BERBICARA MAHASISWA SEMESTER II PRODI PENDIDIKAN BAHASA
INGGRIS
FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
Oleh :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
baBbBBBahasaMatematika
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
.................................... 8
BAB 4. METODE PENELITIAN
.................................................................
12
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
RINGKASAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui proses
penerapan metode Eclictic
dalam berbicara mahasiswa dalam upaya meningkatkan ketrampilan
berbicara mahasiswa
semester II FKIP B.Inggris Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(2) Untuk mengetahui
peningkatan ketrampilan berbicara mahasiswa semester II FKIP
B.Inggris Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara dengan menggunakan metode
Eclictic.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif
data. Hasil yang diperoleh eclictic
method dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa UMSU dalam berbicara.
Hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan nilai mahasiswa pada siklus I, siklus II
dan siklus III mengalami
peningkatan dari 61,52% menjadi 76,92% dan meningkat lagi menjadi
87,18% artinya ada
peningkatannya sebesar 25,66% dan penilaian secara kualitatif
menunjukan meningkatnya
motivasi, kreativitas dan ketrampilan mahasiswa dalam berbicara.
Peningkatan dari siklus I ke
siklus II adalah sebesar 24%. Oleh karena itu disaran pada dosen
untuk menerapkan Eclictic
Method dalam mengajar Speaking, selalu merevisi dan menyesuaikan
perubahan materi sesuai
dengan perkembangan zaman dan menemukan strategi dan media untuk
mengajar Bahasa
Inggris. Baik dosen maupun mahasiswa harus siap dalam menerapkan
proses pembelajaran
dengan menggunakan Eclictic Method.
Keyword : eclictic method,berbicara, penerapan
Bahasa adalah suatu kesatuan. Bagian-bagian pengajaran bahasa tidak
dapat dipisahkan satu
sama lain. Sama halnya dengan bahasa Inggris yang tidak bisa
dipisahkan dari pronunciation,
grammar, vocabulary dan 4 aspek ketrampilan lainnya yang mendukung
yaitu listening,
speaking, writing dan reading. Dan semua hal terbuat saling
berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Pembelajaran bahasa Inggris merupakan mata kuliah wajib di jurusan
bahasa Inggris
FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sesuai dengan
kurikulum pendidikan bahasa
Inggris di Indonesia . Oleh karenanya seluruh mahasiswa diharapkan
menguasai 4 ketrampilan
bahasa Inggris khususnya pada ketrampilan speaking segera setelah
mereka tamat mereka telah
memiliki ketrampilan yang baik. Karena zaman sekarang , mampu dalam
berbicara bahasa
Inggris dalam hal ini bahasa Inggris yang diakui sebagai bahasa
internasional adalah penting
karena era globalisasi yang memberikan orang tanpa batas untuk
berhubungan satu sama lain di
seluruh dunia dimana saat ini lebih dari satu milliyar orang
menggunakan bahasa Inggris melalui
media social atau juga secara face to face (Brown, 2001:21).
Namun kenyataan pembelajaran bahasa Inggris dalam jangka panjang
selama mereka
menempuh pendidikan S-I tidak menjamin keseluruhan dari mereka
memiliki ketrampilan yang
baik dalam speaking dan kebanyakan dari mereka masih tergolong
passive speakers bukan
sebagai active speakers. Dalam penguasaan grammar, vocabulary dan
ketrampilan writing
mahasiswa memiliki nilai yang baik namun tidak sebaik pada
ketrampilan speaking mereka.
Kenyataan lain juga ditemukan berbagai metode datang silih berganti
diterapkan oleh dosen
karena adanya ketidakpuasan terhadap metode sebelumnya, namun
metode yang baru pun akan
mengalami hal yang sama, dikritik dan dianggap tidak mampu lagi
memuaskan kepentingan
pengajaran speaking. Silih bergantinya berbagai metode bersamaan
dengan silih bergantinya
kekuatan dan kelemahan metode. Pada sisi lain, tujuan pembelajaran
bahasa juga berbeda-beda
antara satu kurun waktu tertentu dan kurun waktu yang lain. Selain
terkait dengan tujuan
1
prasarana dan lain sebagainya.
Eclictic Method adalah sebuah metode pengajaran bahasa Inggris
dimana istilah eclictic
diambil dari bahasa Inggris yang berarti pemilihan sesuatu yang
dianggap terbaik dari beberapa
doktrin, metode atau gaya, dan susunan dari bagian-bagian yang
diambil dari berbagai sumber.
(www.merriam-webster.com.2008). Sebagaimana diketahui bahwa setiap
metode dikembangkan
berdasarkan landasan teori linguistik dan psikologi, dan bahwa
setiap metode baru lahir sebagai
suatu bentuk kritik, penolakan dan pengganti terhadap metode
sebelumnya. Perlu dipahami
bahwa metode ini tidak dikembangkan berdasarkan suatu teori aliran
linguistik dan psikologi
tertentu. Metode ini tidak juga lahir untuk menggantikan
metode-metode yang telah lahir
sebelumnya, tetapi metode ini lahir sebagai sebuah bentuk usaha
pemilihan dan penggabungan
dari beberapa metode yang sudah dan akan ada.
Metode eclictic ini mempunyai hubungan yang kuat dengan para tokoh
pengajaran
bahasa terdahulu seperti Henry Sweet dan Harold Palmer. Sweet
menyatakan bahwa suatu
metode yang baik harus bersifat komprehensif dan harus
mempertimbangkan berbagai aspek.
Suatu metode harus didasarkan pada suatu pengetahuan yang seksama
tentang pengetahuan
kebahasaan dan dengan memanfaatkan pengetahuan psikologis. Karena
aliran kebahasaan dan
psikologi beragam dan terkadang bertentangan antara yang satu
dengan yang lain, maka Sweet
menyarankan adanya suatu jalan tengah antara berbagai aliran yang
bertentangan. Usaha
menemukan jalan tengah itulah yang kemudian melahirkan
prinsip-prinsip pokok pengajaran
bahasa yang didasarkan pada berbagai metode, tidak pada satu metode
tunggal yang tidak bisa
berubah-ubah. Prinsip-prinsip umum tersebut kemudian dipadukan
dengan prinsip-prinsip
khusus dalam pengajaran suatu bahasa tertentu.
