LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

  • Upload
    hilman

  • View
    242

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    1/34

    Hilman Suhaili

    LBM 4 MODUL Enterohepatik

    Nyeri Perut Kanan Atas Menjalar Sampai ke Bahu Kanan

    STEP 1

    Murphys sign : pemeriksaan pada kandung empedu mengkaitkan ibu jari

    diantara MRA dengan arcus costa dextra jika pasien kesakitan maka

    positif.

    STEP 2

    1. Mengapa nyeri perut kanan atas dan mereda kurang lebih satu jam ?

    2. Mengapa nyeri menjalar sampai bahu kanan ?

    3. Apa hubungan mengkonsumsi pil KB dengan keluhan ?

    4. Bagaimana hubungan kolesterol darah meningkat dengan penyakit

    diderita?

    5. Apa hubungan berat badan meningkat dengan keluhan ?

    6.

    Mengapa pemeriksaan murphys sign positif ?7. Mengapa pada pasien didapatkan suhu yang meningkat ?

    8. Pemeriksaan lain apa yang dilakukan selain murphys sign ?

    9. DD ?

    10.Komplikasi dari skenario ?

    STEP 3

    1. Mengapa nyeri perut kanan atas terus menerus dan tidak meredaselama kurang lebih satu jam ?

    Jawaban :

    Nyeri yang terjadi pada organ ini adalah jenis nyeri central(visceral) yang

    umumunya di sebabkan oleh rangsangan organ yang berada dalam rongga

    perut. Dalam hal ini nyeri di kaitkan dengan kelainan organ yang terjadi

    pada vesica fellea ( kandung empedu), akibat dari suatu peradangan yangterjadi atau adanya sumbatan pada ductus cysticus atau ductus biliernya.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    2/34

    Hilman Suhaili

    Rasa nyeri yang terjadi terus menerus dan berhenti setelah satu jam di

    kaitkan dengan konsumsi makanan pada pasien.

    Saat terjadi sumbatan pada ductus cysticus maka akan terjadi peradangan

    yang menyebabkan terstimulasinya system saraf aferen oleh bradikinin

    yang di keluarkan akibat reaksi peradangan dan akan menimbulkan

    rangsangan rasa nyeri pada organ tersebut, nyeri ini dapat netral

    sendirinya oleh kompensasi yang di sebabkan dari system analgesia yang

    terjadi pada medulla spinalis, ini berkaitan dengan sekresi serotonoin yang

    dapat menghambat rangsangan rasa nyeri yang terjadi pada saraf dan alur

    masuk ke dalam medulla spinalis dan di sebut sebagai system penekan rasa

    nyeri ( Analgesia). Namun pada keadaan tertentu rangsangan nyeri dapat

    timbul kembali akibat terjadinya kontraksi pada organ ini yang sering disebabkan oleh kontraksi dari kandung empedu untuk mngeluarkan

    cairannya yang berfungsi untuk mengemulsifikasi lemak yang masuk ke

    dalam duodenum. Sehingga ketika makanan dalam duodenum telah selesai

    di emulsifikasi, maka kontraksi kandung empedu akan terhenti dana rasa

    nyeri dapat nentral kembali. Sehingga dapat di hubungkan nyeri yang

    mereda setelah satu jam ada kaitannya dengan konsumsi makanan yang di

    makan oleh pasien.

    GUYTON and HALL (Buku Ajar Fisiologi )

    Mekanisme Nyeri

    Kapasitas jaringan menimbulkan nyeri apabila mendapat rangsangan

    yang mengganggu, bergantung pada keberadaan nosiseptor (saraf

    aferen primer untuk menyalurkan dan menerima rangsangan nyeri).

    Ujung-ujung saraf bebas nosireseptor berfungsi sebagai reseptor

    yang peka terhadap rangsangan kimiawi yang menimbulkan nyeri.

    Distribusi nosireseptor bervariasi di seluruh tubuh, dengan jumlah

    terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di jaringan kutis ,

    otot rangka dan sendi.

    Reseptor nyeri visera tidak terdapat di parenkim organ internal itu

    sendiri, tetapi di permukaan peritoneum, membran pleura,

    durameter dan pembuluh darah.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    3/34

    Hilman Suhaili

    Saraf perifer terdiri dari akson toga tipe neuron yang berlainan:

    neuron aferen atau neuron sensorik primer, neuron simpatik dan

    neuron pascaganglion simpatis.

    Serat pascaganglion simpatik dan motorik adalah serat aferen

    (membawa impuls dari medula spinalis ke jaringan organ efektor).

    Badan sel dari neuron aferen primer terletak di akral dorsal N.

    Spinalis. Setelah keluar dari badan selnya di ganglion akral dorsal

    (GAD), akson saraf aferen primer terbagi mnejadi dua prosesus:

    satu masuk ke kornu dorsalis medula spinalis, dan yang lain

    mempersarafi jaringan.

    Serat serat aferen primer diklasifikasikan berdasarkan ukuran,

    derajat mielinisasi, dan kecepatan penghantaran. Serat aferen A-alfa dan A-beta berukuran paling besar dan bermielin serta

    memiliki kecepatan hantaran tertinggi. Serta serat ini berespon

    terhadap sentuhan, tekanan, dan sensasi kinestetik, namun serat-

    serat ini tidak berespon terhadap rangsangan yang mengganggu

    sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Sebaliknya

    serat serat aferen primer A-delta yang bergaris tengah kecil dan

    sedikit bermielin serta serat aferen primer C.

    (Price and Wilson, 2001)

    Nyeri visceral

    Nyeri viseral kadang disebut nyeri sentral

    terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam

    rongga perut.

    Peritoneum viseral yang menyelimuti organ perut dipersarafi olehsistem saraf autonom dan tidak peka terhadap rabaan atau

    pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus

    dapat dilakukan tanpa dirasakan oleh pasien. Akan tetapi bila

    dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang

    berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia misalnya kolik atau

    radang, akan timbul nyeri.

