80
1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENCEGAHAN GAWAT DARURAT JANTUNG PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) KETUA : LOETFIA DWI RAHARIYANI, SKp., M.Si. NIP. 196901241992032001 ANGGOTA : Dr. SITI NUR KHOLIFAH, SKM.M.Kep,Sp.Kom NIP. 197303101997032002 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES R.I. SURABAYA TAHUN 2017 HALAMAN PENGESAHAN Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

1

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL PENCEGAHAN GAWAT DARURAT JANTUNG PADA PASIEN

PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

KETUA : LOETFIA DWI RAHARIYANI, SKp., M.Si.

NIP. 196901241992032001

ANGGOTA : Dr. SITI NUR KHOLIFAH, SKM.M.Kep,Sp.Kom

NIP. 197303101997032002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES R.I. SURABAYA

TAHUN 2017

HALAMAN PENGESAHAN

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan

Page 2: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

2

Judul MODEL PENCEGAHAN GAWAT DARURAT

JANTUNG PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG

KORONER (PJK)

Jenis Penelitian Hibah Bersaing

Peneliti Utama : Loetfia Dwi Rahariyani, S.Kp., M.Si.

NIP : 196901241992032001

Golongan : IV a

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Program Studi : Prodi D III Keperawatan Kampus Sutopo Poltekkes

Kemenkes Surabaya

Nomor HP : 081330405835

Email : [email protected]

Anggota Peneliti

Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom

NIP 197303101997032002

Program Studi : Prodi D III Keperawatan Kampus Sutopo Poltekkes

Kemenkes Surabaya

Jangka Waktu

Penelitian

: 8 Bulan

Tahun Pelaksanaan : 2017

Biaya Penelitian : Rp. 30.000.000,-

Mengetahui

Pakar Penelitian

Prof. Dr.Nursalam.M.Nurs (Hons)

NIP 196612251989031004

Surabaya, 6 April 2017

Ketua,

Loetfia Dwi Rahariyani, S.Kp., M.Si.

NIP. 196901241992032001.

Mengesahkan

Direktur Poltekkes Kemenkes Kepala Unit UPPM

Surabaya

Drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes Setiawan, SKM., M.Psi.

NIP. 196204291993031002 NIP. 196304211985031005

Page 3: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

3

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...............................................................................................

Halaman Pengesahan ........................................................................................

Daftar Isi ...........................................................................................................

Daftar Tabel ......................................................................................................

Daftar Gambar ..................................................................................................

Daftar Lampiran ...............................................................................................

Abstrak..............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................

1.4 Urgensi (Keutamaan) Penelitian.................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.

2.2 Strategy Coping.......................................................................................

2.2 Konsep Dasar Model Adaptasi..................................................................

2.3 Konsep Pencegahan...................................................................................

2.4 Konsep Penyakit Jantung Koroner (PJK)..................................................

2.5 Kerangka Konsep Penelitian.......................................................................

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ..........................................................................

3.2 Variabel Penelitian...............................................................................

3.3Definisi Operasional Penelitian.............................................................

3.4 Lokasi Penelitian ................................................................................

3.5 Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data........................................

3.6 Kerangka Operasional Penelitian........................................................

BAB 4 BIAYA DAN JUDUAL PENELITIAN

4.1 Biaya Penelitian .........................................................................................

4.2 Jadual Kegiatan...........................................................................................

4.3 Daftar Pustaka.............................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

1

3

3

4

5

10

20

21

34

35

35

36

36

39

39

40

42

42

43

Page 4: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka konsep penelitian .........................................................

Gambar 2 Kerangka Operasional Penelitian .................................................

34

40

Page 5: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pernyataan Bersedia Menjadi Responden .................

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ..................................................................

Page 6: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

6

RINGKASAN

Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia setiap tahun mengalami

peningkatan, lebih dari 36 juta orang meninggal akibat penyakit PTM (63% dari

seluruh kematian), dan penyebab kematian nomer satu adalah penyakit

kardiovaskuler. Individu yang terdeteksi menderita PJK harus selalu waspada,

karena suwaktu-waktu dapat mengalami gawat darurat jantung akibat

penyumbatan pembuluh darah koroner, yang mengakibatkan suplay darah ke

jantung berkurang. Oleh karena itu sejak pasien di diagnosis PJK, pasien harus

dirawat secara menyeluruh tidak hanya pengobatan saja tetapi pasien PJK juga

harus mampu mengantisipasi dan menolong dirinya sendiri pada saat terjadi

serangan gawat darurat jantung, sehingga dapat terhindar dari kematian.

Pengembangan Model Antisipatif Melekat (MAM) dalam penelitian ini adalah

suatu model adaptasi klien terhadap kondisi penyakitnya sehingga diharapkan

dapat meningkatkan kemandirian pasien PJK dalam upaya mencegah gawat

darurat jantung

Page 7: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia setiap tahun mengalami

peningkatan, lebih dari 36 juta orang meninggal akibat penyakit PTM (63% dari

seluruh kematian), dan 9 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak

menular terjadi sebelum usia 60 tahun (Kemenkes, 2014). Secara umum penyakit

tidak menular penyebab kematian nomor satu adalah penyakit kardiovaskuler.

Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang berkaitan dengan kelainan jantung

dan pembuluh darah. Ada banyak macam penyakit kardiovaskular, tetapi yang

paling umum dan paling terkenal adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau

diperkirakan sekitar 883.447 orang (Riskesdas.2013) dan diprediksi terus

meningkat di tahun mendatang jika tidak dilakukan pencegahan. Karena sistem

kardiovaskular sangat vital, maka penyakit kardiovaskular sangat berbahaya bagi

kesehatan. Individu yang terdeteksi menderita PJK harus selalu waspada, karena

suwaktu-waktu dapat mengalami gawat darurat jantung akibat penyumbatan

pembuluh darah koroner, yang mengakibatkan suplay darah ke jantung

berkurang.

Saat serangan gawat darurat jantung terjadi, pasien harus segera mendapat

pertolongan entah itu dari dirinya sendiri maupun orang lain, karena jika tidak

segera ditangani maka pasien bisa jatuh pada kondisi yang lebih buruk atau

kematian. Gawat darurat jantung dapat terjadi dimana saja, dan kapan saja,

Page 8: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

8

terkadang pada saat pasien sendirian. Oleh karena itu sejak pasien di diagnosis

PJK, pasien harus dirawat secara menyeluruh tidak hanya pengobatan saja tetapi

pasien PJK juga harus mampu mengantisipasi dan menolong dirinya sendiri pada

saat terjadi serangan, sehingga dapat terhindar dari kematian. Pasien PJK harus

mengetahui faktor – faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya gawat darurat

jantung, tindakan pertama apa yang harus dilakukan saat mengalami serangan,

dan bagaimana upaya yang harus dilakukan pasca serangan.

Hasil penelitian Whitehall Civil Servants ada hubungan antara miokard

iskemik, faktor resiko dan kematian akibat PJK. Faktor resiko PJK yang utama

adalah : Hipertensi, Hiperkolesterolemia, dan merokok. Perawatan pasien dengan

PJK tidak harus dilakukan oleh tenaga kesehatan saja, tetapi pasien dengan PJK

juga harus berperan aktif untuk melakukan perawatan secara mandiri.

Kemandirian pasien dalam merawat dirinya sendiri bisa dilakukan dengan

berbagai strategi koping. Coyne, dkk (1981) menyatakan bahwa koping

merupakan usaha-usaha baik kognitif maupun perilaku yang bertujuan untuk

mengelola tuntutan lingkungan dan internal, serta mengelola konflik-konflik

yang mempengaruhi individu. Perilaku koping merupakan suatu proses dinamis

yang secara sadar dapat digunakan untuk mengantisipasi dan mengatasi situasi

yang menekan dan membahayakan.

Pengembangan Model Pencegahan Gawat Darurat Jantung dalam penelitian

ini adalah suatu model adaptasi klien terhadap kondisi penyakitnya sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kemandirian pasien PJK dalam upaya mencegah

gawat darurat jantung. Model ini dibangun dari teori Adaptasi (Roy), teori

Strategi Koping (Lazarus) dan konsep Pencegahan (Leavell dan Clark) . Model

Page 9: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

9

adaptasi (Adaptation models) dari Sister Callist Roy menyatakan bahwa perilaku

seseorang meliputi respon yang adaptif atau respon in-efektif. Respon yang

adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat

terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan

dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.

Sedangkan respon yang inefektif merupakan perilaku yang tidak mendukung

tujuan. Pertimbangan menggunakan dasar teori ini karena kedua model ini

berkaitan dengan prilaku adaptasi manusia sehingga dapat diintegrasikan untuk

membangun model antisipatif melekat (MAM) untuk membangun prilaku pasien

PJK dalam meningkatkan upaya pencegahan gawat darurat jantung. Pada

akhirnya dengan model MAM ini diharapkan timbul adaptasi yang positif pada

pasien PJK, sehingga dapat merawat dirinya sendiri dengan melakukan olah raga

teratur, diit yang tepat, kontrol rutin, minum obat teratur, siap obat emergency

setiap saat, dan dapat melakukan tindakan emergency sederhana saat serangan.

Strategi koping yang positif akan menghasilkan adaptasi yang menetap yang

merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi lama. Kondisi tersebut akan

membuat pasien PJK selalu waspada dan mampu melakukan upaya pencegahan

gawat darurat jantung yang sewaktu-waktu bisa terjadi secara mandiri, sehingga

dapat terhindar dari kematian.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Model Pencegahan Gawat Darurat Jantung pada pasien Penyakit

Jantung Koroner?

Page 10: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

10

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum.

Mengembangkan Model Pencegahan Gawat Darurat Jantung pada pasien

Penyakit Jantung Koroner (PJK).

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh faktor personal dengan faktor lingkungan pada

pasien PJK

2. Menganalisis pengaruh faktor personal terhadap penilaian stressor pada

pasien PJK

3. Menganalisis pengaruh faktor lingkungan terhadap penilaian stressor

pada pasien PJK

4. Menganalisis pengaruh stressor terhadap upaya pencegahan gawat darurat

jantung.

5. Menganalisis model MAM terhadap peningkatan upaya pencegahan

gawat darurat jantung pada pasien PJK

1.4 Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan pada pasien PJK dan meningkatkan upaya pencegahan gawat darurat

jantung pada penderita PJK secara mandiri. Hasil akhir dari penelitian ini akan

terbentuk Model Antisipatif Melekat (MAM) yang akan memberikan arahan

bagi pasien PJK tentang prilaku yang harus dilakukan, model ini dapat

Page 11: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

11

meningkatkan pengetahuan, adaptasi yang positif, serta kemampuan dalam

penanganan dasar gawat darurat jantung secara mandiri. Di samping itu model ini

juga akan memberikan arahan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan

pelayanan keperawatan khususnya promotif dan preventif pada pasien penyakit

jantung koroner (PJK).

Page 12: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Koping

2.1.1 Pengertian

Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu proses

dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan

situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan

tersebut. Menurut Taylor (2009) coping didefenisikan sebagai pikiran dan perilaku

yang digunakan untuk mengatur tuntutan internal maupun eksternal dari situasi yang

menekan. Menurut Baron & Byrne (1991) menyatakan bahwa coping adalah respon

individu untuk mengatasi masalah, respon tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan

dan dipikirkan untuk mengontrol, mentolerir dan mengurangi efek negatif dari situasi

yang dihadapi. Menurut Stone & Neale (dalam Rice, 1992) coping meliputi segala

usaha yang disadari untuk menghadapi tuntutan yang penuh dengan tekanan. Jadi

dapat disimpulkan bahwa coping adalah segala usaha individu untuk mengatur

tuntutan lingkungan dan konflik yang muncul, mengurangi

ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan

kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan tersebut.

2.1.2 Pengertian Strategy Coping

Menurut MacArthur & MacArthur (1999) mendefinisikan strategi coping sebagai

upaya-upaya khusus, baik behavioral maupun psikologis, yang digunakan orang

untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan dampak kejadian

yang menimbulkan stres. Perilaku coping merupakan suatu tingkah laku dimana

Page 13: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

13

individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan

menyelesaikan tugas atau masalah (Chaplin, 2004). Tingkah laku coping merupakan

suatu proses dinamis dari suatu pola tingkah laku maupun pikiran-pikiran yang

secara sadar digunakan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan dalam situasi yang

menekan dan menegangkan.

Dodds (1993) mengemukakan bahwa pada esensinya, strategi coping adalah strategi

yang digunakan individu untuk melakukan penyesuaian antara sumber-sumber yang

dimilikinya dengan tuntutan yang dibebankan lingkungan kepadanya. Secara

spesifik, sumber-sumber yang memfasilitasi coping itu mencakup sumber-sumber

personal (yaitu karakteristik pribadi yang relatif stabil seperti self-esteem atau

keterampilan sosial) dan sumbersumber lingkungan seperti dukungan sosial dan

keluarga atau sumber finansial (Harrington & Mcdermott, 1993). Friedman (1998)

mengatakan bahwa strategi coping merupakan perilaku atau proses untuk adaptasi

dalam menghadapi tekanan atau ancaman. Individu dapat mengalami perubahan

hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri cara negatif.

Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecahan

masalah (mekanisme koping) yang bertujuan meredakan ketegangan tersebut.

Equilibrium merupakan proses keseimbangan yang terjadi akibat adanya proses

adaptasi manusia terhadap kondisi yang akan menyebabkan sakit. Proses menjaga

keseimbangan dalam tubuh manusia terjadi secara dinamis dimana manusia berusaha

menghadapi segala tantangan dari luar sehingga keadaan seimbang dapat tercapai.