Mohammad Aslam (2003) menyatakan bahwa metode eclictic memiliki
kelebihan yaitu
(1) Pengajar memiliki banyak flexibilitas, (2) Tidak ada aspek
ketrampilan bahasa yang
diabaikan, (3) Ada variasi dalam kelas, (4) Atmosphere kelas
bersifat dinamis.
Metode Eclictic menyerap teknik-teknik terbaik dari berbagai metode
pengajaran bahasa
lalu memadukannya ke dalam prosedur pengajaran di kelas,
menggunakan berbagai metode yang
paling sesuai untuk berbagai tujuan yang beragam. Penggunaan metode
ini diharapkan akan
mencari bentuk pengembangan yang seimbang untuk ketrampilan
speaking.
2
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka secara rinci rumusan
masalah dapat
ditelusuri secara bertahap melalui pertanyaan-pertanyaan di bawah
ini:
1. Bagaimana proses penerapan metode Eclictic dalam berbicara
mahasiswa dalam upaya
meningkatkan ketrampilan berbicara mahasiswa semester II FKIP
bahasa Inggris
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara?
1.3 Target Luaran
1. Publikasi ilmiah di jurnal nasional ( ber ISSN) Accepted
2. Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Nasional Terdaftar
Lokal Sudah dilaksanakan
4. Luaran lainnya Draft
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
jenis pendekatan dan metodologi untuk mengajarkan bahasa tergantung
pada tujuan
pembelajaran dan kemampuan pelajar. Serangkaian metode pengajaran
yang berbeda dipinjam
dan disesuaikan untuk mencocokkan kebutuhan pelajar. Metode ini
memecahkan suasana kelas
yang monoton.
Mohammad Aslam (2003) menyatakan bahwa metode eclictic memiliki
kelebihan yaitu
(1) Pengajar memiliki banyak flexibilitas, (2) Tidak ada aspek
ketrampilan bahasa yang
diabaikan, (3) Ada variasi dalam kelas, (4) Atmosphere kelas
bersifat dinamis. Hal tersebut juga
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Chinta Praveen
Kumar dalam International
Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3, yang
menyatakan bahwa metode ini
secara efektif berhasil untuk semua jenis pelajar baik ditinjau
dari usia dan standard.
Pembelajaran menyenangkan dan inovatif sesuai dengan hakikat proses
pembelajaran.
Karena metode ini tidak dikembangkan atas dasar teori linguistik
atau teori psikologi
tertentu, maka asumsi-asumsi yang mendukung metode ini lebih
bersifat pragmatis daripada
teoritis, yaitu sebagai berikut. (1) Setiap metode mempunyai
kelebihan-kelebihan tersendiri, dan
kelebihan-kelebihan tersebut mungkin bisa dimanfaatkan untuk
pengajaran bahasa asing, (2)
Tidak ada satu metode pun yang sempurna, sebagaimana halnya tidak
ada satu metode pun yang
salah total. Tiap-tiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya
masing-masing (3)
Pandangan bahwa suatu metode dapat melengkapi metode lainnya lebih
baik daripada
pandangan bahwa terdapat pertentangan antara satu metode dengan
metode lainnya, (4) Tak ada
satu metode pun yang relevan untuk semua tujuan, semua pembelajar,
semua dosen, dan semua
program pengajaran (5) Prinsip utama dalam pengajaran terpusat pada
pembelajar dan
kebutuhannya. Bukan pada metode tertentu tanpa memperhitungkan
kebutuhan pembelajar (6)
Seorang dosen hendaklah merasa bebas dalam memilih metode yang akan
digunakannya sesuai
dengan kondisi pembelajar, dengan tidak menutup mata dari berbagai
penemuan baru dalam
metodologi pengajaran. Seorang dosen mungkin dapat memilih satu
atau beberapa metode yang
sesuai dengan kebutuhan pembelajar dan situasi pembelajaran.
Metode eclictic sebenarnya tidak memiliki bentuk khusus yang
mandiri yang berbeda
secara keseluruhan dari metode lainnya, karena metode ini merupakan
hasil dari pemilihan dan
penggabungan beberapa metode yang dianggap relevan untuk
pembelajaran, dengan demikian
tidak ada juga desain khusus untuk metode ini. Tujuan pengajaran
yang ingin dicapai dengan
metode ini adalah tujuan dari beberapa metode yang dipilih dan
digabungkannya, begitu juga
dengan jenis silabus pengajaran yang tidak akan mungkin satu, yang
nantinya akan berimplikasi
kepada beragamnya jenis kegiatan pembelajaran, peran dosen, peran
mahasiswa dan peran
materi pembelajaran.
Metode eclictic sesungguhnya adalah metode yang tersusun dari
segi-segi positif
berbagai metode pembelajaran bahasa. Karena itu, teknik pengajaran
yang digunakan dalam
metode ini juga akan beragam, tergantung pada pola pemilihan dan
penggabungan yang
4
digunakan oleh dosen, yang juga tidak seragam. Artinya, dalam
metode ini bahasa ibu bisa
dipakai untuk memberi penjelasan-penjelasan dan terjemahan
seperlunya untuk mempercepat
proses pengajaran, menghindari kesalahpahaman dan mencegah
pemborosan waktu.
Terjemahan-terjemahan tertentu diberikan ketika dianggap perlu,
tata bahasa juga diajarkan
secara deduktif, serta beberapa alat bantu audio-visual digunakan
untuk memudahkan
pembelajaran.
