Tutorial Klinik Glaukoma Akut Absolut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

word fix

Citation preview

SMF/Lab Ilmu Penyakit MataTutorial KlinikFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

GLAUKOMA AKUT ABSOLUT

Oleh :Arum Sekar NegariFebrian Juventianto Gunawan

Pembimbing :dr. Manfred Himawan, Sp.M

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan KlinikPada Bagian Ilmu Penyakit MataFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman2013

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangGlaukoma adalah penyakit mata akibat tekanan bola mata yang tidak normal disertai neuropati saraf optik dan kerusakan lapang pandang yang khas. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan menyebabkan kerusakan saraf penglihat dan akan mengakibatkan kebutaan.1,2, 3Di Indonesia, glaukoma penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak sebanyak 0.40%. Kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma bersifat permanen.Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 orang diantaranya buta disebabkan penyakit ini. Banyaknya orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000 kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan. 1Berdasarkan klasifikasi Vaughen, glaukoma terbagi atas glaukoma primer, glaukoma kongenital, glaukoma sekunder, dan glaukoma absolut. Glaukoma sekunder merupakan peningkatan tekanan intraokuler yang terjadi sebagai manifestasi dari penyakit lain. Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan bola mata total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.1,21.2. TujuanTujuan dari pembuatan laporan kasus ini agar lebih memahami dan mengerti tentang glaukoma akut absolut dan penatalaksanaannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. DefinisiGlaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. 1 Sedangkan menurut Ilyas (2008) kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapangan pandang.Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20 mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan mengakibatkan kerusakan saraf penglihat yang terletak di dalam bola mata. Pada keadaan tekanan bola mata tidak normal atau tinggi maka akan terjadi gangguan lapang pandangan. Kerusakan saraf penglihatan akan mengakibatkan kebutaan.1Makin tinggi tekanan bola mata makin cepat terjadi kerusakan pada serabut retina saraf optik. Pada orang tertentu dengan tekanan bola mata normal telah memberikan kerusakan pada serabut saraf optik (Normal tension glaucoma glaukoma tekanan rendah).2Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina sehingga mengganggu metabolisme retina, yang kemudian disusul dengan kematian saraf mata. Pada kerusakan serat saraf retina akan mengakibatkan gangguan pada fungsi retina. Bila proses berjalan terus, maka lama-kelamaan penderita akan buta total.2

2.2. Klasifikasi GlaukomaMenurut Vaughan (2000), klasifikasi glaukoma menurut etiologinya dikelompokkan dalam Glaukoma Primer, Glaukoma Kongenital, Glaukoma Sekunder dan Glaukoma Absolut.1. Glaukoma Primer: Glaukoma sudut terbuka disebut juga glaukoma simpleks, glaukoma simpleks menahun. Bentuk glaukoma ini adalahh bentuk yang paling sering ditemukan, dan presentasinya sekitar 85%-90% dari seluruh kasus glaukoma. Sementara itu, Glaukoma sudut tertutup disebut juga glaukoma sudut sempit; bentuk glaukoma ini dapat terjadi melalui beberapa stadium yaitu: akut, subakut, kronik/menahun, dan iris plato/ plateau iris.12. Glaukoma KongenitalGlaukoma kongenital, khususnya sebagai glaukoma infantil (buftalmos), adalah glaukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata oleh jaringan sudut bilik mata yang terjadi oleh adanya kelainan kongenital. Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut bilik mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan kanal schlemm dan saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna terbentuk.2,33. Glaukoma SekunderGlaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang menimbulkannya. Kelainan mata lain dapat menimbulkan meningkatnya tekanan bola mata. Glaukoma timbul akibat kelainan di dalam bola mata, yang dapat disebabkan:a. Kelainan lensa, katarak imatur, hipermatur dan dislokasi lensa.b. Kelainan uvea yaitu uveitis, sinechia posterior, dan tumor.c. Trauma, yaitu hifema dan inkarserasi iris.d. Pascabedah, blokade pupil, goniosinekia.2,3e. Glaukoma berpigmenf. Glaukoma neovaskuler, oleh karena diabetes mellitus, serta pembuntuan/ sumbatan vena sentral retinag. Akibat pemakaian kortikosteroid5. Glaukoma AbsolutGlaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma, dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Keadaan ini dapat terjadi pada bentuk glaukoma sudut terbuka maupun sudut tertutup. Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvakasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.1A. Glaukoma primer sudut terbuka Perjalanan penyakit kronik, bisa tanpa gejala dan berakhir dengan kebutaan. Tekanan pada bola mata selamanya diatas batas normal atau lebih besar dari 24 mmHg. Lapangan pandang memperlihatkan gambaran khusus glaukoma seperti melebarnya titik buta, skotoma bjerrum dan skotoma tangga ronne. Mengenai kedua mata dan sering derajat beratnya penyakit tidak sama. Pada pemeriksaan funduskopi terlihat ekskavasi glaukomatosa papil. Pada pemeriksaan genioskopi terlihat sudut bilik mata terbuka lebar. Sudut bilik mata depan terbuka, hambatan aliran humor akuos mungkin terdapat pada trabekulum, kanal schlemm dan pleksus vena didaerah intrasklera. Apada pemeriksaan patologi anatomi didapatkan proses degenerasi dari trabekulum ke kanal schlemm. Terlihat penebalan dan sklerosis dari serta trabekulum, vakuol dalam endotel dan endotel yang hiperselular yang menutupi trabekulum dan kanal schlemm. Biasanya pada usia 40 tahun atau lebih, penderita DM, pengobatan kortikosteroid lokal ataupun sistemik yang lama, riwayat glaukoma pada keluarga.Tanda glaukoma simpleks: Bilateral Herediter Tekanan intraokuler yang meninggi Sudut COA terbuka Bola mata yang tenang Lapangan pandang yang mengecil dengan macam-macam skotoma yang khas Penggaungan saraf optik Perjalan penyakitnya yang lambat progresifB. Glaukoma primer sudut tertutupGlaukoma primer sudut tertutup terjadi bila terdapat kenaikan mendadak dari tekanan intra okuler, yang disebabkan penutupan sudut COA yang mendadak oleh akar iris, sehingga menghalangi sama sekali keluarnya humor akuos melalui trabekula, menyebabkan: Meningginya tekanan intraokuler Sakit yang sangat dimata secara mendadak Menurunnya ketajaman penglihatan secara mendadak Tanda-tanda kongesti dimata ( mata merah, kelopak mata bengkak)Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit:1. Bulbus okuli yang memendek2. Tumbuhnya lensa3. Kornea yang kecil4. Tebalnya irisFaktor fisiologis yang menyebabkan COA sempit:1. Akomodasi2. Dilatasi pupil3. Lensa letaknya lebih kedepan4. Kongesti badan siliar

