Transcript
Page 1: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin mengkoordinasikan pengaturan dan integrasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem endokrin mengirimkan sinyal pada jaringan targetnya melalui hormon yang kadarnya bervariasi dalam darah. Sebaliknya, sistem saraf menghantarkannya melalui transmisi impuls listrik secara sepat melalui serabut-serabut saraf yang berakhir pada organ efektor, dan efek khusus akan timbul sebagai akibat pelepasan substansi neuromediator.

Sistem saraf otonom (SSO) disebut juga susunan saraf vegetatif, meliputi antara lain saraf-saraf dan ganglia (majemuk dari ganglion = simpul saraf) yang merupakan persarafan ke otot polos dari berbagai organ ( bronchia, lambung, usus, pembuluh darah, dan lain-lain). termasuk keompok ini pula adalah, otot jantung (lurik) serta beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan pencernaan).dengan demikian, SSO tersebar luas diseluruh tubuh dan ungsinya adalah mengatur secara otomatis keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu badan, tekanan dan perearan darah, serta pernapasan.

SSO dipecah lagi dalam dua cabang, yakni Susunan (Ortho) Simpatik (SO) dan Susunan Parasimpatik (SP). Pada umunya dapat dikatakan bahwa kedua susunan ini bekerja antagonistis: bila satu sistem merintangi fungsi tertentu, sistem lainnya justru menstimulasinya. Tetapi, dalam beberapa hal, khasiatnya berlainan sama sekali atau bahkan bersifat sinergistis. Untuk jelasnya, percabangan sistem dapat digambarkan sebagai berikut :

Pada bagan diatas dimuat efek-efek terpenting dari perangsangan SO (saraf simpatik) dan SP (saraf parasimpaik) terhadap berbagai organ tubuh. Jadi dapat disimpulkan, stimulasi susunan adrenergik menimbulkan reaksi yang perlu guna meningkatkan penggunaan zat-zat oleh tubuh, seperti bila kita berada dalam keadaan aktif dan memerlukan energi. Sebaliknya, bila susunan kolinergik dirangsang, maka akan timbul efek dengan tujuan menghemat penggunaan zat-zat yang membutuhkan enersi. Hal ini terjadi bila tubuh berada dalam keadaan istrahat atau tidur. Dalam tubuh yang sehat terdapat keseimbangan antara kedua kelompok saraf tersebut.

1.) Penerusan impuls oleh neurotransmitterSusunan saraf motoris mengatur obat-obat lurik dengan impuls listrik (rangsangan) yang

secara langsung dikirim dari SSP melalui saraf motoris ke otot tersebut. Pada SSO, impuls disalurkan keorgan tujuan (efektor, organ ujung) secara tak langsung. Saraf otonom dibeberapa tempat terkumpul di sel-sel ganglion, dimana terdapat sinaps, yaitu sela diantara dua neuron(sel saraf). Saraf yang meneruskan impuls dari SSP ke ganglia dinamakan neuron preganglioner, sedangkan saraf antara ganglia dan organ ujung disebut neuron post-ganglioner.

Impuls dari SSP dalam sinaps dialihkan dari satu neuron kepada yang lain secara kimiawi dengan jalan neurotransmitter. Bila dalam suatu neuron impuls tiba di sinaps, maka pada saat itu juga neuron tersebut membebaskan suatu neurohormon diujungnya, yang melintasi sinaps dan merangsang neuron berikutnya. Pada sinaps yang berikut dibebaskan pula neurohormon dan seterusnya hingga impuls tiba di organ efektor.

Page 2: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

Berikut adalah organ dan reseptor dari saraf adrenergik dan saraf kolinergik :

Organ Reseptor Efek stimulasiS.adrenergik S.kolinergik

Mata (pupil) ∞ :diperbesar :diperkecil

Paru-paru (bronchia) Β :dilatasi :konstriksi

Jantung Β :daya kontraksi diperkuat, denyutan dipercepat

:diperlemah

Arteriola ∞β : konstriksi

Vena ∞ : konstriksi Diperlambat dilatasi

Lambung-usus (peristaltik dan sekresi)

∞β :dikurangi relaksasi

-

Kantong kemih dan empedu, rahim

∞ : relaksasi Diperbesar konstriksi berubah-ubah

Rahim yg megandung,

Β : konstriksi -

Kulit, otot-otot ∞ : konstriksi -

C.       Obat-obat Sistem Saraf OtonomObat-obat yang menghasilkan efek terapeutik utamanya dengan menyerupai atau mengubah

fungsi sistem saraf otonom, disebut obat-obat otomon. Obat-obat yang mempengaruhi sistem saraf otonom dibagi dalam dua subgrup sesuai dengan mekanisme kerjanya terhadap tipe neuron yang dipengaruhi.

1.)      Agonis kolinergikAgonis kolinergik meniru efek asetilkolin dengan cara berikatan langsung pada kolinoseptor.

Obat ini adalah ester sintetik kolin, seperti karbakol dan betanekol, atau alkaloid alam seperti pilokarpin.

a.    Agonis kolinergik langsung

Page 3: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

Semua obat kolinergik yang bekerja langsung mempunyai masa kerja lebih lama dibandingkan asetilkolin. Beberapa diantaranya yang sangat bermanfaat dalam terapi (pilokarpin dan betanekol) lebih mudah terikat pada reseptor muskarinik dan kadang-kadang dikenal sebagai obat muskarinik. Namun demikian, sebagai satu grup, maka agonis yang bekerja langsung ini menunjukkan kurang spesifik dalam kerjanya, yang sudah tentu akan membatasi penggunaan klinisnya.

 Asetilkolin

Adalah suatu senyawa amonium kuartener yang tidak mampu menembus membran. Walaupun sebagai suatu neurotransmitter saraf parasimpatis dan kolinergik, namun dalam terapi zat ini kurang penting karena beragam kerjanya dan sangat cepat di-inaktifkan oleh asetilkolinesterase. Aktivitasnya berupa muskarinik dan nikotinik. Kerjanya termasuk :

-          Menurunkan denyut jantung dan curah jantung-          Menurunkan tekanan darah

Asetilkolin juga mempunyai kerja lain seperti pada saluran cerna, asetilkolin dapat meningkatkan sekresi saliva, memacu sekresi dan gerakan usus. Sekresi bronkial juga dipacu. Pada saluran genitourinaus, tonus otot detrusor urine juga ditingkatkan. Pada mata, asetilkolin memacu kontraksi otot siliaris untuk melihat dekat dan menkontriksi otot sfingter pupil sehingga timbul miosis.

