Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFFECT OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING BABY WITH THE
OCCURRENCE OF DIARRHEA IN RSIA
SITTI FATIMAH MAKASSAR
PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN
DIARE PADA BAYI DI RS IBU DAN ANAK
SITTI FATIMAH MAKASSAR
Oleh :
FEBBY DAHLIA PUJICIPTA
10542 0085 09
Pembimbing : dr. M. Ikhsan Madjid, MS. PKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2013
SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FEBRUARI, 2013
FEBBY DAHLIA P 10542 0085 09 MUH. IKHSAN MADJID PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI RSIA SITTI FATIMAH MAKASSAR (Halaman : viii + 54 halaman + lampiran)
ABSTRAK Latar Belakang : Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan kota Makassar tahun 2007, jumlah penderita diare sebanyak 52.278 orang dan 14.493 atau sebesar 28% diantaranya adalah balita. Secara keseluruhan dilaporkan 10 penderita diare meninggal dunia. Di Negara berkembang seperti Indonesia, Infeksi gastrointestinal lebih sering ditemukan pada bayi yang mendapat Pengganti ASI dibanding dengan yang mendapat ASI. Hal ini menandakan bahwa ASI merupakan komponen penting pada sistem imun. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian diare pada bayi di RS Ibu dan Anak Sitti Fatimah, Makassar. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara konsekutif sampling, besar sampel dalam penelitian ini adalah 70 sampel yang diambil dari RSIA Sitti Fatimah Makassar. Metode pengumpulan data dengan kuisioner. Analisis data dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil Penelitian : Dari 70 sampel didapatkan pada bayi yang masih diberi ASI Ekslusif serta menderita Diare saat mengkonsumsi ASI adalah sebanyak 24 sampel (88,9%) dan diare saat mengkonsumsi Susu Formula sebanyak 43 sampel (100,0%). Sedangkan pada bayi yang sudah Tidak diberikan ASI Ekslusif serta tidak menderita Diare saat mengkonsumsi ASI terdapat 43 sampel (100,0%) dan diare saat mengkonsumsi Susu Formula adalah sebanyak 24 sampel (88,9%). Hasil analisis dengan Chi Square dengan taraf signifikan p <0,05 didapatkan hasil p value <0,001. Kesimpulan : Terdapat pengaruh pemberian Asi Ekslusif dan Diare pada bayi khususnya bayi di RSIA Siti Fatimah Makassar. Hal ini dibuktikan dengan hasil pada penelitian, dimana adanya perbedaan yang signifikan antara bayi yang masih diberi ASI Ekslusif dan bayi yang sudah tidak lagi diberi ASI Ekslusif yaitu jika bayi masih diberi ASI Ekslusif lebih sedikit yang menderita diare dibandingkan dengan bayi yang sudah tidak diberikan ASI Ekslusif. Kajian Islam : Ditegaskan dalam surah Al-Luqman ayat 14, yang artinya : "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." Kata Kunci : ASI Ekslusif dan Diare.
iii
PRAKARTA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif Dengan Kejadian Diare pada Bayi
di RSIA Sitti Fatimah Makassar”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Abi dan Umi saya tercinta, Ir. Hi. Pudji Wahono, Sp, 1 dan Hj. A. Zarqa
Joenoes. Saya mutlak berterima kasih kepada kedua beliau yang telah
mendidik dan membesarkan saya dengan penuh kasih sayang. Karena
dukungan mereka sehingga saya dapat melanjutkan sekolah hingga perguruan
tinggi. Terima kasih yang tak terhingga untuk semua dukungan, kasih sayang
dan do’a yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
2. dr. M. Ikhsan Madjid, MS. PKK yang telah berkenan mengarahkan dan
membimbing saya dalam penyelesaian skripsi.
3. Kepala RSIA Sitti Fatimah Makassar beserta staf bagian perawatan anak yang
telah bersedia membantu saya dalam pengumpulan data.
4. Pimpinan, Penasehat Akademik (PA) serta Staf Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Dosen penguji serta Dosen pendamping, saya haturkan terima kasih untuk
sarannya sehingga penyusunan skripsi ini bisa lebih baik.
v
6. Kakak - kakakku, Nashar Dahlan P, SKM dan Briptu. Vichram Dahlan P.
Terima kasih telah memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini, terima
kasih untuk kakak iparku mba Eka dan mba Farah serta ponakanku Sasya dan
Nisa yang telah menghibur disaat saya penat mengerjakan skripsi.
7. Seluruh Ibu dan Bayi yang menjadi sampel penelitian saya di RSIA Sitti
Fatimah Makassar, yang telah menerima penelitian dengan tangan terbuka dan
bersedia menjadi responden dalam penelitian saya.
8. Para Neur09lia di FK unismuh. Yang selama 4 tahun bersama terimakasih atas
waktu, bantuan, support dan hiburan yang kalian berikan pada saat saya
mengerjakan skripsi.
9. Teman-teman satu bimbingan, Kompak mulai dari seminar proposal sampai
ujian tutup tetap bersama kalian.
10. Semua pihak yang mustahil saya sebutkan satu per satu, yang telah berjasa
kepada saya. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka.
Saya menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna untuk itu segala
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan tulisan ini.
Akhirnya saya mengharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga ALLAH memberikan Ridha_Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal
Alamin.
Makassar, 14 Februari 2013
Penulis
FEBBY DAHLIA P
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................... iii
ABSTRACK ................................................................................................ iv
PRAKARTA ................................................................................................ v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah ......................................................................... 1
1.2 Perumusan masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................ 4
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Ekslusif ....................................................................................... 5
2.1.1 Definisi .......................................................................................... 5
2.1.2 Kandungan ASI ............................................................................. 7
2.2 Diare ........................................................................................................ 11
vii
2.2.1 Definisi .......................................................................................... 11
2.2.2 Gejala Klinis ................................................................................. 13
2.2.3 Patofisiologi .................................................................................. 13
2.2.4 Komplikasi .................................................................................... 15
2.2.5 Diagnosis ....................................................................................... 16
2.3 Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare ..... 18
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 20
3.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................. 20
3.2.1 Subjek Penelitian .......................................................................... 20
3.2.2 Diare .............................................................................................. 20
3.2.2.1 Kriteria Objektif ............................................................. 21
3.2.3 ASI Ekslusif. ................................................................................. 21
3.2.3.1 Kriteria Objektif ............................................................. 21
3.3 Cara Ukur ............................................................................................... 22
3.4 Alat Ukur ................................................................................................ 22
3.5 Skala Pengukuran ................................................................................... 22
3.6 Hipotesa ................................................................................................. 23
3.6.1 Hipotesa Nol ................................................................................. 23
3.6.2 Hipotesa Alternatif ........................................................................ 23
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 24
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................................. 24
viii
4.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 24
4.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................... 24
4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................................. 25
4.3.1 Populasi Penelitian ....................................................................... 25
4.3.2 Sampel Penelitian .......................................................................... 25
4.3.3 Cara Pengambilan sampel ............................................................. 25
4.4 Instrumen penelitian ................................................................................ 27
4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data ................................................... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 28
5.2 Gambaran Umum Lokasi ........................................................................ 29
5.3 Karakteristik Subjek ............................................................................... 29
5.4 Tabel Penyilangan (Tabel 2x2 ) .............................................................. 34
5.5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 35
BAB VI KAJIAN ISLAM
6.1 ASI di Zaman Nabi ................................................................................. 40
6.1.1 Pengkajian ....................................................................................... 41
6.2 ASI dan Manfaatnya dalam Islam ........................................................... 41
6.3 Landasan islam akan pentingnya ASI ..................................................... 47
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN ....................................................................................... 49
7.2 SARAN ................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 52
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan antimikroba ASI dan susu sapi.................................... 6
Tabel 2. Komposisi komponen ASI yang befungsi sebagai sistem imunitas .. 11
Tabel 3. Perbedaan diare osmotik dan diare sekretorik ................................... 15
Tabel 4. Modifikasi Petunjuk Dalam Menentukan Derajat Dehidrasi ............. 17
Tabel 5.3.1. Distribusi Karakteristik Bayi Berdasarkan Umur ....................... 29
Tabel 5.3.2. Distribusi Karakteristik Bayi Berdasarkan Jenis kelamin........... 30
Tabel 5.3.3. Distribusi Pemberian ASI pertama (kolostrum) pada Bayi ......... 30
Tabel 5.3.4. Distribusi Pemberian Makanan/Minuman selain ASI pertama
(kolostrum) pada Bayi ................................................................ 31
Tabel 5.3.5. Distribusi jenis Makanan/Minuman sebelum ASI pertama ........ 31
Tabel 5.3.6. Distribusi pemberian ASI Ekslusif pada bayi ............................ 32
Tabel 5.3.7. Distribusi Karakteristik Bayi yang diberi Makanan / Minuman
selain ASI ekslusif ..................................................................... 32
Tabel 5.3.8. Distribusi Bayi yang Diare saat Mengkonsumsi ASI ................. 33
Tabel 5.3.9. Distribusi Bayi yang diare saat Mengkonsumsi Susu Formula .. 33
Tabel 5.4.1. Pengaruh Diare Pada Bayi Saat Konsumsi Asi Berdasarkan
Pemberian Asi Ekslusif .............................................................. 34
Tabel 5.4.2. Pengaruh Diare Pada Bayi Saat Konsumsi Susu Formula
Berdasarkan Pemberian Asi Ekslusif ......................................... 35
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Analisis Univariat
Lampiran 2 : Analisis Bivariat
Lampiran 3 : Lembar Persutujuan Untuk Mengisi Kuisioner
Lampiran 4 : Lembar Kuisioner
Lampiran 5 : Surat Izin/Rekomendasi Penelitian Kepada Direktur RSIA Sitti
Fatimah Makassar
Lampiran 6 : Surat Rekomendasi Pengambilan Data di RSIA Sitti Fatimah
Makassar
Lampiran 7 : Riwayat Hidup Penulis
xi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Febby Dahlia Pujicipta
TTL : Semarang, 11 Oktober 1991
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Komp. Bumi Permata Sudiang Blok E2 No. 14
Riwayat Pendidikan
SD : SDN 13 Tawiri Ambon
SMP : SMPN 2 Ambon
SMA : SMAN 3 Kairatu
Perguruan Tinggi : Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar
iv
ESSAY
MEDICAL SCHOOL
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FEBRUARY, 2013
FEBBY DAHLIA P 10542 0085 09
MUH. IKHSAN MADJID
EFFECT OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING BABY WITH THE
OCCURRENCE OF DIARRHEA IN RSIA SITTI FATIMAH MAKASSAR
(Page: viii + 54 Pages + Annex)
ABSTRACT
Background: Based on data obtained from the Health Department of Makassar in
2007, the number of diarrhea patients as many as 52 278 people and 14 493 or 28%
of them are children under five. Overall reported 10 patients with diarrhea died. In
developing countries such as Indonesia, gastrointestinal infections are more
common in infants who received BMS compared with breast-fed. This indicates
that breastfeeding is an important component of the immune system.
