22
Menyusu memungkinkan rahang bayi yang masih dalam proses perkembangan terbentuk menjadi lebih baik. Bayi menyusu dengan benar bila daerah areola mamae masuk ke dalam mulut bayi, sehingga seluruh duktus laktiferus yang terletak di puncak payudara bagian belakang puting susu tertekan oleh rahang bayi. Tekanan kedua payudara ketika bersentuhan dengan pipi bayi seolah merupakan kompresor yang menekan rahang kearah dalam mulut bayi. Bila bayi hanya mengisap puting susu, bayi hanya mendapat ASI sedikit dan bila makin kuat bayi mengisap maka akan menyebabkan lecet pada daerah sekitar puting susu. Pada proses pembentukan rahang, ASI memberi peran khusus secara tidak langsung, yaitu pada saat aktif mengisap, bayi telah melakukan gerakan mulut yang teratur dan berkesinambungan. Proses ini membantu proses pemadatan sel-sel tulang rahang. Aktifitas bayi tersebut merupakan proses dalam mencapai suatu oklusi normal. Kebiasaan mengisap jari khususnya kebiasaan mengisap ibu jari umumnya merupakan kebiasaan buruk pada anak yang tidak mendapat ASI. Kebiasaan mengisap ibu jari atau jari lainnya banyak terjadi hampir 50% pada bayi usia satu tahun, dan sebesar 33% pada anak usia 2,5 tahun di negara barat. Kebiasaan ini menurun pada usia 4-5 tahun. Sebesar 12% anak-anak masih melakukan kebiasaan ini sampai usia 9 tahun dan sebesar 2%nya pada usia 12 tahun. Keparahan kelainan gigi dan rahang akibat mengisap jari tergantung dari durasi, frekuensi, dan intensitas kebiasaan mengisap ibu jari. Menurut Proffit (1993) faktor durasi dari kebiasaan mengisap jari lebih memegang peranan penting. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran beberapa maloklusi yang sering terjadi pada anak akibat tidak mendapatkan ASI. MALOKLUSI Maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal yang meliputi ketidakteraturan gigi-gigi seperti berjejal, protrusif, malposisi atau hubungan yang tidak harmonis dengan 1

part 1 lbm 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lbm 2 blok 12

Citation preview

Page 1: part 1 lbm 2

Menyusu memungkinkan rahang bayi yang masih dalam proses perkembangan terbentuk menjadi lebih baik. Bayi menyusu dengan benar bila daerah areola mamae masuk ke dalam mulut bayi, sehingga seluruh duktus laktiferus yang terletak di puncak payudara bagian belakang puting susu tertekan oleh rahang bayi. Tekanan kedua payudara ketika bersentuhan dengan pipi bayi seolah merupakan kompresor yang menekan rahang kearah dalam mulut bayi. Bila bayi hanya mengisap puting susu, bayi hanya mendapat ASI sedikit dan bila makin kuat bayi mengisap maka akan menyebabkan lecet pada daerah sekitar puting susu. Pada proses pembentukan rahang, ASI memberi peran khusus secara tidak langsung, yaitu pada saat aktif mengisap, bayi telah melakukan gerakan mulut yang teratur dan berkesinambungan. Proses ini membantu proses pemadatan sel-sel tulang rahang. Aktifitas bayi tersebut merupakan proses dalam mencapai suatu oklusi normal. Kebiasaan mengisap jari khususnya kebiasaan mengisap ibu jari umumnya merupakan kebiasaan buruk pada anak yang tidak mendapat ASI. Kebiasaan mengisap ibu jari atau jari lainnya banyak terjadi hampir 50% pada bayi usia satu tahun, dan sebesar 33% pada anak usia 2,5 tahun di negara barat. Kebiasaan ini menurun pada usia 4-5 tahun. Sebesar 12% anak-anak masih melakukan kebiasaan ini sampai usia 9 tahun dan sebesar 2%nya pada usia 12 tahun. Keparahan kelainan gigi dan rahang akibat mengisap jari tergantung dari durasi, frekuensi, dan intensitas kebiasaan mengisap ibu jari. Menurut Proffit (1993) faktor durasi dari kebiasaan mengisap jari lebih memegang peranan penting. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran beberapa maloklusi yang sering terjadi pada anak akibat tidak mendapatkan ASI.

MALOKLUSI

Maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal yang meliputi ketidakteraturan gigi-gigi seperti berjejal, protrusif, malposisi atau hubungan yang tidak harmonis dengan gigi lawannya. Keadaan gigi yang tidak harmonis mempengaruhi estetika dan penampilan seseorang serta mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, ataupun bicara. Menurut Strang dan Thompson (1958) maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi yang normal, sedangkan Houston (1993) menyatakan bahwa maloklusi adalah ketidakteraturan gigi di luar ambang normal yang masih dapat diterima. Maloklusi terjadi bila ada kondisi-kondisi seperti posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga membentuk mekanisme refleks gigi yang menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut, gigi yang berjejal atau tidak teratur yang bisa merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal, serta posisi gigi-gigi yang menghalangi bicara.