2.3. EtiologiPenyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okular ini, disebabkan:1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.2. Hambatan aliran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil (glaukoma hambatan pupil).3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga.4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata.5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat misalnya steroid.1,3Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah, akan tetapi bila diketahui dini dan diobati maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah kerusakan lanjutnya.

2.4. Faktor RisikoBeberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah:1. Peredaran dan regulasi darah yang kurang akan menambah kerusakan2. Tekanan darah rendah atau tinggi3. Fenomena autoimun4. Degenerasi primer sel ganglion5. Usia di atas 45 tahun6. Riwayat glaukoma pada keluarga7. Miopia berbakat untuk menjadi glaukoma sudut terbuka8. Hipermetropia berbakat untuk menjadi glaukoma sudut tertutup9. Paska bedah dengan hifema atau infeksi10. Berdasarkan epidemiologi:Tanda dini glaukoma tidak boleh diabaikan, karena pemeriksaan yang dini akan memiliki prognosis yang lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan terhadap glaukoma secara teratur setiap tahun untuk pencegahan.5

2.5. PatogenesisPada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolut. Karena perjalanan penyakit demikian maka glaukoma simpleks disebut sebagai maling penglihatan.1Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan vena episklera. Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang daripada 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga disebut hipertensi oculi dapat dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaukoma (tonometer Schiotz).2,6,7

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.2 Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga disebabkan oleh ; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf optik2,62.6. Manifestasi KlinisGejala prodorma pada glaukoma sudut tertutup yaitu penderita mengeluh mata kabur sesaat pada satu mata, mungkin pasien melihat warna pelangi di sekitar lampu atau lilin. Kepalanya sakit sedikit di sebelah mata yang bersangkutan. Bola mata juga terasa agak nyeri. Keluhan ini berlangsung setengah sampai dua jam kemudian menghilang. Gejala prodorma ini akan hilang setelah tidur sejenak. Serangan-serangan ringan ini akan kembali lkagi dan tiap kali akan berlangsung lebih lama, datangnya makin sering hingga pada suatu saat keadaan tidak pulih lagi tetapi menjadi serangan akut. 11Serangan glaukoma akut memberi kesan seperti orang yang sakit berat. Tidak jarang penderita tidak bisa bangun dan makin sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri di dalam dan sekitar mata. Penglihatan mata menjadi kabur sekali, melihat pelangi di sekitar lampu. Visus menurun sekali sampai hitungan jari saja. Palpebra bengkak, konjungtiva bulbi yang hiperemi sekali (kongestif), kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal. Pupil melebar atau midriasis yang hampir total. Reflek pupil lamban dan tekanan intraokuler yang tinggi sekali. Bila dengan tonometer Schiotz jauh diatas 21 mmHg. 11

2.7. Pemeriksaan Fisika. Slit-lamp Biomikroskopi Konjungtiva bulbi : hiperemia kongestif, kemotis dengan injeksi silier, injeksi konjungtiva, injeksi episklera. Kornea : edema, keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea. Bilik mata depan : dangkal, yang dapat dilihat dengan penyinaran dari samping. Iris : gambaran corak bergaris tak nyata karena edema, berwarna kelabu. Pupil : oval vertikal, tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-kadang didapat midriasis yang total, warna kehijauan, tidak ada reaksi terhadap cahaya dan akomodasi.