Objective: To determine the effect of exclusive breastfeeding is there with the
incidence of diarrhea in infants at the Mother and Child Hospital Sitti Fatimah,
Makassar.
Methods: This study is an observational analytic research with cross sectional
approach. By using consecutive sampling technique sampling, sample size in this
study is 70 samples taken from RSIA Sitti Fatimah Makassar. Data were collected
by questionnaire. Data analysis using Chi Square test.
Results: Of 70 samples obtained in infants who are still given exclusive
breastfeeding and suffering from diarrhea when taking breast milk are as many as
24 samples (88.9%) and diarrhea when consumed as many as 43 samples of formula
milk (100.0%). While in infants who were not given exclusive breastfeeding and
do not suffer from diarrhea when taking breast milk contained 43 samples (100.0%)
and diarrhea while taking Formula is as much as 24 samples (88.9%). The results
of the analysis with Chi Square with significance level of p <0.05 is obtained p
value <0.001.
Conclusion: There is the effect of exclusive breast milk and infant diarrhea in
infants, especially in RSIA Siti Fatimah Makassar. This is evidenced by the results
of the research, in which there are significant differences between infants who were
still given exclusive breastfeeding and the baby is no longer given exclusive
breastfeeding is if the baby is still given exclusive breastfeeding less diarrhea than
babies who are not breastfed Exclusive ,
Islamic Studies: Affirmed in surah Al-Luqman verse 14, which means: "And We
commanded man (doing good) to his two mother-father; his mother had conceived
him in a weakened state that increase steadily, and weaning in two years. Be
thankful Me and the two mothers father, only to receive from me all return. "
Keywords: Exclusive Breastfeeding and Diarrhea.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan kota
Makassar tahun 2007, jumlah penderita diare sebanyak 52.278 orang dan
14.493 atau sebesar 28% diantaranya adalah balita. Secara keseluruhan
dilaporkan 10 penderita diare meninggal dunia1. Menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 salah satu penyebab utama
kematian di Indonesia adalah kejadian diare. Demikian juga pada tahun
2001, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi
seperti pada periode sebelumnya. Kejadian diare pada bayi dapat
disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah
diberi makan selain ASI ( Air Susu Ibu ) sebelum berusia 4 bulan. 2
Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare
karena alasan sebagai berikut;
(1) pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI
(2) bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan
yang hanya dapat diperoleh dari ASI ,
(3) adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah
terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk
memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril.
1
2
Berbeda dengan makanan padat ataupun susu formula, ASI bagi
bayi merupakan makanan yang paling sempurna. Pemberian ASI
secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan
membantu mencegah penyakit pada bayi. Hal ini disebabkan
karena adanya antibodi penting yang ada dalam kolostrum dan ASI
(dalam jumlah yang sedikit). Selain itu ASI juga selalu aman dan
bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit
untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi. 3
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pajanan
mikroorganisme patogen maupun zat alergen lainnya masih merupakan
masalah. Infeksi gastrointestinal maupun non gastrointestinal lebih sering
ditemukan pada bayi yang mendapat pengganti air susu ibu (PASI)
dibanding dengan yang mendapat air susu ibu (ASI). Hal ini menandakan
bahwa ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa
gastrointestinal maupun mukosa lain, karena sebagian besar
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh melalui mukosa.4
Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan para ahli di India
dengan menggunakan ASI donor dari manusia, didapatkan kejadian
infeksi lebih sedikit secara bermakna dan tidak terdapat infeksi berat pada
kelompok yang diberi ASI manusia, sedangkan bayi pada kelompok yang
tidak mendapat ASI (kontrol) banyak mengalami diare, pneumonia, sepsis,
dan meningitis.5
3
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
memberikan informasi lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian ASI
dengan kejadian diare pada bayi.
1.2 Rumusan Masalah
Uraian singkat dalam latar belakang masalah di atas memberi
dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
Adakah pengaruh pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian
diare pada bayi di RS Ibu dan Anak Sitti Fatimah, Makassar.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian ASI Ekslusif
dengan kejadian diare pada bayi di RS Ibu dan Anak Sitti Fatimah,
Makassar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk melihat pemberian Asi Ekslusif pada bayi
2) Untuk melihat angka kejadian Diare
3) Untuk mengetahui hubungan pemberian Asi Ekslusif dan Diare
pada bayi
4
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai
pengaruh pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian diare pada bayi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini untuk menjadi satu pertimbangan dalam
penatalaksanaan pengaruh pemberian ASI Ekslusif dengan
kejadian diare pada bayi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Ekslusif
2.1.1 Definisi
Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu
(ASI) segera setelah melahirkan. ASI diproduksi oleh alveoli yang
merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan
makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang
paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh
manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu
kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat
dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan
manusia (susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan
tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari susu kolostrum. 6
Air susu ibu selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi
perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang
dikandungnya. Walaupun ibu dalam kondisi kekurangan gizi sekalipun,
ASI tetap mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi dan mampu
mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan imunoglobulin. 7
ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi
sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif.8
5
6
Tabel 1. Perbandingan antimikroba ASI dan susu sapi.4
No. Kandungan ASI Susu Sapi
1. Laktoferin + + + + +
2. Lisozim + + + + +
3. sIgA + + + + +
4. IgG + + + + +
5. Komplemen + + + + +
6. Laktoperoksidase + + + + +
Imunoglobulin ASI tidak diabsorpsi bayi tetapi berperan
memperkuat sistem imun lokal usus. ASI juga meningkatkan IgA pada
mukosa traktus respiratorius dan kelenjar saliva bayi. Ini disebabkan faktor
pertumbuhan dan hormon sehingga dapat merangsang perkembangan
sistem imun lokal bayi. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya penyakit otitis
media, pneumonia, bakteriemia, meningitis dan infeksi traktus urinarius
pada bayi yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat PASI. 4
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda
dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu
sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak
terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi,
sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih
sulit dicerna oleh usus bayi. 9
Adapun hasil eksperimen pada hewan uji membuktikan bahwa
limfosit yang terdapat di dalam ASI dapat melintasi dinding usus bayi dan
masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga dapat mengaktifkan sistem imun
bayi.10 Pemberian ASI yang dianjurkan adalah ASI eksklusif selama 6
7
bulan yang diartikan bahwa bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa
makanan atau minuman lain termasuk air putih 4. Pemberian ASI secara
eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi
bila mungkin sampai 6 bulan.8
Idealnya bayi yang diberi ASI eksklusif tidak terkena diare karena
ASI merupakan makanan alami yang ideal bagi bayi dan sesuai dengan
kondisi sistem pencernaan bayi yang belum matur (pada bayi 0-6 bulan)
sehingga tidak menyebabkan alergi pada bayi. Namun ada juga bayi yang
diberi ASI eksklusif terkena diare baik jarang maupun sering. Hal ini bisa
terjadi karena beberapa faktor baik dari bayi maupun perilaku ibu.
Penyebab diare dari faktor bayi adalah adanya infeksi baik di dalam
ataupun di luar saluran pencernaan baik itu infeksi bakteri, virus, maupun
infeksi parasit. Perilaku ibu juga dapat menyebabkan meningkatnya risiko
terjadinya diare seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. 11
2.1.2 Kandungan Asi
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena
itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air
walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. 8
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai
hari ke-4 atau ke-7 8. Kolostrum kaya akan zat antibodi terutama IgA.
