Author
choirul-anwar
View
37
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah komunitas semester 5
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan perusahaan (tempat kerja), tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.Dewasa ini pembangunan nasional tergantug banyak kepada kualitas, kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia yang termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Pada hakikatnya kesehatan kerja mempelajari semua faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, metode kerja, kondisi kerja, dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan penyakit, kecelakaan, atau gangguan kesehatan lain. Secara bertahap, lingkup tersebut diperluas sebagai hasil-hasil penelitian yang memperjelas akan pentingnya ketiga elemen tersebut serta kaitannya terhadap hubungan timbal balik antara pekerjaan dengan berbagai kendala yang ada di dalam pekerjaan di satu pihak, dan manusia yang melaksanakan pekerjaan dengan kendala yang terjadi di dalam pekerjaan di lain pihak.Pekerja di dunia berjumlah 2,7 milyar, 312.000 mati akibat kecelakaan kerja, sedangkan di Amerika serikat dari 150 juta pekerja hanya 6000 mati karena kecelakaan kerja, 10 juta DALYs (Ezzaty dkk, 2004 dalam Arif 2010). Dewan keselamatan dan kesehatan kerja nasional, Dr. Harjono, Msc, mengatakan bahwa berdasarkan data ILO (2003) setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2,2 juta serta kerugian finansial sebesar 1,25 triliun USD. Di Indonesia menurut data dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar, pada tahun 2012 terjadi 96.400 kecelakaan kerja yang terjadi, sebanyak 2.144 diantaranya tercatat meninggal dunia dan 42 lainnya cacat. Muhaimin mengakui sampai dengan September 2012 angka kecelakaan kerja masih tinggi yaitu pada kisaran 80.000 kasus kecelakaan kerja. Berdasarkan informasi Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan pada Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi, Drs Muji Handaya, M.Si, Provinsi Jawa Tmur menempati peringkat ketiga paling banyak dalam jumlah kecelakaan kerja selama 2010-2011 dengan catatan sebanyak 26 ribu kasus.Oleh karena itu penting bagi kita selaku tenaga kerja kesehatan yaitu perawat komunitas yang berada di lingkungan perusahaan atau pabrik untuk menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja yang ada di dalamnya, dalam makalah ini akan dibahas tanggung jawab serta peran serta dari perawat sesuai tugas dan kewajibannya sehingga diharapkan setelah mempelajari makalah ini kita dapat memberikan asuhan keperawatan bagi pekerja di lingkungan perusahaan ataupun pabrik.
1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana konsep keperawatan kesehatan kerja?1.2.2 Bagamana asuhan keperawatan komunitas pada kelompok kerja?1.3 Tujuan1.3.1 Mengetahui konsep keperawatan kesehatan kerja.1.3.2 Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada kelompok kerja1.4 ManfaatMahasiswa mampu memahami tentang konsep keperawatan pada komunitas kelompok kerja serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada komunitas kerja.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Dasar Kesehatan KerjaUpaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang kesehatan tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri.Pelayanan kesehatan di bawah pengawasan medis diberikan pada orang yang mengalami kecelakaan kerja. Praktik keperawatan spesialis memberi pelayanan kesehatan kepada pekerja atau populasi pekerja yang berfokus pada promosi, proteksi dan perbaikan kesehatan pekerja dalam konteks kesehatan lingkungan kerja. Spesialisasi ilmu kesehatan beserta praktiknya bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental ataupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit, gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja (Effendy, 1998).2.2 Komponen Kesehatan KerjaAda tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tertentu akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal, yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja (Sumamur, 1996).a. Kapasitas KerjaKapasitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk melakukan aktifitas pekerjaan. Kapasitas kerja seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik dan psikis yang baik diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan bagaimana mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung kepada keterampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia, tingkat kesehatan dan ukuran-ukuran tubuh (Depkes RI, 1994). Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja merupakan modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan yang perlu diperhatikan. Semakin tinggi keterampilan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa bekerja, sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit. Suatu contoh sederhana tentang kurangnya beban kerja bagi seorang ahli adalah seorang perawat yang dengan mudah memasang infus pada pasien di unit gawat darurat. Kesegaran jasmani dan rohani juga merupakan penunjang penting produktivitas seseorang dalam kerjanya. