Upload
hilman
View
237
Download
0
Embed Size (px)
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
1/34
Hilman Suhaili
LBM 4 MODUL Enterohepatik
Nyeri Perut Kanan Atas Menjalar Sampai ke Bahu Kanan
STEP 1
Murphys sign : pemeriksaan pada kandung empedu mengkaitkan ibu jari
diantara MRA dengan arcus costa dextra jika pasien kesakitan maka
positif.
STEP 2
1. Mengapa nyeri perut kanan atas dan mereda kurang lebih satu jam ?
2. Mengapa nyeri menjalar sampai bahu kanan ?
3. Apa hubungan mengkonsumsi pil KB dengan keluhan ?
4. Bagaimana hubungan kolesterol darah meningkat dengan penyakit
diderita?
5. Apa hubungan berat badan meningkat dengan keluhan ?
6.
Mengapa pemeriksaan murphys sign positif ?7. Mengapa pada pasien didapatkan suhu yang meningkat ?
8. Pemeriksaan lain apa yang dilakukan selain murphys sign ?
9. DD ?
10.Komplikasi dari skenario ?
STEP 3
1. Mengapa nyeri perut kanan atas terus menerus dan tidak meredaselama kurang lebih satu jam ?
Jawaban :
Nyeri yang terjadi pada organ ini adalah jenis nyeri central(visceral) yang
umumunya di sebabkan oleh rangsangan organ yang berada dalam rongga
perut. Dalam hal ini nyeri di kaitkan dengan kelainan organ yang terjadi
pada vesica fellea ( kandung empedu), akibat dari suatu peradangan yangterjadi atau adanya sumbatan pada ductus cysticus atau ductus biliernya.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
2/34
Hilman Suhaili
Rasa nyeri yang terjadi terus menerus dan berhenti setelah satu jam di
kaitkan dengan konsumsi makanan pada pasien.
Saat terjadi sumbatan pada ductus cysticus maka akan terjadi peradangan
yang menyebabkan terstimulasinya system saraf aferen oleh bradikinin
yang di keluarkan akibat reaksi peradangan dan akan menimbulkan
rangsangan rasa nyeri pada organ tersebut, nyeri ini dapat netral
sendirinya oleh kompensasi yang di sebabkan dari system analgesia yang
terjadi pada medulla spinalis, ini berkaitan dengan sekresi serotonoin yang
dapat menghambat rangsangan rasa nyeri yang terjadi pada saraf dan alur
masuk ke dalam medulla spinalis dan di sebut sebagai system penekan rasa
nyeri ( Analgesia). Namun pada keadaan tertentu rangsangan nyeri dapat
timbul kembali akibat terjadinya kontraksi pada organ ini yang sering disebabkan oleh kontraksi dari kandung empedu untuk mngeluarkan
cairannya yang berfungsi untuk mengemulsifikasi lemak yang masuk ke
dalam duodenum. Sehingga ketika makanan dalam duodenum telah selesai
di emulsifikasi, maka kontraksi kandung empedu akan terhenti dana rasa
nyeri dapat nentral kembali. Sehingga dapat di hubungkan nyeri yang
mereda setelah satu jam ada kaitannya dengan konsumsi makanan yang di
makan oleh pasien.
GUYTON and HALL (Buku Ajar Fisiologi )
Mekanisme Nyeri
Kapasitas jaringan menimbulkan nyeri apabila mendapat rangsangan
yang mengganggu, bergantung pada keberadaan nosiseptor (saraf
aferen primer untuk menyalurkan dan menerima rangsangan nyeri).
Ujung-ujung saraf bebas nosireseptor berfungsi sebagai reseptor
yang peka terhadap rangsangan kimiawi yang menimbulkan nyeri.
Distribusi nosireseptor bervariasi di seluruh tubuh, dengan jumlah
terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di jaringan kutis ,
otot rangka dan sendi.
Reseptor nyeri visera tidak terdapat di parenkim organ internal itu
sendiri, tetapi di permukaan peritoneum, membran pleura,
durameter dan pembuluh darah.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
3/34
Hilman Suhaili
Saraf perifer terdiri dari akson toga tipe neuron yang berlainan:
neuron aferen atau neuron sensorik primer, neuron simpatik dan
neuron pascaganglion simpatis.
Serat pascaganglion simpatik dan motorik adalah serat aferen
(membawa impuls dari medula spinalis ke jaringan organ efektor).
Badan sel dari neuron aferen primer terletak di akral dorsal N.
Spinalis. Setelah keluar dari badan selnya di ganglion akral dorsal
(GAD), akson saraf aferen primer terbagi mnejadi dua prosesus:
satu masuk ke kornu dorsalis medula spinalis, dan yang lain
mempersarafi jaringan.
Serat serat aferen primer diklasifikasikan berdasarkan ukuran,
derajat mielinisasi, dan kecepatan penghantaran. Serat aferen A-alfa dan A-beta berukuran paling besar dan bermielin serta
memiliki kecepatan hantaran tertinggi. Serta serat ini berespon
terhadap sentuhan, tekanan, dan sensasi kinestetik, namun serat-
serat ini tidak berespon terhadap rangsangan yang mengganggu
sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Sebaliknya
serat serat aferen primer A-delta yang bergaris tengah kecil dan
sedikit bermielin serta serat aferen primer C.
(Price and Wilson, 2001)
Nyeri visceral
Nyeri viseral kadang disebut nyeri sentral
terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut.
Peritoneum viseral yang menyelimuti organ perut dipersarafi olehsistem saraf autonom dan tidak peka terhadap rabaan atau
pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus
dapat dilakukan tanpa dirasakan oleh pasien. Akan tetapi bila
dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang
berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia misalnya kolik atau
radang, akan timbul nyeri.