Faktor-faktor etiologi maloklusi diklasifikasikan ke dalam dua golongan besar yaitu saat prenatal, meliputi faktor herediter dan faktor kongenital yang terdiri dari kondisi embrio/fetus dan kondisi ibu. Kondisi embrio/fetus terdiri dari gangguan selama dalam kandungan, gigi hilang, gigi berlebih, dan celah bibir/langit-langit. Kondisi ibu meliputi penyakit dan nutrisi.prenatal. Pada saat postanal meliputi faktor intrinsik, faktor lingkungan dan faktor sistemik. Faktor intrinsik berupa gigi sulung yang tanggal secara prematur, tanggalnya gigi tetap, retensi gigi sulung, erupsi gigi tetap yang terlambat, restorasi gigi yang tidak baik, dan frenulum

1

Page 2: part 1 lbm 2

labialis yang abnormal. Faktor sistemik berupa malnutrisi, penyakit sistemik, dan fungsi abnormal dari kelenjar endokrin. Faktor lingkungan berupa mangisap ibu jari, cara menelan yang salah, bernapas melalui mulut, dan cara berbicara yang salah. Kebiasaan buruk perlu diperiksa karena dapat menjadi penyebab suatu maloklusi. Suatu kebiasaan yang berdurasi 6 jam perhari, berfrekuensi tinggi dengan intensitas yang terus menerus dapat menyebabkan maloklusi. Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan buruk tersebut, misalnya kebiasaan buruk mengisap ibu jari akan menghasilkan maloklusi yang berbeda dengan kebiasaan mengisap bibir bawah. Ada beberapa macam kebiasaan buruk pada anak-anak, di antaranya adalah mengisap ibu jari atau jari tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau menggigit bibir (lip sucking or lip biting), menjulurkan lidah (tongue thrust), bernafas melalui mulut (mouth breathing), lidah diantara gigi (baik anterior maupun posterior) dapat menyebabkan maloklusi yang signifikan. Thumb/finger sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak menempatkan jari atau ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas palatum, dan mengisap dengan bibir. Aktivitas mengisap jari dan ibu jari sangat berhubungan dengan otot-otot sekitar rongga mulut. Mengisap ibu jari merupakan sebuah perilaku, bukan sebuah gangguan. Kebiasaan ini sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan biasa dianggap normal pada masa bayi dan akan menjadi abnormal jika berlanjut sampai masa akhir anak-anak. Kebiasaan mengisap yang berkepanjangan akan menghasilkan maloklusi. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya tekanan langsung dari jari dan perubahan pola bibir dan pipi sewaktu saat istirahat. Bila seorang anak menempatkan ibu jari di antara insisivus bawah dan atas, biasanya dengan sudut tertentu, akan terdapat dorongan insisivus bawah ke lingual sedangkan insisivus atas ke labial. Tekanan langsung ini dianggap menyebabkan perubahan letak insisivus. Pada saat yang sama, terjadi pelebaran dan kemajuan rahang, sehingga mengubah keseimbangan vertikal pada gigi posterior sehingga terjadi erupsi berlebihan dari gigi posterior sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan open bite anterior. Variasi maloklusi tergantung jari yang diisap dan juga penempatan jari yang diisap. Akibat dari gigi yang protrusi menyebabkan anak, secara psikologis merasa kurang percaya diri karena menjadi bahan pembicaraan teman-temannya. Kebiasaan ini juga membuat pertumbuhan gigi menjadi terhambat. Kestabilan dan posisi gigi mempengaruhi keseimbangan otot-otot sekitarnya. Kekuatan dari otot-otot orbikularis oris dan bukinator diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Keseimbangan otot-otot daerah sekitar mulut terganggu apabila pasien memiliki kebiasaan buruk seperti mengisap ibu jari, menjulurkan lidah, mengisap bibir, dan bernafas melalui mulut. Mendorongkan lidah ke gigi sebenarnya bukan merupakan kebiasaan tetapi lebih berupa adaptasi terhadap adanya gigitan terbuka misalnya karena mengisap jari. Kebiasaan menjulurkan lidah biasanya dilakukan pada saat menelan. Pola menelan yang normal adalah gigi pada posisi oklusi, bibir tertutup, dan lidah berkontak dengan palatum. Dari teori keseimbangan, tekanan lidah yang ringan tetapi berlangsung lama pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan susunan gigi. Pasien yang meletakkan lidahnya ke depan sehingga memberikan tekanan yang terus-menerus pada gigi anterior, meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi berlangsung lama, dapat menyebabkan perubahan susunan gigi baik secara vertikal maupun horizontal. Pada pasien yang posisi lidahnya normal pada saat menelan tidak banyak pengaruhnya terhadap susunan gigi. Bernafas melalui mulut terjadi karena seseorang tidak