Dosen juga dapat mengajarkan tatabahasa, meskipun metode ini tidak
lagi
mengasumsikannya sebagai titik awal penguasaan bahasa, hanya lebih
merupakan suatu titik
rujukan. Dosen juga bisa menggunakan berbagai bentuk drills ketika
teknik itu merupakan cara
yang efisien untuk melatih mahasiswa melafalkan bunyi-bunyi dan
intonasi dari suatu kata atau
ungkapan yang penting. Dosen akan memberikan beberapa bentuk
latihan atau exercises untuk
meningkatkan kesadaran mahasiswa akan ungkapan-ungkapan umum
fungsional. Dosen bisa
memfokuskan kegiatan pembelajarannya pada ungkapan-ungkapan
fungsional ketika mahasiswa
mendengarkan rekaman dari suatu percakapan. Dosen dapat menggunakan
teknik kesenjangan
informasi (information gap) kapan saja dosen menganggapnya perlu.
Dosen juga dapat
menggunakan personalisasi, baik ketika para mahasiswa sedang
mempraktekkan bahasa, bersiap-
siap untuk bermain peran (role play).
A. Faktor Petimbangan Pemilihan Metode Pengajaran
Di samping penguasaan akan berbagai metode pengajaran bahasa
Inggris yang ada, ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh dosen dalam memilih
metode pengajaran bahasa.
Penguasaan pada faktor-faktor tersebut dapat membantunya dalam
merancang dan mengevaluasi
penggunaan metode-metode tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud juga
sangat bermanfaat
sebagai bahan masukan dalam merencanakan dan menilai program
pengajaran yang telah
dilakuhan. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu: faktor penentu
pemilihan metode yang bersifat teoritis (yaitu teori pembelajaran,
teori linguistik, serta dimensi
sosial dan komunikasi bahasa) dan yang bersifat praktis.
A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan suatu pengajaran sangat mempengaruhi penentuan metode apa
yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila program
pengajaran berorientasi pada
kemampuan menerjemahkan bahasa asing maka metode yang digunakannya
mesti akan berbeda
5
kalau dengan tujuannya adalah kemampuan berbicara dengan lancar
tersebut. Kalau tujuan
pembelajaran adalah kedua hal tersebut, maka metodenya tentu akan
merupakan kombinasi dari
metode yang cocok untuk tujuan pertama dengan metode yang relevan
untuk tujuan yang kedua,
misalnya menggabungkan antara metode total physical response dengan
direct method.
B. Materi Pelajaran
Dua komponen atau keterampilan berbahasa yang berbeda, pasti
memiliki persoalan
pengajaran yang berbeda pula, maka metode pengajarannya juga akan
berbeda. Penentuan aspek
bahasa dan keterampilan bahasa apa yang hendak diajarkan atau
ditekankan, akan mengarahkan
dosen pada pemilihan beberapa metode yang berbeda pula. Dalam hal
ini kedalaman pemahaman
dosen terhadap meteri pelajaran akan sengat menentukan dalam
penentuan metode pembelajaran,
kenyataannya dosen yang tidak profesional bisa saja mengajarkan
materi reading dengan cara
yang sama dengan ketika dia mengajarkan materi speaking, misalnya
dua-duanya diterjemahkan
kemudian dianalisis dari segi grammar yang ada dalam kedua materi
tersebut.
C. Pengajar
Sebagus apapun sebuah metode, tidak akan pernah menghasilkan
kesuksesan yang besar
kalau diterapkan oleh seorang dosen yang tidak berpengetahuan atau
berpengalaman
menggunakan metode tersebut. Seorang dosen yang tidak melatih
penggunaan suatu metode
sebelum dia mempraktekkannya dalam pembelajaran pasti akan
menemukan banyak kesulitan
dan hambatan yang akhirnya akan memalingkan dosen dari tujuan
awalnya.
Seorang dosen yang terbiasa menggunakan metode tertentu dalam waktu
yang cukup
lama akan merasa sulit untuk menggunakan metode baru. Lebih dari
itu mungkin saja dia akan
menentang setiap pembaharuan dalam metode pengajaran. Dalam
kenyataannya, kadang terjadi
sebagian dosen merasa mantap dengan menggunakan metode tertentu,
walau belum tentu metode
tersebut relevan untuk tujuan pembelajarannya. Baik sadar atau
tidak kebanyakan dosen terjebak
dalam penggunakan metode tertentu dan tidak menyukai metode
lainnya.
D. Mahasiswa
Ketika para mahasiswa akan mempelajari bahasa Inggris , maka dosen
haruslah
merupakan orang yang paling mampu memilih metode pengajaran yang
dapat membantu
6
Kecerdasan anak didik juga mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kemampuan belajar
bahasa asing mereka. Dengan demikian, metode pengajaran bahasa
untuk mereka yang memiliki
kecerdasan yang tinggi akan berbeda dengan metode untuk mengajarkan
mereka yang
kecerdasan nya sedang atau biasa – biasa saja. Faktor usia juga
mempunyai keterkaitan dengan
penentuan metode pengajaran yang akan digunakan. Metode pengajaran
yang baik untuk anak
sekolah bisa jadi tidak baik untuk orang dewasa, demikian juga
sebaliknya. Misalnya, anak
sekolah lebih efektif diajarkan dengan peniruan dan pengulangan;
sedangkan orang dewasa akan
lebih baik bila diajarkan dengan metode yang mengandung penafsiran
logika untuk fenomena-
fenomena kebahasaan dan pola-pola tatabahasa.
E. Media Pengajaran
menggunakan media terentu, artinya cukup dipraktekkan oleh dosen
tanpa bantuan media.
Penggunaan suatu metode yang menuntut media tertentu tanpa media
yang dipersyaratkan akan
sangat berpengaruh pada rendahnya efekifitas dan efesiensi
pembelajaran, karena tuntutan
metode tersebut tidak terpenuhi.
F. Jumlah mahasiswa dalam kelas
Ada beberapa metode pengajaran yang hanya berhasil untuk kelas
kecil’ sedangkan untuk
kelas-kelas besar metode-metode tersebut kurang efektif. Kasus pada
aspek metode pengajaran
juga berlaku pada dosen. Seorang dosen mungkin akan merasa berat
dan sulit menggunakan
metode tertentu pada kelas besar, akan tetapi dia merasa ringan dan
mantap ketika dia mengajar
di kelas kecil.
