Download docx - Makalah Seminar JADI

Transcript
Page 1: Makalah Seminar JADI

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN

KETEBALAN EPITEL LUKA BAKAR DERAJAT II AMakalah Seminar

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Integumen

Disusun oleh :Kelompok G

Anggota:

Cici Cahyani B (213113049) Selvi Apriyani (213113025)

Risha SenyaM (213113043) Indri Noviani (213113067)

Afni Noor F (213113011) M.Abdunur S (213113073)

Arni Liestia (213113076) Dicky Reza P (213113055)

Moch. Zenal A (213113042) Agus Rohman (213113077)

Siska S.Z (213113087) Ike Nurjanah

(213113051)

Yayang S G (213113086) Ghina FS (213113027)

Affan Musthafa (213113109) Vikria Nur (213113032)

Yudi Gunawan (213113107)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANSTIKES JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI

2015

Page 2: Makalah Seminar JADI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan

hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ” Pengaruh

Pemberian Ekstrak daun sirih hijau (piper betle l.) Topikal Terhadap peningkatan

ketebalan epitel luka bakar derajat II A” dengan baik dan lancar.

Makalah ini menampilkan rangkuman materi pokok dengan sajian kompetensi

yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pokok-pokok

materi yang telah dipelajari. Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa

dalam kegiatan belajar guna meraih prestasi belajar yang maksimal.

Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing Sistem Integumen

yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun

makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari mahasiswa akan kami terima

dengan senang hati, guna penyempurnaan makalah ini berikutnya.

Penyusun

i

Page 3: Makalah Seminar JADI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................................1

B. Tujuan..........................................................................................................................................2

C. Sistematika Penulisan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN JURNAL………………………………………………………..................3

A. Pembahasan Jurnal.......................................................................................................................3

1. Hasil Penelitian........................................................................................................................3

2. Analisa Data............................................................................................................................5

3. Pembahasan.............................................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN TEORI………………………………………………………....................10

A. Konsep Luka Bakar....................................................................................................................10

1. Pengertian Luka Bakar..........................................................................................................10

2. Etiologi..................................................................................................................................11

3. Patofisiologi...........................................................................................................................12

4. Manifestasi Klinis..................................................................................................................16

5. Penyembuhan luka combustio/ luka bakar............................................................................17

6. Luas Luka Bakar....................................................................................................................18

7. Komplikasi............................................................................................................................19

8. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar.....................................................................................21

9. Penatalaksanaan Luka Bakar.................................................................................................22

B. Implikasi Keperawatan..............................................................................................................29

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………………...32

A. Kesimpulan................................................................................................................................32

B. Saran..........................................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………33

ii

Page 4: Makalah Seminar JADI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka Bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan

perawat.  Jenis yang berat memperlihatkan morbilitas dan derajat cacat yang

relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan

dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung

atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan

kimia.(Elizabeth,2009)

Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan

rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-

sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad,

2001)

Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya Luka Bakar berat)

memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan

tersendiri karena angka morbilitas dan mortalitas yang cukup tinggi.Di Amerika

dilaporkan sekitar 2–3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian

sekitar 5–6 ribu kematian pertahun.Di Indonesia sampai saat ini belum ada

laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka

kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun

2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka

kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun

2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan

luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas

dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo,

2001)

Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung

dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan

1

Page 5: Makalah Seminar JADI

sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan

pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian

bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang

lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk

mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan

masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.

(Elizabeth,2009)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dari penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti,

memahami dan memperoleh gambaran tentang efek ekstrak daun sirih hijau

(Piperbetle Linn) topikal terhadap peningkatan ketebalan epitel pada luka

bakar derajat II A.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui perawatan luka bakar dengan ekstrak daun sirih.

b. Untuk mengetahui kadar yang terkandung pada daun sirih.

c. Untuk mengetahui tingkat keefektifan perawatan luka bakar dengan daun

sirih.

d. Untuk mengetahui masa penyembuhan luka bakar dengan menggunakan

daun sirih.

C. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini

secara ringkas yang terbagi 4 bab, yaitu:

BAB I: Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Pembahasan Jurnal yang terdiri dari

BAB III: Pembahasan Teori yang terdiri dari Konsep Luka bakar, Intervensi

Jurnal, dan Implikasi Keperawatan.

BAB IV: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

2

Page 6: Makalah Seminar JADI

BAB II

PEMBAHASAN JURNAL

A. Pembahasan Jurnal

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 14 hari mulai tanggal 27 Januari

sampai 12 Februari 2013 di Laboratorium Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya. Pada hari ke 15 dilakukan pengukuran

ketebalan dengan hasil seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan ketebalan epitel pada hari ke 15 pasca perlakuan.

(Pewarnaan HE perbesaran 100 kali)

3

A B

C D

Page 7: Makalah Seminar JADI

Keterangan :

Garis kuning menunjukkan tebal epitel yang dikur pada tiap-tiap

perlakuan.

a. Kelompok kontrol perawatan dengan Normal Salin 0,9%.

b. Kelompok perawatan ekstrak daun sirih hijau 15%.

c. Kelompok perawatan ekstrak daun sirih hijau 30%.

d. Kelompok perawatan ekstrak daun sirih 45%.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian efek pemberian ekstrak daun

sirih hijau topical dengan dosis 15%, 30%, 45% terhadap ketebalan epitel

pada hari ke- 15 setelah perawatan luka bakar. Tabel 1 merupakan tabel

yang menunjukkan adanya perbedaan ketebalan epitel antara tiap-tiap

kelompok perlakuan dengan ekstrak daun sirih hijau dan kontrol dengan

NS.