Mekanisme coping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai

sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut.

Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga

Page 14: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

14

yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga

kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut.

Berdasarkan sejumlah pendapat dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

strategi koping merupakan aktivitas-aktivitas spesifik yang dilakukan oleh individu

dalam bentuk kognitif dan perilaku, baik disadari maupun tidak oleh individu

tersebut, yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman-ancaman

yang ditimbulkan oleh masalah internal maupun eksternal dan menyesuaikan dengan

kenyataan kenyataan negatif, mempertahankan keseimbangan emosi dan self image

positif, serta meneruskan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Koping

yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasan baru

dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir

dengan maladaftif yaitu, prilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan

dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan. Setiap individu

dalam melakukan koping tidak sendiri dan tidak hanya menggunakan satu strategi,

tetapi dapat melakukannya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan

kondisi individu.

2.1.3 Klasifikasi dan Bentuk Coping

Flokman & Lazarus (dalam Sarafino, 2006) secara umum membedakan bentuk dan

fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu :

a. Problem Focused Coping (PFC) adalah merupakan bentuk coping yang lebih

diarahkan kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan.

artinya coping yang muncul terfokus pada masalah individu yang akan mengatasi

stres dengan mempelajari cara-cara keterampilan yang baru. Individu cenderung

menggunakan strategi ini ketika mereka percaya bahwa tuntutan dari situasi dapat

Page 15: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

15

diubah (Lazarus & Folkman dalam Sarafino, 2006). Strategi ini melibatkan usaha

untuk melakukan sesuatu hal terhadap kondisi stres yang mengancam individu

(Taylor,2009).

b. Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk coping yang diarahkan untuk

mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan. Individu dapat mengatur

respon emosionalnya dengan pendekatan behavioral dan Universitas Sumatera Utara

kognitif. Contoh dari pendekatan behavioral adalah penggunaan alkohol, narkoba,

mencari dukungan emosional dari teman – teman dan mengikuti berbagai aktivitas

seperti berolahraga atau menonton televisi yang dapat mengalihkan perhatian

individu dari masalahnya. Sementara pendekatan kognitif melibatkan bagaimana

individu berfikir tentang situasi yang menekan. Dalam pendekatan kognitif, individu

melakukan redefine terhadap situasi yang menekan seperti membuat perbandingan

dengan individu lain yang mengalami situasi lebih buruk, dan melihat sesuatu yang

baik diluar dari masalah. Individu cenderung untuk menggunakan strategi ini ketika

mereka percaya mereka dapat melakukan sedikit perubahan untuk mengubah kondisi

yang menekan (Lazarus & Folkman dalam Sarafino, 2006).

Pendapat di atas sejalan dengan Skinner (dalam Sarafino, 2006) yang

mengemukakan pengklasifikasian bentuk coping sebagai berikut :

a. Perilaku coping yang berorientasi pada masalah (Problem-focused coping)

1) Planfull problem solving individu memikirkan dan mempertimbangkan secara

matang beberapa alternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta

pendapat dan pandangan dari orang lain tentang masalah yang dihadapi, bersikap

hati-hati sebelum memutuskan sesuatu dan mengevaluasi strategi yang pernah

dilakukan.

Page 16: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

16

2) Direct action meliputi tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah

secara langsung serta menyusun secara lengkap apa yang diperlukan.

3) Assistance seeking Universitas Sumatera Utara individu mencari dukungan dan

menggunakan bantuan dari orang lain berupa nasehat maupun tindakan didalam

menghadapi masalahnya.

4) Information seeking individu mencari informasi dari orang lain yang dapat

digunakan untuk mengatasi permasalahan individu tersebut.

b. Perilaku coping yang berorientasi pada emosi (Emotional Focused Coping)

1) Avoidance individu menghindari masalah yang ada dengan cara berkhayal atau

membayangkan seandainya ia berada pada situasi yang menyenangkan.

2) Denial individu menolak masalah yang ada dengan menganggap seolah-olah

masalah individu tidak ada, artinya individu tersebut mengabaikan masalah yang

dihadapinya.

3) Self-criticism keadaan individu yang larut dalam permasalahan dan menyalahkan

diri sendiri atas kejadian atau masalah yang dialaminya.

4) Possitive reappraisal individu melihat sisi positif dari masalah yang dialami

dalam kehidupannya dengan mencari arti atau keuntungan dari pengalaman tersebut.

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi strategy coping

Menurut Mutadin (2002) cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan

ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi :

a. Kesehatan Fisik merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha

mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau pandangan positif. Keyakinan menjadi sumber daya psikologis

yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang

Page 17: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

17

mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan

menurunkan kemampuan strategi coping.

c. Keterampilan memecahkan masalah Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk

mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan

untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif

tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya

melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

d. Keterampilan sosial Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi

dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang

berlaku dimasyarakat.

e. Dukungan sosial Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan

informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota

keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

f. Materi Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau

layanan yang biasanya dapat dibeli. Salah satu faktor yang mempengaruhi strategi

coping adalah dukungan sosial yang meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan

informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota

keluarga lain, saudara, teman, rekan kerja dan lingkungan masyarakat sekitarnya

(Mutadin, 2002). Individu yang saling mendukung satu sama lain akan terdapat rasa

hubungan kemasyarakatan serta hubungan antara perseorangan. Dalam lingkungan

kerja, individu yang mampu membina hubungan baik dengan atasan, sesama rekan

kerja dan bawahan dapat saling memberi dukungan sehingga dapat tercipta rasa

memiliki dan integrasi sosial dalam lingkungan kerja. Dengan adanya dukungan

sosial dalam lingkungan kerja maka dapat membuat individu merasa bagian dari

Page 18: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

18

suatu tim dan tidak diisolasi dari kelompok. Hal ini merupakan salah satu dari

kriteria yang membentuk kualitas kehidupan bekerja dalam organisasi (Walton dalam

Kossen, 1987).

2.2 Konsep Dasar dan Model Adaptasi

Model Adaptasi Callista Roy berasumsi bahwa dasar ilmu keperawatan adalah

pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam menghadapi situasinya hidupnya.

Roy mengidentifikasi 3 aspek dalam model keperawatannya yaitu: pasien sebagai

penerima layanan keperawatan, tujuan keperawatan dan intervensi keperawatan.

Konsep adaptasi diasumsikan bahwa individu merupakan sistem terbuka dan adaptif

yang dapat merespon stimulus yang datang baik dari dalam maupun dari luar

individu (Roy & Andrews, Tomey & Alligood, 2006). Callista Roy memiliki delapan

falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah

humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity. Falsafah

humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin tahu dan

menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama

dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi,

bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu

berjuang untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan

orang lain.

Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang

bersifat absolut.

Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi

dari konsep mayor Callista Roy,

Page 19: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

19

a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling

berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input,

control, proses, output dan umpan balik.

b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,

konsektual

dan residual.

c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan

kebutuhan.

d. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.

e. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi

perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.

f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap

perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.

g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik

melalui neural, cemikal dan proses endokrin.

h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses

yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.

i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,

interdependensi dan konsep diri.

j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam

mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.

k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana

proses adaptasi dilakukan.

l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan

Page 20: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

20

m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam

hubungannya di lingkungan sosial.

n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support

sistem.

Roy (1984) dalam Roy (1991) menyatakan bahwa penerima asuhan keperawatan

adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic

adaptif system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan. System adalah

Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk

beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.

System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik dengan penjelasan

sebagai berikut :

1. Input

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan

kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat

menimbulkan respon, dimana stimulus dibagi dalam tiga tingkatan yaitu

stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.

a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan

seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .

b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang

baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat

diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini

muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif

pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.

Page 21: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

21

c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan

situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan,

sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini

memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada

pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.

2. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di

gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang

merupakan subsistem.

a. Subsistem regulator.

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan

output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator

sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon

neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku

output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai

sebagai perilaku regulator subsistem.

b. Subsistem kognator.

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku

output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk

kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi

otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.

Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam

memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses

imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).

Page 22: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

22

Proses kognisi dimulai dengan persepsi seseorang terhadap rangsangan yang

datang dari luar. Segala sesuatu yang diterima oleh seseorang memperoleh

arti melalui proses belajar, yaitu membandingkan pengalaman masa lampau

dengan apa yang sedang diamatinya. Melalui proses belajar seseorang

membandingkan beberapa kemungkinan pilihan cara pemecahannya, untuk

kemudian sampai pada pilihan tertentu. Pilihan tertentu tersebut yang akan

tercermin dalam perilaku seseorang.

Seseorang dalam mengorganisasikan, menafsirkan, dan memberi arti kepada

suatu rangsangan selalu menggunakan inderanya, yaitu melalui proses

mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, yang dapat terjadi terpisah-

pisah atau serentak. Intensitas dan tingkat penggunaan indera akan

mempengaruhi pola tingkat kepekaan seseorang dan kemudian turut

mempengaruhi persepsi, proses belajar, dan pemecahan masalah seseorang.

Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang

berhubungan dengan penilaian atau analisa. Pengambilan keputusan dapat

dianggap sebagai proses mental dan proses kognitif mengakibatkan pemilihan

tindakan di antara beberapa alternatif. Setiap proses pengambilan keputusan

menghasilkan akhir pilihan. Keluaran dapat merupakan tindakan atau

pendapat pilihan.

Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan

penilaian dan kasih sayang. Emosi dipicu oleh interpretasi seseorang terhadap

suatu kejadian, adanya reaksi fisiologis yang kuat, dan ekspresi

emosionalnya. Berdasarkan pada mekanisme genetika, merupakan informasi

dari satu orang ke yang lainnya, dan membantu seseorang beradaptasi

Page 23: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

23

terhadap perubahan situasi lingkungan. Emosi dipicu oleh interpretasi

terhadap suatu kejadian. Proses emosi dimulai ketika memberikan makna

secara pribadi terhadap beberapa kejadian. Situasi yang sama belum tentu

akan menghasilkan emosi yang sama karena tergantung pemaknaan terhadap

situasi tersebut.

3. Output.

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau

secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar .

Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan

output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon in-efektif. Respon yang

adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan

dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang

berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan

keunggulan. Sedangkan respon in-efektif perilaku yang tidak mendukung

tujuan ini.

Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol

seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau

diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap

bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti

penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu

Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan

Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.

Page 24: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

24

Sumber: Modifikasi dari Model Adaptasi Roy (1991)

Integritas seseorang dapat dipelihara dari regulator dan kognator subsistem yang

diperkirakan sering bekerja sama. Perkembangan individu dan penggunaan

mekanisme koping mempengaruhi tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem

adaptasi. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal mengembangkan

tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat

berespon secara positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak membatasi konsep

proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang proses

kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan dari konsep adaptasi Roy.

Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem

adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi

fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

a. Mode Fungsi Fisiologi

ADAPTIVE

RESPONS

INEFEKTIF

RESPONS

FOCAL

CONTEXTUAL

RESIDUAL

FEED BACK

Page 25: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

25

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy

mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk

mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi

fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis

dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :

1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu

ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).

2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk

mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan

yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).

3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal

( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)

4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat

yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki

dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh (Cho,1984 dalam Roy,

1991).

5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas

dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting

sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu (Sato, 1984

dalam Roy 1991).

6) The sense/perasaan: Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau

memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri

penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan ( Driscoll, 1984, dalam

Roy, 1991).

Page 26: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

26

7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya

termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan

ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).

8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan

bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka

mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan

tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur

aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).

9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan

fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.

Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan

merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam

Roy,1991).

b. Mode Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik

pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini

berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan

ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu

the physical self dan the personal self.

1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya

berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan

pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah

operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.

Page 27: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

27

2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-

etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan

atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

c. Mode Fungsi Peran

Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam

hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,

sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan

dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d. Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh

Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/

kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu

keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima

sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk

afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan

berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat

dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan

menerima.

Perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan.

Selain itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap

kesehatan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Perubahan

perilaku ditentukan oleh konsep risiko. Penentu respon individu untuk mengubah

perilaku adalah tingkat beratnya risiko atau penyakit. Secara umum, bila seseorang

Page 28: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

28

mengetahui ada risiko terhadap kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan

menghindari risiko. Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3, kelompok yaitu:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), yaitu usaha seseorang

untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan jika

sedang sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan (health

seeking behavior), yaitu perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan

seseorang saat sakit dan atau kecelakaan untuk berusaha mulai dari self

treatment sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu cara seseorang merespon lingkungan,

baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya.

2.3 Konsep Pencegahan

Konsep pencegahan menurut Leavell dan Clark (1965) dalam bukunya

Preventive medicine for the doctors in his community, mengenalkan konsep yang

menarik dalam pemikiran tentang tindakan preventif untuk semua jenis penyakit

yang dinamakan LEVELS OF PREVENTION atau tingkatan tahapan

pencegahan. Tingkatan pencegahan ini berkelanjutan, yaitu melalui periode

prepatogenesis penyakit sampai ke metode rehabilitasi yaitu setelah penyakitnya

sendiri sudah hilang. Menurut tingkatan pencegahan sesungguhnya (true

prevention) atau primary prevention terjadi pada periode prepatogenesis dan

melibatkan: (1) health promotion, (2) specific protection. Termasuk health

promotion adalah health education, perhatian terhadap faktor genetik atau

Page 29: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

29

lingkungan yang mungkin mempengaruhi penyakit, perhatian terhadap

perkembangaan fisik dan mental yang baik, dan periodic selective examinations.