7
1. Untuk mengetahui proses penerapan metode Eclictic dalam
berbicara mahasiswa dalam
upaya meningkatkan ketrampilan berbicara mahasiswa semester II FKIP
B.Inggris
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui peningkatan ketrampilan berbicara mahasiswa
semester II FKIP
B.Inggris Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dengan
menggunakan metode
Eclictic.
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan pengembangan teori
dan metode khususnya
yang berkaitan dengan keterampilan berbicara mahasiswa dan menjadi
rujukan bagi
pengembangan penelitian berikutnya
berbicara diharapkan dapat memberikan tambahan informasi demi
peningkatan ketrampilan
mahasiswa, khususnya dalam keterampilan berbicara.
3. Bagi perguruan Tinggi, diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam upaya peningkatan
kualitas pendidikan sehingga mampu menghasilkan mahasiswa-mahasiswa
yang memiliki
kecakapan, khususnya dalam ketrampilan berbicara
BAB 4
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan di Program Studi Pendidikan bahasa
Inggris FKIP UMSU, Jl.
Mukhtar Basri No.3 Medan.Waktu penelitian dilakukan pada Tahun
Akademik 2017-2018 yaitu
bulan Mei sampai Desember 2017.
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester II Pendidikan
bahasa Inggris FKIP
UMSU. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan metode eclictic
meningkatkan ketrampilan
berbicara mahasiswa.
Untuk memecahkan masalah di atas, tindakan yang akan dilakukan
dengan
melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) Salah satu tujuan
utama dari PTK adalah untuk
mengeidentifikasi situasi atau isu problematis dalam proses
pembelajran yang memerlukan
perhatian serius untuk diselesaikan oleh guru atau pihak terkait
lainnya(Burns, 2010: 2). Dengan
PTK ini diharapkan permasalahan yang dipaparkan sebelumnya dapat
diselesaikan dengan baik.
Salah satu ciri penelitian tindakan kelas adalah dilakukan dengan
bersiklus, yang terdiri
dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Penelitian kali
ini direncanakan akan dilaksanakan minimal dua siklus dan
masing-masing siklus terdiri dari
dua pertemuan. Tahapan siklus penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 1 di bawah ini.
Siklus I
Siklus II
Dari gambar di atas dapat diuraikan tahapan-tahapan penelitian yang
akan dilakukan
Siklus Pertama
1. Identifikasi dan merumuskan permasalahan yang dihadapi di kelas
terkait dengan
kemampuan mahasiswa dalam berbicara
2. Berdasarkan hasil identifikasi dan permusan ini secara
bersama-sama akan
disusun komponen-komponen pembelajarn yang terdiri dari bahan ajar,
media,
alat, cara evaluasi dan strategi pembelajaran dengan eclictic
method yang terdiri
dari metode pilihan yaitu direct method, audio-visual method,
communicative
language teaching, total physical response, silent way dan critical
debate.
3. Simulasi dan diskusi kegiatan pembelajaran
4. Pelaksanaan pembelajaran (tindakan pertama) yang secara
bersamaan dilakukan
pengamatan kelas untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi
komponen-
komponen pemebelajaran yang dikembangkan
5. Setiap akhir kegiatan dilakukan diskkusi dan refleksi mengenai
tindakan yang
telah dilakukan
angket
7. Melakukan tes kemampuan mahasiswa dalam memahami materi yang
dipelajari,
Siklus Kedua
Tim peneliti mengkaji lebih lanjut komponen pembelajaran yang telah
disusun sesuai
dengan hasil evaluasi dan refleksi dari siklus pertama dan
selanjutnya merevisi komponen-
komponen pembelajaran sesuai dengan keperluan.
9
1. peninjauan ulang komponen-komponen pembelajaran,
2. revisi komponen-komponen pembelajaran,
4. pelaksanaan pembelajaran yang secara bersamaan dilakukan
observasi kelas untuk
mengetahui efektivitas dan efisiensi komponen-komponen pembelajaran
yang dikembangkan.
4. setiap akhir kegiatan pembelajaran dilakukan diskusi dan
refleksi mengenai tindakan yang
telah dilakukan.
7. melakukan tes kemampuan pemecahan masalah, serta menganalisis
sejauh mana kegiatan
yang dilakukan telah menjawab permasalahan.
Siklus Ketiga
Siklus ketiga akan dilakukan jika masih terdapat permasalahan yang
belum terpecahkan.
Siklus ketiga dilakukan hamper sama dengan tahapan pada siklus
sebelunya dengan
memprhatikan perbaikan dari hasil refleksi dari siklus
sebelumnya
3.4.Teknik Pengumpulan Data
a. Pemberian tes
Tes diberikan untuk melihat sejauh mana serapan mahasiswa terhadap
materi yang didapat
melalui metode eclictc
b. Pengamatan (Observasi)
dengan metode eclictic
perlakukan terutama dalam hal kebiasaan berbicara.
10
3.5.Teknik Analisis Data
Data akan dianalisis dengan menyusun dan mengolah data yang
terkumpul melalui hasil
tes,catatan pengamatan, dan jawaban angket yang diberikan kepada
mahasiswa . Pelaksanaan
analisis dilakukan secara terus-menerus pada saat penelitian sedang
berlangsung hingga
pembuatan laporan penelitian agar menghasilkan suatu kesimpulan
yang dapat
dipertanggungjawabkan.
4.1. Analisis Hasil Temuan Penelitian
4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, peneliti
melaksanakan observasi
pengumpulan data dari kondisi awal kelas yang akan diberi tindakan,
yaitu semester II BI
Pendidikan Bahasa Inggris Tahun Akademik 2015-2016. Pengetahuan
awal ini perlu diketahui
agar kiranya kelas ini perlu diberi tindakan yang diharapkan oleh
peneliti, apakah benar
kiranya kelas ini perlu diberi tindakan sesuai dengan apa yang akan
diteliti oleh peneliti.
