Upload
sheila-dian-pradipta
View
43
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan tutorial, entah punya sapa
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada perawatan saluran akar, setelah jaringan pulpa di keluarkan akan terdapat
luka yang kemudian dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi.
Luka ini tidak akan tertutup epitelium, seperti luka pada bagian tubuh lain karena itu
mudah terkena infeksi ulang. Untuk mencegah penetrasi mikroorganisme dan toksin
dari luar melalui ruang pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup dibagian koronal dan
apikal, hal ini untuk mencegah infeksi dan juga untuk memblokir lubang masuk ke
periapikal bagi organisme. Selain itu untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa
oleh mikroorganisme dari rongga mulut. Seluruh ruang pulpa harus diisi, jadi
memblokir tubula dentin dan saluran asesoriPerawatan saluran akar mempunyai
berbagai tahapan yang kompleks. Keberhasilan dari perawatan saluran akar
tergantung pada keahlian operator dan ditunjang dengan pengetahuan yang benar
tentang tahapan-tahapan perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar ini
mempunyai fungsi mempertahankan gigi yang telah terinflamasi maupun yang telah
mati supaya tetap berada pada lengkung rahang, tentunya dengan berbagai
pertimbangan. Dewasa ini ada kecenderungan berbagai pihak yang terlalu
menyederhanakan cara perawatan saluran akar, sehingga cenderung merugikan
pasien. Oleh karena itu pembelajaran perawatan saluran akar penting dilakukan untuk
mengetahui tahap yang benar dalam perawatan saluran akar supaya tidak tejadi
kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang diagnose yang ada di scenario
2. perawatan yang dilakukan untuk kasus di skenario
3. Tahapan Perawatan Saluran Akar
4. jelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi perawatan
1.3 Tujuan
1. mengetahui diagnose yang ada di scenario
2. mampu mengetahui tentang perawatan yang dilakukan pada kasus tersebut
3. Mengetahui prinsip perawatan saluran akar
4. Mengetahui tahapan perawatan saluran akar
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada perawatan saluran akar, setelah jaringan pulpa di keluarkan akan terdapat luka
yang kemudian dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi. Luka
ini tidak akan tertutup epitelium, seperti luka pada bagian tubuh lain karena itu mudah
terkena infeksi ulang. Untuk mencegah penetrasi mikroorganisme dan toksin dari luar
melalui ruang pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup dibagian koronal dan apikal, hal
ini untuk mencegah infeksi dan juga untuk memblokir lubang masuk ke periapikal
bagi organisme. Selain itu untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa oleh
mikroorganisme dari rongga mulut. Seluruh ruang pulpa harus diisi, jadi memblokir
tubula dentin dan saluran asesori (Harty, 1992).
Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan
mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Tahap perawatan saluran akar antara
lain : preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan
(biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar. Keberhasilan perawatan saluran
ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik, terutama pada
bagian sepertiga apikal. Tindakan preparasi yang kurang bersih akan mengalami
kegagalan perawatan, bahkan kegagalan perawatan 60% diakibatkan pengisian yang
kurang baik. Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-
organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi
mikroorganisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa
melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan menciptakan
lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan. Hasil pengisian
saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik preparasi dan teknik
pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi
saluran akar. Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk
mengisi ruangan antara bahan pengisi (semi solid atau solid) dengan dinding saluran
akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak teratur (Walton & Torabinejad,
1996).
Setelah dilakukan pembersihan, perbaikan bentuk dan desinfeksi, saluran akar
akan diisi. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan
pengisian saluran akar yaitu gigi bebas dari rasa sakit, saluran akar bersih dan kering,
tidak terdapat nanah, tidak terdapat bau busuk (Tarigan, 1994).
Sebelum pengisian saluran akar, dilakukan preparasi saluran akar. Preparasi saluran
2
akar biomekanikal dalam perawatan endodonti bertujuan untuk membersihkan dan
membentuk saluran dalam mempersiapkan pengisian yang hermetis dengan bahan dan
teknik pengisian yang sesuai. Bila preparasi saluran akar tidak dilakukan, maka
perawatan endodontik akan gagal. Oleh karena itu, preparasi saluran akar
biomekanikal harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan bentuk saluran akar
(Harty,1992). Dengan adanya bentuk gigi yang berbeda, anatomi rongga pulpa dari
setiap gigi juga tidak sama, sehingga teknik preparasi saluran akar pada gigi yang satu
akan berbeda dengan gigi yang lain. Jadi dalam melakukan preparasi saluran akar
pada gigi yang mempunyai bentuk anatomi saluran yang berbeda, diperlukan
beberapa teknik preparasi saluran akar yang sesuai yaitu : teknik preparasi
konvensional, telescope, flaring, step-back (Tarigan, 1994; Rodneey, dkk, 1994).
Saluran akar harus dikeringkan setelah irigasi yang terakhir, terutama sebelum
pengisian saluran akar. Cairan dapat diaspirasi dengan meletakkan ujung spuit pada
dinding saluran akar. pengeringan menyeluruh dapat dilakukan dengan menggunakan
paper point yang tediri dari berbagai macam ukuran. Secara klinis perlu disadari
bahwa paper point bekerja seperti kertas penyerap dan harus diberi waktu dalam
saluran akar agar dapat bekerja efektif. Paper point dapat dipegang dengan pinset dan
diukur sesuai dengan panjang kerja sehingga ujungnya tidak terdorong secara tidak
sengaja melalui foramen apikal. Paper point dimasukkan secara perlahan sehingga
mengurangi terdorongnya cairan irigasi ke dalam jaringan apikal. Kecelakaan seperti
ini dapat menyebabkan pasien merasa sakit pada terapi endodontik (Harty, 1992).
Saluran akar segera diisi setelah pengeringan. Pada kasus pulpektomi vital, pengisian
saluran segera dilakukan setelah preparasi dan pembersihan, hal ini dapat mengurangi
resiko kontaminasi saluran akar, waktu yang diperlukan untuk perawatan dan
menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi (Harty, 1992).
Ada berbagai macam teknik pengisian saluran akar, yang dapat dibagi menjadi teknik
sementasi cone, teknik guttapercha hangat, teknik preparasi dentin. Hasil penelitian
belum dapat membuktikan keunggulan teknik tersebut walaupun memang ada
beberapa teknik yang kemungkinan kebocorannya lebih besar dari yang lain (Harty,
1992).
Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan dalam golongan
padat, pasta, dan semen. Yang termasuk golongan padat ialah poin gutaperca, poin
perak, poin titan, poin emas. Golongan pasta; bahan ini tidak mengeras dalam saluran
akar misalnya jodoform pasta (Walkhoff). Golongan semen; bahan ini setelah
3
beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras (Tarigan, 1994).
Pasta dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok; berbahan dasar zinc okside
eugenol, resin komposit, gutta perca, bahan adhesif dentin, bahan yang ditambah
obat- obatan (Harty, 1992).
Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang ideal. Tetapi
paling tidak memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah dimasukkan kedalam saluran
akar, harus dapat menutup saluran lateral atau apikal, tidak boleh menyusut sesudah
dimasukkan kedalam saluran akar gigi. Tidak dapat ditembus oleh air atau
kelembaban, bakteriostatik, radiopague, tidak mewarnai struktur gigi, tidak
mengiritasi jaringan apikal, steril atau dapat dengan mudah disterilkan, tidak larut
dalam cairan jaringan, bukan penghantar panas, pada waktu dimasukkan harus dalam
keadaan pekat atau semi solid dan sesudahnya menjadi keras (Tarigan, 1994; Walton
& Torabinejad, 1996). Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa
faktor mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor
patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur
perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).