 Betanekol

Mempunyai struktur yang berkaitan dengan asetilkolin; asetatnya diganti dengan karbamat dan kolinnya dimetilasi.kerja nikotiniknya kecil atau tidak ada sama sekali, tetapi kerja muskariniknya sangat kuat. Masa kerjanya berlangsung sekitar 1 jamKerja : memacu langsung reseptor muskarinik, sehingga tonus dan motilitas usus meningkat, dan memacu pula otot detrusor kandung kemih sementara trigonum dan sfingter kemih melemas, sehingga urin terpencar keluar.Aplikasi terapi : untuk pengobatan urologi, obat ini digunakan untuk memacu knadung kemih yang mengalami atoni (atonis bladder) terutama retensi urin pasca persalinan dan pasca bedah non-obstruksi.Efek samping : dapat menimbulkan pacuan kolinergik umum. Termasuk dalam pacuan ini adalah keringat, salivasi, kemerahan, penurunan tekanan darah, mual, nyeri abdomen, diare dan bronkospasme.

 Karbakol (karbamikolin)

Bekerja sebagai muskarinikmaupun nikotinik.Kerja : berefek sangat kuat terhadap sistem kardiovaskuler dan sistem pencernaan karena aktivitas pacu ganglion-nya dan mungkin tahap awalnya memacu dan kemudian mendepresi sistem tersebut. Penetesan lokal pada mata, dpat meniru efek asetilkolin yang menimbulkan miosis.

Page 4: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

Penggunaan terapi : karena potensi tinggi dan masa kerja yang relatif lama, maka ibat ini jarang digunakan untuk maksud terapi, kecuali pada mata sebagai obat miotikum untuk menyebabkan kontraksi pupil dan turunnya tekanan dalam bola mata.Efek samping : jika diberikan dalam dosis oftalmologi maka efek sampingnya kecil atau tidak ada sama sekali.

 Pilokarpin

Menunjukkan kativitas muskarinik dan terutama digunakan untuk oftalmologiKerja : dapat menimbulkan miosis dengan cepat dan kontraksi otot siliaris. Pada mata akan terjadi suatu spasme akomodasi, da penglihata akan terpaku pada jarak tertentu, sehingga sulit untuk memfokus suatu objek. Pilokarpin adalah salah satu pemacu sekresi kelenjar keringat, air mata, dan saliva, tetapi obat ini tidak digunkan untuk maksud demikian.Penggunaan terapi : merupakan obat terpilih dalam keadaan gawat yang dapat menurunkan tekanan bola matabaik glaukoma bersudut sempit maupun bersudut lebarEfek samping : pilokarpin dapat mencapai otak dan menimbulkan gangguan SSP. Obat ini merangsang keringat dan salivasi yang berlebihan.

b.    Inhibitor kolinesterasePada bagian sistem syaraf otonom terdapat suatu enzim yang sangat penting yaitu Asetilkolin asetil hidrolase (AchE) atau biasa disebut dengan asetilkolinesterase. Enzim ini ditemukan pada celah syaraf kolinergik, neuromuscular junction, dan darah. Enzim ini sangat penting karena berfungsi untuk memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin. Obat dalam hal ini bereaksi dengan menghambat enzim kolinesterase pada celah sinaptik. Sedangkan obat-obatannya beraksi dengan 2 tipe, yaitu sebagai Inhibitor reversibel dan sebagai Inhibitor Ireversibel.

1.)    Antikolinesterase ReversibelObat ini dapat berinteraksi secara kompetitif dengan sisi aktif enzim AChE dan dapat terbalikkan / reversibel. Obat pada golongan ini bersifat larut air. Contoh obat-obatan yang bersifat inhibitor reversibel ini yaitu :

 Fisotigmin

Merupakan substrat yang relatif stabil yang berfungsi meng-inaktifkan secara reversible asetilkolinesterase. Akibatnya terjadi potensiasi aktivasi kolinergik diseluruh tubuh.Kerja : lama kerja sekitar 2-4 jam, dapat mencapai dan memacu SSP.Penggunaan terapi : obat ini meningkatka gerakan usus dan kandung kemih, sehingga berkhasiat untuk mengobati kelumpuhan kedua organ tersebut.digunakan pula untuk mengobati kerja antikolinergik yang berlebihan seperti atropin dalam dosis berlebihan, fenotiazin, dan obat antidepresi trisiklik.Efek samping : efek terhadap SSP menimbulkan kejang bila diberikan dalam dosis besar. Dapat terjadi juga bradikardia. Efek jarang ditemukan bila digunakan dalam dosis teraupetik.

 Neostigmin

Suatu senyawa sintetik yang dapat menghambat asetilkolinesterase secara reversible seperti fisotigmin, tetapi lebih polar dan oleh sebab itu tidak dapat masuk dalam SSP. Masa kerjanya 2-4

Page 5: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

jam. Neostigmin juga bermanfaat sebagai simtomatik pada mistenia gravis, suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh antiboditerhadap reseptor nikotinik yang terikat pada reseptol asetilkolin dari sambungan neuromuskular. Efek samping berupa salivasi, muka merah, dan pans, menurunnya tekanan darah, mual, nyeri perut, diare dan bronkospasme.

 Piridogstimin

Penghambat kolinesterase lain yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang miastenia gravis. Masa kerjanya lebih panjang (3-6 jam) dari neogstigmin (2-4 jam)

 Edrofonium

Kerja obat ini mirip dengan neostigmin, kecuali obat ini lebih cepat diserap dan masa kerjanya lebih singkat (sekitar 10-20 menit). Edrofonium amin kuartener dan digunakan untuk mendiagnosis miastenia gravis. Injeksi intravena edrofonium menyebabkan peningkatan kekuatan otot dengan cepat. Kelebihan dosis dari obat ini harus diperhatikan karena mungkin menimbulkan krisis kolinergik. Atropin adalah antidotumnya.