Specific protection, termasuk didalamnya misalnya imunisasi, vaksinasi,

perhatian terhadap personal hygiene dan safety, dan pemakaian nutrien spesifik

misalnya vitamin D untuk mencegah riketsia. Secondary prevention bisa terjadi

pada periode awal dan patogenesis. Termasuk periode ini adalah early diagnosis

dan prompt treatment. Kemudian periode selanjutnya dan patogenesis adalah

disease control, termasuk didalamnya disability limitation, yaitu tindakan

preventif agar akibat dan komplikasi penyakit bisa diminimalkan.

2.4 Konsep Penyakit Jantung Koroner

2.4.1 Pengertian

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau Coronay Artery Disease (CAD)

adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat suplai darah ke jantung yang

melalui arteri koroner terhambat. Kondisi ini terjadi karena arteri koroner

(pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan dan oksigen bagi

sel-sel jantung) tersumbat atau mengalami penyempitan karena endapan lemak

yang menumpuk di dinding arteri atau disebut juga dengan plak. Proses

penumpukan lemak di pembuluh arteri ini disebut aterosklerosis dan bisa terjadi

di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner. Berkurangnya

pasokan darah karena penyempitan arteri koroner menimbulkan rasa nyeri di

dada (gejala ini dikenal dengan istilah angina). Bila arteri koroner tersumbat dan

darah sama sekali tidak bisa mengalir ke jantung, penderita bisa mengalami

Page 30: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

30

serangan jantung, dan ini dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika penderitanya

dalam keadaan tidur.

Penyakit jantung koroner menyebabkan kemampuan jantung memompa

darah ke seluruh tubuh melemah. Bila arteri koroner tersumbat dan darah sama

sekali tidak bisa mengalir ke jantung, penderita bisa mengalami serangan jantung

atau gawat darurat jantung, dan ini dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika

penderitanya dalam keadaan tidur.

Penyakit jantung koroner menyebabkan kemampuan jantung memompa darah ke

seluruh tubuh melemah, dan menimbulkan komplikasi seperti gagal jantung dan

aritmia (gangguan irama jantung).

2.4.2 Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara

berlebihan di lapisan dinding pembuluh darah koroner, yang dipengaruhi oleh

pola makan yang kurang sehat. Makanan yang kaya lemak, khususnya lemak

jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi

akan menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis adalah suatu proses

pengerasan pada pembuluh darah yang ditandai oleh penimbunan sejumlah

substansi berupa endapan lemak, kolesterol, trombosit, sel makrofag, leukosit,

kalsium dan produk sampah seluler lainnya yang terbentuk di dalam lapisan

tunika intima hingga tunika media, yang disebut sebagai plak ateroma.

Penyebab PJK yang lain adalah kebiasaan merokok. Rokok yang dibakar

akan menghasilkan ribuan zat yang berbahaya, salah satunya adalah gas CO. Gas

CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel

Page 31: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

31

darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap

rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel

darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah

CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan

berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan

menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus

maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis

(penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana termasuk

pembuluh darah di jantung. Akibat penyempitan pembuluh darah maka akan

menjebabkan tekanan darah naik atau terjadi hipertensi.

Kerusakan pembuluh darah koroner bisa terjadi sejak masa kanak-kanak.

Kerusakan ini biasanya diakibatkan karena:

1) Menderita penyakit darah tinggi atau hipertensi

Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung

terhadap dinding prmbuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan

terjadinya arterosklerosis koroner. Hal ini menyebabkan angina pektoris,

insufisiensi koroner dan miokard infark. Tekanan darah sistolik diduga

mempunyai pengaruh yang lebih besar untuk terjadinya PJK. Penelitian

Framingham selama 18 tahun terhadap penderita yang berusia 45 – 75 tahun,

mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya angina

pektoris dan miokard infark. Pemberian obat yang tepat pada hipertensi dapat

mencegah terjadinya miokard infark, tetapi pencegahan terjadinya hipertensi

merupakan usaha yang lebih baik untuk menghindari PJK.

2) Tingkat kolesterol yang tinggi

Page 32: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

32

Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup penting karena

termasuk faktor resiko penyebab PJK. Kadar kolesterol darah dipengaruhi

oleh asupan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh. Kadar kolesterol

total sebaiknya < 200 mg/dl, bila >200 mg/dl berarti resiko untuk terjadinya

PJK meningkat. LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol

yang bersifat jahat atau merugikan (bad cholesterol), karena kadar LDL yang

meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL

kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari

pada kolesterol total. HDL (High Density Lipoprotein) merupakan jenis

kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) karena

mengangkut kolesterol dari pembuluh daarah kembali ke hati untuk dibuang

sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah, atau mencegah

terjadinya proses arterosklerosis. Kolesterol HDL yang rendah justru

meningkatkan resiko PJK, kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan

mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.

3) Kebiasaan merokok

Salah satu faktor resiko utama PJK adalah merokok, disamping hipertensi dan

hiperkolesterol, orang yang merokok memiliki resiko PJK 10 x lebih besar

dibandingkan bukan perokok. Efek rokok adalah menyebabkan beban

miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya

komsumsi O2 akibat inhalasi CO yang dapat menyebabkan Takhikardi,

vasokonstriksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh

darah dan merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi-Hb. Di samping itu dapat

Page 33: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

33

menurunkan HDL kolesterol, sehingga perokok lebih mudah terjadi

ateroslerosis dari pada yang bukan perokok.

4) Menderita penyakit diabetes

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi

penyakit pembuluh darah. Kadar gula darah yang tinggi akan menyebabkan

suplai darah ke jaringan perifer lebih lama atau terhambat, sehingga kadar O2

jaringan juga menurun akibatnya sel kekurangan O2. Kekentalan darah yang

tinggi juga menyebabkan aliran tidak lancar, dengan sendirinya akan

meningkatkan tekanan darah dan mudah terjadi hipertensi.

5) Kegemukan atau obesitas

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh >19 % pada laki-laki dan >21

% pada perempuan. Resiko PJK akan meningkat bila BB melebihi 20 % dari

BB ideal. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM,

dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol

dan LDL kolesterol.

6) Kurang olah raga

Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki

kolesterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Excercise

bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard,

menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang

bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol, membantu menurunkan

tekanan darah, serta meningkatkan kesegaran jasmani.

7) Tingkat stres yang tinggi

Page 34: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

34

Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak

mendapat stress. Penelitian Supargo dkk (1981-1985) menunjukkan orang

yang stress lebih besar mendapatkan resiko PJK, stress disamping dapat

meningkatkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah

8) Riwayat keluarga menderita penyakit jantung koroner

Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik.

Faktor genetik bisa karena struktur sel yang sama, atau kerentanan sel

terhadap stressor yang sama. Sehingga faktor genentik bisa mempengaruhi

seseorang untuk menderita penyakit yang sama.

9) Umur

Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.

Bagi kaum pria memasuki usia 45 tahun sangat rentan mengalami PJK,

Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35 – 44 tahun dan

meningkat dengan bertambahnya umur. Sedang bagi wanita memasuki usia

55 tahun akan mengalami menapouse, terjadi penurunan hormon esterogen

yang selama ini berfungsi melindungi pembuluh darah dari kerusakan saat

pasca menopause, sehingga risiko penyakit jantung pada perempuan

meningkat dua kali lipat. Penurunan hormon estrogen ini juga menambah

kadar lemak dalam darah sehingga menimbulkan penebalan pembuluh darah

yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko PJK.

10) Prilaku dan Kebiasaan lainnya

Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu: Tipe

A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar

berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dan

Page 35: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

35

tidak sabar. Sedangkan Tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu. Resiko

PJK pada Tipe A lebih besar daripada Tipe B.

Mengenal faktor resiko Penyakit Jantung Koroner sangat penting untuk

mencegah PJK dan mencegah resiko gawat darurat jantung. Diabetes melitus,

merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat faktor

utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner. Pengendalian keempat

faktor resiko utama ini dapat dikendalikan atau dikontrol dan bersifat reversibel.

Cara mengendalikan melalui perubahan gaya hidup dan/atau obat-obatan yang dapat

membantu menstabilkan progresi atherosklerosis, dan menurunkan resiko komplikasi

seperti serangan jantung. Faktor resiko lainnya adalah: umur, ras, jenis kelamin,

keturunan (bersifat Irreversibel), diet, obesitas, exercise, perilaku dan kebiasaan

hidup, stress (bersifat Reversibel). Dengan mengatur pola hidup sehat dapat

meminimalkan resiko PJK dan kematian akibat PJK.

2.4.3 Gejala Penyakit Jantung Koroner

Berkurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner

menimbulkan rasa nyeri di dada (gejala ini dikenal dengan istilah angina). Umumnya

hal ini terjadi setelah penderita melakukan aktivitas fisik yang berat atau saat

mengalami stress. Bila arteri koroner tersumbat dan darah sama sekali tidak bisa

mengalir ke jantung, penderita bisa mengalami serangan jantung, dan ini dapat

terjadi kapan saja, bahkan ketika penderitanya dalam keadaan tidur. Penyakit jantung

koroner menyebabkan kemampuan jantung memompa darah ke seluruh tubuh

melemah. Dan jika darah tidak mengalir secara sempurna ke seluruh tubuh, maka

penderitanya akan merasa sangat lelah, detak jantung tidak teratur, keluar keringat

Page 36: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

36

banyak, sulit bernafas (paru-paru dipenuhi cairan), dan timbul bengkak-bengkak di

kaki dan persendian

2.4.4 Diagnosis Penyakit Jantung Koroner

Saat pemeriksaan dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan pasien

penyakit jantung koroner, kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah

rutin. Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit

jantung koroner, antara lain:

Elektrokardiografi (EKG), dengan pemeriksaan EKG dapat diketahui kemungkinan

adanya kelainan pada jantung dengan tingkat ketepatan 40%. Echocardiografi,

dengan menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung. Selama

proses ini, dokter dapat menentukan apakah semua bagian dari dinding jantung

berkontribusi biasa dalam aktivitas memompa jantung. Bagian yang bergerak lemah

mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen.

Ini mungkin menandakan arteri koroner atau berbagai kondisi lain. Kateterisasi

Koroner, untuk melihat aliran darah melalui jantung, dokter mungkin menyuntikkan

cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini dikenal sebagai

angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung melalui pipa panjang, tipis,

fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri, biasanya di kaki, ke arteri jantung.

Pewarna menandai bintik-bintik penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-

X. Jika pasien yang diperiksa memiliki penyumbatan yang membutuhkan perawatan,

balon dapat didorong melalui kateter dan ditiup untuk meningkatkan aliran darah

dalam jantung.

2.4.5 Cara Pengobatan Dan Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Cara Pengobatan dan pencegahan Penyakit Jantung Koroner tergantung

Page 37: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

37

jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.

1. Perubahan Gaya Hidup

Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan,

penting untuk melindungi arteri jantung kita. Olah raga teratur berperan penting

untuk menjaga kesehatan jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan

membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan

berat badan.

Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes

mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat

merusak arteri jantung.

2. Pengendalian faktor resiko utama penyakit jantung koroner

3. Terapi Medis, Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri

jantung. Yang paling umum diantaranya:

1) Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin . Obat-obatan ini mengencerkan darah dan

mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung

menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.

2) Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol) Obatan-obatan ini

membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga

menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.

3) Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate) Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri

jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan

mengurangi gejala nyeri dada.

Page 38: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

38

4) Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa

tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri

dada secara cepat.

5) Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and

Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan). Obatan-obatan ini

memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu

menurunkan tekanan darah. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat,

Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin). Obatan-obatan ini menurunkan kadar

kolesterol ‘jahat’ (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu

penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan

tersebut merupakan andalan terapi penyakit Jantung koroner.

4. Intervensi Jantung Perkutan, Ini adalah metode invasif minimal untuk ‘membuka’

arteri jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri

baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang

menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan.

Kemudian, tube jalan kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan

arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat

(berlapis obat). Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan

jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat

meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit

pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan

penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah

dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik

atau pilihan pengobatan yang lebih baik.

Page 39: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

39

5. Operasi Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG). CABG melibatkan penanaman

arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru

untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol

parallel kejalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-

rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan

melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen. Operasi

biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah memilih untuk

melakukan prosedur dengan jantung masih berdetk, menggunakan alat khusus yang

dapat menstabilkan porsi jantung yang dijahit. Operasi Robotik sebagai tambahan,

NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi robotic. Penggunaan

instrument ini sekarang membolehkan operasi untuk dilakukan menggunakan

sayatan kecil keyhole di dinding dada. Metode ini menghasilkan pemulihan lebih

cepat, mengurangi nyeri, dan resiko infeksi luka lebih rendah. Namun, ini sesuai

untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh darah. Revaskularisasi Transmiokardia

untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG,

prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS. Pada

prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot

jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini

membantu mengurangi angina.

Untuk membatasi perkembangan penyakit PJK, kegiatan rutin yang bisa dilakukan

seperti:

1) Mengatur pola makanan sehat seimbang, banyak mengonsumsi buah dan sayuran,

mengonsumsi produk susu rendah lemak dan mengurangi makanan berlemak

lainnya.

Page 40: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

40

2) Minum obat teratur sesuai perintah dokter

3) Kontrol rutin

4) Berhenti merokok

5) Kurangi konsumsi garam

6) Berolahraga secara teratur, seperti jalan singkat selama 30 menit perhari.

7) Selalu mempertahankan berat badan yang sehat

8) Istirahat / tidur cukup

9) Hindari emosi berlebih (stress, atau terlalu senang)

2.4.6 Gawat Darurat Jantung

Istilah cardiac arrest dikenal pula dengan istilah lain yaitu kegagalan sistem jantung

paru (cardiopulmonary arrest) atau kegagalan sistemsirkulasi (circulatory arrest).

