39
OKLUSI DAN MALOKLUSI OKLUSI 1.DEFINISI Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system, Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi- geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi 2.macam : statis,fungsional=LI Oklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia. Oklusi fungsional à gerakan fungsional dari mandibula shg menyebabkan kontak antar gigi geligi Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea. Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu (1)oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan

Oklusi Dan Maloklusi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Oklusi Dan Maloklusi

OKLUSI DAN MALOKLUSI

OKLUSI

1.DEFINISI

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila

dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan

berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang.

Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system,

Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi

yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam

suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem

stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam

keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi

2.macam : statis,fungsional=LI

Oklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang

sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia.

Oklusi fungsional à gerakan fungsional dari mandibula shg

menyebabkan kontak antar gigi geligi

Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi

geligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila

gigi –geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea.

Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis,

yaitu

(1)oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan

rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah

kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik), dan

(2)oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB

Page 2: Oklusi Dan Maloklusi

pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral

(samping) ataupun kedepan (antero-posterior).

Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior

(premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp

fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada

hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi

gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet)

adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap

bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite)

adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.

Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan

(anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena

pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke

lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan

dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan

sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik

digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada

balancing side.

Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

1) Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara

gigi geligi dengan antagonisnya.

2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi

geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun

RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.

Page 3: Oklusi Dan Maloklusi

3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior

pada saat RB digerakkan ke anterior.

4) Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada

saat RB digerakan ke lateral

Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan

sisi keseimbangn, keduanya dalam keadaan kontak;

2. Unilateral balanced occlusion. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja

kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak;

3. Mutually protected occlusion. Dijumpai kontak ringan pada gigi

geligi anterior, sedang pada gigi posterior tidak kontak;

4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam

klasifikasi diatas (Hamzah, Zahreni; dkk).

3.syarat/karakteristik

MALOKLUSI

1.DEFINISI

Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi

diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler.

Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak

benarnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spatial atau

anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi

intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang

tidak reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas

antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis.

Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan

Page 4: Oklusi Dan Maloklusi

dan termodifikasi pemakaian gigi.1

Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini :

1.Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural

adaptif dari mandibula.

2.Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi

istirahat atau dari posisi postural adaptif ke posisi interkuspal.

3.Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk

mekanisme refleks yang merugikan selama fungsi pengunyahan dari

mandibula.

4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut.

5.Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu

bagi terjadinya penyakit periodontal dan gigi.

6.Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi.

7.Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal.3

2.ETIOLOGI

Etiologi darimaloklusi dapat terbagi 2, yaitu :

Primary etiologi site

Etiologi pendukung

Primary etiologi site terbagi menjadi :

1. System Neuromuskular

Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap

ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang

tidak seimbang adalah bagian penting dari hamper semua maloklusi.

2. Tulang

Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi

sebagai dasar untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi /

Page 5: Oklusi Dan Maloklusi

pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi oklusi.

Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah membantu

dalam identifikasi dishamorni osseus.

3. Gigi

Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk

dentofacial dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran,

bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi.

Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi

dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi

merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi

yang terlalu besar.

4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)

Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi

maloklusi, dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang

didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh

penyakit periodontal / kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi

jaringan lunak termasuk struktur TMJ.

Etiologi Pendukung antara lain :

1.Herediter

Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan

asal genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir /

mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh :

pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan craniofacial dan

etiologi kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek

penelitian. Genetic gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluaraga

sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi / tempat aksi genetiknya

Page 6: Oklusi Dan Maloklusi

tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absennya gigi /

penampilan beberapa syndrome craniofacial).

2. Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya

Misalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio.

Contoh : facial cleft.

3. Trauma

Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan

kerusakan atau kesalahan bentuk dentofacial.

--Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran

-Hipoplasia dari mandibula

Disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma

selama proses kelahiran.

-Asymetri

Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga

menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka.

--Prostnatal trauma

Retak tulang rahang dan gigi

Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.

1.Agen Fisik

2.Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.

3. Makanan

Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih

dan peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan

karies yang lebih sedikit.

4. Habits

Mengisap jempol / jari

Page 7: Oklusi Dan Maloklusi

Biasanya pada usia 3 tahun – 4 tahun anak-anak mulai mengisap

jempol jika M1 nya susah saat erupsi. Arah aplikasi tekanan terhadap

gigi selama mengisap jempol dapat menyebabkan Insisivus maksila

terdorong ke labial, sementara otot bukal mendesak tekanan lingual

terhadap gigi pada segmen leteral dari lengkung dental.