8
Selain itu, di dalam kolostrum terdapat lebih dari 50 proses pendukung
perkembangan imunitas termasuk faktor pertumbuhan dan perbaikan
jaringan.7
Kolostrum mengandung sel darah putih dan protein imunoglobulin
pembunuh kuman dalam jumlah paling tinggi. Kolostrum dihasilkan pada
saat sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi dapat dianggap
bahwa kolostrum adalah imunisasi pertama yang diterima oleh bayi.8
Disamping banyaknya zat antibodi yang terkandung, kolostrum
juga mengandung banyak faktor imunosupresif yang mencegah terjadinya
stimulasi berlebih akibat masuknya antigen dalam jumlah yang besar.12
2. Protein
Protein dalam ASI terdiri dari Casein (yang sulit dicerna) dan
Whey (yang mudah dicerna). Berbeda dengan susu sapi, protein dalam
ASI lebih banyak mengandung Whey daripada Casein sehingga protein
ASI mudah dicerna.
3. Lemak
Lemak adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan
komponen zatgizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena
sudah dalam bentuk emulsi.
9
4. Laktosa
Laktosa merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya
sebagai sumber energi. Fungsi lainnya adalah meningkatkan penyerepan
(absorpsi) kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus.
5. Vitamin A
Vitamin ini terdapat pada ASI dengan konsentrasi berkisar pada
200 IU/dl.
6. Zat Besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0.5 – 1.0 mg/liter),
bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini
dikarenakan zat besi padaASI lebih mudah diserap.
7.Taurin
Taurin berupa asam amino dan berfungsi sebagai
neurotransmitter, juga berperan penting dalam maturasi otak bayi.
8. Laktobasilus
Laktobasilus berfungsi menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang merugikan seperti bakteri E. Coli yang sering
menyebabkan diare pada bayi.
9.Laktoferin
Laktoferin bermanfaat menghambat bakteri stafilokokus dan
jamur kandida.
10
a. Komposisi ASI yang terkait dengan sistem imunitas
Sistem imun adalah mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya
yang ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungannya.4
ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak hanya vitamin A saja
tapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Vitamin A selain berfungsi
untuk kesehatan mata, juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel,
kekebalan tubuh, dan pertumbuhan.9
ASI mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai pertahanan
nonspesifik maupun spesifik. Pertahanan nonspesifik diperankan oleh sel
seperti makrofag dan neutrofil serta produknya dan faktor protektif larut,
sedangkan sel spesifik oleh sel limfosit dan produknya.4
Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat
dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E.coli dan
mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya.7
b. Penggunaan ASI secara Tepat
ASI betapapun baik mutunya sebagai makanan bayi, tapi belumlah
merupakan jaminan bahwa gizi selalu baik, kecuali apabila ASI tersebut
diberikan secara tepat dan benar ibu tidak dapat melihat berapa banyak
ASI yang telah masuk ke perut bayi.13
Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria
yang dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup
atau tidak, Air Susu Ibu yang banyak dapat merembes keluar melalui
11
puting, sebelum disusukan payudara merasa tegang, dan berat badan naik
dengan memuaskan sesuai dengan umur.13
Tabel 2. Komposisi komponen ASI yang befungsi sebagai sistem imunitas 4
Zat Terlarut
Selular
Antibodi spesifik (sIgA, 7S IgA,
IgG, IgE, IgD, komponen
sekretorik)
Sel imun spesifik (limfosit T dan
B)
Produk sel T Sel asesori (neutrofil, makrofag sel
epitel)
Antigen histokompatiblitas
Faktor-faktor non-spesifik
(komplemen, faktor kemotaktik,
interferon, faktor antistafilokokus,
epidermal growth factor, folate
uptake enhancer, substansi
antiadherens)
Protein karier (laktoferin,
transferin)
Enzim (lisosim, lipoprotein lipase,
enzim leukosit)
2.2 Diare
2.2.1 Definisi
Diare adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih
dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan
fesesnya lunak. Neonatus diyatakan diare bila frekuensi buang air besar
sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan
dan anak , bila frekuensi lebih dari 3 kali.14
12
Diare masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di
Indonesia sampai saat ini. Pada survey pemberantasan penyakit diare
tahun 2000 bahwa angka kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per
1000 penduduk di Indonesia. Angka kesakitan diare pada balita adalah
1,0 – 1,5 kali per tahun. Dalam data statistik menunjukkan bahwa setiap
tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan dua pertiganya
adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa.15
Pengunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat dari pada
gastroenteritis, karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan
seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun
disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan. 16
Selain itu diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk
mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh,
namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan
mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Oleh karena itu,
diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan ini harus dihadapi dengan
serius mengingat cairan banyak keluar dari tubuh, sedangkan tubuh
manusia pada umumnya 60% terdiri dari air, sebab itu bila seseorang
menderita diare berat, maka dalam waktu singkat saja tubuh penderita
sudah kelihatan sangat kurus. 14
Diare merupakan simptom, jadi bukan penyakit, sama halnya
dengan demam panas, bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari
suatu penyakit tertentu, contoh: malaria, radang, paru, influinza, dan lain-
13
lain. Ada dua jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut dan
diare kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat serta berlangsung antara 3-5 hari.
Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlanjut lebih dari 2 minggu,
disertai kehilangan berat badan atau tidak bertambahnya berat badan.15
2.3.2 Gejala klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja
makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan
tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat,
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan
banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.16
2.3.3 Patofisiologi
Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan
air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
14
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan
sebagainya), gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi
darah.14
a. Diare sekretorik
Diare sekretorik adalah suatu bentuk diare dalam jumlah
yang besar yang disebabkan karena sekresi mukosa yang berlebihan dari
cairan dan elektrolit. Paling sering disebabkan oleh enterotoksin bakteri,
yang merangsang secara aktif pembentukan siklik AMP, siklik GMP dan
Ca2+.Contoh klasik diare sekretorik adalah kolera. Kolera
memproduksienterotoksin yang mengaktivasi adenil siklase menyebabkan
peningkatansiklik AMP yang berakibat sekresi aktif Cl-. Sedangkan
Eschericia coli, Yersinia enterocolitica dan Klebsiella pneumoniae,
memproduksienterotoksin yang meningkatkan siklik GMP. Pengaruh
siklik GMP dalammenyebabkan diare mirip dengan siklik AMP dan Ca2+.
Penyebab lain diare sekretorik adalah adanya asam empedu intra luminal
misalnyakarena terputusnya siklus enterohepatik daripada keadaan
overgrowth bakteri.14
b. Diare osmotik
Diare osmotik disebabkan meningkatnya osmolaritas intraluminal
misalnya absorbsi larutan dalam lumen kolon yang buruk. Sebagai
15
contohyang klasik adalah defisiensi enzim disakaridase primer ataupun
sekunder pada anak yang menderita malnutrisi sehingga menyebabkan
gangguan pemecahan karbohidrat golongan disakarida, atau diare yang
disebabkan Rotavirus menyebabkan kerusakan mikrovili (brush border ).
Adanya karbohidrat (lactose) yang tidak dapat diabsorbsi, setelah
mencapai usus besar akan difermentasi bakteri menjadi asam organik
sehingga akan menyebabkan suasana hiperosmolar yang kemudian dapat
mengakibatkan sekresi air ke dalam lumen usus. Diare osmotik dapat juga
terjadi pada pemberian laktulose, oralit, ataupun bahan-bahan lain yang
bersifat hiperosmolar. 14
Tabel 3. Perbedaan diare osmotik dan diare sekretorik
Benda Diare osmotik Diare sekretorik
Volume fases <200 ml/24 jam >200 ml/24 jam
Kecepatan respon Stop diare Kontinu diare
Natrium fases < 70 meq/ I >70 meq? I
Tes reduksi Positif Negatif
Ph fases < 5 >6
2.3.4 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti dehidrasi (ringan, sedang,
berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik), renjatan hipovolemik,
16
hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi
laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa usus halus, kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik), dan
malnutrisi energi protein (karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan). 16
2.3.6 Diagnosis
(a). Anamnesis,
Anamnesis perlu ditanyakan berikut ini: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir
dan darah dalam tinja. Bila disertai muntah : volume dan
frekuensinya, kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing
dalam 6-8 jam terakhir. Adakah panas atau penyakit lain yang
menyertai diare seperti: pilek, otits media, campak. Tindakan yang
telah ibu lakukan selama diare: memberi oralit, membawa berobat ke
Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan
serta riwayat imunisasinya.17
(b). Pemeriksaan Fisik,
Yang perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya
melihat tanda-tanda dehidrasi.
17
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak apabila terdapat
hipokalemi. Pada pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refil dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. 18
Tabel 4. Modifikasi Petunjuk Dalam Menentukan Derajat Dehidrasi
Kegiatan A B C D
1.Menanyakan
Diare
Muntah
Haus
Kencing
< 4x sehari
(-) atau
sedikit
(-)
4-10x sehari
(+) beberapa kali
(+)
Sedikit, kuningtua
(oliguria)
> 10x sehari
Sering
(++) / tak dapat
minum
(-) selama 6 jam
> 4x ; > 2 minggu
Disertai/tidak dise
rtai darah atau
lendir
2. Melihat
Keadaan umum
Air mata
Mata
Bibir dan lidah
Nafas
Baik
(+)
Normal
Basah
Normal
Lemah,gelisah
(+)
Cekung
Kering
Cepat
Lunglai, tidak sadar
(+)
Sangat cekung
Sangat kering
Sangat cepat dan
dalam (kussmaul)
Gizi kurang
3.Meraba
Kulit
Nadi
Ubun-ubun
Kekenyalan
Normal
Normal
(<120x/menit)
normal
Kekenyalan
Kurang
Cepat
(120–140x/menit)
Cekung
Kekenyalan
Sangat kurang
Sangat cepat
( > 140x/menit)
Cekung
Kering
Kekenyalan
Kurang
Lemah atau tak
Teraba
4. Menimbang
Berat
Normal Turun 25-100% Turun >100%
5. Kesimpulan Tanpa
Dehidrasi
Dehidrasi ringan –
sedang
Dehidrasi berat Diare kronik,
Diare persisten
18
2.3 Hubungan antara Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian Diare
Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan
tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun
setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia
beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara
sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri
menjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh.
Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI.8
Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan,
akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit
karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan
parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi
ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada perbedaan yang
signifikan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif minimal 4 bulan dengan
bayi yang hanya diberi susu formula. Bayi yang diberikan susu formula
biasanya mudah sakit dan sering mengalami problema kesehatan seperti sakit
diare dan lain-lain yang memerlukan pengobatan sedangkan bayi yang
diberikan ASI biasanya jarang mendapat sakit dan kalaupun sakit biasanya
ringan dan jarang memerlukan perawatan.19
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang
menegaskan tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak negatif
19
pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit
diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal, lainnya
beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi
ASI.20
20
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pemberian ASI Ekslusif dengan
kejadian diare pada bayi. Variabel independen adalah pemberian ASI Ekslusif
sedangkan variabel dependennya pada penelitian ini adalah diare pada anak.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Variabel Independent Variabel Dependent
3.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah bayi yang terkena diare
3.2.2 Diare
Diare adalah buang air besar (BAB) disertai cairan atau BAB cair,
dengan frekuensi berak lebih dari 3 kali dalam waktu 24 jam. Secara
operasional definisi diare adalah terjadinya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja, melembek sampai mencair serta bertambahnya frekuensi
berak lebih dari biasanya.22
A S I Ekslusif Diare pada bayi
20
21
3.2.2.1 Kriteria Objektif
a). Menderita : Bila bayi mengalami BAB cair dengan
frekuensi BAB lebih dari 3 kali dalam waktu
24 jam berdasarkan keterangan pada rekam
medik.
b). Tidak menderita : Bila bayi tidak mengalami BAB cair
dengan frekuensi BAB lebih dari 3 kali
dalam waktu 24 jam.
3.2.3 ASI Ekslusif
Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan8 dan
merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai
gizi yang paling tinggi.5.
3.2.3.1 Kriteria Objektif
a). ASI Ekslusif : Bila bayi hanya diberi ASI saja
selama 6 bulan.
b). ASI Non Ekslusif : Bila bayi tidak diberi ASI saja
selama 6 bulan, tetapi diberi susu
selain ASI yaitu susu formula.
22
3.3 Cara Ukur
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan wawancara berdasarkan
lembaran kuisioner dan melihat riwayat diare bayi pada rekam medik.
3.4 Alat Ukur
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Dokumentasi yaitu alat pengumpul data dengan dokumen untuk mencatat data
yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dapat diperoleh dengan alat
dokumentasi dalam penelitian ini berupa daftar bayi yang pernah diare yang
didapat dari rekam medik.
2. Kuesioner yaitu untuk mengetahui karakteristik responden meliputi usia dan
jenis kelamin bayi, frekuensi diare bayi dalam 6 bulan yang dikategorikan
menjadi 2 yaitu diare dan tidak diare.
3.5 Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala
ordinal. Skala ordinal termasuk skala statistik yang diurutkan dari jenjang yang
paling rendah sampai ke jenjang yang paling tinggi, atau sebaliknya dari jenjang
yang paling tinggi sampai yang paling rendah23. Pada skala ordinal, subkategori
masih bersifat kualitatif seperti pada skala nominal. Ciri data dengan skala ordinal
adalah adanya perbedaan antar-subkategori24. Pengukuran ini tidak hanya
membagi objek menjadi kelompok-kelompok yang tidak tumpang tindih, tetapi
antara kelompok itu ada hubungan (rangking).25
23
3.6 Hipotesis
3.6.1 Hipotesis nol :
Tidak Ada Pengaruh pemberian ASI Ekslusif dengan
kejadian diare pada bayi di RS Ibu dan Anak Sitti Fatimah,
Makassar.
3.6.2 Hipotesis alternativ :
Ada pengaruh pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian
diare pada bayi bulan di RS Ibu dan Anak Sitti Fatimah,
Makassar.
.
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode
analitik di mana penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian ASI
Ekslusif dengan kejadian diare pada bayi. Pendekatan yang digunakan pada
desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu studi epidemiologi yang
mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dengan paparan
dengan cara mengamati status paparan penyakit, atau karakteristik terkait
kesehatan lainnya, secara individu-individu dari suatu populasi pada suatu saat.
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang terpilih adalah RS Ibu dan Anak Sitti
Fatimah Jln. Gunung Merapi No.75, Makassar.
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada Desember 2012 sampai
Januari 2013.
24
25
4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini terdiri dari semua bayi yang menderita diare ataupun
yang pernah menderita diare pada RS Ibu dan Anak Sitti Fatimah
Makassar.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan bayi 0 – 11 bulan yang pernah atau yang
sedang menderita diare pada RS Ibu dan Anak Sitti Fatimah,
Makassar.
4.3.3 Cara Pengambilan Sampel Dan Besar Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil secara acak dengan menggunakan
konsekutif simpling, dimana semua subyek yang datang secara berurutan
dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai
subjek yang diperlukan terpenuhi. Kriteria sampel adalah bayi yang
mengalami diare. Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini
digunakan rumus sebagai berikut:
26
Keterangan:
Zα = Deviat Baku Alfa (1,96)
Zβ = Deviat Baku Beta (0,84)
P2 = Proporsi dalam kelompok yang sudah diketahui nilainya (0.58)
Q2 = 1 - P2 (1 – 0,58 = 0,42)
P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement
peneliti (0,80)
P1 – P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,80-
0,58 = 0,22)
Q1 = 1- P1 (1-0,80 = 0,2)
P = Proporsi total = (P1+P2)/2 (0,80+0,58/2 = 0,69)
Q = 1-P (1-0,69 = 0,31)
OR = 2
Maka :
𝑛1 = 𝑛2 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
𝑃1 − 𝑃2)
2
𝑛1 = 𝑛2 = (1,96√2.0,69.0,31 + 0,84√0,80.0,2 + 0,58.0,42
0,22)
2
𝑛1 = 𝑛2 = (1,96√0,427 + 0,84√0,403
0,22)
2
n1 = n2 = 66,9 = 67 (dalam penelitian dibulatkan menjadi 70)
27
4.4. Instrumen penelitian
Pengumpulan data untuk penelitian ini diperoleh dari data primer dan
sekunder yakni diperoleh melalui jawaban dari pertanyaan pada lembar quisioner
dan riwayat diare pada rekam medik.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul, dianalisis dengan menggunakan program Statistic
Package for Social Science (SPSS) 16 di mana pengaruh pemberian ASI Ekslusif
dengan kejadian diare pada bayi bulan di RS Ibu dan Anak Sitti Fatimah
Makassar akan diuji dengan metode uji Chi Square. Data yang diperoleh akan
disusun dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang (diagram balok).26
28
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pemberian ASI Ekslusif
dengan Kejadian Diare pada Anak di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti
Fatimah Makassar 2012. Sampel yang diambil yaitu bayi yang berumur
antara 0 – 11 bulan yang memenuhi kriteria inklusi, dimana didapatkan 70
sampel bayi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara turun ke RSIA yang
bersangkutan dan melakukan wawancara menggunakan kuisioner yang
telah disuaikan dengan judul penelitian.
Setiap ibu dari bayi yang menderita diare ditanya berdasarkan
pertanyaan pada kuisioner dan mengisi jawaban kuisioner sesuai jawaban
dari ibu dari bayi tersebut. Kuisioner yang telah terisi atau terjawab
selanjutnya di teliti lagi apakah telah memenuhi kriteria inklusi. Setelah
data terkumpul, selanjutnya disusun dalam tabel induk (master tabel)
dengan program komputer yaitu Microsoft Excel. Dari tabel induk
kemudian dipindahkan ke dalam program SPSS 16 dan selanjutnya diolah
lalu disajikan dalam bentuk tabel.
28
29
5.2 Gambaran Umum Lokasi
Rumah sakit yang digunakan sebagai lokasi penelitian adalah RSIA
Sitti Fatimah yang beralamat di Jl. Gunung Merapi No.75 , Telp. (0411)
3624956, 3620803, Fax (0411) 3625784 Makassar.
5.3 Karakteristik Subjek
Adapun hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3.1. Distribusi Karakteristik Bayi Berdasarkan Umur di
RSIA Sitti Fatimah Makassar, Bulan Desember 2012- Januari 2013
Umur bayi
(valid)
Frequency
(N)
Percent
(%)
1 bln 9 12,9
10 bln 5 7,1
11 bln 8 11,4
2 bln 7 10.0
3 bln 5 7,1
4 bln 4 5,7
5 bln 1 1,4
6 bln 6 8,6
7 bln 7 10,0
8 bln 10 14,3
9 bln 8 11,4
Total 70 100,0
Sumber Data Primer.
