57
Presentasi Kasus OD GLAUKOMA ABSOLUT Pembimbing : dr. Teguh Anamani, Sp.M Disusun oleh: Desi Megafini 1410221055

Print Refrat Glaukoma Absolut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

glaukoma

Citation preview

Presentasi KasusOD GLAUKOMA ABSOLUT

Pembimbing :dr. Teguh Anamani, Sp.M

Disusun oleh:Desi Megafini 1410221055

SMF ILMU PENYAKIT MATARSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJOPURWOKERTO2014LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS OD Glaukoma Absolut

Diajukan untuk memenuhi syaratMengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Seniordi bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto

telah disetujui dan dipresentasikanpada tanggal: Maret 2015

Disusun oleh :Desi Megafini 1410211055

Purwokerto, Maret 2015Pembimbing,

dr. Teguh Anamani, Sp.M

KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahim.Segala puji dan syukur penulis panjatkan bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul OD Glaukoma absolut ini dengan segala kemudahan dan dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu.Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:1. dr. Teguh Anamani, Sp.M selaku pembimbing2. Rekan-rekan serta pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah presentasi kasus iniPenulis menyadari bahwa presentasi kasus yang dituangkan di dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis meminta maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak untuk menambah ilmu pengetahuan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.

Purwokerto, Maret 2015

Penulis

BAB IILUSTRASI KASUSIDENTITAS PENDERITANama: Ny. NJenis Kelamin: PerempuanUmur: 92 TahunPerkerjaan: Ibu Rumah Tangga Alamat: Benjalin

KELUHAN UTAMAOD Nyeri pada mata kananKELUHAN TAMBAHANOD pegal, terasa ada yang mengganjal, keluar air mata, perih, penglihatan mata kanan gelap, sakit kepala, mual tapi tidak muntahANAMNESISPasien datang ke poli mata RSMS dengan keluhan mata kanan terasa nyeri sejak 2 minggu SMRS. Nyeri dimata kanannya terasa di dalam mata, diseluruh bola mata, nyeri tidak dirasakan berdenyut, nyeri dirasakan terus-menerus dan semakin parah, nyeri juga tidak menjalar. Mata kanan pasien dirasakan pegal yang semakin lama semakin memberat. Pasien merasa di mata kanannya ada yang mengganjal dan mata kanannya keluar air terus menerus dan banyak serta kadang-kadang mata kanan pasien terasa perih. Pasien juga mengaku kepalanya teras nyeri, nyeri kepala dirasakan menyeluruh. Keluhan yang dialami pasien dirasakan semakin lama semakin memberat sehingga pasien mengeluhkan sulit tidur dan sering merasa mual tapi tidak disertai muntah. 1 minggu SMRS penglihatan mata kanan pasien hilang sepenuhnya. Pasien mengaku mata kanannya tidak dapat melihat sama sekali, bahkan untuk melihat sinar. Menurut pasien penglihatannya menurun secara perlahan-lahan, awalnya penglihatannya hanya kabur tapi pasien masih dapat melihat, lama kelamaan penglihatan mata kanan pasien semakin memburuk.Pasien mengaku selama 6 bulan SMRS mata kanannya sering sakit, pegal dan keluar air mata yang disertai sakit kepala dan mual. Keluhan ini hilang timbul, biasanya sembuh sendiri dan keluhan dapat sembuh dalam 1 atau 2 hari. Tetapi 2 minggu SMRS keluhan menetap dan semakin memberat. Selama terjadi keluhan, pasien tidak pernah merasakan matanya gatal, ada kotoran dan tidak ada anggota keluarga atau orang terdekat pasien yang mempunyai keluhan yang sama.Satu setengah tahun SMRS pasien mengaku pernah dioperasi katarak pada mata sebelah kiri, sekarang pasien merasa tajam penglihatan mata kirinya menurun. Pasien tidak mempunyai riwayat DM, hipertensi, alergi obat, obat-obatan dan trauma disekitar mata.STATUS PRESENKeadaan umum/ kesadaran: baik/ compos mentisVS :TD 90/60mmHgN 76x/menitRR 20X/menitS 36,5 C

STATUS OFTALMOLOGIKOCULUS DEXTEROCULUS SINISTER

0VISUS0,2

TDLVISUS dg KACAMATA SENDIRITDL

TDLVISUS KOREKSIPH 0,2

Eksoftalmus (-), gerak bebas ke segala arahBOLA MATAEksoftalmus (-), gerak bebas ke segala arah

Madarosis (-), trikiasis (-)SILIAMadarosis (-), trikiasis (-)

Edema (-), hiperemis (-)PALPEBRA SUPERIOREdema (-), hiperemis (-)

Edema (-), hiperemis (-)PALPEBRA INFERIOREdema (-), hiperemis (-)

Edema (-), hiperemis (-), sekret (-)KONJUNGTIVA PALPEBRAEdema (-), hiperemis (-), sekret (-)

Edema (-), sekret (-), inj. Siliar (+), inj. Konjungtiva (-)KONJUNGTIVA BULBIEdema (-), sekret (-), inj. Siliar (-), inj. Konjungtiva (-)

Ikterik (-), inj. Episklera (-)SKLERAIkterik (-), inj. Episklera (-)

edema (+), infiltrat (-)KORNEAedema (-), infiltrat (-)

COA dangkal, hifema (-), hipopion (-)BILIK MATA DEPANCOA dalam, hifema (-), hipopion (-)

Coklat gelap, reguler, sinekia (+)IRISCoklat gelap, reguler, sinekia (-)

Bulat, refleks cahaya (-) D +/- 6 mmPUPILBulat, refleks cahaya (+) D +/- 3 mm

JernihLENSAJernih

CemerlangREFLEKS FUNDUSCemerlang

CDR 0,5KORPPUS VITREUSCDR 0,3

N+2, 69 mmHg (Non contact)TEKANAN INTRAOKULIN, 14 mmHg (Non contact)

Edema (-), Hperemis (-)SISTEM KANALIS LAKRIMALISEdema (-), Hperemis (-)

Negatif (-)IRIS SHADOW TESTNegatif (-)

RINGKASANIdentitas : Ny. N, 92 tahunAnamnesis 3. KU: Nyeri pada mata kanan4. KT: Pegal, mengganjal, keluar air, perih, nyeri kepala, mata hilang penglihatan5. RPS: Keluhan sudah hilang timbul sejak 6 bulan SMRS, menetap serta makin parah 2 minggu SMRS.6. RPD: Operasi katarak mata kiri (+), DM (-), Hipertensi (-), alergi (-), obat-obatan (-), trauma (-)7. RPK: keluarga dan orang terdekat tidak ada memiliki keluhan yang serupa8. RP Sos-Ek: seorang buruhPemeriksaan1) Status presen: keadaan umum/ kesadaran : baik/ kompos mentisTD 90/60mmHgN 76x/menitRR 20x/menitS 36,5 C2) Status lokalis:ODa. Visus: 0b. Konjungtiva bulbi: inj. Siliar (+)c. Kornea : edema (+)d. Iris: Sinekia (+)e. Bilik mata depan: dangkalf. Refleks cahaya langsung & tidak langsung: (-) D +/- 6 mmg. CDR 0,5h. TIO: N+2, 69 mmHg (Non contact)OSa. Visus: 0,2 PH 0,2

