37
LAPORAN PENDAHULUAN HEMATEMESIS MELENA DI RUANGAN TANJUNG (PDP) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN Oleh Hengki Hanggara NOM 011016 D3KI

LP-Hematemesis-Melena.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nurse student academy

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATEMESIS MELENA

DI RUANGAN TANJUNG (PDP) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN

BANJARMASIN

Oleh

Hengki Hanggara

NOM

011016 D3KI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUAMMADIYAH BANJARMASIN

PROGRAM STUDY D3 KEPERAWATAN KELAS INTERNASIONAL2013-2014

ANATOMI DAN FISIOLOGI LAMBUNG

lambung dalam bahasa medisnya yaitu gaster, lambung merupakan salah

satu organ Pencernaan yang terdapat dalam tubuh manusia. untuk lebih jelasnnya

apa itu lambung atau gaster, aku akan membahas anatomi lambung terlebih

dahulu. tidak hanya anatomi lambung, disini aku juga akan membahas fisiologi

lambung atau lebih komplitnya aku akan membahas Anatomi dan Fisiologi

Lambung. anatomi dan fisiologi lambung yang aku bahas di sini meliputi: lapisan

lambung, persarafan dan aliran darah pada lambung, fungsi motorik dari lambung,

fungsi pencernaan dari lambung, fungsi sekresi dari lambung, Proses pencernaan

makanan di lambung, serta enzim dan hormon yang berperan dalam pencernaan di

lambung. lanjung aja yah anda baca di bawah ini mengenai anatomi fisiologi

lambung.

Anatomi Lambung (Gaster)

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus

costalis sinistra sampai regio epigastrica an umbilicalis. Sebagian besar gaster

terletak di bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan

mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura,

curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding, paries anterior dan paries

posterior.

Secara umum lambung di bagi menjadi 3 bagian:

1. kardia/kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi mukus

2. fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana kelenjar ini memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :

Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah

menjadi pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan

renin lambung yang kurang penting.

Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor

intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.

Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung.

Sel ini  mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan

lambung terhadap kerusakan oleh HCL atau autodigesti.

3. pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan

mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi

lambung.

Lapisan Lapisan Lambung

Lambung terdiri atas empat lapisan :

1. Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa yang merupakan bagian dari

peritoneum viseralis.

Dua lapisan peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung dan

duodenum, memanjang kearah hati membentuk omentum minus. Lipatan

peritoneum yang kelaur dari organ  satu menuju organ lain disebut ligamentum.

Pada kurvatura mayor peritoneum terus kebawah membentuk omentum mayus.

2. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis:

serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot

esofagus,

serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk

otot sfingter; dan berada di bawah lapisan pertama, dan

serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan

dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura

minor (lengkung kecil).

3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan

saluran limfe. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri

atas banyak kerutan atau rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena

berisi makanan.

4. Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe.

Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi

saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari

kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang salurannya

dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini bersambung dengan permukaan

mukosa dari lambung. Epithelium dari bagian kelejar yang mengeluarkan sekret

berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung.

Persarafan dan Aliran Darah Pada Lambung

Persarafan pada lambung umumnya bersifat otonom. Suplay saraf parasimpatis

untuk lambung di hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus

vagus mencabangkan ramus gastric, pilorik, hepatic dan seliaka.

Persarafan simpatis melalui saraf splangnikus mayor dan ganglia seliakum.

Serabut-serabut afferent simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung.

Pleksus auerbach dan submukosa ( meissner ) membentuk persarafan intrinsic

dinding lambung dan mengkoordinasi aktivitas motorik dan sekresi mukosa

lambung.

Suplai darah dilambung berasal dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang penting

dalam klinis adalah arteri duodenalis dan pankreas tikoduodenalis

(retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak

dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri itu menyebabkan perdarahan.

Darah vena dari lambung dan duodenum serta berasal dari pankreas, limpa dan

bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena porta.