Desakan lidah Ada 2 tipe, yaitu :

-Simple tounge, desakan lidah yang berhubungan dengan gigi,

sekalian menelan.

-Kompleks tounge, normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam

oklusi bibir sedikit tertutup dan lidah berada pada palatal di belakang

gigi anterior. Simple tounge dihubungkan dengan digital sucking

walaupun kebiasaannya tidak lagi dilakukan karena perlunya lidah

untuk mendesak ke depan kea rah open bite untuk menjaga anterior

seal dengan bibir selama penelanan. Kompleks tounge dihubungkan

dengan stress nasorespiratoty, bernapas dengan mulut.

Lip sucking and lip biting

Menyebabkan open bite, labioversion maksila / mandibula

( terkadang).

Menggigit kuku

5. Penyakit

-Penyakit sistemik

Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas

pertumbuhan gigi.

-Gangguan endokrin

Disfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam hipoplasia,

gangguan endokrin saat postnatal bias mengganggu tapi biasanya

Page 8: Oklusi Dan Maloklusi

tidak merusak / merubah bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat

mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung.

-Penyakit local

Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng

seperti hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk

mencegah trauma, ancylosis gigi.

-Trauma

-Karies

-Malnutrisi

Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi.

3.KLASIFIKASI

Klasifikasi angel

Class I

Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap

lengkung maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila

menutupi grove bukal dari M1 permanen mendibula dan mesio lingual

cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari M1 permanen mandibula

ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.

Class II

Cusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio

bukal M1 mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula.

Juga mesiolingual cusp M1 permanen maksila menutupi mesiolingual

cusp dari M1 permanen mandibula.

Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi

berdasarkan angulasi labiolingual dari maksila, yaitu ;

Class II – divisi I

Page 9: Oklusi Dan Maloklusi

Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila

labio version.

Class II – divisi II

Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila

mendekati normal secara anteroposterior atau secara ringan dalam

linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial atau mesial.

Class II – sbdivisi

Saat relasi kelas II molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental.

Class III

Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila

dengan cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang

interdental di antara ruang distal dari cusp distal pada M1 permanen

mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial m2 mandibula.

Class III terbagi 2, yaitu :

Psedo class III – maloklusi

Ini bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa,

disini mandibula bergesar ke anterior dengan fossa gleroid dengan

kontak premature gigi atau beberapa alas an lainnya ketika rahang

berada pada oklusi sentrik.

Kelas III – subdivisi

Maloklusi sesuai denagn unilaterally.

Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga

gigi-gigi yang ada di anteriornya (depan-red).

Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis

oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak

tepat.

Page 10: Oklusi Dan Maloklusi

Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih

belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal.

Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.

Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu

molar pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar

pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang

disebut gigitan terbalik.

Klasifikasi dewey, yaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas III

Modifikasi angle’s kelas I

1.Tipe 1

Anle Class I dengan gigi anterior maksila crowding.

Tipe 2

Angle Class I dengan gigi I maksila labio version

Tipe 3

Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I

mandibula. ( anterior cross bite ).

Tipe 4

M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam

jajaran normal ( cross bite posterior ).

Tipe 5

M kea rah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi

tersebut, ( contoh hilangnya M susu lebih awal dan P2 ).

Modifikasi angle’s kelas III

1.Tipe 1

Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran

yang normal, tetapi oklusi di anterior terjadi edge to edge.

Page 11: Oklusi Dan Maloklusi

Tipe 2

I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak

kea rah lingual ).

Tipe 3

Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada

I maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya

baik dan lurus.

klasifikasi Lischers modifikasi dengan Klasifikasi angel

Neutroklusi

Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 1

Distoklusi

Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 2

Mesioklusi

Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 3

Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi geligi

menyangkut penambahan ”versi” pada sebuah kata untuk

mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal.

Mesioversi

Lebih ke mesial dari posisi normal

Distoversi

Lebih ke distal dari posisi normal

Lingouversi

Lebih ke lingual dari posisi normal

labioversi

Lebih ke labial dari posisi normal

Infraversi

Page 12: Oklusi Dan Maloklusi

Lebih rendah atau jauh dari garis oklusi

Supraversi

Lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi

Axiversi

Inklinasi aksial yang salah, tipped.

Torsiversi

Rotasi pada sumbunya yang panjang

Transversi

Perubahan pada urutan posisi.

Klasifikasi Bennette

Klasifikasi ini berdasarkan etiologinya:

Kelas 1

Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.