DIAGNOSIS DIFERENSIALOD Glaukoma sudut tertutup PrimerOD Glaukoma sudut tertutup subakutOD Glaukoma sudut tertutup kronikOD Glaukoma absolutOS PseudoafakiaDIAGNOSIS KERJAOD Glaukoma absolut, OS PseudoafakiaTERAPIMecobalamin 500 mg tab 15. 2x1 tabKSR 15. 2x1 tabGlaucon 250 mg tab 20. 3x1 tabTimolol eye drop 0,25 1. 2x1 tetes/hariPROGNOSISODOSQuo ad visamad malamad bonamQuo ad sanamad malamad bonamQuo ad vitamad malamad bonamQuo ad cosmeticamad malamad bonamUSULAN/RENCANARujuk ke dokter spesialis mata untuk dilakukan penatalaksanaan lebih lanjutUsulan motivasi untuk enukleasi bulbi atau cryotherapy surgery

TINJAUAN PUSTAKAII.1. Anatomi Bilik Mata Depan (COA)Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan pengaturan tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan aquos harus melalui bilik mata depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal Schlemn. Sudut bilik mata depan dibentuk oleh jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Bila teradapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis schwalbe, anyaman trabekular dan taji sklera (sceral spur). Garis schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea dan membran descement. Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang mengarah ke corpus ciliare. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik, yang membentuk suatu filter dengan pori yang semakin mengecil ketika mendekati kanal Schlemm. Bagian dalam anyaman ini, yang menghadap ke bilik mata depan, dikenal sebagai anyaman uvea, bagian luar, yag berada di dekat kanal Schlemm, disebut anyaman korneoskleral. Serat-serat longitudinal otot siliar menyisip ke dalam anyaman trabekula tersebut. Taji sklera merupakan penonjolan sklera ke arah dalam di antara corpus ciliare dan kanal schlemm, tempat iris dan corpus ciliare menempel. Saluran-saluran eferen dari kanal schlemm (sekitar 300 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous) berhubungan dengan sistem vena episklera.

II.2. Fisiologi Aquos HumorTekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueous adalah suatu cairan jernih yang mengisi camera oculi anterior dan camera oculi posterior, selain itu juga berfungsi sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Volumenya adalah sekitar 250 L, dan kecepatan pembentukannya memiliki variasi diurnal adalah 2,5 L/menit.Tekanan osmotiknya lebih tinggi dibandingkan plasma.

Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma processus ciliares dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke bilik mata belakang, aqueous humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan. Selama itu, terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen aqueous dengan darah di iris. Anyaman trabekular terdiri atas berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular, membentuk suatu jaringan dengan ukuran pori-pori yang semakin mengecil sewaktu mendekati kanal schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam anyaman trabekular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman tersebut sehingga kecepatan drainase aqueous humor juga meningkat. Selanjutnya aqueous humor dialirkan ke kanalis schlemm, kanalis kolektor, vena episclera, vena ophtalmica, sinus cavernosus, vena jugularis.Kecepatan pembentukan cairan aquos dan hambatan pada mekanisme pengaliran keluarnya menentukan besarnya tekanan intraokuler. Normalnya tekanan di dalam bola mata berkisar antara 10-20 mmHg. Peningkatan tekanan intraokuler dapat terjadi akibat produksi cairan aquos yang meningkat misalnya pada reaksi peradangan dan tumor intraokuler atau karena aliran keluarnya yang terganggu akibat adanya hambatan pada pratrabekular, trabekular atau post trabekular.Resistensi utama terhadap aliran keluar humor aquous dari COA adalah lapisan endotel saluran schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekula di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi medis.

II.3. Komposisi Aqueous HumorAqueous Humour adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan bilik mata belakang. Aqueous Humour dibentuk dari plasma didalam jalinan kapiler prosesus siliaris. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisinya hampir sama dengan plasma, hanya saja cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi sementara protein, urea dan glukosa yang lebih rendah. Unsur pokok dari aqueous humour normal adalah air (99,9%), protein (0,04%) dan lainnya dalam milimol/kg adalah Na+ (144), K+ (4,5), Cl- (110), glukosa (6,0), asam laktat (7,4), asam amino (0,5) dan inositol (0,1).

II.4. GLAUKOMAII.4.1. DefinisiGlaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapang pandang, biasannya disertai peningkatan tekanan intraokular. Pada sebagian kasus, glaukoma tidak disertai dengan penyakit mata lainnya. Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus.Discus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cawan optik.Peningkatan tekanan intraokular merupakan faktor risiko signifikan untuk terbentuknya glaukoma ( lebih dari 20 mmHg atau 2.9 kPa). Seseorang mungkin saja mengalami kerusakan saraf pada tekanan yang relatif rendah ketika orang lainnya dapat memiliki tekanan intraokular tinggi dalam jangka waktu lama tanpa mengalami kerusakan saraf. Glaukoma yang tidak diterapi dapat menyebabkan kerusakan permanen saraf optik yang akhirnya mengarah ke kebutaan.Glaukoma, secara garis besar, dapat dibagi ke dalam dua kategori utama, sudut terbuka dan sudut tertutup. Glaukoma sudut tertutup dapat muncul tiba-tiba dan biasanya pasien mengeluhkan nyeri sedang sampai berat; gangguan penglihatan dapat berkembang dengan cepat tetapi dengan adanya gejala yang membuat pasien merasa tidak nyaman, hal ini akan membawa pasien untuk berobat sebelum terjadi kerusakan yang lebih permanen. Glaukoma sudut terbuka biasanya berkembang secara perlahan, dan penderita seringkali baru menyadari hilangnya penglihatan ketika penyakit tersebut sudah mengalami progresi yang signifikan.II.4.2. Epidemiologi Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika Serikat terkena glaukoma, dan di antara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika, menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Ameriksa serikat. Glaukoma sudut terbuka primer, bentuk tersering pada ras kulit hitam dan putih, menyebabkan penyemputan lapang pandang bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi penyempitan lapang pandang yanng luas. Ras kulit hitam memiliki risiko yang lebih besar mengalami onset didni, keterlambatan diagnosis, dan penurunan penglihatan yang berat dibandingkan ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih. Presentase inijauh lebih tinggi pada orang asia dan suku inuit. Glaukoma sudut tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma di China, Glaukoma tekanan normal merupakan tipe yang paling sering di jepang.Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umunya penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia diatas 50 tahun, tingkat resiko penderita glaukoma meningkat sekitar 10 %. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Menurut WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), uveitis (10,2%) age-related mucular degeneration (AMD) (8,7%).

II.4.3. Faktor Resiko1) Tekanan intarokuler yang tinggiTekanan intraokulerdi atas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.2) UmurRisiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi 40 tahun yang terkena glaukoma3) Riwayat glaukoma dalam keluargaGlaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita galukoma mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Risiko terbesar adalah kakakberadik kemudian hubungan orang tua dan anak.4) Obat-obatanPemakaian steroid secara rutin, misalnya pemakaian tetes mata yang mengandung steroid yang tidak terkontrol dapat menginduksi terjdinya glaukoma.5) Riwayat trauma pada mata6) Riwayat penyakit lain : Riwayat penyakit Diabetes, Hipertensi4II.4.4. KlasifikasiKlasifikasi glaukoma menurut Vaughan :1.Glaukoma primera. Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simplek)b. Glaukoma sudut tertutup2.Glaukoma sekundera. Pigmentasib. Pseudoeksfoliasic. Dislokasi lensad. Intumesensi lensae. Fakolitikf. Uveitisg. Traumah. Tindakan bedah okulari. Neovaskularisasij. steroid3. Glaukoma Kongenitala. Anomali perkembangan segmen anteriorb. Aniridia4.Glaukoma absolute

II.4.4.1. GLAUKOMA PRIMERII.4.4.1.1. Glaukoma Sudut TerbukaDefinisiGlaukoma sudut terbuka (simpleks) merupakan glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Glaukoma simpleks ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada kedua mta pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab. Peningkatan tekanan intraokular medahului kelainan diskus optikus dan lapang pandang selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.Pada glaukoma sudut terbuka, kerusakan lapangan pandang mata dimulai dari tepi lapangan pandang dan lambat laun meluas ke bagian tengah. Dengan demikian penglihatan sentral (fungsi makula) bertahan lama, walaupun penglihatan perifer sudah tidak ada sehingga penderita tersebut seolah-olah melihat melalui teropong (tunnel vision). Adanya gejala yang terjadi sangat lambat yang kadang-kadang tidak disadari oleh penderita glaukoma simpleks ini sangat berbahaya karena penderita biasanya memeriksakan dirinya jika gejala sudah parah atau sudah dalam tahap kebutaan dan sudah merusak nervus optikus.Diduga glaukoma primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50% penderita sehingga riwayat keluarga juga penting diketahui dalam menggali riwayat penyakit.

PatofisiologiGambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah adanya proses degeneratif anyaman trabekular, termasuk pengendapan materi ekstrasel di dalam anyaman dan dibawah lapisan endotel kanal schlemm. Hal ini berbeda dari proses penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase aqueous humor yanng menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.

Jika TIO tetap tinggi, akan terjadi kerusakan-kerusakan hebat pada mata, yaitu:a. Degenerasi nervus optikus berupa ekskavasi yang dikenal sebagai cuppingb. Degenerasi sel ganglion dan serabut saraf dari retina berupa penciutan lapangan pandang (skotoma)c. Atropi iris dan corpus siliar serta degenerasi hialin pada prosesus siliar

Gejala Klinisa. Gejala glaukoma simpleks ini agak lambat, kadang tidak disadari penderita (silent disease). Mata tidak merah dan tidak ada keluhan lain. Pasien datang biasanya jika sudah ada gangguan penglihatan, keadaan penyakitnya sudah berat.b. Hampir selalu bilateralc. Lapang pandang menyempit (tunnel vision)d. Glaukoma simpleks umunya tajam penglihatan tidak terganggu kecuali stadium lanjut

Tanda klinisa. Kornea edema dan keruh (terjadi gangguan pompa Na). Bila edema berlangsung kronik maka akan timbul mikrovesikel (epitel menggelembung karena air masuk ke stroma), jika vesikel pecah akan menjadi ulkus.b. COA dalamc. Refleks pupil lambatd. TIO meningkat (22-45 mmHg)e. Penyempitan lapang pandangf. Atropi nervus optikus dan terdapat cupping abnormal (C/D > 0,3)g. Facility of outflow menurun. Pada gambaran patologi ditemukan proses degeneratif pada jala trabekula, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jala dan di bawah lapisan endotel kanal Schlemm.

PenatalaksanaanMedikamentosaa. Timololb. Asetazolamid + KCLc. PilokarpinPada glaukoma sudut terbuka primer dosis terapi dimulai dari dosis terendah dan dimulai dengan satu obat terlebih dahulu. Jika dosis maksimal dan jenis obat maksimal tidak dapat mengatasi glaukoma sudut terbuka primer tersebut, maka lakukan tindakan operatif.Pembedahana. TrabekulektomiDiagnosis Bandinga.Hipertensi okularHipertensi okular adalah peningkatan tekanan intraokular tanpa kelainan diskus optikus atau lapang pandang. Diagnosis ini secara umum ditegakkan jika didapatkan kenaikan TIO di atas 21 mmHg sesuai dengan rata-rata TIO dalam populasi. Beberapa dari pasien ini akan menunjukan peningkatan tekanan intraokular tanpa lesi glaukoma, tetapi beberapa dari mereka akan menderita glaukoma sudut terbuka. Risiko meningkat seiring dengan peningkatan tekanan intraokular, bertambahnya usis, semakin beratnya cupping diskus optikus, riwayat glaukoma dalam keluarga dan mungkin riwayat miopia, diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi okular dianggap tersangka glaukoam dan harus menjalani pemantauan teratur tekanan intraokular, diskus optikus, dan lapang pandang (satu sampai dua kali setahun). Pasien hipertensi okular yang tidak mengalami glaukoma kemungkinan besar mempunyai kornea yang relatif tebal sehingga memberikan penaksiran tekanan intraokular yang terlalu tinggi.

b.Glaukoma tekanan normal (tekanan rendah)Beberapa pasien dengan kelainan glaukomatosa pada diskus optikus atau lapangan pandang memiliki tekanan intraokular yang tetap di bawah 21 mmHg. Pasien-pasien ini mengidap glaukoma tekanan normal atau rendah. Patogenesis yang mungkin adalah kepekaan yang abnormal terhadap tekanan intraokular karena kelainan vaskular atau mekanis caput nervi optici, atau bisa juga murni karena penyakit okular. Sebelum diagnosis glaukoma tekanan rendah dapat ditegakkan, sejumlah entitas harus disingkirkan:a. Episode peningkatan tekanan intraokular sebelumnya seperti yang disebabkan oleh uveitis anterior, trauma atau terapi steroid topikalb. Variasi diurnal yang besar pada tekanan intraokular dengan peningkatan mencolok, biasanya pada pagi haric. Tekanan intraokular yang berubah sesuai postur dengan peningkatan mencolok saat pasien berbaring rata.d. Peningkatan tekanan intraokular intermiten,seperti pada penutupan sudut subakute. Penaksiran tekanan intraokular yang terlalu rendah akibat berkuranngnya ketebalan korneaf. Penyebab kelainan diskus optikus dan lapang pandang yang lain termasuk kelainan diskus kongenital, neuropati optik herediter dan tarofi optik didapat akibat tumor atau penyakit vaskular.

II.4.4.1.2. Glaukoma Sudut TertutupDefinisiPeningkatan tekanan intraokular terjadi karena sumbatan aliran keluar aqueous akibat adanya oklusi pada sudut iridokornea. Keadaan ini dapat bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan oftalmologik atau dapat tetap asimptomatik sampai timbul penurunan penglihatan.

PatofisiologiMekanismenya adalah peninggian TIO karena blok pupil relative, dengan bersentuhnya pinggir pupil dengan permukaan depan lensa melalui suatu proses semi midriasis. Hal ini akan menghasilkan tekanan yang meninggi pada COP (Camera Oculi Posterior) karena terdorongnya bagian iris perifer ke depan dan menutup sudut COA. Hal ini terutama terjadi pada orang dengan COA dangkal.

Jadi, ada beberapa hal penting yang berperan menimbulkan glaukoma sudut tertutup ini :a. Blok pupil relative yang maksimal terdapat pada pupil dengan lebar 4-5mm.b. Lensa yang bertambah besar, terutama pada usia tua. Makin bertambah usia, lensa bertambah besar, sehingga mudah terjadi blok pupil relative.c. Tebalnya iris bagian perifer dan terjadinya iris bombe yang mendorong ke arah trabekula sehingga muara trabekula tertutup.d. COA yang dangkal, terdapat pada hipermetropia (karena sumbu bola mata pendek) dan pada usia tua (karena ukuran lensa yang bertambah besar).