Nyeri ini tidak dapat ditunjukkan secara tepat letak nyerinya..
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalamrongga perut, misalnya dalam keadaan cedera atau radang.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
4/34
Hilman Suhaili
Pola nyeri biasanya khas sesuai dengan persarafan embrionalnya,
yaitu :
o Foregut ( lambung, duodenum, hepatobilier dan pankreas )
nyeri di ulu hati atau epigastrium
o Midgut ( usus halus, usus besar sampai pertengahan kolon
transversum ) nyeri di umbilikus
o Hindgut ( pertengahan kolon transversum sampai kolon
sigmoid ) nyeri di perut bagian bawah.
Nyeri somatik
Nyeri ini terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi
oleh saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietal dan
luka pada dinding perut.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat
nyeri dapat ditunjukkan secara tepat letaknya dengan jari, biasanya
dekat dengan organ sumber nyeri.
Proses nya :
Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan,tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang rangsangan
peritoneum nyeri.
Peradangannya + gesekan antara kedua peritoneum
perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan
nyeri kontralateral pada appendicitis akut. Setiap gerakan
penderita, baik berupa gerak tubuh maupun gerak napas yang
dalam atau batuk, juga akan menambah rasa nyeri.
Letak nyeri perut :
Nyeri visceral sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada
masa embrional
Nyeri somatik dekat dengan sumber nyeri.
Sifat nyeri :
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
5/34
Hilman Suhaili
Nyeri alih
Terjadi jika satu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah.
Nyeri proyeksi
Disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik akibat cedera atau
peradangan saraf. Eg : nyeri fantom setelah amputasi, nyeri perifer
setempat pada herpes zoster.
Hiperestesia atau hiperalgesi
Sering ditemukan pada kulit jika ada peradangan pada rongga di
bawahnya. Eg : pada pasien peritonitis.
Nyeri kontinu
Nyeri yang dirasakan terus menerus.
Nyeri kolik
Merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga
dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ
tersebut. Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan
dinding saluran.Yang khas adalah adanya TRIAS KOLIK : nyeri perut kumatan yang
disertai Mual, Muntah, dan Gerakan paksa. Eg : obstruksi usus, batu
ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer.
Nyeri iskemik
Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis.
Nyeri pindah
Kadang, nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Eg :pada apendisitis.
( Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, Wim de Jong, EGC )
Stimulus yang dapat mencetuskan nyeri visceral yaitu :
Iskemia terbentuknya produk metabolik akhir yang asam atau
produk yang dihasilkan oleh jaringan degeneratif, sperti bradikinin,
enzim proteolitik atau bahan lain yang merangsang ujung serabutnyeri.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
6/34
Hilman Suhaili
Stimulus kimia seringkali bahan2 yang rusak dari gastrointestinal
masuk ke dalam rongga peritoneum rasanya nyeri yang sangat
hebat
Spasme viskus berongga terangsangnya ujung serabut nyerisecara mekanis, atau sapsme yang mungkin menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otot, dibarengi dengan kebutuhan
otot untuk proses metabolisme sehingga menimbulkan nyeri hebat.
Eg pada kram
Distensi berlebihan pada viskus berongga
Teregangnya jaringan ikat yang mengelilingi organ viscera
( Fisiologi Guyton Hall )
Letak nyeri perut
a. Nyeri viseralPola nyeri khas dengan persarafan embrional organ yang terlibat yaitu :
Asal organ Organ Lokasi nyeri
usus depan(foregut)
lambung, duodenum, sistemhepatobilier dan prankreas
nyeri di ulu hati atauepigastrium
usus tengah(midgut)
jejenum sampai pertengahankolon transversum
nyeri di sekitarumbilikus
usus belakang(hindgut) pertengahan kolontransversum sampai kolon nyeri di perut bagianbawah
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
7/34
Hilman Suhaili
sigmoid
retroperitonial ginjal, ureter punggung, lipat paha
Pelvis Adneksa punggung, suprapubik
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah ed revisi.
Jakarta: EGC
2. Mengapa nyeri menjalar sampai bahu kanan ?hPersyarafan
( Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, Wim de Jong, EGC )
Karena n. phrenicus mensarafi diafragma bgn sentral ,nervus menyilang
sampai bahu kanan penjalaran sampai bahu kanan.
Karena saraf C3-C5, menjalarnya ke punggung tengah, scapula baru kepuncak bahu kanan.
Secara embriologi n. prhenicus berasal dari kanan.
Rasa nyeri hebat dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu mengalami
distensi kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba massa pada
kuadran I yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke punggung dan
bahu kanan sehingga menyebabkan rasa gelisah dan tidak menemukan
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
8/34
Hilman Suhaili
posisi yang nyaman. Nyeri akan dirasakan persisten (hilang timbul)
terutama jika habis makan makanan berlemak yang disertai rasa mual dan
ingin muntah dan pada pagi hari karena metabolisme di kandung empedu
akan meningkat.
Mekanisme nyeri dan kolik bilier Batu empedu Aliran empedu
tersumbat (saluran duktus sistikus) Distensi kandung empedu
Bagian fundus (atas) kandung empedu menyentuh bagian abdomen pada
kartilago kosta IX dan X bagian kanan Merangsang ujung-ujung saraf
sekitar untuk mengeluarkan bradikinin dan serotonin Impuls
disampaikan ke serat saraf aferen simpatis Menghasilkan substansi P
(di medula spinalis)Thalamus
K orteks somatis sensori Bekerjasamadengan pormatio retikularis(untuk lokalisasi nyeri) Serat saraf eferen
Hipotalamus Nyeri hebat pada kuadran kanan atas dan nyeri tekan
daerah epigastrium terutama saat inspirasi dalam Penurunan
pengembangan thorak Menjalar ke tulang belikat (sampai ke bahu kanan)
Nyeri meningkat pada pagi hariKarena metabolisme meningkat di
kandung empedu.