2.)    Antikolinesterase IrreversibelSejumlah senyawa organofosfat sintetik mempunyai kapasitas untuk melekat secara kovalen pada asetilkolinesterase. Keadaan ini memperpanjang efek asetilkolin pada semua tempat pelepasannya. Kebanyakan dari obat ini sangat toksik dn dikembangkan hanya untuk keperluan militer sebagai racun saraf. Senyawa turunannya seperti paration digunakan sebagai inteksida.

 Isoflurofat

Mekanisme kerja : merupakan organofosfat yang terikat secara kovalen pada serin-OH pada sisi aktif asetilkolinesterase. Sekali terikat, maka enzim menjadi tidak aktif secara permanen, dan restorasi (pemulihan kembali) aktivitas asetilkolinesterase memerlukan sintesis molekul enzim baru. Setelah terjadi modifikasi kovalen asetilkolinesterase, maka enzim yang terfosforisasiakan melepas secara perlahan satu gugus isopropilnya. Kehilangan satu gugus alkil, yang sering disebut sebagai penuaan, menjadi sulit sekali bagi reaktivator kimia seperti pralidoksim, untuk memecah ikatan antara sisa obat dan enzim. Obat saraf yang baru, ditujukan untuk militer, bekerja setelah beberapa menit atau detik, sedangkan DFP dalam 6-8 jam.Kerja : kerja obat ini meliputi pacuan kolinergik umum, kelumpuhan fungsi motor (yang menimbulkan kesulitan bernapas), dan kejang. Isoflurofat menimbulkan pula miosis kuat dan bermanfaat terapeutik. Atroin dosis besar mampu melawan semua efek muskarini dan efek sentral Isoflurofat.Penggunaan terapi : bentuk salep mata obat ini digunakan secara topikal dalam jangka panjang pada pengobatan glaukoma sudut terbuka. Efeknya berakhir mendekati satu minggu setelah penetesan tunggal. Ekotiofat adalah obat baru yang terikat pula secara kovalen pada asetilkolinesterase. Kegunaanya sama seperti IsoflurofatReaktivasi asetilkolinesterase : pralidoksim (PAM) adalah senyawa piridium sintetik yang mampu mengaktifkan kembali asetilkolinesterase yang terhambat.

2.)       Antagonis Kolinergik

Page 6: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

Antagonis kolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat antikolinergik) mengikat kolinoreseptor tetapi tidak memicu efek intraseluler diperntarai reseptor seperti lazimnya. Yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara selektif.oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi terganggu, dan kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan.

a.)    Obat antimuskarinikObat golongan ini seperti atropin dan skopolamin bekerja menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkan hambatan semua fungsi muskarinik. Selain itu, obat ini menyekat sedikit perkeualian neuron simpatis yang juga kolinergik, seperti saraf simpatis yang menuju kelenjar keringat. Bertentangan dengan obat agonis kolinerik yang kegunaan teraupetiknya tebatas, maka obat penyekat kolinergik ini sangat menguntungkan dalam sejumlah besar situasi klinis. Karena obat ini tidak menyekat nikotinik, maka obat antimuskarinik ini sedikit atau tidak mempengaruhi smbungan saraf otot rangka atau ganglia otonom.

 Atropin

Atropin, alkaloid belladonna, memiliki afinitas kuat terhadap reseptor muskarink, dimana obat ini terikat secara kompetitif, sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di snetral maupun saraf tepi. Kerja obat ini secara umum berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila diteteskan kedalam mata, maka kerjanya sampai berhari-hari.

Kerja :-          Mata : atropin meyekat semua aktivitas kolinergik pada mata, sehingg menimbulkan midriasis,

mata menjadi tidak bereaksi terhadap cahaya dan sikloplegia (ketidak mampuan untuk memfokuskn penglihatan dekat). Pada pasien dengan glaukoma, tekanan intraokular akan meninggi secara membahayakan.

-          Gastrointestial : atropin digunakan sebagai obat antispsmodik untuk mengurangi aktivitas saluran cerna.

-          Sistem kemih : atropin digunakan pula untuk mengurangi keadaan hipermotilitas kandung kemih. Obat ini kadang-kdang masih dipakai untuk kasus enuresis (buang air seni tanpa disadari). Tetapi obat agoni adrenergik alfa mungkin jauh lebih efektif dengan efek samping yang sedikit.

-          Kardiovaskuler :  atropin menimbulkan efek divergen pada sistem kardiovaskuler, tergantung pada dosisnya. Pada dosis rendah, efek yang menonjol adalah penurunan denyut jantung (brakardia). Pada dosis tinggi, reseptor jantung pada nodus SA disekat, dan denyut jantung sedikit bertambah (takkikardia). Dosis sampai timbul efek ini sedikitnya 1 mg atropin, yang berarti sudah termasuk dosis tinggi dan pemberian biasanya. Tekanan darah arterial tidak dipengaruh tetapi padatingkat toksik, atropin akan mendilatasi pembuluh darah di kulit.

-          Sekresi : atropin menyekat kelenjar saliva sehingga timbul efek pengeringan pada lapisan mukosa mulut (serostomia). Kelenjar saliva sangat peka terhadap atropin. Kelenjar keringat dan

Page 7: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

kelenjar air mata terganggu pula. Hambatan sekresi pada kelenjar keringat menyebabkan suhu tubuh meninggi.

Penggunaan terapi :-          Oftalmik : pada mata, salep mata atropin menyebabkan efek midratik atau siklopegik dan

memunginkan untuk pengukuran kelainan refraksi tanpa gangguan oleh kapasitas akomodasi mata. Atropin mungin menimbulkan suatu serangan pada individu yang menderita glaukoma sudut sempit.

-          Obat antipasmodik : atropin digunakan sebagai obat antiplasmodik untuk melemaskan saluran cerna dan kandung kemih.

-          Antidotum untuk aginis kolinergik : atropin digunakan untuk mengobati kelebihan dosis organofosfat (yang megandung insektisida tertentu) dan beberapa jenis keracunan jamur ( jamur tertentu yang megandung substansi kolinergik). Kemampuan obat ini masuk kedalam SSP sangat penting sekali. Atropin menyekat efek asetilkolin yang berlebihan akibat dari hambatan terhadap asetilkolinesterase oleh obat-obatan seperti fisostigmin.