Kelas II

Abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari

salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.

Kelas III

Abnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara

salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan

perkembangan tulang.

Klasifikasi Simons

Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi

terhadap wajah dan kranial dalam tiga bidang ruang:

Frankfort Horizontal Plane (vertikal)

Frankfort Horizontal Plane atau bidang mata- telinga ditentukan

dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara

Page 13: Oklusi Dan Maloklusi

langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal

auditory (derajat di ats tragus telinga). Digunakan untuk

mengklasifikasi maloklusi dalam bidang vertikal.

Attraksi

Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort

horizontal menunjukkan suatu attraksi (mendekati).

Abstraksi

Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort

horizontal menunjukkan suatu abstraksi (menjauhi).

Bidang Orbital (antero-posterior)

Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior

berdasarkan jaraknya, adalah:

rotraksi

Gigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau rahang terlalu jauh ke

depan.

Retraksi

Satu gigi atau lebih lengkung gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke

depan.

Bidang Mid-Sagital (transversal)

Maloklusi mengklasifikasikan berdasarkan penyimpangan garis

melintang dari bidang midsagital.

Kontraksi

Sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang

midsagital

Distraksi (menjauhi)

Sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih dari

Page 14: Oklusi Dan Maloklusi

normal.

Klasifikasi Skeletal

Salzmann (1950) yang pertama kali mengklasifikasikan struktur

lapisan skeletal.

Kelas 1 Skeletal

Maloklusi ini dimana semata-mata dental dengan tulang wajah dan

rahang harmoni dengan satu yang lain dan dengan posisi istirahat

kepala. Profilnya orthognatic.

Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan maloklusi dental :

divisi I

Malrelasi lokal insisor, caninus , dan premolar.

divisi II

Protrusi insisor maksila

divisi III

Lingouversi insisor maksila

divisi IV

protrusi bimaksilari

kelas II Skeletal

ini menyangkut maloklusi dengan perkembangan distal mandibular

subnormal dalam hubungannya terhadap maksila.

Dibagi menjadi dua divisi:

divisi I

lengkung dental maksila dalam batas sempit dengan crowding pada

regio caninus, crossbite bisa saja ada ketinggian wajah vertikal

menurun. Gigi anterior maksila protrusif dan profilnya retrognatic.

divisi II

Page 15: Oklusi Dan Maloklusi

merupakan pertumbuhan berlebih mandibula dengan sudut mandibula

yang tumpul. Profilnya prognatic pada mandibula.3

Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis

oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak

tepat.

Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih

belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal.

Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.

Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu

molar pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar

pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang

disebut gigitan terbalik.

a.

klas I

b.faktor yang berpengaruh (bad habit)

c.pemeriksaan

d.pencegahan

e.perawatan

klas II

divisi 1

a.etiologi : herediter, bad habit

- faktor yang berpengaruh (bad habit)

b.syarat,ciri,karakteristikpemeriksaan

radiografi, analisa model study,…………..

c.pencegahan

menghilangkan bad habit spt menghisap jempol, edukasi

Page 16: Oklusi Dan Maloklusi

d.perawatan

LI

divisi 2

a.etiologi

LI

b.syarat, ciri

gigi anterior retrusif

c.pemeriksaan = idem

d.pencegahan = sesuai etiologi

e.perawatan

subdivisi

LI

klas III

pseudoklas III

a.etiologi

b.ciri

mandibula bergeser ke anterior dengan fossa glenoid…..

subdivisi

LI

Pencegahan

üEdukasi

üMeminimalisir penggunaan dot

üPenggunaan space maintener

MENCEGAH terjadinya maloklusi atau susunan gigi yang tidak teratur

atau berantakan pada anak bisa digunakan dengan perawatan

ortodonti interseptif. Perawatan ini juga dapat membantu malolkusi

Page 17: Oklusi Dan Maloklusi

yang lebih parah dan juga menghilangkan maloklusi ringan yang sudah

ada.

ada beberapa jenis ortodonti intersentif, antara lain, pertama, dengan

a.pemakaian space regainer. Space regainer merupakan alat yang

dapat digunakan untuk melebarkan kembali ruangan yang telah

menyempit sehingga gigi tetap dapat erupsi dengan baik pada tempat

yang seharusnya. gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya,

biasanya akan menyebabkan ruangan yang ditinggalkannya

mengalami penyempitan, sehingga benih gigi tetap yang ada di

bawahnya akan kesulitan untuk erupsi dan cenderung untuk erupsi di

luar lengkung gigi yang seharusnya.