Instrumen Dasar Pada Endodonsi
Telah diketahui bahwa keberhasilan perawatan endodonsi tergantung pada
pembersihan yang menyeluruh dan perbaikan untuk saluran akar serta pada pengisian
saluran akar tiga dimensi dengan gutta percha dan sealer yang padat.
Untuk memenuhi tujuan ini, endodontis harus mempunyai alat yang berbeda,
masing-masing dibuat untuk tujuan tertentu. Beberapa alat ini digunakan selama
bertahun-tahun sesuai dengan kemajuan teknologi menghasilkan situasi dimana
evaluasi fungsi dan keterbatasan produk menjadi sangat penting.
Sesuai fungsinya alat-alat endodonsi adalah sebagai berikut:
1. Alat preparasi orifice
a. Paket peralatan dasar
b. Bur
c. Rubber dam
2. Alat untuk preparasi saluran akar
a. Hand instrument
i. Reamer
4
ii. Eksterpansi
iii.File
b. Alat saluran akar dengan bantuan listrik
- handpiece
c. Alat pengukuran saluran akar elektronik
d. Alat pengukur, jangka dan penggaris
e. Alat untuk mengeluarkan alat endodonti yang patah dan pasak
3. Alat pengisian saluran akar
a. Kondensasi lateral dan vertikal
b. Pemadatan termokemis
c. Suntikan gutta percha termoplastis
d. Kondenser endodonti endotec
e. File saluran akar spiral
4. Peralatan untuk menyimpan dan sterilisasi alat
(Harty; 1992)
Preparasi Saluran Akar
Perawatan saluran akar dapat didefinisikan sebagai mengeluarkan seluruh pulpa
gigi yang rusak diikuti dengan pembersihan, perbaikan bentuk dan pengisian sistem
saluran akar sehingga gigi dapat menjadi unit fungsional, dalam lengkung rahang.
Eksterpasi dari pulpa vital diikuti dengan terapi saluran akar mungkin diperlukan pada
kasus dimana rencana perawatan mencakup pembuatan overdenture atau bila susunan
angulasi akar terhadap mahkota mengharuskan dibuatnya pasak atau core.
Tujuan perawatan ini untuk membersihkan kavitas pulpa yang terinfeksi dan
kotoran toksik serta untuk membentuk saluran akar dari jaringan periodontal dan dari
rongga mulut.
Alasan perawatan terletak pada fakta bahwa pulpa nonvital, avaskular, tidak
mempunyai mekanisme perlindungan diri. Jaringan ini dalam saluran akar mengalami
autolisis dan produknya akan berdifusi ke jaringan di sekitarnya dan menimbulkan
iritasi periapikal bahwa walaupun tidak terjadi kontaminasi bakteri. Terapi endodonti
harus mencakup penutupan seluruh sistem saluran akar untuk mencegah timbunan
cairan jaringan di saluran akar dan membentuk media kultur bakteri sisa atau
mikroorganisma yang dapat masuk dari aliran darah. Perawatan saluran akar dapat
5
dilakukan pada salah satu dari kedua cara, baik dengan cara konvensional melalui
kavitas orifice yang dibuat di mahkota gigi atau dengan cara operasi. (Harty; 1992)
Obat-obatan Intrasaluran
Obat-obatan saluran akar dianjurkan sebagai perawatan endododnti rutin untuk
berbagai alasan. Namun obat-obat ini jangan digunakan sebagai pengganti preparasi
kemomekanis dario sistem saluran akar, yang membentuk perawatan endodonti yang
baik dan berhasil.
Pada terapi endodonti multikunjungan, obat-obat saluran akar digunakan untuk
satu atau beberapa alasan berikut ini:
1. Untuk membantu mengeluarkan mikroorganisme
2. Mengurangi rasa sakit
3. Menghilangkan eksudat apikal
4. Untuk mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan keras
5. Untuk mengontrol resorpsi peradangan akar
Bila sebagian besar obat-obatan yang digunakan dahulu umumnya dalam bentuk
cairan, sekarang obat-obat ini paling sering digunakan dalam bentuk pasta. Pasta
mempunyai kelebihan yaitu memberikan ketebalan bahan yang mengeluarkan
komponen aktif selama periode waktu tertentu ke dentin dan jaringan periodontal,
dengan juga mengisi saluran akar. (Harty; 1992)
Pengisian saluran akar
Setelah jaringan pulpa dikeluarkan akan terdapat luka, yang kemudian
dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi. Luka ini tidak akan
menutup epitelium, seperti luka pada tubuh lain, dan karena itu mudah terkena infeksi
ulang, untuk mencegah penetrasi mikroorganisma dan toksin dari luar melalui rongga
pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup di bagian koronal dan apikal, yang terakhir ini
untuk mencegah infeksi dan untuk memblokir lubang periapeks bagi organisme yang
bahkan setelah instrumentasi maupun desinfeksi, tetap hidup dalam rongga pulpa.
Selain itu, untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa oleh mikroorganisme dari
rongga mulut, seluruh ruang pulpa harus diisi , jadi memblokir tubula dentin dan
saluran asesori. Dengan cara menentukan lokus pembelahan bakteri dan semua lubang
masuk ke tubuh, maka hal ini dapat dicegah.
6
Pada prakteknya, seal yang tidak permeabel harus menutup foramen apikal dan
dari bahan yang sesuai serta dapat berfungsi sebagai dresing luka dimana jaringan
sehat akan dibentuk untuk beberapa tahun. (Harty; 1992)
FAKTOR MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN
PERAWATAN SALURAN AKAR
Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud
mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit dapat diterima secara
biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak
ada yanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila dirawat dan direstorasi dengan baik
akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yang
sehat (Bence, 1990).
Tidak semua perawatan saluran akar berhasil dengan baik. Pasien harus selalu
diberi tahu mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perawatan. Prognosisnya
sering berubah pada waktu sebelum, selama dan sesudah perawatan bergantung
kepada apa yang terjadi dan apa yang ditemukan selama atau setelah perawatan.
Prognosis memuaskan pada permulaan perawatan dapat berubah menjadi prognosis
yang lebih buruk atau tidak memuaskan pada akhir prosedur. Dokter gigi harus
memberikan pandangan umum bahwa hasil yang mungkin terjadi adalah memuaskan,
meragukan atau tidak memuaskan. Mereka akan tahu bahwa segala sesuatunya
mungkin tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Pasien akan lebih menerima
jika kegagalan terjadi. Interprestasi keberhasilan atau kegagalan berbeda-beda pada
setiap klinisi. Kriteria keberhasilan bagi seorang dokter gigi mungkin berupa lamanya
hasil perawatan bertahan dan kriteria kegagalannya mungkin kalau pasien
mengeluhkan gejala sakit pada gigi yang telah dirawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan
saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan
dan kecelakaan prosedur perawatan(Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton &
Torabinejab, 1996).
Faktor Patologis
7
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan
pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis
memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.
2. Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat
dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi
ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan
daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses
penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak
dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena
sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan
perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar
mendapatkan pengisian yang hermetis.
Faktor Penderita
faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
8
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;
Walton &Torabinejad, 1996) :
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul
selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer,
1961).
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami
penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting
diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah
banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat
perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985).
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang
buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal.
Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau
hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli
endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994).
Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar bergantung kepada :
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta
pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan
9
instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam
perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan.
Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta
kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton
&Torabinejad, 1996).
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagin dokter
gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran
keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan
bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan
prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996).
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan
pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari
akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang
rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan
iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan
pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks
radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih
jauh (Walton & Torabinejad, 1996).
Faktor Anatomi Gigi
Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar dengan mempertimbangkan :
1. Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk
abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar
10
yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton &
Torabinejad, 1996).
2. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai
hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada
hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran
radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi
posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi
anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah
periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi
radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi
anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan
dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad, 1989).
3. Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja,
tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan
akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan
akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen
periodontal (Ingle, 1985). Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa
memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang
hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman,
1988).
Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :
1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
11
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding
saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran
(Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu
besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrumen yang kurang dari panjang
kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar
yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996). Birai dan ferforasi lateral dapat
memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama kejadian ini
menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai
(Walton & Torabinejad, 1966).
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya
bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum
dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang
baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta
mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum
dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada
tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996).
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan
karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad,
1996).
12
BAB III
PEMBAHASAN
Mapping
Diagnosa
Perawatan Saluran Akar
Pulpektomi EndoIntrakanal
Teknik
Prosedur
Indikasi Kontra indikasi
Factor keberhasilan
Dan kegagalan
3.1 Prinsip Perawatan Saluran Akar
Melebarkan saluran akar, membersihkan ruang pulpa serta menghaluskan
saluran akar merupakan tujuan dari tahapan preparasi saluran akar di dalam perawatan
saluran akar serta merupakan hal hal pokok dan penting di dalam kita melakukan
perawatan saluran akar.
13
Seperti yang telah disebutkan, preparasi saluran akar mempunyai bebrapa
tujuan yakni membersihkan ruang pulpa dan saluran akar, melebarkan saluran akar
untuk meningkatkan kerja obat dan instrument, menghaluskan dinding saluran akar
untuk mendapat kelancaran pengisian saluran akar, mendapat pandangan jalan masuk
saluran akar ke apeks yang baik. Sehingga preparasi saluran akar dibagi lagi menjadi
beberapa fungsi dan tujuan pokoknya, seperti :
1. Preparasi akses, preparasi akses dilakukan sampai harus bisa
melewatkan instrument ke kamar pulpa lancar dan tanpa hambatan.
Dapat menggunakan instrument file dan reamer sesuai kegunaanya.
2. Debridement atau pembersihan saluran akar dilakukan dengan cara
mengerok dinding saluran akar serta menggunakan bahan irigasi
untuk melepaskan debris atau iritan serta melarutkan /
menghancurkan iritan dari saluran akar.
3. Menghaluskan dinding saluran akar, dilakukan dengan
menggunakan bahan glyserin yang bertujuan untuk mendapatkan
kelancaran di dalam melakukan pengisian saluran akar nantinya.
Suatu preparasi saluran akar dianggap selesai jika:
a. Pulpanya bersih sampai serupa dengan warna dentin
b. Masuknya instrument lancer di dalam saluran akar
c. Dinding saluran akar sudah cukup halus
d. Cukup lebar untuk pengisian saluran akar sampai ke for apikal
3.2 Tahapan perawatan saluran akar
3.2.1 Diagnosa dan rencana perawatan
Terlebih dahulu kita mendiagnosa suatu penyakit yang diderita oleh pasien
dari keluhan – keluhan yang dirasakan oleh pasien. Yang nantinya akan menentukan
rencana perawatan kepada pasien. Berdasarkan scenario tersebut maka dapat
disimpulkan jika pasien memiliki diagnose pulpitis Irreversibel. irreversibel adalah
suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang
disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat
14
menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi
semula atau normal.
3.2.3 Asepsis
Di bagi menjadi 3 kelompok :
1. Asepsis lapangan kerja
Asepsis lapangan kerja dapat diperoleh dengan menggunakan isolator karet,penyedot
saliva, pemasangan alat penahan lidah, dan gulungan kapas. Isolator karet berfungsi
untuk mencegah tertelannya instrument endodontic yang digunakan dan melindungi
gusi lidah dan pipi dari trauma.
(a) Rubber dam; (b) Rubber dam frame; (c) Rubber dam
puch; (d) Rubber dam puc
2. Asepsis operator
Asepsis bagi operator dapat dilakukan dengan :
a. Membersihkan tangan dengan sabun dan air.
b. Bila perlu memakai sarung tangan yang steril. Sewaktu merawat pasien yang
mempunyai penyakit infeksi, hepatitis, TBC, HIV, maka lebih baik menggunakan
sarung tangan yang karet.
15
c. Menggunakan masker untuk menghindari kontaminasi dari hidung dan tenggorokan
operator.
d. Perhiasan seperti: cincin, gelang, jam tangan harus di buka untuk mencapai
keadaan steril dari hama operator dan sebaiknya operator berkuku pendek.
e. Tangan operator jangan sampai luka pada waktu perawatan atau sesudah perawatan
oleh karena instrument.
3. Asepsis instrument
Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit antara pasien dengan operator atau
sebaliknya. Instrument yang digunakan dalam perawatan dapat disterilkan dengan alat
sterilitator. Pada waktu ini banyak instrument yang digunakan hanya untuk 1 kali
pemakaian.
3.2.4 Relief Of Pain
Relief of pain adalah suatu usaha untuk menghilangkan rasa sakit. Relief of pain ada 3
macam, yaitu:
a. Sebelum perawatan
Sebelum dilakukan perawatan, apabila pasien menderita infeksi, contohnya
abses, maka sebaiknya dilakukan drainase terlebih dahulu untuk
menghilangkan rasa sakitnya. Setelah dilakukan drainase, pasien dapat diberi
obat-obat antibiotic untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Selain itu juga
dapat menggunakan obat analgesic untuk mengurangi rasa sakit.
b. Saat perawatan
- Pada tahap ini, yang dapat dilakukan adalah:
- Jaringan karies dibuang terlebih dahulu.
- Setelah jaringan karies dibuang, kavitas dibersihkan.
- Kemudian kavitas diberi eugenol supaya kavitas bebas dari bakteri.
- Setelah itu, kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara.
- Pemberian Anastesi Lokal
ANESTESI LOKAL
Pada permulaan terapi saluaran akar, digunakan anestesi local. Bahan-bahan
lain yang dulu digunakan untuk ekstirpasi pulpa tanpa rasa sakit termasuk arsenic,
16
paraformaldehida, dan diatermi. Semua cara ini tidak memadai dan memakan waktu
dan dengan datangnya anestesi local, tidak dipakai lagi. Anestesi sebagai tiap
medikasi hendaknya jangan diberikan tanpa suatu pengetahuan cermat riwayat medis
dan riwayat gigi-gigi pasien.
ANESTESI INFILTRASI
Anetesi infiltrasi adalah injeksi suatu anestesi local ke dalam jaringan lunak
pada daerah apeks akar. Infiltrasi mungkin adalah cara paling mudah, aman, dan cepat
untuk menghasilkan anestesi guna pengambilan pulpa gigi. Injeksi suatu anestetik
menghentikan setiap rasa sakit dan memungkinkan pengambilan pulpa.
Injeksi dilakukan seperti untuk pencabutan sebuah gigi, jarum dimasukkan ke
dalam lipatan mukobukal agak mesial dari gigi yang akan dianestesi dan dibawa kea
rah apeks akar sampai tulang ditemukan. Suatu larutan anestetik efektiv dan tahan
lama seperti lidocaine 2% dengan 1:100.000 ephineprine lebih disukai, meskipun
anestetik lainnya juga efektif.
Suatu injeksi palatal untuk gigi maksiler pada banyak kasus tidak perlu, tapi
kadang-kadang anestesi memadai tidak diperoleh tanpa injeksi ini karena inervasi
pulpa oleh serabut dari ligament periodontal. Meskipun dilakukan injeksi dengan teliti
tidak mungkin di ikuti oleh anestesi menyeluruh. Harus dilakukan suatu injeksi
subperiosteal, dengan memasukkan jarum dekat apeks gigi tepat dibawah periosteum
dan dengan perlahan memasukkan sekitar 0,5 ml larutan anestetik.