-          Obat antisekretori : suatu obat kadang diperlukan sebagai antisekretori guna menghentikan sekresi pada saluran napas atas dan bawah sebelum dilakukan suatu operasiFarmakokinetik :atropin mudah diserap, sebagian dimetabolisme didalam hepar, dan dibuang dari tubuh terutama melalui air seni. Masa paruhnya sekitar 4 jam.Efek samping : tergantung pada dosis, atropin dapat menyebabkan mulut kering, penglihatan mengabur, mata rasa berpasir (sandy eyes), takikardia, dan konstipasi. Efeknya terhadap SSP termasuk rasa capek, bingung, halusinasi, delirium, yang mungkin berlanjut mnejadi depresi, kolaps sirkulasi dan sistem pernapasan dan kematian. Pada individu yang lebih tua, pemakaian atropin dapat menimbulkan midrasis dan sikloplegi dan keadaan ini cukup gawat karena dapat menyebabkan serangan glaukomaberulang setelah menjalani kondisi tenang.

 Skopolamin

Skolapomin, alkaloid beladona lainnya, dapat menimbulkan efek tepi yang sama dengan efek atropin. Tetapi efe skopolamin lebih nyata pada SSP dan masa kerjanya lebih lama dibandingkan atropin.Efek : skopolamin merupakan salah satu obat anti mbauk perjalanan yang paling efektif. Obat ini menimbulkan pula efek penumpulan daya ingat jangka pendek. Bertolak belakang dengan atropin, obat ini menyebabkan sedasi, rasa megantuk, tetapi pada dosis yang lebih tinggi bahkan menimbulkan kegelisahan/kegaduhan.Penggunaan terapi : walaupun mirip dengan atropin, indikasi obat ini terbatas pada pencegahan mabuk perjalanan (obat ini memang sangat efektif) dan penumpulan daya ingat jangka pendek.Farmakokinetik dan efek samping : aspek ini persis sama seperti atropin

 Ipratropium

Penyedotan Ipratropium, suatu turunan kuartener atropin, bermanfaat untuk pengobatan asma dan penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) pada pasien yang tidak cocok menelan agonis adrenergik.

Page 8: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

b.)    Penyekat ganglionikObat ini menunjukkan tidak adanya selektivitas terhadap ganglia simpatis maupun parasimpatis dan tidak efektif sebagai antagonis neuromuskular. Oleh karena itu, obat ini menghentikan semua keluaran sistem saraf otonom pada reseptor nikotinikrespon yang teramati memang kompleks dan sulit diduga, sehingga tidak mungkin meperoleh kerja yang selektif. Obat penyekat ganglionik jarang digunakan untuk maksud terapi saat ini. Tetapi obat ini ering digunakan sebagai alat dalam eksperimen farmakologi.

 Nikotin

Satu komponen dalam roko sigaret, nikotin memiliki sejumlah kerja yang kurang menyenangkan. Tergantung pada dosis, ikotin mendepolarisasi ganglia, menimbulkan pertama kali gejala pacuan dan kemudian diikuti oleh paralisis dari semua ganglia. Efek pacunya kompleks, termasuk peningkatan tekanan darah, pertambahan denyut jantung ( akibat pelepasan transmitter dari ujung saraf adrenergik dan medula adrenalis ), serta peningkatan peristaltis dan sekresi. Pada dosis lebih tinggi, teanan darah justru menurun karena penyekatan ganglionik, dan aktivitas saluran cerna otot-otot kandung kemih terhent.

 Trimetafan

Trimetafan adalah obat penyekat ganglionik  nikotinik bekerja singkat dan bersifat kompetitif yang harus diberikan secara infus intravena. Saat ini trimetafan digunakan untuk menurunkan tekanan darah dalam  keadaan darurat seperti hipertensi yang disebabkan oleh edema paru atau pecahnya aneurisma aorta bila obat lain tidak dapat digunakan.

 Mekamilamin

Mekamilamin menyekat kompetitif ganglia nikotinik. Lam kerjanya berkisar 10 jam setelah pemberian tunggal. Ambilan obat melalui penyerapan oral baik, berbeda dengan trimetafan.

c.)    Obat penyekat neuromuskularPenyekat neuromuskular bermanfaat secara klinik selama opersi guna melemaskan otot secara sempurna tanpa memperbanyak obat anastesi yang sebanding dalam melemaskan otot. Obat penyekat neuromuskular ini strukturnya analog dengan asetilkolin dan bekerja baik sebagai antagonis (tipe nondepolarisasi) maupun agonis (tipe depolarisasi) terhadap reseptor yang terdapat cekungan sambungan neuromuskular.

 Penyekat nondepolarisasi (kompetitif)

Obat pertama yang mampu menyekat sambungan neuromuskular otot rangka adalah kurare, yang dipake oleh pemburu alam didaerah amazon Amerika Selatan untuk melumpuhkan binatang buruannya. Obat tubokuarin akhirnya dimurnikan dengan baikdan dikenalkan dalam klinik pada awal tahun 1940-an. Obat penyekat neuromuskilat jelas mempertinggi tinggkat keamanan anastesi yang dibutuhkan untuk sampai ketingkat melemaskan otot tidak perlu terlalu banyak.Mekanisme kerja : pada dosis rendah  obat penyekat neuromuskular nondepolarisasi bergabung dengan reseptor nikotinik dan mencegah pengikatan asetilkolin. Obat ini justru mencegah depolarisasi membran sel otot yang menghambat kontraksi otot. Karena obat ini bersaing dengan aetilkolin pada reseptor, maka disebut penyekat kompetitif. Kerjanya dapat dimusnahkan dengan