    Nyeri ini tidak dapat ditunjukkan secara tepat letak nyerinya..

    Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalamrongga perut, misalnya dalam keadaan cedera atau radang.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    4/34

    Hilman Suhaili

    Pola nyeri biasanya khas sesuai dengan persarafan embrionalnya,

    yaitu :

    o Foregut ( lambung, duodenum, hepatobilier dan pankreas )

    nyeri di ulu hati atau epigastrium

    o Midgut ( usus halus, usus besar sampai pertengahan kolon

    transversum ) nyeri di umbilikus

    o Hindgut ( pertengahan kolon transversum sampai kolon

    sigmoid ) nyeri di perut bagian bawah.

    Nyeri somatik

    Nyeri ini terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi

    oleh saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietal dan

    luka pada dinding perut.

    Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat

    nyeri dapat ditunjukkan secara tepat letaknya dengan jari, biasanya

    dekat dengan organ sumber nyeri.

    Proses nya :

    Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan,tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang.

    Gesekan antara visera yang meradang rangsangan

    peritoneum nyeri.

    Peradangannya + gesekan antara kedua peritoneum

    perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan

    nyeri kontralateral pada appendicitis akut. Setiap gerakan

    penderita, baik berupa gerak tubuh maupun gerak napas yang

    dalam atau batuk, juga akan menambah rasa nyeri.

    Letak nyeri perut :

    Nyeri visceral sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada

    masa embrional

    Nyeri somatik dekat dengan sumber nyeri.

    Sifat nyeri :

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    5/34

    Hilman Suhaili

    Nyeri alih

    Terjadi jika satu segmen persarafan melayani lebih dari satu

    daerah.

    Nyeri proyeksi

    Disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik akibat cedera atau

    peradangan saraf. Eg : nyeri fantom setelah amputasi, nyeri perifer

    setempat pada herpes zoster.

    Hiperestesia atau hiperalgesi

    Sering ditemukan pada kulit jika ada peradangan pada rongga di

    bawahnya. Eg : pada pasien peritonitis.

    Nyeri kontinu

    Nyeri yang dirasakan terus menerus.

    Nyeri kolik

    Merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga

    dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ

    tersebut. Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan

    dinding saluran.Yang khas adalah adanya TRIAS KOLIK : nyeri perut kumatan yang

    disertai Mual, Muntah, dan Gerakan paksa. Eg : obstruksi usus, batu

    ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer.

    Nyeri iskemik

    Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis.

    Nyeri pindah

    Kadang, nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Eg :pada apendisitis.

    ( Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, Wim de Jong, EGC )

    Stimulus yang dapat mencetuskan nyeri visceral yaitu :

    Iskemia terbentuknya produk metabolik akhir yang asam atau

    produk yang dihasilkan oleh jaringan degeneratif, sperti bradikinin,

    enzim proteolitik atau bahan lain yang merangsang ujung serabutnyeri.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    6/34

    Hilman Suhaili

    Stimulus kimia seringkali bahan2 yang rusak dari gastrointestinal

    masuk ke dalam rongga peritoneum rasanya nyeri yang sangat

    hebat

    Spasme viskus berongga terangsangnya ujung serabut nyerisecara mekanis, atau sapsme yang mungkin menyebabkan

    berkurangnya aliran darah ke otot, dibarengi dengan kebutuhan

    otot untuk proses metabolisme sehingga menimbulkan nyeri hebat.

    Eg pada kram

    Distensi berlebihan pada viskus berongga

    Teregangnya jaringan ikat yang mengelilingi organ viscera

    ( Fisiologi Guyton Hall )

    Letak nyeri perut

    a. Nyeri viseralPola nyeri khas dengan persarafan embrional organ yang terlibat yaitu :

    Asal organ Organ Lokasi nyeri

    usus depan(foregut)

    lambung, duodenum, sistemhepatobilier dan prankreas

    nyeri di ulu hati atauepigastrium

    usus tengah(midgut)

    jejenum sampai pertengahankolon transversum

    nyeri di sekitarumbilikus

    usus belakang(hindgut) pertengahan kolontransversum sampai kolon nyeri di perut bagianbawah

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    7/34

    Hilman Suhaili

    sigmoid

    retroperitonial ginjal, ureter punggung, lipat paha

    Pelvis Adneksa punggung, suprapubik

    R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah ed revisi.

    Jakarta: EGC

    2. Mengapa nyeri menjalar sampai bahu kanan ?hPersyarafan

    ( Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, Wim de Jong, EGC )

    Karena n. phrenicus mensarafi diafragma bgn sentral ,nervus menyilang

    sampai bahu kanan penjalaran sampai bahu kanan.

    Karena saraf C3-C5, menjalarnya ke punggung tengah, scapula baru kepuncak bahu kanan.

    Secara embriologi n. prhenicus berasal dari kanan.

    Rasa nyeri hebat dan kolik bilier

    Jika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu mengalami

    distensi kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba massa pada

    kuadran I yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke punggung dan

    bahu kanan sehingga menyebabkan rasa gelisah dan tidak menemukan

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    8/34

    Hilman Suhaili

    posisi yang nyaman. Nyeri akan dirasakan persisten (hilang timbul)

    terutama jika habis makan makanan berlemak yang disertai rasa mual dan

    ingin muntah dan pada pagi hari karena metabolisme di kandung empedu

    akan meningkat.

    Mekanisme nyeri dan kolik bilier Batu empedu Aliran empedu

    tersumbat (saluran duktus sistikus) Distensi kandung empedu

    Bagian fundus (atas) kandung empedu menyentuh bagian abdomen pada

    kartilago kosta IX dan X bagian kanan Merangsang ujung-ujung saraf

    sekitar untuk mengeluarkan bradikinin dan serotonin Impuls

    disampaikan ke serat saraf aferen simpatis Menghasilkan substansi P

    (di medula spinalis)Thalamus

    K orteks somatis sensori Bekerjasamadengan pormatio retikularis(untuk lokalisasi nyeri) Serat saraf eferen

    Hipotalamus Nyeri hebat pada kuadran kanan atas dan nyeri tekan

    daerah epigastrium terutama saat inspirasi dalam Penurunan

    pengembangan thorak Menjalar ke tulang belikat (sampai ke bahu kanan)

    Nyeri meningkat pada pagi hariKarena metabolisme meningkat di

    kandung empedu.

