Upload
febrian-pramana-putra
View
491
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek
kehidupan manusia. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan sangat terkait dengan
keadaan demografi, kondisi ekonomi masyarakat dan pendidikan mereka. Meskipun
tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat,
secara operasional dipilih golongan sasaran secara bertahap. Hal ini dilakukan
mengingat kepentingan yang mendesak dan keterbatasan dana, sarana dan prasarana
maka diadakan urutan prioritas. Prioritas utama yang dipilih adalah kesehatan anak,
karena kesehatan anak merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan
bangsa, yang pada akhirnya akan menghasilkan bangsa dan negara yang sehat
sentosa. (Supraptini, dkk, 2001).
Beberapa indikator derajat kesehatan penduduk yang mencerminkan derajat
kesehatan masyarakat antara lain adalah Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Kasar (CDR), status gizi dan umur harapan hidup. Besarnya indikator
tersebut berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga, sistem nilai dan adat
istiadat, kebersihan dan kesehatan Iingkungan serta pelayanan kesehatan yang
tersedia. Untuk kesehatan balita erat kaitannya dengan pemberian ASI waktu bayi,
pemberian imunisasi dan status gizi mereka. (Supraptini, dkk, 2001).
World Health Organisation (WHO), United Nations Children’s Found
(UNICEF) dan lembaga kesehatan dunia lainnya, seperti juga WABA (World
Alliance for Breastfeeding Action) berpendapat bahwa untuk sebagian besar bayi
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting, kemudian
menyusui dilanjutkan dengan bersama dengan makanan pendamping ASI yang
bergizi, sampai umur bayi 2 tahun atau lebih, proses ini merupakan kunci bagi
tumbuh – kembang sehat optimal bagi anak. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat
dan terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan
1
lebih sehat & cerdas, tetapi juga akan memiliki emotional quotion (EQ) dan social
quotion (SQ) yang lebih baik. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Di negara berkembang, lebih dari 10 juta balita meninggal dunia pertahun,
2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat
dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian
ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat
yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka kematian balita,
yaitu sekitar 13%. Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat
menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia
6 bulan dapat menurunkan angka 30.000 kematian bayi di Indonesia tiap tahunnya.
(Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Perlindungan ASI akan semakin meningkat sejalan dengan makin mudanya
usia bayi. Hasil penelitian yang dilakukan di 6 negara berkembang oleh WHO
menunjukkan resiko kematian bayi yang tidak disusui meningkat hingga 40% untuk
golongan umur 9-12 bulan, 300% untuk umur 2 – 3 bulan, dan 480% untuk umur
kurang dari 2 bulan. Inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama akan
menyelamatkan 22% kematian balita pertahun dari kematian. (Sentra Laktasi
Indonesia, 2007).
Para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan 22,73% susu
formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang
dipasarkan antara bulan April hingga Juni 2006 telah terkontaminasi "Enterobacter
sakazakii". Berdasar pengujian pada bayi mencit (tikus percobaan), kontaminasi oleh
E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dapat menyebabkan
enteritis (peradangan saluran pencernaan), sepsis (infeksi peredaran darah) dan
meningitis (infeksi pada lapisan urat saraf tulang belakang dan otak). (Sentra Laktasi
Indonesia, 2007).
Hasil berbagai penelitian diatas menyimpulkan bahwa promosi dan dukungan
menyusui tidak saja akan mengurangi jumlah balita yang sakit, tapi juga akan
menyelamatkan jiwa bayi. Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan
program “Inisiasi Menyusui Dini” dapat menyelamatkan sekurangnya 30.000 bayi
Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran. Pemberian ASI dalam 1
jam pertama pada bayi baru lahir, dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi
2
yang penting dan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa
yang paling rentan dalan kehidupannya. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
WHO dan UNICEF membuat deklarasi yang disebut innocent declaration
yang bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada
pemberian ASI. Pada deklarasi ini Indonesia juga merupakan salah satu negara yang
mendukung dan menandatangani deklarasi tersebut sebagai salah satu acuan dalam
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Sebagai perwujudan komitmen terhadap innocent declaration, Depkes RI
mengeluarkan sejumlah peraturan untuk menjamin pemberian ASI pada bayi.
Peraturan itu diantaranya Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 450
tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif pada bayi di Indonesia.
Untuk pengawasan dan evaluasi peraturan ini, pemerintah menyerahkan sepenuhnya
kepada Dinas Kesehatan Provinsi serta Kabupaten atau Kota. (Sentra Laktasi
Indonesia, 2007).
Dalam upaya pengawasan dan evaluasi pemberian ASI Eksklusif, pemerintah
Kabupaten Magelang memasukkan program ASI Eksklusif ke dalam Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
menargetkan pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada
di Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Rawat Inap Salaman I pada periode
Januari – Mei 2010 adalah cakupan hasil kegiatan pemberian ASI eksklusif belum
tercapai yaitu 35,19%
Data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Salaman I didapatkan dari
penjumlahan pencatatan dari posyandu – posyandu yang berada di bawah binaan
puskesmas tersebut. Jika sistem pencatatan dan penerapan tersebut tidak berjalan
maka standar pelayanan puskesmas tidak akan tercapai.
Hasil wawancara dengan bidan dan kader memperlihatkan bahwa pada
kenyataannya, pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang ASI eksklusif masih
kurang. Masih banyak ibu yang masih memberikan susu formula atau bubur merah
kepada bayinya, namun sudah tidak ada ibu yang memberikan makanan padat
kepada bayinya. Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau
keluarnya hanya sedikit pada hari-hari pertama kelahiran bayinya, kemudian
membuang ASI-nya tersebut dan menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air
atau makanan lain. (Siregar A, 2004)
3
I.2. BATASAN JUDUL
Laporan dengan judul ‘Tinjauan Kegiatan Cakupan ASI Ekskulusif di Desa
Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Januari-Mei 2010, memiliki
batasan-batasan sebagai berikut :
1. Tinjauan adalah suatu pemantauan kegiatan
2. Cakupan adalah merupakan suatu total hasil kegiatan yang dilakukan perbulan
yang kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah di tetapkan.
3. ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja
kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman
tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih, pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali sirup obat
4. Desa Sidomulyo adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Sidomulyo berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam system pemerintahan
nasional dan berada dibawah kabupaten Magelang
5. Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang merupakan kecamatan dan kabupaten
dari desa Sidomulyo
6. Januari-Mei 2010, merupakan periode yang sedang berlangsung dalam kegiatan
puskesmas yang terdapat pada Laporan Standar Pelayanan Minimal.
1.3 BATASAN OPERASIONAL
1. ASI Eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja
kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman
tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih, pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali sirup obat
2. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja
sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
4
I.4. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut di atas, permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah penerapan program pemberian ASI
Eksklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang belum
berjalan dengan baik dimana di dapatkan hasil cakupannya yaitu 7,18%
I.5. TUJUAN
Penulisan laporan kegiatan yang berjudul Laporan Evaluasi Cakupan Bayi
Dengan ASI Eksklusif di Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.
I.5.1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis serta melakukan evaluasi
pemecahan masalah penerapan ASI Ekslusif Desa Sidomulyo, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang.
I.5.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui cakupan ASI Ekslusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang.
2. Mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan ASI
eksklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang
3. Mampu menganalisis masalah ASI Eksklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang.
4. Mampu menyelesaikan masalah ASI Eksklusif di Desa Sidomulyo,
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
I.6. MANFAAT KEGIATAN
I.6.1. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan di dalam survei yang dilaksanakan.
3. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
5
I.6.2. Bagi Puskesmas
1. Mengetahui masalah atau upaya Puskesmas mengenai penerapan ASI
Eksklusif.
2. Membantu puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas dalam hal penerapan ASI Eksklusif yang tidak berjalan dengan
maksimal.
3. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap
masalah penerapan ASI Eksklusif yang tidak berjalan dengan maksimal.
4. Membantu puskesmas dalam mewujudkan program Indonesia Sehat 2010.
I.6.3. Bagi Masyarakat
1. Menambah pengetahuan, khususnya bagi para ibu mengenai pentingnya
manfaat pemberian ASI eksklusif pada bayinya.
2. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan masyarakat dengan
mensosialisasikan program ASI Eksklusif.
3. Membentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI sebagai satu-satunya
makanan yang diperlukan oleh bayi usia 0-6 bulan atau Menyusui Eksklusif.
Tetap memberi ASI setelah 6 bulan ditambah makanan pendamping ASI dari
makanan keluarga yang tepat waktu serta kualitas dan kuantitasnya.
I.7. METODE PENELITIAN
Jenis data yang diambil adalah data yang didapatkan dengan cara wawancara
kepada bidan dan kader, Serta pengisian kuesioner terhadap 10 responden yang
merupakan ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan di Desa Sidomulyo,
Kecamatan Salaman, Kabupaten magelang.
Data yang didapatkan diolah dengan metode pendekatan sistem, untuk
selanjutnya dilakukan analisis masalah dengan mencari kemungkinan penyebab
melalui pendekatan sistem dan menggunakan metode fishbone. Selanjutnya dapat
ditentukan alternatif pemecahan masalah secara sistematis yang paling mungkin
dilaksanakan dengan Kriteria Matriks. (Hartoyo,2010)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. PENGERTIAN AIR SUSU IBU
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam – garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya, dan merupakan makanan yang ideal untuk bayi
terutama pada bulan – bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan
bayi untuk membangun dan menyediakan energy. (Siregar A, 2004).
Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air
Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan
ataupun minuman tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih,
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali sirup obat. (Siregar
A, 2004).
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan
alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal. (Afifah D.N, 2007).
II.2. MANFAAT ASI dan MENYUSUI
Pemberian ASI mempunyai manfaat yang besar, baik bagi ibu, bagi bayi,
bagi negara hingga bagi lingkungan;
II.2.1. Manfaat Pemberian ASI Pada Bayi
1. ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang sangat ideal komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
2. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
3. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat, yang
bermanfaat untuk:
7
a. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
b. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan
asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
c. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
d. Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
4. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen
C3 dan C4, Anti-stafiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Laktoferin.
5. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada bayi.
6. ASI adalah makanan yang sempurna baik kualitas maupun kwantitasnya.
7. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi yaitu merupakan cairan hidup yang
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Zat kekebalan yang terdapat
pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare , juga akan menurunkan
kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi
lainnya.
8. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena dalam ASI terkandung
nutrien- nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada
atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain; Taurin yaitu suatu
bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Laktosa merupakan
hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu
sapi. Asam Lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6),
merupakan asam lemak utama dari ASI yang terdapat sedikit dalam susu
sapi.
9. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang karena bayi yang sering
berada dalam dekapan ibu akan merasa kasih sayang ibunya. Ia juga akan
merasa aman dan tenteram yang akan menjadi dasar perkembangan emosi
bayi dan membentuk kepribadian dan percaya diri dan dasar spiritual yang
baik. (Siregar A, 2004).
8
II.2.2. Manfaat ASI Bagi Ibu
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, apabila bayi segera disusui
setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadi perdarahan setelah melahirkan
akan berkurang, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin
yang berguna untuk menutup pembuluh darah sehingga perdarahan akan
cepat berhenti.
2. Mengurangi terjadinya anemia karena kekurangan zat besi akibat perdarahan.
3. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan alat kontrasepsi yang
aman, mudah dan cukup berhasil.
4. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat
akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.
5. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui memerlukan energi maka
tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil, sehingga
berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan
sebelum hamil.
6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker pada ibu yang memberikan ASI
eksklusif.
7. Lebih ekonomis dan mudah karena menghemat pengeluaran untuk susu
formula, perlengkapan untuk menyusui dan persiapan untuk pembuatan susu
formula.
8. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan”
kepada bayinya.
9. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
(Siregar A, 2004).
II.2.3. Manfaat ASI bagi Negara
1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui
serta biaya menyiapkan susu.
2. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret, dan sakit
saluran nafas.
3. Penghematan obat- obat, tenaga dan sarana kesehatan.
4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk
membangun Negara. (Siregar A, 2004).
9
II.2.4. Manfaat ASI bagi Lingkungan
1. ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di udara. Dengan
hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton dan
kertas pembungkus, botol plastik dan karet.
2. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk membuatnya tidak
memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap dan tidak memerlukan alat
transportasi. (Siregar A, 2004).
II.3. PRODUKSI ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitary
Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan
pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down
Reflex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk
menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam
dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. (Siregar A,
2004).
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk
menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan
tenunan aktif yang tersusun seperti “pohon tumbuh” di dalam putting dengan cabang
yang menjadi “ranting” semakin mengecil. (Afifah D.N, 2007).
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang
besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan
sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mensekresi dimana
setiap selnya mampu memproduksi susu. Bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding
alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam
ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan
bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiferous. Pusat dari areola (bagan
yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah
dihisap (masuk kedalam) mulut bayi. (Afifah D.N, 2007).
10
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Kolostrum, merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat
dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah
melahirkan anak.
Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.
Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
Merupakan suatu laxatif yang ideal untuk membersihkan meconium usus
bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
menerima makanan selanjutnya.
Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi
berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah kasein
pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI
Mature.
Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100
ml kolostrum.
Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air
dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin di
bandingkan ASI Mature.
Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi pada
bayi.
Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. (Siregar A, 2004).
11
B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
Disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu
ke 3 hingga ke 5.
Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi.
Volume semakin meningkat.
C. Air Susu Mature
ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, merupakan
makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap
diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur
yang sesuai untuk bayi.
Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
kaseinat, riboflavin dan karoten.
Tidak menggumpal bila dipanaskan.
Volume: 300 – 850 ml/24 jam
Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:
Antibodi terhadap bakteri dan virus.
Cell (phagocyte, granulocyte, macrophag, lymhocycte type T)
Enzim (lysozime, lactoperoxidase)
Protein (laktoferin, B12 Binding Protein)
Faktor resisten terhadap staphylococcus.
Komplemen (C3 dan C4)
12
II.4. VOLUME PRODUKSI ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada skelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir
akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah
sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu
kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 – 6 bulan
pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan
gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak
saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat
makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu
terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan
oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan
berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari.
Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi
menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi
sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan
kecepatan yang sama. (Siregar A, 2004).
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari
penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air
susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil,
terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi
sejumlah kecil ASI. (Siregar A, 2004).
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam
sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua,
dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat
ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak
memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan
digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama
menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi
konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya.
13
Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya
dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda.
Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan
“marasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.
(Depkes RI, 2001).
II.5. KOMPOSISI ASI
Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena
kolostrum hanya sekitar 1% dalam air susu mature, dan lebih banyak mengandung
imunoglobin A (Iga), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang kesemuanya sangat
penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi). Lebih
sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak mengandung vitamin dan
mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn). (Siregar A, 2004).
Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National research Council
Washington tahun 1990 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi
untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 1. Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml
Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi
Energi (K Cal)
Protein (g)
- Kasein/whey
- Kasein (mg)
- Laktamil bumil (mg)
- Laktoferin (mg)
- Ig A (mg)
Laktosa (g)
Lemak (g)
Vitamin
- Vit A (mg)
- Vit B1 (mg)
- Vit B2 (mg)
58
2,3
140
218
330
364
5,3
2,9
151
1,9
30
70
0,9
1 : 1,5
187
161
167
142
7,3
4,2
75
14
40
65
3,4
1 : 1,2
-
-
-
-
4,8
3,9
41
43
145
14
- Asam Nikotinmik (mg)
- Vit B6 (mg)
- Asam pantotenik
- Biotin
- Asam folat
- Vit B12
- Vit C
- Vit D (mg)
- Vit Z
- Vit K (mg)
Mineral
- Kalsium (mg)
- Klorin (mg)
- Tembaga (mg)
- Zat besi (ferrum) (mg)
- Magnesium (mg)
- Fosfor (mg)
- Potassium (mg)
- Sodium (mg)
- Sulfur (mg)
75
-
183
0,06
0,05
0,05
5,9
-
1,5
-
39
85
40
70
4
14
74
48
22
160
12-15
246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
1,5
35
40
40
100
4
15
57
15
14
82
64
340
2,8
,13
0,6
1,1
0,02
0,07
6
130
108
14
70
12
120
145
58
30
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada
tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein
daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa
protein whey yang larut. ASI mengandung whey lebih banyak. Komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai kandungan whey yang lebih sedikit, sehingga tidak mudah diserap.
(Siregar A, 2004).
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak,
yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu
sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase).
Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase
lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak
15
dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus
bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung
sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan
sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar
bayi, banyak memperoleh air susu ini. (Siregar A, 2004).
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam
air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak
dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga
didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam
laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan
juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain. (Siregar A, 2004).
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah
diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama
kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan
bayi. Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang
diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat
diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi
penyakit polio jarang terjadi pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena
sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam
susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang
terlarut lemak. (Siregar A, 2004).
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel
otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat
terjadinya gangguan pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak
tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
16
Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari
substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam
linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
II.6. MANAJEMEN ASI EKSKLUSIF
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah – langkah berikut untuk
memulai dan mencapai program ASI Eksklusif, yaitu :
Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran.
Menyusui secara eksklusif : hanya ASI, artinya, tidak ditambah makanan atau
minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau,
siang dan malam
Tidak menggunakan botol susu maupun empeng
Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat
tidak bersama anak
Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang. (DepKes RI, 2001).
17
BAB III
DATA UMUM DESA SIDOMULYO
III. 1. Keadaan Geografis
PETA DESA SIDOMULYO
Gambar 1. Peta Wilayah Desa Sidomulyo
III. 1. 1. Letak wilayah
Desa Sidomulyo terletak di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Terdapat 8 dusun di desa Sidomulyo, yaitu dusun
Sojomerto Kidul, Sojomerto Lor, Kembaran, Sumberan, Kalangan,
Ngadikromo, Drojogan, Kedung Kepis.
18
III. 1. 2. Batas wilayah
Wilayah desa Sidomulyo dibatasi oleh :
a. Sebelah utara : Desa Tanggulrejo Kecamatan Tempuran
b. Sebelah selatan : Desa Ringin Anom Kecamatan Tempuran
c. Sebelah timur : Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman
d. Sebelah barat : Desa Kebon Rejo Kecamatan Salaman
III. 1. 3. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Sidomulyo berdasarkan data statistik tahun 2010
adalah 214.560 Ha.
