Upload
walusi-ana
View
123
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rjp
Kedaruratan Pernafasan
Dr. Zulfachmi Wahab SpPD FINASIM
Anatomi dan Fisiologi
Diafragma
Nervusphrenicus
NerviIntercostales
Trakea
Larinks
Cara menilai pernafasan
Jenis pernafasan
Pernafasan
Reguler * otot interkostal * diafragma
Auksiler * otot tambahan(tambahan)
Otot Tambahan utk Pernafasan
InspirasiEkspirasi
Dada mengembang – diafragma ke bawah – Abd. masuk
Dada mengempis –diafragma ke atas – abd. keluar
Mengapa kalau dada mengembang,
paru ikut mengembang ?
Pleura Parietalis(melekat pada dd.dada)
Pleura viseralis(melekat pada paru)
Kavum pleura(tekanan negatif)
Sinus kosto-frenikus
Kontrol Pernafasan : jalur eferen (turun)
1. M.Interkostalis : Th 1 - Th 12
Kontrol Pernafasan : jalur eferen (turun)
2. Diafragma : C 3-4-5
Patofisiologi reflekspernafasan
Chemoreceptor
Pusat Pernafasan (MO)
Otot Pernafasan
Ventilasi
1 2
I E
Pernafasan Reguler
Inspirasi : kontraksi otot
1. Otot Diafragma C 3-4-5 2. Otot Interkostal Th 1-12
Ekspirasi : pasif (relaksasi otot)
Dewasa :Abdomino-torakal(laki-laki), toraco-abdominal (wanita)
AIRWAY OBSTRUCTION
Obstruksi : - Total = Akut = Perlahan
- Parsial
Airway
Setiap usaha memperbaiki Airway akan menggerakkan kepala
Pasien dicurigai fraktur servikal :
• multitrauma• trauma kapitis + penurunan kesadaran• luka kranial dari klavikula• Biomekanika
Bila ada trauma selalu IMOBILISASI LEHER
Cara membuka jalan nafas pada pasien trauma
Chint Lift Jaw Thrust
Gejala Obstruksi Airway
1. Sesak ! ! Dapat karena - Airway - Breathing
2. Pernafasan yang berbunyi pernafasan yang TERSUMBAT
1.Sesak Mengeluh sesak ( pasien sadar) Takipnea Retraksi ( suprasternal, infrasternal, antar iga )
2. Pernafasan berbunyi Gurgling (bunyi kumur-kumur) Cairan Snoring (mengorok) Lidah Stridor ( Crowing ) Sumbatan anatomis
Gejala obstruksi Airway
Penanggulangan obstruksi
3. Sumbatan anatomis (Stridor) : Trauma Edema laring pada luka bakar Fraktur laring Non Trauma benda asing, difteri
Biasanya perlu Jalan Nafas Definitif
Indikasi :
1. Proteksi Airway (A) Ancaman obstruksi Ancaman aspirasi 2. Perlu ventilasi (B)
memasukkan pipa (Tube) dalam trakea (dengan Cuff )
Airway Definitif :
Airway Definitif
Kriko/Trakeostomi
Orotrakeal
Nasotrakeal
1. Blind Naso-tracheal : Sambil mendengar pernafasan Dorong saat inspirasi Bila suara hilang kemungkinan masuk esofagus Hati-hati bila fraktur basis kranii
Airway Definitif
2. Oro-trakeal : Dapat tanpa / dengan pelemas otot Selalu persiapan yang baik (lampu, Cuff) Selalu bersiap untuk kriko - tiroidotomi
Airway Definitif
Intubasi oro-trakeal
Intubasi Oro-trakeal
Jangan dilakukan Hyperekstensi pada kasus TRAUMA
Sellick
3. Kriko-tiroidotomi : Dengan jarum Surgikal oleh dokter
Kartilago tiroid
Membrana
Kartilago krikoid
Trakea
Krikotirodotomi - jarum :
Ditusukkan lewat membrana
kriko-tiroidea Sambung dengan
oksigen, 1 detik tutup, 4 detik
buka Waktu ekstra 30-45
menit
Jarum ukuran 14 G
Airway Definitif
Kriko-tiroidotomi surgikal
Airway Definitif
1. Penderita tidak sadar & gelisah atau gigi terkatup
Alternatif : Berikan sedativa lalu intubasi lagi Coba naso-trakeal (kontra indikasi ?) Oro-trakeal memakai pelemas otot Kriko-tirotomi dengan jarum sambil menunggu dokter untuk melakukan krikotirodotomi surgikal
Penyulit penanggulangan Airway