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja, bahkan sampai setelah berhenti bekerja.b. Beban KerjaPekerjaan yang dilakukan adalah memberikan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud adalah berupa beban fisik misalnya: menyapu, memikul, dan sebagainya, beban mental setelah berpikir. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres. Pada umumnya tenaga kerja hanya mampu memikul beban hingga berat tertentu, atau sering disebut sebagai beban maximal. Sehingga perlu penempatan tenaga kerja yang tepat dengan kemampuannya. Ketepatan penempatan tenaga kerja harus mempertimbangkan antara lain kecocokan, pengalaman, keterampilan, motivasi dan lain-lain.c. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya, suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan terhadap jasmani dan rohani tenaga kerja. Beban tambahan berasal dari lingkungan pekerjaan seperti suhu udara dingin atau panas, kebisingan, hujan serta keserasian pekerjaan dengan alat-alat yang digunakan (Depkes RI, 1994).a. Faktor fisik: pencahayaan, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kebisingan, radiasib. Faktor kimia: gas, uap cairan, debuc. Faktor biologi: bakteri, virus, tumbuhan, hewan, parasitd. Faktor fisiologis: konstruksi peralatan, sikap kerja, cara kerja e. Faktor psikologis: suasana kerja, hubungan antar tenaga kerja atau dengan pengusaha, pemilihan kerja2.3 Lingkungan KerjaPenyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dengan usaha-usaha untuk mencegahnya. Misalnya, antara penyakit yang sudah jelas penularannya (melalui darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang) atau perlindungan bagi para pekerja rumah sakit yang belum memadai dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung. Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-bahaya dilingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit kerja, ditempuh dengan 3 langkah utama yaitu: pengenalan lingkungan kerja, evaluasi lingkungan kerja dan pengendalian lingkungan dari berbagai bahaya dan resiko kerja.a. Pengenalan lingkungan kerjaPengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan dilingkungan kerja biasanya pada waktu survei pendahuluan dengan cara melihat dan mengenal (walk-through survey), sebagai salah satu langkah dasar yang harus dilakukan dalam upaya program kesehatan kerja. Beberapa bahaya dan resiko tersebut dapat dengan mudah dikenali, seperti masalah kebisingan yang sulit mendengar percakapan. Bahaya lain yang tidak jelas atau sulit untuk dikenali seperti zat-zat kimia yang berbentuk dari suatu rangkaian proses produksi tanpa disertai tanda-tanda sebelumnya.Untuk dapat mengenali bahaya dan resiko lingkungan kerja dengan baik dan tepat, sebelum dilakukan survey pendahuluan perlu didapatkan segala informasi mengenai proses dan cara kerja yang digunakan, bahan baku dan bahan tambahan lainnya, hasil antara hasil akhir sampingan serta limbah yang dihasilkan. Kemungkinan-kemungkinan terbentuknya zat-zat kimia yang berbahaya secara tak terduga perlu juga dipertimbangkan. Hal lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu efek-efek terhadap kesehatan dari semua bahaya-bahaya dilingkungan kerja termasuk pula jumlah pekerja yang potensial terpapar, sehingga langkah yang ditempuh, evaluasi serta pengendaliannya dapat dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan yang ada. b. Evaluasi lingkungan kerjaMerupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga dapat dijadikan alat untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan. Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, menetapkan karakteristiknya serta memberikan gambaran cakupan besar dan luasnya pamajanan. Tingkat pemajanan zat/bahan berbahaya yang terkendali selama survey pendahuluan harus ditentukan secra kualitatif dan atau kuratif, melalui berbagai teknik misalnya pengukuran kebisingan, penentu indeks tekanan panas, pengumpulan dan analisis dari sampel udara dan zat-zat kimia dan partikel-partikel (termasuk ukuran partikel) dan lain-lain.Setelah mendapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari proses pemajanan dapat dilakukan perbandingan dengan standar kesehatan kerja yang berlaku, maka penilaian dari bahaya dan resiko yang sebenarnya terdapat dilingkungan kerja yang telah tercapai.c. Pengendalian lingkungan kerjaPengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat atau bahan berbahaya dilingkungan kerja. Kedua tahap sebelumnya pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hal ini dapat dicapai denganteknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan dikalangan para pekerja. Walaupun setiap kasus pempunyai keunikan masing-masing, terdapat prinsip-prinsip dasar teknologi pengendalian yang dapat diterapkan, baik secara sendiri maupun kombinasi, terhadap sekumlah besar situasi tempat kerja.Pada dasarnya pengendalian terhadap bahaya-bahaya lingkungan kerja dapat dikelompokan kedalam 2 kategori yaitu pengendalian lingkungan dan pengendalian perorangan a. Pengendalian lingkungan (environment control measure)Meliputi perubahan dari proses kerja dan atau lingkungan kerja dengan maksud untuk pengendalian dari bahaya-bahaya kesehatan baik dengan meniadakan zat/bahan tersebut hingga tingkat tidak membahayakan kesehatan, serta mencegah kontak antara zat/bahan dengan para pekerja.Salah satu cara yang digunakan adalah penghapusan atau pengurangan zat/bahan berbahaya pada sumbernya. Suatu proses yang diduga menghasilkan atau membentuk zat-zaat yang berbahaya dapat dipertimbangakan untuk dihentikan.Pengantian bahan-bahan yang lebih beracun (pelarut, bahan bakar, bahan baku, bahan-bahan lainnya) merupakan cara yang efektif untuk pengendalian pemajanan bahan-bahan berbahaya. Misalnya trichloroethylene dapat diganti dengan carbontetra chloride (CC14) dalam pengguanaannya sebagai bahan pelarut atau sebagai pembersih gemuk.Cara isolasi dapat digunakan terhadap zat-zat yang berbahaya untuk mencegah kontak dengan pekerja. Berbagai cara isolasi yang dapat digunakan antara lain: system tertutup untuk bahan-bahan kimia beracun, adanya dinding pemisah antara daerah berbahaya dan daerah yang tidak berbahaya, penutup tehadap sebagian atau seluruh dari proses-proses untuk mencegah kontaminasi udara ruang kerja.Ventilasi ditempat kerja dapat digunakan untuk menjaminsuhu yang nyaman, sirkulasi udara segar diruang kerja sehingga dapat melarutakan zat-zat pencemar diudara mencapai pernafasan para pekerja.Cara basah, digunakan untuk mengendalikan dispersi debu yang mengrogoti lingkungan kerja dengan mneggunakan air atau bahan-bahan basah lainnya. Cara ini banyak digunakan didalam industru-industri kecil misalnya pada industru kayau, peleburan logam, dan asbes.b. Pengendalian perorangan (personal control measure)Pengguanaan alat perlindungan perorangan merupakan alternative lain untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya kesehatan. Namun perlu diperhatikan bahwa alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat untuk bahaya-bahaya tertentu. Tesisten terhadap kontaminan-kontaminan udara, mudah dibersihkan dan dipelihara dengan baik. Serta sesuai untuk para pekerja yang memakainya. Untuk alat-alat tertentu seperti alat pelindung pernafasan, sumbat/ tutup telinga, pakaian kerja kedap air.Pembatasan waktu selama pekerja terpapar terhadap zat tertentu yang berbahaya dapat menurunkan resiko terkenanya bahaya-bahaya kesehatan dilingkungan kerja. hal ini dapat dicapai melalui penerapan cara-cara kerja. Rotasi pekerja atau pengendalian adaministratif, yang merupakan prosedur yang memungkinkan dilakukan penyesuaian jadwal kerja untuk mengurangi pemajanan kebersihan perorangan yang meliputi lkebersihan diri dan pakaian, hal ini merupakan hal yang penting untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan bahan-bahan kimia serta partikel-partikel lainnya.Tujuan Penerapan Keperawatan Kesehatan KerjaSecara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman,1990)1. Agar tenaga kerja dan setiap orangyang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lamcar tanpa adanya hambatan2.4 Kecelakaan KerjaMenurut Peraturan Menteri Kerja RI Nomor:03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah penyebab dasar (basic causes) dan penyebab langsung (immediate causes).
1. Penyebab Dasara. Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis; kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian); stress; dan motivasi yang tidak cukup atau salah.b. Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kemampuan kepemimpinan dan/atau pengawasan, rekayasa (engineering), pembelian atau pengadaan barang, perawatan (maintenance), alat-alat,perlengkapan, dan barang-barang atau bahan-bahan, standar-standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja.2. Penyebab Langsunga. Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standar-unsafe condition),yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan pengaman, pelindung, atau rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat; bahan dan peralatanyang kurang memadai; bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan; kerapian atau tata letak (housekeeping) yang buruk; lingkungan berbahaya atau beracun (gas,debu,asap,uap, dan lainnya); bising; paparan radiasi; serta ventilasi dan penerangan yang kurang (B.Sugeng,2003).b. Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standar-unsafe act), yaitu tingkah laku, tindak tanduk, atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenang; gagal untuk memberi peringatan dan pengamanan; bekerja dengan kecepatan yang salah; menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi; memindahkan alat-alat keselamatan; menggunakan alat yang rusak;menggunakan alat dengan cara yang salah; serta kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan diri secara benar (B.Sugeng, 2003).2.5 Penyakit Akibat KerjaMenurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER-01/MEN/1998 tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja bahwa yang dimaksud penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi oleh populasi pekerja; disebabka oleh penyakit yang spesifik; ditentukan oleh pemajanan di tempat kerja; ada atau tidaknya kompensasi. Contohnya adalah keracunan timbal, asbestosis dan silikosis (Efendi & Makhfudli, 2009).Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)2.6 Peran PerawatPerawat Kesehatan Kerja (Occupational Health Nursing) merupakan cabang dari perawatan kesehatan masyarakat, yang memberikan pelayanan pada tenaga kerja atau kelompok tenaga kerja. Pelayanan berfokus pada promosi, proteksi, dan pemulihan kesehatan naker dalam hubungannya dengan keselamatan dan lingkungan kerja yang sehat. Pelayanan keperawatan kesehatan kerja bersifat otonom dan independen dalam menentukan penatalaksanaan keperawatan bidang kesehatan kerja (AAOHN-American Association of Occupational Health Nursing, 1994).Apabila dikembangkan lebih lanjut maka peranan perawat kesehatan kerja, mencakup tugas fungsional sebagai berikut :
1) Clinician direct carea. Menilai kebutuhan kesehatan pekerja, membuat diagnoss (Dx) keperawatan, merencanakan dan melaksanakan serta mengevaluasi dampak intervensi.b. Memberikan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pencegahan, mempertahankan serta memperbaiki masalah kesehatan.2) Coordinatora. Melakukan fungsi administrasi.b. Pelayanan dengan titik berat pencapaian kualitas peayanan yang cost-effective.3) Single nurse servicea. Menilai kesehatan dan keselamatan.b. Pengembangan program penilaian.4) Health promotion specialista. Fungsi administrasi.b. Pengembangan dan analysis program.5) Manager/administrator6) Corporate director7) Consultant8) EducatorDi dalam menjalankan fungsinya maka seorang perawat kesehatan kerja melakukan dua kelompok pekerjaan yang besar (Roestam, Ambar W., 2002):1. Penatalaksanaan kasus2. Penatalaksanaan program1) Peranan perawat kesehatan kerja pada penatalaksanaan kasus adalah dalam menerapkan proses perawatan dan prinsip-prinsip kesehatan masyarakat pada pekerja dan tempat kerja. Dengan kata lain penatalaksanaan kasus adalah penerapan standar pelayanan klinis keperawatan pada tenaga kerja. Berbeda dengan dokter yang melakukan analisa untuk mendapatkan diagnosia klinis, maka perawat kesehatan kerja diharapkan mampu membuat diagnosis keperawatan.Menyadari bahwa tugas dan peran perawat yang kompleks, di Amerika telah dikembangkan standar pelayanan klinis bidang kesehatan kerja (the Standards of Clinical Nursing Practice and the Professional Practice Standards AAOHN, 1994):a) Penilaian secara sistematis status kesehatan klien.b) Melakukan analisa data yang dikumpulkan untuk menegakkan diagnosis keperawatan.c) Mengidentifikasi tujuan spesifik keperawatan yang diharapkan.d) Mengembangkan rencana keperawatan yang komprehensif dan memformulasikan tindakan intervensi yang dilakukan pada setiap tingkat pencegahan serta terapi untuk mencapai tujuan perawatan.e) Melaksanakan intervensi untuk mempromosikan kesehatan, pencegahan penyakit dan kecelakaan, memfasilitasi pemulihan yang kesemuanya dipandu dengan rencana keperawatan (renpra).f) Secara sistimatis membuat evaluasi berkesinambungan terhadap respons klien dan kemajuan-kemajuan mencapai tujuan yang ditetapkan.2) Sedangkan peranan perawat pada Pengembangan, Pelaksanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah penerapan fungsi-fungsi administrasi pada programprogram kesehatan dan keselamatan kerja.Ruang lingkup peranan perawat dalam hal ini adalah :a. Pengembangan program meliputi:1. Assessment, meliputi: data, worker related assessment, environmental assessment, workplace assessment, assessment tools.2. Perencanaan program, meliputi: analisis SWOT, identifikasi sumber daya, pengembangan tujuan.b. Implementasi program: mengikuti rencana dan tahapan.c. Evaluasi program, meliputi:1. Evaluasi proses.2. QA : structure, process dan outcome.3. Methods.4. cost-effective & cost benefit program.Melihat peranan perawat kesehatan kerja di atas, maka tingkat kompetensi perawat kesehatan masyarakat menjadi sedikit berbeda dengan perawat klinik. Beberapa kemampuan lain perlu dimiliki oleh perawat kesehatan kerja. Ketrampilan management, pengetahuan terhadap toksikologi, ergonomi, epidemiologi, kesehatan lingkungan, keselamatan serta cara penyuluhan merupakan ketrampilan yang essential yang perlu dimiliki (Roestam, Ambar W., 2002).Di bawah ini contoh-contoh area kompetensi seorang perawat kesehatan kerja:1. Manajemen dan administrasia. Penatalaksanaan keuanganb. Penggajianc. Mengembangkan program dan tujuan akhird. Menyelenggarakan pelayanan komprehensive beserta seluruh programnyae. Mengetahui kebutuhan perusahaan dan karyawannyaf. Menulis laporang. Melakukan audit dan penjaminan mutuh. Menangani kompensasi karyawani. Negosiasij. Koordinasi dengan lain-lain profesi2. Asuhan Keperawatana. Melaksanakan proses perawatanb. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pelayanan kesehatan primerc. Melakukan assessment phisikd. Melakukan anamnesae. Melakukan testing medisf. Melaksanakan immunisasi sesuai protokolg. Respon terhadap hal-hal yang emergensih. Pengetahuan tentang issues kesehatan3. Konsultasia. Menjadi nara sumber bagi perusahaan dan karyawan terhadap issu-issu yang berhubungan dengan kesehatanb. Mempunyai pengetahuan yang luas tentang kesehatan masyarakat dan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja4. Penyuluhan kesehatana. Mengenai hubungan perbedaan budaya dengan status kesehatanb. Menggunakan cara komunikasi yang efektif pada pekerja maupun manajemen perusahaanc. Membuat presentasi yang efektifd. Menggunakan tehnik-tehnik interpersonal komunikasie. Memberikan pembelajaran orang dewasa dan prinsip-prinsip penyuluhan kesehatanf. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program yang dilakukan5. Penelitiana. Mampu mengembangkan dan melaksanakan suatu surveyb. Mampu secara sistematis mengumpulkan data, menganalisa serta membuat intretasi data dari sumber-sumber yang berbedac. Mengenal kecenderungan dari tingkat kesehatan setiap departemen pada alur perusahaan tempat bekerja6. Kesehatan dan lingkungan kerjaa. Mempunyai pengetahuan tentang alur dan proses produksi di perusahaanb. Mampu mengidentifikasi paparan yang ada pada tempat kerjac. Mampu membuat rekomendasi yang tepat dan sasaran yang tepat dalam mengendalikan bahaya potensiald. Mempunyai pengetahuan tentang pengendalian engineering, administrasi serta alat pelindung diri untuk pencegahan bahaya7. Tanggung jawab hukum dan etikaa. Mengetahui peraturan dan perundangan yang berlakub. Pengetahuan terhadap standar keperawatan dan tanggung jawab profesi yang berlaku (legal-practice)c. Mengetahui legal-practiced. The client-nurse relationshipPeranan perawat pada program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bisa dikatakan sangat bermakna, mengingat tugas fungsional perawat dalam K3 begitu luas. Bisa dikatakan bahwa fokus utama perawatan kesehatan kerja adalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja dengan penekanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan cidera. Hal ini senada dengan tujuan K3 (Roestam, Ambar W., 2002).
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Contoh KasusPT X merupakan sebuah perusahaan yang berdiri sejak 2004 dan bergerak di bidang industri. Berdasarkan data HRD perusahaan, jumlah pekerja yang tercatat bekerja di PT X sebanyak 750 orang terdiri dari 600 orang laki- laki dan 150 orang perempuan. 70% diantara seluruh pekerja berusia antara 20- 29 tahun, 20% berusia 30-39 tahun dan sisanya berusia antara 40-55 tahun. Diantara seluruh pekerja tersebut, 85% pekerja beragama islam sementara 10% Kristen dan 5% nya beragama hindu. Sebanyak 65% pekerja sudah menikah dan 35% pekerja belum menikah. Berdasarkan data perusahaan, 20% pekerjanya adalah lulusan sarjana, 15% nya diploma, 55% nya lulusan SMA/ sederajat dan sisanya lulusan SMP. Rata- rata pekerja yang bekerja di perusahaan ini adalah penduduk sekitar, hanya sekitar 8% yang berasal dari luar daerah.PT X sendiri terletak di kawasan dataran rendah yang dekat dengan rumah penduduk dan area persawahan penduduk. Luas areal perusahaan ini cukup luas yang terdiri dari bangunan pabrik, kantor yang terdiri dari dua lantai, kantin dan juga musholla. Lingkungan di kawasan perusahaan tergolong cukup bersih, akan tetapi udara di sekitar kawasan ini tercium bau seperti besi atau baja dan tempat pembuangan limbahnya tidak tersedia. Limbah ini nanti hanya akan disalurkan ke sungai yang dekat dengan areal persawahan penduduk. Untuk kondisi mesin- mesin produksi tergolong baik, akan tetapi tiap mesinnya tidak diberi pengaman dan para pekerjanya tidak menggunakan alat keamanan/ perlindungan diri selama bekerja. Menurut para pekerja, mereka merasa tidak nyaman jika harus menggunakan masker dan alat lainnya saat bekerja karena mengganggu konsentrasi. Saat diwawancarai apakah di sini para pekerja tidak sering mengeluh tentang kondisi mereka, sebagian