3. Apa hubungan mengkonsumsi pil KB dengan keluhan ?4. Bagaimana hubungan kolesterol darah meningkat dengan penyakit
diderita?
5. Apa hubungan berat badan meningkat dengan keluhan ?Rasio wanita terhadap pria 3:1 70 th 2:1 karena esterogen endogen
yang menghambat konversi enzimatik dari kolesterol menjadi asam empedusehingga menambah saturasi kolesterol dari cairan empedu.
Kehamilan menambah resiko batu empedu.
Progesterone menyebabkan gangguan pengosongan VF dan bersama
esterogen meningkatkan litogenitas cairan empedu pada kehamilan.
Estrogen endogen menghambat konversi ensimatik dr kolesterol mjd
as.empedu
supersaturasi kolesterol
tdk dapat ditrasport oleh micell vesikel2kolesterol tertinggal beragregasi membentuk intikristal
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
9/34
Hilman Suhaili
gangguan difusi dan inkorporasi kolesterol sel mukosa kandung empedu
meningkat dan gangguan disfungsi VF kontraksi VF terganggu
stasis empedu musin terakumulasi(protein yang berperan dlm nukleasi
kolesterol) lamanya cairan empedu tertampung dalam VF musin
smakin kentalviskositas tinggigangguan pengosongan VF
Sumber : ILMU PENYAKIT HATI
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkenakolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon
esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh
kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan
terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandungempedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.http://www.scribd.com/doc/26152642/makalah-kolelitiasis
o Pada sistem hati dan kandung empedu.Estrogen akan menyebabkanperubahan pada hasil tes faal hati. Beberapa penelitianmenunjukkan bahwa pemakaian estrogen akan meningkatkan insidenradang kandung empedu dan pembentukan batu empedu. Efek inididuga diakibatkan oleh lambatnya pengosongan kandung
empedu(hypotoni pada otot dinding kandung empedu), meningkatnyakadar kolesterol, dan menurunnya kadar asam empedu di dalamcairan empedu.
o Pada metabolisme lemak. Perubahan metabolisme lemak padapemakai pil KB disebabkan oleh estrogen dan progesteron, yangmasing-masing mempunyai efek berbeda. Estrogen bersifatkardioprotektif (melindungi jantung) dan anti-aterogenik (antipembentukan lemak), sedangkan progestron bersifat anti-estrogen.
Pemakaian estogen tunggal antara lain pada hati, estrogenmeningkatkan reseptor lipoprotein, akan menurunkan aktivitasenzim liporotein lipase, meningkatkan kadar kolesterol HDL(kolesterol baik), dan menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesteroljahat). Efek progesteron justru berbanding terbalik dengan efekestrogen tersebut, dan efek ini tergantung pada potensi androgen-
nya. Makin kuat potensi androgen-nya, makin besar efek buruknyapada metabolisme lemak.
o Timbunan lemak itu memicu pembuatan hormon, terutama estrogen.
Normalnya, pada usia reproduksi calon hormon estrogen ini berasaldari ovarium. Selain sebagai penghasil gamet atau ova, ovarium juga
http://www.scribd.com/doc/26152642/makalah-kolelitiasishttp://www.scribd.com/doc/26152642/makalah-kolelitiasishttp://www.scribd.com/doc/26152642/makalah-kolelitiasis7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
10/34
Hilman Suhaili
berperan sebagai organ endokrin karena menghasilkan hormonestrogen dan progesteron. Hanya saja, pada perempuan obesitas,estrogen ini tidak hanya berasal dari ovarium tapi juga dari lemakyang berada di bawah kulit.Lemak bawah kulit itu berisi kolesterol,
dan lemak yang merupakan prekursor dari estrogen. Maksudnya,estrogen yang berasal dari luar ovarium cukup banyak dibuat.Padahal dari dalam ovarium sendiri belum banyak estrogen yangterbentuk.Hal ini lalu menyebabkan keluarnya luitenizing hormone (LH)sebelum waktunya.LH yang keluar terlalu cepat akan merangsangkeluarnya hormon progesteron dan androgen. Pada siklus normal,hal ini tidak terlalu masalah, karena hormon androgen akan diubahmenjadi estradiol.Pada perempuan obesitas, androgen yang keluar
terlalu cepat tidak akan diubah menjadi estradiol karena hormonandrogen yang keluar itu yang tidak berikatan.http://bidanriana.dagdigdug.com/tag/adaptasi-fisiologi/
http://bidanriana.dagdigdug.com/tag/adaptasi-fisiologi/http://bidanriana.dagdigdug.com/tag/adaptasi-fisiologi/http://bidanriana.dagdigdug.com/tag/adaptasi-fisiologi/7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
11/34
Hilman Suhaili
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
12/34
Hilman Suhaili
Metabolisme Kolesterol
Kolesterol diserap dari usus dan digabung ke dalam kilomikron yang dibentuk di
dalam mukosa. Setelah kilomikron melepaskan Trigliseridanya di dalam jaringan
adiposus, maka sisa kilomikron membawa kolesterol ke dalam hati. Hati dan jaringan lain
juga mensintesis kolesterol. Sejumlah kolesterol di dalam hati di ekskresikan di dalam
empedu, keduanya dalam bentuk bebas dan sebagai asam empedu. Sejumlah kolesterol
empedu diserap kembali dari usus. Kebanyakan kolesterol di dalam hati digabung ke dalam
VLDL dan semuanya bersirkulasi di dalam komplek lipoprotein. Umpan balik kolesterol
menghambat sintesisnya sendiri dengan menghambat hidroksi- metilglutaril - KoA
reduktase, enzim yang mengubah -hidroksi--metilglutaril-KoA ke asam
mevalonat sehingga bila masukan kolesterol diet tinggi, maka sintesis kolesterol hati
menurun serta sebaliknya tapi kompensasi umpan balik tidak lengkap, karena diet yang
rendah dalam kolesterol dan lemak jenuh menyebabkan penurunan dalam kolesterol
darah yang bersirkulasi (William F.Ganong, 1995).
