ASKEP GADAR HIPERGLIKEMIA/DIABETES MELITUS
SINDROM
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002)
dan Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002) serta Diabetes Melllitus adalah
keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop electron (Kapita Selekta Kedokteran jilid 1)
Dapat kami simpulkan bahwa Hiperglikemia sindrom/ Diabetes sindrom adalah
suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh peningkatan
kadar gula darah akibat kekurangan insulin yang akan mengakibatkan gangguan hormonal,
yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh
darah, disertai lesi pada membrane basalis.
B. Klasifikasi
1. IDDM ( INSULIN DEPENDENT DIABETES MELITUS )
Sangat tergantung pada insulin. Disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas
karena reaksi autoimin sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin alami untuk
mengontrol kadar glukosa darah.
2. NIDDM ( NON INSULIN DEPENDENT DIABETES MELITUS )
Tidak tergantung insulin. Diabetes ini dsebabkan oleh gangguan metabolisme
dan penurunan fungsi hormon insulin dalam mengontrol kadar glukosa darah dan hal
ini bisa terjadi karena faktor genetik dan juga dipicu oleh pola hidup yang tidak sehat.
3. GESTATIONAL DIABETES
Disebabkan oleh gangguan hormonal pada wanita hamil. Diabetes melitus
( gestational diabetes mellitus, GDM) juga melibatkan suatu kombinasi dari
kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, sama dengan
jenis-jenis kencing manis lain. Hal ini dikembangkan selama kehamilan dan dapat
meningkatkan atau menghilang setelah persalinan. Walaupun demikian, tidak
menutup kemungkinan diabetes gestational dapat mengganggu kesehatan dari janin
atau ibu, dan sekitar 20%–50% dari wanita-wanita dengan Diabetes Melitus
gestational sewaktu-waktu dapat menjadi penderita.
C. Etiologi
1. DM type 1
a. Faktor genetik
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang
penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.
Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen
untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
b. Faktor-faktor imunologik
Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana sel-sel beta
dihancurkan oleh antibodi karena dianggap sebagai sel asing
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta. Beberapa contoh dari virus dan toksin tersebut, antara lain :
1) Virus & Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta. Diabetes
mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM
2) Bahan toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan,
pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan
lain adalah sianida yang berasal dari singkong
2. DM tye 2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Gestasional
Diabetes Gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum
kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon
plasenta. Setelah melahirkan bayi, kadar glukosa darah akan kembali normal
D. Patofisiologi
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa
dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah hormon yang dilepaskan
oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang
normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi.
Pada Diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun,
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini
menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolic akut seperti
diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketonik (HHNK).
Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang
kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). Diabetes
juga disertai dengan peningkatan insiden penyakit makrovaskuler yang mencangkup infark
miokardium, stroke, dan penyakit vaskuler perifer
E. Manifestasi klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanyaakan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah
cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan
lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
F. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes ada beberapa yaitu :
a. Jangka pendek:
Hipoglikemia
Ketoasidosis diabetik
Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik
b. Jangka panjang
Retinopati
Nefropati
Neuropati : polineuropati sensori(neuropati perifer), neuropati cranial, dan
neuropati otonom
G. Pemeriksaan Diagnosis
1. Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dL, atau lebih
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330mOsm/l.
5. Elektrolit:
a. Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun.
b. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
c. Fosfor : lebih sering menurun.
d. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup
SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
6. Pemeriksaan mikroalbumin : Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskular
7. Nefropati Diabetik. Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes
adalah terjadinya nefropati diabetic, yang dapat menyebabkan gagal ginjal terminal
sehingga penderita perlu menjalani cuci darah atau hemodialisis.
8. Nefropati diabetic ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang berfungsi
sebagai alat penyaring.
9. Gangguan pada glomerulus ginjal dapat menyebabkan lolosnya protein albumin ke
dalam urine.
10. Adanya albumin dalam urin (=albuminoria) merupakan indikasi terjadinya nefropati
diabetic.