besar menjawab bahwa sebagian kecil dari pekerja (10%) sering mengalami ISPA dan sesak. Berdasarkan angket yang telah disebar, diketahui bahwa perusahaan telah sering memberitahu pekerja untuk memakai masker dan alat pelindung lainnya serta sering diadakan penyuluhan akan tetapi para pekerja masih menganggap remeh akan hal tersebut. Selain itu, di perusahaan ini juga terdapat klinik yang dijaga oleh 1 dokter dan 1 perawat. Para pekerja ini dapat berobat di sini jika mereka mengalami keluhan dan tanpa membayar karena mereka berada di bawah naungan PT Jamsostek.Dari hasil wawancara terkait kesehatan pekerja, dokter klinik perusahaan ini mengatakan bahwa para pekerja rata- rata yang datang mengeluh sesak/ ISPA dan sampai sejauh ini pernah ada 2 pekerja yang mengalami kecelakaan di lingkungan kerja yakni jari tangannya terpotong mesin. Sedangkan untuk masalah penghasilan, dari hasil wawancara pekerja didapatkan data bahwa rata- rata gaji yang diterimanya dari 7- 8 jam bekerja setiap hari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Gaji pokok perbulan pekerja yang ada di perusahaan ini bergantung kepada jabatan mereka, untuk operator (worker) sebesar Rp 1,2 juta, leader Rp 1,5 juta, foreman Rp 1,8 juta, Supervisor Rp 2 juta, manager Rp 3,2 juta, direktur Rp 6 juta dan presdir Rp 11 juta. Selain gaji pokok ini, juga terdapat tunjangan transportasi, bahasa, dll. Dan menurut wawancara dengan bagian keuangan, untuk operator samapu dengan supervisor bisa mengambil jam lembur dengan upah tiap jamnya sebesar Rp 12.500. Pekerja di perusahaan ini memperoleh informasi kesehatan dan keselamatan kerja melalui televisi, penyuluhan di perusahaan dan teman- teman kerjanya. PT X ini juga menyelenggarakan rekreasi bersama dan halal bihalal setiap tahunnya bersama para pekerja.3.2 Pengkajian Pengkajian pada pekerja industri menggunakan pendekatan community as partner meliputi data inti komunitas dan subsistem.3.2.1 Data Inti Komunitasa) Histori: perusahaan X berdiri sejak tahun 2004 dan memiliki 750 pekerja. Kebanyakan dari pekerja merupakan warga sekitar yakni sebesar 92%. Pekerja akan bekerja selama 7-8 jam setiap harinya dengan sistem shift yang terbagi menjadi 3 shift perharinya. Berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada para pekerja mereka mengatakan bahwa kebanyakan dari mereka belum memiliki pengalaman kerja sebelumnya.b) Demografi: Berdasarkan data HRD perusahaan, jumlah pekerja yang tercatat bekerja di PT X sebanyak 750 orang terdiri dari 600 orang laki- laki dan 150 orang perempuan. 70% diantara seluruh pekerja berusia antara 20- 29 tahun, 20% berusia 30-39 tahun dan sisanya berusia antara 40-55 tahun. Diantara seluruh pekerja tersebut, 85% pekerja beragama islam sementara 10% Kristen dan 5% nya beragama hindu. Sebanyak 65% pekerja sudah menikah dan 35% pekerja belum menikah. Berdasarkan data perusahaan, 20% pekerjanya adalah lulusan sarjana, 15% nya diploma, 55% nya lulusan SMA/ sederajat dan sisanya lulusan SMP. Rata- rata pekerja yang bekerja di perusahaan ini adalah penduduk sekitar, hanya sekitar 8% yang berasal dari luar daerah.c) Sarana dan prasarana: PT X sendiri terletak di kawasan dataran rendah yang dekat dengan rumah penduduk dan area persawahan penduduk. Luas areal perusahaan ini cukup luas yang terdiri dari bangunan pabrik, kantor yang terdiri dari dua lantai, kantin dan juga musholla. Selain itu, di perusahaan ini juga terdapat klinik yang dijaga oleh 1 dokter dan 1 perawat.d) Kecelakaan kerja: Dari hasil wawancara terkait kesehatan pekerja, dokter klinik perusahaan ini mengatakan bahwa para pekerja rata- rata yang datang mengeluh sesak/ ISPA dan sampai sejauh ini pernah ada 2 pekerja yang mengalami kecelakaan di lingkungan kerja yakni jari tangannya terpotong mesin.3.2.2 Data Subsistem Komunitasa) Lingkungan Fisiki. Inspeksi : Lokasi perusahanan dekat dengan perumahan penduduk dan juga areal persawahan. Luas areal perusahaan ini cukup luas yang terdiri dari bangunan pabrik, kantor yang terdiri dari dua lantai, kantin dan juga musholla. Lingkungan di kawasan perusahaan tergolong cukup bersih akan tetapi udara di sekitar kawasan ini tercium bau seperti besi atau baja dan tempat pembuangan limbahnya tidak tersedia serta hanya di alirkan ke sungai dekat areal persawahan. Kondisi mesin- mesin produksi tergolong baik, akan tetapi tiap mesinnya tidak diberi pengaman dan para pekerjanya tidak menggunakan alat keamanan/ perlindungan diri selama bekerja.ii. Auskultasi : Saat diwawancarai para pekerja mengatakan bahwa mereka tidak mempermasalahkan masalah lingkungan disekitar mereka akan tetapi saat ditanya apakah di sini para pekerja tidak sering mengeluh tentang kondisi mereka, sebagian besar menjawab bahwa sebagian kecil dari pekerja (10%) sering mengalami ISPA dan sesak. Menurut para pekerja, mereka