Berdasarkan tabel 5.3.1 bisa terlihat bahwa umur sampel terbanyak
adalah umur 8 bulan sebanyak 10 bayi (14,3%), diikuti umur 1 bulan
senanyak 9 bayi (12,9%), selanjutnya umur 11 dan 9 bulan yang masing-
masing 8 orang (11,4%), kemudian umur 2 bulan dan 7 bulan sebanyak 7
bayi (10,0%), umur 6 bulan sebanyak 6 bayi (8,6%), umur 10 dan 3 bulan
30
sebanyak 5 bayi (7,1%), umur 4 bulan sebanyak 4 bayi (5,7%) dan yang
terakhir bayi umur 5 bulan sebanyak 1 bayi (1,4%).
Tabel 5.3.2. Distribusi Karakteristik Bayi Berdasarkan Jenis kelamin
di RSIA Sitti Fatimah Makassar, Bulan Desember 2012- Januari 2013
Jenis kelamin
(Valid)
Frequency
(N)
Percent
(%)
Laki-laki
Perempuan
46
24
66,7
34,3
Total 70 100,0
Sumber Data Primer.
Berdasarkan tabel 5.2.2 dapat dilihat jumlah bayi laki-laki
yangmenjadi sampel sebanyak 46 orang bayi (66,7%) dan bayi perempuan
sebanyak 24 orang bayi (34,3%).
Tabel 5.3.3. Distribusi Pemberian ASI pertama (kolostrum) pada Bayi
di RSIA Sitti Fatimah Makassar, Bulan Desember 2012- Januari 2013
Pemberian ASI
pertama/kolostrum
(valid)
Frequency
(N)
Percent
(%)
Ya
Tidak
47
23
61,1
32,9
Total 70 100,0
Sumber Data Primer.
Pada tabel 5.3.3 dapat dilihat bahwa sebanyak 47 orang bayi
(61,1%) yang di beri ASI pertama/ kolostrum. Sedangkan sebanyak 23
orang bayi (32,9%) tidak diberi ASI pertama.
31
Tabel 5.3.4. Distribusi Pemberian Makanan/Minuman selain ASI
pertama (kolostrum) pada Bayi di RSIA Sitti Fatimah Makassar,
Bulan Desember 2012- Januari 2013
Pemberian makanan/minuman
sebelum ASI
pertama/kolostrum
keluar
(valid)
Frequency
(N)
Percent
(%)
Ya
Tidak
24
46
34,3
65,7
Total 70 100,0
Sumber Data Primer.
Pada tabel 5.3.4 terlihat bahwa sebanyak dan sebanyak 46 bayi
(65,7%) tidak diberi makanan/minuman sebelum ASI pertama/kolostrum
dan 24 bayi (34,3%) diberikan makanan/minuman sebelum ASI
pertama/kolostrum diberikan.
Tabel 5.3.5. Distribusi jenis Makanan/Minuman sebelum ASI pertama
di RSIA Sitti Fatimah Makassar, Bulan Desember 2012- Januari 2013
Jenis makanan/minuman
yang diberikan sebelum
ASI pertama keluar
(valid)
Frequency
(N)
Percent
(%)
Air putih/air gula/susu
formula
Tidak diberi apa-apa
24
46
34,3
65,7
Total 70 100,0
Sumber Data Primer
32
Pada tabel 5.3.5 didapatkan bahwa 46 bayi (65,7%) tidak diberi
apa-apa sebelum diberikan ASI pertama/koostrum dan sebanyak 24 bayi
(34,3%) yang diberikan air putih/air gula/ susu formula sebelum ASI
pertama/kolostrum diberikan.
Tabel 5.3.6. Distribusi pemberian ASI Ekslusif pada bayi di RSIA
Sitti Fatimah Makassar, Bulan Desember 2012- Januari 2013
Pemberian ASI
Ekslusif
(valid)
Frequency
(N)
Percent
(%)
Ya
Tidak
27
43
38,6
61,4
Total 70 100,0
Sumber Data Primer.
Pada tabel 5.3.6 didapatkan hasil bahwa sebanyak 43 bayi (61,4%)
sudah tidak diberi ASI dan sebanyak 27 bayi (38,6%) yang masih diberi
ASI.
Tabel 5.3.7. Distribusi Karakteristik Bayi yang diberi Makanan /
Minuman selain ASI ekslusif di RSIA Sitti Fatimah Makassar, Bulan
Desember 2012- Januari 2013
Makanan Pengganti ASI ekslusif
(valid)
Frequency
(N)
Percent
(%)
Susu formula saja/ditambah makanan bayi
Tidak diberi apa-apa
43
27
61,4
38,6
Total 70 100,0
Sumber Data Primer.
33
Pada tabel 5.3.7 dapat dilihat bahwa bayi yang sudah tidak
mengkonsumsi ASI dberikan susu formula/susu formula ditambah
makanan bayi sebanyak 46 bayi (61,4%) dan sebanyak 27 bayi (38,6%)
tidak diberi apa-apa.
Tabel 5.3.8. Distribusi Bayi yang Diare saat Mengkonsumsi ASI di RSIA
Sitti Fatimah Makassar, Bulan Desember 2012- Januari 2013
Bayi yang diare saat
mengkonsumsi ASI
(valid)
Frequency
(N)
Percent
(%)
Pernah
Tidak
24
46
34,3
65,7
Total 70 100,0
Sumber Data Primer.
Pada tabel 5.3.8 dedapatkan hasil bahwa sebanyak 46 bayi (65,7%) tidak
pernah diare dan sebanyak 24 bayi (34,3%) pernah mengalami diare saat
mengkonsumsi ASI.
Tabel 5.3.9. Distribusi Bayi yang diare saat Mengkonsumsi Susu
Formula (MP ASI) di RSIA Sitti Fatimah Makassar, Bulan Desember
2012- Januari 2013
Bayi diare saat minum susu formula
(vaild)
Frequency
(N)
Percent
(%)
Pernah
Tidak pernah
46
24
65,7
34,3
Total 70 100,0
Sumber Data Primer.
34
Pada tabel 5.3.9 didapatkan hasil bahwa sebanyak 46 bayi(66,7%)
mengalami diare saat mengkonsumsi susu formula (MP ASI) dan sebanyak 24
bayi (34,3%) tidak mengalami diare.
5.4. TABEL PENYILANGAN ( Tabel 2 x 2 )
Tabel 5.4.1 Pengaruh Diare Pada Bayi Saat Konsumsi Asi Berdasarkan
Pemberian Asi Ekslusif Di Rsia Sitti Fatimah Makassar, Bulan
Desember 2012- Januari 2013
Pemberian ASI
EKSLUSIF
Bayi yang diare saat
konsumsi ASI
TOTAL
p.value
pernah
Tidak
pernah
N % N % N %
ya 24 88,9 3 11,1 27 36,6
< 0,001 tidak 0 0.0 43 100,0 43 61,4
TOTAL 24 34,3 46 65,7 70 100
Sumber Data Primer.
Pada tabel 5.4.1, dapat dilihat pengaruh pemberian ASI ekslusif
terhadap diare pada bayi, dimana persentase bayi yang masih diberi ASI ekslusif
dan pernah diare terbanyak adalah “ya” (88,9%) dan yang tidak pernah diare
terbanyak pada “tidak” (100,0%).
35
Tabel 5.4.2 Pengaruh Diare Pada Bayi Saat Konsumsi Susu Formula
Berdasarkan Pemberian Asi Ekslusif Di Rsia Sitti Fatimah Makassar,
Bulan Desember 2012- Januari 2013
Pemberian
ASI
EKSLUSIF
Bayi yang diare saat
konsumsi susu formula
TOTAL
p.value
pernah
Tidak
pernah
N % N % N %
Ya 3 11.1 24 88,9 27 36,6
< 0,001 Tidak 43 100,0 0 0 43 61,4
TOTAL 46 65,7 24 34,3 70 100,0
Sumber Data Primer.
Pada tabel 5.4.2, dapat dilihat pengaruh pemberian ASI ekslusif
terhadap diare pada bayi, dimana persentase bayi yang masih diberi ASI ekslusif
dan pernah diare terbanyak adalah “tidak” (100,0%) dan yang tidak pernah diare
terbanyak adalah “ya” (88,9%).
5.5. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan “chi square” yang diolah dengan Statistical Product and
Service Solution (SPSS) 16 for Windows serta disesuaikan dengan tujuan
penelitian, maka pembahasan hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
36
A. Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif dengan Kejadian Diare pada Bayi.
a. Dari 70 sampel didapatkan pada tabel 5.4.1, bayi yang masih diberi
ASI Ekslusif dan menderita Diare saat mengkonsumsi ASI adalah
sebanyak 24 sampel dengan persentasi 88,9%. Sedangkan pada bayi
yang sudah tidak diberikan ASI Ekslusif dan tidak menderita Diare saat
mengkonsumsi ASI terdapat 43 sampel dengan persentasi 100,0%.
Melalui hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi square
didapatkan p value <0,001 (p<0,05), dapat diartikan bahwa H0 ditolak
atau dapat dikatakan bahwa terdapat Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif
dengan Kejadian Diare pada Bayi.
b. Dari 70 sampel didapatkan pada tabel 5.4.2, bayi yang masih diberi
ASI Ekslusif dan Tidak menderita Diare saat mengkonsumsi Susu
Formula sebanyak 24 sampel dengan persentasi 88,9%. Sedangkan
pada bayi yang sudah tidak diberikan ASI Ekslusif dan menderita Diare
saat mengkonsumsi Susu Formula terdapat 43 sampel dengan
persentasi 100,0%. Melalui hasil analisa data dengan menggunakan uji
statistik chi square didapatkan p value <0,001 (p<0,05), dapat
diartikan bahwa H0 ditolak atau dapat dikatakan bahwa terdapat
Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif dengan Kejadian Diare pada Bayi.