    3. Apa hubungan mengkonsumsi pil KB dengan keluhan ?4. Bagaimana hubungan kolesterol darah meningkat dengan penyakit

    diderita?

    5. Apa hubungan berat badan meningkat dengan keluhan ?Rasio wanita terhadap pria 3:1 70 th 2:1 karena esterogen endogen

    yang menghambat konversi enzimatik dari kolesterol menjadi asam empedusehingga menambah saturasi kolesterol dari cairan empedu.

    Kehamilan menambah resiko batu empedu.

    Progesterone menyebabkan gangguan pengosongan VF dan bersama

    esterogen meningkatkan litogenitas cairan empedu pada kehamilan.

    Estrogen endogen menghambat konversi ensimatik dr kolesterol mjd

    as.empedu

    supersaturasi kolesterol

    tdk dapat ditrasport oleh micell vesikel2kolesterol tertinggal beragregasi membentuk intikristal

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    9/34

    Hilman Suhaili

    gangguan difusi dan inkorporasi kolesterol sel mukosa kandung empedu

    meningkat dan gangguan disfungsi VF kontraksi VF terganggu

    stasis empedu musin terakumulasi(protein yang berperan dlm nukleasi

    kolesterol) lamanya cairan empedu tertampung dalam VF musin

    smakin kentalviskositas tinggigangguan pengosongan VF

    Sumber : ILMU PENYAKIT HATI

    Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkenakolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon

    esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh

    kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga

    meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan

    terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandungempedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.http://www.scribd.com/doc/26152642/makalah-kolelitiasis

    o Pada sistem hati dan kandung empedu.Estrogen akan menyebabkanperubahan pada hasil tes faal hati. Beberapa penelitianmenunjukkan bahwa pemakaian estrogen akan meningkatkan insidenradang kandung empedu dan pembentukan batu empedu. Efek inididuga diakibatkan oleh lambatnya pengosongan kandung

    empedu(hypotoni pada otot dinding kandung empedu), meningkatnyakadar kolesterol, dan menurunnya kadar asam empedu di dalamcairan empedu.

    o Pada metabolisme lemak. Perubahan metabolisme lemak padapemakai pil KB disebabkan oleh estrogen dan progesteron, yangmasing-masing mempunyai efek berbeda. Estrogen bersifatkardioprotektif (melindungi jantung) dan anti-aterogenik (antipembentukan lemak), sedangkan progestron bersifat anti-estrogen.

    Pemakaian estogen tunggal antara lain pada hati, estrogenmeningkatkan reseptor lipoprotein, akan menurunkan aktivitasenzim liporotein lipase, meningkatkan kadar kolesterol HDL(kolesterol baik), dan menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesteroljahat). Efek progesteron justru berbanding terbalik dengan efekestrogen tersebut, dan efek ini tergantung pada potensi androgen-

    nya. Makin kuat potensi androgen-nya, makin besar efek buruknyapada metabolisme lemak.

    o Timbunan lemak itu memicu pembuatan hormon, terutama estrogen.

    Normalnya, pada usia reproduksi calon hormon estrogen ini berasaldari ovarium. Selain sebagai penghasil gamet atau ova, ovarium juga

    http://www.scribd.com/doc/26152642/makalah-kolelitiasishttp://www.scribd.com/doc/26152642/makalah-kolelitiasishttp://www.scribd.com/doc/26152642/makalah-kolelitiasis
  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    10/34

    Hilman Suhaili

    berperan sebagai organ endokrin karena menghasilkan hormonestrogen dan progesteron. Hanya saja, pada perempuan obesitas,estrogen ini tidak hanya berasal dari ovarium tapi juga dari lemakyang berada di bawah kulit.Lemak bawah kulit itu berisi kolesterol,

    dan lemak yang merupakan prekursor dari estrogen. Maksudnya,estrogen yang berasal dari luar ovarium cukup banyak dibuat.Padahal dari dalam ovarium sendiri belum banyak estrogen yangterbentuk.Hal ini lalu menyebabkan keluarnya luitenizing hormone (LH)sebelum waktunya.LH yang keluar terlalu cepat akan merangsangkeluarnya hormon progesteron dan androgen. Pada siklus normal,hal ini tidak terlalu masalah, karena hormon androgen akan diubahmenjadi estradiol.Pada perempuan obesitas, androgen yang keluar

    terlalu cepat tidak akan diubah menjadi estradiol karena hormonandrogen yang keluar itu yang tidak berikatan.http://bidanriana.dagdigdug.com/tag/adaptasi-fisiologi/

    http://bidanriana.dagdigdug.com/tag/adaptasi-fisiologi/http://bidanriana.dagdigdug.com/tag/adaptasi-fisiologi/http://bidanriana.dagdigdug.com/tag/adaptasi-fisiologi/
  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    11/34

    Hilman Suhaili

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    12/34

    Hilman Suhaili

    Metabolisme Kolesterol

    Kolesterol diserap dari usus dan digabung ke dalam kilomikron yang dibentuk di

    dalam mukosa. Setelah kilomikron melepaskan Trigliseridanya di dalam jaringan

    adiposus, maka sisa kilomikron membawa kolesterol ke dalam hati. Hati dan jaringan lain

    juga mensintesis kolesterol. Sejumlah kolesterol di dalam hati di ekskresikan di dalam

    empedu, keduanya dalam bentuk bebas dan sebagai asam empedu. Sejumlah kolesterol

    empedu diserap kembali dari usus. Kebanyakan kolesterol di dalam hati digabung ke dalam

    VLDL dan semuanya bersirkulasi di dalam komplek lipoprotein. Umpan balik kolesterol

    menghambat sintesisnya sendiri dengan menghambat hidroksi- metilglutaril - KoA

    reduktase, enzim yang mengubah -hidroksi--metilglutaril-KoA ke asam

    mevalonat sehingga bila masukan kolesterol diet tinggi, maka sintesis kolesterol hati

    menurun serta sebaliknya tapi kompensasi umpan balik tidak lengkap, karena diet yang

    rendah dalam kolesterol dan lemak jenuh menyebabkan penurunan dalam kolesterol

    darah yang bersirkulasi (William F.Ganong, 1995).