Untuk memberikan suatu penilaian terhadap kemampuan berbicara
mahasiswa, peneliti
menggunakan lima aspek yang terdapat pada keterampilan berbicara,
yaitu kosakata
(vocabulary), pelafalan (pronunciation), kelancaran (fluency),
struktur, dan pemahaman.
Penilaian terhadap keterampilan berbicara dilaksanakan pada tes
awal , tes akhir siklus I, dan
tes siklus II. Dari hasil masing-masing tes tersebut dapat dilihat
seberapa besar peningkatan
yang diperoleh siswa
Pada kondisi awal, keterampilan berbicara siswa masih rendah. Hal
ini dibuktikan
dengan nilai rata-rata mereka sebesar 67,71. Data selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 1
sebagai berikut.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara pada
Kondisi Awal
No Interval Nilai fi Xi fi.xi Presentase (%)
1. 58-61 7 59,5 416,5 17,95
2. 62-65 5 63,5 317,5 12,82
3. 66-69 10 67,5 675 25,64
4. 70-73 13 71,5 929,5 33,33
5. 74-77 4 75,5 302 10,26
39 2641 100,00
Rata- rata 67,71
11
Berdasarkan tabel 1, mahasiswa yang sudah mencapai nilai ≥ 70 ada
17 mahasiswa atau
43, 59%, sedangkan 22 mahasiswa atau 56,41% lainnya mendapat nilai
< 70. Nilai rata-rata
kelas pada kondisi awal adalah 67,71 dengan nilai tertinggi 76 dan
nilai terendahnya 58.
4.1.2. Deskripsi Siklus I
Siklus ini dilaksanakan pada pertemuan ke 2 (dua) sampai dengan
pertemuan ke 7
(tujuh). Sehingga peneliti menyusun perencanaan pengajaran untuk
enam pertemuan pada satu
siklus.
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada mahasiswa dengan penerapan Eclictic Method
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menganalisis yang bertujuan untuk mengetahui tersedianya alat
dan bahan pelajaran.
4) Membuat lembar observasi untuk melihat dinamika kelompok dalam
proses belajar
mengajar berlangsung.
5) Menyiapkan soal tes hasil belajar yang digunakan untuk melihat
accuracy (ketepatan
berbahasa), fluency (kelancaran) comprehensibility (pemahaman
topik) dan method of
delivering arguments (cara penyampaian argumen).
6) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
4.1.2.2. Tahap Tindakan
Pemberian tindakan I dengan melaksanakan pembelajaran dimana
peneliti sebagai
dosen di kelas dilaksanakan dengan menggunakan Eclictic Method pada
siklus I. Pada siklus I
terdiri dari 6 (enam) pertemuan. Pertemuan pertama hingga pertemuan
kelima adalah
penerapan Eclictic Method dalam meningkatkan keterampilan berbicara
berbahasa Inggris
mahasiswa dan pertemuan keenam diisi dengan pemberian tes akhir I.
Tes akhir I dilaksanakan
untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara mahasiswa
setelah dilaksanakannya tes
awal. Kuesioner tes akhir I dilaksanakan setelah tes akhir I usai
dilakukan. Tujuan
diberikannya kuesioner pada tes akhir I ini adalah untuk mengetahui
kesan dan respon
mahasiswa terkait dengan teknik yang berikan. Semua aktivitas yang
dilakukan pada siklus I
ini direkam dalam rekaman dan jurnal kegiatan.
Siklus I pertemuan ke 2 :
1. Sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu dosen menganalisis
kemampuan mahasiswa
dalam berbicara untuk mengetahui tingkat kemampuan awal
mahasiswa.
2. Setelah mahasiswa selesai mengerjakan pre-tes, dosen memulai
pembelajaran kembali
dengan memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
3. Pada pertemuan ke 2 (dua) dosen membagi mahasiswa menjadi 6
kelompok, setiap
kelompoknya terdiri dari 8 orang.
4. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
(Expressing likes and dislikes) dan menanyakan pendapat tentang
masalah kekinian ( asking
for opinios about the hottest issues) dengan menggunakan teknik
Role Play dan Giving
Information.
6. Argumen dari setiap mahasiswa direkam dan dicatat oleh dosen
sehingga dapat diketahui
kemampuan berbicara mahasiswa dalam mengutarakan pendapatnya.
7. Dosen melakukan evaluasi berdasarkan kategori skor yang telah
ditentukan. Skor tersebut
dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori yaitu sangat kurang,
kurang, cukup, baik, dan sangat
baik di tiap-tiap indikator penilaian (accuracy, fluency,
comprehensibility, dan method of
delivering argument). Kategori sangat kurang apabila mahasiswa
mendapatkan skor 1 (0-
39%), kategori kurang jika skor yang diperoleh adalah 2 (40-54%),
kategori cukup jika
siswa mendapatkan skor 3 (55-69%), kategori baik jika mahasiswa
mendapatkan skor 4 (70 -
84%), dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan mahasiswa
yaitu 5 (85-100%) dan
kemudian melakukan revisi.
8. Peneliti memberikan tes kemampuan I kepada mahasiswa yang telah
disiapkan sebelummya
Siklus I pertemuan ke 3 :
1. Sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu dosen menganalisis
kemampuan mahasiswa
dalam berbicara untuk mengetahui tingkat kemampuan awal
mahasiswa.
2. Setelah mahasiswa selesai mengerjakan pre-tes, dosen memulai
pembelajaran kembali
dengan memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
3. Pada pertemuan ke 2 (dua) dosen membagi mahasiswa menjadi 6
kelompok, setiap
kelompoknya terdiri dari 8 orang.
4. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
5. Menjelaskan defenisi, tujuan, situasi, contoh-contoh dan cara
mengutarakan pendapat
(Expressing likes and dislikes) dan menanyakan pendapat tentang
masalah kekinian(Asking
for opinion about the hottest issues) dengan menggunakan teknik
Role Play dan Giving
Information.