Manfaat pemeriksaan Mikroalbumin (MAU)
Diagnosis dini nefropati diabetik
Memperkirakan morbiditas penyakit kardiovaskular dan mortalitas pada pasien
DM
Jadwal pemeriksaan Mikroalbumin
Untuk DM Tipe 1, diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5 tahun didiagnosis
DM
Untuk DM tipe 2,
a. Untuk pemeriksaan awal setelah diagnosis ditegakkan
b. Secara periodic setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter
11. Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C
Dapat Memperkirakan Risiko Komplikasi Akibat DM
HbA1c atau A1C Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa
dengan hemoglobin (glycohemoglobin)
a. Jumlah A1C yang terbentuk, tergantung pada kadar glukosa darah
b. Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel darah
merah)
c. Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata dalam jangka waktu 2-3
bulan sebelum pemriksaan
Manfaat pemeriksaan A1C
Menilai kualitas pengendalian DM
Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu dijalankan
Tujuan Pemeriksaan A1C
Mencegah terjadinya komplikasi (kronik) diabetes karena :
A1C dapat memperkirakan risiko berkembangnya komplikasi Diabetes
Komplikasi diabetes dapat muncul jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi
dalam jangka panjang
Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang (2-3 bulan) dapat
diperkirakan dengan pemeriksaan A1C
Jadwal pemeriksaan A1C
Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM dipastikan
Secara periodic (sebagai bagian dari pengelolaan DM) yaitu :
a. Setiap 3 bulan (terutama bila sasaran pengobatan belum tercapai)
b. Minimal 2 kali dalam setahun.
H. Askep
1. Pengkajian ( Primer assessment/primer survey )
a. ( Primer assessment/primer survey )
b. Keluhan Utama
1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit, Keluhan yang paling utama di
keluhkan oleh pasien sehingga masuk rumah sakit
2) Keluhan saat pengkajian, Keluhan yang dikeluhkan pasien saat dilakukan
pengkajian
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Terdahulu, Catatan tentang penyakit yang pernah dialami
pasien sebelum masuk rumah sakit
2) Riwayat Penyakit Sekarang, Catatan tentang penyakit yang dialami pasien saat
ini (saat pengkajian)
3) Riwayat Penyakit Keluarga, Catatan tentang penyakit keluarga pasien yang
berhubungan dengan penyakit saat ini
2. Analisa Data
a. Data Subyektif ( yang kita lihat )
b. Data Obyektif
Primary survey
1) Airway : --
2) Breathing: hiperventilasi, napas bau aseton
3) Circulation: lemah, tampak pucat ( disebabkan karena glukosa Intra Sel
Menurun sehingga Proses Pembentukan ATP/Energi Terganggu)
4) Disability: perubahan kesadaran (jika sudah terjadi ketoasidosis metabolik)
Secondary assesment
1) Exposure: -
2) Five Intervension: Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dL, atau lebih,
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok, Asam lemak bebas : kadar
lipid dan kolesterol meningkat, Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya
kurang dari 330mOsm/l, Elektrolit : Natrium: mungkin normal, meningkat atau
menurun, Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun, Fosfor : lebih sering menurun, Hemoglobin
glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan
kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan
karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
3) Pemeriksaan mikroalbumin, Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan
kardiovaskular
4) Nefropati Diabetik, Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
diabetes adalah terjadinya nefropati diabetic, yang dapat menyebabkan gagal
ginjal terminal sehingga penderita perlu menjalani cuci darah atau hemodialisis.
Nefropati diabetic ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang berfungsi
sebagai alat penyaring. Gangguan pada glomerulus ginjal dapat menyebabkan
lolosnya protein albumin ke dalam urine. Adanya albumin dalam urin
(=albuminoria) merupakan indikasi terjadinya nefropati diabetic.
5) Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C, Dapat Memperkirakan Risiko
Komplikasi Akibat DM HbA1c atau A1C Merupakan senyawa yang terbentuk
dari ikatan antara glukosa dengan hemoglobin (glycohemoglobin). Jumlah A1C
yang terbentuk, tergantung pada kadar glukosa darah. Ikatan A1c stabil dan
dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel darah merah) Kadar A1C
mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata dalam jangka waktu 2-3 bulan
sebelum pemriksaan. Give Comfort: Nyeri di bagian abdomen karena
ketoasidosis diabetik
3. Head to toe
a. Kepala, Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut merata, kebersihan
cukup, benjolan tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
b. Muka, Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, nyeri tidak ada.