Tabel 1. Rata- rata Ketebalan Epitel Pada Masingmasing

Perlakuan Secara Kuantitatif.

Kelompok pelakun Rata-rata TebalEpitel TiapKelompok

Perlakuan (μm)

Standar Deviasi

NS 94,2533 14,39283

EDS 15% 137,3983 32,54181

EDS 30% 114,9050 24,11432

EDS 45% 100,8417 21,67800

Pada kelompok perawatan luka dengan ekstrak daun sirih 15%

didapatkan rata-rata ketebalan epitel paling tebal yakni sebesar 137,3983

μm dibandingkan kelompok perawatan luka dengan ekstrak daun sirih

dosis 30%, 45% dan dengan Normal salin. Pada kelompok kontrol negatif

perawatan luka dengan NS saja didapatkan rata-rata ketebalan epitel

paling rendah sebesar 94,2533μm.

4

Page 8: Makalah Seminar JADI

Tabel 2. Homogenous Subsets

Jenis Perlakuan Subset for alpha = 0.05

1 2

NS 94.25

EDS 45% 100.84 100.84

EDS 30% 114.90 114.90

EDS 15% 137.39

Hasil uji korelasi-regresi menunjukkan angka korelasi negative sebesar

Hasil uji korelasi-regresi menunjukkan angka korelasi negative sebesar

0.583 (r=0.70- 1.00) yang berarti terdapat korelasi substansial pada

pemberian ekstrak daun sirih hijau topical terhadap ketebalan epitel pasca

luka bakar derajat II A. Angka korelasi negatif berarti hubungan bersifat

tidak searah yaitu jika konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)

topikal semakin besar maka tebal epitel semakin kecil.

2. Analisa DataDari hasil uji normalitas data setelah dilakukan test one-

Sample Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p-value sebesar, 902

(p>0.05) yang menunjukkan data terdistribusi normal. Pada Test of

Homogenity of Variance didapatkan nilai p-value sebesar 0,119 (p>0.05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tebal epitel pada semua kelompok

memiliki variasi yang sama (homogen).

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah

sebesar 3,773 dengan signifikansi 0,027 (p<0.05) atau dapat dikatakan

terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan 1, perlakuan 2,

perlakuan 3, dan perlakuan 4.

Tabel 2 merupakan hasil uji Post Hoc Tukey HSD yang

menunjukkan bahwa EDS 30% (perlakuan 2), EDS 45% (perlakuan 3)

dan NS(perlakuan 4) berada pada subset 1, artinya perlakuan 2,3 dan 4

tidak berbeda secara signifikan. Ketebalan epitel setelah diberi perlakuan

5

Page 9: Makalah Seminar JADI

2 tidak berbeda dengan ketebalan epitel yang diberi perlakuan 3 dan 4.

Sedangkan EDS 15% (perlakuan 1) dan NS (perlakuan 4) berbeda secara

signifikan.

Tabel 2. Homogenous Subsets

Jenis Perlakuan Subset for alpha = 0.05

1 2

NS 94.25

EDS 45% 100.84 100.84

EDS 30% 114.90 114.90

EDS 15% 137.39

Hasil uji korelasi-regresi menunjukkan angka korelasi negative sebesar

0.583 (r=0.70-1.00) yang berarti terdapat korelasi substansial pada

pemberian ekstrak daun sirih hijau topical terhadap ketebalan epitel pasca

luka bakar derajat II A. Angka korelasi negatif berarti hubungan bersifat

tidak searah yaitu jika konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)

topikal semakin besar maka tebal

epitel semakin kecil.

3. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun

sirih hijau (Piper betle Linn) topikal terhadap peningkatan ketebalan

epitel pada luka bakar derajat II A. Pemilihan daun sirih hijau ini

dilakukan karena tanaman sirih hijau banyak ditemukan di Indonesia

namun penggunaannya masih terbatas sebagai antiseptik dan belum ada

yang memanfaatkan secara optimal untuk menyembuhkan luka pada

umumnya dan luka bakar khususnya. Daun sirih memiliki kandungan

kimia seperti minyak atsiri yang memberi bau khas pada tanaman sirih,

flavonoid, saponin, dan tannin yang mampu membantu proses

penyembuhan luka melalui beberapa mekanisme seluler.

6

Page 10: Makalah Seminar JADI

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun sirih

hijau yang diekstrak dengan etanol 95% dengan metode maserasi. Etanol

dipilih sebagai pelarut dalam proses ekstraksi karena kandungan zat aktif

yang terdapat dalam daun sirih hijau lebih mudah tersari jika

menggunakan pelarut tersebut (Poeloengan dkk, 2006). Sedangkan

metode maserasi digunakan karena metode ini dinilai lebih efektif dan

mudah bila diaplikasikan ke masyarakat.

Penelitian ini menggunakan tiga konsentrasi ekstrak daun sirih

yang dipilih berdasarkan studi pendahuluan. Berdasarkan studi

pendahuluan tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih dengan

konsentrasi 30% mempunyai kemampuan mempercepat penyembuhan

luka yang optimal. Berdasarkan penelitian tersebut dipilih tiga

konsentrasi ektrak daun sirih yaitu 15%, 30%, dan 45% serta kelompok

kontrol negatif menggunakan Normal Saline 0,9%. Konsentrasi 15% dan

45% diberikan sebagai konsentrasi yang diambil dari setengah di atas dan

di bawah konsentrasi optimal.