6. Argumen dari setiap mahasiswa direkam dan dicatat oleh dosen
sehingga dapat diketahui
kemampuan berbicara mahasiswa dalam mengutarakan pendapatnya.
7. Dosen melakukan evaluasi berdasarkan kategori skor yang telah
ditentukan. Skor tersebut
dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori yaitu sangat kurang,
kurang, cukup, baik, dan
sangat baik di tiap-tiap indikator penilaian (accuracy, fluency,
comprehensibility, dan
method of delivering argument). Kategori sangat kurang apabila
mahasiswa mendapatkan
skor 1 (0-39%), kategori kurang jika skor yang diperoleh adalah 2
(40-54%), kategori cukup
jika siswa mendapatkan skor 3 (55-69%), kategori baik jika
mahasiswa mendapatkan skor 4
(70 -84%), dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan
mahasiswa yaitu 5 (85-100%)
dan kemudian melakukan revisi.
8. Peneliti memberikan tes kemampuan I kepada mahasiswa yang telah
disiapkan sebelummya
Siklus I pertemuan ke 4 :
1. Sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu dosen menganalisis
kemampuan mahasiswa
dalam berbicara untuk mengetahui tingkat kemampuan awal
mahasiswa.
2. Setelah mahasiswa selesai mengerjakan pre-tes, dosen memulai
pembelajaran kembali
dengan memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
3. Pada pertemuan ke 2 (dua) dosen membagi mahasiswa menjadi 6
kelompok, setiap
kelompoknya terdiri dari 8 orang.
4. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
(Expressing Likes and Dislikes) dan menanyakan pendapat tentan
masalah kekinian (Asking
for opinion about the hottest issues) dengan menggunakan teknik
Role Play dan Giving
Information.
6. Argumen dari setiap mahasiswa direkam dan dicatat oleh dosen
sehingga dapat diketahui
kemampuan berbicara mahasiswa dalam mengutarakan pendapatnya.
7. Dosen melakukan evaluasi berdasarkan kategori skor yang telah
ditentukan. Skor tersebut
dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori yaitu sangat kurang,
kurang, cukup, baik, dan sangat
baik di tiap-tiap indikator penilaian (accuracy, fluency,
comprehensibility, dan method of
delivering argument). Kategori sangat kurang apabila mahasiswa
mendapatkan skor 1 (0-
39%), kategori kurang jika skor yang diperoleh adalah 2 (40-54%),
kategori cukup jika
siswa mendapatkan skor 3 (55-69%), kategori baik jika mahasiswa
mendapatkan skor 4 (70 -
84%), dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan mahasiswa
yaitu 5 (85-100%) dan
kemudian melakukan revisi.
8. Peneliti memberikan tes kemampuan I kepada mahasiswa yang telah
disiapkan sebelummya
Siklus I pertemuan 5 :
dalam berbicara untuk mengetahui tingkat kemampuan awal
mahasiswa.
2. Setelah mahasiswa selesai mengerjakan pre-tes, dosen memulai
pembelajaran kembali
dengan memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
3. Pada pertemuan ke 2 (dua) dosen membagi mahasiswa menjadi 6
kelompok, setiap
kelompoknya terdiri dari 8 orang.
4. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
(Expressing Like and Dislikes) dan menanyakan pendapat tentanf
masalah kekinia (Asking
for opinion about the hottest issues) dengan menggunakan teknik
Role Play dan Giving
Information.
6. Argumen dari setiap mahasiswa direkam dan dicatat oleh dosen
sehingga dapat diketahui
kemampuan berbicara mahasiswa dalam mengutarakan pendapatnya.
7. Dosen melakukan evaluasi berdasarkan kategori skor yang telah
ditentukan. Skor tersebut
dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori yaitu sangat kurang,
kurang, cukup, baik, dan sangat
baik di tiap-tiap indikator penilaian (accuracy, fluency,
comprehensibility, dan method of
delivering argument). Kategori sangat kurang apabila mahasiswa
mendapatkan skor 1 (0-
39%), kategori kurang jika skor yang diperoleh adalah 2 (40-54%),
kategori cukup jika siswa
mendapatkan skor 3 (55-69%), kategori baik jika mahasiswa
mendapatkan skor 4 (70 -84%),
dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan mahasiswa yaitu
5 (85-100%) dan
kemudian melakukan revisi.
9. wa yang telah disiapkan sebelummya
Siklus I pertemuan 6 :
dalam berbicara untuk mengetahui tingkat kemampuan awal
mahasiswa.
2. Setelah mahasiswa selesai mengerjakan pre-tes, dosen memulai
pembelajaran kembali
dengan memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
3. Pada pertemuan ke 2 (dua) dosen membagi mahasiswa menjadi 6
kelompok, setiap
kelompoknya terdiri dari 8 orang.
4. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
(Expressing likes and dislikes) dan menanyakan pendapat tentan
masalah kekinian (Asking
for opinion about the hottest issues) dengan menggunakan teknik
Role Play dan Giving
Information.
6. Argumen dari setiap mahasiswa direkam dan dicatat oleh dosen
sehingga dapat diketahui
kemampuan berbicara mahasiswa dalam mengutarakan pendapatnya.
7. Dosen melakukan evaluasi berdasarkan kategori skor yang telah
ditentukan. Skor tersebut
dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori yaitu sangat kurang,
kurang, cukup, baik, dan sangat
baik di tiap-tiap indikator penilaian (accuracy, fluency,
comprehensibility, dan method of
delivering argument). Kategori sangat kurang apabila mahasiswa
mendapatkan skor 1 (0-
39%), kategori kurang jika skor yang diperoleh adalah 2 (40-54%),
kategori cukup jika siswa
mendapatkan skor 3 (55-69%), kategori baik jika mahasiswa
mendapatkan skor 4 (70 -84%),
dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan mahasiswa yaitu
5 (85-100%) dan
kemudian melakukan revisi.
8. Peneliti memberikan tes kemampuan I kepada mahasiswa yang telah
disiapkan sebelummya
Siklus I pertemuan 7 :
dalam berbicara untuk mengetahui tingkat kemampuan awal
mahasiswa.