Gambaran hiperemis pada konjungtiva tampak kornea keruh pada glaucoma sudut tertutup

b. Pemeriksaan tekanan bola mataSebagian besar penderita glaucoma memiliki tekanan lebih dari 20 mmHg.5 hal yang perlu dilakukan dalam mendiagnosa glaucoma adalah: Bila tekanan 21 mmHg, rasio kontrol C/D, periksa lapangan pandangan sentral, temukan titik buta yang meluas dan skotoma sekitar titik fiksasi. Bila tensi 24-30 mmHg, kontrol lebih ketat dan lakukan pemeriksaan di atas bila masih dalam batas-batas normal mungkin suatu hipertensi okuli.1Alat yang diperlukan untuk menilai tekanan bola mata adalah tonometri. Tonometri digunakan untuk menilai tingginya tekanan intraocular. pemeriksaan tonometri merupakan pemeriksaan yang penting dan khusus untuk diagnosa dan evaluasi terapi. Macam macam tonometer :1. Cara digital2. Tonometer schiotz3. Tonometer aplanasi goldmann4. Tonometer non kontakc. Pemeriksaan lapangan pandangd. Ophtalmoskopi untuk menilai kerusakan saraf optice. Gonioskopi untuk menentukan jenis glaucoma 2.8. DiagnosisDiagnosis glaukoma sudut terbuka primer ditegakkan apabila ditemukan kelainan - kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapang pandang disertai peningkatan tekanan intraokular, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal, dan tidak terdapat sebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Sekitar 50 % pasien glaukoma sudut terbuka primer memperlihatkan tekanan intraokular yang normal sewaktu pertama kali diperiksa, sehingga untuk menegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan Tonometri berulang.2Glaukoma sudut tertutup terjadi bila tekanan intraokular mendadak naik karena adanya hambatan oleh akar iris pada sudut balik mata depan, yang membendung semua aliran keluar. Ini terjadi bila secara anatomis sudut bilik mata depan sempit. Glaukoma sudut tertutup ditandai oleh penglihatan yang kabur mendadak diikuti rasa nyeri hebat dan penampakan lingkaran berwarna pelangi disekitar lampu. Sering mual-mual dan muntah. Biasanya nyeri pada dan disekitar mata. Gejala lainnya antara lain tekanan intraokular yang sangat tinggi, bilik mata depan yang dangkal, sembab kornea, tajam penglihatan menurun, pupil yang agak melebar dan tidak bergerak dan injeksi siliar. Pada funduskopi, papil saraf optik menunjukkan penggaungan dan atrofi.1,2,3,82.9. Diagnosis Banding1. Pada iritis akut terdapat lebih banyak fotofobia, tetapi rasa nyerinya kurang jika dibandingkan dengan glaukoma. Tekanan intraokular normal, pupil kecil dan kornea tidak sembab. Flare dan sel-sel terlihat didalam bilik mata depan, dan terdapat injeksi siliar dalam (deep ciliary injection).2. Pada konjungtivitis akut tidak begitu nyeri atau tidak nyeri sama sekali, dan tajam penglihatan tidak menurun. Ada kotoran mata dan konjungtiva sangat meradang, tetapi tidak ada injeksi siliar. Reaksi pupil normal, kornea jernih dan tekanan intraokular normal.22.10. Penatalaksanaana. Terapi medikamentosaPenatalaksanaan glaukoma sudut tertutup terdiri dari mengurangi tekanan intra okular, menekan inflamasi, dan pemulihan sudut tertutup.2,7 Agen osmotikAgen ini lebih efektif untuk menurunkan tekan intraokuler dan efeknya menjernihkan kornea, pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami emesis. Agen-agen hiperosmotik berguna untuk mengurangi volume vitreus, yang kebalikannya, menurunkan tekanan intraokular. Penurunan tekanan intra ocular memulihkan iskemia iris dan memperbaiki kepekaan terhadap pilokarpin dan obat-obat lainnya. Agen-agen osmotik menyebabkan diuresis osmotik dan mengurangi cairan tubuh total. Agen-agen tersebut tidak boleh digunakan pada pasien penyakit jantung dan penyakit ginjal. GliserinDosis efektif 1-1,5 gr/kgBB dalam 50% cairan. Selama penggunaanya gliserin dapat menyebabkan hiperglikemia dan dehidrasi. Hati-hati terhadap pasien diabetes dan lansia dengan gagal ginjal serta penyakit kardiovaskular karena agen ini sendiri dapat menyebabkan mual muntah. Menurunkan tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian. ManitolDosis 1-2 gram/kgBB dalam 50% cairan. Aman digunakan pada pasien diabetes karena tidak dimetabolisme. Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1-3 jam. Bila tidak dapat diberikan oral (misalnya; mual muntah) dapat diberikan secara intravena dalam 20% cairan dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit. Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian iv. Pada penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, karena volume darah yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang telah gagal. Pemberian manitol juga dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau edema paru yang berat, dehidrasi hebat, dan perdarahan intra kranial, kecuali bila akan dilakukan kraniotomi, serta pada pasien yang hipersensitivitas terhadap manitol.