    6. Mekanisme Transport Kolesterol Dalam Tubuh

    Lemak dalam tubuh diangkut dari satu tempat ke tempat lain karena lemak

    bersifat tidak larut dalam air, maka untuk mengangkut lemak tersebut diperlukan suatu

    alat pengangkut Apo-Protein yaitu suatu jenis protein. Apoprotein dengan lemak yang

    diangkutnya membentuk suatu ikatan yang disebut lipoprotein.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    13/34

    Hilman Suhaili

    6. Mengapa pemeriksaan murphys sign positif ?Jawaban :

    Murphy sign adalah suatu metode pemeriksaan fisik yang di lakukan

    pada pasien yang di duga menderita kolesistitis(peradangan yang

    terjadi pada kandung empedu). Teknik pemeriksaan yang di lakukan

    ialah dengan menekan bagian perpotongan tepi lateral dari m.rectus

    abdominus dengan pertengahan arcus costa sinistra terbawah

    dengan menggunakan ibu jari. Apabila terjadi kasus peradangan

    kandung emepedu, tekanan tersebut akan menimbulkan nyeri yangsangat spesifik seperti nyeri central, dan pasien akan merasakan

    rasa sakit .

    7. Mengapa pada pasien didapatkan suhu yang meningkat ?Mekanisme Demam

    Demam atau febris merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatansuhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh normal.

    Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebihdikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit

    terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Prosesperadangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuhterhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses

    peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuhkita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu

    zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MOtersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkantentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosituntuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal

    sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi.Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotelhipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asamarakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asamarakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran

    prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzimsiklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    14/34

    Hilman Suhaili

    termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan

    titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokanini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh

    sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil.Adanya proses mengigil ( pergerakan otot rangka) ini ditujukan untukmenghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah demam. (Ref :Fisiologi Sheerwood)

    . Patofisiologi Demam

    Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada

    peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai

    peningkatan set point. (Julia, 2000)

    Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadapinfeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asingmasuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannyapirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh

    (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh

    mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada

    tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamuspirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan

    produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh

    dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjarkeringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan

    pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsangaktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing

    tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperandalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)

    Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke

    nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen

    atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhubaru.Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan

    kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999)

    Etiologi

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    15/34

    Hilman Suhaili

    1. Penyebab Infeksi

    v Parasit v Bakteri v Virus v Jamur v dll

    1. Penyebab Non Infeksi

    v Neoplasma v Nekrosis Jaringan v Kelainan Kolagen Vaskular v Emboli Paru / Trombosis

    vena dalam v Obat , metabolism, dll

    Demam = Fever

    Demam atau pireksia merupakan keadaan dimana suhu tubuh di atas normal sebagaiakibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi olehInterleukin-1 (IL-1). Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam merupakankeseimbangan antara produksi dan pelepasan panas.

    Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak teratur, disebabkan

    ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan panas. Interleukin-1 pada keadaanini tidak terlibat, oleh karena itu pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalamkeadaan normal.

    Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis pirogen yaitupirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh danberkemampuan untuk merangsang interleukin-1 , sedangkan pirogen endogen berasal dari

    dalam tubuh dan mempunyai kemampuan untuk merangsang demam dengan mempengaruhipusat pengaturan suhu di hipotalamus. Interleukin-1, Tumor Necrosis Factor(TNF), danInterferon(INF) adalah pirogen endogen.

    Pirogen eksogen akan merangsang demam dalam 2 jam setelah terpapar. Umumnya,pirogen berinteraksi dengan sel fagosit, makrofag atau monosit, untuk merangsang

    sintesis IL-1. Mekanisme lain yang mungkin berperan sebagai pirogen eksogen (misalnya

    endotoksin) bekerja secara langsung pada hipotalamus untuk mengubah pengatur suhu.Radiasi, racun DDT, dan racun kalajengking dapat pula menghasilkan demam dengan efeklangsung pada hipotalamus.

    Beberapa contoh pirogen mikrobial, antara lain; bakteri gram negatif dan positif, virus,jamur. Sedangkan contoh pirogen non-mikrobial, antara lain; fagositosis, kompleks

    antigen-antibodi, steroid, sistem monosit-makrofag, Interleukin-1 (IL-1), TumorNecrosis Factor(TNF), limfosit yang teraktifasi, interferon(INF), Interleukin-2 (IL-2), dan Granulocyte-Macrophage Coloby-Stimulating Factor(GM-CSF).

    Daerah spesifik dari IL-1 preoptik dan hipotalamus anterior, yang mengandung

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    16/34

    Hilman Suhaili

    sekelompok saraf termosensitif yang berlokasi di dinding rostral ventrikel III, disebut

    juga sebagai korpus kalosum lamina terminalis (OVTL) yaitu batas antara sirkulasi danotak. Saraf termosensitif ini terpengaruh oleh daerah yang dialiri darah dan masukan

    dari reseptor kulit dan otot. Saraf yang sensitif terhadap hangat terpengaruh danmeningkat dengan penghangatan atau penurunan dingin, sedang saraf sensitif terhadapdingin meningkat dengan pendinginan atau penurunan dengan penghangatan. Telahdibuktikan bahwa IL-1 menghambat saraf sensitif terhadap hangat dan merangsangcold-sensitive neurons. Korpus kalosum lamina terminalis mungkin merupakan sumberprostaglandin. Selama demam, IL-1 masuk kedalam ruang perivaskular OVLT melalui

    jendela kapiler untuk merangsang sel memproduksi PGE-2, secara difusi masuk kedalampreoptik/region hipotalamus untuk menyebabkan demam atau bereaksi pada serabut

    saraf dalam OVLT. Prostaglandin E2 memainkan peran penting sebagai mediator,terbukti dengan adanya hubungan erat antara demam, IL-1, dan peningkatan kadar PGE2

    di otak. Penyuntikan PGE2 dalam jumlah kecil kedalam hipotalamus binatang

    memproduksi demam beberapa menit, lebih cepat daripada demam yang diinduksi olehIL-1.