2. Setelah mahasiswa selesai mengerjakan pre-tes, dosen memulai
pembelajaran kembali
dengan memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
3. Pada pertemuan ke 2 (dua) dosen membagi mahasiswa menjadi 6
kelompok, setiap
kelompoknya terdiri dari 8 orang.
4. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
(Expressing likes and dislikes) dan menanyakan pendapat tentan
masalah kekinian (Asking
for opinion about the hottest isssues) dengan menggunakan teknik
Role Play dan Giving
Information.
6. Argumen dari setiap mahasiswa direkam dan dicatat oleh dosen
sehingga dapat diketahui
kemampuan berbicara mahasiswa dalam mengutarakan pendapatnya.
7. Dosen melakukan evaluasi berdasarkan kategori skor yang telah
ditentukan. Skor tersebut
dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori yaitu sangat kurang,
kurang, cukup, baik, dan sangat
baik di tiap-tiap indikator penilaian (accuracy, fluency,
comprehensibility, dan method of
delivering argument). Kategori sangat kurang apabila mahasiswa
mendapatkan skor 1 (0-
39%), kategori kurang jika skor yang diperoleh adalah 2 (40-54%),
kategori cukup jika siswa
mendapatkan skor 3 (55-69%), kategori baik jika mahasiswa
mendapatkan skor 4 (70 -84%),
dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan mahasiswa yaitu
5 (85-100%) dan
kemudian melakukan revisi.
8. Peneliti memberikan tes kemampuan I kepada mahasiswa yang telah
disiapkan sebelummya
4.1.2.3. Tahap Pengamatan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara pada
Siklus I
No Interval Nilai fi Xi fi.xi Presentase (%)
1. 58-61 2 59,5 119 5,13
2. 62-65 10 63,5 635 25,64
3. 66-69 3 67,5 202,5 7,69
4. 70-73 10 71,5 715 25,64
5. 74-77 7 75,5 528,5 17,95
6. 78-81 5 79,5 397,5 12,82
7. 82-85 2 83,5 167 5,13
Jumlah 39 2764 100,00
Pada siklus I, keterampilan berbicara mahasiswa sudah meningkat.
Mahasiswa yang
sudah mencapai nilai ≥ 70 sebanyak 24 orang atau 61,54%, sedangkan
15 orang atau 38,46%
lainnya mendapat nilai < 70. Nilai rata-rata kelas 70,88 dengan
nilai tertinggi adalah 82,5 dan
nilai terendahnya 60. Namun, masih ada beberapa mahasiswa yang
merasa kesulitan dalam
menganalisis permasalahan sehingga nilai rata-rata kelas belum
mencapai indikator kinerja
80% dan dilanjutkan pada siklus II.
4.1.3. Deskripsi Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, persiapan yang dilakukan
sebelum
mengaplikasikan Eclictic Method dalam kegiatan pengajaran berbicara
di kelas adalah sebagai
berikut:
a) Skenario pembelajaran dibuat untuk digunakan pada siklus II dan
mempersiapkan teknik yang
lebih sesuai dengan kondisi siswa yaitu Question and Answer
Technique dan Discussion
Technique, alat dan bahan mengajar
b) Mempersiapkan materi ajar dan topik-topik yang lebih menarik dan
kekinian untuk melatih
keterampilan berbicara mahasiswa
c) Mempersiapkan tes akhir untuk diberikan kepada mahasiswa di
akhir siklus
4.1.3.2. Tahap Tindakan
Pemberian tindakan II dengan melaksanakan pembelajaran dimana
peneliti sebagai
dosen di kelas. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan
teknik Eclictic Method
pada siklus II. Pada siklus II terdiri dari 6 (enam) pertemuan
dengan langkah–langkah yang
dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
Siklus II pertemuan 8 :
memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu teknik Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
2. Pada pertemuan ke 8 (delapan) awal pembelajaran perlu membentuk
kelompok diskusi
karena pada pertemuan ke 2 (dua) kelompok diskusi sehingga tidak
perlu dibentuk dan
memberikan beberapa motion.
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
4. Menjelaskan defenisi, tujuan, formulasi argument yang baik, dan
cara mengutarakan
pendapat (Expressing Likes and Dislikes) , menanyakan pendapat
tentang masalah kekinian
(asking for opinion about the hottest issues) dan membantah
argument kelompok lawan
(Rebuttle)
5. Kemudian dosen membagi 2 kelompok besar (pro dan kontra) dan
mahasiswa diminta
menduduki masing bangku mereka
6. Seperti biasa, mahasiswa diberikan waktu 10 menit untuk
berdiskusi dengan kelompoknya.
Kemudian mahasiswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama
kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, mahasiswa menyampaikan pemikirannya
kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya
sampai seluruh anggota
kelompok di masing-masing tim mengemukakan pendapatnya.
7. Sementara mahasiswa menyampaikan gagasannya dosen menulis
ide-ide dari setiap siswa di
lembar dosen yang ditempel di tembok, dari lembar ini dosen dapat
melihat distribusi
mahasiswa yang aktif dan yang kurang aktif
8. Setelah permainan sesi kedua usai, dosen membahas hasil debat,
menambahkan argumen
untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan
bahasa mahasiswa
yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada mahasiswa untuk
terus menggali
kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada observasi hari ini
keterampilan berbicara
mahasiswa sudah menunjukkan adanya peningkatan. Mahasiswa sudah
tidak canggung lagi
mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, walaupun masih ada
kesalahan-kesalahan kecil
dalam gramatika, struktur kata dan kalimat.
9. Setelah menyampaikan materi dan kegiatan belajar mengajar
berakhir, maka peneliti
memberikan tes kemampuan II kepada mahasiswa yang telah disiapkan
sebelummya.
Siklus II pertemuan 9 :
memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu teknik Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
2. Pada pertemuan ke 8 (delapan) awal pembelajaran perlu membentuk
kelompok diskusi
karena pada pertemuan ke 2 (dua) kelompok diskusi sehingga tidak
perlu dibentuk dan
memberikan beberapa motion.
