Askep Tentamen Suicide (Gadar)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akep tinjauan

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN TENTAMINE SUICIDE

OLEH :

IDA AYU KOMANG ARY PRADNYA DARI (KP.04.11.116)

NI PUTU KARTIKA DEWI

(KP.04.11.117)

ZUANLES MIDKHOL

(KP.04.11.118)

MAHMUD

(KP.04.11.119)

I PUTU SUANDANA

(KP.04.11.120)

NI KADEK BUDI MIRA ASTIANI

(KP.O3.11.060)

NI KOMANG DEVI NURCAHYANI

(KP.03.11.063)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IX/ UDAYANA

TAHUN AJARAN 2012/2013KATA PENGANTAR

OM SwastyastuPuja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat beliaulah makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Perkembangan pendidikan yang sangat moderan sekarang ini pantasnya dapat juga meningkatkan derajat harga diri manusia terutama orang orang yang mengalami depresi karena tidak bisa mengatasi masalahnya yang mengakibatnya banyak orang yang mengalami tentamine suicide, meningkat dengan pesat sebagai konsekuensi logis dari pengarauh globalisasi. Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri. Dari kejadian ini kita sebagai seorang tenaga kesehatan harus bisa mengatasi masalah yang kian hari makin banyak kasusnya. Membahas tentang permasalahan percobaan bunuh diri ini penting karena siapa saja bisa mengalami masalah ini dan bisa melakukakan bunuh diri. Isi dalam makalah di sajikan mulai dari fondasi dasar dari masalah tentang tentamine suicide sampai dengan penjelasan tentang pentingnya kehidup ini. OM Santih,santih,santih OMDenpasar, 25 april 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. i

DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

1.2 Batasan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5

1.5 Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian tentamine suicide. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . 62.2 Etiologi tentamine suicide . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .82.3 Jenis-jenis tentamen suicide. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82.4 Klasifikasi atau penilaian bunuh diri atau tentamen suicide . . . . . . . . . . . . . . 112.5 Tanda dan gejala . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 132.6 Factor-faktor yang mempengaruhi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 142.7 Komplikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15

2.8 Penatalaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

2.9 Pemeriksaan Penunjang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .BAB III PENUTUP

3.1 Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17

3.2 Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 173.3 Saran-saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . 18DAFTAR PUSTAKA

BAB 1PENDAHULUANA. Latar BelakangSetiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan pola koping yang baik yang mampu mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari merilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat memegang peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut.

Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang adaptif maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri.Menurut ahli, Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Seorang individu yang mengalami tentamen suicide biasanya mengalami beberapa tahap sebelum dia melakukan percobaan bunuh diri secara nyata, Pertama kali biasanya klien memiliki mindset untuk bunuh diri kemudian biasanya akan disampaikan kepada orang-orang terdekat. Ancaman tersebut biasanya dianggap angin lalu, dan ini adalah sebuah kesalahan besar. Selanjutnya klien akan mengalami bargaining dengan pikiran dan logikanya, tahap akhir dari proses ini biasaya klien menunjukan tindakan percobaan bunuh diri secara nyata.

Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada penanganan klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan percobaan bunuh diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan tentamen suicide.B. Rumusan Masalah1. Pengertian tentamine suicide ?2. Etiologi tentamine suicide ?3. Jenis-jenis tentamen suicide?4. Klasifikasi atau penilaian bunuh diri atau tentamen suicide?5. Tanda dan gejala?6. Factor-faktor yang mempengaruhi?7. Komplikasi?8. Penatalaksanaan?C. Tujuan1. Tujuan umumTujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan Neurobehavior II tentang asuhan keperawatan klien dengan tentamin suicide.

2. Tujuan KhususTujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui definisi alzheimer, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik dari alzheimer, penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan klien tentamin suicide.

D. Manfaata. Bagi penulis yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan penampilan penyusunan dan menerapkan askep terhadap pasien yang mengalami tentamin suicide.b. Sebagai bahan masukkan dan pengembangan pengetahuan bagi institusi pendidikanc. Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan pada pasien yang mengalami tentamin suicide.

3. PatofisiologiDalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang adaptif maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang tidak mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi, mengalami perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan seseorang merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana obat-obatan yang dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat memacu atau meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini mengiritasi/ membuat trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen dan menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus dan meningkatkan respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran makanan pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan salurannya sering memberikan keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri epigastrik.BAB IIKONSEP TEORI PEMBAHASANTENTAMEN SUICIDE

2.1. Definisi Tentamen Suicide

Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi Anna Kelihat, 1991)Perlaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra, J. Sundeen, 1998).Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif sering terjadipada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997).

Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatan-perbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan segala macam cara.2.2 EtiologiMenurut mustika slide.com bunuh diri dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain :a. Kegagalan untuk beradaptasi sehingga tidak dapat untuk menghadapi stressb. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal untuk melakukan hubungan yang berarti.c. Perasaan marah atau bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman bagi diri sendiri.d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.e. Tangisan minta tolong.f. Dipermalukan didepan umum.g. Kehilangan pekerjaan.

1. MANIFESTASI KLINISTanda dan gejala dari bunuh diri dapat dilihat dari perilaku di bawah ini, antara lain :a) Keputusasaanb) Celaan terhadap diri sendiric) Perasaan gagal dan tidak berhargad) Alam perasaan depresie) Agitasi dan gelisahf) Insomnia yang menetapg) Penurunan berat badanh) Berbicara lambani) Keletihanj) Menarik diri dari lingkungan social.k) Pernah melakukan percobaan bunuh diri.l) Memberikan pernyataan ingin mati.m) Perubahan perilaku secara mendadak, mudah marah, sifat tidak menentu.n) Tidak memerdulikan penampilan.

Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi tiga kategori :(a. Ancaman bunuh diriPeringatan verbal dan non verbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan lama lagi berada disekitar kita atau mungkin akan mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya. Pesan pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respons positif dapat ditafsir sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.b. Upaya bunuh diriSemua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.c. Bunuh diriMungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaikan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

a. Penyebab bunuh diri pada anak:1) Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan2) Situasi keluarga yang kacau3) Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik4) Gagal sekolah5) Takut atau dihina di sekolah6) Kehilangan orang yang dicintai7) Dihukum orang lainb. Penyebab bunuh diri pada remaja:1) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna2) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan4) Perasaan tidak dimengerti orang lain5) Kehilangan orang yang dicintai6) Keadaan fisik7) Masalah orang tua8) Masalah seksual9) Depresic. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa:1) Self ideal terlalu tinggi2) Cemas akan tugas akademik yang banyak3) Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua.4) Kompetisis untuk suksesd. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut:1) Perubahan status dari mandiri ke tergantung2) Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi3) Perasaan tidak berarti di masyarakat.4) Kesepian dan isolasi sosial5) Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)6) Sumber hidup berkurang.e. Pernyataan yang salah tentang bunuh diri (mitos)Banyak pernyataan yang salah tentang bunuh diri yang harus diketahui perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tingkah laku bunuh diri.1. Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu dianggap serius. Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.2. Bunuh diri tidak memberi tanda, delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal atau perilaku sebelum melakukan percobaan bunuh diri.3. Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada klien hal yang paling penting dalam perencanaan keperawatan adalah pengkajian yang akurat tentang rencana bunuh diri klien.4. Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan tidak ada data dan hasil riset yang membantu pendapat ini karena pola perilaku bunuh diri bersifat individual.SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarangSkor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri.Skor 4 : Aktif mencoba bunuh diri.1. Pasien dengan Tentamine Suicide (Keinginan bunuh diri)

Pasien dengan bunuh diri dibagi dua:

1. Egoailen: keinginan bunuh diri terasa aneh dan kurang pada tempatnya.

2. Egosintonik: keinginan tersebut sudah sesuai dengan dirinya

Gambar: skema penatalaksanaan percobaan bunuh diri (PBD)

