36
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis adalah penyakit dengan penyebab autoimun, bersifat kronik dan residif, yang ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan. 1 Walaupun kondisi ini tidak mengancam nyawa atau menyebabkan kematian, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih lagi mengingat bahwa perjalanannya bersifat menahun dan residif. 1 Psoriasis dapat menyerang perempuan maupun laki- laki dengan resiko yang sama. 1,2 Psoriasis dapat muncul pada usia kapan saja, akan tetapi posriasis jarang ditemukan pada usia kurang dari 10 tahun. Kondisi ini lebih sering muncul pada usia 15-30 tahun. 3 Psoriasis merupakan salah satu peradangan kulit yang paling sering terjadi di negara-negara barat dimana hampir 2% dari penduduknya pernah menderita psoriasis selama masa hidupnya. 4 Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi dibandingkan penduduk kulit berwarna. 1 Hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti mengapa psoriasis bisa timbul. 4 Pada kebanyakan kasus ada pengaruh yang kuat dari 1

Refferat Psoriasis Vulgaris

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Kasus Stase Kulit

Citation preview

Page 1: Refferat Psoriasis Vulgaris

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psoriasis adalah penyakit dengan penyebab autoimun, bersifat kronik dan residif,

yang ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang

kasar, berlapis-lapis dan transparan.1 Walaupun kondisi ini tidak mengancam nyawa

atau menyebabkan kematian, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan kosmetik,

terlebih lagi mengingat bahwa perjalanannya bersifat menahun dan residif.1 Psoriasis

dapat menyerang perempuan maupun laki-laki dengan resiko yang sama.1,2 Psoriasis

dapat muncul pada usia kapan saja, akan tetapi posriasis jarang ditemukan pada usia

kurang dari 10 tahun. Kondisi ini lebih sering muncul pada usia 15-30 tahun.3

Psoriasis merupakan salah satu peradangan kulit yang paling sering terjadi di

negara-negara barat dimana hampir 2% dari penduduknya pernah menderita psoriasis

selama masa hidupnya.4 Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi dibandingkan

penduduk kulit berwarna.1 Hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti

mengapa psoriasis bisa timbul.4 Pada kebanyakan kasus ada pengaruh yang kuat dari

faktor genetik, terutama bila penyakit mulai diderita pada awal remaja atau dewasa

muda, akan tetapi walaupun biasanya didapatkan adanya riwayat keluarga, seringkali

tidak didapatkan pola keturunan yang jelas pada penderita psoriasis.4 Terdapat tiga

faktor yang berperan dalam patogenesa psoriasis yaitu faktor genetik, faktor imunologik

dan berbagai faktor pencetus.1

Proses penyakit ini merupakan gabungan dari hiperproliferasi epidermis dan

akumulasi sel-sel radang yang disertai pemendekan waktu transit epidermis (epidermal

turn over) dari yang normalnya sekitar 8-10 minggu (+311 jam) berubah menjadi

beberapa hari (+36 jam).3,4 Secara histopatologis gambaran utama dari kondisi ini antara

lain: (1) Epidermis yang menjadi sangat tebal atau akantosis, (2) Retensi nukleus pada

1

Page 2: Refferat Psoriasis Vulgaris

stratum korneum atau parakeratosis, (3) Peningkatan aktivitas mitosis keratinosit,

fibroblas dan sel endotel, (4) Adanya Microabsces of Munro berupa akumulasi polimorf

pada stratum korneum, serta (5) Pelebaran pembuluh kapiler pada dermis bagian atas.4

Psoriasis memiliki beberapa bentuk klinis yaitu Psoriasis Vulgaris, Psoriasis Gutata,

Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural), Psoriasis Eksudativa (Seboriasis), Psoriasis