    Hasil akhir mekanisme kompleks ini adalah peningkatan thermostatic set-pointyang akanmember isyarat serabut saraf eferen, terutama serabut simpatis untuk memulaimenahan panas (vasokontriksi) dan produksi panas (menggigil). Keadaan ini dibantu

    dengan tingkahlaku manusia yang bertujuan menaikkan suhu tubuh, seperti mencaridaerah hangat atau menutup tubuh dengan selimut. Hasil peningkatan suhu melanjut

    sampai suhu tubuh mencapai peningkatan set-point. Kation Na+, Ca2+, dan cAMP berperan

    dalam mengatur suhu tubuh, meski mekanisme pastinya belum begitu jelas. Peningkatanset-point kembali normal apabila terjadi penurunan konsentrasi IL-1 atau pemberianantipiretik yang menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin E2 diketahuimempengaruhi secara negative-feed back dalam pelepasan IL-1, sehingga mengakhiri

    mekanisme ini yang awalnya diinduksi demam. Sebagai tambahan, vasopressin (AVP)beraksi dalam susunan saraf pusat untuk mengurangi pyrogen induced fevers.Kembalinya suhu menjadi normal diawali oleh vasodilatasi dan berkeringat melalui

    peningkatan aliran darah kulit yang dikendalikan serabut simpatis.

    Fisiologi Demam (Bagaimana Demam Terjadi)

    Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri,parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun,

    atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh,berbagai jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan zat penyebab demam (pirogenendogen) yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior,

    yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama

    demam, hipotalamus cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarangsekali melebihi 41 derajat selsius.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    17/34

    Hilman Suhaili

    Demam

    Demam adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal.Demam adalah istilah umum, dan beberapa istilah lain yang sering digunakan adalahpireksia atau febris. Apabila suhu tubuh sangat tinggi (mencapai sekitar 40C), demamdisebut hipertermi.

    Demam dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhipusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat

    pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapatberupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepasoleh bakteri toksik atau pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat

    menyebabkan demam selama keadaan sakit.

    Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Padamekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah,

    makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnyamencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairantubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ketikasampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperaturetubuh dalam waktu 8 10 menit. Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan

    prostaglandin, terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang

    selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.

    Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fasedemam, meliputi fase awal, proses, dan fase pemulihan (defesvescence). Tanda-tanda inimuncul sebagai hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme pengaturan suhutubuh.

    Fase-fase Terjadinya Demam

    Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil)

    Peningkatan denyut jantung

    Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan

    Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

    Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi

    Merasakan sensasi dingin

    Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi

    http://nursingbegin.com/gangguan-pengaturan-suhu-tubuh/http://nursingbegin.com/gangguan-pengaturan-suhu-tubuh/http://nursingbegin.com/gangguan-pengaturan-suhu-tubuh/
  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    18/34

    Hilman Suhaili

    Rambut kulit berdiri

    Pengeluaran keringat berlebihan

    Peningkatan suhu tubuh

    Fase II: proses demam

    Proses menggigil lenyap

    Kulit terasa hangat / panas

    Merasa tidak panas atau dingin

    Peningkatan nadi dan laju pernafasan

    Peningkatan rasa haus

    Dehidrasi ringan hingga berat

    Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf

    Lesi mulut herpetik

    Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang )

    Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein

    Fase III: pemulihan

    Kulit tampak merah dan hangat

    Berkeringat

    Menggigil ringan

    Kemungkinan mengalami dehidrasi

    Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia bermanfaatsebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan interleukin-1 yang akanmengaktifkan sel T. suhu tinggi ( demam ) juga berfungsi meningkatkan keaktifan (kerja ) sel T dan B terhadap organisme pathogen. Namun konsekuensi demam secaraumum timbul segera setelah pembangkitan demam (peningkatan suhu). Perubahananatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi berupa gangguankeseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa

    metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan kejang.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    19/34

    Hilman Suhaili

    8. Pemeriksaan lain apa yang dilakukan selain murphys sign ?Pemeriksaan Penunjang

    a.Pemeriksaan Laboratorium

    Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan

    pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut dapat terjadi

    leukositosis, biasanya akan diikuti kenaikan ringan bilirubin serum akibat

    penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang yang tinggimungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledokus. Kadar fosfatase alkali

    serum dan mungkin kadar amylase serum biasanya meningkat sedang setiap kali

    terjadi serangan akut.

    b. Pemeriksaan Radiologis

    Foto polos abdomen

    Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena

    hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang

    kandung empedu yang mengandung empedu berkalsium tinggi dapat dilihat dengan

    foto polos abdomen. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang

    membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan

    lunak dikuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar,

    flexura hepatica.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    20/34

    Hilman Suhaili

    Gb 2. Foto Rongent pada kolelitiasis

    Ultrasonografi

    Pemeriksaan ini merupakan metode noninvasif yang sangat bermanfaat dan

    merupakan pilihan pertama untuk mendeteksi kolelitiasis dengan nilai

    sensitifitas dan spesifisitas lebih dari 95%.

    Ultrasonografi dapat memberikan informasi yang cukup lengkap mengenai :

    Memastikan adanya batu empedu

    Menunjukkan berapa batu empedu yang ada dan juga ukurannya.