2. Adapun Beberapa Factor Lain Penyebab Perilaku Bunuh Diri Dapat Dikategorikan Sebagai Berikut :a. Factor geneticAda yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor yang tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan dalam menentukan temperamen seseorang, dan penelitian menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainyaKondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat syaraf, ada celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi. Kadar sebuah neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain menjelaskan, Kadar serotonin yang rendah dapat melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri.. Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh dirib. Factor keperibadianSalah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya (Doman Lum).Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian, dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri sebenarnya bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor precipitasi). Penyebab utamanya adalah faktor predisposisi.Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.c. Factor psikologisFaktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.d. Factor ekonomiMasalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta ananknya karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.e. Gangguan mental dan kecanduanGangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental sudah tidak bisa bekerja dengan baik.Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, scizoprenia dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan berkaitan dengan gangguan-gangguan demikian. Bahkan, para peneliti asal Swedia mendapati bahwa di antara pria-pria yang tidak didiagnosis menderita gangguan apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami depresi, angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000 orang! Dan, para pakar mengatakan bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara depresi dan peristiwa -peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan.2.3. Jenis-jenis tentamen SuicideJenis tentamen suicide antara lain:

a. Ancaman Bunuh DiriPeringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.b. Upaya bunuh diriSemua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah kematian jika tidak dicegah.c. Bunuh diriBunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

2.4. Klasifikasi/Penilaian Bunuh DiriVariabelResiko TinggiResiko Rendah

Sifat Dermografik dan social

Usia

Jenis kelamin

Status marital

Pekerjaan

Hubungan interpersonal

Latar belakang keluarga

Lebih dari 45

Laki-laki

Cerai atau janda

Pengangguran

Konflik

Kacau atau konflik

Di bawah 45

Wanita

Menikah

Bekerja

Stabil

Stabil

Kesehatan

Fisik

Mental

Penyakit kronis hipokondriak

Pemakaian obat yang berlebihan

Depresi berat

Psikosis

Gangguan kepribadian berat

Penyalahgunaan zat

Putus asa

Kesehatan baik merasa sehat

Penggunaan zat rendah

Depresi ringan

Kepribadian ringan

Peminum sosial

Optimisme

Aktivitas bunuh diri

Ide bunuh diri

Sering, kuat, berkepanjanganJarang, intensitas rendah

Usaha bunuh diriBerulang kali

Direncanakan

Penyelamatan tidak mungkin

Keinginan yang tidak ragu-ragu untuk mati

Komunikasi diinternalisasikan (menyatakan diri sendiri)

Metode mematikan dan tersedia

Pertama kali

Impulsi

Penyelamatan tak terhindarkan

Keinginan utama untuk berubah

Komunikasi diinternaslisasikan (kemarahan)

Metode dengan letalitas rendah dan tidak mudah didapat

Sarana

Pribadi

Pencapaian buruk

Tilikan buruk

Afek tidak ada atau terkendali buruk

Pencapaian baik

Penuh tilikan

Afek tersedia dan terkendali dengan semestinya

SosialSupport buruk

Terisolasi sosial

Keluarga tidak responsive

Support baik

Terintegrasi secara sosial

Keluarga yang memperhatikan

2.5. Tanda dan Gejala1. Tak langsunga. Merokokb. Mengebutc. Berjudid. Tindakan kriminale. Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggif. Penyalahgunaan zatg. Perilaku yang menyimpang secara sosialh. Perilaku yang menimbulkan stressi. Gangguan makanj. Ketidakpatuhan pada tindakan medik2. Langsunga. Keputusasaanb. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berhargac. Alam perasaan depresid. Agitasi dan gelisahe. Insomnia yang menetapf. Penurunan berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan.2.6. Faktor-faktor yang resiko bunuh diri

a. Psikososial dan klinik - Keputusasaan - Ras kulit putih - Jenis kelamin laki-laki - Usia lebih tua - Hidup sendiri - Riwayat - Pernah mencoba bunuh diri - Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri - Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat

b. Diagnostik - Penyakit medik umum - Psikosis - Penyalahgunaan zat

2.7. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan tentamen suicide.Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya meninggal. Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak.Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.2.8 Penatalaksanaan