Fisiologi Lambung

Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan & sekresi,

berikut fungsi Lambung:

1. Fungsi motorik

Fungsi reservoir

Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan

dan bergerak ke saluran pencernaan. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa

menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos yang diperantarai oleh

saraf vagus dan dirangsang oelh gastrin.

Fungsi mencampur

Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan

getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.

Fungsi pengosongan lambung

Diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas,

volume, keasaman, aktivitas osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan dan

kerja. Pengosongan lambung di atur oleh saraf dan hormonal

2. Fungsi pencernaan dan sekresi

Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL

Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh protein yang di makan,

peregangan antrum, rangsangan vagus

Sekresi factor intrinsik. Memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus

halus bagian distal.

Sekresi mucus. Membentuk selubung yang melindungi lambung serta

berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah untuk diangkut.

Proses Pencernaan Makanan Di Lambung

1. MEKANIK

Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan peristaltik yang lembut

dan berriak yang disebut gelombang pencampuran (mixing wave) terjadi di perut

setiap 15-25 detik. Gelombang ini merendam makanan dan mencampurnya

dengan hasil sekresi kelenjar lambung dan menguranginya menjadi cairan yang

encer yang disebut chyme. Beberapa mixing wave terjadi di fundus, yang

merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di fundus selama satu

jam atau lebih tanpa tercampur dengan getah lambung. Selama ini berlangsung,

pencernaan dengan air liur tetap berlanjut.

Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing wave yang hebat

dimulai dari tubuh dan makin intensif saat mencapai pilorus. Pyloric spinchter

hampir selalu ada tetapi tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai

pilorus, setiap mixing wave menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke

duodenum melalui pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan kembali ke

perut. Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit lagi menuju

duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang (maju/mundur) dari kandungan

lambung bertanggung jawab pada hampir semua pencampuran yang terjadi di

perut.

2. KIMIAWI

Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang

dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah

ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang

terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut

peptide. Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan

menjadi inaktif di lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk

inaktif yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel

zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin

aktif sampai ia melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan

oleh sel parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya

setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan

antara mukus dengan getah lambung.

Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah

trigliserida rantai pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu.

Enzim ini beroperasi dengan baik pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas

pada lambung orang dewasa. Orang dewasa sangat bergantung pada enzim yang

disekresikan oleh pankreas (lipase pankreas) ke dalam usus halus untuk mencerna

lemak. Lambung juga mensekresikan renin yang penting dalam mencerna susu.

Renin dan Ca bereaksi pada susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan

mencegah terlalu seringnya lewatnya susu dari lambung menuju ke duodenum

(bagian pertama dari usus halus). Rennin tidak terdapat pada sekresi lambung

pada orang dewasa.

Enzim dan Hormon yang Berperan dalam Pencernaan di Lambung

1. Hormon Gastrin

Kerja                                                                                                     Makna

fisiologis

1. merangsang sekresi asam dan pepsin                                   1.

mempermudah pencernaan

2. merangsang sekresi factor intrinsic                                      2.

mempermudah absorpsi dalam usus

3. merangsang sekresi enzim pancreas                                    3.

mempermudah pencernaan

4. merangsang peningkatan aliran empedu hati                   4. mempermudah

pencernaan

5. merangsang pengeluaran insulin                                           5.

mempermudah metabolisme glukosa

6. merangsang pergerakan lambung & usus                          6.mempermudah

pencampuran

7. mempermudah relaksasi reseptif lambung                      7.lambung dapat

dengan mudah    meningkatkan volume, tanpa meningkatkan  tekanan

8. meningkatkan tonus istirahat SEB                                         8.  mencegah

refluks lambung waktu pencampuran dan pangadukan

9. menghambat pengosongan lambung                                   9.

memungkinkan pencampuran seluruh isi lambung sebelum diteruskan ke

usus

2. Enzim pepsin: mengubah protein menjadi pepton

3. Enzim rennin: mengendapkan kasein dalam susu

4. Enzim lipase: memecah lemak menjadi asam lemak

5. HCl: mmbunuh kuman dan mengasamkan makanan

I. Definisi

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses

atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya

perdarahan saluran pencernaan bagian atas. Warna hematemesis tergantung

pada lamanya kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya

perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan

bergumpal-gumpal.

Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal

jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan

hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru

dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis

atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya

perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan

suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.

III. Etiologi

Penyebab hematemesis melena:

1. Kelainan di esofagus

Varises esofagus

Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya

varises esofagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di

epigastrum. Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan masif.

Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak

membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.

Karsinoma esofagus

Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada

hematemesis. Disamping mengeluh disfagia,badan mengurus dan

anemis, hanya seseklai penderita muntah darah dan itupun tidak masif.

Pada endoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang hampir

menutup esofagus dan mudah berdarah yang terletak di sepertiga

bawah esofagus.

Sindroma Mallory-WeissSebelum timbul hematemesis didahului

muntah–muntah hebat yang pada akhirnya baru timbul perdarahan,

misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda. Biasanya

disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus

menerus. Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan disebabkan

oleh karsinoma esofagus.

Esofagitis korosiva

Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan

seorang pria muntah darah setelah minum air keras untuk patri. Dari

hasil analisis air keras tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan

asam HCl, yang bersifat korosif untuk mukosa mulut, esofagus dan

lambung. Disamping muntah darah penderita juga mengeluh rasa nyeri

dan panas seperti terbakar di mulut. Dada dan epigastrum.

Esofagitis dan tukak esofagus

Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat

intermittem atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering

timbul melena daripada hematemsis. Tukak di esofagus jarang sekali

mengakibatkan perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung

dan duodenum.

2. Kelainan di lambung

Gastritis erisova hemoragika

Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum

obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah

penderita mengeluh nyeri ulu hati. Perlu ditanyakan juga apakah

penderita sedang atau sering menggunakan obat rematik (NSAID +

steroid) ataukah sering minum alkohol atau jamu-jamuan.

Tukak lambung

Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hatidan

sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum

yang berhubungan dengan makanan. Sesaat sebelum timbul

hematemesis karena rasa nyeri dan pedih dirasakan semakin hebat.

Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih berkurang. Sifat

hematemesis tidak begitu masif dan melene lebih dominan dari

hematemesis.

Karsinoma lambung

Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang

dan pada umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering

mengeluh rasa pedih, nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa

lekas kenyang dan badan menjadi lemah. Lebih sering mengeluh

karena melena.

3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),

purpura trombositopenia dan lain-lain.

4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.

5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,

kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.

IV. Insidensi

Perdarahan dari varises esofagus terjadi pada kurang lebih sepertiga

penderita sirosis hepatis dan varises. Angka mortalitas yang terjadi akibat

episode perdarahan pertama adalah 40% hingga 50%. Perdarahan ini

merupakan salah satu penyebab kematian yang utama pada penderita sirosis

hepatis. Perdarahan juga merupakan komplikasi paling umum dari ulkus

peptikum dan terjadi kira-kira pada 20% pasien dengan ulkus.

V. Prognosis

Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas

yang disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang

buruk/terganggu sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil

mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi

prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama

perawatan, dan lain-lain. Angka kematian penderita dengan perdarahan saluran

makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat,

terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati

dan golongan menurut kriteria Child.

Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam

menanggulangi perdarahan sakuran makan bagian atas maka perlu

dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif terutama untuk mencegah

terjadinya sirosis hati.

VI. Patofisiologi

Gastritis

Ulkus peptikum

Perforasi lambung/

duodenum

tekanan vaskuler

Perdarahan(hematemesis,

melena)

Kecemasan

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh

Gangguan pemenuhan ADL

Kelemahan

Anemia beban nitrogen, amonia serum

ensefalopati

Syok hipovolemik

perfusi serebral, hepatic, ginjal

Potensial gangguan perfusi

jaringan

Defisit volume cairan

Sirosis hepatis

Obstruksi sirkulasi vena porta

Hipertensi portal

Pembentukan sirkulasi kolateral

Varises esofagus

TANDA DAN GEJALA

1.       Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan

diare.