    Melihat lokasi dari batu empedu tesebut. Apakah di dalam kandung

    empedu atau di

    dalam duktus.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    21/34

    Hilman Suhaili

    Ada 2 jenis pemeriksaan menggunakan ultrasonografi, yaitu :

    Ultrasonografi transabdominal

    Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa nyeri, murah dan tidak

    membahayakan pasien. Hampir sekitar 97% batu empedu dapat didiagnosis

    dengan ultrasonografi transabdominal, namun kurang baik dalam

    mengidentifikasi batu empedu yang berlokasi di dalam duktus dan hanya

    dapat mengidentifikasi batu empedu dengan ukuran lebih besar dari 45

    mm.

    Ultrasonografi endoskopi

    Ultrasonografi endoskopik dapat memberikan gambaran yang lebih baik

    daripada ultrasonografi transabdominal. Karena sifatnya yang lebih invasif

    dan juga dapat mendeteksi batu empedu yang berlokasi di duktus biliaris

    lebih baik. Kekurangannya adalah mahal dari segi biaya dan banyak

    menimbulkan risiko bagi pasien.

    Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi

    untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu

    intrahepatik maupun ekstrahepatik. Juga dapat dilihat dinding kandung

    empedu yang menebal karena fibrosis atau udem karena peradangan maupun

    sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledokus distal kadang sulit

    dideteksi, karena terhalang udara didalam usus. Dengan ultrasonografi

    punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang gangren lebih

    jelas daripada dengan palpasi biasa.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    22/34

    Hilman Suhaili

    Gb 3. Hasil USG menunjukan adanya batu pada kandung empedu

    Kolesistografi

    Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena

    relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen

    sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal

    pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubin serum diatas2 mg/dl,

    obstruksi pylorus, dan hepatitis karena pada keaadaan tersebut kontras tidak

    dapat mencapai hati. Penilaian kolesistografi oral lebih bermakna pada penilaianfungsi kandung empedu.

    Gb 4. Hasil Kolesistografi

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    23/34

    Hilman Suhaili

    CT scan

    Menunjukan batu empedu dan dilatasi saluran empedu.

    Gb 5. CT-Scan abdomen atas menunjukkan batu empedu multiple

    ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)

    Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus,

    kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini

    memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus

    koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk

    membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan

    ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki

    gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah

    diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    24/34

    Hilman Suhaili

    Gb 6. ERCP menunjukkan batu empedu di duktus ekstrahepatik (panah pendek) dan di

    duktus intrahepatik (panah panjang)

    Magnetic Resonance Cholangio-pancreatography (MRCP)

    Magnetic resonance cholangio-pancreatography atau MRCP adalah modifikasi

    dari Magnetic Resonance Imaging (MRI), yang memungkinkan untuk

    mengamati duktus biliaris dan duktus pankreatikus. MRCP dapat mendeteksi

    batu empedu di duktus biliaris dan juga bila terdapat obstruksi duktus.

    Gb 7. Hasil MRCP

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    25/34

    Hilman Suhaili

    9. DD ?1. Defenisi

    Batu empedu atau gallstones adalah timbunan kristal di dalam kandung

    empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung

    empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut

    koledokolitiasis (Lesmana dkk,divisi hepatology FKUI 2009).1

    Kejadian batu empedu di negara negara industri antara 10 15 %. Di

    Amerika Serikat, insiden kolelitiasis diperkirakan 20 juta orang, dengan 70%diantaranya didominasi oleh batu kolesterol dan 30% sisanya terdiri dari batu

    pigmen dan komposisi yang bervariasi ( menurut Healthy Lifestyle Desember

    2008). Sedangkan penelitian di Jakarta pada 51 pasien pasien didapatkan batu

    pigmen pada 73% pasien dan batu kolesterol pada 27% pasien ( menurut divisi

    Hepatology,Departemen IPD, FKUI/RSCM Jakarta, Mei 2009 ). Prevalensi

    tergantung usia, jenis kelamin, dan etnis. Kasus batu empedu lebih umumditemukan pada wanita. Faktor risiko batu empedu memang dikenal dengan

    singkatan 4-F, yakni Fatty (gemuk), Fourty ( 40th), Fertile (subur), dan Female

    (wanita). Wanita lebih berisiko mengalami batu empedu karena pengaruh hormon

    estrogen. Meski wanita dan usia 40th tercatat sebagai faktor risiko batu

    empedu, itu tidak berarti bahwa wanita di bawah 40th dan pria tidak mungkin

    terkena. Penderita diabetes mellitus ( DM ), baik wanita maupun pria, berisikomengalami komplikasi batu empedu akibat kolesterol tinggi. Bahkan, anak anak

    pun bisa mengalaminya, terutama anak dengan penyakit kolesterol herediter.2,3

    Menurut gambaran makroskopik dan komposisi kimianya, batu empedu

    dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori mayor, yaitu : 1. Batu kolesterol

    dimana komposisi kolesterol melebihi 70%, 2. Batu pigmen coklat atau batu

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    26/34

    Hilman Suhaili

    calcium bilirubinate yang mengandung Ca-bilirubinate sebagai komponen utama,

    dan 3. Batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak terekstraksi.1

    Ada tiga faktor penting yang berperan dalam patogenesis batu kolesterol :1. Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu, 2. Percepatan terjadinya

    kristalisasi kolesterol dan 3. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus.

    Sedangkan patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis

    empedu, malnutrisi, dan faktor diet. Kelebihan aktivitas -glucuronidase bakteri

    dan manusia (endogen) memegang peran kunci dalam patogenesis batu pigmen

    pada pasien di negara timur.1

    Walaupun batu dapat terjadi dimana saja dalam saluran empedu, namun

    batu kandung empedu ialah yang tersering didapat. Bila batu empedu ini tetap

    saja tinggal di dalam kandung empedu, maka biasanya tidak menimbulkan gejala

    apapun. Gejala gejala biasanya timbul bila batu ini keluar menuju duodenum

    melalui saluran empedu, karena dapat menyebabkan kolik empedu akibat iritasi,

    hidrops, atau empiema akibat obstruksi duktus cysticus. Bila obstruksi terjadi

    pada duktus koledokus maka dapat terjadi kolangitis ascendens, ikterus, dan

    kadang kadang sirosis bilier.4,5

    Jika batu empedu tidak menimbulkan gejala biasanya pasien tidak

    memerlukan pengobatan. Meski demikian, banyak juga kasus batu empedu yang

    membutuhkan tindakan operasi yang disebut cholecystectomy.