2

Page 3: part 1 lbm 2

mampu bernafas melalui hidung akibat adanya obstruksi pada saluran pernafasan atas. Kebiasaan ini disebabkan oleh penyumbatan rongga hidung, yang dapat mengganggu pertumbuhan tulang di sekitar mulut dan rahang, wajah menjadi sempit dan panjang. Bernafas melalui mulut menyebabkan mulut sering terbuka sehingga terdapat ruang untuk lidah berada di antara rahang dan akan menyebabkan open bite anterior. Adaptasi dari pernafasan hidung ke pernafasan mulut menyebabkan terjadinya beberapa hal yang tidak sehat, seperti infeksi telinga tengah yang kronis, sinusitis, infeksi saluran nafas atas, gangguan tidur, dan gangguan pertumbuhan wajah. Bernafas melalui mulut diperkirakan dapat mempengaruhi aktivitas otot-otot orofasial seperti otot bibir, lidah, dan lain-lain. Perubahan aktivitas otot-otot tersebut akan menuntun terjadinya modifikasi pola pertumbuhan wajah dan postur kepala yang dapat mengakibatkan timbulnya deformitas dentofasial.

Klasifikasi

2.4.1 Protrusi Anterior Maksila

Bedasarkan klasifikasi Angle maloklusi terbagi tiga yaitu:

• Klas I : tonjolan mesiobukal molar pertama maksila terletak pada groove bukal molar pertama permanen mandibula dan kaninus permanen maksila terletak antara kaninus permanen dan premolar pertama mandibula. Hubungan rahang ini disebut juga neutro-oklusi atau oklusi normal • Klas II : letak lengkung mandibula sekurang-kurangnya setengah tonjolan molar pertama permanen atau premolar lebih ke distal dari hubungan ormal. Hubungan ini disebut juga disto-oklusi.

• Klas III : mandibula sekurang-kurangnya setengah tonjolan molar atau premolar permanen lebih ke mesial dinilai dari hubungan molar pertama dan kaninus maksila terletak antara premolar pertama dan kedua mandibula. Hubungan ini disebut juga mesio oklusi.

2.4.2 Open bite anterior

Berdasarkan anatomi, open bite anterior dapat diklasifikasikan secara berikut:

1. Sederhana : tanpa evaluasi abnormal pada analisis sefalomatri secara vertikal

2. Kompleks : apabila gambaran sefalometri menunjukkan ketidakharmonisan secara skeletal pada ketinggian wajah anterior

3. Dental : hasil dari obstruksi dari erupsi normal gigi anterior, tanpa kehilangan ketinggian tulang alveolar,

4. Dentoalveolar : dimana perubahan gigi dan rangka melibatkan proses alveolar

5. Skeletal : dengan wujudnya displasia kraniofasial, pola serupa, tetapi keparahan variabel.

3

Page 4: part 1 lbm 2

Crossbite adalah ketika gigi atas dan gigi bawah tersusun berlawanan dari susunan

normal yang tepat. Jika lengkungan atas dari gigi terlalu sesak, maka gigi pada rahang atas

menjadi tidak sesuai lagi dengan gigi pada rahang bawah. Hal ini dapat menyebabkan masalah

ketika makan dan mengunyah karena gigi geligi tidak seharusnya tersusun seperti itu. Hal ini

hampir selalu dihubungkan dengan buruknya bentuk dan barisan lengkungan gigi. Lengkungan

atas seringnya sempit dan tajam sedangkan lengkungan bawah seringnya lebar dan berlebih.

Lengkungan yang ideal ditunjukkan dengan seluruh permukaan oklusal gigi atas hanya bertemu

dengan permukaan oklusal gigi bawah antagonisnya. Pada lengkungan yang sempit satu sisi bisa

bergeser manjadi crossbite yang sekarang bersesuaian dengan bagian dalam gigi bawah. Hal ini

bisa terjadi pada satu bagian (unilateral) atau bilateral dimana crossbite terjadi dikedua sisi.