Karbonik anhidrase inhibitorMengurangi produksi akuos humor dengan menghambat karbonik anhidrase di badan siliar sehingga mengurangi TIO secara cepat. AsetazolamideMerupakan pilihan yang sanagat tepat untuk pengobatan darurat pada glaucoma akut. Acetazolamide sebaiknya diberikan dengan dosis awal 500 mg IV yang diikuti dengan 500 mg per oral. sekarang diketahui bahwa karbonik anhidrase inhibitor oral sedikit atau tidak ada sama sekali efek samping sistemik. MethazolamideDosis 50-100 mg p.o. 2 atau 3 kali sehari (total tidak lebih dari 600mg/hari). BrinzolamideBrinzolamide adalah penghambat karbonik anhidrasi yang digunakan pada mata dengan kadar 1 %. Brinzolamide digunakan untuk mengobati tekanan yang meningkat pada mata karena glaukoma sudut terbuka. Brinzolamide juga digunakan untuk mengatasi kondisi yang disebut hipertensi pada mata. Miotik kuat (Parasimpatomimetik)Pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi. Tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini karena muskulus sphingter pupil sudah iskemik sehingga tidak dapat merespon pilokarpin. Beta-blockerBekerja dengan cara mengurangi produksi akuos humor. Betaxolol HClBetaxolol HCl adalah penghambat reseptor beta1 selektif yang digunakan untuk pengobatan glaukoma dalam bentuk sediaan gel untuk mata dengan kadar 0,1% dan tetes mata dengan kadar 0,5%. Timolol maleatMerupakan beta bloker tetes mata nonselektif. Sebagai inisial terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8 dan 12 jam kemudian. Tersedia dalam bentuk tetes mata dengan kadar 0,25%, 0,5% dan 0,68%. Alpha adrenergic agonistDapat ditambahkan untuk lebih mengurangi produksi akuos humor dan mengurangi hambatan outflow akuos. Brimonidine Apraclonidine 0,5%, 1% Analog ProstaglandinLatanoprost 0,005% merupakan senyawa analog prostaglandin yang dapat menurunkan tekanan intraokuler dengan cara meningkatkan outflow akuos humor. Dosis 1 tetes/ hari. Tersedia dalam bentuk tetes mata dengan kadar 0,005%, dan juga dikombinasi dengan Timolol maleate. Kortikosteroid TopikalInflamasi merupakan bagian penting dari patofisiologi dan timbulnya gejala. Steroid topikal mengurangi reaksi inflamasi dan kerusakan nervus optikus. Prednisolon asetat 1% digunakan selama 1 minggu pasca operasi iridektomi. Diberikan sebagai pengganti obat-obat antiglaukoma yang digunakan saat serangan akut sebelumnya.b. Observasi respon terapiMerupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang dapat menyelamatkan visus penderita, sehingga keputusan harus segera dibuat (paling kurang dalam 2 jam setelah mendapat terapi medikamentosa intensif), untuk tindakan selanjutnya, observasinya meliputi: Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuran pupil. Ukur tekanan intraokuler setiap 15 menit (terbaik dengan tonometer aplanasi). Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila tekanan intraokulernya sudah turun dan kornea sudah mulai jernih.Pada masa observasi ini yang dilihat adalah respon terapi. Respon terapi bisa baik, jelek, ataupun sedang. Bila respon terapi baik maka akan terjadi perbaikan visus, kornea menjadi jernih, pupil kontriksi, tekanan intraokuler menurun, dan sudutnya terbuka kembali. Pada keadaan ini dapat dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.c. ParasintesisJika pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih dianggap lambat dalam menurunkan tekanan intraokuler ke tingkat yang aman dan kadang-kadang justru setelah pemberian 2 atau 4 jam masih tetap tinggi. Sekarang ini mulai diperkenalkan cara menurunkan tekanan intraokuler yang cepat dengan teknik parasintesis. Pada prosedur ini, mata dilakukan anestesi lokal sebelumnya, lalu jarum dimasukkan ke dalam bilik mata depan untuk mengeluarkan cairan akuos. Cairan disedot sebanyak 0,05 ml, sehingga secara cepat dapat mengurangi tekanan di mata. Cara ini juga dapat menghilangkan rasa nyeri dengan segera pada pasien.d. Bedah Laser: Laser iridektomiTerapi ini digunakan untuk mengurangi tekanan dangan mengeluarkan bagian iris untuk membangun kembali outflow aqueus humor.IndikasiIridektomi diindikasikan untuk glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil, iridektomi juga diindikasikan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata yang beresiko yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi. Laser iridektomi juga dilakukan pada serangan glaukoma akut dan pada mata kontra-lateral dengan potensial glaucoma akut.KontraindikasiIridektomi laser tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis iridis karena dapat terjadi perdarahan. Resiko perdarahan juga meningkat pada pasien yang menggunakan anti-koagulan sistemik, seperti aspirin. Walaupun laser iridektomi tidak membantu dalam kasus glaukoma sudut tertutup yang disebabkan oleh mekanisme blok pupil, tetapi kadang-kadang laser iridektomi perlu dilakukan unutk mencegah terjadinya blok pupil pada pasien dengan sudut bilik mata tertutup.Pertimbangan sebelum operasiPada glaukoma sudut tertutup akut sering mengalami kesulitan saat melakukan iridektomi laser karena kornea keruh, sudut bilik mata dangkal, pembengkakan iris. Sebelum dilakukan laser harus diberikan inisial gliserin topikal untuk memperbaiki edema kornea agar mudah untuk mempenetrasi kripta iris.TeknikPada umumnya iridektomi menggunakan argon laser tetapi pada keadaan kongesti, edema dan inflamasi akibat serangan akut, teknik ini sulit dilakukan. Setelah dilakukan identasi gonioskopi, kekuatan inisial diatur dalam 0,02-0,1 detik dan kekuatan 500-1000 mW. Biasanya teknik yang digunakan adalah teknik pewarnaan iris. Argon laser dan Nd: YAG laser sama- sama dapat digunakan untuk iridektomi. Namun, pemakaian Nd: YAG laser lebih disukai. Karena lebih cepat, lebih mudah, dan energy yang dibutuhkan lebih sedikit daripada argon laser. Lebih lanjut lagi, keefektifan dari Nd: YAG laser ini tidak berpengaruh pada keadaan iris dan lubang iridektomi yang dihasilkan lebih jarang tertutup kembali daripada argon laser.Perawatan setelah operasiPerdarahan dapat terjadi ditempat iridektomi. Pada perdarahan ringan dapat diatasi dengan terapi anti-koagulasi. Namun pada pasien yang mengalami kelainan pembekuan darah dapat diatasi dengan argon laser karena argon laser dapat membantu proses koagulasi pembuluh darah. Peningkatan tekanan intaokular dapat terjadi setelah operasi. Apabila terjadi inflamasi maka dapat disembuhkan dengan menggunakan kortikosteroid topikal.KomplikasiKomplikasi dari argon laser adalah sinekia posterior, katarak lokal, meningkatnyatekanan intraokular, iritis, lubang iridektomi lebih cepat tertutup kembali dan terbakarnya kornea dan retina. Pada umumnya komplikasi yang sering terjadi meliputi kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina, pendarahan, gangguan visus dan tekanan intraokular meningkat.6