Epitel adalah lembaran sel yang menutupi permukaan luar

tubuh, melapisi rongga dalam, membentuk berbagai organ, dan melapisi

salurannya. Epitel memiliki fungsi antara lain untuk menahan gesekan,

memberi perlindungan terhadap terjadinya abrasi, desikasi, atau invasi

bakteri pada tubuh (Eroschenko, 2003). Saat terjadi luka dengan

ketebalan parsial yang mencapai epitel akan sembuh melalui proses

epitelisasi. Terdapat dua fenomena utama dalam proses epitelisasi yaitu

migrasi dan mitosis. Proses migrasi sel epitel selalu dimulai dari stratum

basalis dari epitel dan kelenjar sebasea serta folikel rambut yang terletak

lebih dalam. Sel-sel tersebut akan memipih dan membentuk

tonjolantonjolan ke jaringan sekitarnya. Sel-sel ini juga akan kehilangan

perlekatan dengan sel basal di dekatnya, dan mulai bermigrasi. Beberapa

hari setelah bermigrasi sel-sel tersebut akan mulai berhenti migrasi dan

memulai membelah diri. Beberapa faktor pertumbuhan turut merangsang

7

Page 11: Makalah Seminar JADI

migrasi dan mitosis sel-sel epitel. Faktor-faktor yang mempengaruhi

antara lain Fibroblast Growth Factor (FGF), Plateletderived Growth

Factor (PDGF), Transforming Growth Factor-alfa (TGF-alfa), dan

Epidermal Growth Factor (EGF) (Schwartz, 2000).

Analisis data ketebalan epitel antara kelompok I (EDS 15%),

kelompok II (EDS 30%), kelompok III (EDS 45%), dan kelompok IV

atau kelompok kontrol (NS 0,9%) terdapat perbedaan bermakna.

Ketebalan epitel yang optimal ditunjukkan oleh ketebalan epitel yang

paling tebal yaitu pada kelompok yang diberi perawatan luka bakar

derajat II A menggunakan ekstrak daun sirih dosis 15% dimana rata-rata

ketebalan epitelnya mencapai 137,3983μm. Rata- rata ketebalan epitel

terendah sebesar 94,2533μm didapatkan pada kelompok perawatan luka

dengan normal salin 0,9%. Peningkatan ketebalan epitel pada kelompok

yang diberi perawatan dengan ekstrak daun sirih dosis 15% ini terjadi

dimungkinkan karena adanya kandungan yang terdapat dalam ekstrak

daun sirih seperti minyak atsiri, flavonoid, tannin, dan saponin membantu

proses penyembuhan luka sedangkan normal salin hanya berisi natrium

(Na) dan klorida (Cl) yang fungsinya hanya menjaga kelembapan luka.

Minyak atsiri yang terkandung dalam daun sirih mampu

melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Suliantari,

2009). Minyak atsiri secara kimiawi tersusun dari campuran dari senyawa

steroid dan senyawa lainnya yang berperan sebagai antibakteri dengan

cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel

sehingga tidak terbentuk atau terbentuk secara tidak sempurna (Parwata

dan Dewi, 2008).

Tannin berpotensi membantu proses penyembuhan luka

melalui beberapa mekanisme seluler, diantaranya: menangkal radikal

bebas dan meningkatkan oksigenasi, meningkatkan pembentukan

pembuluh darah dan fibroblast, deposisi kolagen, pembentukan jaringan

granulasi, epitelisasi, dan meningkatkan kontraksi luka melalui sifat

8

Page 12: Makalah Seminar JADI

astringent yang dimilikinya (Li et al., 2011; Lai et al., 2011). Peningkatan

ketebalan epitel yang mencapai puncak pada hari ke-14 disebabkan

adanya fibroblast yang banyak bermigrasi pada area luka terutama hari ke

7- 14 dan perlekatan antara kolagen dan fibroblast di tepi epitel luka

(Sezer, 2007).

Flavonoid dan tannin masuk dalam kelompok polifenol,

dimana polifenol telah dikenal berpotensi sebagai antioksidan

berhubungan dengan kemampuannya dalam melawan radikal bebas. Sifat

flavonoid dan tannin sebagai antioksidan dapat melindungi fibroblast dari

kerusakan oksidatif. Apabila fibroblast terlindung, maka fibroblast dapat

banyak bermigrasi ke area luka dan dapat terjadi perlekatan antara

kolagen dan fibroblast pada tepian luka sehingga epitel dapat menebal

khususnya pada hari ke 7-14.

Saponin merupakan sebuah kelompok dari fitoantisipin yang

terdapat di tumbuhan dan memegang peranan penting dalam pertahanan

tumbuhan. Saponin diketahui dapat membantu proses penyembuhan luka

sehubungan dengan sifat antioksidan dan antimikroba yang dimilikinya.

Saponin terbukti mampu meningkatkan daya rentang, konten kolagen,

dan proses epitelisasi (Khan, 2012).

Vitamin A dan C yang terkandung dalam daun sirih mampu

mempengaruhi proses penyembuhan luka. Pada proses penyembuhan

luka, vitamin A berperan meningkatkan pembentukan kolagen,

diferensiasi sel epitel, dan meningkatkan imunitas. Selain itu, vitamin A

berperan mempercepat fase inflamasi ke fase proliferasi dengan

meningkatkan monosit dan makrofag ke daerah luka (Jeffcoate et al.,

2004).