ANESTESI BLOK
Karena plat alveolar bukal padat, anestesi anestesi infiltrasi saja tidak efektiv
untuk daerah mandibular posterior mulut terutama untuk pengambilan pulpa pada gigi
premolar dan molar. Blok mandibular gow-gate adalah jenis anestesi blok mandibular
lain. Penganjuran tehnik gow-gate menyatakan suatu keberhasilan lebih tinggi
daripada dengan tehnik konvesional, meskipun permulaan anestesi lama. Ahli
endodontic juga dapat menggunakan tehnik lain blok anestesi regional, blok alveolar
superior posterior, blok infraorbital, blok palatin besar, blok nasopalatin, blok
maksiler atau divisi kedua. Blok-blok saraf ini dindikasikan bila anestesi infiltrasi
kurang memadai.
17
TEKNIK UNTUK PENAMBAHAN ANESTESI INFILTRASI DAN BLOK
Kadang-kadang sukar untuk mendapatkan anestesi yang memadai dengan
injeksi larutan anestetik local karena keadaan pulpa yang terinflamasi. Alas an tidak
efisiennya larutan anestetik pada daerah inflamasi mungkin disebabkan kenaikan
aktivitas saraf peripheral atau penurunan pH jaringan yang terinflamasi yang
memungkinkan sedikit molekul anestetik mencapai saraf dan demikian mencegah
anestesi penuh. Bila anestesi infiltrasi gagal tehnik lain dapat digunakan untuk
menginduksi anestesi yang sempurna.
ANESTESI INTRAPULPAL
Bila sensitivitas gigi bertahan setelah anestesi infiltrasi atau blok, dapat
diberikan anestesi intrapulpal. Injeksi langsung ke dalam badan pulpa yang terbuka ini
hanya dapat dilakukan bila pembukaan pulpa cukup besar untuk menerima jarum
hipodermik. Namun, pembukaan yang terlalu besar dapat menyebabkan penyemburan
larutan kembali, sehingga larutan hanya sedikit atau tidak masuk pulpa untuk
membuatnya mati rasa. Maslah ini dapat dicegah dengan memasukkan jarum ke
dalam saluran akar sampai jarum terjepit dan menyemprotkan larutan anestetik ke
dalam pulpa radikular.
Pada banyak kasus perlu untuk membengkokkan jarum agar dapat masuk ke
dalam saluran akar. Satu atau dua tetes larutan anestetik dengan cepat dikeluarkan ke
dalam pulpa dan anestesi yang dihasilkan adalah efektif dan segera.
INJEKSI LIGAMEN PERIODONTAL
Injeksi ligament periodontal atau intraligamenter digunakan untuk menambah
anestesi yang tidak sempurna. Ini dianggap suatu injeksi intraoseus Karen pemberian
anestetik pada ruang meduler dekat dengan ligament periodontal. Maksud injeksi ini
adalah untuk menganestesi ligament periodontal gigi yang menjalani terapi
endodontic dan dengan demikian menutup saraf pulpa.
18
Alat semprit tekanan khusus telah dikembangkan untuk unjeksi
intraligamenter. Alat ini digunakn untuk mengeluarkan volume anestetik yang telah
ditentukan sebelumnyadengan usaha minimal dan tanpa mematahkan karpul anestetik.
Suatu jarum pendek 27 atau 30 gauge dimasukkan disebelah proksimal dengan
tekanan positive sedalam munkin sepanjang akar, dengan bevel jarum kearah tulang
Krista. Pada gigi posterior jarum ditekuk hingga sudu ysng sesuai, picu di tekan untuk
mengeluarkan sekitar 0,2 ml ke arah intraligamensepanjang akar mesial dan distal gigi
berakar banyak.
Permulaan anestesi adalah segera dan pengaruh rata-rata tahan 27 menit bila
menggunakan lidokain yang mengandung epinephrine 1 : 50.000. lidokain tanpa
epinephrine rata-rata tahan selama 1 menit. Tehnik ini paling sering digunakan pada
gigi molar mandibular dan efektiv sekitar 92%.kemampuan untuk anestesi gigi
tunggal membuat kemampuan tehnik ini tidak terhingga nilainya pada diagnosis rasa
sakit difus yang asalnya tidak diketahui.
c. Sesudah perawatan
jika diperlukan medikasi lanjutan bisa diberi analgesic dan antibiotic sesuai
dengan kebutuhan namun, jika tidak diperlukan cukup dengan control untuk
mengtahui keberhasilan dari perawatan
3.2.5 Outline Cavity Entrance dan Preparasi Cacity Entrance
Cara membuat cavity entrance
Outline Cavity entrance
Outline cavity entrance adalah proyeksi ruang pulpa ke permukaan
gig dibagian singulum atau oklusal. Outline cavity Entrance digambarkan
pada bagian palatal/lingual gigi anterior atau bagian oklusal gigi posterior.
Tujuan dari cavity entrance ini adalah untuk menghindari terbuangnya
jaringan gigi yang berlebihan pada saat dilakukan preparasi cavitas.
a. Outline dari gigi insisivus RA
19
Berbentuk triangular dengan alas sejajar insisial. Ukuran garis bentuk jalan
masuk untuk semua gigi anterior harus menggambarkan struktur
anatomikinternal kamar pulpa koronal masing-masing gigi. Pada gigi
insisivus rahang atas, bantuk jalan masuk agak triangular dengan dasar
segitiga ke arah tepi insisal.
b. Outline dari gigi caninus RA
Berbentuk oval dengan arah insiso cervical. Proses pembukaan jalan masuk
untuk gigi kaninus maksiler pada dasarnya sama seperti untuk gigi insisivus
sentral dan lateral maksiler. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa bentul
lubang jalan masuk ovoid,seperti ditentukan oleh anatomi kamar pulpa.
Teknik untuk jalan masuk adalah sama seperti pada gigi insisivus sentral
dan lateral maksiler.
20
c. Outline dari gigi Premolar pertama RA
Berbentuk oval memanjang/seperti ginjal dengan arah bukal palatal. Batas
kavitas jalan masuk yang ovoid tidak boleh melus melebihi separuh
kecondongan lingual kusp fasial dan separuh kecondongan fasial kusp
palatal
c. Outline dari gigi premolar RB
Berbentuk bulat/oval. Lubang jalan masuk yang dihasilkan adalah ovoid,
dengan dinding-dinding kamar pulpa bertemu dengan kavitas pembukaan
dan divergen ke arah oklusal. Preparasi ovoid harus cukup meluas ke arah
bukal dan lingual untuk memungkinkan pengambilan seluruh atap kamar
pulpa. Preparasi jalan masuk ovoid ini memungkinkan eksplorasi bifurkasi
dan trifurasi pada sepertiga tengah dan sepertiga apikal.
21
d. Outline dari gigi molar RA
Berbentuk triangular dengan alas sejajar bukal. Dinding-dinding kavitas
jalan masuk harus bersatu dengan dinding-dinding kamar pulpa dan agak
divergen ke arah permukaan oklusal. Lubang jalan masuk biasanya segitiga,
dengan sudut-sudut bulat yang meluas ke arah, tetapi tidak termasuk , ujung
kusp mesiobukal, tepi marginal, dan tepi miring. Preparasi segitiga ini
memungkinkan jalan masuk langsung ke orifis saluran akar.
22
e. Outline dari gigi molar RB
Berbentuk triangular dengan alas sejajar mesial. Prosedur mengikuti
prosedur yang digariskan bagi gigi molar maksiler. Lubang jalan masuk
biasanya trapezoidal dengan sudut-sudut bulat atau persegi panjang bila
terdapat saluran distal kedua. Pembukaan jalan masuk meluas ke arah kusp
mesiobukal, untuk menemukan saluran mesiobukal, ke arah lingual agak
melebihi alur sentral, dan ke arahdistal agak melebihi alur bukal.