Gejala klinisa. Penglihatan kaburb. Nyeri hebatc. Terdapat halod. Mual dan muntahe. Sakit kepala

Tanda klinisa. Kornea edemab. COA dangkalc. Pupil dilatasid. Reaksi pupil negatife. TIO meningkat 45-60 mmHg, mata teraba kerasf. Penyempitan lapang pandangg. C/D >0,3

Klasifikasia. Glaukoma sudut tertutup akutGlaukoma sudut tertutup akut terjadi bila iris bomben yang menyebabkan oklusi sudut bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini menghambat aliran keluar aqueous humor sehingga tekanan intraokular meningkat. Pada glaukoma sudut tertutup akut tekanan intarokular meningkat mendadak dieksaserbasi oleh pembesaran lensa kristalina yang berkaitan dengan penuaan biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, dilatasi pupil yang terjadi secara spontan di malam hari saat pencahayaan berkurang, dapat juga dengan obat-obatan antikolnergik atau simpatomimetik (atropine, antidepresan, bronkodilator inhalasi, dekongestan hidung). Pada glaukoma sudut tertutup akut ditemukan mata merah dengan penglihatan turun mendadak, secara tiba-tiba merasakan nyeri hebat pada mata dan kepala, mual muntah, pupil dilatasi dan injeksi siliar. Pasien terkadang dikira menderuta penyakit gastrointestinal. Glaukoma sudut tertutup akut bila tidak diobati akan menjadi kronis. Glaukoma sudut tertutup akut adalah suatu kedaruratan oftalmologik. Terapi ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular. Asetazolamid intravena dan oral bersama obat topikal, seperti penyekat beta dan apraclonidine dan jika perlu hiperosmotik. Kemudian diteteskan pilokarpin 2% satu setengah jam setelah terapi dimulai, yaitu saat iskemia iris berkurang dan tekanan intraokular menurun sehingga memungkinkan sfingter pupil berespons terhadap obat. Setelah tekanan intraokular dapat dikontrol, harus dilakukan iridotomi perifer untuk membentuk hubungan permanen antara bilik mata depan dan belakang dengan menggunakan laser YAG: neodymium.b. Glaukoma sudut tertutup subakutFaktor-faktor yang berperan pada glaukoma sudut tertutup subakut sama dengan yang berperan pada tipe akut, kecuali bahwa episode peningkatan tekanan intraokular berlangsung singkat dan rekuren. Penutupan sudut bilik mata depan membaik secara spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada sudut bilik mata depan dan disertai sinekia anterior, dapat menjadi akut. Didapatkan riwayat serangan berulang yang terjadi pada malam hari dan sembuh dalam semalam. Terapinya adalah iridotomi perifer dengan laser.c. Glaukoma sudut tertutup kronikPada glaukoma sudut tertutup kronik mengalami sinekia anterior perifer yang semakin meluas disertai dengan peningkatan tekanan intraokular secara bertahap. Para pasien ini beranifestasi seperti yang diperlihatkan oleh pasien glaukoma sudut terbuka primer sering dengan penyempitan lapang pandang yang ekstensif di kedua mata. Iridotomi perifer dengan laser harus selalu dilakukan sebagai langkah pertama. Epinefrin dan miotik tidak boleh dipakai, sebab obat-obat tersebut dapat memperparah penutupan sudut.

II.4.4.2. GLAUKOMA SEKUNDERDefinisiPeningkatan tekanan intraokular yang terjadi sebagai suatu manifestasi dari penyakit mata lain disebut glaukoma sekunder.

PatofisiologiGlaukoma sekunder ini bisa terdapat dengan sudut terbuka ataupun sudut tertutup.a. Glaukoma pigmentasiSindrom dispersi pigmen ditandai oleh pengendapan abnormal pigmen di bilik mata depan terutama di anyaman trabekular yang akan mengganggu aliran keluar aqueous. Studi dengan ultrasonografi menunjukan pelekukan irirs ke posterior sehingga irirs berkontak dengan zonula atau processus ciliares, mengindikasikan pengelupasan granul-granul pigmen dari permukaan belakang iris. Orang-orang ini harus dianggap sebagai tersangka glaukoma karena 10% dari mereka akan mengalami glaukoma dalam 5 tahun. Terapi miotik maupun iridotomi perifer dengan laser mampu membalikan konfigurasi iris yang abnormal.b. Glaukoma pseudoeksfoliasiTerdapat endapan-endapan bahan berserat warna putih di permukaan anterior lensa, processus ciliares, zonula, permukaan posterior iris, melayang bebas di bilik mata depan dan di anyaman trabekular. Penyakit ini biasannya dijumpai pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Terapinya sama dengan terapi glaukoma sudut terbuka.c. Glaukoma akibat kelainan lensa (dislokasi lensa)Lensa kristalina dapat mengalami dislokasi akibat trauma atau secara spontan, misalnya pada sindrom marfan. Dislokasi anterior dapat menimbulkan sumbatan pada apertura pupil yanng menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut. Pada dislokasi anterior, terapi definitifnya adalah ekstraksi lensa segera setelah tekanan intraokular terkontrol.d. Glaukoma akibat kelainan lensa (intumesensi lensa)Lensa dapat menyerap cukup banyak cairan sewaktu mengalami perubahan pada katarak, sehingga ukurannya membesar. Lensa ini kemudian dapat melanggar batas bilik mata depan, menimbulkan sumbatan pupil dan pendesakan sudut, serta menyebabkan glaukoma sudut tertutup. Terapi berupa ekstraksi lensa, segera setelah tekanan intraokular terkontrol secara medis.e. Glaukoma fakolitikSebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran kapsul lensa anterior dan memungkinkn protein-protein lensa yang mencair masuk ke dalam bilik mata depan. Terjadi reaksi peradangan di bilik mata depan, anyaman trabekular menjadi edema dan tersumbat sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular. Ekstraksi lensa merupakan terapi definitif, dilakukan segera setelah tekanan intraokular terkontrol secara medis dan terapi steroid topikal telah mengurangi peradangan intraokular.f. UveitisAkibat peradangan pada uvea terjadi pengeluaran sel radang oleh tubuh selanjutnya sel radang tersebut menumpuk di anyaman trabekula dan menimbulkan sumbatan sehingga outflow humor aqueous terganggu dan tekanan intraokular meningkat. Penutupan sudut akibat seklusi pupil dapat dipulihkan dengan midriasis intensif, tetapi sering memerlukan iridotomi perifer dengan laser atau iridektomi bedah. Miotik dihindari karena dapat meningkatkan kemungkinana terjadinya sinekia posterior.g. Glaukoma akibat traumaCedera kontusio bola mata dapat diertai dengan peningkatan dini tekanan intraokular akibat perdarahan ke dalam bilik mata depan (hifema). Darah bebas menyumbat anyaman trabekula, yang juga mengalami edema akibat cedera. Terapi awal dilakukan dengan obat-obatan, tetapi mungkin diperlukan tindakan bedah bila tekanannya tetap tinggi.h. Glaukoma setelah tindakan bedah okularTindakan bedah pada mata yang menimbulkan peningkatan tekanan intraokular yang bermakna dan sudut sempit atau tertutup dapat menyebabkan glaukoma sumbatan siliaris. Segera setelah pembedahan, tekanan intraokular meningkat hebat dan lensa terdorong ke depan akibat penimbunan aqueous di dalam dan di belakang korpus vitreus. Pasien awalnya merasakan penglihatan jauh yang kabur, tetapi penglihatan dekatnya membaik serta diikuti oleh nyeri dan peradangan. Terapi terdiri atas siklopegik, midriatik, penekanan aqueous humor dan obat-obat hiperosmotik.i. Glaukoma neovaskluarNeovaskularisasi iris (rubeosis iris) dan sudut bilik mata depan paling sering disebabkan oleh iskemia retina yang luas seperti yang terjadi pada retinopati diabetik stadium lanjut dan oklusi vena sentralis retinae iskemik. Glaukoma mula-mula timbul akibat sumbatan sudut oleh membran fibrovaskular, tetapi kontraksi membran selanjutnya menyebabkan penutupan sudut. Pada banyak kasus, terjadi kehilangan penglihatan dan diperlukan prosedur siklodestrukif untuk mengontrol tekanan intraokular.j. Glaukoma akibat steroidPenggunaan steroid jangka waktu lama (terutama topical) dapat menyebabkan trabekulum terganggu (perubahan struktur trabekulum seperti ayakan tertutup) dan menggangggu outflow. Juga dapat terjadi penimbunan glikosaminaglikan dalam bentuk polimer pada trabekulum meshwork yang mengakibatkan biologik edem sehingga resistensi alira aqueous humor bertambah. Steroid juga menekan aktivitas fagositosis sel endotel trabekulum sehingga debris pada cairan aquos tertimbun di trabekulum. Apabila terapi steroid topikal mutlak diperlukan, terapi glaukoma secara medis biasanya dapat mengontrol tekanan intraokular. Terapi steroid sistemik jarang menyebabkan peningkatan intraokular. Pasien yang mendapat terapi steroid topikal atau sistemik harus menjalani tonometri dan oftalmoskopi secara periodik, terutama bila ada riwayat glaukoma pada keluarga.