’’Normalnya gigi sulung tanggal akibat desakan gigi tetap yang ada di

bawahnya. Gigi sulung dapat tanggal sebelum waktunya akibat

berlubang yang mengharuskannya untuk dicabut, trauma, dan lain

sebagainya,’’ujarnya.

bperawatan serial ekstraksi. Misalnya ada pasien usia 8 atau 9 tahun

yang memiliki keluhan gigi bagian depan yang berjejal. Bila tidak

segera dirawat susunan gigi yang tidak teratur tersebut akan

bertambah parah nantinya. Kondisi ini dapat dihindari dengan

perawatan serial ekstraksi.

’’Perawatan serial ekstraksi merupakan perawatan dengan cara

mencabut gigi sulung secara berkala pada saat-saat tertentu sesuai

dengan keperluan,’’ungkapnya.

c pemakaian oral screen. Anak-anak yang memiliki kebiasaan bernafas

melalui mulut akan menyebabkan lengkung gigi dan rahang

menyempit serta cenderung cembung ke depan atau istilah awamnya

Page 18: Oklusi Dan Maloklusi

tonggos.

’’Kondisi ini dapat diatasi dengan penggunaan alat oral screen. Namun,

sebelum dilakukan perawatan dengan menggunakan oral screen,

penyebab kebiasaan bernapas melalui mulut ini harus

dihilangkan,’’tuturnya.

Biasanya, terang Bambang, penyebab dari kebiasaan ini adalah

adanya gangguan saluran nafas anak terutama pada bagian hidung.

Akibat gangguan tersebut anak merasa lebih nyaman dengan bernafas

melalui mulut. Gangguan saluran nafas hidung ini perlu ditindak lanjuti

oleh spesialis THT (Telinga Hidung Tenggorokan).

d pemakaian oral grid yaitu, anak yang mempunyai kebiasaan

mendorong gigi depan dengan lidah lama kelamaan akan

menyebabkan gigi depan akan semakin maju ke depan (tonggos).

’’Kebiasaan buruk ini dapat diatasi dengan penggunaan grid dengan

alat ortodonti lepasan,’’tukasnya.

e.gejala

Anak yang masih memiliki kebiasaan menghisap jari setelah ia

berumur 4 tahun dengan intensitas atau frekuensi tinggi cukup

beresiko tinggi untuk mengalami masalah gigi atau masalah bicara

saat ia dewasa.

Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan

suara gigi-gigi yang beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya

abrasi pada permukaan atas gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah.

Bila lapisan email yang hilang cukup banyak dapat timbul rasa ngilu

pada gigi-gigi yang mengalami abrasi. Kadang terlihat adanya jejas

atau tanda yang tidak rata pada tepi lidah

Page 19: Oklusi Dan Maloklusi

tambahan :

DAFTAR CONTOH KASUS-KASUS ORTODONTIK

:

1. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior berjejal

2. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior spacing

3. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior protrusif

4. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior protrusif bimaksiler

5. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior crossbite

6. Maloklusi klas I Angle dengan gigi posterior crossbite

7. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior deep overbite

8. Maloklusi klas I Angle dengan gigi posterior telah telah dicabut

9. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior berjejal

10. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior atas protrusif (divisi 1)

11. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior atas retrusif (divisi 2)

12. Maloklusi klas II Angle subdivisi

13. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior berjejal

14. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior spacing

15. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior cross bite

16. Maloklusi klas II Angle dengan gigi posterior cross bite

17. Maloklusi klas II Angle dengan gigi posterior telah telah dicabut

18. Maloklusi klas III Angle dengan gigi anterior berjejal

19. Maloklusi klas III Angle dengan gigi anterior cross bite

20. Maloklusi klas III Angle dengan gigi posterior cross bite

21. Maloklusi klas III Angle dengan gigi anterior cross bite

22.Maloklusi klas III Angle subdivisi

1.perbedaan ketika punngung jempol menghadap ke atas n ke bawah?

Page 20: Oklusi Dan Maloklusi

Gambar : Ilustrasi anak yang memiliki kebiasaan menghisap jempol.

Perhatikan jempol yang menghadap ke langit-langit, saat anak

melakukan gerakan menghisap jempol tersebut akan memberi

tekanan ke arah atas dan gigi depan, dan bagian bawah jempol akan

menekan lidah sehingga mendoron gigi bawah dan bibir sedangkan

dagu terdesak ke dalam. Akibatnya anak dapat memiliki profil muka

yang cembung akibat gigi depan yang maju.