Disini terjadi akibat berhentinya secara tiba tiba peredaran darah yang normal

menyebabkan jantung gagal dalam berkontraksi. Cardiac arrest dibedakan dengan

serangan jantung (heart attact) walaupun seringkali serangan jantung merupakan

penyebab dari cardiac arrest. Henti jantung adalah terhentinya denyut jantung dan

peredaran darah secara tiba-tiba pada seseorang yang tidak apa-apa, merupakan

keadaan darurat yang paling gawat, yang lebih di kenal dengan istilah henti jantung

(cardiac arrest), keadaan ini biasanya di ikuti pula dengan berhentinya fungsi

pernafasan dan hilangnya kesadaran serta reflek.

Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh

beberapa faktor, diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang

banyak, sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam

ataupunserangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung

Page 41: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

41

(akibatpenyakit katup atau otot jantung)dan obat-obatan (seperti salisilat, etanol,

alkohol,antidepresan).

Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension

pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti.

Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ

tubuh.Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai

oksigen,termasuk otak.

Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,menyebabkankorban

kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal .Kerusakanotak mungkinterjadi

jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akanterjadikematian

dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengan segera,

kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa

dicegah.

Gadar jantung yg mengancam nyawa dibagi menjadi 3 yaitu : Henti Jantung,

Tachicardi, dan Bradicardi. Irama henti jantung yang mengancam nyawa adalah

VF,VT(-), Asistol & PEA. Irama Tachicardia yang mengancam nyawa adalah SVT,

VT (+), Atrial Flater dengan RVR, dan Atrial Fibrilasi dengan RVR. Irama

Bradicardi yang mengancam jiwa adalah Sinus bradikardi, juctional bradi,

Idioventrikuler Ritme, AV Blok. Aritmia adalah variasi-variasi diluar irama normal

jantung. Kelainannya dapat berhubungan dengan kecepatan, keteraturan, atau tempat

asal impuls atau urutan aktivasi.

Gejala awal serangan jantung dapat bervariasi, gejala yang sering muncul adalah:

Page 42: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

42

1) Tiba-tiba sakit di bagian dada dibelakang tulang dada atau sesak dada, atau

perasaan tidak nyaman pada bagian dada. Dada trasa ditekan sangat berat

seperti diremas kuat dan terasa tertindih atau penuh.

2) Nyeri dada bisa berkembang dari bagian tengah dada, punggung, perut,

lengan, dan rahang / leher seolah tercekik . Nyeri dada bisa berulang

beberapa menit (20 menit atau lebih).

3) Keluar keringat dingin sehingga pakaian basah

4) Kepala pusing dan mulai menyebabkan penderita ingin memejamkan mata

5) Kesulitan bernapas sebab oksigen yang ada didalam tubuh juga berkurang,

atau sesak di bagian dada.

6) Nyeri pada bagian perut yang tidak khas

7) Terkadang timbul rasa mual dan ingin muntah

8) Rasa kehilangan sensasi digambarkan seperti sering kesemutan yang tidak

nyaman.

9) Tiba-tiba pingsan, namun bisa kembali sadar, ini terjadi karena gangguan

irama jantung.

10) Tubuh terasa lemas atau tidak berdaya

2.4.7 Pertolongan Pertama Saat Serangan Jantung

Apabila pasien penyakit jantung merasakan tanda-tanda serangan jantung, maka

tindakan yang harus dilakukan adalah:

1) Jangan panik

2) Cari posisi senyaman mungkin

3) Tarik napas dalam – dalam, dengan tujuan untuk memasukkan oksigen ke

dalam paru-paru.

Page 43: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

43

4) Usahakan untuk batuk dengan sekuatnya, setiap kali batuk tariklah napas

dalam-dalam, lalu batuk kembali dengan kuat, seperti hendak akan

mengeluarkan dahak yang ada dalam dada. Tujuan batuk guna menekan

jantung agar sirkulasi aliran darah kembali normal.

5) Tepuk-tepuklah dada, dengan tujuan untuk membantu mengembalikan denyut

jantung menjadi normal.

6) Usahakan agar tetap dalam kondisi sadar

7) Segera minum obat jantung atau obat lain yang dibawah sesuai resep dokter

8) Berusaha minta pertolongan agar dibawah ke rumah sakit terdekat.

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 1. Kerangka Konsep Model Pencegahan Gawat Darurat Jantung Integrasi

dari Teori Strategi Koping (Lazarus), Adaptasi (Roy) dan Teori

Pencegahan (Leavell & Clark).

Faktor Personal (X1)

1. Lama sakit

2. Faktor Keturunan

3. Gaya hidup

4. Serangan nyeri dada

5. Adanya penyakit

penyerta : DM,

hipertensi

Faktor Lingkungan (X2)

1. Dukungan keluarga

2. Pelayanan kesehatan

Penilaian Stressor

(X3)

1.Stress Akibat

serangan lalu

2.Ketakutan kematian

3.Waspada terhadap

serangan ulang

4.Mengenal tanda &

tindakan dasar

kegawatan jantung

PENCEGAHAN

TERHADAP GADAR

JANTUNG (Y)

1. Rutin (Y.1)

2. Minum obat teratur

Y.2)

3. Siap obat emergency

(Y.3)

4. Diit (Y.4)

5. Olah Raga rutin (Y.5)

6. Manajemen Stress

(Y6)

Page 44: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

44

Keterangan :

Strategi koping dari masing-masing individu ditentukan oleh faktor personal

(yaitu lama sakit, faktor keturunan, gaya hidup, serangan nyeri dada, penyakit

penyerta DM & Hipertensi) dan faktor lingkungan seperti dukungan keluarga dan

pelayanan kesehatan. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi penilaian stressor

yang meliputi stress akibat serangan lalu, ketakutan kematian, waspada terhadap

serangan ulang, serta kemampuan mengenal tanda dan tindakan dasar kegawatan

jantung. Berdasarkan penilaian stressor akan mempengaruhi upaya pencegahan

terhadap gawat darurat jantung yang meliputi upaya preventif dan promotif (kontrol

rutin, minum obat teratur, diit, olah raga rutin, siap obat emergensi, dan kemampuan

manajemen stress).

2.6 Mapping Journal Terkait Penelitian

NO JUDUL JURNAL PENERBIT BAHASAN TERKAIT PENELITIAN

1 Impact of the

Metabolic

Syndrome on

Mortality From

Coronary Heart

Disease,

Cardiovascular

Disease, and All

Causes in United

States Adults

Malik.S, Wong. N ,

Franklin.S, et al,

Circulation.2004;110:1245-

1250; originally published

online August 23, 2004

- Pasien penyakit jantung

yang memiliki penyakit

diabetik memiliki resiko

lebih tinggi untuk

mengalami kematian.

- Pasien penyakit jantung

harus memperoleh

perawatan intensif dengan

melakukan kontrol rutin

yang meliputi tekanan

darah, gula darah, dan kadar

lemak darah

- Kematian akibat PJK dapat

dicegah hingga 80 %

dengan melakukan kontrol

rutin

2 Exercise-based

rehabilitation

For patients with

coronary

heart disease

Taylor.R, Brown.A,

Ebrahim.S, et al, The

American Journal of

Medicine, June

2004. volume 116

Rehabilitasi pasien jantung

meliputi fisik, psikologi & sosial.

Comprehensive cardiac

rehabilitation sangat penting bagi

pasien PJK

Page 45: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

45

NO JUDUL JURNAL PENERBIT BAHASAN TERKAIT PENELITIAN

3 Inflammation,

obesity, stress and

coronary heart

disease: is

interleukin-6 the

link?

J.S. Yudkin, Kumari.M,

Humphries.S, et al./

Atherosclerosis, 148 (2000)

2 0 9 – 2 1 4

- stres psikologis dapat

meningkatkan pengaruh

dari katekolamin sehingga

menstimulasi pada

hipotalamus-hipofisis-

adrenal (HPA).

- Pasien dengan depresi akan

menyebabkan perubahan

klinis, fisiologis, dan

biokimia yang berdampak

hiperaktivitaas (HPA) dan

sympatho-adrenomedullary

- penumpukan lemak

sentral, peningkatan

tekanan darah, resistensi

insulin, hipertrigliseridemia

dan rendahnya tingkat high

density lipoprotein

kolesterol

4 Does the Relation of

Blood Pressure to

Coronary Heart

Disease Risk

Change With

Aging?

Franklin.S, Larson. M G,

Khan. S A, et al,

Circulation, April

2001;103:1245-1249

Pasien yang berusia kurang dari 50

tahun dengan kelainan Diastolic

Blood Pressure beresiko PJK

5 The Effect of Fruit

and Vegetable

Intake on Risk for

Coronary Heart

Disease

Joshipura,K.J, et al

19 June 2001 Annals of

Internal Medicine Volume

134 • Number 12

- Orang yang mengonsumsi

lebih banyak buah dan

sayuran lebih panjang umur

dan memiliki gaya hidup

sehat, -

- Orang yang mengonsumsi

lebih banyak buah dan

sayuran tidak suka merokok

- Asupan buah dan sayur

yang baik akan menurunkan

risiko penyakit jantung

koroner,

- Buah-buahan mengandung

antioksidan, asam folat,

serat, dan mineral (kalium)

Page 46: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

46

NO JUDUL JURNAL PENERBIT BAHASAN TERKAIT PENELITIAN

6 Depression as a

Risk Factor for

Mortality in Patients

With Coronary

Heart Disease: A

Meta-analysis

Barth. J, Shumacher .M,

PsychosomaticMedicine

November 2004

Pasien PJK yang depresi sangat

beresiko untuk mengalami

kematian

7 Depression and risk

of heart failure

among older

persons with

isolated systolic

hypertension

Abramson J, Berger A,

Krumholz HM, et al. Arch

Intern Med 2001;

161:1725–30

Penyakit jantung koroner (PJK),

pada infark miokard akut tertentu

(MI), adalah penyebab utama

morbiditas dan mortalitas pada

orang dewasa di Amerika Serikat

dan di negara-negara industri

lainnya

Page 47: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

47

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik, yaitu pendekatan

penelitian dimana dalam pengumpulan data tanpa dilakukan intervensi pada

populasi. Analitik yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan penjelasan

adanya pengaruh antar variabel, yaitu variabel yang berpengaruh pada proses

adaptasi terhadap gawat darurat jantung. Desain penelitian ini menggunakan

cross sectional, dimana seluruh variabel diukur dalam waktu yang bersamaan.

3.2 Populasi, Sampel, dan Sampling

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di

Poli Jantung Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Jumlah pasien PJK yang

dilayani di Instalasi Diagnostik Invasif Kardiovaskuler (IDIK) RS Dr. Soetomo

Surabaya rata-rata 120 orang tiap bulan (Laporan kinerja IDIK, 2015). Besar

sampel menggunakan rule of the thumb dalam SEM sebanyak 117 responden,

dengan hitungan sebagai berikut:

Pengambilan sampel dengan teknik konsekutif sampling yaitu semua sampel

yang ada dan memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai

jumlah yang diperlukan terpenuhi.

Kriteria sampel adalah sebagai berikut :

Kriteria Inklusi :

- Pasien yang terdiagnosis PJK

- Pasien rawat jalan RSU Dr.Soetomo Surabaya

- Bisa membaca dan menulis

- Mampu berkomunikasi dengan baik

- Bersedia jadi responden

Kriteria Eklusi:

- Pasien dalam kondisi gawat darurat jantung

13 x 9 variabel observed = 117 responden

Page 48: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

48

- Pasien tidak mampu Berbahasa Indonesia

3.3 Variabel Penelitian

X1 Faktor personal X1. Lama sakit

X1.2 Faktor keturunan

X1.3 Nyeri dada

X1.4 Gaya hidup

X1.4 Adanya penyakit penyerta

X2 Faktor lingkungan X2.1 Dukungan keluarga

X2.2 Pelayanan kesehatan

X3 Penilaian Stressor X3.1 Stres akibat serangan lalu

X3.2 Ketakutan kematian

X3.3 Waspada terhadap serangan

X3.4 Mampu mengenal tanda &

tindakan dasar kegawatan

jantung

Y Pencegahan terhadap gadar jantung Y.1 Kontrol rutin

Y.2 Minum obat teratur

Y.3 Siap obat emergency

Y.4 Diit

Y.5 Olah raga rutin

Y.6 Manajemen stres

3.4 Definisi Operasional Penelitian

Variabel/

factor

Definisi Operasional Pengukuran Skala

Faktor

personal

(X1)

Faktor dari dalam diri

sendiri yang dapat

menyebabkan penilaian

terhadap perilaku

pencegahan terdiri dari

lama sakit, faktor

keturunan, serangan nyeri

dada, gaya hidup dan

penyakit penyerta.

Lama sakit

(X1.1)

Rentang waktu mulai sakit

sampai saat ini

Kuesioner pertanyaan terbuka Ratio

Faktor

keturunan

(X1.2)

Penyakit jantung koroner

yang diderita didapatkan

dari keluarga

Kuesioner pertanyaan tertutup

ya/tidak

Ordinal

Page 49: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

49

Variabel/

factor

Definisi Operasional Pengukuran Skala

Serangan

nyeri dada

(X1.3)

Adanya keluhan nyeri dada

yang dirasakan

Kuesioner pertanyaan tertutup Ordinal

Gaya hidup

(X1.4)

Perilaku sehari-hari yang

dilakukan oleh pasien

jantung koroner: Diit,

Aktifitas, Merokok, Minum

alkohol

Kuesioner dengan pertanyaan

tertutup.

