Upload
putra-boalemo
View
587
Download
52
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL GINJAL AKUT
BAB I KONSEP MEDIS
A.DEFINISI
Gagal ginjal akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang
biasanya, tidak dapat seluruhnya, reversibel (Arief Mansjoer, 1999).
Gagal ginjal akut merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan
mendadak (dalam beberapa jam bahkan beberapa hari) laju filtrasi glomerolus (LFG),
disertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin) ( Sarwono, 2001).
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang
ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya hitungan dalam
beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi
glomerolus (LFG) yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum
meningkat sebanyak 0,5 mg/ dl/ hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/ dl/
hari dalam beberapa hari (Medicastore, 2008).
B. ETIOLOGI
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah:
a. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya
laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume
(hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis
atau anafilaksis), dan gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal jantung
kongestif, atau syok kardiogenik)
b. Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus
atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat benturan, dan infeksi
serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus akut (ATN) dan
berhentinya fungsi renal. Cedera akibat terbakar dan benturan menyebabkan
pembebasan hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan dari otot ketika
cedera), sehingga terjadi toksik renal, iskemik atau keduanya. Reaksi tranfusi yang
parah juga menyebabkan gagal intrarenal, hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme
hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal menjadi
faktor pencetus terbentuknya hemoglobin. Penyebab lain adalah pemakaian obat-obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terutama pada pasien lansia. Medikasi ini
mengganggu prostaglandin yang secara normal melindungi aliran darah renal,
menyebabkan iskemia ginjal.
c. Pasca renal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal meningkat, akhirnya laju
filtrasi glomerulus meningkat. Meskipun patogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan
oligoria belum diketahui, namun terdapat masalah mendasar yang menjadi penyebab.
Beberapa factor mungkin reversible jika diidentifikasi dan ditangani secara tepat
sebelum fungsi ginjal terganggu. Beberapa kondisi yang menyebabkan pengurangan
aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal: (1) hipovolemia; (2) hipotensi; (3)
penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif; (4) obstruksi ginjal atau traktus
urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah, atau batu ginjal dan (5) obstrusi vena atau
arteri bilateral ginjal. ( Sarwono, 2001).
C. PATOFISIOLOGI
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu : Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria. Stadium Oliguria. Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung atau
dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kali pada waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon terhadap kegelisahan atau minum yang berlebihan. Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
Stadium III. Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gagal ginjal akut (GGA /ARF) biasanya ditandai dengan :
1. Meningkatnya urea darah dan kreatinin serum semasa pengawasan bersiri
2. Berkurangnya pengeluaran air kencing
3. Ciri-ciri kelebihan cairan, seperti feriferal dan oedema pulmonari
4. Hiperkalemia, asidosis dan anemia
5. Kadang-kadang mungkin terdapat gejala dan ciri-ciri perikarditis
Manakala oliguria (isipadu kecing <400 mls/24J) adalah biasa, ARF bukan
oligurik pula didapati bertambah dan lebih kerap, terutamanya bagi pesakit yang
mengalami luka terbakar teruk dan bagi pesakit yang cedera ginjal disebabkan
oleh agen nefrotoksik (Shaukat, 2009).
E. KOMPLIKASI
Infeksi : pneumonia, septikemia, infeksi nosokomial.
Gangguan elektrolit : uremia, hiperkalemia, hiponatremia, asidosis metabolik.
Neurologi : kejang uremik, flap, tremor, koma, iritabilitas neuromuskular, gangguan
kesadaran.
Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahan GIT.
Hematologi : hipertensi, anemia, diatesishemoragik.
Jantung : Payah jantung, edema paru, aritmia, efusi perikardium.
( Sarwono, 2001).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi : ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat komplikasi
yang terjadi.
Foto polos abdomen : untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu atau obstruksi).
Dehidrasi dapat memperburuk keadaan ginjal, oleh karena itu penderita
diharapkan tidak puasa.
USG : untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal.