6. Mekanisme Transport Kolesterol Dalam Tubuh
Lemak dalam tubuh diangkut dari satu tempat ke tempat lain karena lemak
bersifat tidak larut dalam air, maka untuk mengangkut lemak tersebut diperlukan suatu
alat pengangkut Apo-Protein yaitu suatu jenis protein. Apoprotein dengan lemak yang
diangkutnya membentuk suatu ikatan yang disebut lipoprotein.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
13/34
Hilman Suhaili
6. Mengapa pemeriksaan murphys sign positif ?Jawaban :
Murphy sign adalah suatu metode pemeriksaan fisik yang di lakukan
pada pasien yang di duga menderita kolesistitis(peradangan yang
terjadi pada kandung empedu). Teknik pemeriksaan yang di lakukan
ialah dengan menekan bagian perpotongan tepi lateral dari m.rectus
abdominus dengan pertengahan arcus costa sinistra terbawah
dengan menggunakan ibu jari. Apabila terjadi kasus peradangan
kandung emepedu, tekanan tersebut akan menimbulkan nyeri yangsangat spesifik seperti nyeri central, dan pasien akan merasakan
rasa sakit .
7. Mengapa pada pasien didapatkan suhu yang meningkat ?Mekanisme Demam
Demam atau febris merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatansuhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh normal.
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebihdikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit
terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Prosesperadangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuhterhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses
peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuhkita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu
zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MOtersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkantentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosituntuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal
sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi.Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotelhipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asamarakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asamarakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran
prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzimsiklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
14/34
Hilman Suhaili
termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan
titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokanini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh
sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil.Adanya proses mengigil ( pergerakan otot rangka) ini ditujukan untukmenghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah demam. (Ref :Fisiologi Sheerwood)
. Patofisiologi Demam
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point. (Julia, 2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadapinfeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asingmasuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannyapirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamuspirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjarkeringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsangaktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing
tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperandalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke
nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen
atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhubaru.Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan
kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999)
Etiologi
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
15/34
Hilman Suhaili
1. Penyebab Infeksi
v Parasit v Bakteri v Virus v Jamur v dll
1. Penyebab Non Infeksi
v Neoplasma v Nekrosis Jaringan v Kelainan Kolagen Vaskular v Emboli Paru / Trombosis
vena dalam v Obat , metabolism, dll
Demam = Fever
Demam atau pireksia merupakan keadaan dimana suhu tubuh di atas normal sebagaiakibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi olehInterleukin-1 (IL-1). Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam merupakankeseimbangan antara produksi dan pelepasan panas.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak teratur, disebabkan
ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan panas. Interleukin-1 pada keadaanini tidak terlibat, oleh karena itu pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalamkeadaan normal.
Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis pirogen yaitupirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh danberkemampuan untuk merangsang interleukin-1 , sedangkan pirogen endogen berasal dari
dalam tubuh dan mempunyai kemampuan untuk merangsang demam dengan mempengaruhipusat pengaturan suhu di hipotalamus. Interleukin-1, Tumor Necrosis Factor(TNF), danInterferon(INF) adalah pirogen endogen.
Pirogen eksogen akan merangsang demam dalam 2 jam setelah terpapar. Umumnya,pirogen berinteraksi dengan sel fagosit, makrofag atau monosit, untuk merangsang
sintesis IL-1. Mekanisme lain yang mungkin berperan sebagai pirogen eksogen (misalnya
endotoksin) bekerja secara langsung pada hipotalamus untuk mengubah pengatur suhu.Radiasi, racun DDT, dan racun kalajengking dapat pula menghasilkan demam dengan efeklangsung pada hipotalamus.
Beberapa contoh pirogen mikrobial, antara lain; bakteri gram negatif dan positif, virus,jamur. Sedangkan contoh pirogen non-mikrobial, antara lain; fagositosis, kompleks
antigen-antibodi, steroid, sistem monosit-makrofag, Interleukin-1 (IL-1), TumorNecrosis Factor(TNF), limfosit yang teraktifasi, interferon(INF), Interleukin-2 (IL-2), dan Granulocyte-Macrophage Coloby-Stimulating Factor(GM-CSF).
Daerah spesifik dari IL-1 preoptik dan hipotalamus anterior, yang mengandung
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
16/34
Hilman Suhaili
sekelompok saraf termosensitif yang berlokasi di dinding rostral ventrikel III, disebut
juga sebagai korpus kalosum lamina terminalis (OVTL) yaitu batas antara sirkulasi danotak. Saraf termosensitif ini terpengaruh oleh daerah yang dialiri darah dan masukan
dari reseptor kulit dan otot. Saraf yang sensitif terhadap hangat terpengaruh danmeningkat dengan penghangatan atau penurunan dingin, sedang saraf sensitif terhadapdingin meningkat dengan pendinginan atau penurunan dengan penghangatan. Telahdibuktikan bahwa IL-1 menghambat saraf sensitif terhadap hangat dan merangsangcold-sensitive neurons. Korpus kalosum lamina terminalis mungkin merupakan sumberprostaglandin. Selama demam, IL-1 masuk kedalam ruang perivaskular OVLT melalui
jendela kapiler untuk merangsang sel memproduksi PGE-2, secara difusi masuk kedalampreoptik/region hipotalamus untuk menyebabkan demam atau bereaksi pada serabut
saraf dalam OVLT. Prostaglandin E2 memainkan peran penting sebagai mediator,terbukti dengan adanya hubungan erat antara demam, IL-1, dan peningkatan kadar PGE2
di otak. Penyuntikan PGE2 dalam jumlah kecil kedalam hipotalamus binatang
memproduksi demam beberapa menit, lebih cepat daripada demam yang diinduksi olehIL-1.