1. Pasien yang masih ingin hidup dan minta tolong , harus ditanggapi

2. Keinginan bunuh diri yang ringan dan terasa lucu harus ditanggapi karena banyak yang ternyata berhasil

3. Eksplorasi motivasinya, bunuh diri dapat berkaitan denagn berbagai macam patologi

4. Atasi dulu keadaan kegawatan fisik

5. Lanjutkan dengan menggeledah pasien untuk mencegah peluang berulangnya kejadian tersebut dan lakukan wawancara dengan pihak keluarga

6. Setelah kegawatan fisik teratasi , perlu ditinjau:

a. Beratnya risiko bunuh diri dalam waktu dekat menggunakan kriteria dari Tuckman dan Youngman yang di modofikasi (kriteria MAS SALAD):

1. (M) Mental status: gangguan afektif berat atau psikosis

2. (A) Attempt: niat percobaan bunuh diri (PBD)yang kuat PBD ini bukan pertama kali

3. (S) Support system : tidak ada seseorang yang penting dan dekat dengan pasien

4. (S) Sex : wanita di atas 25 tahun dan pria di atas 45 tahun

5. (A) Age: usia lanjut

6. (L) Loss: kehilangan (status atau pasangan ) dalam 6 bulan terakhir

7. (A) Alcoholism: peminum minuman keras

8. (D) Drug: penyalahgunaan dan ketergantungan zat

b. Kondisi klinis pasien keseluruhannya

c. Sumber-sumber intraspsikik/sosial untuk mengatasi masalah tersebut

7. Bila keadaan di atas kurang baik , dirawat psikiatri

8. Bila keadaan di atas menyokong , berobat jalan

9. Berobat jalan di lakukakan tiga kali untuk menggali dan mengatasi keadaan pasien . jangan membuat janji atau kontrak dengan pasien. Obat hanya diberikan untuk 24-48 jam dan antidepresan tidak ada manfaat (efek 7-14 hari). Berikan pesan pada pasien untuk kembali dalam 24-48 jam , bila perlu sebelumnya . pencegahan dapat dilakukan di rumah dengan bekerja sama dengan keluarga. 1. ResusitasiSetelah jalan napas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernapasan dan nadi. Infus dextrose 5 % kecepatan 15 20 tts/mnt, napas buatan + oksigen, hisap lendir dalam saluran napas, hindari obat obat depresan saluran napas, kalau perlu respirator pada kegagalan napas berat. Hindar pernapasan buatan dari mulut ke mulut sebab racun organofosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernapasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag valve mask.2. EliminasiEmesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 30 ml. Dapat diulan setelah 20 menit bila tidak berhasil.Katarsis (intestinal lavage), dengan pemberian laksans bila diduga racun telah sampai di usus halus dan tebal. Kumbah lambung (KL atau gastric lavage), pada penderita yang kesadaran yang menurun, atau pada mereka yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila KL dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.Keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun. Emesis, katarsis dan KL sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang daari 4 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat tindakan KL sebaiknya dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia. 3. AntidotumAtropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi AKh pada tempat penumpukan. a. Mula mula diberikan bolus iv 1 2,5 mgb. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 10 15 menit sampai timbul gejala gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis).c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 60 menit, selanjutnya setiap 2 4 6 8 dan 12 jamd. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 X 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernapasan akut yang sering fatal. Setelah kondisi pasien stabil lakukan pemerikasaan anamnesis dan pemeriksaan fisik lanjutan dan bila perlu lakukan pemeriksaan laboratorium.

2.9Pemeriksaan PenunjangKoreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen suicide.Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebralASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN TENTAMEN SUICIDE(PERCOBAAN BUNUH DIRI)1. Pengkajian pasien destruktif diri

Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri. Prestasi kehidupan yang menghina/menyakitkan. Tindakan persiapan metode yang dibutuhkan, mengatur rencana, membicarakan tentang bunuh diri, memberikan milik berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri. Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.

Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.a. Petunjuk gejala

1. Keputusasaan

2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga alam perasaan depresi.