Gejala KlinisGejala yang ditimbulkan tergantung penyakit yang mendasarinya.Ditambah dengan gejala dari jenis glaukomanya, apakah sudut tertutup atau sudut terbuka.

DiagnosisTergantung dari penyakit yang mendasarinya serta tipe glaukomanya.

PenatalaksanaanPengobatan berdasarkan penyakit yang mendasarinya. Untuk glaukoma, penatalaksanaannya sama dengan penjelasan sebelumnya, tergantung tipe glaukoma yang ditimbulkan.

PrognosisTergantung pada penyakit yang mendasarinya.II.4.4.3. GLAUKOMA KONGENITALKlasifikasia. Glaukoma kongenital primer, menunjukan kelainan perkembangan yang terbatas pada sudut bilik mata depanb. Anomali perkembangan segmen anteriorKelompok penyakit yang jarang ini membentuk suatu spektrum gangguan perkembangan segmen anterior, yang mengenai sudut, iris, kornea dan kadang-kadang lensa. Biasannya terdapat sedikit hipoplasia stroma anterior iris disertai jembatan-jembatan filamen yang menghubungkan stroma iris dengan kornea.1) Sindrom axenfeld, apabila jembatan filamen terbentuk di perifer dan berhubungan dengan garis Schwalbe yang mencolok dan tergeser secara aksial.2) Sindrom Rieger, perlekatan iridokornea yang lebih luas disertai disrupsi iris3) Anomali peters, perlekatan terjadi di antara iris sentral dan bagian sentral permukaan posterior kornea.c. Aniridia, iris tidak berkembang, hanya ditemukan tidak lebih dari akar iris atau suatu batas iris yang tipis. Glaukoma sering kali timbul sebelum masa remaja dan biasanya tidak merespons penatalaksanaan medis atau bedah.

Temuan klinis50% kasus glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir, 70% kasus didiagnosis dalam 6 bulan pertama dan 80% kasus terdiagnosis di akhir tahun pertama.a. Epiporab. Fotofobiac. Penurunan kilau kornead. Peningkatan tekanan intraokulare. Pencekungan diskus optikus akibat glaukomaf. Peningkatan diameter kornea lebih dari 11,5 mmg. Edema epitelh. Robekan membran descemeti. Edema dan kekeruhan stroma kornea

Perjalanan penyakit & prognosisPada kasus yang tidak diobati, kebutaan timbul secara dini. Mata mengalami peregangan hebat dan bahkan dapat ruptur hanya karena trauma ringan. Pencekungan diskus optikus khas glaukoma timbul relatif cepat, menekankan perlunya terapi segera.

PenatalaksanaanGoniotomi atau trabekulektomi

II.4.4.4. GLAUKOMA ABSOLUTDefinisiStadium akhir glaukoma (tertutup/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.

Gejala klinisPada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan denga rasa sakit. Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.

PenatalaksanaanPengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata lelah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

II.4.5.PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Tajam penglihatanPemeriksaan ketajaman penglihatan bukan merupakan cara yang khusus untuk glaukoma, namun tetap penting, karena ketajaman penglihatan yang baik, misalnya 6/6 belum berarti tidak glaukoma. Pada glaukoma simpleks umumnya tajam penglihatan tidak terganggu kecuali pada stadium lanjut. Pada glaukoma sudut sempit dengan serangan akut akan terjadi penurunan tajam penglihatan yang berarti. Pemeriksaan menggunakan Snellen chart.b. TonometriTonometri adalah pengukuran tekanan intraokular. Rentang tekanan intraokular normal adalah 10-21 mmHg. Pada usia lanjut, rerata tekanan intraokularnya lebih tinggi sehingga batas atasnya adalah 24 mmHg. Tekanan bola mata untuk satu mata tak selalu tetap, tetapi dapat dipengaruhi seperti pada saat bernapas mengalami fluktuasi 1-2 mmHg dan pada jam 5-7 pagi paling tinggi, siang hari menurun, malam hari naik lagi. Hal ini dinamakan variasi diurnal dengan fluktuasi 3 mmHg.Menurut Langley dan kawan-kawan, pada glaukoma primer sudut terbuka terdapat empat tipe variasi diurnal yaitu 1) Flat type, TIO sama sepanjang hari; 2) Falling type, puncak TIO terdapat pada waktu bangun tidur; 3) Rising type, puncak TIO didapat pada malam hari; 4) Double variation; puncak TIO didapatkan pada jam 9 pagi dan malam hari. Menurut Downey, jika pada sebuah mata didapatkan variasi diurnal melebihi 5 mmHg ataupun selalu terdapat perbedaan TIO sebesar 4 mmHg atau lebih maka menunjukan kemungkinan suatu glaukoma primer sudut terbuka, meskipun TIO normal.Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu yang terkena akan memperlihatkan tekanan intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa. Sebaliknya, peningkatan tekanan intraokular tidak selalu diartikan bahwa pasien mengedap glaukoma sudut terbuka primer untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti adanya diskus optikus glaukomatosa atau kelainan lapangan pandang. Apabila tekanan intraokular terus-menerus meninggi sementara diskus optikus dan lapangan pandang normal (hipertensi okular), pasien dapat diobservasi secara berkala sebagai tersangka glaukoma.Ada empat macam tonometer yang dikenal yaitu tonometer schiotz, tonometer digital, tonometer aplanasi dan tonometeri Mackay-Marg. Pengukuran tekanan intraokular yang paling luas digunakan adalah tonometer aplanasi Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu.Tonometer aplanasi merupakan alat yang paling tepat untuk mengukur tekanan bola mata dan tidak dipengaruhi oleh faktor kekakuan sklera.Tonometer schiotz merupakan alat yang paling praktis sederhana.Pengukuran tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan melihat daya tekan alat pada kornea, karna itu dinamakan juga tonometri indentasi schiotz.Dengan tonometer ini dilakukan penekanan terhadap permukaan kornea menggunakan sebuah beban tertentu. Makin rendah tekanan bola mata, makin mudah bola mata ditekan, yang pada skala akan terlihat angka skala yang lebih besar. Tansformasi pembacaan skala tonometer ke dalam tabel akan menunjukan tekanan bola mata dalam mmHg. Kelemahan alat ini adalah mengabaikan faktor kekakuan sklera. Tonometer digital adalah cara yang paling buruk dalam penilaian terhadap tekanan bola mata oleh karena bersifat subjektif. Dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan reaksi kelenturan bola mata (balotement) pada saat melakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan. Tekanan bola mata dengan cara digital dinyatakan dengan nilai N(seperti ujung hidung), N+1(seperti lidah di balik pipi), N+2(seperti dahi) dan sebaliknya N-1(hipotenar) sampai seterusnya.Pada penderita tersangka glaukoma, harus dilakukan pemeriksaan serial tonometri. Variasi diurnal tekanan intraokular pada pada orang normal berkisar 6 mmHg dan pada pasien glaukoma variasi dapat mencapai 30 mmHg.c. GonioskopiGonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma. Gonioskopi dapat menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada semua pasien suspek glaukoma, dan pada semua individu yang diduga memiliki sudut bilik mata depan yang sempit. Dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat adanya perlekatan iris bagian perifer ke depan (peripheral anterior sinechiae).Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran yang menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan:a. Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.b. Pita badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.c. Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita badan shier.d. Trabekulum meshworke. Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork. Pembuluh darah umumnya terlihat pada sudut normal terutama pada biru.

Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap, sebelumnya mata ditetesi anastesi topical. Pasien duduk di depan lampu slitlamp, goniolens diletakkan di permukaan kornea, dapat dilihat bagian dari sudut bilik mata : garis schwalbe (bagian akhir dari membrane descemet, trabecular, kanal schlemm, scleral spur(insersi sclera pada M.Siliaris) dan badan siliar. Dinilai dengan 4 derajat :Derajat 0: bila tidak terdapat struktur dan terdapat kontak kornea dengan iris, disebut sudut tertutup.Derajat 1: bila tidak terlihat setengah bagian trabekulum sebelah belakang dan garis schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit, maka mungkin terjadi sudut tertutup.Derajat 2: sebagian kanal schlemm terlihat, disebut sudut sempit, kelainan ini mempunyai kemampuan untuk tertutup.Derajat 3: bila bagian belakang kanal schlemm masih terlihat, masuk scleral spur disebut sudut terbuka sedang, pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup.Derajat 4: badan siliar terlihat disebut sudut terbuka.d. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata Depan dengan SlitlampMerupakan suatu cara untuk menilai lebar dan sempitnya sudut bilik mata depan. Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik bilik mata depan, menggunakan sebuah senter atau dengan pengamatan kedalaman bilik mata depan perifer menggunakan slitlamp, yang umumnya digunakan yaitu teknik Van Herick. Dengan teknik ini, berkas cahaya langsung diarahkan ke kornea perifer, menggunakan sinar biru untuk mencegah penyinaran yang berlebihan dan terjadinya miosis. Pada teknik ini, kedalaman sudut bilik mata depan (PAC) dibandingkan dengan ketebalan kornea (CT) pada limbus kornea temporal dengan sinar sudut 60. Penilaiannnya dibagi dalam empat grade yaitu: -Grade 4 : PAC > 1 CT-Grade 3 : PAC > -1/2 CT-Grade 2 : PAC = CT-Grade 1 : PAC CTPAC = CT sudut sempit (kedalaman sudut 20)Untuk menilai kedalaman sudut digunakan sistem Shaffer (1960) yaitu sebagai berikut:KlasifikasiTertutupInterprestasi

Grade 0Tertutup

Grade slitHanya terbuka beberapa derajatKemungkinan beresiko tertutup

Grade I10Beresiko tertutup

Grade II20Observasi

Grade III30Tidak ada resiko sudut tertutup

Grade IV40 atau lebihTidak ada resiko sudut tertutup

Akan tetapi, sudut mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi yang memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut.Dengan gonioskopi juga dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, selain itu juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris bagian perifer ke bagian depan. Apabila keseluruhan anyaman trabekular, taji sklera dan processus iris dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka.Apabila hanya garis Schwalbe atau sebagian kecil dari anyaman trabekular yang terlihat, sudut dinyatakan sempit. Apabila garis Scwalbe tidak terlihat, sudut dinyatakan tertutup.e. Lapang Pandang (perimetry)Lapangan pandang adalah bagian ruangan yang terlihat oleh suatu mata dalam sikap diam memandang lurus ke depan. Lapangan pandang normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat bawah. Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah automated perimeter (misal Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter Goldmann, Friedmann field analyzer, dan layar tangent. Perimeter berupa alat berbentuk setengah bola dengan jari-jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini mata penderita diletakkan untuk diperiksa. Objek digeser perlahan-lahan dari tepi ke arah titik tengah kemudian dicari batas-batas pada seluruh lapangan pada saat benda mulai terlihat.Penurunan lapangan akibat glaukoma sendiri tidak spesifik karena gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf optikus.Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya skotoma relative atau absolut yang terletak pada 30 derajat sentral..Pada stadium akhir penyakit, ketajaman penglihatan sentral mungkin normal tetapi hanya 5 derajat lapangan pandang di tiap-tiap mata.Pada glaukoma lanjut, pasien mungkin memiliki ketajaman penglihatan 20/20 tetapi secara legal buta.Untuk pemeriksaan lapang pandang secara sederhana dapat dilakukan uji konfrontasi dengan cara mata kiri pasien dan mata kanan pemeriksa ditutup. Penderita berdiri berhadapan dengan pemeriksa kira-kira 1 meter. Mata pemeriksa normal. Mata kanan pasien dan mata kiri pemeriksa saling melihat. Tangan pemeriksa di gerakan dari nasal menuju lateral, superolateral, superior, superomedial, medial, inferomedial, inferior, inferolateral. Bila pasien melihat minta pasien untuk memberitahu dan sebaliknya. Pada keadaan ini bila pasien melihat pada saat yang bersamaan dengan pemeriksa berarti lapang pandang pasien adalah normal. Syarat pemeriksaan ini adalah lapang pandang pemeriksa normal. Pada glaukoma terjadi penyempitan lapang pandang sampai tersisa bagian sentral sehingga seperti orang melihat dalam lorong (tunnel vision), selanjutnya yang tersisa hanya di bagian temporal akhirnya menjadi buta total.f. Oftalmoskopi Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang harus diperhatikan adalah keadaan papil.Perubahan yang terjadi pada papil dengan glaukoma adalah penggaungan (cupping) dan degenerasi saraf optik (atrofi).Jika terdapat penggaungan lebih dari 0,3 dari diameter papil dan tampak tidak simetris antara kedua mata, maka harus diwaspadai adanya ekskavasio glaukoma.Gambar 1. Diskus optikus normal. Lihat batas tegas dari diskus optikus, demarkasi yang jelas dari cup, dan warna pink cerah dari sisi neuroretinal.Gambar 2. Rasio C/D pada nervus optikus ini mendekati 0,6. Hubungan klinis dengan riwayat dari pasien dan juga pemeriksaan menunjukkan bahwa nervus optikus ini abnormal. Gambar 3. Cup nervus optikus yang bersifat glaukomatous. Cup pada nervus optikus ini membesar sampai 0,8, dan terdapat penipisan yang khas pada sisi inferior neuroretinal, terbentuk suatu takik.

g. TonografiTonografi dilakukan untuk mengukur banyaknya cairan aquos yang dikeluarkan melalui trabekula dalam satu satuan waktu. Caranya: tonometer diletakkan di kornea selama 4 menit dan tekanan intraokuler dicatat dengan suatu grafik. Dengan suatu rumus, dari grafik tersebut dapat diketahui banyaknya cairan bilik mata yang meninggalkan mata dalam satu satuan waktu (normal: C=0,13). Akhir-akhir ini tonografi banyak yang meragukan kegunaannya, sehingga banyak yang telah meninggalkannya.h. Tes ProvokasiTes ini dilakukan pada suatu keadaan yang meragukan. Pada glaukoma primer sudut terbuka dapat dilakukan beberapa tes provakasi sebagai berikut :(6)1) Tes minum airPenderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian disuruh minum satu liter air dalam lima menit. Lalu diukur tiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.2) Pressure Congestion TestPasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg selama satu menit.Kemudian ukur tensi intraokular nya.Kenaikan 9 mmHg atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih 11 mmHg berarti patologis.3) Tes steroidPada mata pasien diteteskan larutan dexamethason 3-4 tetes, selama dua minggu.Kenaikan tensi intraokular 8 mmHg menunjukan glaukoma.