merasa tidak nyaman jika harus menggunakan masker dan alat lainnya saat bekerja karena mengganggu konsentrasi.iii. Angket : Berdasarkan angket yang telah disebar, diketahui bahwa perusahaan telah sering memberitahu pekerja untuk memakai masker dan alat pelindung lainnya serta sering diadakan penyuluhan akan tetapi para pekerja masih menganggap remeh akan hal tersebut. Menurut para pekerja, mereka merasa tidak nyaman jika harus menggunakan masker dan alat lainnya saat bekerja karena mengganggu konsentrasi.b) Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan SosialPelayanan kesehatan yang memadai dan terstandar belum ada, hanya tersedia klinik yang berukuran kecil dan hanya dapat digunakan sebagai pengobatan biasa saja tanpa ada pendidikan kesehatan yang terjadwal setiap bulannya.Berdasarkan angket yang telah disebar, diketahui bahwa perusahaan telah sering memberitahu pekerja untuk memakai masker dan alat pelindung lainnya serta sering diadakan penyuluhan akan tetapi para pekerja masih menganggap remeh akan hal tersebutc) EkonomiDari hasil wawancara pekerja didapatkan data bahwa rata- rata gaji yang diterimanya dari 7- 8 jam bekerja setiap hari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Gaji pokok perbulan pekerja yang ada di perusahaan ini bergantung kepada jabatan mereka, untuk operator (worker) sebesar Rp 1,2 juta, leader Rp 1,5 juta, foreman Rp 1,8 juta, Supervisor Rp 2 juta, manager Rp 3,2 juta, direktur Rp 6 juta dan presdir Rp 11 juta. Selain gaji pokok ini, juga terdapat tunjangan transportasi, bahasa, dll. Dan menurut wawancara dengan bagian keuangan, untuk operator samapu dengan supervisor bisa mengambil jam lembur dengan upah tiap jamnya sebesar Rp 12.500.d) Keamanan dan transportasii. Keamanan: dari hasil windshield survey diketahui bahwa mesin- mesin yang terdapat di pabrik tidak terpasang pengaman. Sementara itu, dari hasil wawancara dengan perusahaan mereka telah menyediakan masker dan alat pelindung lainnya akan tetapi para pekerja malas menggunakannya karena menurut para pekerja sendiri hal tersebut membuat tidak nyaman dan sulit berkonsentrasi saat bekerja.ii. Transportasi: transportasi yang digunakan oleh para pekerja beragam mulai dari sepeda dan juga sepeda motor. Karena rumah para pekerja ini dekat dengan areal perusahaan, tidak sedikit juga para pekerja yang lebih memilih untuk jalan kaki ke tempat bekerjanya. Jalur menuju perusahaan ini juga telah diaspal dan dalam kondisi baike) Politik dan PemerintahanPada subsistem politik dan pemerintahan bagi pekerja industri adalah keikutsertaan pekerja industri dalam organisasi didalam perusahaan yang terkait dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Para pekerja industri tergabung dalam asuransi kesehatan yang diberikan oleh PT. A kepada seluruh pekerjanya yaitu melalui jasa asuransi kesehatan pekerja PT. Jamsostek.Setiap tahunnya sendiri, perusahaan juga mengadakan evaluasi mengenai kinerja pegawainya dan mengadakan komunikasi dengan pekerja yang diwakili oleh supervisor mengenai keluhan- keluhan pekerja dan apa yang perlu untuk diperbaiki.f) Komunikasi1. Komunikasi formalMedia komunikasi yang digunakan oleh pekerja industri untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja adalah melalui televisi, penyuluhan di perusahaan dan teman- teman kerjanya.2. Komunikasi informalSetiap tahunnya sendiri, perusahaan juga mengadakan evaluasi mengenai kinerja pegawainya dan mengadakan komunikasi dengan pekerja yang diwakili oleh supervisor mengenai keluhan- keluhan pekerja dan apa yang perlu untuk diperbaiki.g) Pendidikan Berdasarkan data perusahaan, 20% pekerjanya adalah lulusan sarjana, 15% nya diploma, 55% nya lulusan SMA/ sederajat dan sisanya lulusan SMP. Kemudian perusahaan juga sering mengadakan penyuluhan terkait keselamatan dan kesehatan kerja.h) Rekreasi PT X ini juga menyelenggarakan rekreasi bersama dan halal bihalal setiap tahunnya bersama para pekerja. Maksud dari adanya kegiatan ini adalah untuk menurunkan stressor pekerja dan menambah keakraban antar pekerja dan direksi. Adapun tempat rekreasi yang akan dikunjungi ini dipilih berdasarkan voting para pekerja. Oleh karena itu diharapkan setelah acara ini diadakan semangat para pekerja kembali terpupuk dan dapat bekerja lebih maksimal lagi.3.3 Analisa DataDataMasalah