Pada penelitian ini nilai OR tidak dapat ditentukan, hal ini karena dalam
tabel chi squere terdapat nilai 0 pada tabel 2 x2.
37
Berdasarkan data (point “a”) tersebut didapatkan hasil bahwa kejadian
diare pada bayi saat mengkonsumsi ASI Ekslusif pada bayi yang masih
mendapatkan ASI Eksklusif lebih besar apabila dibandingkan dengan bayi
yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa kejadian infeksi (diare) pada bayi yang mendapatkan
ASI lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
ASI.
Sedangkan pada hasil (poin “b”) kejadian diare pada bayi saat
mengkonsumsi Susu Formula dimana bayi tidak lagi diberi ASI Ekslusif
lebih tinggi dari pada bayi yang masih mendapatkan ASI Ekslusif. Maka hasil
ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kejadian infeksi (diare)
pada bayi yang mendapatkan ASI lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi
yang tidak mendapatkan ASI.
Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan bersih bagi bayi
dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga
sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam
tubuh bayi.3
Diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan
sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya
cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi
yang dapat berakibat kematian14. Pembentukan kekebalan tubuh pada bayi
terutama umur 0-6 bulan belum sempurna11.
38
Peran ASI belum mampu digantikan oleh susu formula seperti peran
bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial. Pemberian ASI pada bayi
tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. ASI
mengandung sIgA, Limfosit T, Limfosit B, dan Laktoferin yang dapat
merangsang peningkatan status imun pada bayi.27
IgA sekretoris yang didapatkan bayi dari ASI sangat membantu
kemampuan tubuhnya dalam menghalang mikroorganisme dan menjauhkan
dari jaringan tubuh. Ibu membentuk antibodi dari agen penyakit yang dihirup,
dimakan ataupun masuk lewat kontak manapun. Antibodi yang terbentuk
bersifat spesifik pada agen penyakit, sehingga dapat melindungi bayi pada
minggu-minggu pertama kehidupan. IgA sekretorik dari ASI tidak seperti
antibodi lain pada umumnya. IgA sekretorik melawan penyakit tanpa
menyebabkan proses inflamasi yang dapat melukai jaringan sehat.
Beberapa molekul lainnya selain IgA sekretorik mencegah mikroba
melekat pada pemukaan mukosa. Seperti, oligosakarida yang mencegah
masuknya bakteri ke dalam sel pada trakus interstinalis dan dapat
membungkus bakteri sehingga terbentuk ikatan kompleks yang nantinya akan
diekskresikan oleh bayi.
Seperti molekul pertahanan lainnya, sel-sel imun pada ASI juga
mengandung sel-sel darah putih atau leukosit yang dapat melawan agen
infeksius. Kandungan sel darah putih ini paling banyak terdapat pada
kolustrum. Tipe yang paling banyak ditemukan adalah neutrofil yang dapat
bersikulasi dalam aliran darah. Tipe lainnya yang juga ditemukan dalam ASI
39
adalah makrofag. Komponen lainnya yang terdapat dalam ASI merangsang
produksi IgA sekretorik, laktoferik dan lisozim oleh bayi itu sendiri.28
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum
dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan
substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang
mampu memberikan daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui
pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan yang
unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga memacu perkembangan yang
memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat
kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga
mengandung beberapa komponen antiinflamasi, yang fungsinya belum
banyak yang diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit,
terutama pada awal kehidupannya.29
ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa
gastrointestinal maupun mukosa lain. Karena alasan-alasan itulah angka
kejadian diare pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih rendah
apabila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif.4
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada
bab sebelumnya, yaitu ada pengaruh yang signifikan antara pemberian ASI
eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi di RSIA Sitti Fatimah
Makassar.
40
BAB VI
KAJIAN ISLAM
6.1 ASI di Zaman Nabi
Sudah menjadi adat dan kebiasaan orang arab kala itu, khususnya kaum
Quraisy, untuk menyusukan anak- anak mereka kepada orang lain yang memang
berprofesi sebagai ibu susu. Biasanya mereka datang dari kampung. Dan kampung
tukang menyusui adalah kampung Bani Sa’ad daerah Hudaybiah sekitar 23 – 25
km dari Masjid al – Haram. Hal itupun yang terjadi pada Baginda Rasulullah
SAW.
Dikisahkan, setelah Aminah melahirkan bayinya dan diberi nama
Muhammad oleh kakeknya, kemudian Ia ( Aminah ) hendak menyusui Nabi SAW
namun entah kenapa, di hari pertama usia Nabi Muhammad SAW enggan untuk
membuka mulutnya. Aminah yang sedih dengan kematian suaminya, semakin
sedih ketika putranya tetap tidak ingin menyusu dari ibunya sendiri di hari kedua.
Di hari ketiga, datanglah Tsuwaybah, pembantu Abu Lahab, dia
menawarkan diri untuk menyusui keponakan majikannya ini, ternyata bayi ini
mau dan mulai menyusu. Si ibu gembira luar biasa, Tsuwaybah dulu juga pernah
menyusui Hamzah ibn Abdul Mutthalib.
Pada hari ke delapan usia Muhammad, datanglah 10 orang wanita dari
Bani Sa’ad ibn Bakr untuk mencari anak-anak susu. Satu dari mereka adalah
40
41
Halimah yang datang bersama suaminya al-Harits dan putranya yang kecil,
Abdullah ibn al-Harits.
6.1.1 Pengkajian
Berdasarkan kisah diatas, kita bisa melihat bahwa pemberian ASI
Ekslusif telah di lakukan sejak zaman NabiSAW. Hal ini terlihat dari kisah
simana Nabi SAW telah disusui oleh ibu asuhnya Tsuwabyah pada hari ke
tiga dan Halimah pada hari ke 10 Rasulullah SAW lahir. Walaupun tidak
disusui oleh ibunya Aminah, tetapi Rasulullah SAW tetap mendapatkan
ASI dari ibu susunya.
6.2 ASI dan Manfaatnya dalam Islam
Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak
tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir, dan
sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan
makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan
sumber makanan yang menakjubkan ini.
Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi bayi. Salah satu
fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa
menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat.
Setelah proses penciptaan dan perkembangan janin sempurna, maka janin
tersebut siap untuk meninggalkan tempat di mana selama ini ia tempati, yaitu
42
rahim. Hal itu terjadi, karena desakan otot-otot rahim yang mendorong dan
memaksa janin untuk keluar. Selama dalam kandungan atau rahim, janin
mendapatkan makanan berdasarkan apa yang dikomsumsi ibunya yang disalurkan
melalui plasenta atau ari-ari. Begitu juga dengan kotorannya, juga dikeluarkan
melalui plasenta ini. Setelah janin keluar dari rahim ibunya, selanjutnya ia
mengandalkan makanannya dari air susu ibunya (ASI), yang keluar karena
desakan hormon-hormon yang terdapat pada kelenjar payudaranya.
ASI ini, mengandung berbagai unsur makanan yag dibutuhkan bayi untuk
membantu perkembangannya. Selain itu, ASI juga mengandung banyak vitamin,
kadar lemak dan unsur-unsur makanan yang lainnya. Berdasarkan hal ini, maka
kita bisa mengatakan bahwa ASI merupakan makanan sempurna yang
mengandung berbagai zat makanan yang sangat diperlukan oleh tubuh makhluk
hidup, sehingga metabolisme tubuhnya bisa berjalan lancar dan perkembangan
badannya berlangsung dengan baik.
Beberapa pusat penelitian pun, telah banyak mengadakan eksperimen
untuk membuat ASI tiruan, melalui uji coba bahan-bahan kimiawi yang
disuntikkan ke dalam kelenjar susu pada beberapa binatang menyusui. Maksud
dari eksperimen ini, adalah untuk membuat susu buatan yang memiliki kandungan
kimiawi yang sama dengan susu murni (ASI). Dan hasilnya, seperti yang kita
dapatkan sekarang ini, di pasaran banyak terdapat susu buatan yang dijual di toko-
toko, baik untuk komsumsi bayi, maupun anak-anak, bahkan untuk orang dewasa.
43
Namun para ilmuwan berdasarkan penelitian yang mereka lakukan
menegaskan, bahwa susu buatan mustahil dapat menggantikan fungsi susu murni,
karena kandungan yang dimiliki keduanya tidak bisa sama persis. Tentunya,
pengakuan di atas, menunjukkan kegagalan susu buatan dalam memainkan
perannya sebagai pengganti susu murni (ASI).Bahkan beberapa penelitian telah
dilakukan untuk menganalisa kandungan zat yang terdapat dalam susu buatan.
Hasil dari penelitan itu menyatakan bahwa susu buatan tidak aman dan memiliki
kemungkinan untuk mengandung bahan-bahan yang dapat mengakibatkan
kerusakan sel tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, beberapa pusat penelitian menyeru
dan mengkampanyekan slogan back to basic. Di mana mereka mengajurkan para
ibu untuk memberikan susu murni (ASI) kepada anak mereka dengan
menyusuinya langsung. Hal itu dapat menyelamatkan bayi mereka, sekaligus
menyelamatkan generasi yang akan datang dari cacat tubuh yang diakibatkan oleh
komsumi susu buatan, atau kurangnya bayi dalam mengkomsumsi susu murni
(ASI).