2.kapan seorg anak harus menghentikan kebiasaan menghisap jempol

Bayi mempunyai dorongan alami/natural untuk menghisap, yang hal

itu akan berkurang setelah usia 6 bulan. Namun terkadang kebiasaan

itu berlanjut, yang akhirnya akan menjadi kebiasaan bayi atau anak

kecil karena dengan menghisap jempol/ibu jari, mereka akan merasa

nyaman/tenang ketika lapar, takut, gelisah, kesepian, ngantuk dan

bosan.

3.bagaimana patofisiologi isap jempol menjadi maloklusi

4.kenapa klasifikasi maloklusi memakai M1?

5.

5.apakah sama oklusi normal dengan oklusi Klas 1?

So, mau bagaimanapun daerah di bagian depan gigi geraham tersebut,

mau berdesakan atau tampak teratur tetapi untuk menentukan

klasifikasi maloklusi, tetap dilihat dahulu dari molar pertamanya.

Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga

gigi-gigi yang ada di anteriornya (depan-red).

Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis

oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak

tepat.

Page 21: Oklusi Dan Maloklusi

Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih

belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal.

Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.

Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu

molar pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar

pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang

disebut gigitan terbalik.

ORAL HABIT

Kebiasaan mengisap jari merupakan oral habit yang paling sering

muncul pada

anak yang tidak diberikan ASI. Tanda-tanda umum maloklusi sering

ditemukan

akibat kebiasaan mengisap jari yang dilakukan dengan aktif adalah

gigitan terbuka

anterior, gigitan terbuka anterior merupakan hilangnyaove rl ap antara

gigi insisiv

rahang atas dan bawah pada saat oklusi. Gigitan terbuka anerior

terjadi akibat

penempatan secara langsung jari yang diisap pada gigi-gigi insisiv.

Keadaan ini

mencegah terjadinya erupsi lanjutan atau erupsi lengkap dari gigi-gigi

insisiv,

Page 22: Oklusi Dan Maloklusi

sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas bererupsi. Gigitan terbuka

anterior juga

dapat terjadi akibat intrusi gigi-gigi insisiv, tetapi gigitan anterior

anterior lebih mudah

terjadi akibat penghambatan erupsi karena intrusi gigi-gigi insisiv.

Tanda lain yang

akan terlihat adalah pergerakan gigi insisiv atas ke arah labial dan gigi

insisiv bawah

kearah lingual. Pergerakan gigi-gigi insisiv ini tergantung pada jari

yang diisap dan

diletakkan serta banyaknya jari yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu

jari yang

diletakkan ke dalam mulut akan menekan permukaan lingual gigi

insisiv rahang atas

dan pada permukaan labial gigi insisiv bawah. Anak yang secara aktif

mengisap jari

dapat menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisiv rahang

atas, sehingga

menjadi lebih protrusif dan gigi insisiv bawah lebih retrusif dengan

demikian

bertambahanya overjet menjadi lebih besar. Keadaan lain yang dapat

muncul adalah

kontriksi maksila. Kontriksi lengkung maksila biasa terjadi pada

kebiasaan mengisap

jari karena lengkung maksila gagal untuk berkembang dalam arah

horizontal karena

Page 23: Oklusi Dan Maloklusi

perubahan keseimbangan antara tekanan lidah dan pipi. Ketika ibu jari

diletakkan di

dalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan menjauh dari palatum

dan

menurunkan tekanan lidah pada bagian lingual pada gigi-gigi posterior

rahang atas.

Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi posterior rahang atas ini

meningkat akibat

kontraksi ototbucci nat ors selama mengisap pada saat yang sama.

Hilangnya

keseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan inlgual

menyebabkan lengkung posterior maksila berkontriksi menjadi

crossbiteposte ri or.

Tekanan pipi yang terbesar terjadi pada sudut mulut dan

menyebabkan lengkung

maksila berubah menjadi bentuk V dan kontriksi lebih besar terjadi

interkaninus

daripada molar.

comment-f orm-te

PERSISTENSI dan kehilangan prematur gigi sulung merupakan

beberapa contoh dari gangguan tumbuh

kembang gigi yang dapat mempengaruhi susunan gigi geligi pada

rahang. Adapun akibat yang

ditimbulkannya dapat berupa pergeseran posisi erupsi dan

mempengaruhi waktu erupsi gigi permanen.