23
Tekhnik preparasi cavity entrance gigi anterior dan posterior RA/RB
Gigi Anterior RA/RB
1. Menggunakan fissure bur yang digerakan tegak lurus permukaan
gigi sampai menembus dentin, kemudian setelah itu alat dapat
digantikan dengan round bur besar dan arah preparasi sejajar
sumbu gigi sampai menembus ruang pulpa.
2. Kemudian mencari orifice dengan jarum miller ( orifice adalah
lubang saluran akar yang terletak pada dasar ruang pulpa)
3. Setelah itu mengunakan round bur besar untuk menghilangkan
tanduk pulpa dan membentuk cavity entrance sehingga alat
preparasi dapat dimasukan ke dalam saluran akar dengan bebas.
Gigi Posterior RA/RB
1. Pada prefarasi gigi posterior menggunakan fissure bur long shank
yang digerakan tegak lurus permukaan gigi ditengah-tengah outline
menembus ruang pulpa sampai membentuk cavity entrance sesuai
outline.
2. Kemudian mencari orifice dengan jarum miller
24
3. Setelah itu menggunakn round bur besar untuk menghilangkan
tanduk pulpa dn membentuk cavity entrance sehingga alat
preparasi dapat dimasukan ke dalam saluran akar dengan bebas.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat preparasi cavity
entrance, antara lain :
a) Preparasi salah arah menyebabkan perforasi lateral
b) Preparasi terlalu dalam dapat menyebabkan perforasi menembus
bifurkasi
c) Bila preparasi cavitas terlalu lebar maka dinding cavitas menjadi
tipis dan mudah pecah jika ditumpat
a. Bur Rosehead
b. Bur Rosehead
Bur Rosehead
Bur Safe-ended diamond
3.2.6 Ekstirpasi Pulpa
25
Jarum ekstirpasi pembuangan jaringan pulpa memerlukan jarum ekstirpasi
yang tidak akan menyangkut tetapi cukup besar untuk mengangkat pulpa. Jarum
jangansampai tersangkut karena bisa patah di dalam.
Mencegah patahnya instrumen patahnya instrumen dalam saluran akar dapat
dicegah dengan secara teratur memeriksa cacat yang terjadi pada instrumen seperti:
1. perubahan kerapatan spiral/unwinding (merenggang atau makin merapat)
2. spiral yang mengalami roll-up (sangat merapat setelah meregang )
3. distorsi puncak instrumen (ujungnya sangat bengkok)
4. korosi.
Jika instrumen telah memperlihatkan tanda-tanda keausan, jangan dipakai lagi
pencegahan adalah menhindari patahnya instrumen.
Bila jalan masuk koronal telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah
ekstirpasi pulpa dari kamar dan saluran akar. Kamar pulpa mungkin berisi suatu pulpa
vital, sebagian vital atau nekrotik. Pulpektomi atau ekstirpasi pulpa, adalah
pengambilan seluruh pulpa baik yang normal maupun yang patologis. Bila gigi telah
dibiarkan terbuka untuk drainase, dan bila sisa makanan dan debris lain menumpuk
didalam kavitas pulpa, disampiing debris pulpa nekrotik, pengambilan bahan-bahan
inin disebut debridemen.
Teknik Ekstirpasi Pulpa
Setelah kavitas jalan masuk diselesaikan dan setelah pengambilan seluruh atap
kamar pulpa, pulpa diambil dengan ekskavator sendok endodontik yang tajam. Kamar
diirigasi dengan larutan sodium hipoklorit 5% dan dikeringkan. Setelah itu, orifice
ditemukan dengan probing menggunakan eksplorer endodontik atau jarum miller
(smooth broach) disekitar alur anatomik yang terletak pada dasar kamar pulpa atau
pada sudut titik yang dibentuk oleh dinding dan dasar kamar pulpa dan menuju
saluran akar.
Setelah saluran saluran ditemukan dan ditembus, harus diselidiki dengan
broach halus atau alat endodontik kecil. Panjang kerja gigi yang sebenarnya juga
harus ditentukan. Ekstirpasi pulpa dan debridemen makroskopik saluran akar adalah
langkah selanjutnya. Harus digunakan barbed broach (jarum ekstirpasi), yang
26
digunakan untuk ekstirpasi seluruh pulpa dan untuk pengambilan debris nekrotik,
poin absorben, butiran kapas dan bahan asing lainnya dari saluran akar.
Perdarahan setelah pengambilan pulpa ditanggulangi dengan irigasi yang
berlebihan dengan larutan sodium hipoklorit 5,2%, diikuti dengan pengeringan
saluran akar menggunakan poin absorben kering.
3.2.7 DWF ( Diagnostic Wire Foto )
Diagnostic wire foto adalah suatu teknik pengukuran panjang gigi
menggunakan foto roentgen dengan cara jarum miller yang diberi stopper yang
terbuat dari guttap (guttap stopping) atau di tekuk sebagai batas panjang alat. Stopper
yang terbuat dari guttap (guttap stopping) tersebut diletakkan sesuai dengan panjang
gigi yang sudah di ukur sebelumnya. Jarum miller dan stopper yang terbuat dari
guttap (guttap point) dimasukkan ke dalam saluran akar sampai stopper yang terbuat
dari guttap (guttap point) terletak pada cusp tertinggi. Penggunaan guttap stopping
sebagai stopper akan memeberikan gampabaran radiopak pada hasil foto roentgen yg
diambil nanti.
Apabila pada elemen gigi terdapat fraktur mahkota, panjang alat yang
dimasukkan ke dalam saluran akar dikurangi lagi denagn panjang mahkota yang patah
tersebut. Untuk alat (cone) sinar x, phantom dan posisi film diatur sedemikian rupa
pada waktu pengambilan foto.
Rumus pengukuran panjang gigi teknik diagnostic wire foto :
PGF x PAS
PGS =
PAF
Keterangan :
PGS = panjang gigi sebenarnya
PGF = panjang gigi dalam foto
27
PAS = panjang alat sebenarnya
PAF = pangajang alat dalam foto
3.2.8 Preparasi Saluran Akar
Pengeluaran bahan-bahan yang dapat merangsang atau mendorong terjadinya
radang periapikal, seperti bahan pulpa nekrotik atau mikroorganisme, akan dapat
mengurangi keparahan dan mempercepat penyembuhan. Untuk meningkatkan
keberhasilan dan mengurangi rasa sakit yang dialami pasien, semua alat harus terletak
dalam saluran dan setiap usaha untuk melesaknya kotoran ke jaringan periapikal harus
dihindari.
Preparasi saluran akar bertujuan untuk :
a. Membersihkan rongga pulpa dan saluran akar dari sisa jaringan pulpa, kotoran, dentin
yang lunak atau terinfeksi
b. Menghilangkan obstruksi
c. Melebarkan saluran akar sehingga meninggikan daya kerja antibiotik, obat-obatan
pada bagian yang terinfeksi.
d. Menghaluskan dinding saluran akar sedemikian rupa sehingga pengisian saluran akar
yang akan dilakukan menjadi lebih baik
Preparasi Saluran Akar Tunggal
- Preparasi dimulai dengan round bur no 2 atau 4 atau tapered fissure diamond bur
dengan arah tegak lurus pada permukaan enamel samapimenembus jaringan dentin dan
diteruskan sampai atap pulpa terbukan dengan kedalaman 3mm.
- Setelah itu arah bur diubah menjadi sejajar sumbu gigi sampai menembus R.Pulpa
sehingga ditemukan lubang saluran akar yang terletak pada dasar R.pulpa yang disebut
orifice.
- Gunakan tapered fissure no 2 atau 4 untuk membentuk dinding cavity entrance divergen
ke arah oklusal atau insisal samapi jarum miller dapat masuk dengan lurus, setelah terasa
tembus maka orifice dicari dengan menggunakan jarum miller.