Pustulosa (yang terdiri atas Psoriasis Barber dan Psoriasis Von Zumbusch), serta bentuk

terakhir yaitu Eritroderma Psoriatik.1

Dalam penatalaksanaan psoriasis perlu diperhatikan mengenai luasnya lesi kulit,

lokalisasi lesi kulit, usia penderita dan ada tidaknya kontraindikasi terhadap obat yang

kita berikan. Pengobatan kausal belum dapat diberikan sehingga pengobatan ditujukan

untuk menghilangkan faktor-faktor yang dianggap sebagai pencetus timbulnya psoriasis

antara lain pemberian sedatif pada stres psikis, serta penatalaksanaan terhadap adanya

infeksi fokal seperti tonsilitis, karies gigi dan infeksi parasit.1 Selain itu diberikan pula

penanganan yang betujuan untuk menekan atau menghilangkan lesi psoriasis yang telah

ada baik dengan pengobatan topikal seperti salep/krim yang mengandung steroid dan

tar, maupun dengan pengobatan sistemik seperti pemberian kortikosteroid, sitostatika

(Metothrexate) atau bahkan dengan pengobatan kombinasi seperti Psoralen sistemik

dengan penyinaran sinar UV (PUVA).1,5

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tatalaksana yang tepat dalam menangani psoriasis vulgaris?

1.3 Tujuan (kegunaan bagi dokter umum)

1.3.1 Untuk mengetahui secara garis besar gambaran penyakit psoriasis vulgaris

2

Page 3: Refferat Psoriasis Vulgaris

1.3.2 Untuk mengetahui garis besar tatalaksana dalam menangani penyakit psoriasis

vulgaris

1.3.3 Untuk mengetahui cara mengukur derajat keparahan psoriasis dan pemilihan terapi

yang tepat berdasarkan PASI Score

1.3.4 Untuk mengetahui preparat yang digunakan dalam terapi topikal, fototerapi, dan

terapi sistemik, dosis, indikasi, serta efek sampingnya

3

Page 4: Refferat Psoriasis Vulgaris

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,

ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,

berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.1

2.2 Epidemiologi

Prevalensi psoriasis sangat bervariasi tergantung pada etnisitas. Psoriasis terjadi

paling sering di Kaukasia, dengan kejadian diperkirakan 60 kasus per 100.000 / tahun pada

populasi ini. Prevalensi di Amerika Serikat adalah 2-4 %, meskipun jarang atau tidak ada di

beberapa populasi Afrika-Amerika. Di Cina, angka kejadiannya diperkirakan 0,3 %.

Prevalensi di Eropa Utara dan Skandinavia adalah 1,5-3 %. Wanita dan pria sama-sama

dipengaruhi oleh kondisi ini. Meskipun psoriasis dapat terjadi pada semua usia, rata-rata

usia terjadinya psoriasis adalah 33 tahun, dengan 75 % kasus dimulai sebelum usia 46

tahun.6

Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan

gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif.

Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Insiden pada

pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi

umumnya pada orang dewasa.1

2.3 Etiopatogenesis

4

Page 5: Refferat Psoriasis Vulgaris

Factor genetic

Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis, resiko mendapat psoriasis 12%,

sedangkan jika salah seorang orangtuanya menderita psoriasis resikonya

mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe : psoriasis tipe I

dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat

bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong adanya factor genetic ialah bahwa

psoriasis berkaitan dengan HLA.1

Factor imunologik

Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga

jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit.

Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi pada

umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri

atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik pada epidermis.

Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfost T

CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekita 17 sitokin yang produksinya bertambah.

Sel langerhans juga berperan pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya

proliferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen

maupun endogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis

(turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal

lamanya 27 hari.1

Psoriasis pertama kali digambarkan sebagai penyakit yang terutama

mempengaruhi proliferasi keratinosit epidermal dan infiltrasi inflamasi kulit

sekunder. Dalam dekade terakhir ini telah menjadi jelas bahwa psoriasis adalah

penyakit kekebalan-dimediasi inflamasi sistemik terutama melibatkan sel Th1.