    Saat ini operasisudah biasa dilakukan dengan laparoskopi atau bedah minimal. Karena hanya

    dengan sayatan kecil, proses pemulihannya pun lebih cepat. Bedah minimal juga

    hanya menimbulkan sedikit nyeri dan kalaupun terjadi komplikasi hanya ringan

    saja, tidak seperti bedah terbuka. Ada pula kasus yang mengharuskan kantong

    empedu diangkat. Walaupun organ ini sudah dibuang, seseorang bisa saja

    melanjutkan kehidupannya dengan normal dan tetap produktif karena sebetulnya

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    27/34

    Hilman Suhaili

    kantong empedu hanya berfungsi sebagai tempat penampungan. Setelah

    menjalani pengangkatan kantong empedu, pasien sebaiknya memperhatikan pola

    makan yaitu dengan membatasi asupan makanan berlemak atau berminyak.6

    Patogenesis

    Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang

    pada saluran empedu lainnya dan diklasifikasikan berdasarkan bahan

    pembentuknya. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna,

    akan tetapi, faktor predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan

    metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu

    dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan empedu mungkin merupakan yang

    paling penting pada pembentukan batu empedu, karena terjadi pengendapan

    kolesterol dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat

    meningkatkan supersaturasi progesif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan

    unsur tersebut. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian

    dalam pembentukan batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan

    pembentukan mukus.1,8

    Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada

    kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan

    batu empedu. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan pengendapan kolesterol

    adalah : terlalu banyak absorbsi air dari empedu, terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari empedu, dan terlalu banyak sekresi kolesterol

    dalam empedu. Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah

    lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol sebagai salah

    satu produk metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang

    mendapat diet tinggi lemak dalam waktu beberapa tahun, akan mudah mengalami

    perkembangan batu empedu.6

    Batu kandung empedu dapat berpindah kedalam

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    28/34

    Hilman Suhaili

    duktus koledokus melalui duktus sistikus. Didalam perjalanannya melalui duktus

    sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran empedu secara

    parsial atau komplet sehingga menimbulkan gejala kolik empedu. Kalau batu

    terhenti di dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau

    tertahan oleh striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus

    sistikus.1,7,8

    2.4 Patofisiologi

    a. Batu Kolesterol

    Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol bertanggung jawab bagi

    lebih dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar empedu ini

    merupakan batu kolesterol campuran yang mengandung paling sedikit 75 %

    kolesterol berdasarkan berat serta dalam variasi jumlah fosfolipid, pigmen

    empedu, senyawa organik dan inorganik lain. 7

    Menurut Meyers & Jones, 1990 Proses fisik pembentukan batu kolesterol

    terjadi dalam empat tahap:

    Supersaturasi empedu dengan kolesterol.

    Pembentukan nidus.

    Kristalisasi/presipitasi.

    Pertumbuhan batu oleh agregasi/presipitasi lamelar kolesterol dan

    senyawa lain yang membentuk matriks batu.

    b. Batu Kalsium bilirubinat (pigmen coklat)

    Disebut juga batu lumpur atau batu pigmen, sering ditemukan berbentuk tidak

    teratur, kecil-kecil, dapat berjumlah banyak. Umumnya batu pigmen coklat ini

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    29/34

    Hilman Suhaili

    terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi. Batu pigmen coklat

    biasanya ditemukan dengan ukuran diameter kurang dari 1 cm, berwarna coklat

    kekuningan, lembut dan sering dijumpai di daerah Asia. Batu ini terbentuk akibat

    faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan karena

    disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan parasit. Pada infeksi

    empedu, kelebihan aktivitas -glucuronidase bakteri dan manusia (endogen)

    memegang peran kunci dalam patogenesis batu pigmen pada pasien di negara

    timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim tersebut akan membentuk bilirubin tak

    terkonjugasi yang akan mengendap sebagai calcium bilirubinate. Enzim -

    glucuronidase bakteri berasal dari kuman E. coli dan kuman lainnya di saluran

    empedu. Enzim ini dapat dihambat oleh glucarolactone yang konsentrasinya

    meningkat pada pasien dengan diet rendah protein dan rendah lemak.1

    c. Batu pigmen hitam

    Batu tipe ini banyak dijumpai pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis

    hati. Batu pigmen ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin.Patogenesis terbentuknya batu pigmen ini belum jelas. Umumnya batu pigmen

    hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril. Batu empedu

    jenis ini umumnya berukuran kecil, hitam dengan permukaan yang kasar. Biasanya

    batu pigmen ini mengandung kurang dari 10% kolesterol.10

    2.5 Manifestasi klinis

    2.5.1. Batu Kandung Empedu (Kolesistolitiasis)

    Asimtomatik

    Batu yang terdapat dalam kandung empedu sering tidak memberikan

    gejala (asimtomatik). Dapat memberikan gejala nyeri akut akibat kolesistitis,

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    30/34

    Hilman Suhaili

    nyeri bilier, nyeri abdomen kronik berulang ataupun dyspepsia atau mual. Studi

    perjalanan penyakit sampai 50 % dari semua pasien dengan batu kandung

    empedu, tanpa mempertimbangkan jenisnya, adalah asimtomatik. Kurang dari 25

    % dari pasien yang benar-benar mempunyai batu empedu asimtomatik akan

    merasakan gejalanya yang membutuhkan intervensi setelah periode waktu 5

    tahun. Tidak ada data yang merekomendasikan kolesistektomi rutin dalam semua

    pasien dengan batu empedu asimtomatik.4

    Simtomatik

    Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan

    atas. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit,

    dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Kolik biliaris, nyeri post

    prandial kuadran kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh makanan berlemak,

    terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan

    kemudian pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris. Mual

    dan muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris.1,7

    Pasien dengan komplikasi batu empedu

    Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang paling

    umum dan sering meyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya diantara wanita

    usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitan

    dengan obstruksi duktus sistikus atau dalam infundibulum. Gambaran tipikal dari

    kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam dan konstan, baik

    berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa tidak nyaman di

    daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat inspirasi atau dengan

    pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung skapula. Keluhan ini

    dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu makan, yang dapat berlangsung

    berhari-hari. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tanda toksemia, nyeri tekan pada