Kriteria penilaian:

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan benar

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan benar

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Benar

Ordinal

Penyakit

Penyerta

(X1.5)

Penyakit yang menyertai

pasien PJK

Kuesioner dengan pertanyaan

tertutup dikotomi : Ya/Tidak,

dengan kriteria :

Baik: Tidak ada penyakit penyerta

Buruk : Ada penyakit penyerta

Ordinal

Faktor

lingkungan

(X2)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi penilaian

stresor dari dukungan

keluarga dan fasilitas

pelayanan kesehatan.

Dukungan

keluarga

(X2.1)

Pemberian dukungan fisik,

emosional, instrumental dan

sosial

Kuesioner dengan pertanyaan tertutup

Dengan kriteria :

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan

dilakukan

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan dilakukan

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Dilakukan

Ordinal

Fasilitas

pelayanan

kesehatan

(X2.2)

Pelayanan kesehatan yang

telah diterima termasuk

pendidikan kesehatan dari

perugas kesehatan

Kuesioner dengan pertanyaan tertutup

Dengan kriteria :

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan

dilakukan

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan dilakukan

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Dilakukan

Ordinal

Penilaian

(X3)

Penilaian terhadap

stressor terdiri stress

akibat

serangan lalu, ketakutan

Page 50: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

50

Variabel/

factor

Definisi Operasional Pengukuran Skala

serangan ulang, waspada

terhadap serangan,

mampu mengenal tanda

kegawatan jantung

Stres akibat

serangan lalu

(X3.1)

Adanya tekanan yang

dirasakan akibat serangan

nyeri dada sebelumnya

Kuesioner dengan pertanyaan

tertutup.

Berat : ≥ 80 % dr pernyataan benar

Sedang: 60%- < 80%

dr pernyataan benar

Ringan : < 60 % dr pernyataan

Benar

Ordinal

Ketakutan

Kematian

(X3.2)

Perasaan takut/khawatir

akan terjadi kematian akibat

serangan jantung

Kuesioner dengan pertanyaan

tertutup.

Berat : ≥ 80 % dr pernyataan benar

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan benar

Ringan : < 60 % dr pernyataan

Benar

Ordinal

Waspada

terhadap

serangan

(X3.3)

Bersiap siaga terhadap

serangan nyeri dada dengan

melakukan tindakan

tertentu.

Kuesioner dengan pertanyaan

tertutup.

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan benar

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan benar

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Benar

Ordinal

Mengenal

tanda-tanda

dan tindakan

dasar

kegawatan

jantung

(X3.4)

Pengetahuan tentang tanda-

tanda dan tindakan dasar

kegawatan jantung

Kuesioner dengan pertanyaan

tertutup.

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan benar

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan benar

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Benar

Ordinal

Pencegahan

terhadap

gadar

jantung (Y)

Upaya pencegahan

terhadap kondisi

kegawatan pada jantung

terdiri dari kontrol rutin,

minum obat teratur, siap

obat emergency, diit,

olah Raga rutin,

manajemen stres.

Page 51: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

51

Variabel/

factor

Definisi Operasional Pengukuran Skala

Kontrol ke

pelayanan

kesehatan

(Y 1)

Kemampuan klien dalam

melakukan kontrol ke

pelayanan kesehatan secara

teratur dan segera ke pelayanan

kesehatan ketika ada keluhan

Kuesioner dengan pertanyaan tertutup

Dengan kriteria :

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan

dilakukan

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan dilakukan

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Dilakukan

Ordinal

Minum obat

(Y2)

Kemampuan klien minum obat

sesuai dengan jadual, minum

obat sesuai dengan dosis, tidak

minum obat selain obat sesuai

dengan resep dokter.

Kuesioner dengan pertanyaan tertutup

Dengan kriteria :

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan

dilakukan

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan dilakukan

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Dilakukan

Ordinal

Siap obat

emergency

(Y3)

Kemampuan klien dalam

menyediakan obat-obat

emergency di setiap tempat

dan waktu

Kuesioner dengan pertanyaan tertutup

Dengan kriteria :

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan

dilakukan

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan dilakukan

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Dilakukan

Ordinal

Diet

(Y4)

Kemampuan klien secara

mandiri dalam melaksanakan

diet sesuai ketentuan

Kuesioner dengan pertanyaan tertutup

Dengan kriteria :

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan

dilakukan

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan dilakukan

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Dilakukan

Ordinal

Olah raga

(Y5)

Kemampuan klien dalam

melakukan olah raga sesuai

dengan kemampuan.

Kuesioner dengan pertanyaan tertutup

Dengan kriteria :

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan

dilakukan

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan dilakukan

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Dilakukan

Ordinal

Manajemen

stres

(Y6)

Kemampuan klien secara

mandiri dalam mengelola stres

Kuesioner dengan pertanyaan tertutup

Dengan kriteria :

Baik : ≥ 80 % dr pernyataan

Ordinal

Page 52: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

52

Variabel/

factor

Definisi Operasional Pengukuran Skala

dilakukan

Cukup : 60%- < 80%

dr pernyataan dilakukan

Kurang: < 60 % dr pernyataan

Dilakukan

3.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Poli Kardiovaskuler Rumah Sakit Dr.

Soetomo Surabaya.

3.6 Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Setelah data terkumpul

kemudian dilakukan pengolahan data. Analisis data dilakukan secara deskriptif

dan inferensial. Analisis data secara deskriptif untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi pasien PJK dalam adaptasi terhadap gawat darurat

jantung. Deskriptif setiap indikator dinyatakan dalam nilai frekuensi.

Analisis inferinsial digunakan untuk menguji model empiris yang diusulkan

dalam penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan

struktural Struktural Equation Modelling- SEM) berbasis variance atau

component based SEM.

Page 53: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

53

3.7 Kerangka Operasional Penelitian

Kerangka operasional penelitian seperti tertulis pada gambar dibawah ini :

Keterangan :

Penelitian dilaksanakan berdasarkan data dari kajian pustaka dan identifikasi

permasalahan yang terkait prosses adaptasi pada kondisi kegawatdaruratan jantung.

Kemudian dikembangkanlah pemikiran untuk menyusun gambaran representasi

tentang model yang dapat meningkatkan perilaku adaptif klien PJK. Setelah tersusun

model yang merupakan integrasi dari teori Strategi Koping, teori Adaptasi dan teori

Pencegahan dengan memperhatikan issue strategis sebagai bahan pertimbangan

sampai tersusun sebuah abstraksi pemikiran yang disebut Model Antisipatif Melekat

(MAM).

Issue strategis

Menganalisis model baru secara empiris

Analisis faktor secara empiris

Menganalisis faktor-faktor : 1. Faktor individu

2. Faktor lingkungan

3. Faktor Stressor

4. Pencegahan Gadar Jantung

FGD

Tersusunnya modul Rekomendasi Model

Page 54: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

54

Model diklarifikasi dan dikonfirmasi hubungan kausal antara variabel laten dan

variabel observernya melalui analisa Structural Equation Models (SEM) dengan

metode alternatif PLS. Setelah diperoleh model yang fit, kemudian dilakukan FGD

dan divalidasi oleh ahli melalui kegiatan diskusi pakar. Kegiatan diskusi akan

membahas model yang telah dibuat dipandang dari berbagai sudut keahlian sehingga

menghasilkan suatu modul. Langkah akhir dari penelitian ini adalah penetapan model

3.8 Kerangka Analisis

Keterangan :

X1 = Faktor personal

X2= Faktor lingkungan

X3= Penilaian stresor

Y = Pencegahan kegawatdaruratan jantung

X1

11

X2

11

X3

11

Y

Page 55: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

55

BAB 4

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian secara empiris. Analisis secara deskriptif

meliputi karakteristik data penelitian dan analisis inferensial dengan pendekatan

model persamaan struktural dengan Partial Least Square Path Modeling untuk

mengetahui besarnya pengaruh antar variabel konstruk penelitian.

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya adalah rumah sakit tipe A dan rumah sakit

rujukan di wilayah Indonesia Timur. Instalasi Rawat Jalan (IRJ) adalah salah satu

instalasi di RSUD Dr. Soetomo yang terdiri dari 25 unit pelayanan, dengan angka

kunjungan rata-rata per hari 1500-3000 orang. Rata-rata pasien per hari di Poli

Kardiovaskuler adalah 130 orang/hari.

Visi RSUD Dr. Soetomo adalah menjadi rumah sakit yang bermutu

internasional dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian.

Misinya adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan

penelitian yang profesional, akuntabel yang berorientasi pada kastemer untuk menuju

pelayanan kesehatan berstandar internasional.

Kebijakan dasar rumah sakit adalah perbaikan mutu pelayanan, perbaikan

manajemen (SDM) internal rumah sakit, pemantapan kelembagaan (struktur dan

sistem), pemantapan nilai dasar menjadi budaya organisasi, pemantapan sistim

akuntansi keuangan, pengendalian biaya dan struktur anggaran, perbaikan

manajemen logistik medik dan non medik, pemantapan manajemen pendidikan

klinik dan penelitian rumah sakit dan pengembangan aliansi strategis.

4.2 Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Koroner

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 118 orang pasien penyakit

jantung koroner ( PJK) yang melakukan pemeriksaan di Poli Kardiovaskuler RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada Bulan Juli-Agustus 2017 yang memenuhi kriteria

sampel.

Adapun data lengkap karakteristik responden sebagai berikut :

Page 56: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

56

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Koroner di

Poli Kardiovaskuler RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Tahun 2017.

No Karakteristik Jumlah Persentase

1 Umur

a. 25-44 tahun

b. 45-59 tahun

c. 60-78 tahun

14

53

51

11,9

44,9

43,2

2 Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

81

37

68,6

31,4

3 Pendidikan

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Perguruan Tinggi

22

15

44

37

18,6

12,7

37,3

31,3

4 Pekerjaan

a. PNS

b. Swasta

c. Pensiunan

d. Tidak bekerja

16

57

20

25

13,5

48,3

16,9

21,2

5 Penghasilan

a. Kurang dari UMR

b. UMR

c. Lebih dari UMR

78

10

30

66,1

8,5

25,4

Tabel 4.1 dapat menjelaskan bahwa kelompok umur terbanyak pasien penyakit

jantung koroner adalah pra lansia yaitu 45-59 tahun. Jenis kelamin sebagian besar

adalah laki-laki. Pendidikan terbanyak adalah SMA. Pekerjaan terbanyak adalah

pegawai swasta dengan penghasilan terbanyak di bawah UMR (Upah Minimum

Regional Kota Surabaya).

4.3 Deskripsi Variabel Penelitian

Pada bagian ini ditampilkan konstruk data penelitian menurut indikator terukur

pada masing-masing konstruk faktor penelitian. Konstruk faktor yang diteliti dalam

penelitian ini meliputi faktor personal (X1), faktor lingkugan (X2), penilaian stres

(X3), dan Pencegahan gawat darurat jantung (Y).

4.3.1 Faktor Personal (X1)

Page 57: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

57

Faktor personal dalam penelitian ini diukur melalui 5 (lima) indikator yaitu

lama sakit, serangan nyeri dada, adanya penyakit penyerta, adanya penyakit

keturunan dan gaya hidup. Data selengkapnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Faktor Personal Pasien Penyakit Jantung Koroner

di Poli Kardiovaskuler RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Tahun 2017.

No. Indikator Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Lama Sakit

< 1 tahun 15 12,7

>1-5 tahun 46 38,9

> 5 tahun 57 48,3

2 Serangan Nyeri Dada

Terjadi serangan 94 79,7

Tidak terjadi serangan 24 20,3

3 Penyakit Penyerta

Ada penyakit penyerta 101 85,6

Tidak ada penyakit penyerta 17 14,4

4 Penyakit Keturunan

Ada penyakit keturunan 82 69,5

Tidak ada penyakit keturunan 36 30,5

5 Gaya Hidup

Tidak sehat 35 29,7

Sehat 82 69,9

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa sebagian besar pasien PJK mempunyai penyakit

penyerta (85,6%), pernah mengalami serangan nyeri dada (79.7%), dan penyakit

keturunan. Lama sakit pasien penyakit jantung koroner hampir setengahnya lebih

dari 5 tahun (48,3%), Gaya hidup yang dimiliki penyakit jantung sebagain besar

sehat.

4.3.2 Faktor Lingkungan (X2)

Faktor lingkungan dikonstruksikan oleh dua indikator yaitu dukungan keluarga

dan pelayanan kesehatan yang didapatkan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Faktor Lingkungan Pasien Penyakit Jantung

Koroner di Poli Kardiovaskuler RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Tahun

2017.

No. Indikator

Kategori Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

1. Dukungan Keluarga 65 55,1 35 29,9 18 15,3 118 100

2. Pelayanan Kesehatan 49 41,5 17 14.4 52 44,1 118 100

Page 58: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

58

Tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 2 (dua) indikator faktor lingkungan,

indikator pelayanan kesehatan lebih banyak pada kategori kurang baik.

4.3.3 Penilaian Stresor (X3)

Faktor stresor dikonstruksikan oleh empat indikator yaitu stress akibat

serangan lalu, ketakutan kematian, waspada terhadap serangan ulang, dan mengenal

tanda dan tindakan dasar kegawatan jantung, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penilaian Stresor Pasien Penyakit Jantung Koroner

di Poli Kardiovaskuler RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Tahun 2017.