Sitokin dari jalur Th1 (interferon-γ, interleukin 2, interleukin 12, dan TNF-α)

5

Page 6: Refferat Psoriasis Vulgaris

mendominasi di plak psoriasis. Hal ini diterima secara luas bahwa stimulus tidak

diketahui mengaktifkan kulit dendritik antigen-sel penyajian. Antigen-presenting

sel diaktifkan kemudian mengaktifkan sel T helper yang mengarah ke rilis

berikutnya dari kaskade sitokin inflamasi. Kaskade ini mengakibatkan rekrutmen

dan aktivasi dari jenis sel lain seperti sel-sel endotel dan neutrofil, dan produksi

kemokin dan faktor pertumbuhan. Akhirnya ini mengarah ke proliferasi

keratinosit. Sebuah kondisi inflamasi kronis kemudian memastikan dan

mengarah pada pembentukan lesi kulit psoriasis. Baru-baru ini, Interleukin-17-

mensekresi T helper (Th 17) telah diidentifikasi untuk memainkan peran penting

dalam patogenesis psoriasis. Interleukin-17 mempromosikan peradangan dengan

menginduksi ekspresi chemoattractants yang ditemukan pada lesi psoriasis. Th17

sel juga mengeluarkan interleukin 22, yang terlibat dalam diferensiasi keratinosit

dan menyebabkan proliferasi keratinosit.6,7

Berbagai factor pencetus

Ada beberapa pencetus diantaranya stress psikis, infeksi fokal, trauma,

(fenomena kobner), endokrin, gangguan metabolic, obat juga alcohol daan

merokok.1

6

Page 7: Refferat Psoriasis Vulgaris

Gambar 1. Mekanisme imunologi pada psoriasis

Diambil dari kepustakaan nomor 8

2.4 Gejala klinis

Sebagian penderita mengeluhkan gatal ringan. Tempat predoleksi pada scalp,

perbatasan daerah tersebut dengan muka, ektremitas bagian ekstensor terutama siku serta

lutut, dan daerah lumbosakral.1

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan

skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan

sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-

lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi:

7

Page 8: Refferat Psoriasis Vulgaris

lentikular, nummular atau plakat, dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar

lentikular disebut psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi

setelah infeksi streptococcus.1

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner (isomorfik).

Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tidak

khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken

planus dan veruka plana juvenilis.1

Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada

goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Pada fenomena

auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis.1

Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis :

1. Psoriasis vulgaris

Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula

tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.1

Gambar 2. Gambaran klinis psoriasis vulgaris

Diambil dari kepustakaan nomor 8

8

Page 9: Refferat Psoriasis Vulgaris

2. Psoriasis gutata

Psoriasis bentuk ini sering menyerang anak-anak dan dewasa serta sering menyertai

sakit tenggorokan causa streptococcus. Secara klasik psoriasis gutata tampak sangat

kecil,merah,seperti tetesan air, berskuama (istilah gutata diambil dari bahasa latin

yang berarti “tetesan air hujan”). Setiap lesi biasanya berdiameter 0,2-1 cm dan

berbentuk bulat sampai oval.1

Psoriasis gutata dapat berkembang menjadi bentuk plak kronik. Presentasi pasien

psoriasis gutata yang berkembang menjadi psoriasis plak tidak jelas, tapi mungkin

sekitar 40-50%. Pasien dengan psoriasis plak kronik dapat juga berkembang

menjadi psoriasis gutata yang menyertai infeksi saluran pernafasan atas.1

3. Psoriasis inversa (psoriasis fleksural)

Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi di daerah fleksor sesuai dengan

namanya.1

4. Psoriasis eksudativa

Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada

bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.1

5. Psoriasis seboroik (seboriasis)

6. Psoriasis pustulosa

Ada dua bentuk psoriasis pustular, yaitu palmar-plantar dan generalisata :

a. Pustulosis palmar plantar

Pustulosis Palmar-plantar juga dikenal sebagai psoriasis pustular palmar-plantar.

