pasien memenuhi perjanjian yang sudah ditentukan, menunjang keberhasilan perawatan ortodontik.

Page 87: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

• Pasien yang tidak dapat memelihara kebersihan giginya, dan tidak mau memakai peranti tambahan yang dianjurkan --------> memberi prognosis yang kurang baik.

• Perkembangan teknik perawatan ---------> memunculkan penggunaan peranti tambahan yang tidak memerlukan kerja sama dan kepatuhan pasien,

• Mis: penggunaan mini screw atau miniplate dapat menggantikan penggunaan headgear pada kasus tertentu.

Page 88: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

mini screw

Page 89: Diagnosis & Rencana Perawatan Maloklusi

TERIMA KASIH

SELAMAT BELAJAR