Gambar: Setelah dilakukan iridektomi laser

Laser iridoplastiMerupakan tindakan alternatif jika tekanan intraokular gagal diturunkan secara intensif dengan terapi medikamentosa bila tekanan intraokularnya tetap sekitar 40 mmHg, visus jelek, kornea edema, dan pupil tetap dilatasi. Pada laser iridoplasti ini pengaturannya berbeda dengan pengaturan pada laser iridektomi. Di sini pengaturannya dibuat sesuai untuk membakar iris agar otot sfingter iris berkonraksi sehingga iris bergeser kemudian sudut pun terbuka. Agar laser iridoplasti berhasil maka titik tembakan harus besar, powernya rendah, dan waktunya lama.6e. Bedah insisiIridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser iridektomi seperti: Pada situasi iris tidak tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea, hal ini sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4-8 minggu. Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas. Pasien yang tidak kooperatif. Tidak tersedianya peralatan besar.5

Iridektomi bedah insisiDikerjakan pada kasus glaukoma sudut tertutup sebagai tindakan pencegahan. Dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan aliran humor aqueus dari kamera posterior ke kamera anterior. Diindikasikan pada penanganan glaukoma dengan penyumbatan pupil bila pembedahan laser tidak berhasil atau tidak tersedia. Pupil dibuat semiosis mungkin dengan menggunakan miotik tetes atau asetilkolin intra kamera. Kemudian dilakukan insisi 3mm pada korneosklera 1 mm di belakang limbus. Insisi dilakukan agar iris prolaps. Bibir insisi bagian posterior ditekan sehingga iris perifer hampir selalu prolaps lewat insisi dan kemudian dilakukan iridektomi. Bibir insisi posterior ditekan lagi diikuti dengan reposisi pinggir iridektomi. Luka insisi kornea ditutup dengan satu jahitan atau lebih, dan bilik mata depan dibentuk kembali. Setelah operasi selesai, fluoresen sering digunakan untuk menentukan ada tidaknya kebocoran pada bekas insisi. Oleh karena kebocoran dapat meningkatkan komplikasi seperti bilik mata depan dangkal. TrabekulektomiDilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui sklera. Dilakukan dengan melakukan diseksi flap ketebalan setengah (half-tickness) sclera dengan engsel di limbus. Satu segmen jaringan trabekula diangkat, flap sklera ditutup kembali dan konjungtiva dijahit rapat untuk mencegah kebocoran cairan aqueus. Trabekulektomi meningkatkan aliran keluar humor aqueus dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah. Ketika cairan mengalir melalui saluran baru ini, akan terbentuk bleb (gelembung). Dapat diobservasi pada pemeriksaan konjungtiva. Persiapan sebelum operasi yaitu pembahasan ditujukan untuk memperbaiki penglihatan dan biasanya dikerjakan secara berencana, kecuali pada kasus-kasus yang tidak biasa, misalnya lensa hipermature yang sejak awal telah memberikan ancaman terjadinya ruptura. IndikasiTindakan trabekulektomi dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang berat atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer.KomplikasiSetelah prosedur filtrasi meliputi hipotoni (TIO rendah yang tidak normal), hifema (darah di kamera anterior mata), infeksi dan kegagalan filtrasi.