IVP (Intra Vena Pielografi) : untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini beresiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu. Misal :
DM, usia lanjut, dan nefropati asam urat.
Renogram : untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan.
Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
2. EKG : untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
3. Biopsi ginjal
4. Pemeriksaan laboratorium yang umumnya menunjang kemungkinan adanya GGA :
Darah: ureum, kreatinin, elektrolit serta osmolaritas
Urin: ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas dan berat jenis.Laju Endap Darah
(LED) : meninggi oleh karena adanya anemia dan albuminemia.
Ureum dan kreatinin : meninggi.
Hiponatremia umumnya karena kelebihan cairan
Peninggian gula darah akibat gangguan metabolisme karbihidrat pada gagal
ginjal.
Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang menurun,
HCO3 menurun, PCO2 menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam
organik pada gagal ginjal.
(Medicastore, 2008).
G. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas
biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ;
menghilangkan kecendurungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal
akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan
ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian
pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L),
perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan
perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian
ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau
melalui retensi enema.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan Penatalaksanaan keseimbanagan cairan
didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin
dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan
haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan
perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
H. PENCEGAHAN KOMPLIKASI
Pasien yang mengkonsumsi agens potensial nefrotoksik (aminoglikosida, gentamisin, ), fungsi ginjalnya harus dipantau dengan mengevaluasi kadar BUN dan kreatinin serum dalam 24 jam sejak terapi medikasi diberikan dan sekurang-kurangnya pasien menerima terapi. Hidrasi yang adekuat untuk pasien yang beresiko, pengenalan dan penanganan syok, hipotensi, infeksi yang tepat, pemanatauan fungsi renal, haluaran urine, tekanan arteri serta vena sentral yang tepat, perhatian terhadap perawatan kateter, luka yang cermat serta protokol transfusi.
PENYIMPANGAN KDM
GAGAL GINJAL AKUT
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data dasar Pengkajian1. Keadaan umum :2. Identitas : nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit SekarangKeluhan utama tidak bisa kencing, kencing sedikit, sering BAK pada malam hari, kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.
b. Riwayat Penyakit DahuluAdanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit predisposisi terjadinya GGA serta kondisi pasca akut. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan pengunan berulang, riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik. Kondisi yang terjadi bersamaan : tumor sal kemih; sepsis gram negatif, trauma/cidera, perdarahan, DM, gagal jantung/hati.
c. Riwayat Kesehatan KeluargaRiwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urinarius atau yang lainnya.
4. Pola kebutuhan
a. Aktifitas dan istirahat :
gejala : Kelitihan kelemahan malaese
Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
b. Sirkulasi.
Tanda :
- Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat
kehamilan).Disritmia jantung.
- Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
- DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
- Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
- Pucat, kecenderungan perdarahan.
c. Eliminasi
Gejala :
- Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau
penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
- Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
- Abdomen kembung diare atau konstipasi
- Riwayat HPB, batu/kalkuli
Tanda :
- Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
- Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
d. Makanan/Cairan
Gejala :
- Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi)
- Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
- Penggunaan diuretik
Tanda :
- Perubahan turgor kulit/kelembaban.
- Edema (Umum, bagian bawah).
e. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur dan Kram otot/kejang, sindrom “kaki
Gelisah”.
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa, kemudian Kejang,
faskikulasi otot, aktifitas kejang.
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.
g. Pernafasan
Gejala : nafas pendek
Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk
produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
h. Keamanan
Gejala : adanya reaksi transfusi
Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
i. Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius,
malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik
penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator,
Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan
tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan ,
perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit b/d edema dan menurunnya tingkat aktivitas2. Kelebihan volume cairan b/d perubahan mekanisme regulasi, edema.3. Gangguan perfusi jaringan b/d kurangnya suplai oksigen ke jaringan
C. TUJUAN DAN RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Kerusakan integritas kulit
Definisi : Perubahan/gangguan epidermis dan/atau dermis.