3. Agitasi dan gelisah

4. Insomnia yang menetap

5. Penurunan berat badan

6. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosialb. Penyakit psikratrik

1. Upaya bunuh diri sebelumnya

2. Kelainan afektif

3. Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat

4. Kelainan tindakan dan depresi pada remaja

5. Demensia diri dan status kekacauan mental pada lansia

6. Kombinasi dari kondisi diatas.

c. Riwayat Psikososial

1. Baru berpisah bercerai, atau kehilangan

2. Hidup sendiri

3. Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami stress kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin).

4. Penyakit medik kronik

5. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat

d. Faktor-faktor kepribadian

1. Impulsif, agresif, rasa bermusuhan

2. Kekakuan kognitif dan negatif

3. Keputusasaan

4. Harga diri rendah

5. Batasan atau gangguan kepribadian antisociale. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri

Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme atau keduanya.

2. Diagnosa Keperawatan

A. Resiko bunuh diri yang berhubungan dengan putus asa

NoTujuanKriteria hasilIntervensi

1.

2.

3.

4.

5.TUM :

Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri.

TUK :

Klien dapat membina hubungan

saling percaya.

TUK:

Klien dapat mengenal penyebab resiko prilaku bunuh diri.

TUK :

Klien dapat mengidentifikasi tanda- tanda perilaku bunuh diri.

TUK :

Klien dapat mengidentifikasi perilaku percobaan bunuh diri yang pernah dilakukan.

TUK :

Klien dapat mengidentifikasi akibat tindakan yang sudah dilakukan untuk bunuh diri.Setelah di berikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam , klien menunjukkan tanda- tanda percaya kepada perawat:a) Ekpresi wajah bersahabat.b) Menunjukan rasasenang

c) Ada kontak mata

d) Mau berjabat tangan.

e) Maumenyebutkannama

f) Mau menjawab salam

g) Mau duduk berdampingan dengan perawat bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka, klien menceritakan penyebab perilaku bunuh diri yang dilakukannya: Menceritakan penyebab klien melakukan percobaan bunuh diri.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka, klien menceritakan tanda-tanda saat klien berkeinginan untuk bunuh diri:

1. Tanda social :

Klien mengancamkan melakukan bunuh diri dan klien melakukan hal yang tidak bisa dilakukan klien.

2. Tanda Fisik :

Klien mencederai diri sendiri seperti menyayat nadi, minum obat sampai over dosis, dlsb, tatapan mata klien tampak menerawang eperti memikirkan sesuatu.

3. Tanda Emosional:

Klien menjadi penyendiri, pemurung, dan pemarah.

Setelah di berikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka, klien menjelaskan: Perasaan saat melakukan bunuh diri.

Efektivitas percobaan yang dilakukan.

Tindakan akan yang sudah pernah dilakukan untuk mengakhiri hidup.

Setelah di berikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka, klien menjelaskan akibat tindakannya: Diri sendiri

Orang lain

Lingkungan

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal. Perkenalkan nama, nama panggilandan tujuan perawat berkenalan.

Tanyakan nama lengkap dan namapenggilan yang disukai klien.

Buat kontrak yang jelas.

Tunjukan sikap jujur dan menepati

janji setiap kali berinteraksi.

Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya.

Beri perhatian kepada klien dan masalah yang dihadapi klien.

Dengarkan dengan penuh perhatianekspresi perasaan klien

Bantu klien mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien mempunyai ide serta melakukan percobaan bunuhdiri :

Motivasi klien untuk menceritakan penyebab klien mempunyai ide bunuh diri

Dengarkan tanpa menyela atau member penilaian setiap ungkapan perasaan klien.

Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku bunuh diri yang dialaminya:

Motivasi klien menceritakan kondisiemosionalnya.

Motivasi klien menceritakan kondisisosialnya

Diskusikan dengan klien percobaan bunuh diri yang dilakukannya selama ini:

Motivasi klien menceritakan tindakan tindakan apa saja yang sudah pernah dilakukan untuk mengakhiri hidup.

Motivasi klien menceritakan akan perasaan setelah tindakan tersebut.

Diskusikan apakah dengan tindakan tersebut masalah yang dialami klien teratasi.