No Indikator Katagori

Total Tinggi Rendah

n % n % n %

1. Stres akibat serangan lalu 86 72,9 32 27,1 118 100

2. Ketakutan kematian 50 42,4 68 57,6 118 100

3. Waspada terhadap serangan

ulang

40 33,9 78 66,1 118 100

4. Mengenal tanda dan tindakan

dasar kegawatan jantung

25 21,2 93 78,8 118 100

Tabel 5.4 menjelaskan bahwa dari 4 (empat) indikator faktor penilaian stresor,

indikator stres akibat serangan lalu sebagian besar (72,9%) tinggi, dan indikator

mengenal tanda serta tindakan dasar kegawatan jantung sebagian besar (78,8%)

rendah.

4.3.4 Pencegahan Terhadap Gawat Darurat Jantung (Y)

Faktor pencegahan terhadap gawat darurat jantung pada penelitian ini

dikonstruksikan oleh indikator kontrol rutin, minum obat teratur, siap obat

emergensi, diit, olah raga rutin dan manajemen stress, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 59: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

59

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Faktor Pencegahan Terhadap Gawat Darurat

Jantung Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poli Kardiovaskuler RSUD

Dr. Soetomo Surabaya, Tahun 2017.

No. Indikator

Kategori Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

1. Kontrol rutin 15 12,7 59 50 44 37,3 118 100

2. Minum obat teratur 67 56,8 32 27,1 19 16,1 118 100

3. Siap obat emergensi 55 46,6 27 22,9 36 30,5 118 100

4. Diit 20 16,9 28 23,7 70 59,3 118 100

5. Olah raga 44 37,3 28 23,7 46 39,0 118 100

6. Manajemen stres 57 48,3 44 37,3 17 14,4 118 100

Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa dari 6 (enam) indikator faktor pencegahan

terhadap gawat darurat jantung pada pasien jantung koroner, indikator diit lebih dari

setengahnya (59,3%) adalah kurang, kurang dari separuh (46,6) indikator siap obat

emergensi, dan indikator olah raga lebih banyak (39%) pada kategori kurang.

4.4 Analisis Model Persamaan Struktural Model Pemodelan Pencegahan Gawat

darurat Jantung Pada Pasien Jantung Koroner.

Teknis analisis data penelitian menggunakan SEM-PLS. Pengujian yang

dilakukan yaitu pengujian model pengukuran (outer model) dan pengujian model

struktural (inner model). Pengujian model pengukuran digunakan untuk memastikan

bahwa indikator yang mengukur variabel laten adalah valid dan reliabel. Pengujian

model struktural mengetahui signifikansi hubungan diantara faktor eksogen terhadap

endogen, sehingga akan didapatkan model yang tepat.

4.4.1 Analisis Model Pengukuran (Outer Model)

Model pengukuran (outer model) dianalisis dengan melakukan pengujian

validitas konstruk dan reliabilitas konstruk. Tujuan uji validitas konstruk adalah

mengetahui apakah indikator valid dalam menjelaskan variabel latennya. Tujuan

reliabilitas konstruk adalah menguji kehandalan variabel laten. Pengujian validitas

konstruk dengan melakukan uji konvergen validitas, uji diskriminan dan uji pengaruh

signifikansi indikator. Hasil uji konvergen validitas dengan melihat nilai loading

Page 60: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

60

faktor dari indikator ke variabel laten dan uji pengaruh signifikansi indikator

dijelaskan pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil Uji Konvergen Validitas Konstruk.

No Variabel

Laten

Indikator Uji Konvergen Validitas

Nilai Loading

Nilai T-

Statistik

Keterangan

1. Faktor

Personal (X1)

Lama sakit 0,902 44,976 Valid

Serangan nyeri dada 0,804 17,082 Valid Faktor keturunan 0,777 13,688 Valid

Adanya penyakit

penyerta 0,827 17,021

Valid

Gaya hidup 0,7050 13,178 Valid 2. Faktor

lingkungan

(X2)

Dukungan keluarga 0,909 26,638 Valid

Pelayanan kesehatan 0,743 9,757 Valid

3. Penilaian

stresor (X3)

Stress Akibat

serangan lalu 0,746 14,676

Valid

Ketakutan kematian 0,786 16,199 Valid Waspada terhadap

serangan ulang 0,719 10,045

Valid

Mengenal tanda &

tindakan dasar

kegawatan jantung

0,827 19,481

Valid

4. Pencegahan

terhadap gawat

darurat jantung

(Y)

Kontrol rutin 0,734 5,660 Valid Minum obat teratur 0,849 7,195 Valid Siap obat emergensi 0.739 6,225 Valid Diit 0,589 4,514 Valid Olah raga rutin 0,693 6,036 Valid Manajemen stres 0,691 5,200 Valid

Tabel 4.6 diatas diketahui bahwa hasil pengujian konvergen validitas

menjelaskan bahwa nilai loading faktor dari indikator > 0,5 dan semua indikator

signifikan untuk mengukur variabel faktornya (T-statistik lebih dari 1,96).

Kesimpulan dari analisis adalah indikator-indikator di atas valid mengukur variabel

latennya dan menunjukkan kriteria kebaikan dari suatu model pengukuran (outer

model).

4.4.2 Analisis Model Struktural (Inner Model)

Analisis model struktural dilakukan untuk menguji pengaruh antara faktor

eksogen terhadap faktor endogen. Nilai yang digunakan sebagai acuan adalah nilai

T-tabel (109;0,025=1,96). Faktor eksogen berpengaruh terhadap faktor endogen

Page 61: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

61

apabila nilai T-statistik lebih besar dari nilai tabel dengan toleransi kesalahan (α) =

5%. Hasil pengujian signifikansi pengaruh selengkapnya dijelaskan pada tabel 5.7

sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikansi Pada Model Struktural (Inner Model)

No Jalur Koefisien

parameter

jalur

Uji Pengaruh

Signifikansi hubungan

T-Statistik T-Tabel

1 (X1) Faktor personal

(X3) Penilaian stresor 0,215 2,099

1,96 Signifikan

2 (X2) Faktor lingkungan

(X3) Penilaian stresor 0,309 3,374

1,96 Signifikan

3 (X2) Faktor lingkungan

(X1) Faktor personal 0,374 5,221

1,96 Signifikan

4 (X3) Penilaian stresor

(Y ) Pencegahan Gawat darurat

Jantung

0,273 3,179

1,96

Signifikan

Tabel 6.7 dapat mengetahui bahwa hasil uji model struktural dengan menggunakan

uji t didapatkan semua nilai T-statistik lebih besar dari T-tabel. Kesimpulannya ada

pengaruh secara signifikan antara faktor eksogen terhadap faktor endogen.

Nilai pengaruh koefisien parameter jalur (path coefficient) pada tabel 4.14

didapatkan pengaruh langsung (direct effect) dan pengaruh tidak langsung (indirect

effect). Gambaran jalur pengaruh variabel laten eksogen ke endogen dalam diagram

jalur model dapat dijelaskan pada gambar berikut.

Gambar 5.1 Diagram Jalur dan Koefisien Parameter Jalur Model

Pencegahan Kegawatdaruratan Jantung

X1 X3 Y

X2

Page 62: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

62

Gambar diagram jalur dan koefisien parameter jalur di atas dapat menjelaskan

pengaruh langsung dan tidak langsung serta total pengaruh antara variabel laten

eksogen ke variabel laten endogen.

Nilai pengaruh antara faktor eksogen terhadap endogen dalam diagram jalur

terdapat pada nilai R-square. Data persentase pengaruh dalam diagram path (R-

Square) adalah sebagai berikut :

Tabel 6.8 Nilai R-Square pada Diagram Jalur

No Variabel Laten Endogen R-Square

1 Faktor Personal (X1) 0,139

2 Penilaian stresor (X3) 0,191

3 Pencegahan gawat darurat jantung (Y) 0,074

Berdasarkan nilai R-square pada tabel 5.8 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai untuk faktor personal (X1) sebesar 0,139 yang berarti variasi faktor

personal terkait dengan perilaku upaya pencegahan gawat darurat jantung sebesar

13.90 % sedangkan sisanya sebesar 87,10 % dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak terdapat didalam model penelitian yang dikembangkan dalam model analisis

ini.

2. Nilai untuk faktor penilaian stresor (X3) sebesar 0.191 yang berarti variasi

faktor penilaian stresor terkait upaya pencegahan gawat darurat jantung yang

dijelaskan oleh faktor X1 dan X2 adalah sebesar 19.10 % sedangkan sisanya

sebesar 81.90 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat didalam model

penelitian ini secara langsung.

3. Nilai untuk faktor pencegahan gawat darurat jantung (Y) sebesar 0.074

yang berarti variasi faktor pencegahan gawat darurat jantung pada model

dijelaskan oleh faktor X3 secara langsung adalah sebesar 7.40 % sedangkan

Page 63: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

63

sisanya sebesar 92,60% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat

didalam model penelitian ini secara langsung.

4.4.3 Penilaian Kekuatan Prediksi dari Model

Untuk memvalidasi model prediksi secara keseluruhan dapat dilihat dari

Goodness of Fit (GoF). Berbeda dengan CBSEM, untuk nilai GoF pada PLS-SEM

harus dicari secara manual. Rumusnya adalah :

Hasil perhitungan nilai rata – rata AVE adalah 0.612638, sedangkan rata – rata

R2 adalah 0.135141, Sehingga nilai GOF adalah 0.287737

Menurut Tenenhau (2004), nilai GoF small = 0,1, GoF medium = 0,25 dan GoF

besar = 0,38.

4.5 Hasil Diskusi

Diskusi dilakukan dengan pada tanggal 26 September 2017. Peserta diskusi

adalah sebagai berikut:

1. Sekretaris SMF Kardiovaskuler.

2. Kepala Ruang Poli Kardiovaskuler RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

3. Kepala Ruang ICCU RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

4. Kepala R. Raway Inap Jantung (R. Camelia) RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Masukan dari hasil diskusi ini dijadikan bahan dalam menyusun modul. Hasil diskusi

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil Diskusi

No Issue Strategis Kemungkinan

Penyebab

Hasil Diskusi Telaah Peneliti

1. Faktor personal

dalam pencegahan

kegawatdaruratan

jantung

1. Pengaruh

kebiasaan

sehari-hari

2. Adanya

penyakit

penyerta dan

keturunan

1. PJK termasuk

5 besar penyakit

jantung terbanyak di

RSUD Dr.Soetomo

Surabaya.

2. Tren pasien PJK di

Poli Kardio dan R.

1. Perubahan ke

arah perilaku

hidup sehat

perlu

ditingkatkan,

misalnya

pengaturan

Page 64: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

64

No Issue Strategis Kemungkinan

Penyebab

Hasil Diskusi Telaah Peneliti

Rawat Inap Jantung

usia dewasa. Usia

lansia banyak yang

terjaring PJK di Poli

Geriatri.

3. Kebanyakan gaya

hidup pasien tidak

sehat seperti merokok.

4. Faktor penyerta yang

terbanyak yang

memicu terjadinya

PJK adalah hipertensi

dan DM.

makan, aktifitas

dan istirahat,

tidak merokok,

manajemen

stres.

2. Meningkatkan

pengendalian

terhadap

penyakit

penyerta seperti

Hipertensi, DM

2. Faktor lingkungan

dalam pencegahan

kegawatdaruratan

jantung.

1. Pelayanan

kesehatan

dalam hal

pemberian

edukasi pada

pasien PJK

masih

kurang

optimal

2. Dukungan

keluarga

masih kurang

optimal

1. Belum ada SOP

edukasi pada pasien

PJK di semua unit

perawatan jantung

(Poli rawat jalan, rawat

inap, ICCU).

2. Sebenarnya edukasi

untuk pasien PJK

sudah dilakukan oleh

perawat dan dokternya,

tetapi belum terstruktur

(Materi yang

disampaikan belum

sama, belum ada

jadual).

3. Sudah ada pembagian

materi edukasi untuk

perawat dan dokter,

tetapi masing-masing

petugas kesehatan

berbeda-beda isi dan

kedalaman materi

edukasi yang

disampaikan.

4. Media edukasi sudah

disediakan rumah sakit,

tetapi mungkin

penggunaannya masih

kurang optimal.

5. Usulan isi SOP edukasi

untuk pasien PJK

meliputi: Pengertian,

penyebab, pengaturam

diit, pengaturan

aktifitas dan istirahat,

jenis obat yang harus

1. Perlu disusun

SOP Edukasi

ditiap-tiap unit

perawatan

jantung yaitu di

Poli rawat jalan,

di ruang rawat

inap dan di

ICCU, baik untuk

perawat maupun

untuk dokternya.

2. Meningkatkan

pelaksanaan

edukasi di tiap

unit perawatan

jantung.

3. Perlu menunjuk

anggota keluarga

sebagai

pendamping

utama pasien,

seperti program

PMO pada TB

Paru.

Page 65: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

65

No Issue Strategis Kemungkinan

Penyebab

Hasil Diskusi Telaah Peneliti

diminum dan aturan

minum obat,

mengenalkan tanda-

tanda

kegawatdaruratan

jantung, penanganan

kegawatdaruratan

jantung di rumah.

6. Keluarga sebenarnya

juga sudah diberikan

edukasi, tetapi karena

keluarga yang

mengantar pasien

berbeda-beda, sehingga

ketika ada pertanyaan

tentang perawatan

pasien belum tentu

keluarga mengerti

perawatannya.

3. Faktor penilaian

stresor dalam

pencegahan

kegawatdaruratan

jantung.

1. Waspada

terhadap

serangan

ulang pada

pasien PJK

rendah

2. Pasien PJK

kurang

paham tanda

dan tindakan

dasar

kegawatan

jantung.

1. Kebanyakan pasien

periksa ke RS apabila

sudah mengalami nyeri

dada.

2. Edukasi tentang

serangan nyeri dada

sudah disampaikan

oleh dokter yang

merawat, tetapi karena

pemahaman yang

kurang, pasien masih

belum mengerti.