Pada kelompok perawatan luka esktrak daun sirih hijau

konsentrasi 30% dan 45% menunjukkan tidak adanya perbedaan yang

signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan NS 0,9%.

Menurut penelitian yang dilakukan Sari, 2010 dosis yang tinggi dalam

9

Page 13: Makalah Seminar JADI

ekstrak daun sirih dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa,

menimbulkan peradangan, dan memicu terjadinya nekrosis pada sel

epitel. Minyak atsiri dosis tinggi dalam daun sirih dapat mengiritasi kulit,

selain itu saponin juga dapat mengakibatkan terjadinya hemolisis.

Flavonoid juga dalam jumlah yang besar dapat menghambat proliferasi

sel (Ramadhani, 2009).

Dengan melihat fakta hasil penelitian maka dapat disimpulkan

bahwa ekstrak daun sirih hijau secara topikal dapat meningkatan

ketebalan epitel pada luka bakar derajat II A dengan dosis 15% sebagai

dosis optimal.

10

Page 14: Makalah Seminar JADI

BAB III

PEMBAHASAN TEORI

A. Konsep Luka Bakar

1. Pengertian Luka Bakar

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari

suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh

hantaran/radiasi electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan

kimia, listrik dan radiasi (Moenajar, 2002).

Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia

atau radio aktif (Wong, 2003).

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan

yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air

panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang

disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat

dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan

menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam

menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga

terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses

penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan

luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak,

semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat,

2003).

2. Etiologi

Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik

secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas

yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan

11

Page 15: Makalah Seminar JADI

suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat

menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka

bakar dapat dibagi menjadi:

a. Paparan api

1) Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api

terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut.

Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai

tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar,

sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan

menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.

2) Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan

benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh

yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar

akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.

b. Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan

dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang

akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat

dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan,

luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain

dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja,

luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola

sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.

c. Uap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan

radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas

panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi.

Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga

ke saluran napas distal di paru.

12

Page 16: Makalah Seminar JADI

d. Gas panas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas

bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.

e. Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus

jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam.

Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat

menyebabkan luka bakar tambahan.

f. Zat kimia (asam atau basa)

g. Radiasi

h. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

3. Patofisiologi

Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu

sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau

radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,

denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas

atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk

organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau

kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ

dapat terjadi.

Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar

dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit

dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full

thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh

luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup

hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat

penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta

hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat

adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler

13

Page 17: Makalah Seminar JADI

dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang

intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada

volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan

cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus

turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf

simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi

dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah

perifer menurunkan curah jantung.

Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24

hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya

dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler,

syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam

kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema

akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap

pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan

obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini

dinamakan sindrom kompartemen.

Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat

terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24

jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka

bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi.

Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar,

hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.

Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan

tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat

kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi

karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup

trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin

memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.

14

Page 18: Makalah Seminar JADI

Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,

konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat

hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai

akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah

pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila

aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan

mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut

tubuler dan gagal ginjal.

Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-

faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta

komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.

Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk

mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan

pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar

menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya

menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.

15

Page 20: Makalah Seminar JADI

4. Manifestasi KlinisKedalaman Dan Penyebab Luka

Bakar

Bagian Kulit Yang Terkena

GejalaPenampilan

LukaPerjalanan

Kesembuhan

Derajat Satu

(Superfisial):

tersengat matahari,

terkena api dengan

intensitas rendah

Epidermis Kesemutan,

hiperestesia

(supersensivita

s), rasa nyeri

mereda jika

didinginkan

Memerah,

menjadi putih

ketika ditekan

minimal atau

tanpa edema

Kesembuhan

lengkap dalam

waktu satu

minggu, terjadi

pengelupasan

kulit

Derajat Dua

(Partial-

Thickness):

tersiram air

mendidih,

terbakar oleh

nyala api

Epidermis dan

bagian dermis

Nyeri,

hiperestesia,

sensitif

terhadap udara

yang dingin

Melepuh, dasar

luka berbintik-

bintik merah,

epidermis retak,

permukaan luka

basah, terdapat

edema

Kesembuhan

dalam waktu

2-3 minggu,

pembentukan

parut dan

depigmentasi,

infeksi dapat

mengubahnya

menjadi

derajat-tiga

Derajat Tiga (Full-

Thickness):

terbakar nyala api,

terkena cairan

mendidih dalam

waktu yang lama,

tersengat arus listrik

Epidermis,

keseluruhan

dermis dan

kadang-kadang

jaringan

subkutan

Tidak terasa

nyeri, syok,

hematuria

(adanya darah

dalam urin)

dan

kemungkinan

pula hemolisis

(destruksi sel

darah merah),

kemungkinan

Kering, luka bakar

berwarna putih

seperti bahan kulit

atau gosong, kulit

retak dengan bagian

lemak yang tampak,

terdapat edema

Pembentukan

eskar,

diperlukan

pencangkokan,

pembentukan

parut dan

hilangnya

kontur serta

fungsi kulit,

hilangnya jari

tangan atau

17

Page 21: Makalah Seminar JADI

terdapat luka

masuk dan

keluar (pada

luka bakar

listrik)

ekstrenitas

dapat terjadi

5. Penyembuhan luka combustio/ luka bakar

Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan

luka yang dapat dibagi dalam 3 fase:

a. Fase inflamasi

Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari

pasca luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan

proliferasi seluler. Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan

mengeluarkan serotonin, mulai timbul epitelisasi.

b. Fase proliferasi

Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi

proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga.