Bentuk psoriasis ini terlokalisasi berupa pustul steril pada telapak tangan dan

kaki, biasanya tersusun secara simetris. Bentuk psoriasis ini jarang sekali pada

usia sebelum dewasa, dan dapat tampak de novo atau pada pasien yang telah

diketahui terkena psoriasis. Biasanya terdapat eritem yang berbatas tegas,

dengan skuama pada daerah yang berpustul (lihat gambar 6,hal.189). Pustul

awal berwarna krem putih klasik dengan dasar eritem. Hal diatas biasanya

9

Page 10: Refferat Psoriasis Vulgaris

berwarna matur sampai setengah kecoklatan. Kulit tangan dan kaki dapat

menjadi sangat tebal dan retak-retak yang terasa nyeri sekali. Kedua kondisi

tersebut terasa gatal yang terus menerus. Tampak hubungan yang erat antara

psoriasis pustulosa dengan merokok, lebih dari 95% yang terkena psoriasis

adalah perokok.1

b. Psoriasis pustular generalisata

Psoriasis pustular generalisata adalah suatu kedaruratan kulit. Tampak pustul

steril yang biasanya dengan dasar kulit eritroderma (kerusakan kulit total,lihat

dibawah). Mungkin ada daerah psoriasis klasik yang bisa membantu diagnosis

tapi sering sekali kulit pasien tampak berwarna sangat merah dengan sedikit

atau tidak ada skuama. Steroid oral dapat menjadi pemicu keadaan kondisi

tersebut dan seharusnya tidak boleh digunakan secara rutin pada pengobatan

psoriasis. Keadaan umum pasien biasanya jelek dan harus dirawat di rumah

sakit sebagai suatu masalah kedaruratan.1

7. Eritroderma psoriatik

Dikatakan eritroderma jika menyerang lebih dari 95% kulit dengan lesi kulit

apapun. 1

Psoriasis eritrodermi dapat timbul melalui dua cara,yaitu :

1. Lesi kronik yang secara bertahap berkembang menjadi plak yang luas, yang

meliputi hampir seluruh bagian tubuh. Kondisi ini kadang menyebabkan

gangguan sistemik dan biasanya berespon baik dengan pengobatan ringan

hingga moderat.1

2. Psoriasis yang tidak stabil dapat tiba-tiba berkembang atau mengikuti periode

peningkatan ketidakstabilan dan intoleransi terhadap terapi topikal. Hal ini

merupakan kedaruratan medis dan pasien seharusnya di rawat di rumah sakit

untuk mendapatkan terapi dan pengawasan yang intensif. Hal tersebut

dihubungkan dengan gangguan sistemik yang signifikan dan dapat

10

Page 11: Refferat Psoriasis Vulgaris

menghasilkan ketidakseimbangan kontrol suhu tubuh dan ketidakseimbangan

cairan tubuh. Kondisi ini bisa dipicu oleh hipokalemi, anti malaria,coal tar atau

kegagalan terapi sistemik terutama steroid sistemik.1

2.5 Histopatologi

Psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni parakeratosis, dan

akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses munro.

Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.1

2.6 PASI dan Pilihan Pengobatan

Pengobatan psoriasis dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok besar,

yaitu : topikal, fototerapi, dan pengobatan sistemik. Tujuan pengobatan psoriasis

adalah untuk mengontrol penyakit sehingg menurunkan morbiditas dan

komplikasinya. Rencana manajemen disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan

individu pasien, dengan meningkatkan ekspektasi pasien dan persepsinya terhadap

tingkat keparahan penyakit, keuangan dan potensi dampak negatif akibat psoriasis.