3. Pasien PJK

kebanyakan masih

belum sedia obat ketika

mereka bepergian,

kadang-kadang ada

yang belum tahu

kegunaan obat yang

diberikan meskipun

sudah diberikan

penjelasan.

4. Kewaspadaan mereka

masih rendah karena

life stylenya yang

kurang baik.

1. Penilaian

terhadap

kewaspadaan

serangan ulang

akan meningkat

apabila pasien

PJK memahami

bahaya yang

ditimbulkan dari

serangan ulang.

2. Mengenal tanda

dan tindakan

dasar

kegawatdarurat

jantung perlu

edukasi yang baik

dan

berkesinambunga

n, agar pasien

mengingat pesan

dari edukasi

secara terus

menerus.

3. Menerima

kondisi sakit akan

meningkatkan

penilaian

terhadap stresor

untuk mencegah

Page 66: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

66

No Issue Strategis Kemungkinan

Penyebab

Hasil Diskusi Telaah Peneliti

kondisi gawat

darurat jantung.

4. Pencegahan

kegawatdaruratan

jantung

1. Kontrol rutin

pasien PJK

masih kurang

2. Pengaturan

makan di

rumah masih

kurang.

3. Kebiasaan

olah raga

teratur masih

rendah

4. Kesiapan

obat

emergensi

masih

rendah.

1. Kebanyakan kadar

kolesterol pasien PJK

tinggi, kondisi ini bisa

disebabkan karena pola

makan yang kurang

sehat.

2. Life style pasien PJK

masih kuran baik

misalnya diit dan olah

raganya.

3. Pasien PJK ada yang

masih salah cara

mengkonsumsi ISDN,

mereka kadang-kadang

juga tidak tahu kalau

itu obat emergensi

yang harus disiapkan

setiap saat.

1. Perubahan

perilaku untuk

kontrol rutin,

pengaturan diit,

kebiasaan olah

raga dan kesiapan

obat emergensi

perlu

ditingkatkan

dengan

penyediaan

sarana dan

prasarana serta

dukungan

keluarga.

2. Perilaku

pencegahan

kegawat

daruratan jantung

memerlukan

motivasi yang

tinggi dari

pasiennya.

3. Keluarga

merupakan

komponen

penting dalam

mendukung

perilaku

pencegahan

kegawatan

jantung.

Tabel 4.9 menjelaskan bahwa pencegahan kegawatdaruratan jantung pasien PJK

belum optimal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pengenalan

tanda dan tindakan kegawatdaruratan dasar, Waspada terhadap serangan ulang pada

pasien PJK rendah dan kurang paham tanda dan tindakan dasar kegawatan jantung.

Pelayanan kesehatan dalam hal pemberian edukasi pada pasien PJK dan dukungan

keluarga juga masih kurang optimal.

4.6 Rekomendasi Hasil Diskusi

Page 67: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

67

Hasil diskusi yang telah dilakukan tentang pencegahan kegawatdaruratan

jantung pada pasien PJK mendapat beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Faktor personal dalam pencegahan kegawatdaruratan jantung. Rekomendasi

sebagai berikut:

a. Perubahan ke arah perilaku hidup sehat perlu ditingkatkan, terutama pada

pengaturan makan (diit) dan olah raga.

b. Meningkatkan pengendalian terhadap penyakit penyerta seperti Hipertensi,

DM.

2. Faktor lingkungan dalam pencegahan kegawatdaruratan jantung.

a. Menyusun SOP Edukasi di tiap-tiap unit perawatan jantung yaitu di Poli

rawat jalan, di ruang rawat inap dan di ICCU, baik untuk perawat maupun

untuk dokternya.

b. Meningkatkan pelaksanaan edukasi di tiap unit perawatan jantung.

c. Perlu menunjuk anggota keluarga sebagai pendamping utama pasien, seperti

program PMO pada TB Paru.

3. Faktor penilaian stresor dalam pencegahan kegawatdaruratan jantung.

a. Meningkatkan pemahaman mengenai memahami bahaya yang ditimbulkan

dari serangan ulang akan meningkatkan penilaian terhadap kewaspadaan

serangan ulang pasien PJK.

b. Perlu edukasi yang baik dan berkesinambungan tentang mengenal tanda dan

tindakan dasar kegawatdarurat jantung, agar pasien mengingat pesan dari

edukasi secara terus menerus.

c. Menerima kondisi sakit akan meningkatkan penilaian terhadap stresor untuk

mencegah kondisi gawat darurat jantung.

4. Pencegahan kegawatdaruratan jantung.

a. Meningkatkan motivasi untuk melakukan perilaku hidup sehat dengan

mengatur diit, olah raga, minum obat teratur, kontrol teratur dan manajemen

stres yang baik.

b. Meningkatkan motivasi pasien untuk melakukan pencegahan kegawat

daruratan jantung dengan memberikan penguatan terhadap perilaku yang

positif yang telah dilakukan

Page 68: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

68

c. Keluarga merupakan komponen penting dalam mendukung perilaku

pencegahan kegawatan jantung, sehingga perlu ditingkatkan partisipasinya

dalam mendampingi pasien dalam melaksanakan perawatan sehari-hari.

BAB 5

PEMBAHASAN

5. 1 Pengaruh Faktor Personal Dengan Faktor Lingkungan Pada Pasien PJK

Modernisasi selalu meningkatkan pola hidup, kebiasaan makan berlebihan,

terlalu banyak aktivitas, banyak merokok dan kurang istirahat menjadi pemicu

timbulnya penyakit jantung koroner. Hasil penelitian hampir separuh pasien penyakit

jantung koroner berada pada rentang usia 45–59 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Zahrawardani (2013) pasien PJK sebagian besar (84,1%) berusia > 45

tahun. Rentang usia ini merupakan usia produktif, dimana sebagian besar pasien PJK

adalah laki-laki yang merupakan kepala keluarga.

Faktor resiko adalah suatu kebiasaan, kelainan dan faktor lain yang bisa

ditemukan atau dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara

bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degenaratif tertentu. Pada kondisi ini

biasanya pola hidup tidak sehat dilakukan oleh beberapa orang, tuntutan kebutuhan

hidup membuat individu bekerja keras, sehingga waktu istirahat tidak cukup untuk

dirinya. Kebutuhan keseimbangan aktifitas fisik dan istirahat digunakan untuk

mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua

komponen-komponen tubuh (Cho, 1984 dalam Roy, 1991). Kesibukan yang tinggi

membuat pola makan individu juga tidak sehat, individu cenderung membeli

makanan yang siap saji, atau makanan di warung yang belum tentu terjamin

kesehatannya, yang berdampak kadar kolesterol darah meningkat. Kadar kolesterol

yang tinggi akan menyebabkan terjadinya aterosklerosis atau pengerasan pembuluh

darah. Ditunjang stress kehidupan dan pekerjaan yang membuat metabolisme

meningkat dan memacu kerja beberapa hormone termasuk adrenalin yang akan

menyebabkan fungsi kerja jantung meningkat pula. Hampir semua pasien PJK

memiliki penyakit penyerta yaitu hipertensi, diabet, dan hiperkolesterol, sehingga

Page 69: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

69

beresiko untuk terjadi gawat darurat jantung. Pasien yang berusia kurang dari 50

tahun dengan kelainan Diastolic Blood Pressure beresiko menderita PJK

(Franklin.2001). Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma

langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria yang bisa menyebabkan

angina pectoris atau infark myocard. Pasien penyakit jantung yang memiliki penyakit

diabetik memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami kematian (Malik.S,2004).

Mayoritas pasien PJK sudah menderita penyakit ini lebih dari satu tahun dan

hampir semua pernah mengalami nyeri dada. Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau

Coronay Artery Disease (CAD) adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat

suplai darah ke jantung yang melalui arteri koroner terhambat. Kondisi ini terjadi

karena arteri koroner (pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai

makanan dan oksigen bagi sel-sel jantung) tersumbat atau mengalami penyempitan

karena endapan lemak yang menumpuk di dinding arteri. Berkurangnya pasokan

darah karena penyempitan arteri koroner menimbulkan rasa nyeri di dada (gejala ini

dikenal dengan istilah angina). Bila arteri koroner tersumbat dan darah sama sekali

tidak bisa mengalir ke jantung, penderita bisa mengalami serangan jantung, dan ini

dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika penderitanya dalam keadaan tidur. Hasil

penelitian menunjukkan sebagian besar pasien PJK mengalami serangan nyeri lebih

dari satu kali, bahkan ada yang beberapa kali. Kondisi ini tidak baik bagi pasien PJK,

dan merupakan resiko tinggi untuk kematian.

Faktor lingkungan dikonstruksikan oleh dua indikator yaitu dukungan keluarga

dan pelayanan kesehatan. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam perawatan

pasien PJK khususnya dalam hal perhatian minum obat secara teratur, kontrol rutin

ke rumah sakit, membantu menyediakan makanan sesuai diit pasien, dan dukungan

keluarga untuk berolah raga secara rutin. Hasil penelitian lebih dari separuh pasien

PJK memiliki dukungan keluarga yang baik, dukungan ini diperlukan agar pasien

lebih baik dalam merawat dirinya agar terhindar dari gawat darurat jantung. Pasien

penyakit jantung harus memperoleh perawatan intensif dengan melakukan kontrol

rutin yang meliputi tekanan darah, gula darah, dan kadar lemak darah

(Malik.S.2004). Sedangkan separuhnya pasien PJK tidak memiliki dukungan

keluarga yang baik. Sehingga pasien berusaha untuk mengatasi masalahnya secara

mandiri, keluarga tidak memberikan dukungan untuk kontrol rutin ke rumah sakit,

Page 70: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

70

pasien harus berangkat sendiri, dan merawat dirinya sendiri. Kematian akibat PJK

dapat dicegah hingga 80% dengan melakukan kontrol rutin (Malik.S.2004).

Hasil penelitian mengenai pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien PJK,

lebih dari separuh menyatakan pelayanan yang diberikan tidak baik, hal ini terkait

dengan minimnya pendidikan kesehatan yang diterima oleh pasien PJK, khususnya

dalam hal tanda dan gejala serangan jantung, serta tindakan yang harus dilakukan

saat terjadi serangan. Hasil diskusi dengan pakar, hingga saat ini belum ada SOP

yang terkait dengan pendidikan kesehatan untuk pasien PJK baik dari profesi

keperawatan maupun kedokteran. Beberapa dokter atau perawat sudah melakukan

pendidikan kesehatan, sebatas kemampuan mereka dan untuk menjawab pertanyaan

pasien, sehingga bervariasi dalam memberikan penyuluhan baik secara kualitas

maupun kuantitas.

Hasil analisis model structural antara faktor lingkungan dengan faktor personal

diperoleh nilai T-statistik (3,374) lebih besar dari T-tabel (1,96) yang berarti ada

pengaruh secara signifikan. Dukungan keluarga dan pelayanan yang baik sangat

berpengaruh terhadap perawatan atau kondisi pasien PJK, khususnya dalam

perawatan diri untuk mencegah terjadinya serangan berulang atau gawat darurat

jantung.

5.2 Pengaruh Faktor Personal Terhadap Stresor

Perkembangan individu dan penggunaan mekanisme koping mempengaruhi

tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi. Penggunaan mekanisme koping

yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan

rentang stimulus agar dapat berespon secara positif (Roy 1991). Faktor stresor

dikonstruksikan oleh empat indikator yaitu stress akibat serangan lalu, ketakutan

kematian, waspada terhadap serangan ulang, dan mengenal tanda dan tindakan dasar

kegawatan jantung,

Hasil penelitian sebagian besar pasien PJK memiliki stres yang tinggi akibat

serangan lalu. Stres psikologis dapat meningkatkan pengaruh dari katekolamin

sehingga menstimulasi pada hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA). Pasien dengan

depresi akan menyebabkan perubahan klinis, fisiologis, dan biokimia yang

berdampak hiperaktivitaas (HPA) dan sympatho-adrenomedullary - penumpukan

Page 71: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

71

lemak sentral, peningkatan tekanan darah, resistensi insulin, hipertrigliseridemia dan

rendahnya tingkat high density lipoprotein (Yudkin, 2000). Stres yang tinggi justru

akan memperberat kondisi pasien penyakit jantung koroner dan lebih mudah untuk

mengalami gawat darurat jantung yang berakibat kematian.

Riwayat serangan lalu membuat pasien PJK selalu memikirkan penyakitnya,

sayangnya sebagian besar tidak diikuti dengan waspada terhadap serangan ulang

serta mengenal tanda dan tindakan dasar kegawatan jantung. Perilaku seseorang

atau masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, ketersediaan

fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan akan mendukung

dan memperkuat terbentuknya perilaku. Perubahan perilaku ditentukan oleh konsep

risiko. Penentu respon individu untuk mengubah perilaku adalah tingkat beratnya

risiko atau penyakit. Secara umum, bila seseorang mengetahui ada risiko terhadap

kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan menghindari risiko. Pasien PJK

stres terhadap serangan lalu tetapi secara individu belum maksimal melakukan

upaya-upaya pencegahan agar terhindar dari serangan berulang atau gawat darurat

jantung. Hal ini terlihat dari hasil penelitian lebih dari separuh pasien PJK tidak takut

kematian. Kondisi ini bisa menguntungkan, pasien PJK memiliki keyakinan yang

kuat bahwa kematian itu adalah urusan Allah/Tuhan, walaupun mereka pernah

mengalami serangan jantung tetapi pasien PJK tidak depresi akibat pengalaman yang

tidak menyenangkan itu. Pasien PJK yang depresi sangat beresiko untuk mengalami

kematian (Barth.J, Shumacher, 2004).