Hasil akhir mekanisme kompleks ini adalah peningkatan thermostatic set-pointyang akanmember isyarat serabut saraf eferen, terutama serabut simpatis untuk memulaimenahan panas (vasokontriksi) dan produksi panas (menggigil). Keadaan ini dibantu
dengan tingkahlaku manusia yang bertujuan menaikkan suhu tubuh, seperti mencaridaerah hangat atau menutup tubuh dengan selimut. Hasil peningkatan suhu melanjut
sampai suhu tubuh mencapai peningkatan set-point. Kation Na+, Ca2+, dan cAMP berperan
dalam mengatur suhu tubuh, meski mekanisme pastinya belum begitu jelas. Peningkatanset-point kembali normal apabila terjadi penurunan konsentrasi IL-1 atau pemberianantipiretik yang menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin E2 diketahuimempengaruhi secara negative-feed back dalam pelepasan IL-1, sehingga mengakhiri
mekanisme ini yang awalnya diinduksi demam. Sebagai tambahan, vasopressin (AVP)beraksi dalam susunan saraf pusat untuk mengurangi pyrogen induced fevers.Kembalinya suhu menjadi normal diawali oleh vasodilatasi dan berkeringat melalui
peningkatan aliran darah kulit yang dikendalikan serabut simpatis.
Fisiologi Demam (Bagaimana Demam Terjadi)
Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri,parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun,
atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh,berbagai jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan zat penyebab demam (pirogenendogen) yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior,
yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama
demam, hipotalamus cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarangsekali melebihi 41 derajat selsius.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
17/34
Hilman Suhaili
Demam
Demam adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal.Demam adalah istilah umum, dan beberapa istilah lain yang sering digunakan adalahpireksia atau febris. Apabila suhu tubuh sangat tinggi (mencapai sekitar 40C), demamdisebut hipertermi.
Demam dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhipusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat
pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapatberupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepasoleh bakteri toksik atau pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Padamekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah,
makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnyamencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairantubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ketikasampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperaturetubuh dalam waktu 8 10 menit. Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan
prostaglandin, terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang
selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fasedemam, meliputi fase awal, proses, dan fase pemulihan (defesvescence). Tanda-tanda inimuncul sebagai hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme pengaturan suhutubuh.
Fase-fase Terjadinya Demam
Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil)
Peningkatan denyut jantung
Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan
Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot
Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi
Merasakan sensasi dingin
Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi
http://nursingbegin.com/gangguan-pengaturan-suhu-tubuh/http://nursingbegin.com/gangguan-pengaturan-suhu-tubuh/http://nursingbegin.com/gangguan-pengaturan-suhu-tubuh/7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
18/34
Hilman Suhaili
Rambut kulit berdiri
Pengeluaran keringat berlebihan
Peningkatan suhu tubuh
Fase II: proses demam
Proses menggigil lenyap
Kulit terasa hangat / panas
Merasa tidak panas atau dingin
Peningkatan nadi dan laju pernafasan
Peningkatan rasa haus
Dehidrasi ringan hingga berat
Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf
Lesi mulut herpetik
Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang )
Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein
Fase III: pemulihan
Kulit tampak merah dan hangat
Berkeringat
Menggigil ringan
Kemungkinan mengalami dehidrasi
Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia bermanfaatsebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan interleukin-1 yang akanmengaktifkan sel T. suhu tinggi ( demam ) juga berfungsi meningkatkan keaktifan (kerja ) sel T dan B terhadap organisme pathogen. Namun konsekuensi demam secaraumum timbul segera setelah pembangkitan demam (peningkatan suhu). Perubahananatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi berupa gangguankeseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa
metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan kejang.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
19/34
Hilman Suhaili
8. Pemeriksaan lain apa yang dilakukan selain murphys sign ?Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan Laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan
pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut dapat terjadi
leukositosis, biasanya akan diikuti kenaikan ringan bilirubin serum akibat
penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang yang tinggimungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledokus. Kadar fosfatase alkali
serum dan mungkin kadar amylase serum biasanya meningkat sedang setiap kali
terjadi serangan akut.
b. Pemeriksaan Radiologis
Foto polos abdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang
kandung empedu yang mengandung empedu berkalsium tinggi dapat dilihat dengan
foto polos abdomen. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang
membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan
lunak dikuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar,
flexura hepatica.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
20/34
Hilman Suhaili
Gb 2. Foto Rongent pada kolelitiasis
Ultrasonografi
Pemeriksaan ini merupakan metode noninvasif yang sangat bermanfaat dan
merupakan pilihan pertama untuk mendeteksi kolelitiasis dengan nilai
sensitifitas dan spesifisitas lebih dari 95%.
Ultrasonografi dapat memberikan informasi yang cukup lengkap mengenai :
Memastikan adanya batu empedu
Menunjukkan berapa batu empedu yang ada dan juga ukurannya.