III. 2. Keadaan Demografi
III. 2. 1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk desa Sidomulyo pada tahun 2010 berdasarkan data
statistik kantor desa Sidomulyo adalah 4066 jiwa dari 1163 KK.
III. 2. 2. Data Penduduk
Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Sidomulyo menurut Jenis Kelamin
pada tahun 2010
PENDUDUK TOTAL
Laki-laki Perempuan
2069 1997 4066
(Sumber : data statistik kantor desa Sidomulyo, 2010)
Berdasarkan tabel di atas, warga laki – laki di Desa
Sidomulyo lebih banyak jumlahnya dibandingkan perempuan
meskipun perbedaan ini tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 72 jiwa.
Kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur > 58 tahun,
yaitu 895 orang. Sedangkan tingkat pendidikan terbanyak adalah
tamat SD yaitu 2049 orang.Dengan mata pencaharian utama sebagai
petani sebanyak 2432 dari seluruh warga yang memiliki mata
pencaharian.
19
Data yang di dapatkan dari bidan desa Sidomulyo diketahui
bahwa terdapat 40 kader posyandu aktif. Tiap posyandu masing-
masing dibantu oleh 5 orang kader. Dan terdapat 1 orang bidan,
dimana 1 bidan menangani 8 posyandu. Terdapat 8 posyandu di desa
Sidomulyo. Dengan jumlah balita 364 balita dimana jumlah balita
yang ditimbang terdapat 314 balita, dan balita yang mengalami BGM
sebanyak 8 balita.
III.2.3.Data Kesehatan
Tabel 3.Data Kesehatan Masyarakat Desa Sidomulyo (Mei 2010)
Jumlah
Ibu Hamil 42
Ibu Bersalin 32
Balita 364
Bayi 87
BGM 8
Kematian Bayi -
Kematian Ibu melahirkan -
JUmlah neonatus 32
III.3. KOMPONEN DESA SIAGA
A. Sarana Prasarana
1. Sarana : PKD 1 tempat
2. SDM : Dokter : Umum : belum ada
Gigi : belum ada
Perawat : belum ada
Bidan : 1 orang
Dukun bayi : 3 orang
Kader Posyandu aktif : 40 orang aktif
B. Forum Kesehatan Desa : Belum terbentuk
20
C. Kegiatan Gotong Royong Masyarakat
1. KPKIA : Belum ada
2. Ambulan Desa : Belum ada yang ditunjuk
3. Donor darah : Belum ada
4. Pemanfaatan upaya kesehatan
- Posyandu balita : 8 tempat
5. Gerakan Pengendalian fakor resiko penyakit : Belum ada
D. Upaya Kesehatan
1. Promotif, prevenif oleh kader : Dilakukan secara berkala
2. Promotif, preventif oleh bidan : Melalui posyandu
3. Pemantauan kesehatan bumil, balita dan pengendalianresiko
melalui posyandu.
E. Pengamatan dan Pemantauan Kesehatan
1. Buku KIA : ada
2. Buku SIP : ada di tiap posyandu
3. Buku catatan kasus/ rujukan kader : belum ada
4. Buku catatan keluarga miskin : ada
5. Buku catatan kelahiran dan kematian : ada
F. Pembiayaan Kesehatan
1. Tabulin/ dasolin : Belum berjalan
2. Pokmair : Belum ada
3. Dana Posyandu : ada
4. Dana Sehat : belum ada
5. Dana kematian : belum ada
III.4. DATA IBU YANG MELAKUKAN ASI EKSKLUSIF PERIODE
JANUARI - MEI 2010
Di desa Sidomulyo didapatkan adanya 87 bayi , dan yang melakukan
ASI Eksklusif adalah sebanyak 12 bayi pada periode Januari – Mei 2010. Dari
hasil data SPM didapatkan hasil cakupan hasil kegiatan pemberian ASI
eksklusif belum tercapai yaitu 35,19% dan pencapaian 43,98%. Hal tersebut
menjadi suatu masalah karena target SPM yang diharapkan adalah 80%.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Data Cakupan Bayi Yang Mendapatkan ASI Ekslusif
Hasil rekapitulasi data yang terdapat pada laporan PROMKES di Puskesmas
Salaman I, didapatkan angka cakupan Bayi yang dapat ASI Ekslusif pada periode
Januari – Mei 2010 adalah cakupan hasil kegiatan pemberian ASI eksklusif belum
tercapai yaitu 35,19%, sedangkan di Desa Sidomulyo selama periode Januari-Mei
2010 sebanyak 7,18% dengan angka pencapaiannya 8,97% dari target 80%.
IV.2. Hasil Survei
Pada hari Sabtu, tanggal 19 Juni 2010 pukul 14.00 – 16.00, telah
dilaksanakan wawancara dengan bidan desa, dan kader. Serta pengisian
kuesioner terhadap 10 responden yang merupakan ibu yang mempunyai anak
usia 0-12 bulan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten magelang
IV.2.1. Hasil Wawancara Bidan
Hasil wawancara Bidan desa yang terdapat di Desa Sidomulyo hanya 1
bidan. Bidan desa ini harus menangani dan bertanggung jawab atas 8
Posyandu yang berada di Desa Sidomulyo. Dikatakan oleh bidan, bahwa
dirinya telah sering mengingatkan pada ibu yang baru melahirkan untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Tetapi sebagian besar dari para ibu
tersebut tidak menghiraukan nasehatnya, karena mereka beranggapan bahwa
anaknya tidak cukup dengan hanya menerima ASI saja dan mengatakan
menjadi sering rewel jika hanya diberi ASI saja. Menurut bidan, sebagian besar
masyarakat Desa Sidomulyo masih memiliki kebiasaan untuk memberi
makanan tambahan secepat mungkin supaya anak gemuk, sehat dan cepat
besar. Pola pemikiran seperti diatas, menurut bidan sudah menjadi tradisi bagi
masyarakat desa Sidomulyo. Selain itu, meskipun sebagian besar dari para ibu
tersebut sudah mengerti mengenai pentingnya Asi eksklusif tapi mereka tidak
mampu menjalankannya dikarenakan terbentur dengan kegiatan mereka sehari-
hari sehingga tidak bisa sepenuhnya menjalankan asi eksklusif.