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    31/34

    Hilman Suhaili

    kanan atas abdomen dan tanda klasik Murphy sign (pasien berhenti bernafas

    sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang dapat dipalpasi ditemukan hanya

    dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan mengalami kolesistektomi

    terbuka atau laparoskopik.4

    2.5.2. Batu Saluran Empedu (Koledokolitiasis)

    Pada batu duktus koledokus, riwayat nyeri atau kolik di epigastrium dan

    perut kanan atas disertai tanda sepsis, seperti demam dan menggigil bila terjadi

    kolangitis. Apabila timbul serangan kolangitis yang umumnya disertai obstruksi,

    akan ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan beratnya kolangitis tersebut.

    Kolangitis akut yang ringan sampai sedang biasanya kolangitis bakterial non

    piogenik yang ditandai dengan trias Charcot yaitu demam dan menggigil, nyeri

    didaerah hati, dan ikterus. Apabila terjadi kolangiolitis, biasanya berupa

    kolangitis piogenik intrahepatik, akan timbul 5 gejala pentade Reynold, berupa

    tiga gejala trias Charcot, ditambah syok, dan kekacauan mental atau penurunan

    kesadaran sampai koma3.

    Koledokolitiasis sering menimbulkan masalah yang sangat serius karena

    komplikasi mekanik dan infeksi yang mungkin mengancam nyawa. Batu duktus

    koledokus disertai dengan bakterobilia dalam 75% persen pasien serta dengan

    adanya obstruksi saluran empedu, dapat timbul kolangitis akut. Episode parah

    kolangitis akut dapat menyebabkan abses hati. Migrasi batu empedu kecil melalui

    ampula vateri sewaktu ada saluran umum diantara duktus koledokus distal dan

    duktus pankreatikus dapat menyebabkan pankreatitis batu empedu.

    Tersangkutnya batu empedu dalam ampula akan menyebabkan ikterus

    obstruktif.

    7

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    32/34

    Hilman Suhaili

    Penatalaksanaan 7,9,10

    2.7.1 Konservatif

    a). Lisis batu dengan obat-obatan

    Sebagian besar pasien dengan batu empedu asimtomatik tidak akan

    mengalami keluhan dan jumlah, besar, dan komposisi batu tidak berhubungan

    dengan timbulnya keluhan selama pemantauan. Kalaupun nanti timbul keluhan

    umumnya ringan sehingga penanganan dapat elektif. Terapi disolusi dengan asam

    ursodeoksilat untuk melarutkan batu empedu kolesterol dibutuhkan waktu

    pemberian obat 6-12 bulan dan diperlukan monitoring hingga dicapai disolusi.

    Terapi efektif pada ukuran batu kecil dari 1 cm dengan angka kekambuhan 50 %

    dalam 5 tahun1.

    b). Disolusi kontak

    Metode ini didasarkan pada prinsip PTC dan instilasi langsung pelarut

    kolesterol ke kandung empedu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah

    angka kekambuhan yang tinggi2.

    c). Litotripsi (Extarcorvoral Shock Wave Lithotripsy =ESWL)

    Litotripsi gelombang elektrosyok meskipun sangat populer beberapa tahun

    yang lalu, analisis biaya-manfaat pada saat ini hanya terbatas untuk pasien yang

    benar-benar telah dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini. Efektifitas ESWL

    memerlukan terapi adjuvant asam ursodeoksilat10.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    33/34

    Hilman Suhaili

    2.7.2 Penanganan operatif

    a). Open kolesistektomi

    Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu

    empedu simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik

    biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang

    terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan infeksi. Data baru-baru ini

    menunjukkan mortalitas pada pasien yang menjalani kolesistektomi terbuka pada

    tahun 1989, angka kematian secara keseluruhan 0,17 %, pada pasien kurang dari

    65 tahun angka kematian 0,03 % sedangkan pada penderita diatas 65 tahun

    angka kematian mencapai 0,5 %4.

    b). Kolesistektomi laparoskopik

    Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal,

    pemulihan lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik, menyingkatkan perawatan di

    rumah sakit dan biaya yang lebih murah. Indikasi tersering adalah nyeri bilier

    yang berulang. Kontra indikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka yaitu

    tidak dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak

    dapat dikoreksi. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan, pankreatitis, bocor

    stump duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. Resiko trauma duktus biliaris

    sering dibicarakan, namun umumnya berkisar antara 0,51%. Dengan

    menggunakan teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat

    nyeri, kembali menjalankan aktifitas normal dalam 10 hari, cepat bekerja

    kembali, dan semua otot abdomen utuh sehingga dapat digunakan untuk aktifitas

    olahraga.16

    c). Kolesistektomi minilaparatomi.

  • 7/30/2019 LBM 4 MODUL Enterohepatik1.docx

    34/34

    Hilman Suhaili

    Modifikasi dari tindakan kolesistektomi terbuka dengan insisi lebih kecil

    dengan efek nyeri pasca operasi lebih rendah.

    10. Komplikasi dari skenario ?Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:

    a. Asimtomatik

    b. Obstruksi duktus sistikus

    c. Kolik bilier

    d. Kolesistitis akut

    Empiema

    Perikolesistitis

    Perforasi

    e. Kolesistitis kronis

    Hidrop kandung empedu

    Empiema kandung empedu

    Fistel kolesistoenterik

    Ileus batu empedu (gallstone ileus)