- Menghilangkan tanduk pulpa menggunakan round diamond bur dengan gerakan
menarik keluar kavitas sehingga cavity entrance terbentuk dengan baik dan alat preparasi
dapat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan bebas.Masukkan jarum ektirpasi,
28
diputar searah jarum jam dan ditarik keluar, diulang lagi sampai jaringan pulpa dicabut.
Preparasi Saluran Akar Ganda
- Pembutan cavity entrance menggunakan round bur no1 atau tapered fissure diamond
bur pada tengah fossa di bagian oklusal atau endo access.
- Setelah kedalaman preparasi mencapaidentin, preparasi dilanjutkan menggunakan
fissure diamond bur sampai ditemukan orifice ke 3 saluran akar.
- Pada gigi berakar ganda, bila atap pulpa belum terbuka maka cari orifice yang paling
besar terlebih dahulu, kemudian atap pulpa diangkat dengan bur sesuai letak orifice.
- Menghilangkan tanduk pulpa menggunakan round diamond bur dengan gerakan
menarik keluar kavitas, sehingga cavity entrance terbentuk dengan baik dan alat
preparasi dapat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan bebas.
Teknik Preparasi Saluran Akar
1. Teknik Konvensional:
a. Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan
pada gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna.
b. Preparasi saluran akar menggunakan file tipe K
c. Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum preparasi
stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja gigi.
Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang
insisal. Stopper digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar.
d. Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil.
Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga
lebih besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah terjadinya step
atau ledge atau terdorongnya jaringan nekrotik ke apical.
e. Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor yang
lebih besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.
Irigasi harus dilakukan secara bergantian anatar H2O2 3% dan aquadest steril,
bahan irigasi tyerakhir yang dipakai adalah aquadest steril.
29
f. Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang dengan
menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan irigasi lain. Bila
masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk
mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal, EDTA, atau glyde (pilih salah
satu).
g. Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang ter
infeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian
saluran akar.
2. Teknik Step Back
Konsep teknik step back juga dikenal dengan sebagai teknik corong atau
preparasi serial. Teknik ini mula-mula diuraikan oleh Clem di tahun 1969 dan
menjadi populer ketika serangkaian laporan penelitian mengindikasikan keunggulan
dibanding teknik preparasi standar.
Selain itu teknik step back menciptakan ketirusan yang gradual dari apeks ke
arah korona. Teknik ini dengan instrumen baja anti karat merupakan teknik yang
banyak sekali diajarkan dan digunakan dewasa ini.
a. Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang bengkok
dan sempit pada 1/3 apikal.
b. Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga
preparasi saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat dengan
gerakan berputar.
c. Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur.
d. Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomer terkecil:
No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja
File No. 25 : Master Apical File (MAF)
No. 30 = panjang kerja – 1 mm MAF
No. 35 = panjang kerja – 2 mm MAF
No. 40 = panjang kerja – 3 mm MAF
No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst
e. Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja dengan file
no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar karena serbuk dentin
yang terasah.
f. Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar
cukup lebar untuk dilakukan pengisian.
30
Metode preparasi saluran ini mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
metode konvensional,yaitu :
1. Tidak begitu mudah menyebabkan trauma periapikal
2. Memudahkan pengambilan lebih banyak debris
3. Flare lebih besar yang dihasilkan instrumentasi memudahkan pemampatan
kerucut gutta –perca yang ditambahkan baik dengan metode kondensasi
lateral maupun kondensasi vertikal.
4. Perkembangan suatu matriks apikal atau stop mencegah penumpatan
berlebih saluran akar
5. Tekanan kondensasi lebih besar dapat digunakan yang sering digunakan
untuk mengisi saluran lateral dengan bahan penutup
KEKURANGAN TEKNIK STEP BACK
Pada akar yang sempit, instrument tersendat dan mudah patah
Kebersihan daerah apical dengan irigasi sulit dicapai
Resiko terdorongnya debris kea rah periapikal
Prosedur perawatan membutuhkan waktu lama
Membutuhkan banyak peralatan
3.Teknik Balance Force
a. Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex
b. Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file
diputar searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan
jarum jam.
c. Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja.
d. Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill
(GGD)
- GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical
- GGD #3 = sepanjang GGD #2 – 2 mm
- GGD #4 = sepanjang GGD #3 – 2 mm
- GGD #5 = sepanjang GGD #4 – 2 mm
- GGD #6 = sepanjang GGD #5 – 2 mm
31
Gates glidden drill
d. Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45
e. Dilakukan irigasi
f. Keuntungan balance force :
Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula
Mencegah terjadinya ledge dan perforasi
Mencegah pecahnya dinding saluran akar
Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks
a
b
c
d
(a) Jarum eksterpasi; (b) Reamer tipe K; (c) File tipe K;
(d) File K-Flex
3.2.9 Trial Guttap
Mencoba kon master (kon guttaperca)
32
1. Kon master hanya pas di daerah apeks dari saluran akar yang telah
dibersihkan apeknya dan berbentuk corong kea rah mahkota, tahanan yang
dirasakan ketika kon akn ditarik seharusnya hanya ringan saja. Yang
diperlukan hanya sedikit sesak saja; sedangkan apa yang dinamakan tug-back
tidak diperlukan. Tetapi, ketika kon dimasukkan harus tetap adasesuatu yang
menghentikannya (suatu definite stop). Kon harus pas sepanjang 1 mm dari
ujung panjang kerja.
2. Kon bisa saja terlalu kecil yang bias diketahui ketika kon terlihat melipat
beberapa milimeter di daerah aapeks. Untuk memperoleh ujung apeks yang
lebih besar, potong ujung kon master sebanyak 1 mm sehingga diperoleh kon
yang sedikit sesak. Sering, kon tidak dapat dimasukkan sampai mencapai
panjang kerja (misalnya kurang 1 mm). Hal ini tidak apa-apa asal : (a) Daerah
apeks telah bebas dari debris, dan (b) penguak dapat berpenetrasi sampai 1
mm dari panjang preparasi. Suatu daerah apeks yang sudah bebas debris dan
penguak yang dapat berpenetrasi sampai 1 mm biasanya akan ikut
mendorongkan guttaperca dan siler hingga mengisi sisa 1 mm yang belum
terisi itu.
3. Kon master di keluarkan dengan menjepitnya di titik acu lalu periksa
panjangnya dengan penggaris dan perbaiki bila perlu.
4. Panjang kon master (bukan keadaan kepasannya kea rah lateral) dievaluasi
dengan radiograf. Sekali lagi, kurangnya kon dari panjang yang terpreparasi
jangan sampai melebihi 1 mm. Gambaran kon master yang pas di daerah
sepertiga apeks pada radiograf tidak menunjukkan kerapatan apeksnya.
5. Jika panjang terpreparasi, lakukanlah (a) perimeran kering diulang kembali
sehingga yakin tidak ada debris yang tersisa, atau (b) paskan lagi kon lain
yang lebih kecil.
6. Jika kon guttaperca keluar dari foramen apikalis maka ini berarti apical-
stop-nya tidak ada. Pada keadaan ini, yang diperlukan adalah membuat kon
yang dibuat sendiri yakni dengan melunakkannya dalam pelarut atau memilih
lagi kon yang lebih pendek dan lebih besar kemudian dimodifikasi.
3.2.10 Trial Foto
33
Tujuan trial foto yaitu untuk melihat pekerjaan kita sudah tepat atau tidak.