Page 9: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

memperbanyak kadar asetilkolin pada cela sinaptik, sebagai contoh pemberian obat penghambat kolinesterase seperti neostigmin atau edrofonium. Ahli anastesi sering menggunakan strategi ini untuk mempersingkat lama penyekatan neuromuskular. Pada dosis tinggi penyekat nondepolarisasi menghadang kanal ion pada cekungan. Keadaan ini menyebabkan pelemahan transmisi neuromuskular lebih lanjut dan mengurangi kemampuan obat penghambat asetilkolinesterase untuk menghilangkan kerja obat pelemas otot nondepolarisasi.Efek : tidak semua otot sama pekanya terhadap penyekatan oleh obat penyekat kompetitif. Otot-otot kecil yang berkontraksi cepat pada muka dan mata sangat peka sekali dan dilumpuhkan pertama kali, kemudian diikuti oleh otot jari-jari. Setelah itu otot tungkai dan lengan, lher, dan batang tutbuh dilumuhkan, kemudian otot sela iga terganggu dan terakhir otot diafragma lumpuh.Penggunaan terapi : obat penyekat ini digunakan dalam terapi sebagai obat pelengkap dalam anastesi selama operasi guna melemaskan otot rangka.Farmakokinetik : obat ini sulit menembus membran dan tidak mauk kedalam sel atau melintasi sawar darah otak. Kebanyakan obat ini tidak dimetabolisme; kerjanya diakhiri dengan cara penyebaran kembali. Sebagai contoh, tubokuarin, pankuronium, mivakurium, metokurin dan doksakurium diekskresikan kedalam urin dalam bentuk utuh. Atrikurium dihancurkan spontan didalam plasma dan dengan hidrolisis ester. Obat aminosteroid (vekuronium dan rokuronium) di-deastilasi dalam hati, dan bersihannya akan memanjang pada pasien dengan penyakit hepar. Obat ini diekskresi dalam bentuk utuh kedalam empedu.Interaksi obat : penghambat kolinesterase, anestesi hidrokarbon berhalogen, antibiotika aminoglikosida, penyekat kanal kalsium.

 Obat depolarisasi

Mekanisme kerja : tidak seperti asetilkolin yang segera dirusak oleh asetilkolinesterase, maka obat depolarisasi ini kadarnya teteap tinggi dalam celah sinaptik dan tetap melekat pada reseptor dalam jangka waktu yang relatif lama, dan terus menerus memacu reseptor.Efek : urutan kelumpuhan ungkin sedikit berbeda, tetapi sebagaimana yang terjadi pada penyekat kompetitif, otot-otot pernapasan limpuh belakangan. Suksinilkolin mengawali efeknya dengan lumpuh dalam beberapa menit. Obat ini tidak menyebabkan penyekatan ganglion, kecuai pada dosis tinggi, walaupun sebenarnya obat ini memacu secara lemah pelepasan histamin. Dalam keadaan normal, lama kerja suksinilkolin sangat singkat, karena obat ini cepat sekali dirusak oleh kolinesterase dalam plasma.Penggunaan terapi : karena mula kerjanya cepat dan lama kerja singkat, suksisnilkolin berguna sewaktu intubasi endotrakeal cepat dibutuhkn selama induksi anastesi. Obat ini digunakan juga selama terapi syok elektrokonvulsif (ECT).Farmakokinetik : suksisnilkolin disuntikkan intravena. Kerjanya yang sangat singkat (beberapa menit saja) disebabkan oleh hidrolisis cepat kolinesterase dalam plasma. Oleh karena itu, obat ini biasanya diberikan dalam bentuk nfus terus menerus.Efek samping :

Page 10: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

-          Hipertermia : bila halotan digunakan sebagai anastesi, maka pemberian suksinilkolin terkadang menyebabkan hipertemia sangat berat pada orang yang dasar genetiknya peka.

-          Apnea : pasien yang dasar genetiknya berkaitan dengan defisiensi kolinesterase plasma atau adanya bentuk atipikal dari enzim tersebut sering terjadi apnea (tidak dapat bernapas) karena kelumpuhan otot diafragma.3.) Agonis adrenergikAgonis adrenergik merupakan obat yang memacu atau meningkatkan syaraf adrenergik. Oleh karena itu obat-obat yang bekerja secara agonis adrenergik ini beraksi menyerupai neurotransmitternya, yaitu nor-adrenalin. Agonis adrenergik juga dinamakan dengan Adrenomimetik. Obat-obat yang bekerja dengan cara ini bereaksi dengan reseptor adrenergik, yaitu reseptor adrenergik α & reseptor adrenergik β. Obat agonis adrenergi memiliki 3 mekanisme kerja yaitu:

a.)  Agonis bekerja langsung : yaitu obat-obat yang bekerja lngsung pada reseptor α dan β dengan menimbulkan efek mirip pacuan saraf simpatis atau pelepasan hormon epinefrin dari medula adrenalis, contoh obat agonis yang bekerja langsung :

 Epinefrin : epinefrin berinteraksi terhadap reseptor α dan β. Pada dosis rendah, efek β

(vasodilatasi) pada sistem vaskular menonjol sekali, sedangkan pada dosis tinggi, efek α (vasokontriksi) menjadi efek terkuat.Kerja : kerja utama epinefrin adalah pada sistem kardiovaskuler. Senyawa ini memperkuat daya kontraksi otot jantung (miokard) (inotropik positif: kerja β1). Oleh sebab itu, curah jantung meningkat pula. Akibat dar efek ini maka kebutuhan oksigen otot jantung meningkat juga. Epinefrin mengkontriksi areriol dikulit, membran mukosa dan visera (efek α) dan mendilatasi pembuluh darah kehati dan otot rangka (efek β2). Aliran darah ke ginjal menurun. Oleh karena itu, efek kumulatif epinefrin adalah peningkatan tekanan sistolik bersama dengan sedikit penurunan tekanan diastolik yang akhirnya menimbulkan refleks perlambatan jantung.Respirasi : epinefrin menimbulkan bronkodilatasi kuat dengan bekerja langsung pada otot polos bronus (kerja β2). Kerja ini sangat membantu semua keadaan bronkokontriksi karena reaksi alergi atau pacu histamin. Pada kasus syok anafilaksis, obat ini dapat menyelamatkan nyawa.Hiperglikemia : epinefrin mempunyai efek hiperglikemia yang khas karena terjadinya glikogenolisis didalam hepar (efek β2) peningkatan pelepasan glukogen (efek β2) dan menurunkan pelepasan insulin (efek α2). Efek demikian diperantarai oleh AMP.Lipolisis : epinefrin mengawali lipoisis melalui aktivitas agonisnya pada reseptor beta jaringan lemak, yang pada stimulasi, mengaktifkan adenili siklase untuk meningkatkan kadar cAMP. cAMP ini kemudian memacu suatu lipase sensitif hormon yang selanjutnya menghidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak bebas dan gliserol.Biotransformasi : epinefrin seperti katekolamin lainnya, dimetabolisme oleh 2 jalur enzimatik: COMT yang memiliki S-adenosilmetionin sebagai kofaktor, dan MAO. Hasil metabolit kahir yang dijumpai dalam urin adalah metanefrin dan asam vanilimendelat.Penggunaan terapi :

Page 11: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

-          Bronkospasme : epinefrin merupakan obat utama yang digunakan untuk pengobatan gawat setiap kondisi saluran napas yang ditandai oleh bronkokontriksi dengan kesulitan bernapas.