Gambar : Trabekulektomif. Ekstraksi lensaApabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi lensa dapat dipertimbangkan sebagai prosedur utama. Walaupun iridektomi laser dapat menghentikan serangan akut akibat blok pupil, namun operasi katarak baik dilakukan agar lebih aman untuk waktu yang akan datang.g. Tindakan profilaksisTindakan profilaksis terhadap mata normal kontralateral dilakukan laser iridektomi profilaksis, ini lebih disukai daripada perifer iridektomi bedah, yang dilakukan pada mata kontralateral yang tidak mempunyai simptom.

2.11. Prognosis Prognosis baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat terapi yang sesegera mungkin. Sering diagnosis dibuat pada stadium lanjut, dimana lapang pandang telah hilang secara progresif, iris menjadi atrofi dan midriasis pupil telah menetap. Penanganan episode akut yang terlambat akan menyebabkan sinekia sudut tertutup permanent dan bahkan menyebabkan kebutaan permanen dalam 2-3 hari.Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.

BAB IIILAPORAN KASUS

ANAMNESISIdentitas PasienNama: Ny. NHUmur : 48 tahunAlamat: Muara BengkalPekerjaan : IRTStatus: Menikah

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan di Poli Mata pada hari Kamis tanggal 19 Februari 2013.

Keluhan Utama: Mata kiri tidak dapat melihat

Riwayat Penyakit Sekarang Mata kiri tidak dapat melihat dikeluhkan pasien sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk RS. Keluhan ini sering disertai nyeri di belakang mata kiri seperti ditusuk tusuk. Nyeri mata ini sering menjalar ke kepala sebelah kiri dan terkadang ke seluruh bagian kepala dimana keluhan ini telah dirasakan pasien sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri pada mata kiri ini disertai dengan pandangan yang lama-kelamaan menjadi kabur dan akhirnya tidak dapat melihat. Namun pasien tidak pernah merasakan nyeri mata hebat mendadak ataupun mata terasa berdenyut. Terkadang pasien mengeluhkan matanya yang merah dan terus menerus mengeluarkan air namun tidak ada kotoran mata yang berlebihan. Pasien juga mengeluhkan sering merasa pusing dan mual namun tidak pernah muntah. Pasien juga mengeluhkan pandangan kabur pada mata sebelah kanannya. Keluhan ini tidak disertai nyeri dan mata merah.Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi tidak terkontrol (+) 20 tahun yang lalu. Riwayat DM disangkal

Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan pasien.

3.2. PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalisata Kesadaran : Compos mentis Keadaan Sakit: Tampak sakit sedang Tanda VitalNadi: 84 x/menit Tekanan darah: 160/90mmHgPernafasan: 20x /menit, regulerSuhu : 370C, aksiler

Kepala dan Leher: dalam batas normalThorax: dalam batas normalAbdomen: dalam batas normalEkstremitas: dalam batas normal

Status oftalmologisPemeriksaanMata kananMata kiri

Visus4/600

Apparatus LakrimasiLakrimasi (-)Lakrimasi (+)

Posisi bola mataNormal Normal

Gerakan bola mataBaik ke segala arahBaik ke segala arah

Palpebra superiorNormalNormal

Palpebra inferiorNormalNormal

Konjunctiva tarsusNormalNormal

Konjunctiva bulbiTidak ditemukan kelainanTidak ditemukan kelainan

Kornea JernihKeruh, edema (+)

COAKedalaman cukupKedalaman dangkal

Pupil Dilatasi 3 mmRefleks cahaya (+)Dilatasi 5 mmRefleks cahaya (-)

Iris Normal warna coklatIreguler, warna coklat pucat, neovaskular (+)

Lensa keruhkeruh

Slit lampKekeruhan lensaSinekia posterior arah jam 6, neovaskuler iris (+), lensa keruh

TIO17,7 mmHg59,1 mmHg

Gambar 2.1 Kondisi mata pasien saat berobat ke poli mataGambar 2.2 Pemeriksaan Slit Lamp

DIAGNOSIS KERJAGlukoma Akut Absolut

DIAGNOSIS LAIN Katarak senil Immatur OS

DIAGNOSIS BANDING Glaukoma fakomorfik Glaukoma Neovaskuler

PENATALAKSANAAN MRS Infus mannitol 20% IV 300cc selama 2 jam Timolol 0,5 % 2x1 gtt OS Asetazolamide initial dose 500 mg 3x 250mg Trabekulektomi dan ekstraksi lensa Edukasi penyakit dan kontrol Usulan: pemeriksaan elektrolit dan TIO berkala