Akibat dari hal ini terutama adalah menonjolkan kepadatan gigi yang ada. Crossbite dapat

mempengaruhi posisi mandibula kedalam atau keluar dari jalur pengunyahan. Selama masa

pertumbuhan hal ini dapat berjalan tidak simetris. 1,2

Crossbite hampir selalu dihubungkan dengan alergi hidung yang menyebabkan bagian

dalam hidung tumbuh berlebihan / membesar. Pasien merubah pernafasan hidung normal

menjadi pernafasan mulut. Menjaga mulut terbuka setiap saat untuk bernafas menyebabkan

sejumlah masalah gigi termasuk pertumbuhan vertikal berlebihan (long face syndrome), mulut

kering dan beberapa jenis maloklusi. Crossbite pada umumnya dapat terjadi pada gigi belakang

maupun gigi depan. Hal ini juga dapat mengenai satu gigi maupun seluruh gigi. 1,2

DEFINISI

Crossbite adalah maloklusi gigi dimana gigi mandibulanya berada pada versi bukal, secara

unilateral, bilateral / hanya melibatkan sepasang gigi yang berhadapan, sehingga permukaan

oklusal yang berhadapan tidak berada dalam kontak oklusi yang wajar. 3

ETIOLOGI

1. Genetik 4

2. Pertumbuhan abnormal letak gigi dan rahang 4,5

Sebagian orang mempertahankan gigi susunya terlalu lama sehingga gigi permanen

mereka tumbuh dibelakang gigi susunya, menjadi seperti lengkung kedua gigi. Jika hal

ini terjadi pada gigi permanen rahang atas depan dapat terputar kedudukannya dibelakang

4

Page 5: part 1 lbm 2

gigi depan bawah ketika mengunyah. Hal ini dapat terjadi pada satu sisi (unilateral) atau

kedua sisi (bilateral).

1. Faktor kebiasaan ketika masih kecil 4,5

Pernafasan mulut pada anak-anak dapat juga memacu perkembangan crossbite.

Normalnya, anak-anak bernafas melalui hidung mereka; mulut tertutup dan lidah terletak

di palatum. Posisi lidah ini sangat penting karena dapat menyebabkan rahang atas tumbuh

keluar ke arah lateral, atau menyamping daripada yang seharusnya. Anak-anak yang

memiliki adenoid dan tonsil besar cenderung bernafas hampir secara khusus melalui

mulut mereka, khususnya ketika tidur. Mendengkur adalah gejala yang lain.

Ketika anak-anak dipaksa untuk bernafas melalui mulut mereka setiap saat, lidah mereka

akan jatuh dari palatum. Dan pertumbuhan bagian samping dari rahang atas menjadi tidak

sesuai. Crossbite juga bisa disebabkan oleh kebiasaan menghisap jari / ibu jari atau

menghisap dot.

KLASIFIKASI

Anterior Crossbite

Istilah ini digunakan ketika gigi depan pasien menutup dengan cara yang salah dengan

incisivus atas berada dibelakang incisivus bawah dimana seharusnya berada didepan. Keadaan

ini kadang-kadang terlihat seperti scissors bite. Gigi atas seharusnya berada bersesuaian (atau

didepan) gigi bawah. Ketika terjadi sebaliknya, maka akan muncul masalah. Anterior crossbite

melibatkan satu atau lebih gigi bagian depan. Pada pasien dengan anterior crossbite seringkali

menggeser rahang bawahnya pada posisi yang tidak biasanya namun lebih nyaman ketika

mereka menutup giginya secara bersamaan. Inilah yang disebut dengan pergerseran mandibular.

Anterior crossbite dapat dikoreksi dengan peralatan yang difiksasi ataupun yang

removable. Crossbite juga dapat dikoreksi dengan braces (kawat gigi). Biasanya waktu terbaik

untuk mengkoreksi crossbite ini adalah secepat yang memungkinkan. 6,7

Posterior Crossbite

5

Page 6: part 1 lbm 2

Jika lengkungan atas dari gigi terlalu sesak, seperti kita ketahui menjadi huruf “V” yang sempit

dibandingkan huruf “U” yang lebih lebar, maka gigi pada rahang atas menjadi tidak sesuai lagi

dengan gigi pada rahang bawah. Jika gigi bagian belakang yang bersilangan hal ini disebut

posterior crossbite. Pada lengkungan yang sempit satu sisi bisa bergeser manjadi crossbite yang

sekarang bersesuaian dengan bagian dalam gigi bawah. Hal ini bisa terjadi pada satu bagian

(unilateral) atau bilateral dimana crossbite terjadi dikedua sisi. 2

PERAWATAN

Perawatan ortodontik untuk mengkoreksi crossbite pada anak-anak harus dimulai sedini

mungkin. Jika pembesaran tonsil dan kelenjar adenoid adalah akar permasalahannya, maka tonsil

dan kelenjar adenoid harus diangkat terlebih dahulu sebelum perawatan dimulai. 5

Crossbite hampir selalu tidak bisa dikoreksi dengan sendirinya selama masa

pertumbuhan. Hal ini dapat mengenai gigi susu maupun gigi permanen. Jika seluruh bagian dari

pertumbuhan gigi susu mengalami crossbite, ada kemungkianan bagi gigi permanen yang mulai