Diskusikan dengan klien akibat negatifcara yang dilakukan pada:

Diri sendiri

Orang lain

Lingkungan

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatana. Pasien SP I1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien2. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien3. Melakukan kontrak treatment4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri5. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diriSP II p1. Mengidentifikasi aspek positif pasien 2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berhargaSP III p1. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien2. Menilai pola koping yang biasa dilakukan 3. Megidentifikasi pola koping yang konstruktif4. Menganjurkan pasien memilih pola koping yang konstruktif5. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan harianSP IV p1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien2. Mengidentifiksai cara mencapai rencana masa deapan yang realistis3. Member dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis b. Keluarga SP I k1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diriSP II k1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko bunuh diriSP III k1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh keluargaB. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan perubahan peran social

No

DxTujuanCriteria hasilIntervensi

2.TUM:

Klien memiliki konsep diri yang positif

TUK:

klien dapat membina hubungan saling percya dengan perawat klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.

Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

Klien dapat memanfaat kan system pendukung yang ada.

Setelah kali interaksi, klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Setelah di berikan asuhan keperawtan selama 1x24 jam maka, klien menyebutka:

- Aspek positifdan kemampuan yang dimiliki klien

- Aspek positif keluarga

- Aspek positif lingkungan klien.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka, klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka, klien membuat rencana kegiatan harian.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka, klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka, klien memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:

-Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

-Perkenalkan diri dengan sopan

-Tanyakan nama lengkap dan yang disukai klien

-Jelaskan tujuan pertemuan

-Jujur dan menepati janji

-Beri perhatian pada klien.

Diskusikan dengan klien tentang :

- Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan lingkungan.

- Kemampuan yang dimiliki

Bersama klien buat daftar tentang:

- Aspek positif klien, keluarga, dan lingkungan.

- Kemampuan yang dimiliki.

Berikan pujian yang realistis, hindarkan memberikan penilaian negative.

Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.

Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:

- Kegiatan mandiri

- Kegiatan dengan bantuan

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

- Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilaksanakan - Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.

- Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.

- Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.

- Berikan pendidikan kesehatan pada kelurga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

- Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatanSP I p1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien 4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianSP II p1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. Melatih kemampuan kedua3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian SP I k1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien2. Menjelaskan pengertaian, tanda dan gejala haega diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendahSP II k 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah2. Melatih keluaraga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendahSP III k1. Membantu keluaraga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.BAB IIIPENUTUP3.1Evaluasi :

Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan modifikasi perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi rencana sangat membantu pencampuran tujuan asuhan keperawatan. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai klien dapat melindungi diri sendiri. Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan alternatif pemecahan masalah bunuh diri.3.2 Kesimpulan

Tentamin suicide merupakan perilaku menciderai diri yg dapat menimbulkan kematian baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penyebab tentamin suicide ada 3 faktor :

1. Faktor genetic dan teori biologi

2. Teori sosiologi

3. Teori psikologi

Ada 3 (tiga) jenis tentamin suicide yang bisa diidentifikasi, yakni:1. Tentamin suicide anomik2. Tentamin suicide altrustik3. Tentamin suicide egoistic Tanda dan gejalah tentamin suicide di bagi enjadi 2 (dua), yaitu :

a. Tak langsung

Merokok

Mengebut

Berjudi

Perilaku yang menyimpang secara sosial

Perilaku yang menimbulkan stress

b. Langsung1. Keputusasaan2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga3. Agitasi dan gelisah

3.3. Saran Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya. Saran kami, lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih baik.DAFTAR PUSTAKA1. Mansjoer Arief, dkk. (2001) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

2. Captain, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6(3), May/June 2008, p 4653

3. Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : Aplication to clinical practice, Mosby St Louis

4. http:/www.sheppard86.blogspot.com

5. Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St Louis.

6. Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.Elsevier Mosby, Philadelphia

7. Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing, Mosby, St Louis.

8. Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company,Philadelphia.

9. http://dwihardiyanti25.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-tentamen-suicide.html10. http://denfirman.blogspot.com/2009/09/tentamen-suicide.html