Tindaklanjut dari seruan di atas, mendorong sebagian ilmuwan untuk
mengadakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ‘waktu ideal’ dalam
menyusui seorang bayi. Di salah satu pusat penelitian yang terdapat di Kanada,
telah dilakukan penelitian yang meliputi seratus lima puluh bayi yang ditempatkan
bersama ibu mereka di suatu tempat dengan mendapatkan pengawasan penuh dari
para ahli. Dengan tujuan, menghitung dan mengira-ngira ‘waktu ideal bagi
penyusuan bayi’. Hal itu dilakukan dengan menghitung rata-rata pertumbuhan dan
44
perkembangan bayi, sebagai akibat dari susu ASI yang mereka komsumsi setiap
hari.
Hasil penelitian di atas, membuktikan bahwa waktu ideal bagi para ibu
dalam menyusui mereka, dikaitkan dengan perkembangan dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak-anak mereka adalah kira-kira dua tahun atau kurang
sedikit.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang memuaskan, para ilmuwan
melakukan variasi eksperimen dengan mengurangi masa penyusuan bagi sebagian
anak. Dan hasilnya menyatakan bahwa anak-anak yang dikurangi masa
penyusuannya, mengalami ganguan dalam perkembangan biologisnya. Begitu
juga dilakukan eksperimen dengan menambah masa penyusuan pada sebagian
anak.
Dan hasilnya membuktikan bahwa anak-anak yang ditambah masa
penyusuannya, juga mengalami gangguan pada perkembangan biologisnya
dengan terjadinya penumpukan sebagian bahan atau zat pada sel tubuh yang tidak
bisa dicernanya atau tidak bisa dibuang keluar. Khusus untuk eksperimen yang
terakhir, pemberian kadar susu yang diberikan kepada anak-anak yang ditambahi
masa penyusuannya adalah kadar yang sama yang diberikan kepada anak-anak
yang lain.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa pemberian susu murni (ASI) pada bayi, merupakan dasar bagi
perkembangan mereka, hingga mereka bisa tumbuh secara alami. Adapun masa
45
ideal untuk menyusui mereka adalah dua tahun atau kurang sedikit. Di mana masa
menyusui ini, tidak boleh dipercepat atau dikurangi, karena bisa mengganggu
pertumbuhan beberapa sel. Dalam Qur’an surah Al Ahqaf (46) : 15, Allah berfirman :
Artinya ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
ke dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah 30 bulan, sehingga apabila dia
telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “ Ya Tuhanku
tunjukkanlah untuk menyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku perbuat dan supaya aku berbuat amal saleh
yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bersabar kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
Selain itu kalau kita perhatikan Alquran, kita akan menemukan petunjuk
tentang masa ideal bagi penyusuan bayi ini, pada surah Luqman (31) : 14, Allah
SWT berfirman:
46
Artinya : "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."
(QS Luqman : 14)
Ungkapan Alquran "dalam dua tahun" menunjukkan bahwa penyapihan
bayi (diputusnya masa penyusuan bayi oleh ibunya) dilakukan dalam rentang
waktu dua tahun, yang mengandung arti bahwa masa penyapihan itu berlangsung
selama dua tahun atau kurang sedikit. Dan hal itu tidak berarti penyapihan harus
dilakukan tepat dua tahun.
Berdasarkan ayat ini juga, kita bisa mengambil kesimpulan tentang
pentingnya pemberian ASI kepada bayi yang dilakukan selama masa dua tahun
atau lebih. Petunjuk Alquran yang didukung oleh penelitian ilmiah dari para ahli
ini, mengharuskan para ibu untuk mengikuti petunjuknya, agak anak yang mereka
susui, bisa tumbuh sehat. Sehingga nantinya, bisa tumbuh kuat dan bermanfaat
bagi masyarakatnya serta dapat menjalankan peranannya sebagai khalifah di
mukabumi.
47
6.3 Landasan islam akan pentingnya ASI
Allah SWT memberikan landasan paling hakiki tentang kewajiban
menyusui oleh para ibu dalam Firman-Nya:
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-
Baqarah [2]: 233)
48
Hikmah ayat yang terkandung dalam kitab Suci Alqur’an tersebut,
setidaknya menekankan bahwa Air Susu Ibu (ASI) sangat penting. Tidak main-
main, seorang ibu wajib memberikan ASI sampai anaknya genap usia 2 tahun.
Namun, untuk konteks sekarang kelihatanya mengalami degradasi. Minimal
akibat terjadinya pola hidup serta pikir yang membuat agama harus ikut dengan
zaman.
Walhasil, ribuan ibu di Indonesia yang demi pekerjaan, ke-seksi-an
anggota badan rela menyusui hanya sampai beberapa bulan. Bahkan tidak jarang
pula yang menggantikan peran menyusuinya pada botol dot. Berbeda dengan
Indonesia, propaganda emansipasi telah merubah pola pikir para wanita, mereka
ingin sejajar dengan laki-laki, salah satu cara untuk itu adalah dengan bekerja
diluar, meninggal anak-anaknya dengan para pembatu . Terlebih ketika krisis
ekonomi menyerang bangsa ini, lompatan wanita menjadi wanita karier sebakin
besar, praktis merubah pola hidup masyarakat kita. Pandangan masyarakatpun
menajdi lain ketika melihat sosok wanita. Wanita menjadi mulia dan mendapatkan
emansipasi jika sudah menjadi wanita karier. Ibu-ibu kita telah melupakan bahwa
ASI, mempunyai mukjizat luar biasa bagi manusia.
49
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyimpulkan
beberapa hal, yaitu:
1. Pemberian Asi Ekslusif pada bayi khususnya di RSIA Siti Fatimah
Makassar belum maksimal. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa ibu yang masih memberikan ASI Ekslusif pada
bayinya lebih sedikit dibandingkan yang sudah tidak lagi memberikan ASI
Ekslusif melainkan memberikan Susu Formula pada bayinya.
2. Kejadian Diare khusunya pada bayi di RSIA Siti Fatimah Makassar sangat
tinggi. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
bayi yang menderita diare lebih banyak dibandingkan yang tidak diare
apalagi kalau bayi tersebut sudah tidak diberikan ASI Ekslusif.
3. Pada penelitian ini, dapat simpulkan bahwa adanya pengaruh pemberian
Asi Ekslusif dan Diare pada bayi khususnya bayi di RSIA Siti Fatimah
Makassar. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang didapakn dimana ada
perbedaan yang signifikan antara bayi yang masih diberi ASI Ekslusif dan
bayi yang sudah tidak lagi diberi ASI Ekslusif yaitu jika bayi masih diberi
ASI Ekslusif lebih sedikit yang menderita diare dibandingkan dengan bayi
yang sudah tidak diberikan ASI Ekslusif.
49
50
4. Degan didapatkannya p value < 0,001 (p < 0,05), dapat diartikan bahwa H0
ditolak atau dapat dikatakan bahwa terdapat Pengaruh Pemberian Asi
Ekslusif dengan Kejadian Diare pada Bayi.
7.2. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian diatas, saran-saran yang dapat
sampaikan:
1. Bagi Pemerintah
Pengetahuan ibu tentang menyusui masih perlu ditingkatkan, dengan
memberikan informasi tentang pentingnya ASI bagi bayi dan manfaat
menyusui, baik dari keluarga, tenaga kesehatan maupun pemerintah.
2. Bagi instansi kesehatan
Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat mensosialisasikan dan
mendukung ibu untuk menyusui setelah melahirkan atau dengan nama lain
adalah Inisiatif Menyusui Dini (IMD), sehingga dapat mengurangi angka
bayi sakit dan angka kematian bayi akibat diare.
3. Bagi Keluarga
Motivasi untuk memberikan ASI pertama atau kolostrum masih harus
ditingkatkan mengingat manfaat yang terkandung didalamnya.
4. Bagi Ibu yang mempunyai Bayi
Ibu sebaiknya berusaha untuk memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan
kepada bayinya, kemudian di lanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun seperti
51
yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al Luqman: 14, Al Ahqaf: 15, dan
Al-Baqarah: 233.
5. Bagi Penulis Lain
Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan menambah
jumlah variabel, sehingga diharapkan dapat lebih menambah pengetahuan
tentang penyebab diare pada Bayi.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Pemerintah Kota Makassar. 2008. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun
2007. Dinas Kesehatan Kota Makassar. Makassar.
2. Susanti N.I. 2004. Usia Tepat Mendapat Makanan Tambahan.
http://www.tabloit-nakita.com/artikel-ph3?edisi=0406rubrik
(2 September 2009)
3. Departemen Kesehatan. 2001. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian
ASI tahun 2001-2005. Makalah disampaikan pada Workshop
Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta.
4. Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air
Susu Ibu. In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). Buku
Ajar Alergi-Imunologi Anak, Edisi II. Badan Penerbit
IDAI,Jakarta.
5. Tumbelaka A.R. dan Karyanti M.R. 2008. Air Susu Ibu dan Pengendalian
Infeksi. In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut
Pandang Ilmiah. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
6. Krisnatuti D. dan Yenrina R. 2000.Menyiapkan Makanan Pendamping
ASI. http://hidayat2.wordpress.com/2010/01/10/jurnal-01/ (2
September 2009)
7. Munasir Z. dan Kurniati N. 2008. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. In :
IDAI. Bedah ASI: Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
8. Roesli U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya, Jakarta.
9. Hendarto A. dan Pringgadini K. 2008. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. In :
IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
10. Chantry C.J., Howard C.R., Auinger P. 2006. Full breastfeeding duration
52
53
adn assiciated decrease in respiratory tract infection in US
children. Pediatrics. United States America.