erupsi pada usia 6 tahun untuk mengalami crossbite juga. Bilateral crossbite biasanya cukup

parah. Tindakan untuk memperbaikinya sangat dianjurkan. Terapi dapat dilakukan pada semua

usia mulai dari anak yang belum sekolah hingga usia dewasa.2

Terapi yang dilakukan biasanya terdiri dari melakukan pemanjangan lengkungan gigi

bagian atas kembali ke bentuk “U” beserta penyesuaian gigi sebagaimana mestinya mengikuti

ruangan yang menjadi lebih besar untuk mengurangi kepadatannya. Pemanjangan seperti ini

merupakan bagian dari perawatan ortodonti yang luas. Ada tersedia berbagai alat ortodonti yang

bisa digunakan untuk memperbaiki posterior crossbite dan hanya diperlukan beberapa bulan

perawatan saja. Walaupun crossbite sudah dapat terkoreksi pasien biasanya harus tetap

membiarkan alat ortodonti tersebut selama beberapa bulan lagi supaya tidak kembali seperti

sebelum diperbaiki. 2

Pemakaian alat yang difiksasi dianggap hal yang aneh dimana pasien atau orangtuanya

harus menggunakan kunci untuk menggeser sekrup yang ada sedikit demi sedikit setiap harinya.

Quad Helix mungkin menjadi pilihan karena merupakan jenis alat yang dilengkapi suatu per /

pegas sehingga pasien atau orangtuanya tidak perlu melakukan apapun. Alat mana yang dipakai

itu tergantung atau sesuai dengan kasusnya masing-masing. Tersedia juga alat yang dapat dilepas

6

Page 7: part 1 lbm 2

dengan mudah seperti Retainers. Namun kepatuhan pasien menjadi unsur terpenting yang

diperlukan. 2

Teknik Perawatan

Langkah pertama, “ekspansi maksilar” yakni pelebaran rahang atas dengan sebuah alat

yang disebut “ekspander”. Ekspander difiksasi pada palatum, dan terus melebar setiap malam

selama 1 atau 2 bulan dengan putaran sebuah kunci. Ekspander dibiarkan berada didalam mulut

selama 3 bulan untuk memberi waktu pada tulang agar mengeras pada posisinya yang baru.

Braces (kawat gigi) dapat dipasangkan pada gigi atas ketika ekspansi berlangsung untuk

secepatnya menutup celah gigi yang terbentuk selama rahang atas dipasang ekspander. Ketika

ekspansi lengkap, pasien mungkin butuh menggunakan seperangkat braces utuh selama 1 – 2

tahun untuk mendapatkan pengunyahan yang ideal. 5

Teknik ekspansi ini lebih mudah dilakukan pada anak-anak yang sedang dalam masa

pertumbuhan. Didapati adanya sutura atau pemisahan alami tulang palatal kanan dan kiri. Setelah

tulang ditarik maka tulang akan tumbuh menyatu kembali pada posisinya yang baru. Hal ini

berjalan lambat dan tidak menyenangkan. 2

Pentingnya Perawatan

Crossbite harus dikoreksi karena dapat menyebabkan 8 :

1. Gigi cepat tanggal

2. Penyakit gusi

3. Rahang asimetris

4. Pengunyahan terganggu

5. Senyum tidak menarik

6. Hubungan rahang atau TMJ terganggu

Alasan utama mengkoreksi crossbite pada anak adalah untuk mencegah gangguan temporo-

mandibular joint, artinya terjadi malfungsi atau ketidakteraturan yang menyebabkan tekanan

berlebihan pada sendi rahang. Gangguan temporo-mandibular joint (TMJ) dapat mengakibatkan

nyeri kepala dan pipi, bunyi klik / “tek tek” yang terjadi setiap membuka dan menutup mulut,

7

Page 8: part 1 lbm 2

pembatasan cakupan gerakan sendi rahang, dan beberapa gejala lainnya. Pada orang dewasa,

perawatan ortodontik yang gagal sering meningkatkan gejala gangguan TMJ. 5

- Cross bite: keadaan ketika gigi RA dan RB tersusun berlawanan dari susunan normal yang tetap yg dihubungkan dgn buruknya bentuk dan barisan lengkung gigi.: suatu keadaan maloklusi dimana hub labiolingual / bukolingual dari gigi yg saling berhadapan berlawanan dgn keadaan normal ( lebih ke lingual atau bukal)

MALOKLUSIHUBUNGAN MALOKLUSI DENGAN HAMBATAN SALURAN PERNAFASANHUBUNGAN MALOKLUSI DENGAN  KEBIASAAN  BERNAFAS LEWAT MULUT

STEP 3OKLUSI  NORMAL PADA ANAK

-       Definisi oklusi: keadaan dimana gigi geligi tersusun secara pas atau fit satu dgn yg lain di dalam rahang maupun antar rahang.: keadaan dimana titik puncak mesiobukal RA berkontak dgn mesiobukal RB

-       KriteriaM1 tumbuh edge to edgeWaktu gigi m1 dan m2 tanggal, M1 maju ke mesialInterdental space pada incisivus adalah normalTerdapat primate space dan leeway space

MALOKLUSI-       Definisi

: suatu kelainan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dgn bemtuk rongga mulut dan fungsi.