Prinsip "do no harm" harus dilaksanakan dengan menghindari pengobatan yang

tidak memadai.9

11

Page 12: Refferat Psoriasis Vulgaris

Gambar 3. Pilihan terapi pada psoriasis

Diambil dari kepustakaan nomor 9

12

Page 13: Refferat Psoriasis Vulgaris

Gambar 4. Skema tatalaksana pada psoriasis

Diambil dari kepustakaan nomor 9

13

Page 14: Refferat Psoriasis Vulgaris

Tingkat keparahan penyakit merupakan kunci untuk perencanaan pengobatan

selanjutnya. Untuk penelitian yang melibatkan pasien dengan penyakit yang luas (biasanya

didefinisikan sebagai penyakit yang mempengaruhi 10% dari luas permukaan tubuh), Area

Psoriasis dan Indeks Keparahan (PASI) digunakan untuk mengukur tingkat keparahan

penyakit dan respon terhadap pengobatan. Pada kriteria PASI, skor > 10 dikorelasikan

dengan penyakit dengan derajat yang parah, dan memerlukan pemberian terapi

sistemik.Dalam praktek klinis, langkah-langkah penilaian sederhana mesti digunakan.

Pasien dapat dikategorikan memiliki psoriasis lokal, yang dimana akan diberikan

pengobatan topikal, atau psoriasis umum, yang akan menggunakan pengobatan dengan

fototerapi atau pengobatan sistemik. Biasanya, pasien yang terkena lebih dari 5-10% BSA

membutuhkan lebih dari pengobatan topical.9

2.6.1 PASI (Psoriasis Area and Severity Index)

Suatu indeks untuk mengukur derajat keparahan psoriasis yang berelemenkan

tingkat keparahan lesi dan area yang dipengaruhi dengan rentang skor 0 (tanpa penyakit)

hingga 72 (penyakit derajat terberat/maksimal). Skor PASI dihitung idealnya sebelum,

selama, dan setelah pengobatan untuk mengetahui bagaimana respon tubuh terhadap

pengobatan.10 Untuk menghitung Skor PASI, terlebih dahulu harus diketahui pembagian

area tubuh untuk kepentingan ini. Area tubuh dibagi menjadi: Kepala/H (10%), Lengan/A

(20%), Trunkus/T (30%), Tungkai/L (40%).

Kemudian perlu diketahui pula persentase yang mempresentasikan derajat:

0% : derajat 0

<10% : derajat 1

10-29% : derajat 2

30-49% : derajat 3

50-69% : derajat 4

70-89% : derajat 5

90-100% : derajat 6

14

Page 15: Refferat Psoriasis Vulgaris

Untuk setiap area, dilihat tanda klinis berupa Eritem (kemerahan), Indurasi (ketebalan), dan

Deskuamasi (scale). Keparahan mulai dari 0-4 (tidak ada-berat). Untuk lebih jelasnya,

untuk mengukur derajat intensitas disajikan tabel sebagai berikut :

Gambar 5. Psoriasis: Severity Scoring

Diambil dari kepustakaan nomor 11

Skor PASI kemudian dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :

Head: (Ihead+Ehead+Shead+Thead) x Ahead x 0.1 = Totalhead

Arms: (Iarms+Earms+Sarms+Tarms) x Aarms x 0.2 = Totalarms

Body: (Ibody+Ebody+Sbody+Tbody) x Abody x 0.3 = Totalbody

Legs: (Ilegs+Elegs+Slegs+Tlegs) x Alegs x 0.4 = Totallegs

Skor PASI adalah jumlah keseluruhan dari Totalhead+Totalarms+Totalbody+Totallegs.11

Untuk lebih jelasnya, akan dilampirkan tabel skoring PASI di bawah ini.