-          Glaukoma : pada oftalmologi, larutan epinefrin 2% dapat digunakan secara topikal untuk mengurangi tekanan dalam bola matapada glaukoma sudut terbuka. Obat ini mapu mengurangi produksi cairan humor dengan memvasokontriksi pembuluh darah badan siliaris.

-          Syok anafilatik : epinefrin merupakan obat pilihan untuk pengobatan reaksi hipersensitif tipe 1 dan responnya terhadap alergen.

-          Pada anastesi : larutan anastesi lokal biasanya megandung 1:100.000 bagian epinefrin. Efeknya nyata sekali dalam memperpanjang kerja anastesi lokal.Farmakokinetik : epinefrin mempunyai awitan cepat, tetapi masa kerjanya singkat.Efek samping :- Gangguan SSP : akibat epinefrin termasuk kecemasan, ketakutan, tegang, sakit kepala dan tremor.- Pendarahan : obat ini dapat memacu pendarahan didalam otak akibat dari naiknya tekanan darah secara nyata.- Aritmia jantung : obat ini dapat pula memacu aritmia jantung, terutama bagi pasien yang sedang mendapat digitalis- Edema paru : epinefrin dapat menimbulkan edema baru.Interaksi

-          Hipertiroidisme : epinefrin akan mempercepat kerja kardiovaskuler pada pasien hipertiroidisme, bisa digunakan kecuali dosis obat dikurangi.

-          Kokain : bila didalam tubuh terdapat kokain, maka epinefrin akan menambah efek kardiovaskulernya.

 Norepinefrin

Obat ini akan memacu semua tipe reseptor adrenergik. Namun dalam kenyataannya, bila obat ini diberikan pada manusia dalam dosis terapi, maka reseptor adrenergik α saja yang paling dipengaruhi.Kerja kardiovaskuler :

-          Vasokontriksi : norepinefrin menyebabkan kenaikan tahanan perifer akibat vasokontriksi kuat hampir semua lapangan vaskular, termasuk ginjal.

-          Refleks baroreseptor : pada preparat jaringan jantung terpisah, norepinefrin akan memacu kontraktilitas jantung; namun secara invivo, pacuan ini hanya ringan sekali bila ada.ha in akibat dari peningkatan tekanan darah yang emacu suatu refleks berkaitan dengan aktivitas vagal melalui pacuan baroreseptor.

-          Efek praterapi atropin : bila atropin diberikan sebelum norepinefrin, maka pacuan norepinefrin jelas akan menimbulkan takikardia.

-          Penggunaan terapi : norepinefrin digunakan untuk pengobatan syok karena kemampuannya menaikkan tahanan tepi dan oleh karena itu menaikkan tekanan darah; namun demikian dopamin ternyata lebih baik, karena tidak mengurangi aliran darah keginjal seperti norepinefrin.

Page 12: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

 Isoproterenol

Bekerja langsung yang terutama memacu reseptor β1 dan β2.Kerja :

-          Kardiovaskular : pacuan obat ini seaktif epinefrin sehingga bermanfaat pada pengobatan blok antrioventrikular atau henti jantung. Isoproterenol mendilatasi pula arteriol otot rangka (kerja β2.), sehingga mengurangi tahanan perifer. Karena kerja pacu jantungnya, obat in mungkin enaikkan sedikit tekanan sistol, tetapi sangat menurunkan tekanan arteri rerata dan tekanan diastolik.

-          Paru-paru : isoproterenol seaktif epinefrin dan cepat melegakkan seranan asma akut, bila diberikan secara inhalasi/sedotan. Kerja ini berakhir sekitar 1 jam dan sesudah itu dosis dapat diulangi kembali.

-          Efek lainnya : terhadap reseptor β, seperti peningkatan kadar gula darah dan lipolisis dapat dibuktikan, tetapi secara klinik efek ini tidak jelas.

Penggunaan terapi : isoproterenol sekarang jarang digunakan sebagai obat bronkodilator pada asma.Farmakokinetik : diserap secara sistemik oleh mukosa sublingual tetapi lebih nyata diserap secara

parental atau sedotan aerosol.Efek samping : mirip sekali dengan efek samping epinefrin.

 Dopamin

Dopamin dapat mengaktifkan reseptor adrenergik α dan β. Sebagai contoh, pada dosis tinggi obat ini menimbulkan vasokontriksi dengan mengaktifkan reseptor α, sebaliknya pada dosis rendah, obat akan memacu reseptor jantung β.

 Dobutamin

Kerja : adalah suatu katekolamin sintetik, bekerja langsung yang merupakan agonis reseptor β1. Obat ini tersedia dalam bentuk campuraan resemik.Penggunaan terapi : dobutamin digunakan untuk meningkatkan curah jantung pada gagal jantung kongestif.Efek samping : dobutamin perlu diperhatikan bila diberikan pada pasien dengan fibrilasi atrial, karena obat ini meningkatkan konduksi atrioventrikular. Efek samping lainnya mirip dengan efek samping epinefrin.

 Fenilefrin

Fenilefterin adalah obat adrenergik sintetik langsung yang terutama mengikat reseptor α2. Fenilefterin adalah suatu vasokontriktor yang mampu meningkatkan tekanan sistolik maupun diastolik. Efeknya terhadap jantung langsung tidak ada, tetapi memacu refleks bradikardia bila diberikan parental. Obat ini digunakan untuk enaikkan tekanan darah dan menghentikan serangan tarikardiasupraventrikular. Dosis besar dapat menyebabkan sakit kepala hipertensif dan ketidakteraturan jantung.