-       EtiologiPrimer: gangguan tulang dan gigi serta jar. Lunak (otot)Sekunder : herediter, trauma, penyakit, bad habit

-       Klasifikasia.     Kelas 1( ortognatik/ neutroklusi) : posisi normal ( tonjol mesiobukal M1 atas beroklusi dgn

cekung bukal atau groove M1 bawah)Menurut Dewey:Tipe 1: crowded anterior dan gigi C lebih ke labial

8

Page 9: part 1 lbm 2

Tipe 2 : gigi anterior protusif majuTipe 3 : crossbite pada gigi anteriorTipe 4 : crossbite pada gigi posteriorTipe 5 : gigi posterior terjadi migrasi ke arah mesial, karena ekstraksi terlalu dini m2 atau P.*Semua kelas berpatokan : M1, namun anterior yang bervariasi

b.     Kelas 2 (distoklusi/ prognotik): gigi rahang atas lebih ke proklinasi, tonjol mesiobukal M1 atas letaknya lebih mesial dari kelas 1Ada 2 ( pada gigi anterior): - Divisi 1 : overjet berlebihan  (protusi)- Divisi 2: overbite yang berlebihan  ( retrusi)

Kelas 2 sub division: terjadi bila salah satu sisi rahang kelas 1 sedangkan rahang lain kelas 2

c.     Kelas 3 ( mesioklusi/ retrognatik): gigi rahang bawah yang lebih ke proklinasi, tonjol mesiobulkal M1 lebih ke distal, RB lebih besar dari RA, tulang RA lebih pendek.Ada 3 tipe:Tipe 1: ketika kedua  rahang dioklusikan pasien menunjukkan I1 edge to edgeTipe 2: I RB berjejal dan berada relasi lingual dgn I RATipe 3: I RA berjejal dan crossbite dgn gigi anterior RB.

Macam2 maloklusi:a.     Maloklusi dental

: perkembangan tulang normal tapi gigi mengalami penyimpangan

b.     Skeletal: hubungan tulang RA dan RB thd tulang kepala tidak harmonis shg timbul gangguan saat perkembangan

c.     Fungsional: kelainan pada otot saat dipakai pengunyahan           

-       PemeriksaanAda 2:

         Klinis: visual dan palpasi ( memakai 2 jari kemudian dilihat gigi yang maju pada RA atau RB)

         Radiologi:cefalometri, panoramik,bite wing, periapikal

         Analisa gigi geligi campuran

9

Page 10: part 1 lbm 2

Dengan memakai jangka sorong, kita hitung space antar gigi apakah cukup atau tidak untuk tempat gigi yang akan tumbuh karo kurang d space maintainer.Untuk mempertahankan garis tengah maka pencabutan harus kanan kiri, namun pencabutan tidak disarankan.

-       Penatalaksanaan         Space maintainer         Orthodonsi

MACAM BAD HABIT YANG MENYEBABKAN MALOKLUSI1.     Mulut menganga karena bernafas dengan mulut

HUBUNGAN MALOKLUSI DGN BERNAFAS  LEWAT MULUT: ongkie2.     Kebiasaan menghisap jari usia lebih dari 2 tahun

CONCEPT  MAPPINGBernafas lewat mulutKelainan perkembangan rahangPemeriksaanMALOKLUSIPerawatan

STEP 5:MENGAPA DRG MENYARANKAN UNTUK MENUNDA PERAWATAN ORTHODONTIK???MENGAPA  PASIEN  BERNAFAS  LEWAT  MULUT???Jawab :ada kemungkinan adenoid membesar jadi lebih nyaman kalau bernafas lewat mulutada kemungkinan gangguan mentalPENCEGAHAN MALOKLUSI PADA ANAK- ANAKSTEP 7:OKLUSI  NORMAL PADA ANAK

-       DEFINISI: perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang.Oklusi ada 2, yaitu oklusi statis dan oklusi dinamisOklusi statis: kontak anatara gigi geligi yang saling berhadapan tanpa diperantarai oleh makanan atau benda lain pada saat kedua rahang menutup.

oklusi dinamis: pergerakan mandibula menutup dari posisi istirahat sampai permukaan oklusal gigi2 bawah berkontak dgn antagonis dan kondylus dlm posisi posterior dlm TMJ.