1. Kecelakaan kerjaDari hasil wawancara terkait kesehatan pekerja, dokter klinik perusahaan mengatakan bahwa para pekerja yang datang mengeluh sesak/ ISPA dan sampai sejauh ini pernah ada 2 pekerja yang mengalami kecelakaan yakni jari tangannya terpotong mesin.2. Lingkungan fisika. Lokasi perusahanan dekat dengan perumahan penduduk dan juga areal persawahan. Lingkungan di kawasan perusahaan tergolong cukup bersih akan tetapi udara di sekitar kawasan ini tercium bau seperti besi atau baja dan tempat pembuangan limbahnya di alirkan ke sungai dekat areal persawahan. Kondisi mesin produksi baik tetapi tidak diberi pengaman dan para pekerjanya tidak menggunakan alat keamanan atau perlindungan diri selama bekerja.b. Para pekerja mengatakan bahwa mereka tidak mempermasalahkan masalah lingkungan disekitar, sebagian kecil dari pekerja (10%) sering mengalami ISPA dan sesak. Para pekerja merasa tidak nyaman jika harus menggunakan masker dan alat lainnya saat bekerja karena mengganggu konsentrasi.3. Pelayanan kesehatan dan sosialPelayanan kesehatan yang memadai dan terstandar belum ada, hanya tersedia klinik yang berukuran kecil yang dapat digunakan sebagai pengobatan biasa saja tanpa ada pendidikan kesehatan yang terjadwal setiap bulannya.Kurangnya kesadaran pekerja dan pihak perusahaan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
3.4 DiagnosaKetidakefektifan koping pekerja dan pihak perusahaan PT. X berhubungan dengan kurangnya kesadaran pekerja dan pihak perusahaan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
26
3.5 IntervensiDiagnose keperawatanTujuanRencana TindakanSasaranMetodeWaktuTempat
Ketidakefektifan koping pekerja dan pihak perusahaan PT. X berhubungan dengan kurangnya kesadaran pekerja dan pihak perusahaan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja (K3)1. Tujuan Umum : Setelah dilakukan Asuhan keperawatann komunitas selama 1 bulan kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja di PT X meningkat. 2. Tujuan Khusus :Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas tiap minggu diharapkan :a. Perusahaan memiliki klinik yang memadai untuk tempat pengobatan.b. Diadakannyapendidikan kesehatan secara rutin bagi pekerja.c. Perusahaan dapat meningkatkan keamanan mesinmesin yang dioperasikan oleh pekerja.d. Perusahaan dapat mengelola limbah dengan baik.1. Lakukan pendekatan secara informal dengan kepala bidang K3 di perusahaaan tersebut
2. Diskusikan tentang cara untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja warga perusahaan.
3. Diskusikan diadakannyaPendidikan kesehatan yang dilakukan secara rutin di perusahaan tersebut.
4. Lakukan pendidikan kesehatan kepada para pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja
5. Diskusikan tentang cara meningkatkan keamanan mesin dengan kepala bidang machining.
6. Diskusikan dengan kepalabidang pengelolaan limbah untuk mengurangi limbah yang beredar di perusahaan.
7. Diskusikan cara penanganan dan pengelolaan limbah agar tidak mencemari lingkungansekitar perusahaan.
8. Observasi kesehatan pekerja setiap 1 bulan.1. Kepala bidang K3
2. Kepalabidang K3
3. Kepalabidang K3
4. Pekerja
5. Kepala bidang machining
6. Kepalabidangpengelolaanlimbah
7. Kepalabidangpengelolaanlimbah
8. PekerjaKomunikasidaninformasi
Diskusi
Diskusi
Ceramahdan TanyaJawab
Diskusi
Diskusi
Diskusi
ObservasiTgl 25-10-13 jam 09.00
Tgl 26-10-13 jam 09.00
Tgl 26-10-13 jam 09.00
Tgl 22-11-13 jam 09.00
Tgl 27-11-13 jam 09.00
Tgl 28-11-13 jam 09.00
Tgl 28-11-13 jam09.00
Tgl 30-11-12 Jam 09.00
Ruangpertemuan 1
Ruangpertemuan 1
Ruangpertemuan 1
AulaPertemuan
Ruangpertemuan 1
Ruangpertemuan 1
Ruangpertemuan 1
Klinikkesehatanperusahaan
BAB IVPENUTUP4.1 Kesimpulan
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Peran perawat dalam komunitas kelompok kerja diantaranya yaitu melakukan supervisi terhadap pekerja, melakukan surveilens terhadap lingkungan kerja, pelayanan kesehatan dasar, mengkoordinasikan upaya pertolongan pertama di tempat kerja, melakukan promosi kesehatan, dan konseling di tempat kerja. Asuhan keperawatan pada komunitas kerja menggunakan pendekatan community as partner meliputi pengkajian data inti komunitas dan subsistem.
4.2 SaranSetelah memahami paparan makalah diatas, seorang perawat komunitas yang profesional diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan komunitas sesuai dengan konsep, sehingga akan tercapai tingkat kesehatan yang optimal pada kelompok kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Roestam, Ambar W. 2002. Peranan Perawatan Kesehatan Masyarakat dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Cermin Dunia Kedokteran. Nomor 136. Jakarta: PT Kalbe Farma. Halaman: 33-36Sumamur, Dr, P.K.M.Sc. 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Pusat Bina Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Direktorat Jendral Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan TransmigrasiEffendi Ferry, Makhfudli. 2009. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba MedikaEffendy, Nasrul. 1998. Dasar dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta: EGCSugeng, B. 2003. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Haji Masagunghttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10/jtptunimus-gdl-s1-2008-cayantoa2a-480-3-bab2.pdf (di akses pada tanggal 11 oktober 2013 pukul 19.44 WIB)