II.4.6.PENATALAKSANAANSasaran utama pengobatan glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan intraokuler sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan lapangan pandang dan ketajaman penglihatan lebih lanjut yang berujung pada kebutaan dengan cara mengontrol tekanan intraokuler supaya berada dalam batasan normal.Penatalaksanaan glaukoma terdiri dari tiga macam, yaitu medikamentosa, pembedahan dan laser. Pembedahan dan laser dilakukan jika obat-obatan tidak mampu mengontrol tekanan intraokuler. 1. MedikamentosaBerdasarkan tujuan farmakoterapinya, obat anti glaukoma dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: untuk supresi produksi cairan aquos, meningkatkan aliran keluar cairan aquos, menurunkan volume korpus vitreus.Supresi produksi cairan aquosa. Penghambat adrenergik beta (beta blocker)1) Timolol maleat 0,25% dan 0,5% (diberikan 2 kali sehari, masa kerja 12 jam)2) Betaksolol 0,25% dan 0,5%3) Levobunolol 0,25% dan 0,5%4) Metipranolol 0,3%5) Carteolol 1% dua kali sehari Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi,depresi, kebingungan, kambuhnya asma, payah jantung kongestif. Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit obstruksi jalan napas menahun, terutama asma dan defek hantaran jantung.Betaxolol dengan selektif yang tinggi terhadap reseptor beta 1 lebih jarang menimbulkn efek samping respiratorik, tetapi obat ini juga kurang efektif dalam menurunkan tekanan intraokular.b. ApraklonidinSuatu agonis adrenergik 2 yang menurunkan pembentukan Aquoeus humor tanpa efek pada aliran keluar. Larutan 0,5% tiga kali sehari dan 1% sebelum dan sesudah terapi laser.c. BrimonidineLarutan 0,2% dua kali sehari adalah suatu agonis adrenergik alfa yang terutama menghambat pembentukan aqueous humor dan juga meningkatkan pengaliran aqueous keluar. Sering ditemukan rekasi alergi.d. Inhibitor karbonat anhidraseMenghambat enzim karbonik anhiddrase (enzim untuk produksi aqueous humor) di corpus siliaris sehingga produksi humor aquos menurun.1) Asetazolamid dosis 125-250 mg sampai 4x sehari peroral atau 500 mg sekali atau 2x sehari atau secara IV (500 mg). Pada anak diberikan 10-15 mg/kgBB/hari dengan dosis terbagi 3 atau 4, juga dapat diberikan intravena. Pemberian obat ini timbul poliuria.Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni, granulositopeni, kelainan ginjal, parasestesia, lemas, impotensi, hipokalemia (pemberiannya bersama dengan suplemen kalium seperti KSR dan asparka)2) Diklorfenamid3) Metazolamid Untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang sangat tinggi perlu segera dikontrol.Meningkatkan aliran keluar cairan aquosa. Pilokarpin : larutan 0,5-6% diteteskan beberapa kali sehari, gel 4% sebelum tidur.Pilokarpin (miotikum) obat golongan parasimpatomimetik membuat muskulus siliaris berkontraksi sehingga pupil menjadi miosis, sklera spur tertarik sudut menjadi terbuka dan akhirnya meningkatkan outflow aqueous humor.b. Demekarium bromide 0,125% dan 0,25% c. Ekotiopat iodide 0,03%-0,25%Meningkatkan aliran keluar Aquoeus humor dengan bekerja pada jalinan trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai meredupnya penglihatan, terutama pada pasien katarak.d. Epinefrin 0,25-2% Diteteskan sekali atau 2x sehari, meningkatkan aliran keluar aquoeus humor dan sedikit banyak disertai penurunan pembentukan Aquoeus humor . Bersifat simpatomimetik yang memacu reseptor adrenergik alfa dan beta dengan akibat turunnya produksi cairan aqueous humor dan meningkatnya aliran keluar aqueous humor melalui trabekulum meshwork. Efek samping: hiperemi konjungtiva, midriasis sementara, reaksi alergi kelopak mata dan hipertensi sistemik. Kontraindikasi golongan ini pasien dengan sudut sempit karena menyebabkan glaukoma sudut tertutup akut akibat efek midirasis obat ini. e. Dipifevrin 0,1%Diberikan 2 kali sehari. Suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi bentuk aktifnya.Menurunkan volume korpus vitreusa. Obat-obat hiperosmotik Darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum selain itu juga terjadi penurunan produksi Aquoeus humor . Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma maligna yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan oleh perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan menyebabkan penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder). Gliserin (gliserol) oral, 1 ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin dicampur dengan jus lemon, adalah obat yang paling sering digunakan, tetapi harus hati-hati bila digunakan pada pengidap diabetes. Pilihan lain adalah isosorbide oral dan urea intravena atau manitol intravena.

2. Pembedahan Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos di dalam sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik filtrasi.Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan medikamentosa tidak berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan pembedahan, penglihatan yang sudah hilang tidak dapat kembali normal, terapi medikamentosa juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi lebih sedikit.1) IridenkleisisDilakukan dengan anestesi lokal. Pada jam 12, konjungtiva bulbi dilepaskan dengan membuat flap konjungtiva, sampai ke limbus. Kemudian dilakukan sayatan di kornea di jam 12, melalui luka ini iris dijepit dan ditarik ke luar, di potong lalu dijepit di luka kornea. Konjungtiva kemudian dijahit kembali. Cairan bilik mata berjalan dari coa melalui luka iridenkleisis masuk ke subkonjungtiva. Pada mata tampak kolaboma pada iris dan pupil tambak sebagai lubang kunci yang terbalik, dapat timbul astigmatisme sehingga dapat menimbulkan penurunan visus.Juga katarak dipercepat terjadinya kurang lebih 2-3 tahun. Jika tensi baik setelah 6 bulan, maka akan terus baik. Hanya 25-35% bekerja kurang dari 6 bulan.2) Trepanasi dari EliotDengan anestesi lokal, buatlah flap konjungtiva di limbus di jam 12.Dengan alat trepa (diameter 1-2mm) dipotong setengah dari kornea dan setengah dari sklera.Melalui lubang ini iris di jepit dan dilakukan iridektomi. Kemudian flap konjungtiva dijahit kembali. Dengan demikian akuos humor akan mengalir dari sudut coa melalui lubang trepanasi ke sub konjungtiva3). Sklerotomi dari ScheiePada Operasi Scheie diharapkan terjadi pengaliran cairan aquos di bilik mata depan langsung ke bawah konjungtiva. Pada operasi ini dilakukan pembuatan flep konjungtiva di limbus atas (arah jam 12) dan dibuat insisi korneoskleral ke dalam bilik mata depan. Untuk mempertahankan insisi ini tetap terbuka, dilakukan kauterisasi di tepi luka insisi. Kemudian flep konjungtiva ini ditutup. Dengan operasi ini diharapkan terjadinya filtrasi cairan aquos melalui luka korneoskleral ke subkonjungtiva. 4).SiklodialiseKalau operasi filtrasi seperti disebut terdahulu tidak menolong, maka dilakukan siklodialise terutama untuk glaukoma dengan afakia.Disini filtrasi terjadi melalui ruang suprakoroid.