Adanya pergeseran gigi yang tidak pada tempatnya tersebut

Page 24: Oklusi Dan Maloklusi

menyebabkan deviasi signifikan dari oklusi

normal seseorang yang disebut maloklusi. Penelitian ini dilakukan

untuk melihat apakah terdapat hubungan antara persistensi gigi

sulung dan kehilangan prematur gigi sulung dengan status maloklusi

dental kelas I

Diagnosis Sefalometrik (cephalometric diagnosis):

Yaitu diagnosis mengenai oklusi gigi-geligi yang ditetapkan

berdasarkan atas datadata

pemeriksaan dan pengukuran pada sefalogram (Rontgen kepala) .

• Misalnya : Maloklusi klas II Angle tipe skeletal . ditandaai oleh :

Relasi gigi molar pertama atas dan bawah klas II (distoklusi) rang

disebabkan oleh

karena posisi rahang atas lebih ke anteorior atau rahang bawah lebih

ke posterior dalam

hubungannya terhadap basis kranium. Pada sefalogram dengan

analisis Sefalometrik

Steiner (1953) hasil pengukuran sudut ANB > 2° (standar normal 2°)

Titik A. : titik sub spinale yaitu titik terdepan basis alveolaris maksila

N/Na. : titik Nasion yaitu titik terdepan sutura frontonasalis

B. : titik supra mentale yaitu titik terdepan basis alveolaris

mandibularis

1. Kriteria Diagnostik Esensial (Essential Diagnostic Criteria)

a. Anamnesis dan Riwayat kasus (case history)

b. Pemeriksaan / Analisis klinis :

- Umum / general : Jasmani, Mental

- Khusus / lokal : Intra oral, Extra oral

Page 25: Oklusi Dan Maloklusi

c. Analisis model studi : Pemeriksaan dan pengukuran pada model

studi:

- Lebar mesiodistal gigi-gigi

- Lebar lengkung gigi

- Panjang / Tinggi lengkung gigi

- Panjang perimeter lengkung gigi

d. Analisis Fotometri (Photometric Analysis):

Pemeriksaan dan pengukuran pada foto profil dan foto fasial pasien,

meliputi :

- Tipe profil

- Bentuk muka

- Bentuk kepala

e. Analisis Foto Rontgen (Radiographic Analysis):

- Foto periapikal

- Panoramik

- Bite wing

- Dll.

Bila dianggap perlu bisa dilengkapi dengan data hasil pemeriksaan

tambahan yang disebut

sebagai :

2. Kriteria Diagnostik Tambahan (Supplement Diagnostic

Criteria)

a. Analisis Sefalometrik (Cephalometric Analysis):

- Foto lateral (Lateral projection) untuk anlisis profil

- Foto frontal (Antero-posierior projection) untuk anlisis fasial

Page 26: Oklusi Dan Maloklusi

- Dll.

48

b. Analisis Elektromyografi (EMG) : Untuk mengetahaui abnormalitas

tonus dan aktivitas

otot-otot muka dan mastikasi.

c. Radiografi pergelangan tangan (Hand-wrist Radiografi): Untuk

menetapkan indeks

karpal yaitu untuk menentukan umur penulangan.

d. Pemeriksaan Laboratorium: Untuk menetapkan basal metabolic rate

(BMR), Tes

indokrinologi, dll.

Analisis Foto muka (Analisis fotografi) :

Analisis terhadap muka dan profil pasien dapat dilakukan langsung

pada pasien dalam

pemeriksaan klinis. Tetapi untuk tujuan dokumentasi mengenai

keadaan wajah pasien

diperlukan juga foto wajah perlu disertakan pada laporan status

pasien. Analisis foto muka

pasien dilakukan untuk mendiagnosis adanya abnormalitas mengenai

bentuk profil dan tipe

muka pasien:

- Tipe profil: cembung, lurus, cekung.

- Bentuk muka: Brahifasial, Mesofasial, Oligofasial.

- Bentuk kepala: Brahisefali, Mesosefali, Oligosefali

Analisis Foto Rontgen :

Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis tentang

Page 27: Oklusi Dan Maloklusi

keadaan

jaringan dentoskeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung

secara klinis, seperti:

- Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah

karena telah dicabut,

impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum

erupsi terhadap

permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi,

Untuk

membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi

permanen yang belum

erupsi.

- Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan

pendukungnya secara

keseluruhan dalam satu Ro foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi,

dll.

- Bite wing : Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi oklusal.