Hasil Analisis Model Pengukuran (Outer Model) untuk faktor personal semua

indikator memiliki nilai loading factor > 0,5 dan semua indikator signifikan untuk

mengukur variable faktornya. Hasil uji signifikansi hubungan antar factor personal

dengan penilaian stressor diperoleh nilai T-statistik (2,099) yang berarti ada

hubungan yang signifikan.

5.3. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Penilaian Stresor Pada Pasien

PJK

Strategi koping sebagai upaya-upaya khusus, baik behavioral maupun psikologis,

yang digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau

Page 72: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

72

meminimalkan dampak kejadian yang menimbulkan stres. Perilaku koping

merupakan suatu tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan

lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah (Chaplin,

2004). Strategi koping pasien PJK juga dipengaruhi faktor lingkungan. Secara

spesifik, sumber-sumber yang memfasilitasi koping itu mencakup sumber-sumber

personal (yaitu karakteristik pribadi yang relatif stabil seperti self-esteem atau

keterampilan sosial) dan sumber-sumber lingkungan seperti dukungan sosial dan

keluarga atau sumber finansial (Harrington & Mcdermott, 1993). Stres adalah

stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan

psikis pada. seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi

umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada

tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif.

Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu

(Isaacs, 2004). Sumber stres eksternal (dari luar diri individu), meliputi keluarga,

lingkungan , hubungan interpersonal, keuangan, dan hukum.

Hasil penelitian lebih dari separuh pasien PJK mendapat dukungan keluarga yang

baik, dukungan keluarga ini diperlukan dalam penilaian stresor. Bagaimana pasien

merespon stress akibat serangan yang lalu, ketakutan kematian, serta kewaspadaan

serangan ulang dipengaruhi oleh dukungan keluarga.

Sedangkan hasil penelitian indikator pelayanan kesehatan pada pasien PJK

sebagian besar dirasa kurang baik, khusunya dalam hal pendidikan kesehatan.

Sebagian besar pasien tidak memperoleh informasi yang berkaitan dengan tanda-

tanda gawat darurat jantung, serta penanganan dasar saat serangan jantung.

Hal ini terbukti dari hasil penelitian analisis inner model pengaruh faktor lingkungan

terhadap penilaian stresor diperoleh nilai T-statistik (3,374) lebih besar dari T-tabel

(1,96). Pengaruh faktor lingkungan yaitu dukungan keluarga dan pelayanan

kesehatan yang baik akan mempengaruhi penilaian stresor pasien PJK dalam

mencegah gawat darurat jantung. Lebih dari separuh pasien PJK merasa pelayanan

kesehatan kurang baik, khususnya dalam hal pendidikan kesehatan. Informasi yang

diterima pasien PJK tidak maksimal, sebagian besar pasien PJK tidak tahu tanda-

tanda dan pencegahan serangan jantung atau gawat darurat jantung.

Page 73: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

73

5.4 Pengaruh Stresor Terhadap Upaya Pencegahan Gawat Darurat Jantung.

Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak

spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut

dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat

tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh

akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut

dapat mengalami stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan

psikologis. Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu

terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang

menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan

dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat

ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang

kematian, rasa cemas sering kali ada.

Sumber stres secara psikologi ada dua yaitu internal dan eksternal. Sumber stres

internal (dari dalam diri individu), meliputi penyakit (illness), konflik, frustasi, krisis,

dan tekanan. Menderita penyakit membawa tuntutan fisik dan psikologis pada orang

yang menderitanya. Tinggi rendah dan berat ringannya tuntutan tergantung dari

macam penyakit. Penyakit jantung koroner merupakan sumber stres yang berat,

karena pasien PJK merupakan penyakit resiko tinggi untuk mengalami serangan

kegawatan jantung atau kematian, disamping itu penyakit PJK merupakan penyakit

non infeksi yang membutuhkan perawatan berkelanjutan, tidak terbatas hari atau

minggu tetapi harus tetap menjaga dan merawat secara rutin dalam jangka waktu

yang lama bahkan bisa seumur hidupnya. Pengalaman serangan yang lalu juga

merupakan stresor tersendiri bagi pasien PJK, jika pasien PJK tidak mampu

mengatasi stressornya maka akan jatuh dalam kondisi yang lebih buruk lagi.

Hasil penelitian pengaruh penilaian stressor terhadap pencegahan gawat darurat

didapatkan nilai T-statistik (3,179) lebih besar dari T-tabel, yang berarti ada

pengaruh yang signifikan. Penilaian stressor yang tinggi akan membuat pasien PJK

lebih baik dalam melakukan pencegahan gawat darurat jantung, melalui kontrol

rutin, minum obat teratur, siap obat emergensi, melakukan diit yang tepat, olah raga

rutin, dan manajemen stress. Pasien penyakit jantung koroner, harus mengatur diit

dan pola makannya untuk menghindari obesitas dan hiperkolesterol. Orang yang

Page 74: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

74

mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran lebih panjang umur dan memiliki gaya

hidup sehat. Orang yang mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran tidak suka

merokok. Asupan buah dan sayur yang baik akan menurunkan risiko penyakit

jantung koroner (Joshipura, 2001). Exercise dapat meningkatkan kadar HDL

kolesterol dan memperbaiki kolesterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi.

Excercise bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke

miokard, menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang

bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol, membantu menurunkan tekanan

darah, serta meningkatkan kesegaran jasmani. Korban serangan jantung terutama

terjadi pada pusat kesibukan yang banyak mendapat stress. Penelitian Supargo dkk

(1981-1985) menunjukkan orang yang stres lebih besar mendapatkan resiko PJK,

stres disamping dapat meningkatkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah. Oleh karena itu pasien PJK harus memiliki kemampuan manajemen

stres yang baik agar stress tidak berlanjut yang berdampak akan memperparah kerja

jantung.

5.5 Model MAM Terhadap Peningkatan Upaya Pencegahan Gawat Darurat

Jantung Pada Pasien PJK

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit non infeksi yang menyebabkan

kematian nomer satu. Pasien PJK harus mendapat perhatian dan perawatan yang

intensif mulai saat ditemukan tanda-tanda penyakit jantung koroner hingga pasien

menjalani perawatan di rumah. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya

pencegahan secara menyeluruh agar pasien terhindar dari gawat darurat jantung.

Konsep pencegahan menurut Leavell dan Clark (1965) tingkatan pencegahan ini

berkelanjutan, yaitu melalui periode prepatogenesis penyakit sampai ke metode

rehabilitasi yaitu setelah penyakitnya sendiri sudah hilang. Menurut tingkatan

pencegahan sesungguhnya (true prevention) atau primary prevention terjadi pada

periode prepatogenesis dan melibatkan: (1) health promotion, (2) specific protection.

Termasuk health promotion adalah health education, perhatian terhadap faktor

genetik atau lingkungan yang mungkin mempengaruhi penyakit, perhatian terhadap

perkembangaan fisik dan mental yang baik, dan periodic selective examinations.

Specific protection, termasuk didalamnya misalnya pengaturan diit, penggunaan

Page 75: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

75

obat-obat jantung. Kemudian periode selanjutnya dan patogenesis adalah disease

control, termasuk didalamnya disability limitation, yaitu tindakan preventif agar

akibat dan komplikasi penyakit bisa diminimalkan.

Model Antisipasi Melekat (MAM) bertujuan untuk mencegah gawat darurat

jantung, dengan memperhatikan tahap-tahap pencegahan. Mulai dari faktor resiko

menderita penyakit PJK, penyakit penyerta yang diderita, pengalaman serangan nyeri

dan upaya-upaya yang harus dilakukan agar terhindar dari serangan berikutnya. Hasil

penelitian terdapat pengaruh antara factor eksogen terhadap endogen dalam diagram

jalur. Sedangkan penilaian kekuatan prediksi dari Model atau Goodness of Fit (GoF)

adalah 0.287737 yang berarti GoF medium. Walaupun nilai pengaruh tidak terlalu

besar dalam model penelitian ini, demikian juga dengan GoF tetapi tetap harus

mendapat perhatian, karena model MAM bertujuan untuk mencegah gawat darurat

jantung. Pasien PJK merupakan pasien resiko tinggi, oleh karena itu harus tetap

diantisipasi agar tidak terjadi kondisi yang berbahaya.

Page 76: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

76

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Model pencegahan gawat darurat jantung pada pasien Penyakit Jantung

Koroner (PJK) dipengaruhi oleh faktor personal, faktor lingkungan, dan

penilaian stressor. Faktor personal yang dominan dalam model ini adalah

lama sakit, serangan nyeri dada, penyakit penyerta (hipertensi, diabet, dan

hiperkolesterol), penyakit keturunan, dan gaya hidup. Faktor lingkungan yang

membangun model ini adalah dukungan keluarga dan pelayanan kesehatan

dengan menitik beratkan pada pendidikan kesehatan (Health Education).

Penilaian stresor berkaitan dengan stres akibat seragan lalu, ketakutan

kematian, waspada terhadap serangan berulang, serta mengenal tanda dan

tindakan dasar kegawatan jantung. Pencegahan terhadap gawat darurat

jantung dalam model ini dapat diaplikasikan dalam bentuk control rutin,

minum obat teratur, siap obat emergency, diit yang tepat, olah raga rutin, dan

manajemen stress.

6.2 Saran

1. Pasien penyakit jantung koroner harus meningkatkan upaya perawatan diri,

dengan memperhatikan gaya hidupnya tentang masalah diit sehat, olah raga

rutin, dan meningkatkan pengetahuan untuk mengenal tanda-tanda dan

penanganan dasar gawat darurat jantung.

2. Perlu disusun protap pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam pencegahan

gawat darurat jantung untuk seluruh unit di RS Dr. Soetomo

3. Perlu penelitian lanjutan untuk menerapkan Model Antisipasi Melekat

Page 77: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

77

DAFTAR PUSTAKA

Anwar B. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner, e-USU Repository, (2004)

Universitas Sumatera Utara

Abramson J, Berger A, Krumholz HM, et al. Depression and risk of heart failure

among older persons with isolated systolic hypertension, Arch Intern Med

2001; 161:1725–30

Barth. J, Shumacher .M, Depression as a Risk Factor for Mortality in Patients

WithCoronary Heart Disease: A Meta-analysis, Psychosomatic Medicine,

November 2004

Coyne, J., Aldwin, C., & Lazarus, R. 1981. Depression and Coping In

StressfullEpisodes. Journal of Abnormal Psychology. Vol. 50, No. 2, 234-

254.

Franklin.S, Larson. M G, Khan. S A, et al, Does the Relation of Blood Pressure to

Coronary Heart Disease Risk Change With Aging? Circulation, April

2001;103:1245-1249

Harrington, R. G., & Mcdermott, D. (1993). A model for the interpretation of

personality assessments of individuals with visual impairments. The Journal

of Rehabilitation

Isaacs, 2004. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.

J.S. Yudkin, Kumari.M, Humphries.S, et al. Inflammation, obesity, stress and

coronary heart disease: is interleukin-6 the link?, Atherosclerosis, 148

(2000) 2 0 9 – 2 1 4

Joshipura,K.J, et al, The Effect of Fruit and Vegetable Intake on Risk for

Coronary Heart Disease, Annals of Internal Medicine, June 2001. Volume

134 • Number 12

Kemenkes (2014). Pusat Data & Informasi Kementerian Kesehatan R.I

Lazarus, R.S.,1991. Cognition and Motivation in Emotion. American Psychologist

Malik.S, Wong. N , Franklin.S, et al, Impact of the Metabolic Syndrome on

Mortality From Coronary Heart Disease, Cardiovascular Disease, and All

Causes in United States Adults, Circulation.2004;110:1245-1250; originally

published online August 23, 2004

Page 78: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

78

Riskesdas (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes R.I

Roy, Sister Callista (1991). The Roy Adaptation Model, the definitif statement.

Appleton & Lange a Publishing Division of Prentice Hall

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan, Garamedia Wiidiasarana Indonesia. Jakarta

Tomey, A. M. & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorists and their work. (6th

ed.). Elsevier Health Sciences.

Taylor.R, Brown.A, Ebrahim.S, et al, Exercise-based rehabilitation For patients

with coronary heart disease, The American Journal of Medicine, June 2004.

volume 116

Ma'rufi, R. R. (2014). Hubungan Dislipidemia dan Kejadian Penyakit Jantung

Koroner. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, Vol 6, No 1.

Page 79: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

79

Lampiran

4.1 Biaya Penelitian

Anggaran biaya yang diajukan pada penelitian ini sejumlah Tigapuluh juta

rupiah (Rp.30.000.000,-), dengan rincian sebagaimana pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian

No Jenis pengeluaran Biaya yang diusulkan (Rp.)

1 Honor tim peneliti 7.000.000.-

2 Kegiatan Penelitian

a. Persiapam

525.000,-

b. Pelaksanaan

17.640.000,-

3 Pengolahan Data 2.500.000,-

4 Lain-lain :

- ATK

- Foto copy & penjilidan

- Perijinan / Etical Clearence

375.000.-

460.000.-

1.500.000,-

Jumlah 30.000.000,-

4.2 Jadual Kegiatan

Kegiatan penelitian ini direncanakan dalam jadual kegiatan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Rencana Kegitan Penelitian

No Kegiatan Semester pertama Semester kedua

Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nop Des

1 Penyusunan proposal

2 Seminar proposal

3 Uji kelaikan etik

4 Pelaksanaan penelitian

5 Analisa data

6 Penyusunan laporan

7 Seminar hasil penelitian

Page 80: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · Nama Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.,Sp.Kom NIP 197303101997032002 Program

80