3.2.11 Sterilisasi Saluran Akar
I. Cara penempatan obat
A. Paper point tidak boleh sampai apeks
- ujung paper point ditetesi obat sterilisasi saluran akar
- paper point tersebut dimasukkan ke dalam saluran akar
- diatas paper point tersebut di letakkan cotton pellet kering
- kavitas ditutup dengan tumpatan sementara
B. Cotton pellet dlm kamar pulpa
- Kapas kecil sebesar 1/3 kamar pulpa ditetesi obat sterilisasi saluran akar
- kelebihan obat diperas pada Cotton roll
- kemudian dimasukkan kamar pulpa
- diatasnya diberi cotton pellet kering
- kavitas ditutup dengan tumpatan sementara
Sebelum diberi obat sterilisasi saluran akar, harus dikeringkan terlebih dahulu dengan
Paper point dimana sebelumnya saluran akar telah diirigasi
II. Frekuensi Pengobatan
Sesuai dengan prinsip umum penatalaksanaan saluran akar, dressing sebaiknya diganti
tiap minggu dan tidak lebih dari dua minggu karena dressing menjadi cair oleh
eksudat periapikal dan nenbusuj karena interaksi dengan mikroorganisme.
Namun penggantian dressing juga harus disesuaikan dengan jenis obat sterilisasi
saluran akar yang digunakan, karena setiap obat mempunyai daya kerja yang berbeda,
contohnya
- N2 Paraformaldehida mempunyai daya kerja 7-10 hari, sehingga harus diganti
maksimal dalam 10 hari.
34
- Sodium Hipoklorit, mempunyai aktivitas disinfektan yang hebat tapi sebentar,
sehingga kompoun ini lebih baik diaplikasikan pada saluran akar tiap dua hari
sekali.
III. Rotasi obat
Obat yang digunakan tidak boleh sama dan harus dirotasi hal ini penting untuk
menghindari terjadinya resistansi bakteri
3.2.12 Perbenihan
Untuk memperoleh keberhasilan dalam perawatan endodontik, diperlukan
suatu hasil negatif dari pemeriksaan bakteriologik. Buchbinder menunjukkan bahwa
keberhasilan perawatan saluran akar meningkat 10% pada pemeriksaan pasca operasi
bila sebelum diobturasi, gigi-gigi tersebut mempunyai hasil biakan yang negatif. Oliet
juga mengevaluasi dari 98 gigi yang beberapa diantaranya memiliki hasil biakan
negatif dan hasil biakan positif. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa suatu
tingkat keberhasilan yang lebih besar terjadi bila gigi ditumpat tanpa mikroorganisme
di dalam saluran akarnya. Penelitian Oliet yang dibantu oleh Sorin ini melaporkan
adanya peningkatan 11% lebih banyak tingkat kesembuhannya bila pada saluran
akarnya ditemukan biakan yang negatif.
Flora normal pada rongga mulut terdiri dari mikroorganisme aerob dan
anaerob fakultatif. Sommer dkk. Melaporkan bahwa organisme yang paling sering
diisolasi dari saluran akar ialah streptococcus alfa-hemolitik, seperti Streptococcus
viridans selain itu terdapat juga streptococcus beta-hemolitik, dan streptococcus
anhemolitik, terutama enterococcus.
Sterilitas saluran akar tidak dapat ditentukan dengan penglihatan dan bau.
Tidak semua bakteri mengeluarkan bau busuk, contohnya pseudomonas yang dapat
mengeluarkan bau sedap. Hasil biakan yang negatif merupakan indikator terbaik
mengenai pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran akar.
Media Biakan
Tidak semua mikroorganisme di dalam saluran akar dapat tumbuh pada media
biakan yang tersedia, terutama anaerob obligat. Grossman dengan didukung oleh
penelitian Palmer dkk. menunjukkan bahwa organisme tunggal dari spesies tertentu
mikroorganisme mulut, cukup untuk memulai pertumbuhan pada medium biakan dan
jumlah mikroorganisme yang diperlukan ialah sepuluh. Beberapa peneliti percaya
35
bahwa tidak ada medium biakan yang memungkinkan pertumbuhan semua bakteri
anaerob maupun aerob.
Media yang cocok digunakan untuk membiakkan bahan dari saluran akar ialah
brain heart infusion broth dengan agar 0,1%, tripticase soy broth dengan agar 0,1%
(TSA), thioglycollate dan glucose ascites broth. Penambahan 0,1% agar dalam TSA
dianjurkan oleh Leavitt dkk. dengan tujuan untuk memudahkan pertumbuhan anaerob.
Peneliti-peneliti lain menganjurkan penambahan zat ascitic 5% atau serum kuda 10%
untuk memungkinkan pertumbuhan bakteri fastidius.
Tabung yang digunakan untuk melakukan media biakan sebaiknya tinggi yang
diisi sampai hampir penuh. Hal ini dimaksudkan agar didapatkan tingkat tegangan
oksigen yang berbeda pada berbagai permukaan dalam medium biakan.
Media biakan lain yang dikembangkan oleh Moller ialah suatu media biakan
dasar yang berisi daging anak lembu, jantung anak lembu, produk pepton dalam gel
agar, dan suplemen tertentu. Dengan media biakan ini diperoleh hasil yang lebih baik
dari media kering komersial.
Selain itu, Sundqvist menggunakan media biakan pra-reduksi yang dilukiskan
oleh Holzeman dan Moore. Dengan menggunakan sebuah sarung tangan anaerob,
Sunqvist menanam dan mengidentifikasi sejumlah anaerob yang dominan (90%).
Griffe dkk. menganggap medium thioglycollate pra-reduksi dua kali lebih efektif
untuk menumbuhkan suatu mikroorganisme saluran akar daripada menggunakan
medium biakan trypticase soy broth yang tidak direduksi.
Pengambilan Biakan
Teknik pengambilan biakan dari saluran akar diawali dengan mengeluarkan
dresing di dalam saluran akar hasil dari kunjungan sebelumnya dan dibuang.
Selanjutnya poin absorben steril dimasukkan ke dalam saluran akar dengan gerakan
menyeka untuk membersihkan permukaan saluran akar dari medikamen. Poin diambil
dan dibuang. Gerakan menyeka tersebut bertujuan untuk mencegah pemindahan
medikamen intrasaluran ke medium biakan yang akan menghalangi pertumbuhan
bakteri sehingga dapat dihasilkan suatu hasil biakan bakteri negatif-palsu. Selanjutnya
sebuah poin absorben steril yang baru dimasukkan ke dalam foramen apikal dan
dibiarkan disitu selama 1 menit. Hal ini bertujuan agar poin absorben tersebut dapat
mengabsorbsi eksudat periapikal dan mikroorganisme dari saluran akar sebanyak
mungkin. Selanjutnya poin absorben diambil dengan menggunakan penjepit kapas
steril yang dipegang dengan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah, sementara tutup
36
tabung tes dilepas dengan menggunakan jari kelingking dan telapak tangan pada
tangan yang sama. Tabung tes dipegang dengan tangan yang satunya dan agak
dimiringkan untuk mencegah kontaminasi udara. Poin absorben dijatuhkan ke dalam
medium, bibir tabung dipanasi dengan nyala api, kemudian tutup dipasang kembali
dan tabung biakan diinkubasi.
3.2.13 Pengisian Saluran Akar
Bahan Pengisian Saluran Akar
Gigi Sulung
• Zinc oxide eugenol paste
• Iodoform paste
• Calcium hydroxide
Gigi Permanen
Siller berbasis OSE
• Keuntungan :
Riwayat keberhasilan berlangsung lama; kualitas positif mengalahkan aspek
negatifnya (mewarnai gigi, waktu pengerasan sangat lambat, tidak adhesive, larut).
Formula Grossman
Bubuk :
- ZnO (badan semen) 42 bagian
- Resin stabelit (konsistensi dan waktu pengerasan) 27 bagian
- Bismuth subkarbonat 15 bagian
- BaSO4 (keradiopakkan) 15 bagian
- Na-barat 1 bagian
Cairan : Eugenol
• Masalah yang ada pada formula ini adalah waktu pengerasan sangat lambat, > 2
bulan.