Melihat lokasi dari batu empedu tesebut. Apakah di dalam kandung
empedu atau di
dalam duktus.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
21/34
Hilman Suhaili
Ada 2 jenis pemeriksaan menggunakan ultrasonografi, yaitu :
Ultrasonografi transabdominal
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa nyeri, murah dan tidak
membahayakan pasien. Hampir sekitar 97% batu empedu dapat didiagnosis
dengan ultrasonografi transabdominal, namun kurang baik dalam
mengidentifikasi batu empedu yang berlokasi di dalam duktus dan hanya
dapat mengidentifikasi batu empedu dengan ukuran lebih besar dari 45
mm.
Ultrasonografi endoskopi
Ultrasonografi endoskopik dapat memberikan gambaran yang lebih baik
daripada ultrasonografi transabdominal. Karena sifatnya yang lebih invasif
dan juga dapat mendeteksi batu empedu yang berlokasi di duktus biliaris
lebih baik. Kekurangannya adalah mahal dari segi biaya dan banyak
menimbulkan risiko bagi pasien.
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi
untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatik maupun ekstrahepatik. Juga dapat dilihat dinding kandung
empedu yang menebal karena fibrosis atau udem karena peradangan maupun
sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledokus distal kadang sulit
dideteksi, karena terhalang udara didalam usus. Dengan ultrasonografi
punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang gangren lebih
jelas daripada dengan palpasi biasa.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
22/34
Hilman Suhaili
Gb 3. Hasil USG menunjukan adanya batu pada kandung empedu
Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena
relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen
sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal
pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubin serum diatas2 mg/dl,
obstruksi pylorus, dan hepatitis karena pada keaadaan tersebut kontras tidak
dapat mencapai hati. Penilaian kolesistografi oral lebih bermakna pada penilaianfungsi kandung empedu.
Gb 4. Hasil Kolesistografi
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
23/34
Hilman Suhaili
CT scan
Menunjukan batu empedu dan dilatasi saluran empedu.
Gb 5. CT-Scan abdomen atas menunjukkan batu empedu multiple
ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)
Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus,
kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini
memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus
koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk
membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan
ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki
gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah
diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
24/34
Hilman Suhaili
Gb 6. ERCP menunjukkan batu empedu di duktus ekstrahepatik (panah pendek) dan di
duktus intrahepatik (panah panjang)
Magnetic Resonance Cholangio-pancreatography (MRCP)
Magnetic resonance cholangio-pancreatography atau MRCP adalah modifikasi
dari Magnetic Resonance Imaging (MRI), yang memungkinkan untuk
mengamati duktus biliaris dan duktus pankreatikus. MRCP dapat mendeteksi
batu empedu di duktus biliaris dan juga bila terdapat obstruksi duktus.
Gb 7. Hasil MRCP
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
25/34
Hilman Suhaili
9. DD ?1. Defenisi
Batu empedu atau gallstones adalah timbunan kristal di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung
empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut
koledokolitiasis (Lesmana dkk,divisi hepatology FKUI 2009).1
Kejadian batu empedu di negara negara industri antara 10 15 %. Di
Amerika Serikat, insiden kolelitiasis diperkirakan 20 juta orang, dengan 70%diantaranya didominasi oleh batu kolesterol dan 30% sisanya terdiri dari batu
pigmen dan komposisi yang bervariasi ( menurut Healthy Lifestyle Desember
2008). Sedangkan penelitian di Jakarta pada 51 pasien pasien didapatkan batu
pigmen pada 73% pasien dan batu kolesterol pada 27% pasien ( menurut divisi
Hepatology,Departemen IPD, FKUI/RSCM Jakarta, Mei 2009 ). Prevalensi
tergantung usia, jenis kelamin, dan etnis. Kasus batu empedu lebih umumditemukan pada wanita. Faktor risiko batu empedu memang dikenal dengan
singkatan 4-F, yakni Fatty (gemuk), Fourty ( 40th), Fertile (subur), dan Female
(wanita). Wanita lebih berisiko mengalami batu empedu karena pengaruh hormon
estrogen. Meski wanita dan usia 40th tercatat sebagai faktor risiko batu
empedu, itu tidak berarti bahwa wanita di bawah 40th dan pria tidak mungkin
terkena. Penderita diabetes mellitus ( DM ), baik wanita maupun pria, berisikomengalami komplikasi batu empedu akibat kolesterol tinggi. Bahkan, anak anak
pun bisa mengalaminya, terutama anak dengan penyakit kolesterol herediter.2,3
Menurut gambaran makroskopik dan komposisi kimianya, batu empedu
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori mayor, yaitu : 1. Batu kolesterol
dimana komposisi kolesterol melebihi 70%, 2. Batu pigmen coklat atau batu
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
26/34
Hilman Suhaili
calcium bilirubinate yang mengandung Ca-bilirubinate sebagai komponen utama,
dan 3. Batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak terekstraksi.1
Ada tiga faktor penting yang berperan dalam patogenesis batu kolesterol :1. Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu, 2. Percepatan terjadinya
kristalisasi kolesterol dan 3. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus.
Sedangkan patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis
empedu, malnutrisi, dan faktor diet. Kelebihan aktivitas -glucuronidase bakteri
dan manusia (endogen) memegang peran kunci dalam patogenesis batu pigmen
pada pasien di negara timur.1
Walaupun batu dapat terjadi dimana saja dalam saluran empedu, namun
batu kandung empedu ialah yang tersering didapat. Bila batu empedu ini tetap
saja tinggal di dalam kandung empedu, maka biasanya tidak menimbulkan gejala
apapun. Gejala gejala biasanya timbul bila batu ini keluar menuju duodenum
melalui saluran empedu, karena dapat menyebabkan kolik empedu akibat iritasi,
hidrops, atau empiema akibat obstruksi duktus cysticus. Bila obstruksi terjadi
pada duktus koledokus maka dapat terjadi kolangitis ascendens, ikterus, dan
kadang kadang sirosis bilier.4,5
Jika batu empedu tidak menimbulkan gejala biasanya pasien tidak
memerlukan pengobatan. Meski demikian, banyak juga kasus batu empedu yang
membutuhkan tindakan operasi yang disebut cholecystectomy.