Batasan Karakteristik : Kerusakan lapisan
kulit (dermis) Gangguan
permukaan kulit (epidermis
Invasi struktur tubuh
Faktor yang berhubungan : Eksternal
- Zat kimia, Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembapan- Hipertermia,H
ipotermia- Faktor
mekanik (mis,gaya gunting)
- Medikasi- Lembab
Tissue Integrity : Skin and Mucous membranes
Hemodyalis akses
Kriteria hasil : Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan Tidak ada luka/lesi pada
kulit Perfusi jaringan baik Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera tulang
Mampu melindungi kulit da mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
1. Monitor keadaan kulit pasien2. Jaga dengan cermat terhadap
resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu yang terlalu tinggi dan akibat cidera panas yang tidak terasa ( bantalan pemanasan, radiator )
3. Mobilisasi pasien setiap dua jam sekali
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti histamine dan salep kuli
- Imobilitasi fisik
Internal- Perubahan
status cairan perubahan pigmentasi
- Peru bahan turgor
- Faktor perkembangan
- Kondisi ketidakseimbangan nutrisi
- Penurun imunologis
- Penurunan sirkulasi
- Kondisi gangguan metabolik
- Gangguan sensasi
- Tonjolan tulang
2 Kelebihan volume cairan
Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik
Batasan Karakteristik :- Mekanisme
pengaturan melemah
- Asupan cairan berlebihan
- Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
- Asupan berlebihan dibanding output
- Distensi vena jugularis
- Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak
❖ Electrolit and acid base balance
❖ Fluid balance❖ Hydration
Kriteria Hasil:- Terbebas dari edema,
efusi, anaskara- Bunyi nafas bersih, tidak
ada dyspneu/ortopneu- Terbebas dari distensi
vena jugularis, - Memelihara tekanan vena
sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN
- Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Pasang urin kateter jika diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
4. Monitor vital sign5. Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
6. Kaji lokasi dan luas edema7. Monitor masukan makanan /
cairan 8. Monitor status nutrisi9. Berikan diuretik sesuai interuksi10. Kolaborasi pemberian obat:11. Monitor berat badan12. Monitor elektrolit 13. Monitor tanda dan gejala dari
odema
nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), , pleural effusion
- Oliguria, azotemia - Perubahan status
mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor yang berhubungan :- Kehilangan cairan
aktif- Kegagalan
mekanisme regulasi
3 Ketidakefektifan perfusi jaringan
Definisi : penurunan sikulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan karakteristik :
Tidak ada nadi Perubahan
fungsi motorik Perubahan
karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembapan, kuku, sensasi, suhu)
Indek ankle-brakhial <0,90
Perubahan tekanan darah diekstremitas
Waktu pengisian kapiler >3 detik
Klaudikasi
circulation status tissue perfusion : cerebral
Kriteria Hasil :Mendemonstrasikan status sirkulasi yang di tandai dengan : tekanan systole dan
diastole dalam rentang yang di harapkan
tidak ada ortostatik hipertensi
tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang di tandai dengan : Berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan kemampuan
Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orientasi
Memproses informasi Membuat keputusan
dengan benar menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/ dingin/ tajam/ tumpul
2. Monitor adanya paretese3. Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proktesi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB7. Kolaborasi pemberian analgetik 8. Monitor adanya tromboplebitis 9. Diskusikan mengenai penyebab
perubahan sensari
Warna tidak kembali ketungkai saat tungkai diturunkan
Kelambatan penyembuhan luka perifer
Penurunan nadi Edema Nyeri
ekstremitas Bruit femoral Pemendekan
jarak total yang di tempuh dalam uji berjalan enam menit
Pemendekan jarak bebas nyeri yang di tempuh dalam uji berjalan enam menit
Perestesia Warna kulit
pucat saat elevasi
Faktor yang berhubungan : Kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat(mis.,merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit (mis., diabetes, hiperlipidemia)
Diabetes mellitus
Hipertensi
kesadaran membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter.
Gaya hidup monoton
merokok