Plastik
• Epoksi tersedia dalam formula bubuk cairan (AH26).
• Sifat yang dimiliki : antimikroba, adhesi, waktu kerja yang lama, mudah
mengaduknya, dan kerapatan yang sangat baik.
37
• Kekurangannya : mewarnai gigi, relative tidak larut dalam pelarut, agak sedikit
toksik jika belum mengeras dan agak larut pada cairan mulut.
Hidroksida kalsium (CaOH)2
• Siller Ca(OH)2 yang telah diperkenalkan adalah siller yang Ca(OH)2 nya
diinkoporasikan ke dalam basis OSE atau basis plastiknya.
Ionomer Kaca
• Material ini memiliki keuntungan bisa beradhesi ke dentin sehingga diharapkan bisa
mencapai kerapatan yang baik di apeks dan korona dan biokompatibel. Tapi,
kekerasan dan ketidaklarutannya menyukarkan perawatan ulang jika diperlukan dan
menyukarkan pembuatan pasak.
SYARAT – SYARAT BAHAN PENGISI SALURAN AKAR
a. Bahan harus dapat dengan mudah dimasukkan ke saluran akar.
b. Harus menutup saluran kea rah lateral dan apical.
c. Harus tidak mengerut setelah dimasukkan.
d. Harus kedap terhadap cairan.
e. Harus bakterisidal atau paling tidak harus menghalangi pertumbuhan bakteri.
f. Harus radiopak.
g. Tidak menodai struktur gigi.
h. Tidak mengiritasi jaringan periapikal atau mempengaruhi struktur gigi.
i. Harus steril atau dapat segera disterilkan dengan cepat sebelum dimasukkan.
j. Bila perlu dapat dikeluarkan dengan mudah dari saluran akar.
Teknik Pengisian Saluran Akar
Teknik single cone
Teknik pengisian saluran akar untuk teknik preparasi secara konvension
Tahapan :
- Pencampuran pasta saluran akar petunjuk pabrik
- Pasta diulaskan pada jarum lentulo dan guttap point untuk kemudian
dimasukan kedalam saluran akar yang telah dipreparasi jarum lentulo sesuai
panjang kerja dan diputar berlawanan jarum jam.
- Guttap point ( trial foto disterilkan dengan alcohol 70% dan dikeringkan
- Kering ( diulas dengan pasta ) masuk ke dalam saluran akar.
38
- Guttap point di potong 1-2mm dibawah orifice dengan ekskavator yang
ujungnya telah di panasi dengan Bunsen burner hingga membara.
Teknik Kondensasi Lateral
Dengan teknik preparasi saluran akar secara step back
Sering digunakan hampir semua keadaan kecuali pada saluran akar yang
sangat bengkok / abnormal
Tahapan :
- Pencampuran pasta
- Guttap point ( trial foto disterilkan 70% alcohol dan dikeringkan
- Guttap point nomor 25 (MAF) diulasi dengan pasta ke saluran akar sesuai
dengan tanda yang telah dibuat dan ditekan kea rah lateral menggunakan
spreader.
- Ke dalam saluran akar diberi guttap tambahan, setiap memasukan guttap di
tekan ke arah lateral sampai saluran akar penuh dan spreader tidak dapat
masuk dalam saluran akar
- Guttap point dipotong 1-2mm dibawah orifice dengan eskavator yang telah
dipanasi
Teknik Kondensasi Vertical (Gutta perca panas)
Untuk pengisian saluran akar dengan teknik step back.
Menggunakan pluger yang dipanaskan, dilakukan penekanan pada guttap
perca yang telah dilunakan dengan panas kearah vertical dan dengan demikian
menyebabkan guttap perca mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar
Tahapan :
- Suatu kerucut guttap perca utama sesuai dengan instrument terakhir yang
digunakan dipaskah pada saluran dengan cara step back
- Dinding saluran dilapisi dengan lapis tipis semen
- Kerucut disemen
- Ujung koronal kerucut dipotong dengan instrument panas
- Pembawa panas segera didorong ke dalam 1/3 koronal guttap perca.
Sebagian terbakar oleh plugel bila diambil dari saluran akar.
39
- Condenser vertical dengan ukuran yang sesuai dimasukan dan tekanan
vertical dikenakan pada guttap perca yang telah dipanasi untuk mendorong
guttap perca yang menjadi plastis ke arah apikal
- Apikalis panas berganti oleh pembawa panas dan condenser diulangi sampai
guttap perca plastis menutup saluran aksesori besar dan mengisi luman saluran
dalam 3 dimensi – foramen apikal. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan
tambahan guttap perca panas.
Metode seksional (teknik pluger)
Dapat digunakan untuk mengisi saluran kea rah apikal dan lateral
Teknik menggunakan suatu bagian kerucut guttap perca untuk mengisi suatu
bagian 1/3 saluran akar / ujung apikal
Tahapan :
- Dinding saluran akar dilapisi semen
- Pluger saluran dimasukan sampai 3-4mm dari apeks dipanaskan dalam
sterilitator garam panas (1011)
- Kerucut guttap perca dipotong beberapa bagian sesuai dengan ukuran saluran
yang telah dipreparasi dengan panjang 3-4mm
- Potong apikal ditempelkan pada pluger yang telah dipanasi, dimasukan ke
dalam saluran pada kedalaman yang sebelumnya telah diukur dan ditekan kea
rah vertical
- Pluger dilepas dengan hati-hati untuk mencegah ke luarnya bagian guttap
perca yang dimasukan
- Dibuat radiograf untuk memeriksa posisi dan kesesuaian bagian yang
dikondensasi
- Bagian berikutnya dimasukan kedalam eukaliptol, dipanaskan tinggi diatas
nyala api dan ditambahkan pada bagian sebelumnya dengan tekanan vertical
untuk memampatkan pengisi
Metode kompaksi
- Menggunakan panas untuk mengurangi viskositas guttap perca dan menaikan
plastisitasnya
- Digunakan untuk pengisi saluran yang lurus
- Menggunakan metode step back
40
Metode Inverted cone
- Digunakan terbatas pada gigi dengan saluran kecil, berkelok-kelok, yang
tidak dapat diisi dengan kerucut guttap perca secara lepas
Metode Role Gutta perca
- Untuk mengisi saluran kecil bahan tersebut yang bengkok
41
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Prinsip Perawatan saluran akar Melebarkan saluran akar, membersihkan ruang
pulpa serta menghaluskan saluran akar merupakan tujuan dari tahapan preparasi
saluran akar di dalam perawatan saluran akar serta merupakan hal hal pokok dan
penting di dalam kita melakukan perawatan saluran akar.
Tahapan Perawatan Saluran Akar adalah :
1. Diagnosa dan rencana perawatan
2. Foto rontgen
3. Asepsis
4. Relief of pain
5. Pembuatan outline dan Preparasi cavity entrance
6. Ekstirpasi
7. DWF
8. Preparasi Saluran Akar
9. Trial Guttap
10. Trial foto
11. Sterilisasi Sauran Akar
12. Perbenihan
13. Pengisian saluran akar
14. Tumpatan sementara
Suatu preparasi saluran akar dianggap selesai jika:
1. Pulpanya bersih sampai serupa dengan warna dentin
2. Masuknya instrument lancer di dalam saluran akar
3. Dinding saluran akar sudah cukup halus
4. Cukup lebar untuk pengisian saluran akar sampai ke for apikal
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat preparasi cavity entrance, antara
lain :
42
- Preparasi salah arah menyebabkan perforasi lateral
- Preparasi terlalu dalam dapat menyebabkan perforasi menembus bifurkasi
- Bila preparasi cavitas terlalu lebar maka dinding cavitas menjadi tipis dan
mudah pecah jika ditumpat
43
44