Saat ini operasisudah biasa dilakukan dengan laparoskopi atau bedah minimal. Karena hanya
dengan sayatan kecil, proses pemulihannya pun lebih cepat. Bedah minimal juga
hanya menimbulkan sedikit nyeri dan kalaupun terjadi komplikasi hanya ringan
saja, tidak seperti bedah terbuka. Ada pula kasus yang mengharuskan kantong
empedu diangkat. Walaupun organ ini sudah dibuang, seseorang bisa saja
melanjutkan kehidupannya dengan normal dan tetap produktif karena sebetulnya
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
27/34
Hilman Suhaili
kantong empedu hanya berfungsi sebagai tempat penampungan. Setelah
menjalani pengangkatan kantong empedu, pasien sebaiknya memperhatikan pola
makan yaitu dengan membatasi asupan makanan berlemak atau berminyak.6
Patogenesis
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang
pada saluran empedu lainnya dan diklasifikasikan berdasarkan bahan
pembentuknya. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna,
akan tetapi, faktor predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu
dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan empedu mungkin merupakan yang
paling penting pada pembentukan batu empedu, karena terjadi pengendapan
kolesterol dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat
meningkatkan supersaturasi progesif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan
unsur tersebut. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian
dalam pembentukan batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan
pembentukan mukus.1,8
Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada
kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan
batu empedu. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan pengendapan kolesterol
adalah : terlalu banyak absorbsi air dari empedu, terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari empedu, dan terlalu banyak sekresi kolesterol
dalam empedu. Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah
lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol sebagai salah
satu produk metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang
mendapat diet tinggi lemak dalam waktu beberapa tahun, akan mudah mengalami
perkembangan batu empedu.6
Batu kandung empedu dapat berpindah kedalam
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
28/34
Hilman Suhaili
duktus koledokus melalui duktus sistikus. Didalam perjalanannya melalui duktus
sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran empedu secara
parsial atau komplet sehingga menimbulkan gejala kolik empedu. Kalau batu
terhenti di dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau
tertahan oleh striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus
sistikus.1,7,8
2.4 Patofisiologi
a. Batu Kolesterol
Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol bertanggung jawab bagi
lebih dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar empedu ini
merupakan batu kolesterol campuran yang mengandung paling sedikit 75 %
kolesterol berdasarkan berat serta dalam variasi jumlah fosfolipid, pigmen
empedu, senyawa organik dan inorganik lain. 7
Menurut Meyers & Jones, 1990 Proses fisik pembentukan batu kolesterol
terjadi dalam empat tahap:
Supersaturasi empedu dengan kolesterol.
Pembentukan nidus.
Kristalisasi/presipitasi.
Pertumbuhan batu oleh agregasi/presipitasi lamelar kolesterol dan
senyawa lain yang membentuk matriks batu.
b. Batu Kalsium bilirubinat (pigmen coklat)
Disebut juga batu lumpur atau batu pigmen, sering ditemukan berbentuk tidak
teratur, kecil-kecil, dapat berjumlah banyak. Umumnya batu pigmen coklat ini
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
29/34
Hilman Suhaili
terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi. Batu pigmen coklat
biasanya ditemukan dengan ukuran diameter kurang dari 1 cm, berwarna coklat
kekuningan, lembut dan sering dijumpai di daerah Asia. Batu ini terbentuk akibat
faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan karena
disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan parasit. Pada infeksi
empedu, kelebihan aktivitas -glucuronidase bakteri dan manusia (endogen)
memegang peran kunci dalam patogenesis batu pigmen pada pasien di negara
timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim tersebut akan membentuk bilirubin tak
terkonjugasi yang akan mengendap sebagai calcium bilirubinate. Enzim -
glucuronidase bakteri berasal dari kuman E. coli dan kuman lainnya di saluran
empedu. Enzim ini dapat dihambat oleh glucarolactone yang konsentrasinya
meningkat pada pasien dengan diet rendah protein dan rendah lemak.1
c. Batu pigmen hitam
Batu tipe ini banyak dijumpai pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis
hati. Batu pigmen ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin.Patogenesis terbentuknya batu pigmen ini belum jelas. Umumnya batu pigmen
hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril. Batu empedu
jenis ini umumnya berukuran kecil, hitam dengan permukaan yang kasar. Biasanya
batu pigmen ini mengandung kurang dari 10% kolesterol.10
2.5 Manifestasi klinis
2.5.1. Batu Kandung Empedu (Kolesistolitiasis)
Asimtomatik
Batu yang terdapat dalam kandung empedu sering tidak memberikan
gejala (asimtomatik). Dapat memberikan gejala nyeri akut akibat kolesistitis,
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
30/34
Hilman Suhaili
nyeri bilier, nyeri abdomen kronik berulang ataupun dyspepsia atau mual. Studi
perjalanan penyakit sampai 50 % dari semua pasien dengan batu kandung
empedu, tanpa mempertimbangkan jenisnya, adalah asimtomatik. Kurang dari 25
% dari pasien yang benar-benar mempunyai batu empedu asimtomatik akan
merasakan gejalanya yang membutuhkan intervensi setelah periode waktu 5
tahun. Tidak ada data yang merekomendasikan kolesistektomi rutin dalam semua
pasien dengan batu empedu asimtomatik.4
Simtomatik
Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan
atas. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit,
dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Kolik biliaris, nyeri post
prandial kuadran kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh makanan berlemak,
terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan
kemudian pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris. Mual
dan muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris.1,7
Pasien dengan komplikasi batu empedu
Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang paling
umum dan sering meyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya diantara wanita
usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitan
dengan obstruksi duktus sistikus atau dalam infundibulum. Gambaran tipikal dari
kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam dan konstan, baik
berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa tidak nyaman di
daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat inspirasi atau dengan
pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung skapula. Keluhan ini
dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu makan, yang dapat berlangsung
berhari-hari. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tanda toksemia, nyeri tekan pada
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
31/34
Hilman Suhaili
kanan atas abdomen dan tanda klasik Murphy sign (pasien berhenti bernafas
sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang dapat dipalpasi ditemukan hanya
dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan mengalami kolesistektomi
terbuka atau laparoskopik.4
2.5.2. Batu Saluran Empedu (Koledokolitiasis)
Pada batu duktus koledokus, riwayat nyeri atau kolik di epigastrium dan
perut kanan atas disertai tanda sepsis, seperti demam dan menggigil bila terjadi
kolangitis. Apabila timbul serangan kolangitis yang umumnya disertai obstruksi,
akan ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan beratnya kolangitis tersebut.