c. Mata, Konjungtiva anemis, reflek pupil ishokor, benjolan tidak ada, nyeri tekan
tidak ada.
d. Hidung, Bentuk simetris, secret tidak ada
e. Telinga, Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada.
f. Mulut dan Gigi
g. Bentuk simetris, mukosa mulut kering, kebersihan cukup, lidah bersih, pembesaran
tonsil tidak ada.
h. Leher, Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis tidak ada
i. Thorak, Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing dan krekel tidak ada, retraksi
otot dada tidak ada
j. Abdomen, Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8 x/menit, pembesaran
hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak ada, asites tidak ada.
k. Ekstermitas, Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan terkoordinir tetapi
lemah.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Kurang volume cairan b/d diuresis osmotik (dari hiperglikemia).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan insulin
( penurunan ambilan dan penggunaan glokosa oleh jaringan mengakibatkan
peningkatan metabolisme protein/lemak)
c. Intoleransi aktivitas b/d penurunan energy metabolic
d. Ansietas b/d kurang informasi tentang penyakit diabetes melitus
5. Intervensi Keperawatan
a. Kurang volume cairan b/d diuresis osmotik (dari hiperglikemia).
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Volume Cairan
Berhubungan dengan:
- Kehilangan volume cairan
secara aktif
- Kegagalan mekanisme
pengaturan
DS :
- Haus
DO:
- Penurunan turgor
kulit/lidah
- Membran mukosa/kulit
kering
- Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan volume/tekanan
nadi
- Pengisian vena menurun
- Perubahan status mental
- Konsentrasi urine
meningkat
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food
and Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…..
defisit volume cairan teratasi
dengan kriteria hasil:
Mempertahankan urine
output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine
normal,
Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas
normal
Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
Orientasi terhadap waktu
NIC :
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika
diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas urin, albumin,
total protein )
Monitor vital sign setiap
15menit – 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian nasogatrik
sesuai output (50 – 100cc/jam)
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
- Temperatur tubuh
meningkat
- Kehilangan berat badan
secara tiba-tiba
- Penurunan urine output
- HMT meningkat
- Kelemahan
dan tempat baik
Jumlah dan irama
pernapasan dalam batas
normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
pH urin dalam batas
normal
Intake oral dan intravena
adekuat
meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urin output
setiap 8 jam
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan insulin
( penurunan ambilan dan penggunaan glokosa oleh jaringan mengakibatkan
peningkatan metabolisme protein/lemak)
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk
memasukkan atau mencerna
nutrisi oleh karena faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi.
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba
setelah makan
DO:
NOC:
a. Nutritional status:
Adequacy of nutrient
b. Nutritional Status : food
and Fluid Intake
c. Weight Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama….nutrisi kurang
teratasi dengan indikator:
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
capacity
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
Monitor adanya penurunan BB dan
gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
- Diare
- Rontok rambut yang
berlebih
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah
Jumlah limfosit total protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval
c. Intoleransi aktivitas b/d penurunan energy metabolic
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
Tirah Baring atau
imobilisasi
Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen
dengan kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
DS:
Melaporkan secara
verbal adanya kelelahan
atau kelemahan.
Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
DO :
Respon abnormal dari
tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas
Perubahan ECG :
aritmia, iskemia
NOC :
Self Care : ADLs
Toleransi aktivitas
Konservasi eneergi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ….
Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas dengan Kriteria
Hasil :
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
Mampu melakukan
aktivitas sehari hari (ADLs)
secara mandiri
Keseimbangan aktivitas
dan istirahat
NIC :
Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan
aktivitas
Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi
yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
d. Ansietas b/d kurang informasi tentang penyakit diabetes melitus
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan
Faktor keturunan, Krisis
situasional, Stress, perubahan
status kesehatan, ancaman
kematian, perubahan konsep
diri, kurang pengetahuan dan
hospitalisasi
DO/DS:
- Insomnia
- Kontak mata kurang
- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri sendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeri perut
- Penurunan TD dan denyut
nadi
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguan tidur
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
- Kontrol kecemasan
- Koping
Setelah dilakukan asuhan
selama ……………klien
kecemasan teratasi dgn
kriteria hasil:
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti
cemas:........