22
Penyuluhan mengenai ASI eksklusif secara berkala, dikatakan oleh
bidan setempat memang jarang dilakukan, karena tidak adanya jadwal kegiatan
yang tetap untuk penyuluhan ASI eksklusif, sehingga pemberian informasi dan
sosialisasi mengenai ASI dan manajemennya menjadi terhambat. Pemberian
informasi dan sosialisasi ASI selama ini hanya diberikan jika ibu datang ke
Posyandu untuk memeriksakan anaknya yang sakit atau jika ibu melakukan
kontrol setelah melahirkan.
Dalam wawancara yang dilakukan, bidan desa juga mengatakan bahwa
kendala lainnya yang didapati dalam usaha penerapan ASI eksklusif adalah
rendahnya sumber daya manusia (SDM) dihubungkan dengan tingkat
pendidikan yang masih rendah, sehingga tidak tercapai pola pikir yang sama
antara bidan, kader dan masyarakat. Menurut bidan, hal tersebut menyebabkan
tidak tercapainya tujuan penerapan ASI eksklusif, karena apa yang
disampaikan oleh bidan, dipersepsikan berbeda oleh masyarakat setempat.
Terlebih lagi masyarakat setempat masih mempertahankan pola tradisi yang
ada, seperti tersebut di atas.
Bidan juga mengatakan diseluruh Posyandu Desa Sidomulyo, sudah
dilakukan pendataan dan pencatatan mengenai jumlah ibu yang memberikan
ASI eksklusif yaitu pada tahun 2010 ada 12 orang yang melakukan ASI
eksklusif di bulan januari-Mei
IV.2.2. Hasil Wawancara Kader
Kader di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang
berjumlah 40 orang. Wawancara yang dilakukan pada kader adalah dengan
mengajukan pertanyaan mengenai ASI dan program ASI eksklusif. Dari hasil
wawancara didapatkan hasil bahwa kader, mengenal definisi ASI eksklusif
namun tidak memahami secara menyeluruh dan mendalam mengenai ASI
eksklusif. Kader hanya mengetahui bahwa ASI eksklusif adalah pemberian Air
Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan
dan ataupun minuman tambahan lain. Bahkan ada kader yang mengetahui
bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sampai usia bayi 4 bulan.
23
Para kader mengatakan bahwa di Desa Sidomulyo jarang sekali
dilakukan penyuluhan. Selama ini penyuluhan yang dilakukan hanya
didasarkan atas permasalahan yang ada, dan tidak secara mendalam hanya
sebatas berbincang – bincang saja. Penyuluhan mengenai ASI eksklusif
sendiri, secara khusus tidak pernah dilakukan. Kader juga tidak pernah
mendapatkan pelatihan mengenai manajemen Laktasi dan pengetahuan ASI
eksklusif, sehingga pengetahuan kader mengenai ASI eksklusif sangat minim.
IV.2.3. Hasil Kuesioner Terhadap Ibu Yang Mempunyai Anak 0-12 bulan
Berdasarkan hasil Kuesioner dengan ibu yang mempunyai anak usia 0-
12 bulan, kebanyakan para ibu tidak tahu akan manfaat ASI ekslusif secara
umum. Ibu menyusui hanya tau, bahwa ASI merupakan asupan yang paling
baik saat bayi berumur sampai 4 bulan. Setelah itu, bayi diberikan susu
formula atau bubur saring, supaya bayi dapat tumbuh lebih gemuk dan cepat
besar. Ibu biasanya tidak puas hanya dengan memberikan asi mereka, karena
jika hanya memberikan ASI saja, bayi mereka akan lebih sering menangis
karena kelaparan. Disamping itu tradisi mereka yang pantang melihat anak
menangis membuat meraka makin sering memberikan susu formula dan bubur
saring setiap bayi mereka menangis.
24
BAB V
ANALISA MASALAH
V.1. UPAYA KESEHATAN PUSKESMAS
Menurut Hartoyo (2010), secara garis besar program kesehatan puskesmas
dibagi menjadi 3 macam, yaitu; upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan
pengembangan dan upaya kesehatan inovasi. Upaya kesehatan wajib ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global dan mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas Rawat Inap
Salaman I sudah melakukan upaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan 6 pokok
program kesehatan dasar (upaya kesehatan wajib) yaitu:
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
V.2. INDIKATOR PROGRAM PUSKESMAS YANG BERMASALAH
Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring
dan evaluasi. Indikator adalah variable yang menunjukkan atau menggambarkan
keadaan dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan. (Depkes RI,
2004).
Dalam pelaksanaan kegiatan programnya, Puskesmas Rawat Inap salaman I
masih memiliki beberapa cakupan kegiatan yang masih belum mencapai target Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang. Hal ini tentu masih menjadi masalah yang harus
dicari penyebab dan upaya penyelesaiannya.
25
V.3. KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH
Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang
ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk
memecahkannya.
Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :
Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel
Dapat diukur
Dapat diatasi (Hartoyo,2010)
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian
mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang
terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu
yang sudah ditetapkan.
2. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan
menyimpang dari masalah tersebut.
3. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi.
4. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat
langsung pada alternatif pemecahan masalah.
5. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka
digunakan Kriteria Matrik untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.
26
6. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan)
7. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.
Setelah melalui berbagai proses dalam menentukan masalah – masalah yang
telah teridentifikasi tersebut, maka berdasarkan penyebab masalah dapat ditentukan
alternatif pemecahan masalah dan dari hasil pemecahan masalah akan dibuat rencana
untuk pelatalaksanaannya secara rinci dalam bentuk Plan of Action.
Berdasarkan gambaran kasus yang dibahas pada bab sebelumnya, maka
ditemukan beberapa masalah yang akan dibahas dengan menggunakan bahan
pendekatan pemecahan masalah sebagai berikut :
Gambar 2. Kerangka Pemecahan Masalah
27
INPUT PROSES OUT PUT
LINGKUNGAN
BAB VI
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
VI.1. ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Upaya penyelesaian dari masalah hasil cakupan kegiatan puskesmas yang
belum memenuhi target tersebut dapat dilaksanakan melalui proses pengkajian
masalah berdasarkan metode pendekatan sistem sebagai berikut:
Gambar 3. Analisis Penyebab Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan system seperti
tersebut di atas, untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan –
pendekatan masalah. Dari pendekatan system ini dapat ditelusuri hal – hal yang
mungkin menyebabkan munculnya permsalahan di Desa Sidomulyo, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang.