51

Analisis Sefalometri :

Analisis sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat

mendiagnosis maloklusi

dan keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:

- Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial

- Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak

- Posisi gigi-gigi terhadap rahang

- Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium

Page 28: Oklusi Dan Maloklusi

Diagnosis yang ditetapkan pada setiap tahap pemeriksaan disebut

diagnosis

sementara (Tentative diagnosis), setelah semua data pemeriksaan

lengkap dikumpulkan

kemudian dapat ditetapkan diagnosis finalnya (Final diagnosis) yang

biasa disebut sebagai

diagnosis dari pasien yang dihadapi. Kadang-kadang jika kita masih

ragu-ragu

menetapkan suatu diagnosis secara pasti atas dasar data-data

pemeriksaan yang ada. Bisa

pula diagnosis pasien ditetapkan dengan disertai diagnosis

alternatifnya yang disebut

sebagai diferensial diagnosis.

Analisis Foto muka (Analisis fotografi) :

Analisis terhadap muka dan profil pasien dapat dilakukan langsung

pada pasien dalam

pemeriksaan klinis. Tetapi untuk tujuan dokumentasi mengenai

keadaan wajah pasien

diperlukan juga foto wajah perlu disertakan pada laporan status

pasien. Analisis foto muka

pasien dilakukan untuk mendiagnosis adanya abnormalitas mengenai

bentuk profil dan tipe

muka pasien:

- Tipe profil: cembung, lurus, cekung.

- Bentuk muka: Brahifasial, Mesofasial, Oligofasial.

Page 29: Oklusi Dan Maloklusi

- Bentuk kepala: Brahisefali, Mesosefali, Oligosefali

6. Analisis Foto Rontgen :

Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis tentang

keadaan

jaringan dentoskeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung

secara klinis, seperti:

- Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah

karena telah dicabut,

impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum

erupsi terhadap

permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi,

Untuk

membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi

permanen yang belum

erupsi.

- Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan

pendukungnya secara

keseluruhan dalam satu Ro foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi,

dll.

- Bite wing : Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi oklusal.

51

7. Analisis Sefalometri :

Analisis sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat

mendiagnosis maloklusi

dan keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:

- Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial

Page 30: Oklusi Dan Maloklusi

- Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak

- Posisi gigi-gigi terhadap rahang

- Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium

Diagnosis yang ditetapkan pada setiap tahap pemeriksaan disebut

diagnosis

sementara (Tentative diagnosis), setelah semua data pemeriksaan

lengkap dikumpulkan

kemudian dapat ditetapkan diagnosis finalnya (Final diagnosis) yang

biasa disebut sebagai

diagnosis dari pasien yang dihadapi. Kadang-kadang jika kita masih

ragu-ragu

menetapkan suatu diagnosis secara pasti atas dasar data-data

pemeriksaan yang ada. Bisa

pula diagnosis pasien ditetapkan dengan disertai diagnosis

alternatifnya yang disebut

sebagai diferensial diagnosis.

kelaian / anomali posisi / malposisi gigi individual yang ada :

- labioversi/ bukoversi

- linguoversi/palatoversi

- torsiversi/rotasi

- distoversi

- mesioveri

- supraversi

- infraversi

- transversi

- aksiversi

Page 31: Oklusi Dan Maloklusi

- mesiolabioversi (kombinasi)

a. Pada Relasi skeletal klas I (Ortognatik):

- Posisi maksila dan mandibula normal

- Jika posisi gigi terhadap masing-masing rahangnya semua normal

(teratur rapi) maka

relasi gigi molar pertama atas dan bawah klas I Angle (neutroklusi) dan

relasi gigi-gigi

lainnya terhadap antagonisnya normal maka kasus ini didiagnosis

sebagai : Oklusi

normal.

- Jika relasi gigi molar pertama klas I (neutroklusi) tetapi ada gigi

lainnya yang

malposisi atau malrelasi maka kasus ini didiagnosis sebagai maloklusi

klas I Angle tipe

dental.

- Jika relasi gigi molar pertama distoklusi baik disertai maupun tanpa

disertai malposisi

dan malrelasi gigi lainnya maka kasus ini di diagnosis sebagai

maloklusi klas II Angle

tipe dental.

- Jika maloklusi klas II Angle ini disertai dengan protrusif gigi anterior

atas didiagnosis

sebagi maloklusi klas I Angle divisi 1 tipe dental , dan jika disertai

dengan retrusif gigi

anterior atas, didiagnosis sebagi maloklusi klas II Angle divisi 2 tipe

dental

Page 32: Oklusi Dan Maloklusi

- Jika relasi gigi molar pertama mesioklusi baik disertai maupun tanpa

disertai cross bite

gigi anterior atau malposisi dan malrelasi gigi lainnya maka kasus ini di

diagnosis

sebagai maloklusi klas III Angle tipe dental.