Kolangitis akut yang ringan sampai sedang biasanya kolangitis bakterial non
piogenik yang ditandai dengan trias Charcot yaitu demam dan menggigil, nyeri
didaerah hati, dan ikterus. Apabila terjadi kolangiolitis, biasanya berupa
kolangitis piogenik intrahepatik, akan timbul 5 gejala pentade Reynold, berupa
tiga gejala trias Charcot, ditambah syok, dan kekacauan mental atau penurunan
kesadaran sampai koma3.
Koledokolitiasis sering menimbulkan masalah yang sangat serius karena
komplikasi mekanik dan infeksi yang mungkin mengancam nyawa. Batu duktus
koledokus disertai dengan bakterobilia dalam 75% persen pasien serta dengan
adanya obstruksi saluran empedu, dapat timbul kolangitis akut. Episode parah
kolangitis akut dapat menyebabkan abses hati. Migrasi batu empedu kecil melalui
ampula vateri sewaktu ada saluran umum diantara duktus koledokus distal dan
duktus pankreatikus dapat menyebabkan pankreatitis batu empedu.
Tersangkutnya batu empedu dalam ampula akan menyebabkan ikterus
obstruktif.
7
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
32/34
Hilman Suhaili
Penatalaksanaan 7,9,10
2.7.1 Konservatif
a). Lisis batu dengan obat-obatan
Sebagian besar pasien dengan batu empedu asimtomatik tidak akan
mengalami keluhan dan jumlah, besar, dan komposisi batu tidak berhubungan
dengan timbulnya keluhan selama pemantauan. Kalaupun nanti timbul keluhan
umumnya ringan sehingga penanganan dapat elektif. Terapi disolusi dengan asam
ursodeoksilat untuk melarutkan batu empedu kolesterol dibutuhkan waktu
pemberian obat 6-12 bulan dan diperlukan monitoring hingga dicapai disolusi.
Terapi efektif pada ukuran batu kecil dari 1 cm dengan angka kekambuhan 50 %
dalam 5 tahun1.
b). Disolusi kontak
Metode ini didasarkan pada prinsip PTC dan instilasi langsung pelarut
kolesterol ke kandung empedu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah
angka kekambuhan yang tinggi2.
c). Litotripsi (Extarcorvoral Shock Wave Lithotripsy =ESWL)
Litotripsi gelombang elektrosyok meskipun sangat populer beberapa tahun
yang lalu, analisis biaya-manfaat pada saat ini hanya terbatas untuk pasien yang
benar-benar telah dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini. Efektifitas ESWL
memerlukan terapi adjuvant asam ursodeoksilat10.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
33/34
Hilman Suhaili
2.7.2 Penanganan operatif
a). Open kolesistektomi
Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu
empedu simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik
biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang
terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan infeksi. Data baru-baru ini
menunjukkan mortalitas pada pasien yang menjalani kolesistektomi terbuka pada
tahun 1989, angka kematian secara keseluruhan 0,17 %, pada pasien kurang dari
65 tahun angka kematian 0,03 % sedangkan pada penderita diatas 65 tahun
angka kematian mencapai 0,5 %4.
b). Kolesistektomi laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal,
pemulihan lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik, menyingkatkan perawatan di
rumah sakit dan biaya yang lebih murah. Indikasi tersering adalah nyeri bilier
yang berulang. Kontra indikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka yaitu
tidak dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak
dapat dikoreksi. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan, pankreatitis, bocor
stump duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. Resiko trauma duktus biliaris
sering dibicarakan, namun umumnya berkisar antara 0,51%. Dengan
menggunakan teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat
nyeri, kembali menjalankan aktifitas normal dalam 10 hari, cepat bekerja
kembali, dan semua otot abdomen utuh sehingga dapat digunakan untuk aktifitas
olahraga.16
c). Kolesistektomi minilaparatomi.
7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx
34/34
Hilman Suhaili
Modifikasi dari tindakan kolesistektomi terbuka dengan insisi lebih kecil
dengan efek nyeri pasca operasi lebih rendah.
10. Komplikasi dari skenario ?Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:
a. Asimtomatik
b. Obstruksi duktus sistikus
c. Kolik bilier
d. Kolesistitis akut
Empiema
Perikolesistitis
Perforasi
e. Kolesistitis kronis
Hidrop kandung empedu
Empiema kandung empedu
Fistel kolesistoenterik
Ileus batu empedu (gallstone ileus)