28
Tabel.4. Kemungkinan penyebab masalah berdasarkan manajemen pendekatan
system.
INPUT Kelebihan Kekurangan
Man Jumlah dokter, bidan dan
kader sudah cukup.
Tingkat pengetahuan dokter
dan bidan tentang ASI dan
manajemennya sudah baik
Tingkat pengetahuan kader tentang manfaat ASI
ekslusif dan manajemennya masih kurang
Money Tersedianya dana asi ekslusif
Method Dokter dan bidan sudah
melakukan IMD sesuai
prosedur
Dokter dan bidan telah
memberitahukan cara
memberikan ASI
Data didapatkan dari kohort
bidan posyandu
Belum semua bidan mensosialisasikan prosedur
tetap ANC ( ASI Ekslusif ).
Material PKD dan Posyandu telah
memberikan penyuluhan
tentang pentingnya ASI kepada
masyarakat
Media promosi masih kurang
Machine Terdapat buku tersendiri untuk
pencatatan bayi dengan ASI
eksklusif
29
Kelebihan Kekurangan
LINGKUNGAN Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai
pentingnya pemberian ASI Eksklusif
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai
akibat pemberian makanan tambahan pada bayi yang
berusia kurang dari 6 bulan
Kebiasaan, tradisi dan pola pikir masyarakat dengan
memberikan makanan tambahan mulai pada usia kurang
dari 6 bulan.
Masih banyak ibu yang bekerja sehingga tidak dapat
melaksanankan Asi eksklusif secara optimal
PROSES Kelebihan Kekurangan
P1 Tersedianya jadwal
pelayanan di puskesmas
dan posyandu
Tidak adanya penjadwalan kunjungan rumah
terhadap bayi yang tidak ASI ekslusif
P2 Sudah ada jadwal
pelayanan di puskesmas
dan posyandu
Belum ada kunjungan rumah secara rutin terhadap
bayi yang tidak ASI ekslusif
Adanya program dari Puskesmas atau Posyandu
setempat untuk mengadakan penyuluhan dan
pelatihan kepada petugas kesehatan mengenai
pengetahuan dan manajemen ASI namun kurang
berjalan dengan optimal
Cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh
bidan atau kader kurang menarik
30
P3 Adanya pengawasan
dan penilaian dalam
pendataan dan
pencatatan bayi
yang mendapat ASI
Eksklusif
Adanya laporan
bulanan bayi yang
mendapat ASI
eksklusif
Tindak lanjut hasil
evaluasi dari
kegiatan Posyandu
berjalan dengan
baik.
Adanya pendataan
dan pencatatan
mengenai bayi yang
mendapat ASI
eksklusif
31
32
VI.4. KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
1. Tingkat pengetahuan kader tentang ASI dan manajemennya masih kurang
2. Tidak adanya penjadwalan kunjungan rumah terhadap bayi yang tidak ASI
ekslusif
3. Adanya program dari Puskesmas atau Posyandu setempat untuk mengadakan
penyuluhan dan pelatihan kepada petugas kesehatan mengenai pengetahuan
dan manajemen ASI namun kurang berjalan dengan optimal
4. Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas
kesehatan kurang menarik
5. Tidak adanya penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan mengenai bayi yang
mendapat ASI eksklusif
6. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai pentingnya pemberian
ASI Eksklusif
7. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai akibat pemberian
makanan tambahan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan
8. Kebiasaan, tradisi dan pola pikir masyarakat dengan memberikan makanan
tambahan mulai pada usia kurang dari 6 bulan.
9. Masih banyak ibu yang bekerja sehingga tidak dapat melaksanankan Asi
eksklusif secara optimal yaitu dengan memberikan susu formula serta bubur
tim.
33
VI.5. PENYEBAB YANG PALING MUNGKIN
Setelah dilakukan konfirmasi kepada Bidan desa dan Kader desa di
Puskesmas Rawat Inap Salaman I, maka didapatkan masalah yang paling mungkin,
yaitu :
1. Tingkat pengetahuan kader tentang ASI dan manajemennya masih kurang
2. Tidak adanya penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan mengenai bayi yang
mendapat ASI eksklusif
3. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai pentingnya pemberian
ASI Eksklusif
4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai akibat pemberian
makanan tambahan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan
5. Masih banyak ibu yang bekerja sehingga tidak dapat melaksanankan Asi
eksklusif secara optimal sehingga tidak dapat melaksanankan Asi eksklusif
secara optimal yaitu dengan memberikan susu formula serta bubur tim.
34
BAB VII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
VII.1. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya
yaitu dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah.
Berikut ini adalah alternatif pemecahan penyebab masalah yang ada :
Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah
No
.
Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Tingkat pengetahuan kader tentang ASI
dan manajemennya masih rendah
Memberikan pelatihan serta penyuluhan
kepada kader Posyandu mengenai ASI
eksklusif dan manajemen laktasi
2. Tidak adanya penjadwalan untuk
kegiatan penyuluhan, pendataan dan
pencatatan mengenai bayi yang
mendapat ASI eksklusif
Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan
penyuluhan, sesuai jadwal yang
disepakati dan dilakukan pendataan dan
pencatatan bayi yang mendapat ASI
eksklusif setiap kali diadakan Posyandu
3. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran
ibu mengenai pentingnya pemberian ASI
Eksklusif
Memberikan penyuluhan atau booklet
kepada ibu yang memiliki bayi, mengenai
pentingnya pemberian ASI secara
eksklusif
4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran
ibu mengenai akibat pemberian makanan
tambahan pada bayi yang berusia kurang
dari 6 bulan
Memberikan penyuluhan kepada ibu yang
memiliki bayi, mengenai bahaya dan
akibat pemberian makanan tambahan
dibawah usia 6 bulan
5. Masih banyak ibu yang bekerja sehingga
tidak dapat melaksanankan Asi eksklusif
secara optimal yaitu dengan memberikan
susu formula serta bubur tim
Dukungan keluarga ibu sehingga ibu
melaksanakan program ASI eksklusif
dengan optimal, dan penyuluhan tentang
cara pengeluaran ASI dan penyimpanan
35
ASI
VII.2. PENGGABUNGAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
a. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi, mengenai
pentingnya pemberian ASI secara eksklusif dan memberi pengertian akan
bahaya dan akibat pemberian makanan tambahan dibawah usia 6 bulan
b. Memberikan pelatihan serta penyuluhan kepada kader Posyandu
mengenai peranan ASI eksklusif dan manajemen laktasi
c. Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan, sesuai jadwal yang
disepakati dan dilakukan pendataan dan pencatatan bayi yang mendapat
ASI eksklusif setiap diadakannya Posyandu
d. Dukungan keluarga mendukung ibu sehingga ibu dapat melaksanakan
program ASI eksklusif dengan optimal
VII.3. PENENTUAN PRIORITAS ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Setelah menemukan alternative pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternative pemecahan masalah. Penentuan prioritas
alternative pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Hanlon kualitatif. Berikut ini proses penentuan prioritas alternative pemecahan
masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks :
a. Magnitude (m) = besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang
dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat
diselesaikan dengan pemecahan masalah makin efektif
b. Importancy (i) = pentingnya cara pemecahan masalah. Maka pentingnya
carqa penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah makin efektif
c. Vulnerability (v) = sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitive
bantuk penyelesaian masalah makin efektif
d. Cost (c) = perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah
Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5. Cara memberi nilai
yaitu nilai yang mendekati nilai 1, bila biaya yang digunakan makin kecil
sebaliknya mendekati nilai 5 biaya perkiraan makin besar
36
Rumus Kriteria Matriks :
m x i x v
c
Tabel 6. kriteria m (magnitude)
A B C D Horizontal
A + + + 5
B + + 4
C + 3
D 2
Tot Ver 0 0 0 0 0
Tot Hor 5 4 3 2
TOTAL 5 4 3 2
Table 7. kriteria I (importency)
A B C D Horizontal
A + + + 5
B - + 3
C + 3
D 2
Tot Ver 0 0 1 0
Tot Hor 5 3 3 2
TOTAL 5 3 4 2
37
Tabel 8. kriteria V (vunerability)
A B C D Horizontal
A + + + 5
B + + 4
C - 2
D 2
Tot Ver 0 0 0 1
Tot Hor 5 4 2 2
TOTAL 5 4 2 3
Table 9. kriteria C (cost)
No Penyelesaian masalah Cost
1 Memberikan penyuluhan atau booklet kepada ibu yang
memiliki bayi, mengenai pentingnya pemberian ASI secara
eksklusif dan memberi pengertian akan bahaya dan akibat
pemberian makanan tambahan dibawah usia 6 bulan
5
2 Memberikan pelatihan serta penyuluhan ataupun booklet
kepada kader Posyandu mengenai peranan ASI eksklusif dan
manajemen laktasi
4
3 Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan, sesuai
jadwal yang disepakati dan dilakukan pendataan dan
pencatatan bayi yang mendapat ASI eksklusif setiap
diadakannya Posyandu
3
4 Peran serta suami serta keluarga mendukung ibu sehingga ibu
dapat melaksanakan program ASI eksklusif dengan optimal
1
38
Dari hasil magnitude, importency dan vulnerability dan cost diatas dengan
menggunakan kriteria matriks, maka dapat diurutkan prioritas masalah sebagai
berikut :
Table 10. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
NO Alternative pemecahan
masalah
Nilai Kriteria Hasil
(m x I x v)/c
Prioritas
M I V C
1. Memberikan penyuluhan
atau booklet kepada ibu
yang memiliki bayi,
mengenai pentingnya
pemberian ASI secara
eksklusif dan memberi
pengertian akan bahaya dan
akibat pemberian makanan
tambahan dibawah usia 6
bulan
5 5 5 5 25 I
2. Memberikan pelatihan serta
penyuluhan ataupun booklet
kepada kader Posyandu
mengenai peranan ASI
eksklusif dan manajemen
laktasi
4 3 4 4 12 II
3. Dilakukan penjadwalan
untuk kegiatan penyuluhan,
sesuai jadwal yang
disepakati dan dilakukan
pendataan dan pencatatan
bayi yang mendapat ASI
eksklusif setiap diadakannya
Posyandu
3 4 2 3 8 III
39
4. Peran serta suami serta
keluarga sehingga ibu
melaksanakan program ASI
eksklusif dengan optimal
1 1 1 1 1 V
Setelah melakukan penentuan prioritas alternative pemecahan penyebab
masalah dengan menggunakan maka didapatkan urutan prioritas alternative
pemecahan masalah mengenai rendahnya cakupan ASI eksklusif di Desa Sidomulyo,
Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Adapun prioritas alternative masalah
yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi, mengenai pentingnya
pemberian ASI secara eksklusif dan memberi pengertian akan bahaya dan akibat
pemberian makanan tambahan dibawah usia 6 bulan
2. Memberikan pelatihan serta penyuluhan ataupun booklet kepada kader Posyandu
mengenai peranan ASI eksklusif dan manajemen laktasi
3. Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan, sesuai jadwal yang disepakati
dan dilakukan pendataan dan pencatatan bayi yang mendapat ASI eksklusif setiap
diadakannya Posyandu
4. Peran serta suami serta keluarga sehingga ibu melaksanakan program ASI
eksklusif dengan optimal
40
VII.4. Plan Of Action (POA)
Tabel 11. Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah Dalam Meningkatkan Cakupan Penerapan ASI Eksklusif