 Metoksamin

Metoksamin adalah obat adrenergik sintetik bekerja langsung yang mengikat reseptor alpha, terlebih lagi reseptor α1 dan α2. Obat ini digunakan juga untuk menanggulangi hipotensi selama

Page 13: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

operasi yang memperoleh anastesi halotan. Obat ini cenderung tidak memacu aritmia jantung pada pasien yang disensitisasi anastesi umum halotan. Efek samping yang terjadi berupa sakit kepala hipertensif dan muntah-muntah.

 Kionidin

Kionidin adalah agonis α2 yang digunakan pada hipertensi esensial untuk menurunkan tekanan darah karena kerjanya pada SSP. Obat ini dapat digunakan juga untuk mengurangi gejala yang timbul akibat putus obat opiat atau benzodiazepin.

 Metaproterenol

Obat ini dapat idberikan peroral atau inhalasi. Obat ini bekerja terutama pada reseptor β2, menimbulkan efek ringan pada jantung. Obat ini menyebabkan dilatasi bronkiolus dan memperbaiki fungsi aliran udara. Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator pada pengobatan asma dan melegakan bronkospasme.

 Terbutalin

Tetrabulin yang bersifat lebih selektif daripada metaproterenol dan masa kerjanya lebih lama. Obat ini diberikan baik secara oral ataupun subkutan. Digunakan sebagai bronkodilator dan mengurangi kontraksi rahim pada persalinan prematur.

 Albuterol

Albuterol adalah agonis β2 selektif yang sifatnya mirip sekali dengan tetrabutalin. Obat ini banyak dignakan sebagai inhalan untuk mengatasi bronkospasme.

b.) Agonis adrenergik bekerja tidak langsungObat-obat ini memperkuat efek norepinefrin endogen, tetapi tidak langsung mempengaruhi reseptor pasca sinaptik.

 Amfetamin

Amfetamin sering diduga hanya bekerja sebagai pacu sentral kuat saja oleh pecandu penyaahgunaan obat. Sebenarnya obat ini dapat menaikkan tekanan darah dengan jelas karena kerja agonis α-nya pada pembuluh darah sebagaimana juga efek pacu β-nya pada jantung.

 Tiramin

Tiramin tidak digunakan dalam klinik, tetapi banyak ditemukan dalam makanan fermentasi, seperti keju dan anggur chianti. Obat ini adalah produk normal dari hasil metabolisme tirosin.

c.)  Agonis adrenergik bekerja ganda Efedrin

Efedrin adalah alkaloid tumbuhan, tetapi sekarang dapat dibuat secara sintetik. Obat ini adalah obat adrenergik bekerja ganda, berarti tidak saja melepas simpanan norepinefrin dari ujung saraf, tetapi mampu pula memacu langsung reseptor α dan β. Oleh karena itu, sejumlah besar kerja adrenergik yang muncul sering sekali dengan efek epinefrin, walaupun sedikit lebih lemah.

 Metaraminol

Metaraminol adalah obat adrenergik yang bekerja ganda dengan kerja yang mirip norepinefrin. Obat ini digunakan pada pengobatan syok dan untuk mengatasi hipotensi mendadak.

4.)      Antagonis adrenergik

Page 14: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

Antagonis adrenergik mengikat adrenoseptor tetapi tidak menimbulkan efek intraseluler yang diperantarai reseptor seperti lazimnya.

a.)    Obat penyekat adrenergik αObat-obat yang menyekat adrenoseptor α sangat mempengaruhi tekanan darah.

  Fenoksibenzamin

Kerja fenoksibenzamin ini berakhir sekitar 24 jam setelah pemberian tunggal. Setelah obat disuntikkan,belum erjadi penyekatan beberapa jam karena molekul harus dibiotransformasi lebih dulu menjadi bentuk aktif.Kerja :

-          Efek kardiovaskular : penurunan resistensi perifer ini menimbulkan refleks takikardia. Lebih jauh kemampuan untuk menyekat reseptor α2 presinaptik pada jantung justru menimbulkan peningkatan curah jantung.

-          Reversal epinefrin : fenoksibenzamin tidak mempunyai efek terhadap kerja isoproterenol yang murni sebagai agonis β.Penggunaan terapi : fenoksibenzamin digunakan untuk pengobatan feokromositoma, tumor pensekresi katekolamin sel-sel yang berasal dari medulla adrenalis.Efek samping : fenoksibenzamin dapat menyebabkan hipotensi postural, sumbatan hidung, mual dan muntah.

  Fentolamin

Kebalikan dari fenoksibenzamin, fentolamin menimbulkan penyekatan kompetitif terhadap reseptor α1 dan α2. Kerja obat ini berakhir setelah 4 jam pemberian tunggal. Fentolamin digunakan juga untuk terapi feokromositoma dan keadaan klinis lainnya ditandai dengan pelepasan katekolamin berlebihan.  

  Prazosin, terazosin, dan doksazosin

Efek kardiovaskuler : prazosin dan terazosin menurunkan resistensi vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah arterial dengan melemaskan otot polos arteri dan vena.Penggunaan terapi :dosis awal obt ini menimbulkan respons hipotensi yang berlebihan bahkan menimbulkan sinkop(pingsan). Kerja demikian disebut sebagai “efek dosis awal”, dapat dikurangi dengan menyesuaikan  dosis awal tersebut menjadi 1/3 atau ¼ dari dosis normal, dan obat diberikan menjelang tidur.Efek samping : parazosin dan terazosin mungkin menyebabkan pusing, kehilangan tenaga, hidung tersumbat, sakit kepala, megantuk, dan hipotensi ortostatik.

b.)    Obat penyeka adrenergik βSemua obat penyekat β yang digunakan dalam klinik bersifat antagonis kompetitif.

 Propranolol: suatu antagonis- β non-selektif

Kerja : kardiovaskular, vasokonstriksi perifer, bronkokonstriksi, peningkatan retensi natrium, menghambat kerja isoproterenol.Efek terapi : memberikan terapi pada hipertensi, glaukoma, migren, hipertiroid, angina pektoris, infark miokardial.

Page 15: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

Efek samping : bronkokonstriksi, aritmia, gangguan seksual, gangguan metabolisme, interaksi obat.