2.       Demam, berat badan turun, lekas lelah.

3.       Ascites, hidratonaks dan edemo.

4.       Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.

5.       Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkarena fibrosis. Bila secara

klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh

sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan

kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.

6.       Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa,

wasir dan varises esofagus.

7.       Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:

-          Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis.

-          Amenore, hiperpigmentasi areola mamae

-          Spider nevi dan eritema

-          Hiperpigmentasi

8.       Jari tabuh

VI. Pemeriksaan Penunjang

1. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium

Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lemah

atau kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan

riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme,

penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti:

leukemia dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang

disebabkan pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri

atau pedih di daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara mendadak.

Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar

dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-

lain.

Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang

perlu diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-

tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan

yang lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu

dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi,

ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites,

hepatosplenomegali dan edema tungkai.

Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit,

sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara

berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.

2. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah

esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan

duodenum. emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada

daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari

ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan

pemeriksaan radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelah

hematemesis berhenti.

3. Pemeriksaan endoskopik

Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan

secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat

asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik

adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan

biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian

atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara

darurat atau sedini mungkin setelah hematemesis berhenti.

4. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi

penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab

perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan

tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.

Komplikasi:

Syok hipovolemik

Anemia

Penatalaksanaan

Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin

dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti

dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan

bagian atas meliputi :

1. Pengawasan dan pengobatan umum

Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan

efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.

Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila

perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis

selama belum tersedia darah.

Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan

bila perlu dipasang CVP monitor.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk

mengikuti keadaan perdarahan.

Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan

mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,

karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor

antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi

perdarahan.

Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian

antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi

usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan

produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan

ensefalopati hepatik.

2. Pemasangan pipa naso-gastrik

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan

lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan.

Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal

sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan

demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan

berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna

jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan

endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.

3. Pemberian pitresin (vasopresin)

Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus

akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga

menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises

dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos

sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan

pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.

Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap

kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.

4. Pemasangan balon SB Tube

Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat

pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita

tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna

pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang

dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.

Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini

dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya

varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan

ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.

5. Pemakaian bahan sklerotik

Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %

sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan

dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak

memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini

sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam

menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya

varises esofagus.

6. Tindakan operasi

Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan

dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi .

Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi

esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu

perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.

VII. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara

aktif)

2. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik

karena perdarahan.

3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan akibat

anemia.

4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kehilangan nafsu makan akibat mual muntah

5. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan diri.

VIII. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Defisit volume cairan

berhubungan dengan

perdarahan (kehilangan

secara aktif)

Tujuan: Kebutuhan cairan

terpenuhi setelah dilakukan

perawatan.

Kriteria hasil :

Tanda vital dalam batas

normal.

Turgor kulit normal.

Membran mukosa lembab.

Produksi urine output

seimbang

Muntah darah dan berak

darah berhenti

Ukur dan catat pemasukkan dan

pengeluaran.

Monitor vital sign

Monitor cairan parentral

Dokumentasi yang akurat

membantu meng-identifikasi

kehilangan cairan atau

memenuhi kebutuhan cairan

dan mempengaruhi tindakan

selanjutnya.

Hipotensi, tachikardi,

peningkatan respirasi

merupakan indikasi

kekurangan cairan.

Penurunan volume cairan

petensial untuk terjadinya

dehidrasi, kolaps

kardiovaskuler tidak

seimbangnya cairan dan

Monitor laboratorium ; Hb, Hct

elektrolit.