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak ukur
1. Memberikan penyuluhan
atau booklet kepada ibu
yang memiliki bayi,
mengenai pentingnya
pemberian ASI secara
eksklusif dan memberi
pengertian akan bahaya
dan akibat pemberian
makanan tambahan
dibawah usia 6 bulan
Meningkatkan
pengetahuan ibu
yang mempunyai
bayi akan
pentingnya ASI
ekslusif
Ibu yang
memiliki
bayi
Posyandu Bidan dan
Kader
Posyandu
Satu bulan
sekali
Dana
operasional
Puskesmas
Salaman I,
Diskusi
tatap
muka dan
tanya
jawab
serta
pembagian
booklet
Meningkatnya
pengetahuan
ibu tentang
ASI dan
berkurangnya
pemberian
makanan
tambahan pada
bayi kurang
dari 6 bulan
41
2. Memberikan pelatihan
kepada kader Posyandu
mengenai peranan ASI
eksklusif dan manajemen
laktasi
Meningkatkan
pengetahuan kader
mengenai ASI
eksklusif dan
manajemen laktasi
Bidan dan
kader
Posyandu
Posyandu
setempat
/balai
desa/aula
puskesmas
Dokter,
bidan dan
kader
Posyandu
Setiap satu
tahun
Dana
operasional
Puskesmas,
Swadaya
masyarakat,
Promkes
Seminar,
Pelatihan
dan
diskusi
Meningkatnya
pengetahuan
bayi yang
mendapat ASI
Eksklusif
3. Dilakukan penjadwalan
terhadap penyuluhan
kelompok Ibu hamil dan
menyusui setiap
diadakannya Posyandu
Meningkatkan
pengetahuan kader
dan mendapatkan
data jumlah bayi
yang mendapat ASI
Eksklusif
Bidan dan
Kader
Posyandu Bidan dan
kader
Setiap kali
kegiatan
Posyandu
Swadaya
masyarakat
Diskusi
dan
pencatatan
Adanya data
bayi yang
mendapatkan
ASI eksklusif
42
4. Peran serta suami serta
keluarga mendukung ibu
sehingga ibu dapat
melaksanakan program
ASI eksklusif dengan
optimal
Mendukung ibu
sehingga dapat
melaksanakan ASI
eksklusif secara
dapat
melaksanakannya
dengan optimal
Suami serta
keluarga
dari ibu
yang
mempunyai
bayi usia 0-
6 bulan
Rumah ibu
yang
mempunyai
bayi usia 0-
6 bulan
Kader
posyandu
Setiap
kegiatan
posyandu
(satu bulan
sekali
Swadaya
masyarakat
Diskusi
dan Tanya
jawab
Ibu
melaksanakaka
n kegiatan ASI
eksklusif
dengan
optimal
43
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
VIII.1. KESIMPULAN
Sebagai perwujudan komitmen terhadap innocent declaration, Depkes RI
mengeluarkan sejumlah peraturan untuk menjamin pemberian ASI pada bayi.
Peraturan itu diantaranya Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 450
tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif pada bayi di Indonesia.
Untuk pengawasan dan evaluasi peraturan ini, pemerintah menyerahkan sepenuhnya
kepada Dinas Kesehatan Provinsi serta Kabupaten atau Kota.
Dalam upaya pengawasan dan evaluasi pemberian ASI eksklusif, pemerintah
Kabupaten Magelang memasukkan program ASI eksklusif ke dalam Stamdar
Pelayanan Minimal (SPM). Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
menargetkan pemberian ASI eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada
dalam Standar Pelayanan minimal Puskesmas Rawat Inap Salaman I periode
Januari-Mei 2010 adalah tidak tercapainya cakupan ASI eksklusif pada periode
tersebut yaitu 35,19%.
Bayi yang mendapatkan ASI Esklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan
Salaman, kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010 yaitu 7,18%,
Dari hasil wawancara dengan bidan dan kader desa maka dapat diketahui
bahwa masih ada bayi yang umur kurang dari 4 (empat) bulan yang telah diberi MP-
ASI, Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai
akibat pemberian makanan tambahan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan
Maka perlu ditingkatkan penyuluhan kepada ibu – ibu tentang pentingnya
pemberian ASI esklusif dan makanan pendamping ASI pada usia anak yang tepat
dalam masa pertumbuhan anak mereka.
44
VIII.2. SARAN
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis, antara lain :
A. Bagi Ibu yang Memiliki Bayi
Bagi ibu- ibu yang belum memberikan ASI Eksklusif pada bayinya,
diharapkan dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
B. Bagi Puskesmas
Perlunya dilakukan penyuluhan dan pembinaan kepada ibu- ibu di
Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,
mengenai manfaat memberikan ASI eksklusif, cara memberikan ASI
yang membantu produksi kelancaran ASI sejak lahir terutama bagi
ibu- ibu yang akan melahirkan pertama kali untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif.
Perlunya peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya
tentang ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu
hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan,
sehingga produksi ASI cukup.
Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di Puskesmas,
Poliklinik Desa, ataupun Posyandu di dalam memberikan penyuluhan
atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu
menyusui tentang ASI dan menyusui.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Supraptini, Lubis A, Irianto J. Cakupan Imunisasi Balita Dan ASI Eksklusif
Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001. Jakarta :
2001, 249-54.
2. Sentra Laktasi Indonesia. Pelatihan Konseling Menyusui Modul 40 Jam
WHO dan UNICEF. Jakarta : 2007.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Indonesia Sehat 2010. Jakarta :
2004.
4. Hartoyo, 2009. Handout Pengelolaan Pelayanan Puskesmas dan
Permasalahannya. Magelang.
5. Siregar A. Pemberian ASI Ekslusif Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan 2004.
6. Siregar A. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Oleh Ibu
Melahirkan. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan 2004.
7. Hartoyo, 2009. Handout Proses Pemecahan Masalah Penentuan Prioritas
Masalah dan Pengambilan Keputusan. Magelang.
8. Depkes RI. Panduan Manajemen Laktasi : Dit. Gizi Masyarakat. Jakarta,
2001.
9. Afifah D. N. 2007. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif. Semarang.
46
Tabel Gannt Chart
No.
Kegiatan
Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
A
2.
B
3.
C
4.
D
Keterangan :A = Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi, mengenai pentingnya pemberian ASI secara eksklusif dan memberi pengertian
akan bahaya dan akibat pemberian makanan tambahan dibawah usia 6 bulan
B = Memberikan pelatihan serta penyuluhan ataupun booklet kepada kader Posyandu mengenai peranan ASI eksklusif dan manajemen
laktasi
C = Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan, sesuai jadwal yang disepakati dan dilakukan pendataan dan pencatatan bayi yang
mendapat ASI eksklusif setiap diadakannya Posyandu
D = Peran serta suami serta keluarga sehingga ibu melaksanakan program ASI eksklusif dengan optimal
47