- Jika relasi molar klas II atau klas III ini hanya satu sisi (unilateral)

maka klasifikasi

maloklusi dilengkapi dengan subdivisi

b. Pada Relasi skeletal klas I I (Retrognatik):

- Posisi maksila lebih kedepan (protrusif) dan / atau posisi mandibula

lebih ke belakang

dari posisi normal (retrusif).

- Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal maka

relasi gigi-gigi

bawah terhadap gigi-gigi atas distoklusi karena gigi-gigi tersebut

terletak pada rahang

yang hubungannya retrognatik, hubungan gigi molar pertama atas

terhadap gigi molar

pertama bawah klas II, maka kasus ini didiagnosis sebagai : maloklusi

klas II Angle

tipe skeletal.

- Jika relasi klas II ini diikuti dengan malposisi gigi anterior berupa

protrusif gigi anteror

atas maka kasus ini didiagnosis sebagai : maloklousi klas II Angle divisi

1, dan jika

gigi-gigi anterior atas dalam keadaan retrusif maka kasus ini adalah :

Page 33: Oklusi Dan Maloklusi

maloklousi klas

II Angle divisi 2.

59

- Jika posisi gigi molar pertama atas dan / atau bawah tidak normal

terhadap masingmasing

rahangnya maka ada beberapa kemungkinan relasi gigi molar:

- Jika gigi molar pertama atas distoversi dan / atau gigi molar pertama

bawah

mesioversi, dapat mengkompensasi deskrepansi hubungan rahang

yang retrognatik

maka relasi molar pertama menjadi neutroklusi, maka kasus ini

diagnosis sebagai :

maloklusi Angle klas I tipe dentoskletal. Jika malposisi gigi molar

tersebut tidak dapat

mengkompensasi diskrepansi hubungan rahangnya maka relasi gigi

molar tetap

distoklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai: maloklusi klas II Angle

tipe dento

skeletal.

- Jika malposisi gigi molar pertama atas mesioversi dan / atau gigi

molar pertama bawah

distoversi maka hubungan gigi molar pertama atas dan bawah akan

semakin ekstrem

kearah maloklusi klas II Angle tipe dentoskeletal.

c. Pada Relasi skeletal klas III (Prognatik):

- Posisi maksila lebih ke belakang ( retrusif) dan / atau posisi

Page 34: Oklusi Dan Maloklusi

mandibula lebih ke depan

terhadap posisi normalnya (protrusif).

- Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal, maka

relasi gigi molar

pertama atas dan bawah menjadi mesioklusi pada rahang yang

prognatik sehingga

kasus ini diagnosis sebagai maloklusi klas III Angle tipe skeletal.

- Jika posisi gigi terhadap masing-masing rahangnya tidak normal,

maka dapat terjadi

beberapa kemungkinan hubungan gigi molar pertama atas dan

bawah :

- Jika posisi gigi molar pertama atas mesioklusi dan / atau gigi molar

pertama bawah

distoklusi dapat mengkompensasi hubungan rahang yang prognatik

maka relasi gigi

molar pertama atas dan bawah menjadi neutroklusi maka kasus ini

didiagnosis sebagai:

maloklusi klas I Angle tipe dentoskeletal. Jika malposisi gigi molar

tersebut tidak

dapat mengkompensasi diskrepansi hubungan rahannya maka relasi

gigi molar tetap

mesioklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai: maloklusi klas III Angle

tipe

dentokeletal.

- Jika malposisi gigi molar pertama atas distoversi dan / atau gigi molar

pertama bawah

Page 35: Oklusi Dan Maloklusi

mesioversi maka hubungan gigi molar pertama atas dan bawah akan

semakin ekstrem

kearah maloklusi klas III Angle tipe dentoskeletal.

60

d. Relasi rahang atas dan bawah keduanya tidak normal pada

arah yang sama

(Bimaksiler):

- Jika maksila dan madibula ke dua-duanya pada posisi ke depan maka

maloklusi ini

disebut sebagai tipe prognatik bimaksiler (bimaxillary prognatism).

- Jika maksila dan madibula ke dua-duanya pada posisi ke belakang

maka maloklusi ini

disebut sebagai tipe retrognatik bimaksiler (bimaxillary retrognatism).

DAFTAR PUSTAKA

DARI BERBAGAI SUMBER