15

Page 16: Refferat Psoriasis Vulgaris

16

Page 17: Refferat Psoriasis Vulgaris

2.6.2 Pilihan Pengobatan

1) Pengobatan topikal

Pengobatan topikal, merupakan pendekatan yang efektif dan aman untuk

psoriasis lokal. Pasien harus diedukasi mengenai manfaat dan efek samping obat,

serta cara menggunakannya. Kepatuhan terhadap pengobatan adalah kunci dari

keberhasilan pengobatan psoriasis. Pengobatan lini pertama untuk psoriasis lokal

adalah kortikosteroid topikal seperti clobetasol. Analog vitamin D (dan kadang-

kadang vitamin A) dapat digunakan dengan kortikosteroid topikal untuk mencapai

respon lebih cepat dan mengurangi durasi penggunaan kortikosteroid. Penggunaan

pembalut oklusif (seperti bungkus plastik) dapat meningkatkan penetrasi dan

kecepatan respon pengobatan. Obat topikal lama seperti tar dan Anthralin dapat

efektif, tetapi lebih jarang digunakan.9 Yang biasa digunakan ialah :

1. Perparat ter

Efeknya ialah anti radang. Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5%, dimulai

dengan konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan, konsentrasi dinaikkan.

Agar lebih efektif, maka daya penetrasinya harus dipertinggi dengan cara

menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3-5%. Sebagai vehikulum

harus digunakan salap, karena salap mempunyai daya penetrasi yang terbaik.1

2. Kortikosteroid

Kortikosteroid topical member hasil yang baik. Potensi dan vehikulum

bergantung pada lokasinya.1

Pada scalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim, ditempat lain digunakan

salap. Jika telah terjadi perbaikan, potensi dan frekuensinya dikurangi.1

3. Ditranol (antralin)

Obat ini dikatakan efektif. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8%

dalam pasta, salap atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehaari

sekaliuntuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.1

17

Page 18: Refferat Psoriasis Vulgaris

4. Calcipotriol

Adalah sintetik vitamin D. preparatnya berupa salap atau krim 50mg/g, efeknya

antiproliferasi. Perbaikan setelah satu minggu.1

5. Tazaroten

Obat ini merupakan molekuul retinoid asetlinik topical, efeknya menghambat

proliferasi dan normalisasi petanda diferensiasi keratinosit dan menghambat

petanda proinfalamsi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit.1

Tarazoten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0,05% dan

0,1%. Efek sampinya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada

30% kasus juga bersifat fotosensitif.1

6. Emolien

Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain

lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salap dengan bahan

dasar vaselin, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya

penetrasi bahan aktif. Emolien yang lain ialah lanolin dan minyak mineral. Jadi

emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.1

2) Pengobatan sistemik

Methotrexate adalah salah satu obat sistemik yang paling umum digunakan

dalam pengobatan psoriasis. Dosis berkisar antara 10 sampai 30 mg sekali

seminggu. Asam folat dapat diberikan pada hari-hari lain untuk mengurangi efek

samping pada lambung dan organ lainnya. Pengobatan dosis inisial dapat diberikan

5 mg, kemudian dilakukan tes darah dan fungsi hati setelah satu minggu pemberian

guna memantau efek samping obat. Gangguan hati dan fibrosis paru merupakan

efek samping jangka panjang. Setelah respon klinis dicapai pada dosis yang stabil,

tes darah dilakukan setiap 4-8 minggu untuk memantau efek toksik terhadap hati

dan / atau sumsum tulang. Penghambatan fungsi kekebalan tubuh dengan

18

Page 19: Refferat Psoriasis Vulgaris

siklosporin adalah perawatan yang sangat efektif untuk psoriasis, tetapi tidak

umum digunakan karena potensi efek samping yang serius berupa gangguan ginjal.9

Adapun yang digunakan ialah :

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, penulis dosisnya kira-kira ekuivalen

dengan prednisone 30 mg per hari. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-

lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan.1

2. Obat sitostatik

Yang biasa digunakan adalah metotreksat. Indikasinya ialah untuk psoriasis,

psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis dengan lesi kulit, dan eritroderma karena

psoriasis.1 Cara pemberian metotreksat : mula-mula diberikan tes dosis inisial 5

mg per os untuk mengetahui, apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik.