PROGNOSISAd vitam: bonamAd functionam: malam

BAB IVPEMBAHASAN

Pasien Ny. NH usia 48 tahun, Penderita datang dengan mengeluhkan mata kiri tiba-tiba saja tidak bisa melihat, disertai keluhan mata kiri sangat nyeri menjalar ke kepala kiri. Keluhan ini disertai dengan nyeri di belakang mata kiri seperti ditusuk-tusuk dan mata dirasakan seperti mau terdorong keluar. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu pasien berobat ke poli mata. Pasien juga mengeluhkan mata yang sangat merah namun tidak gatal. Mata pasien terus menerus mengeluarkan air namun tidak ada kotoran mata yang berlebihan. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana keluhan utama atau gejala-gejala penderita dengan glaukoma akut umumnya berupa gangguan penglihatan, mata sakit, dan mata merah. Rasa sakit pada penderita glaucoma mempunyai derajat yang berbeda-beda. Sakit ini terdapat disekitar mata, pada alis mata atau didalam bola mata dengan atau tanpa sakit kepala. Mata merah terutama akibat injeksi siliar yang terjadi pada peninggian TIO yang cepat, sering disertai mual muntah. Dari anamnese keluhan utama disimpulkan bahwa pasien sedang dalam keadaan glaukoma akut. Keluhan mata kiri tidak dapat melihat sesuai dengan teori keluhan utama atau gejala penderita dengan glaukoma absolut berupa kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Sering mata dengan kebutaan ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Dari anamnesis keluhan utama disimpulkan bahwa pasien mengalami glaukoma absolut.Pada anamnesa juga didapatkan bahwa pasien memiliki riwayat penglihatan kabur sejak lama,. Jika dilihat dari riwayat ini maka dapat dipikirkan bahwa glaukoma yang diderita pasien kemungkinan adalah glaukoma sekunder akibat katarak pada matanya. Hal ini sesuai dengan teori dimana glaukoma sekunder dapat terjadi pada lensa yang mengalami katarak. Katarak imatur menimbulkan glaukoma bila kondisi lensa menjadi cembung akibat menyerap air sehingga mendorong iris menutup sudut bilik mata, glaukoma jenis ini disebut glaukoma fakomorfik. Sedangkan katarak matur atau katarak hipermatur menimbulkan glaukoma ketika lensa dengan kapsul yang intak akan mengeluarkan protein dengan berat molekul besar yang dapat menyumbat aliran aqueous humor karena obstruksi pada trabecular meshwork, glaukoma jenis ini disebut glaukoma fakolitik.Pada pemeriksaan fisik didapatkan: kornea keruh, pupil berukuran 5 mm dengan refleks cahaya (-), iris ireguler, warna coklat pucat, dengan neovaskuler iris yang menunjukkan adanya penekanan vena retina sentral, COA yang dangkal dan lensa keruh. Hasil pengukuran dengan tonometer digital didapatkan tekanan pada mata kiri 59,1 mmHg. Hal ini sesuai dengan teori dimana pada pemeriksaan Slit-lamp Biomikroskopi glaukoma ditemukan: Konjungtiva bulbi : hiperemia kongestif, kemotis dengan injeksi silier, injeksi konjungtiva, injeksi episklera. Kornea : edema, keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea. Bilik mata depan : dangkal, yang dapat dilihat dengan penyinaran dari samping. Iris : gambaran corak bergaris tak nyata karena edema, berwarna kelabu. Pupil : tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-kadang didapat midriasis yang total, tidak ada reaksi terhadap cahaya dan akomodasi. Pada pemeriksaan TIO ditemukan > 21 mmHg. Cara membedakan jenis katarak dapat dilihat pada tabel di bawah ini: PerbedaanInsipienImaturMaturHipermatur

Kekeruhan

Cairan lensa

Iris

Bilik mata depan

Sudut bilik mata

Shadow test

Penyulitringan

normal

normal

normal

normal

negatif

-sebagian

bertambah (air masuk)

terdorong

dangkal

sempit

positif

glaukomaseluruh

normal

normal

normal

normal

negatif

glaukomaMasif

berkurang (air+masa lensa keluar)