 Timolol dan nadolol: antagonis- β non-selektif

Timolol menyekat juga adrenoseptor β1 dan β2 dan leih kuat dari propranolol. Nadolol kerjanya sangat panjang. Nadolol mengurangi produksi cairan humor mata dan digunakan secara topikal pada pengobatan glaukoma sudut terbuka menahun, dan dapat pula sesekali digunakan untuk pengobatan sistemik hipertensi.

 Asebutolol, atenolol, metoprolol, dan esmolol antagonis β selektif

Kerja : obat-obat penyekat – β menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan meningkatkan toleransi latihan fisik dan angina.Penggunaan terapi dan hipertensi : karena obat-obat ini mempunyai efek kecil sekali terhadap reseptor β2 vaskuler perifer, maka kedinginan anggota tubuh, suatu efek samping yang sering muncul pada terapi penyekat-β sangat jarang terjadi.

 Pindolol, dan asebutolol: antagonis dengan aktivitas agonis parsial

Kerja : pada kardiovaskular asebutolol dan pindolol bukan penyekat murni; melainkan mempunyai kemampuan memacu dengan lemah sekali reseptor β1 dan β2 dan oleh karena itu disebut memiliki aktivitas simpatomimetik intrinsik. Serta pengurangan efek metabolik.

 Labetalol penyekat α dan β

Kerja : obat ini tidak mengganggu kadar lipid atau glukosa darah alam serum.Penggunaan terapi pada hipertensi : labetalol berguna untuk pengobatan pasien hipertensi berusia tua. Labetalol dapat digunakan sebagai obat alternatif terhadap hidralazin untuk pengobatan hipertensi akibat kehamilan.

c.)    Obat-obat yang mempengaruhi pelepasan atau ambilan kembali neurotransmitter Reserpin

Awal kerja obat ini lambat timbul tetapi masa kerjanya panjang. Bila obat dihentikan kerjanya menetap selama beberapa hari.

 Guanetidin

Obat ini sekarang jarang digunakan untuk pengobatan hipertensi karena sering menimbulkan hipotensi ortostatik dan mengganggu fungsi seksual pada lelaki.

 Kokain

Kokain adalah unik diantara anastesi lokal yang mampu menyekat enzim ATPase diaktifkan Na dan K melintas membran sel neuron adrenergik. Akibatnya, norepinefrin menumpuk dalam ruang sinaptik, menimbulkan bertambahnya aktivitas simpatetik dan memperkuat kerja epinefrin dan norepinefrin. Oleh karena itu, dosis kecil katekolamin mampu menimbulkan efek yang diperkuat pada pasien yang menelan kokain dibanding yang tidak menelannya.

Page 16: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

Antibiotik untuk Infeksi GigiUmumnya, infeksi gigi, terutama abses, memerlukan perawatan medis untuk menghentikan

pertumbuhan bakteri dan mencegah kerusakan gigi. Antibiotik biasanya diresepkan untuk

membunuh bakteri dan mencegah penyebaran infeksi gigi. Telah diamati bahwa infeksi gigi

yang parah bisa sampai ke rahang, paru-paru, dan otak, jika pengobatan tepat waktu tidak

diambil. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik sangat penting untuk menghentikan bakteri

dari mempengaruhi bagian lain dari tubuh. Antibiotik yang membantu dalam mengalahkan

infeksi gigi adalah sebagai berikut :

Amoksisilin

Klindamisin

Eritromisin (E-Mycin)

Metronidazol

Penisilin

Antibiotik membunuh bakteri, sehingga mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan.

Antibiotik diberikan untuk pengobatan infeksi gigi tersedia dalam bentuk pil. Obat oral ini

biasanya diambil selama kurang lebih 7-10 hari.

Infeksi Gigi Geraham Bungsu

Orang-orang yang memerlukan operasi pengangkatan gigi geraham bungsu disarankan untuk

minum antibiotik sehingga untuk membersihkan atau melemahkan infeksi. Operasi ini sering

ditunda sampai infeksi bakteri dapat dikendalikan. Mengambil antibiotik sebelum operasi

sering membantu untuk mencegah kambuhnya infeksi setelah operasi.

Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, seseorang tidak bisa sepenuhnya bergantung pada

obat-obatan untuk menyembuhkan atau menghentikan penyebaran infeksi. Penggunaan

antibiotik dapat diikuti oleh pencabutan gigi atau perawatan saluran akar seperti yang

direkomendasikan oleh dokter. Obat penghilang rasa sakit juga dapat diambil untuk

mengurangi rasa sakit yang dialami.

Page 17: Sistem Saraf Otonom &Antiboti

Efek Samping

Meskipun antibiotik memainkan peran besar untuk nyeri mereda dan menghentikan

pertumbuhan bakteri, obat-obat ini dapat membawa masalah kesehatan beberapa juga.

Namun, efek samping yang serius yang disebabkan oleh obat oral sangat jarang, beberapa di

antaranya diberikan di bawah ini :

Kerusakan hati

Diare yang berlangsung selama beberapa hari

Reaksi alergi

Dalam kebanyakan kasus, orang yang memakai antibiotik untuk mengobati infeksi gigi

menderita efek ringan yang bersifat sementara dan bukan merupakan penyebab

kekhawatiran. Biasanya, pengobatan tidak diperlukan karena efek samping yang disebutkan

di bawah ini, akan lenyap dengan sendirinya. Selama pengobatan, asupan yogurt pasti akan

membantu untuk meminimalkan efek samping.

Sakit perut

Rasa Tidak enak di mulut

Infeksi jamur pada vagina

Saran untuk Diingat

Pemakaian antibiotik tidak boleh dihentikan mendadak tanpa konsultasi dokter gigi.

Menginformasikan dokter mengenai efek sampingnya jika Anda mengalaminya. Dia

mungkin memberi saran untuk mengurangi dosis atau meresepkan beberapa obat lain.

Bahkan setelah infeksi telah dibersihkan, kita mungkin harus minum antibiotik (untuk jangka

pendek), untuk mencegah kambuhnya infeksi. Menjaga kebersihan mulut yang meliputi

menyikat gigi dua kali sehari, flossing dan berkumur (membilas mulut) segera setelah makan

dan makanan ringan, adalah kunci untuk kesehatan gigi.

Page 18: Sistem Saraf Otonom &Antiboti