-       KRITERIA

10

Page 11: part 1 lbm 2

o    Lengkung gigi Rahang Atas lebih besar dari Rahang Bawaho    Permukaan oklusal lengkung Rahang Atas lebih cembung dari Rahang Bawaho    Dalam satu lengkung tiap gigi mempunyai kontak interproksimal yang baiko    Poros gigio sesuai syarat fisikalis yang harus dipenuhi di dalam lengkung barisan gigio    Tiap gigi memiliki bentuk dan fungsi anatomis yang baiko    Tiap gigi dalam lengkung Rahang Atas memiliki kontak yang baik dengan tiap gigi Rahang

Bawah.o    Kontak oklusi dan hub. antar tonjol semua gigi pada satu lengkung dgn lengkung antagonisnya

pada oklusi sentriko    Tdp kontak oklusal dan hub antar tonjol semua gigi pada bermacam2 gerak fungsi mandibula.o    Permukaan distal molar 2 Rahang Bawah berada di permukaan distal molar 2 Rahang Ataso    Kemiringan labiolingual dan mesiodistal normal.o    Gigi maksila sedikit menutupi gigi mandibula pada permukaan fasial.o    Gigi incisivus pada masa anak- anak renggango    Incisivus lateral atas beroklusi dgn 2/3 distal incisivus lateral bawah dan mesial caninus

MALOKLUSI-       DEFINISI

:bentuk hubungan Rahang Atas dan Rahang Bawah  yang menyimpang dari normal karena tidak ada keseimbangan dentofasial.

-       ETIOLOGI1.     Primer:o     gangguan tulang dan gigi serta jar. Lunak , neuromuskular2.     Sekunder :o    herediter,o    traumao    penyakito    bad habito    pre natal, misal asimetri wajaho    post natala.     Intrinsik  gigi tanggal prematurb.     Lingkungan  menghisap ibu jari, bernafas lewat mulutc.     Sistemik  malnutrisi, penyakit sistemik

-       KlasifikasiKlasifikasi Angle :

a.     Class ILengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari M1 permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari M1 permanen mandibula ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.

b.     Class II

11

Page 12: part 1 lbm 2

Cusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio bukal M1 mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp M1 permanen maksila menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula.Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi labiolingual dari maksila, yaitu ;

c.     Class II – divisi IDengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.

d.     Class II – divisi IIDengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal secara anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial atau mesial.

e.     Class II – sbdivisiSaat relasi kelas II molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental.

f.     Class IIILengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila dengan cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang distal dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial m2 mandibula.Class III terbagi 2, yaitu :

1.     Psedo class III – maloklusiIni bukan  maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini mandibula bergesar ke anterior dengan fossa gleroid dengan kontak premature gigi atau beberapa alas an lainnya ketika rahang berada pada oklusi sentrik.

1.     Kelas III – subdivisiMaloklusi sesuai denagn unilaterally.Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi yang ada di anteriornya (depan-red).Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang disebut gigitan terbalik.Klasifikasi deweyyaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas III

a.       Modifikasi angle’s kelas I-       Tipe 1

Anle Class I dengan gigi anterior maksila crowding.-       Tipe 2

Angle Class I dengan gigi I maksila labio version-       Tipe 3

Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I mandibula. ( anterior cross bite ).-       Tipe 4

M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam jajaran normal (cross bite posterior ).

12

Page 13: part 1 lbm 2

-       Tipe 5M kea rah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut,      (contoh hilangnya M susu lebih awal dan P2 ).

b.       Modifikasi angle’s kelas III-       Tipe 1

Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anterior terjadi edge to edge.

-       Tipe 2I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak kea rah lingual ).

-       Tipe 3Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada I maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.Klasifikasi BennetteKlasifikasi ini berdasarkan etiologinya:

-       Kelas 1Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.

-       Kelas IAbnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.

-       Kelas IIIAbnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.

Klasifikasi Skeletal :Salzmann (1950) yang pertama kali mengklasifikasikan struktur lapisan skeletal.

-       Kelas 1 SkeletalMaloklusi ini dimana semata-mata dental dengan tulang wajah dan rahang harmoni  dengan satu yang lain dan dengan posisi istirahat kepala. Profilnya orthognatic. Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan maloklusi dental :-           divisi IMalrelasi lokal insisor, caninus , dan premolar.

o    divisi IIProtrusi insisor maksila

o    divisi IIILingouversi insisor maksila

o    divisi IVprotrusi bimaksilari

-       kelas II Skeletalini menyangkut maloklusi dengan perkembangan distal mandibular subnormal dalam hubungannya terhadap maksila.Dibagi menjadi dua divisi:

o    divisi Ilengkung dental maksila dalam batas sempit dengan crowding pada regio caninus, crossbite bisa saja ada ketinggian wajah vertikal menurun. Gigi anterior maksila protrusif dan profilnya retrognatic.