Jika tidak terjadi efek yang dikehendaki diberikan dosis 3 x 2,5 mg, dengan

interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak tampak

perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg – 5 mg perminggu. Biasanya dengan dosis 3 x

5 mg per minggu telah tampak perbaikan. Cara lain ialah diberikan secara IM

7,5 mg – 25 mg dosis tunggal setiap minggu.1 Namun saat ini, yang biasa

digunakan sebagai preparat imunosupresif ialah siklosporin A. Mekanisme

kerjanya ialah mengikat cyclophilin dan membentuk kompleks

yang menghambat calcineurin, mengurangi efek dari Nuclear

factor of activated T cells (NF-AT) pada sel T, menghambat

pengeluaran IL2 dan sitokin yang lain. Kontraindikasi

diberikannya obat ini ialah adanya penyakit ginjal, hati,

hipertensi, hiperkalemi, dan hiperlipidemia. Efek samping yang

dapat terjadi diantaranya adalah hirsutism, rasa terbakar pada

kaki dan tangan (pada minggu pertama), mual, muntah,

hipertensi, sakit kepala, tremor, hipertrichosis, parestesia dan

19

Page 20: Refferat Psoriasis Vulgaris

meningkatkan risiko terkena keganasan. Dosis pemberian

siklosporin A adalah 2-5 mg/kg/hari dibagi dalam dua dosis.

Dosis tinggi 5 mg/kg/hari kemudian di tapering, kalau dosis

rendah 2,5 mg/kg/hari dinaikkan setiap 2-4 minggu menjadi 5

mg/kg/hari dan kemudia ditapering. Bentuk sediaan oralnya

adalah kapsul 25, 50, 100 mg dan solusio 100 mg/mL,

sedangkan untuk parenteral, 50 mg/mL IV.12,13

3. Levodopa

Menurut uji coba yang dilakukan obat ini berhasil ,enyembuhkan kira-kira 40%

kasus psoriasis. Dosisnya antara 2 x 250 mg – 3 x 500 mg.1

4. DDS

Diaminodifenilsulfon dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe

Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari.1

5. Etretinat dan asitretin

Etretinat merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang sukar

disembuhkan dengan obat-obat laim mengingat efek sampingnya. Dapat pula

digunakan pada eritroderma psoriatika. Dosisnya bervariasi, pada bulan pertama

diberikan 1 mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan

menjadi 1 ½ mg/kgBB.1

Asitretin merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Efek samping dan

manfaatnya serupa dengan etretinat. Kelebihannya waktu paruh eliminasinya

hanya 2 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari.1

6. Siklosporin

Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB sehari. Bersifat hepatotoksik

dan nefrotoksik.1

3) Fototerapi

20

Page 21: Refferat Psoriasis Vulgaris

Sinar ultraviolet dalam bentuk sinar matahari telah digunakan sebagai

pengobatan psoriasis selama berabad-abad. Sinar matahari mengandung ultraviolet

B baik (UVB, sinar bertanggung jawab untuk sebagian besar sunburns) dan

ultraviolet A.9 Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat

mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik

ialah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika

berlebihan malah akan memperparah psoriasis. Karena itu digunakan sinar

ultraviolet artificial, di antaranya sinar A yang dikenal dengan UVA. Sinar tersebut

dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-

metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan

preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara goeckerman.1 Risiko utama dari

fototerapi adalah kulit yang terbakar, reaksi, photoaging, dan peningkatan risiko

menderita kanker kulit.9

2.7 Prognosis

Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan residif.1

21

Page 22: Refferat Psoriasis Vulgaris

BAB III

KESIMPULAN

Psoriasis merupakan penyakit kronik rekuren pada kulit dengan

gambaran klinis yang bervariasi. Lesi pada psoriasis berupa

eritropapuloskuamosa yang menunjukkan keterlibatan vaskuler dan

epidermis. Sampai saat ini, penyebab pasti penyakit ini belum diketahui.