Pada fase proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen,

membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol

halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal

terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru

dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau

datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan mulailah proses pematangan.

c. Fase maturasi

Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula

penurunan aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan

sampai lebih dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda

radang. Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna

pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.

18

Page 22: Makalah Seminar JADI

6. Luas Luka Bakar

Berat luka bakar (Combustio) bergantung pada dalam, luas, dan letak

luka. Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi

prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka

bakar.

Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas

46oC. Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan

lamanya kontak. Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak.

Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga

meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma meningkat

dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat

menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang

hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan

peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan

mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin

kompleks.  Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh

tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar,

yaitu:

a. Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.

Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas

luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.

b. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher,

dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan,

ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan,

serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah

daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan

tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

19

Page 23: Makalah Seminar JADI

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang

terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:

1) Kepala dan leher                                     : 9%

2) Lengan masing-masing 9%                       : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai maisng-masing 18%                    : 36%

5) Genetalia/perineum                                   : 1%

6) Total         : 100%

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif

permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki

lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak

kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk

anak.

c. Metode Lund dan Browder

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi

massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi

besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel

tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan

‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:

1) Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%.

Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.

2) Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap

tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai

nilai dewasa.

7. Komplikasi

a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal

b. Sindrom kompartemen

c. Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan

integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir

20

Page 24: Makalah Seminar JADI

kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan

meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang

melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada

ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi

iskemia.

d. Adult Respiratory Distress Syndrome

e. Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan

pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.

f. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling

g. Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda

ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat

mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat

stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai

oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang

berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.

h. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan

hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat.

Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan

status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan

darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi

denyut nadi.

i. Gagal ginjal akut

j. Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan

yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis

dalam urine.

21

Page 25: Makalah Seminar JADI

8. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar

a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya

pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%

mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat

menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat

terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas

terhadap pembuluh darah.

b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi

atau inflamasi.

c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan

cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan

tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon

monoksida.

d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan

dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal

mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi

saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

e. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan

cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

f. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan

perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

g. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon

stress.

h. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada

edema cairan.

i. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau

fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

j. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek

atau luasnya cedera.

22

Page 26: Makalah Seminar JADI

k. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau

distritmia.

l. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka

bakar.

9. Penatalaksanaan Luka Bakar

Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik.

Prioritas utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi

yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea

dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau kecurigaan

adanya jejas inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas. Intubasi dapat

tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian cairan

resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi

orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.

Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi

awal yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia

sistemik pada pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas

tersembunyi‟. Oleh karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas

berikutnya adalah mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma

tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka

bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan adanya jejas

inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu, penggunaan obat, dan alergi

juga penting da Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal,

pelvis, dan torak dapat membantu mengevaluasi adanya kemungkinan

trauma tumpul.

Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi.

Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum

dilakukan transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan

jika diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.

lam evaluasi awal.

23

Page 27: Makalah Seminar JADI

Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.

Tatalaksana resusitasi luka bakar

a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

1) Intubasi

Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa

menimbulkan manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi

mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan jalan

nafas.

2) Krikotiroidotomi

Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu

agresif dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi.

Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar tidal

volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien

dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.

3) Pemberian oksigen 100%

Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat

patologi jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati

dalam pemberian oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan

stress oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang bersifat

vasodilator dan modulator sepsis.

4) Perawatan jalan nafas

5) Penghisapan sekret (secara berkala)

6) Pemberian terapi inhalasi

Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik

didalam lumen jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga

mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan

dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan bronkodilator bila

perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-zat dengan khasiat tertentu

seperti atropin sulfat (menurunkan produksi sekret), natrium

24

Page 28: Makalah Seminar JADI

bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih

kontroversial)

7) Bilasan bronkoalveolar

8) Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

9) Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki

kompliansi paru

b. Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang

adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional,

sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain

itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas

yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi

intravaskular untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta

meminimalisasi respons inflamasi dan hipermetabolik dengan

menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai macam cairan

seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu yang

tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat

mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi

fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada

beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

1) Cara Evans

a) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

b) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam cc

glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.

Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan

setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan

setengah jumlah cairan hari kedua.Cara Baxter

2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

25

Page 29: Makalah Seminar JADI

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.

Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan

setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan

setengah jumlah cairan hari kedua.

c. Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya

dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak

sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT).

Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%

karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat

meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili

usus.

d. Terapi pembedahan pada luka bakar

1) Eksisi dini

Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan

debris (debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari

(biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini

adalah:

Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat.

Dengan dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses

inflamasi tidak akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan

proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi

edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat

mengakibatkan terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun

menghambat proses penyembuhan dari luka tersebut. Dengan semakin

lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga waktu yang

diperlukan untuk penyembuhan.

Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi

komplikasi – komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan

26

Page 30: Makalah Seminar JADI

atas jaringan nekrosis yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein

complex) yang menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.

Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya

proses angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal

ini mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan

operasi. Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko

kolonisasi mikro – organisme patogen yang akan menghambat

pemulihan graft dan juga eskar yang melembut membuat tindakan

eksisi semakin sulit.

Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan

pemberian cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk

mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam dan derajat III. Tindakan

ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin grafting” (dianjurkan

“split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak akan

mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas. Kriteria

penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

a) Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami

penyembuhan lebih dari 3 minggu.

b) Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.

c) Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.

d) Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka

yang timbul.

Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar

batang tubuh posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan

eksisi fasial.

Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan

yang terluka lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang

mengeluarkan darah (endpoint). Adapun alat-alat yang digunakan

dapat bermacam-macam, yaitu pisau Goulian atau Humbly yang

digunakan pada luka bakar dengan luas permukaan luka yang kecil,

27

Page 31: Makalah Seminar JADI

sedangkan pisau Watson maupun mesin yang dapat memotong

jaringan kulit perlapis (dermatom) digunakan untuk luka bakar yang

luas. Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi

25% dari seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil

perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet

sebelum dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine

1:100.000 pada daerah yang dieksisi. Setelah dilakukan hal-hal

tersebut, baru dilakukan “skin graft”. Keuntungan dari teknik ini

adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan keuntungan dari segi

kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan dengan jumlah yang

banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.

Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang

terluka sampai lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka

bakar dengan ketebalan penuh (full thickness) yang sangat luas atau

luka bakar yang sangat dalam. Alat yang digunakan pada teknik ini

adalah pisau scalpel, mesin pemotong “electrocautery”. Adapun

keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah:

a) Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak

banyak, endpoint yang lebih mudah ditentukan

b) Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera

pada saraf-saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian

distal dari eksisi

2) Skin grafting

Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan

dari metode ini adalah:

a) Menghentikan evaporate heat loss

b) Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan

waktu

c) Melindungi jaringan yang terbuka

28

Page 32: Makalah Seminar JADI

Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan

eksisi pada luka bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit

produk sintesis, kulit manusia yang berasal dari tubuh manusia lain

yang telah diproses maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari

pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah

donor autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan

kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara split thickness skin

graft atau full thickness skin graft. Bedanya dari teknik – teknik

tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor.

Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor

tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit

donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1

sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting.

Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan

dilakukan grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya

pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini

dapat dilakukan dengan mesin „dermatome‟ ataupun dengan manual

dengan pisau Humbly atau Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan

donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan juga

anestesi.

Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang

dihasilkan dari eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan

dan hematom setelah dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor

juga terhambat. Oleh karenanya, pengendalian perdarahan sangat

diperlukan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

penyatuan kulit donor dengan jaringan yang mau dilakukan grafting

adalah:

a) Kulit donor setipis mungkin

b) Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang

dilakukan grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :

29

Page 33: Makalah Seminar JADI

(1) Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut

tekan)

(2) Drainase yang baik

(3) Gunakan kasa adsorben

10. Daun sirih hijau Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih

berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat

keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung

runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang

sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 – 8 cm dan lebar 2 – 5 cm.

Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm

berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 – 3 cm

dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina

panjangnya sekitar 1,5 – 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai

lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni

berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan

berwarna coklat kekuningan.

11. Kandungan daun sirih hijau Menurut literatur, kandungan daun sirih sangat banyak. Beberapa

kandungan tersebut antara lain: minyak atsiri, fenil propana, estragol, kavicol,

hidroksikavicol, kavibetol, caryophyllene, allylpyrokatekol, cyneole,

cadinene, tanin, diastase, pati, terpennena, seskuiterpena, dan gula. Semua zat

itu, menyebabkan sirih seperti ditakdirkan menjadi tanaman yang dapat

menyehatkan manusia, karena kaya manfaat dan kegunaannya.

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang

(betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan chavicol

yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur.

Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan

cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan pendarahan, menyembuhkan

30

Page 34: Makalah Seminar JADI

luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat

mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan

menghentikan perdarahan.

12. Manfaat daun sirih hijauBeberapa khasiat dan kegunaan khusus yang terdapat pada daun sirih

hijau antara lain :

a. Cairan daun Sirih Hijau, bisa untuk obat semprot hama dan tidak

mematikan tanaman. Penyakit dan kutu yang menyerang tanaman bisa

sirna.

b. Bisa untuk mengobati gigi dan gusi bengkak. Caranya mudah, kunyah

daun Sirih Hijau secukupnya. Atau berkumur dengan rebusan daun sirih

ini. Sakit gigi dan gusi bengkak, berangsur-angsur akan hilang.

c. Daun Sirih Hijau, dipercaya bisa untuk mengobati keputihan. Rebus

daunnya dengan porsi secukupnya. Bisa diminum, disamping itu airnya

untuk membasuh vagina.

d. Bagi mereka yang terkena sariawan, daun Sirih Hijau, bisa dijadikan

solusi yang baik. Kunyah daunnya atau kumur dengan rebusannya.

e. Bila secara rutin berkumur dengan rebusan Sirih Hijau, bau mulut tidak

sedap pun akan hilang.

f. Sirih Hijau, daunnya juga dipercaya bisa untuk mengobati demam

berdarah. Minum rebusan daunnya, bisa mematikan kuman penyebab

demam berdarah. Atau oleskan gilingan daun Sirih Hijau ke tubuh,

dibalurkan, nyamuk penyebab demam berdarah tidak berani

menggigitnya.

g. Meminum air rebusan bisa memperlancar haid yang tidak teratur

h. Bisa untuk mengobati Asma

i. Mengobati radang tenggorokan

j. Air rebusannya dapat digunakan untuk membersihkan mata

k. Dapat menghilangkan bau ketiak.