11. Purwanti S. H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-asi-
eksklusif.html (2 September 2009)
12. Sumadiono. 2008. Imunologi Mukosa. In : Akib A.A.P., Munasir Z.
Kurniati N. (eds). Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, Edisi II.
Badan Penerbit IDAI, Jakarta .
13. Moehji S. 2003. Ilmu Gizi 2. Penerbit Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
14. Masri, S.H. 2004. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun.
http://www.waspada.co.id/serbaserbi/kesehatan/artikel.,php?artik
el-id= 61175-35k (2 September 2009)
15. Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Kawan
Pustaka, Jakarta.
16. Hasan, R. dan Alatas,H.(ed). 1998.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
I.cet.ke:8. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
17. Nelson. 2004.Bagian Ilmu Kesehatan Anak.Gastroenteritis. 17th edition.
EGC, Jakarta.
18. Suparto P. 2003. Sumbangan Da Peran Kaum Profesional Dalam
Mendukung Program Penyakit Saluran Cerna Di Era Otonomi.
Kumpulan makalah kongres nasional II BKGAI, Bandung.
19. Wahyu W.B. 2000. ASI, Anugerah Terindah yang Kadang Terlupakan.
http://www.indomedia.com/bpost/122000/18/opini/opini1.htm-
10k-supplemental (2 September 2009)
20. BKKBN. 2004. ASI Eksklusif Turunkan Kematian Bayi.
http://www.pikas.bkkbn.go.id/print.php?tid+2&rid=136-6k-sp
(3 September 2009)
21. Suradi,Raulina. 2008. Manfaat Asi dan Menyusui. FK UI. Jakarta.
54
22. Departemen Kesehatan. 2000. Buku pedoman pelaksanaan program
pemberantasan diare. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyuluhan Lingkungan Pemukiman. Jakarta.
23. Wahana Komputer. 2009. Solusi Mudah dan Cepat menguasai SPSS 17.0
untuk Pengolahan Data Statistik. Pt Elex Komputindo. Jakarta.
24. Budiarto, E. 2002. Biostatika untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
25. Wahyuni, A.S, 2009.Statistika Kedokteran (Disertai Statistika Dengan
SPSS). Bamboedoea Communication. Jakarta Timur.
26. Dahlan, M. Sopiyudin. 2006. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan :
uji hipotesis dengan menggunakan SPSS ( seri evidence based
medicine 1). Arkans, Jakarta.
27. Markum, A.H., 2002.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
28. Newman, 2001.How Breastmilk Protect Newborns.
http://www.breastfestfeedingonline.com (3 september 2009).
29. Soetjiningsih, 2001.ASI Petunjuk Untik Tenaga Kesehatan. EGC, Jakarta.
30. Dinas DISBANTALAD, 2005. Al – Qur’an dan Terjemah Indonesia.
PT. Sri Aggung, Jakarta Pusat.
31. Al - Hadits
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendengarkan pemaparan tentang maksud, tujuan, dan manfaat
penelitian ini, maka saya bersedia dan mau berpartisipasi menjadi
responden dan menyertakan bayi saya sebagai sampel penelitian yang
akan dilakukan oleh Febby Dahlia Pujicipta dari Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Peneliti
------------------------------------------
Makassar, ………………2012
Responden
------------------------------------------
KUISIONER PENGARUH ASI TERHADAP KEJADIAN DIARE
Instruksi : data diisi Ibu dengan benar dan penuh rasa tanggung jawab
Tanggal wawancara/pengukuran :
Nama petugas pewawancara :
RS/RSB/RSIA :…………………………. Kode sampel
1. DATA BAYI
1 Nama lengkap bayi
2 Jenis kelamin 1 = laki-laki 2 = perempuan
3 Tanggal lahir/Umur Bulan
4 Nomor medical record
5 Anak ke-
6 a. Berat badan lahir
gram
b. Panjang badan lahir
cm
7 Bayi lahir 1= aterm 2= preterm
8 Cara persalinan 1= normal 2= Caesar
2. DATA RESPONDEN
IBU
9 Nama
10 Umur (tahun) ………………..tahun
11 Umur kehamilan saat partus (minggu) ………………..minggu
12 Alamat lengkap tempat tinggal
13 Nomor telepon rumah/HP yang bisa dihubungi
15 Jumlah anak kandung ………………...orang
3. PEMBERIAN ASI
1
Apakah ASI pertama (kolostrum) diberikan pada bayi?
1= ya 2=tidak
2 Sebelum ASI pertama keluar, apakah bayi pernah diberikan makanan/minuman?
1= ya 2=tidak
3 Jika “ya”, jenis makanan apa yang diberikan?
1=air putih/air gula/ susu formula
2= tidak ada
4 Apakah bayi ibu masih disusui?
1= ya 2=tidak
5
Jika “tidak” sejak kapan bayi ibu disapih (berhenti menyusui)?
Hari/minggu
6
Jika “tidak”, apa alas an ibu tidak memberikan ASI?
1= produksi ASI tidakada/ produksi ASI sedikit
2= alasan lain
7
Jika “tidak” makanan pengganti ASI yang diberikan berupa
a. Susu Formula saja b. Susu Formula ditambah makanan lain
8
Jika Susu Formula, sejak kapan ibu memberikannya?
9
Bila bayi masih disusui (diberi ASI), apakah bayi pernah mengalami Diare?
a. Pernah b. Tidak pernah
(jika pernah sebutkan berapa kali/minggu)
10
Bila bayi diberi susu formula atau makanan pengganti selain Asi apakah anak pernah mengalami diare?
a. Pernah b. Tidak pernah
(jika pernah sebutkan berapa kali/minggu)
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 bln 9 12.9 12.9 12.9
10 bln 5 7.1 7.1 20.0
11 bln 8 11.4 11.4 31.4
2 bln 7 10.0 10.0 41.4
3 bln 5 7.1 7.1 48.6
4 bln 4 5.7 5.7 54.3
5 bln 1 1.4 1.4 55.7
6 bln 6 8.6 8.6 64.3
7 bln 7 10.0 10.0 74.3
8 bln 10 14.3 14.3 88.6
9 bln 8 11.4 11.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 46 65.7 65.7 65.7
perempuan 24 34.3 34.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
pemberianASIpertama_kolostrum
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 47 67.1 67.1 67.1
tidak 23 32.9 32.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
jenismakananyangdiberikansebelumpemberianASIpertama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid airputih/airgula/susuformula 24 34.3 34.3 34.3
tidak diberikan apa-apa 46 65.7 65.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
pemberianASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 27 38.6 38.6 38.6
tidak 43 61.4 61.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
makananpenggantiASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid susuformula/susuformula
ditambah makananbayi 43 61.4 61.4 61.4
tidak diberi apa-apa 27 38.6 38.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
pemberianmakanan_minumansebelumASIpertama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 24 34.3 34.3 34.3
tidak 46 65.7 65.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
bayidiaresaatkonsumsiASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pernah 24 34.3 34.3 34.3
tidak pernah 46 65.7 65.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
bayidiaresaatkonsumsisusuformula
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pernah 46 65.7 65.7 65.7
tidak pernah 24 34.3 34.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Crosstabs
pemberianASI * bayidiaresaatkonsumsiASI Crosstabulation
bayidiaresaatkonsumsiASI
Total pernah tidak pernah
pemberianASI ya Count 24 3 27
Expected Count 9.3 17.7 27.0
% within pemberianASI 88.9% 11.1% 100.0%
% within
bayidiaresaatkonsumsiASI 100.0% 6.5% 38.6%
% of Total 34.3% 4.3% 38.6%
tidak Count 0 43 43
Expected Count 14.7 28.3 43.0
% within pemberianASI .0% 100.0% 100.0%
% within
bayidiaresaatkonsumsiASI .0% 93.5% 61.4%
% of Total .0% 61.4% 61.4%
Total Count 24 46 70
Expected Count 24.0 46.0 70.0
% within pemberianASI 34.3% 65.7% 100.0%
% within
bayidiaresaatkonsumsiASI 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 34.3% 65.7% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pemberianASI *
bayidiaresaatkonsumsiASI 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 58.164a 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 54.286 1 .000
Likelihood Ratio 71.171 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 57.333c 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,26.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 7,572.
Crosstabs
pemberianASI * bayidiaresaatkonsumsisusuformula Crosstabulation
bayidiaresaatkonsumsisusufor
mula
Total pernah tidak pernah
pemberianASI ya Count 3 24 27
Expected Count 17.7 9.3 27.0
% within pemberianASI 11.1% 88.9% 100.0%
% within
bayidiaresaatkonsumsisusuformula 6.5% 100.0% 38.6%
% of Total 4.3% 34.3% 38.6%
tidak Count 43 0 43
Expected Count 28.3 14.7 43.0
% within pemberianASI 100.0% .0% 100.0%
% within
bayidiaresaatkonsumsisusuformula 93.5% .0% 61.4%
% of Total 61.4% .0% 61.4%
Total Count 46 24 70
Expected Count 46.0 24.0 70.0
% within pemberianASI 65.7% 34.3% 100.0%
% within
bayidiaresaatkonsumsisusuformula 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 65.7% 34.3% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pemberianASI *
bayidiaresaatkonsumsisusufor
mula
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 58.164a 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 54.286 1 .000
Likelihood Ratio 71.171 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 57.333c 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,26.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -7,572.