Namun, faktor genetik diduga memegang peranan penting pada

beberapa kasus. Prevalensi penyakit ini bervariasi diseluruh dunia, hal

ini mungkin dipengaruhi oleh lingkungan.

Daerah predileksi psoriasis adalah batas rambut kepala, lutut,

siku, lumbosakral dan kuku. Namun, secara umum daerah predileksinya

adalah di daerah ekstensor yaitu daerah yang mudah terkena trauma.

Pengobatan psoriasis dapat dilakukan secara topical, sistemik,

dengan penyinaran dan sekarang ada lagi pengobatan secara biologi.

Pengobatan secara sistemik dilakukan apabila pengobatan secara

topikal tidak memberikan perbaikan atau pada psoriasis derajat sedang

sampai berat berdasarkan skor PASI.

Obat-obatan yang digunakan secara sistemik antara lain

siklosporin A, metotreksat, asitretin, fumaric acid esters, hidroksiurea, 6-

tioguanin, mycophenolate, sulfasalazin dan kortikosteroid.

22

Page 23: Refferat Psoriasis Vulgaris

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Psoriasis. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. h 189

2. Sjamsoe ES, Menaldi Sri L, Wisnu I M. Psoriasis. Dalam Penyakit Kulit yang

Umum di Indonesia – Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta: PT Medical Multimedia

Indonesia. 2007. h 22

3. Wolf Klauss, Johnson Richard A. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical

Dermatology 5th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies. 2007.

4. Graham-Brown Robin, Burns Tony. Psoriasis. Dalam Lecture Notes Dermatologi

Edisi 8. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2005. h 78

5. Murtiastutik Dwi, Ervianti Evy, Agusini Indropo, Suyoso Sunarso. Psoriasis

Vulgaris. Dalam Atlas Penyakit Kulit & Kelamin Edisi 2. Surabaya: Pusat Penerbit

dan Percetakan UNAIR. 2007. h 131

6. Traub, Michael et al. Psoriasis-Pathophysiology, Conventional and Alternative

Approaches to Treatment, Vol. 12 ; No. 4. 2007. Diunduh dari

http://www.thorne.com/altmedrev/.fulltext/12/4/319.pdf. (akses:23-10-2012)

7. Fu, Lisa Wenyang et al. Review article : Systemic role for vitamin D in the

treatment of Psoriasis and Metabolic Syndrome. 2011. Diunduh dari

http://www.hindawi.com/journals/drp/2011/276079/. (akses:23-10-2012)

8. Mawilson. Psoriasis. Journal from Department of Biology, Davidson College. 2006.

Diunduh dari http://www.bio.davidson.edu (akses:24-10-2012)

9. Al-Kudwah, Aida J. et al. Review article : Management of Psoriasis, vol. 102 ; No.

6. 2009. Diunduh dari

23

Page 24: Refferat Psoriasis Vulgaris

http://journals.lww.com/smajournalonline/Fulltext/2009/06000/Management_of_Ps

oriasis.20.aspx. (akses:23-10-2012)

10. Marlia, dkk. Penurunan Kadar Soluble Tumor Necrosis Factor Receptor Type 1

(sTNFRI) Dalam Serum Penderita Psoriasis Vulgaris Setelah Diterapi Dengan Krim

Klobetasol Dipropionat 0,05%. Artikel penelitian dalam MKB Vol XI no 1. 2008.

Diunduh dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/151082428.pdf

(akses:26/10/2012)

11. Oakley, Amanda. PASI Score. 2009. Diunduh dari http://dermnetnz.org/scally/pasi

(akses:26/10/2012)

12. Woodfork KA, Dyke KV, Sikic BI. Antiinflammatory and

antirheumatic drugs-The rational basis for cancer. In: Modern

pharmacology with clinical application. Sixth Edition. Pp 432-661.

13. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology. 9th Edition. Pp 826-

1468

24