tremulans

dangkal

terbuka

pseudopositif

uveitis+glaucoma

Selain itu, pada pasien ini juga dapat di diagnosis banding dengan glaukoma neovaskular (GNV) pada stadium lanjut. Glaukoma neovaskuler merupakan kondisi yang cukup umum dan serius yang terjadi sebagai akibat neovaskularisasi iris (rubeosis iridis). Pada stadium lanjut, glaukoma ini menimbulkan gejala nyeri akut yang parah, sakit kepala, mual, dan/atau muntah, fotofobia, kerusakan visus yang berat (menghitung jari hingga lambaian tangan), TIO yang sangat tinggi (60 mmHg), injeksi konjungtiva, edema kornea, dengan/ tanpa hyphema, Flare pada humor aqueous, synechial angle closure (penutupan sudut akibat sinekia), rubeosis berat, pupil dilatasi sedang yang terdistorsi, terfiksir, dan neovaskularisasi retina dan/ atau perdarahan, serta optic nerve cupping.Pada pasien ini diberikan obat-obatan untuk menurunkan tekanan intraokular yang sangat tinggi, hal tersebut sudah sesuai dengan teori dimana pada kasus glaukoma akut yang terpenting adalah pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan intraokular. Namun pemberian obat-obatan hanya bersifat sementara karena pasien direncanakan akan menjalani operasi. Prinsip pengobatan glaukoma fakomorfik adalah glaukomanya diobati seperti glaukoma akut, dan bila tekanan intraokulernya sudah turun/tenang, lensanya dikeluarkan. Pasien diberikan Timolol maleat atau hemihydrate (Timoptic XE, Timoptic, Betimol), dapat mengurangi TIO yang tinggi dan normal, dengan atau tanpa glaukoma, dengan cara menghambat aliran. Dosis 1 tetes sebesar 0,25% atau 0,5% pada mata yang terkena.Pasien diberikan asetazolamide 3 x 250mg tab perhari. Asetazolamide termasuk golongan karbonik anhidrase yang bekerja menurunkan produksi humor akueous secara langsung dengan mengantagoniskan aktifitas dari epitel siliar karbonik anhidrase sehingga menurunkan produksi humor akueous dan menurunkan TIO. Pasien diberikan mannitol 20% 300cc/ hari. Mannitol merupakan golongan diuretik. Bila tidak dapat diberikan oral (misalnya; mual muntah) dapat diberikan secara intravena dalam 20% cairan dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit. Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian iv.Pada pasien dilakukan tindakan pembedahan trabekulektomi dan ekstraksi lensa. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terapi pembedahan dilakukan pada keadaan glaukoma akut berat yang tidak teratasi dengan medikamentosa yaitu berupa trabekulektomi untuk membuka sudut mata depan dan menurunkan TIO. Ekstraksi lensa dilakukan bila glaukoma disebabkan oleh katarak imatur maupun hipermatur.Prognosis pada pasien ini secara ad vitam bonam karena penyakit ini tidak mengancam nyawa, namun prognosa secara ad fungsionam pada mata kiri adalah malam karena tidak dapat digunakan untuk melihat kembali.

BAB VKESIMPULAN

Pasien perempuan berusia 48 tahun datang dengan keluhan mata kiri tidak dapat melihat sejak 1 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan adanya mata merah, nyeri pada mata yang menjalar sampai kepala disertai mual. Pasien memiliki riwayat penglihatan kabur sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang lalu dan tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik sacara umum status generalisata tidak mengalami kelainan. Sedang pada status lokalis ditemukan visus VOD: 4/60, VOS : 0, terdapat edema kornea, sudut bilik mata depan sebelah kiri yang dangkal, pupil midriasis dengan diameter 5 mm, refleks cahaya (-), iris ireguler, warna coklat pucat, disertai neovaskularisasi iris, kekeruhan lensa sebagian. Pada pemeriksaan slit lamp ditemukan sinekia posterior arah jam 6, neovaskuler di tepi iris dan kekeruhan lensa sebagian. Pada pemeriksaan TIO, didapatkan TIOS 59,1 mmHg. Diagnosa pada pasien ini adalah OS Glaukoma akut absolut. Terapi pada pasien ini antara lain infus mannitol 20%, Timolol 0,5 % eye drop 2 kali/hari dan asetazolamide 3 x 250 mg tab, serta dilakukan terapi pembedahan trabekulektomi dan ekstraksi lensa. Pasien diberikan edukasi mengenai penyakit dan dianjurkan untuk kontrol TIO secara berkala. Diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan teori. Prognosis pada pasien ini secara vitam bonam dan ad functionam adalah malam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Taim H, Simarmata M, et al. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahaiswa Kedokteran Edisi Ke-2. Sagung Seto, Jakarta : 20022. Vaughan D, Riordan P. Glaukoma. Dalam (Alih Bahasa : Tambajong J) : Oftalmologi Umum (General Ophthalmology) Edisi 14. Widya Medika, Jakarta : 20003. Ilyas,sidarta.Ilmu Perawatan Mata.Sagung Seto:Jakarta :20044. Anonymous. Glaukoma. http://www.solusisehat.net/artikel.php?id=322. Diakses 5 februari 2013.5. James B, Chew C, Bron A. Glaukoma. Dalam : Lecture Notes Oftalmologi Edisi Keembilan. Erlangga Medical Series, Jakarta : 20066. Kardi J, Gumansalangi EA. Glaukoma. Dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata. RSUD Dokter Sutomo, Surabaya : 19947. Wijaya N. Glaukoma. Dalam: Ilmu Penyakit Mata . Binarupa Aksara, Jakarta, 19968. Ilyas S. Penglihatan Menurun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam : Ilmu Penyakit Mata Edisi Ke-3. Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, Jakarta : 20049. Scott F. Glaucoma the patophysiology and diagnosis. Hospital pharmacist. July/august 2005.Vol.12 pg 251.10. Kanski JJ.Lens-related glaucoma.In: Clinical Ophthalmology.5th ed.2003:239.11. Glaucoma research Foundation. Glaucoma. 2005. Online (http: //www.nei.nih.gof/health/glaucoma/glaucoma_facts.asp, diakses pada tanggal 20 Februari 2013)

23