2. Darah banyak dalam mulut (sering karena trauma maksilo-fasial)
Tindakan Suction, bila tidak berhasil Langsung krikotirotomi
Gejala gangguan breathing :1. Frekuensi pernafasan 2. Dispnea3. Sianosis4. Pemeriksaan fisik ( Look - listen – feel )5. Saturasi O2 dengan pulse oxymeter (bila ada)
Dengan Oksigenasi & Ventilasi
Gangguan Breathing
OpenPneumotorax
TensionPneumotorax
Flail Chestdng
Kontusio Paru
MassiveHematotorax
Cedera toraks yang dengan cepat dapat
mengakibatkan Kematian dng Cepat
Beberapa keadaan penyebab gangguan breathing :
Gangguan Breathing
Ventilasi tambahan Mouth to Mouth Mouth to mask Bagging Ventilator
Selalu berikan bila KU kurang baik
Pemberian oksigen
Bila Sat O2 < 95 % : Airway baik ? Ada sebab ? Atasi O2 face mask 11 LPM O2 non-rebreathing mask 11 LPM Assissted ventilation (sering perlu airway definitif) Bila ada sebab gangguan breathing atasi sesuai penyebab
Evaluasi Breathing
GAGAL NAPAS
GAGAL NAPAS AKUT
Kehilangan kemampuan ventilasi
Kebutuhan oksigen darah & organ terganggu
Disfungsi sistem respirasi
DIAGNOSIS
Diagnosis gagal napas akut ditegakkan bila
terdapat dua dari empat kriteria, yaitu :
Sesak napas akut
PaO2 kurang dari 50 mmHg dengan pernapasan di udara ruangan
PaCO2 lebih dari 50 mmHg
PH sesuai dengan asidosis respiratorik.
KLASIFIKASI
TIPE I (ACUTE HYPOXEMIA )
Ciri khusus tipe ini :
PaO2 50 mmHg
PaCO2 40 mmHg,
MekanismeKetidaknormalan tekanan parsial oksigen
inspirasi (low PlO2) Kegagalan difusi oksigen Ketidakimbangan ventilasi/perfusi [V/Q
mismatch] Shunting kanan ke kiri Alveoli terisi cairanKonsumsi oksigen jaringan yang tinggi. Contoh kasus gagal napas tipe I:Edema Paru (Kardiogenik, ARDS)PneumoniaPerdarahan paruTrauma dada
Tipe II ( HYPOVENTILASI )
Ciri khusus tipe ini :
PaO2 50 mmHg
PaCO2 > 50 mmHg.
Mekanisme: Kegagalan ventilasi
Kendali napas turun
Ruang rugi meningkat
Contoh kasus gagal napas tipe II :
1. Kelainan sistem saraf pusat
2. Kelemahan neuromuskuler (myastenia gravis)
3. Deformitas dinding dada
4. Penyakit paru obstruktif ( asma, PPOK, fibrosis paru)
Tipe III ( PERIOPERATIVE)
Mekanisme:
Atelektasis
Turunnya FRC
Closing volume meningkat
Contoh kasus gagal napas tipe III:
1.Posisi ( supine)
2.Obesitas
3.Operasi abdomen atas ( peritonitis)
4.Anestesi
5.Penumpukan cairan ( ascites )
Tipe IV ( SHOCK )
Mekanisme:
Hipoperfusi
Kardiogenik
Hipovolemik
Sepsis
Contoh kasus gagal napas tipe IV :
1.Infark miokard
2.Hipertensi pulmonal
3.Perdarahan, dehidrasi, tamponade
4.Endotoksin, Bakteremia
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gagal napas meliputi :
Oksigenasi jaringan yang adekuat
Meningkatkan kapasitas residu fungsional
Mempertahankan tekanan kapiler paru yang rendah
Mengobati penyakit dasar
Mengatasi komplikasi
PENATALAKSANAAN
TIPE I
Mengurangi cairan edema ( balance cairan )
Terapi pneumonia
Pengeluaran cairan pleura
Stabilisasi dinding dada
Penggunaan PEEP
Meminimalkan dead space.
PENATALAKSANAAN TIPE II
Hipoksemia : pemberian O2
Hindari obat sedasi
Bronkodilator
Pembersihan sekret bronkus
Terapi infeksi bronkus
Menurunkan produksi CO2
PENATALAKSANAAN CEGAH VENTILASI MEKANIK
TIPE III
Posisi kepala lebih tinggi 45°
Mengurangi rasa sakit pada saat incisi
Drain pada ascites
Pengembangan paru pada atelektasis
Stop rokok
Awasi terjadinya overhidrasi
TIPE IV
Koreksi elektrolit
Nutrisi kalori dan protein
Aminophillin
TERIMA KASIH