5). TrabekulektomiMerupakan teknik yang paling sering digunakan. Pada teknik ini, bagian kecil trabekula yang terganggu diangkat kemudian dibentuk bleb dari konjungtiva sehingga terbentuk jalur drainase yang baru. Lubang ini akan meningkatkan aliran keluar cairan aquos sehingga dapat menurunkan tekanan intraokuler. Tingkat keberhasilan operasi ini cukup tinggi pada tahun pertama, sekitar 70-90% .Sayangnya di kemudian hari lubang drainase tersebut dapat menutup kembali sebagai akibat sistem penyembuhan terhadap luka sehingga tekanan intraokuler akan meningkat. Oleh karena itu, terkadang diperlukan obat seperti mitomycin-C and 5-fluorourasil untuk memperlambat proses penyembuhan. Teknik ini bisa saja dilakukan beberapa kali pada mata yang sama. 6. Cryotherapy surgeryPada glaukoma absolut badan siliar berfungsi normal memproduksi cairan akuos, tapi arus keluar terhambat untuk satu alasan atau yang lain. Sehingga tekanan intraokular yang tinggi menyebabkan rasa sakit kepada pasien dan menyebabkan mata buta yang menyakitkan.Karena itu, dilakukan dengan cara menghancurkan badan siliar dengan cyclocryotherapy mengarah pada mengurangi pembentukan cairan akuos, menurunkan tekanan intraokular dan memperbaiki rasa sakit.Caranya terlebih dahulu menginjeksikan obat anestesi dibawah permukaan retrobulbar dan injeksi 2% Xylocain, melingkar dan mencembung dari retina (cryo-probe) dengan diameter 4 mm, dilakukan langsung pada permukaan konjungtiva utuh, pusat ujung menjadi 4 mm dari limbus, selama 1 menit pada suhu sekitar-60 sampai -65 , secara langsung di atas tubuh ciliary. Dalam semua kasus, probe diaplikasikan sedemikian rupa sehingga margin es-kawah menyentuh satu sama lain pada setiap aplikasi, dan aplikasi yang diberikan di sekeliling limbus, kecuali dalam dua belas pertama matanya di mana ia diterapkan di bagian atas saja.Setelah cryosurgery mata yang empuk selama 24 jam, dengan menggunakan salep mata chloromphenical yang kemudian dilanjutkan 4 kali sehari. Tidak ada obat anti-inflamasi digunakan baik secara lokal atau sistemik. Hanya analgesik diberikan.Pasca-operasi tekanan intraokular diperiksa setelah 24 jam, pada hari ke 7, hari ke 14, 6 minggu dan 3 bulan setelah operasi.Keunggulan melakukan cyclocryotherapy karena memiliki keunggulan cyclodiathermy suhu subfreezing kurang merusak struktur lain mata, dapat dengan aman diulang beberapa kali, dapat dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.7) Laser Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata kemudian sinar laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke mata. Risiko yang dapat terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal tersebut hanya berlangsung untuk sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim dilakukan adalah :a. LaserIridektomyTeknik ini biasa digunakan sebagai terapi pencegahan yang aman dan efektif untuk glaukoma sudut tertutup. Dilakukan dengan membuat celah kecil di iris perifer dan mengangkat sebagian iris yang menyebabkan sempitnya sudut bilik mata depan. Beberapa keadaan yang tidak memungkinkan dilakukannya laser iridektomy, diantaranya kekeruhan kornea, sudut bilik mata depan yang sangat sempit dengan jaringan iris yang sangat dekat dengan endotel kornea, penderita yang pernah menjalani operasi ini sebelumnya namun gagal dan pada penderita yang tidak bisa diajak bekerja sama.

Pada umumnya komplikasi yang terjadi pada laser iridektomi meliputi kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina, pendarahan, gangguan visus dan tekanan intra okular meningkat. Kerusakan lensa dihindari dengan cara menghentikan prosedur dan segera penetrasi iris untuk iridektomi lebih ke superior iris periferb. Laser Peripheral Iridotomy (LPI)Dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Pada teknik ini dibuat lubang kecil di iris perifer sehingga iris terdorong ke belakang lalu sudut bilik mata depan akan terbuka. c. Laser TrabeculoplastyDilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Sinar laser (biasanya argon) ditembakkan ke anyaman trabekula sehingga sebagian anyaman mengkerut. Kerutan ini dapat mempermudah aliran keluar cairan aquos. Pada beberapa kasus, terapi medikamentosa tetap diperlukan. Tingkat keberhasilan dengan Argon laser trabeculoplasty mencapai 75%. Karena adanya proses penyembuhan luka maka kerutan ini hanya akan bertahan selama 2 tahun. d. Neodymium: YAG laser cyclophotocoagulation (YAG CP) Teknik ini digunakan pada glaukoma sudut tertutup. Caranya dengan merusak sebagian corpus siliar sehingga produksi cairan aquos berkurang.

8) GoniotomiMembuat sayatan pada sudut bilik anterior, biasanya untuk penatalaksanaan glaukoma kongenital

II.4.7.KOMPLIKASIa. Sinekia anterior periferIris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran mata keluar. Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekula sehingga menimbulkan sumbatan irversible sudut kamera anterior dan menghambat aliran aqueous humor keluar.Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata.penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang dapat mencapai 50 60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan saraf yang terjadi. b. KatarakLensa yang membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang akan menambah hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut. Glaukoma, pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa.c. Atrofi retina dan saraf optikDaya tahan unsure-unsur saraf mata terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah buruk.Terjadi gaung glaukoma pada pupil optik dan atrofi retina, terutama pada lapisan sel-sel ganglion.d. KebutaanKontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.e. Glaukoma kronikPenatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebakan perjalan progesif dari glaucoma yang lebih parah.

II.4.8PROGNOSISTanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total. Apabila obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Apabila proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA1. Ilyas S. Glaukoma dalam ilmu penyakit mata. Ed 3. Cetakan ke 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. Hal: 8, 167-170, 212-2162. Vaughan DG, Eva RP, Asbury T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika. Jakarta. 2000.3. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.4. Wijana Nana. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke 3; 1983. Hal: 167-187\5. Glaucoma. Available: https://en.wikipedia.org/wiki/Glaucoma Accesed May, 13th 20136. Glaucoma. Available: http://www.webmd.com/eye-health/glaucoma-eyes Accesed May, 13th 20137. Glaucoma. Available: http://www.ahaf.org/glaucoma/about/glabout.htmlAccesed May, 13th 20138. James B, Chew C, Bron A.Anatomi dalamOftalmologi. Edisi IX.Erlangga. Jakarta 2006;1-179. American Academy of Ophthalmology : Basic and clinical science course 2003 - 2004.10. Jerald A Bell..Ocular Hypertension. In : E - Medicine [online]. 2008. Available from :http://www.emedicine.com/ocularhipertention.html11. Jane O, Lorraine C. Ophthalmology at a glance. Blsckwell sciene. 2005.