31

Page 35: Makalah Seminar JADI

l. Mampu mengobati luka bakar. Caranya ambil daun Sirih Hijau, panaskan

supaya layu, lalu tempelkan pada luka bakar.

m. Bila hidung keluar darah terus (mimisan), gulungan daun Sirih Hijau

yang disumpalkan di hidung, bisa membuat darah yang keluar pun

terhenti. Jadi bisa dijadikan obat mimisan.

n. Menghilangkan gatal-gatal di kulit. Caranya balurkan tumbukan daun

Sirih Hijau, ke bagian tubuh yang gatal-gatal, niscaya gatalnya jadi reda

atau bahkan hilang sama sekali.

o. Daun Sirih Hijau juga bisa untuk mengobati eksim, atau penyakit kulit

lainnya.

p. Tanaman Sirih Hijau, ternyata bisa mengusir semut, nyamuk, lalat dan

serangga lain. Di sekitar lokasi tanaman ini, semut dan serangga akan

menyingkir.

Yang perlu diingat, dalam menggunakan daun Sirih Hijau untuk

pengobatan, dosisnya jangan banyak-banyak. Segala sesuatu kalau terlalu

banyak, jelas tidak baik. Ambil maksimal tiga lembar daun yang lebar, untuk

direbus, bila mau diminum. Tiga lembar saja sudah cukup ampuh khasiatnya.

Kecuali untuk obat semprot hama, dosisnya bisa banyak. Itulah sedikit

gambaran manfaat dan khasiat daun Sirih Hijau. Selamat mempraktekkannya

Bung.

13. Cara penggunaan daun sirih hijau

Sirih dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan

tanaman obat lainnya. Berikut beberapa contoh penggunaan sirih:

a. Batuk

Rebus sebanyak 15 lembar daun sirih dengan tiga gelas air hingga tersisa

3/4-nya, minum ramuan tersebut dicampur dengan madu.

Alternatif :

Daun sirih 5 lembar Cengkeh, kapulaga, kemukus, masing-masing 11 biji

Kayu manis 1 jari tangan Cara membuat: Semua bahan setelah dicuci

32

Page 36: Makalah Seminar JADI

direbus dengan air sebanyak 2 gelas hingga airnya tinggal 1 ½ gelas.

Angkat dan saring.

Aturan minum :

1) Anak umur 1 s.d. 3 tahun 3 kali sehari 1 sendok makan.

2) Anak umur 4 s.d. 5 tahun 3 kali sehari 3 sendok makan

3) Anak umur 6 s.d. 11 tahun 3 kali sehari 5 sendok makan

Dewasa 3 kali sehari

b. Bau mulut dan kerusakan gigi

Ambil satu lembar daun sirih, kemudian cuci bersih dan kunyah daun

tersebut. Kunyah hingga beberapa menit dalam mulut, lalu diludahkan.

Lakukan 2-3 kali sehari. Alternatif : rebus 5-6 lembar daun sirih dengan 2

gelas air sampai mendidih. Dinginkan dan saring dan setelah itu untuk

kumur-kumur setiap pagi dan sore.

c. Bronchitis

Ambil 7 lembar daun sirih dan gula batu secukupnya, lalu rebus dengan

dua gelas air hingga tersisa satu gelas, kemudian minum sehari 3 X 1/3

gelas.

d. Pembengkakan gusi/mulut

Ambil 5 atau 6 l embar daun sirih, rebus dengan 3 gelas air sampai

mendidih. Angkat dan saring, garam. Lalu gunakan kumur-kumur 3 kali

sehari.

e. Menghilangkan bau badan

Ambil 5 lembar daun sirih, rebus dengan dua gelas air hingga menjadi

satu gelas, minum siang hari.

f. Pendarahan gigi geraham setelah cabut gigi

Ambil 10 lembar daun sirih, cuci dan rebus dengan air sebanyak 5 gelas

sampai mendidih. Angkat dan saring. Selanjutnya kumur dengan ramuan

tersebut setiap 1 jam satu kali. Ramuan ini juga dapat menghilangkan bau

mulut yang disebabkan oleh kerusakan gigi.

g. Luka Bakar

33

Page 37: Makalah Seminar JADI

Ambil daun sirih yang masih segar, lalu peras airnya, tambahkan sedikit

madu, dan bubuhkan di tempat yang luka bakar

h. Obat jerawat

Ambil 7-10 lembar daun sirih, lalu tumbuk sampai halus, seduh dengan

dua gelas air panas. Airnya dipakai untuk mencuci muka yang berjerawat.

Lakukan 2-3 kali sehari.

i. Keputihan dan gatal-gatal pada vagina

Rebus 10 lembar daun sirih dengan 2,5 liter air, gunakan air tersebut

untuk mencuci vagina saat kondisi air masih hangat.

Sedangkan untuk ramuan diminum, biasanya dikombinasikan dengan

kumis kucing, kunyit, tapak liman atau sambiloto.

j. Mengurangi produksi ASI berlebihan

Ambil beberapa lembar daun sirih, olesi dengan minyak kelapa,

hangatkan di atas api hingga menjadi layu, hangat-hangat tempelkan di

seputar payudara yang bengkak.

k. Hal Lain Seputar Daun Sirih

Penelitian di India, seperti dikutip dicantumkan dalam Indian Journal of

Pharmacology, menyebutkan daun sirih dapat meningkatkan kesuburan

pria. Penelitian ini menggunakan tikus sebagai uji coba. Tikus diberi

ekstrak daun sirih secara oral, dan ternyata pemberian dosis yang

meningkat menyebabkan penurunan jumlah sperma pada tikus.