13

Page 14: part 1 lbm 2

o    divisi IImerupakan pertumbuhan berlebih mandibula dengan sudut mandibula yang tumpul. Profilnya prognatic pada mandibula.3

Klasifikasi lischersklasifikasi Lischers modifikasi dengan Klasifikasi angel

-       NeutroklusiSama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 1

-       DistoklusiSama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 2

-       MesioklusiSama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 3

Nomenklatur lischer untuk malposisi gigi individual:Mesioversi: posisi gigi lebih ke mesial dari normal,Seperti daun pintu, misal sumbu putar mesioversi,tapi yang bergerak mesialVersi :gigi  bergerak sprt daun pintuDistoversi : posisi gigi lebih ke distalLinguoversi:posisi gigi lebih ke lingualLabioversi:posisi gigi lebih ke labialInfraversi:posisi gigi lebih rendah dari garis oklusiSupraversi:posisi gigi lebih tinggi dari grs oklusiAxiversi : posisi gigi tipping (menyalahi garis inklinasi axial)Torsiversi : posisi gigi berotasi (berputar di tengah)Gresi: gigi yang berputar seluruh bagiannyaTransversi: berpindahnya posisi gigiMACAM MALOKLUSI:

a.     Maloklusi dental: perkembangan tulang normal tapi gigi mengalami penyimpangan.

b.     Skeletal: hubungan tulang Rahang Atas dan Rahang Bawah terhadap tulang kepala yang tidak harmonis sehingga timbul gangguan saat perkembangan

c.     Fungsional: kelainan pada otot saat dipakai pengunyahan

d.     Dentoskeletal: hubungan abnormalnya tulang dan gigi           

-       PEMERIKSAANAda 2:

         Klinis

14

Page 15: part 1 lbm 2

: visual dan palpasi ( memakai 2 jari kemudian dilihat gigi yang maju pada Rahang Atas atau Rahang Bawah)

         Radiologi:cefalometri, panoramik,bite wing, periapikal

         Analisa gigi geligi campuranDengan memakai jangka sorong (Sliding calipers), kita hitung space antar gigi apakah cukup atau tidak untuk tempat gigi yang akan tumbuh kalau kurang d space maintainer.Untuk mempertahankan garis tengah maka pencabutan harus kanan kiri, namun pencabutan tidak disarankan.

         PhotografiFoto grafis dari bentuk muka

         Studi model

-       PENATALAKSANAAN         Space maintainer         Orthodonsi         Space regainer

MACAM BAD HABIT YANG MENYEBABKAN MALOKLUSI         Mulut menganga karena bernafas dengan mulut         Kebiasaan menghisap jari usia lebih dari 2 tahun         Kebiasaan menelan yang salah         Bruxism         Menghisap lidah         Ngedot/ ngempeng         Menggigit kuku

HUBUNGAN MALOKLUSI DGN BERNAFAS  LEWAT MULUTJawab:Karena bernafas lewat mulut mengakibatkan tulang maxila tidak berkembang dengan baik sehingga rahang atas menjadi kecil. Hal ini mengakibatkan gigi anterior crowded dan gigi posterior cros bite.Bernafas lewat mulut diperkirakan dapat mempengaruhi aktifitas  otot2 orofasial seperti otot bibir, lidah, dll.Beberapa studi menunjukkan bahwa perubahan posisi kepala, mandibula, jalan nafas dan posisi tubuh menginduksiperubahan aktifitas elektromiografik (EMG) otot genioglosus

15

Page 16: part 1 lbm 2

lidah manusia. Perubahan akktifitas tersebut akan mengakibatkan modifikasi pola pertumbuhan wajah dan postur kepala yang dapat menyebabkan terjadinya deformitas dentofasial.

MENGAPA DRG MENYARANKAN UNTUK MENUNDA PERAWATAN ORTHODONTIKJawab:Karena ada hal-hal yang perlu diperhatikan : usia, kematangan tulang, tingkat keparahan kasus, akselerasi pertumbuhan, interaksi dalam rongga mulut, jenis kelamin, erupsi gigi geligi, periode gigi geligi, etiologi ( harus dihilangkan)

MENGAPA  PASIEN  BERNAFAS  LEWAT  MULUTJawab :ada kemungkinan adenoid membesar jadi lebih nyaman kalau bernafas lewat mulutada kemungkinan gangguan mentalkebiasaan, pembesaran jar limfoid, obstruksi saluran nafas, alergi, perbedaan postur lidah

PENCEGAHAN MALOKLUSI PADA ANAK- ANAK:Preventif          : space maintainerInterseptif       : space regainer           Kuratif             : orthodonsi

16