Anemia, Hct rendah terjadi

akibat kehilangan cairan pada

saat muntah darah dan berak

darah

2 Potensial gangguan

perfusi jaringan

berhubungan dengan

hipovolemik karena

perdarahan

Tujuan: Setelah dilakukan

perawatan perfusi jaringan

adekuat

Kriteria hasil :

- TD : 120/80 mmHg

- Nadi : 60-100x /menit

- Akral hangat

- Sianosis (-)

- CRT< 2 s

- Turgor

a. Auskultasi frekuensi dan irama

jantung

b. Observasi warna dan suhu kulit,

membrane mukosa

c. Ukur keluaran urin

d. Cek kualitas nadi

a. Frekuensi dan irama

jantung yang abnormal

menunjukkan perfusi

jaringan yang tidak adekuat

b. Kulit pucat dan sianosis,

suhu dingin merupakan

tanda fase konstriksi

perifer

c. Menandakan

keseimbanagan intake

output cairan

d. Nadi lemah menandakan

e. Observasi adanya edema

f. Kolaborasi pemberian IV line

gangguan perfusi jaringan

perifer

e. Edema menandakan

adanya gangguan perfusi

jaringan

f. Peningkatan cairan untuk

mendukung perfusi

jaringan.

3 Gangguan pemenuhan

ADL berhubungan

dengan kelemahan akibat

anemia

Tujuan: Pasien mampu

melakukan akvitas hariannya

dengan bantuan orang lain.

Kriteria Hasil:

a. Tingkat kemandirian

klien meningkat dari

kemandirian total ke

parsial.

b. Klien memperoleh

bantuan untuk memenuhi

1. Observasi respon terhadap aktivitas

2. Identifikasi faktor yang mempengaruhi

pemenuhan ADL seperti stres, efek

samping obat, pemasangan WSD

3. Rencanakan periode istirahat

4. Bantu pasien memenuhi kebutuhan

Melihat kemampuan

beraktivitas klien

Intevensi dilaksanakan sesuai

faktor yang mempengaruhi

Mengurangi kelelahan melalui

isitirahat yang cukup

Membantu pasien untuk

kebutuhan ADL secara

parsial.

c. Kebutuhan makan,

minum, BAB, BAK,

mandi, dan ganti baju

terpenuhi.

ADL memenhi kebutuhannya tanpa

menyebabkan kelelahan

4 Perubahan nutrisi: kurang

dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

kehilangan nafsu makan

akibat mual muntah

Tujuan: Kebutuhan nutrisi

pasien terpenuhi setelah

dilakukan perawatan

Kriteria Hasil:

Mempertahankan massa

tubuh dan berat badan

dalam batas normal

Nilai laboratorium dalam

batas normal

1. Tentukan kemampuan pasien untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi

2. Ketahui makanan kesukaan pasien

3. pantau kandungan nutrisi dan kalori

pada catatan asupan

4. pantau nilai laboratorium, khususnya

transferin, albumin, dan elektrolit

5. pertahankan oral hygiene

mengetahui sejauh mana

bantuan akan diberikan

menambah nafsu makan pasien

memastikan pasien

mendapatkan nutrisi adekuat

mengetahui status nutrisi

pasien

menambah nafsu makan pasien

6. kolaborasi dengan ahli gizi mengenai

diet yang tepat

memberikan nutrisi yang tepat

bagi pasien

5 Kecemasan berhubungan

dengan ancaman terhadap

kesejahteraan diri

Tujuan : ansietas teratasi

setelah dilakukan asuhan

keperawatan

Kriteria hasil : pasien

mampu mendemonstrasikan

koping positif, TTV normal.

a. Kaji perilaku koping baru dan

anjurkan penggunaan ketrampilan yang

berhasil pada waktu lalu.

b. Dorong dan sediakan waktu untuk

mengungkapkan ansietas dan rasa

takut; berikan penenangan.

c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan

beri penguatan penjelasan mengenai

penyakit, tindakan dan prognosis.

d. Pertahankan lingkungan yang tenang

dan tanpa stres.

mengajarkan koping positif

kepada pasien

membantu pasien mengurangi

stres

mengurangi kecemasan pasien

mengurangi kecemasan pasien

Daftar Pustaka

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth volume 2. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

.

M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk., Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, 1996.

Marlyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

2000.

Lynda Juall Carpenito, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 1999.