B. Implikasi Keperawatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih hijau

(Piper betle Linn) topikal terhadap peningkatan ketebalan epitel pada luka

bakar derajat II A. Daun sirih memiliki kandungan kimia seperti minyak atsiri

yang memberi bau khas pada tanaman sirih, flavonoid, saponin, dan tannin

yang mampu membantu proses penyembuhan luka melalui beberapa

mekanisme seluler.

34

Page 38: Makalah Seminar JADI

Epitel adalah lembaran sel yang menutupi permukaan luar tubuh,

melapisi rongga dalam, membentuk berbagai organ, dan melapisi salurannya.

Epitel memiliki fungsi antara lain untuk menahan gesekan, memberi

perlindungan terhadap terjadinya abrasi, desikasi, atau invasi bakteri pada

tubuh (Eroschenko, 2003). Saat terjadi luka dengan ketebalan parsial yang

mencapai epitel akan sembuh melalui proses epitelisasi. Terdapat dua

fenomena utama dalam proses epitelisasi yaitu migrasi dan mitosis. Proses

migrasi sel epitel selalu dimulai dari stratum basalis dari epitel dan kelenjar

sebasea serta folikel rambut yang terletak lebih dalam. Sel-sel tersebut akan

memipih dan membentuk tonjolan-tonjolan ke jaringan sekitarnya. Sel-sel ini

juga akan kehilangan perlekatan dengan sel basal di dekatnya, dan mulai

bermigrasi. Beberapa hari setelah bermigrasi sel-sel tersebut akan mulai

berhenti migrasi dan memulai membelah diri. Beberapa faktor pertumbuhan

turut merangsang migrasi dan mitosis sel-sel epitel. Faktor-faktor yang

mempengaruhi antara lain Fibroblast Growth Factor (FGF), Plateletderived

Growth Factor (PDGF), Transforming Growth Factor-alfa (TGF-alfa), dan

Epidermal Growth Factor (EGF) (Schwartz, 2000).

Minyak atsiri yang terkandung dalam daun sirih mampu melawan

beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Suliantari, 2009). Minyak

atsiri secara kimiawi tersusun dari campuran dari senyawa steroid dan

senyawa lainnya yang berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu

proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau

terbentuk secara tidak sempurna (Parwata dan Dewi, 2008).

Tannin berpotensi membantu proses penyembuhan luka melalui

beberapa mekanisme seluler, diantaranya: menangkal radikal bebas dan

meningkatkan oksigenasi, meningkatkan pembentukan pembuluh darah dan

fibroblast, deposisi kolagen, pembentukan jaringan granulasi, epitelisasi, dan

meningkatkan kontraksi luka melalui sifat astringent yang dimilikinya (Li et

al., 2011; Lai et al., 2011). Peningkatan ketebalan epitel yang mencapai

puncak pada hari ke-14 disebabkan adanya fibroblast yang banyak bermigrasi

35

Page 39: Makalah Seminar JADI

pada area luka terutama hari ke 7- 14 dan perlekatan antara kolagen dan

fibroblast di tepi epitel luka (Sezer, 2007).

Flavonoid dan tannin masuk dalam kelompok polifenol, dimana

polifenol telah dikenal berpotensi sebagai antioksidan berhubungan dengan

kemampuannya dalam melawan radikal bebas. Sifat flavonoid dan tannin

sebagai antioksidan dapat melindungi fibroblast dari kerusakan oksidatif.

Apabila fibroblast terlindung, maka fibroblast dapat banyak bermigrasi ke

area luka dan dapat terjadi perlekatan antara kolagen dan fibroblast pada

tepian luka sehingga epitel dapat menebal khususnya pada hari ke 7-14.

Saponin merupakan sebuah kelompok dari fitoantisipin yang terdapat

di tumbuhan dan memegang peranan penting dalam pertahanan tumbuhan.

Saponin diketahui dapat membantu proses penyembuhan luka sehubungan

dengan sifat antioksidan dan antimikroba yang dimilikinya. Saponin terbukti

mampu meningkatkan daya rentang, konten kolagen, dan proses epitelisasi

(Khan, 2012).

Vitamin A dan C yang terkandung dalam daun sirih mampu

mempengaruhi proses penyembuhan luka. Pada proses penyembuhan luka,

vitamin A berperan meningkatkan pembentukan kolagen, diferensiasi sel

epitel, dan meningkatkan imunitas. Selain itu, vitamin A berperan

mempercepat fase inflamasi ke fase proliferasi dengan meningkatkan monosit

dan makrofag ke daerah luka (Jeffcoate et al., 2004).

Dengan melihat fakta hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

ekstrak daun sirih hijau secara topikal dapat meningkatan ketebalan epitel

pada luka bakar derajat II A dengan dosis 15% sebagai dosis optimal.

36

Page 40: Makalah Seminar JADI

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan

bahwa: Pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dosis 15% mampu

meningkatkan ketebalan epitel pada tikus Wistar yang diinduksi luka bakar

derajat II A sebesar 137,3983μm dibandingkan dengan NS 0,9%. Dan dosis

ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 30% dan 45% tidak meningkatkan ketebalan

epitel luka bakar derajat II A secara signifikan jika dibandingkan dengan

perawatan menggunakan Normal Salin 0,9%.

B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :

1. Efek samping pemberian ekstrak daun sirih sebagai terapi pada luka bakar.

2. Dosis efektif ekstrak daun sirih hijau dalam rentang dosis yang lebih rendah.

3. Pengaruh ekstrak daun sirih dibandingkan silver sulfadiazine dalam

perawatan luka bakar derajat II A.

37

Page 41: Makalah Seminar JADI

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.

Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 – 779.

Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya

38