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
4. Menjelaskan defenisi, tujuan, formulasi argument yang baik, dan
cara mengutarakan
pendapat (Expressing Likes and Dislikes) , menanyakan pendapat
tentang masalah kekinian
(asking for opinion about the Hottest issues) dan membantah
argument kelompok lawan
(Rebuttle)
5. Kemudian dosen membagi 2 kelompok besar (pro dan kontra) dan
mahasiswa diminta
menduduki masing bangku mereka
6. Seperti biasa, mahasiswa diberikan waktu 10 menit untuk
berdiskusi dengan kelompoknya.
Kemudian mahasiswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama
kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, mahasiswa menyampaikan pemikirannya
kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya
sampai seluruh anggota
kelompok di masing-masing tim mengemukakan pendapatnya.
7. Sementara mahasiswa menyampaikan gagasannya dosen menulis
ide-ide dari setiap siswa di
lembar dosen yang ditempel di tembok, dari lembar ini dosen dapat
melihat distribusi
mahasiswa yang aktif dan yang kurang aktif
8. Setelah permainan sesi kedua usai, dosen membahas hasil debat,
menambahkan argumen
untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan
bahasa mahasiswa
yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada mahasiswa untuk
terus menggali
kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada observasi hari ini
keterampilan berbicara
mahasiswa sudah menunjukkan adanya peningkatan. Mahasiswa sudah
tidak canggung lagi
mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, walaupun masih ada
kesalahan-kesalahan
kecil dalam gramatika, struktur kata dan kalimat.
9. Setelah menyampaikan materi dan kegiatan belajar mengajar
berakhir, maka peneliti
memberikan tes kemampuan II kepada mahasiswa yang telah disiapkan
sebelummya.
Siklus II pertemuan 10 :
memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu teknik Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
2. Pada pertemuan ke 8 (delapan) awal pembelajaran perlu membentuk
kelompok diskusi
karena pada pertemuan ke 2 (dua) kelompok diskusi sehingga tidak
perlu dibentuk dan
memberikan beberapa motion.
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
4. Menjelaskan defenisi, tujuan, formulasi argument yang baik, dan
cara mengutarakan
pendapat (Expressing Likes and Dislikes) , menanyakan pendapat
tentang masalah
kekinian(asking for opinionabout the Hottest Issues) dan membantah
argument kelompok
lawan (Rebuttle)
5. Kemudian dosen membagi 2 kelompok besar (pro dan kontra) dan
mahasiswa diminta
menduduki masing bangku mereka
6. Seperti biasa, mahasiswa diberikan waktu 10 menit untuk
berdiskusi dengan kelompoknya.
Kemudian mahasiswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama
kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, mahasiswa menyampaikan pemikirannya
kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya
sampai seluruh anggota
kelompok di masing-masing tim mengemukakan pendapatnya.
7. Sementara mahasiswa menyampaikan gagasannya dosen menulis
ide-ide dari setiap siswa di
lembar dosen yang ditempel di tembok, dari lembar ini dosen dapat
melihat distribusi
mahasiswa yang aktif dan yang kurang aktif
8. Setelah permainan sesi kedua usai, dosen membahas hasil debat,
menambahkan argumen
untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan
bahasa mahasiswa
yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada mahasiswa untuk
terus menggali
kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada observasi hari ini
keterampilan berbicara
mahasiswa sudah menunjukkan adanya peningkatan. Mahasiswa sudah
tidak canggung lagi
mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, walaupun masih ada
kesalahan-kesalahan
kecil dalam gramatika, struktur kata dan kalimat.
9. Setelah menyampaikan materi dan kegiatan belajar mengajar
berakhir, maka peneliti
memberikan tes kemampuan II kepada mahasiswa yang telah disiapkan
sebelummya.
Siklus II pertemuan 11 :
memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu teknik Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
2. Pada pertemuan ke 8 (delapan) awal pembelajaran perlu membentuk
kelompok diskusi
karena pada pertemuan ke 2 (dua) kelompok diskusi sehingga tidak
perlu dibentuk dan
memberikan beberapa motion.
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
4. Menjelaskan defenisi, tujuan, formulasi argument yang baik, dan
cara mengutarakan
pendapat (Expressing Likes and Dislikes) , menanyakan pendapat
tentang masalah kekinian
(asking for opinion about the Hottest Issues ) dan membantah
argument kelompok lawan
(Rebuttle)
5. Kemudian dosen membagi 2 kelompok besar (pro dan kontra) dan
mahasiswa diminta
menduduki masing bangku mereka
6. Seperti biasa, mahasiswa diberikan waktu 10 menit untuk
berdiskusi dengan kelompoknya.
Kemudian mahasiswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama
kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, mahasiswa menyampaikan pemikirannya
kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya
sampai seluruh anggota
kelompok di masing-masing tim mengemukakan pendapatnya.
7. Sementara mahasiswa menyampaikan gagasannya dosen menulis
ide-ide dari setiap siswa di
lembar dosen yang ditempel di tembok, dari lembar ini dosen dapat
melihat distribusi
mahasiswa yang aktif dan yang kurang aktif
8. Setelah permainan sesi kedua usai, dosen membahas hasil debat,
menambahkan argumen
untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan
bahasa mahasiswa
yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada mahasiswa untuk
terus menggali
kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada observasi hari ini
keterampilan berbicara
mahasiswa sudah menunjukkan adanya peningkatan. Mahasiswa sudah
tidak canggung lagi
mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, walaupun masih ada
kesalahan-kesalahan
kecil dalam gramatika, struktur kata dan kalimat.
9. Setelah menyampaikan materi dan kegiatan belajar mengajar
berakhir, maka peneliti
memberikan tes kemampuan II kepada mahasiswa yang telah disiapkan
sebelummya.
Siklus II pertemuan 12 :
memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu teknik Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
2. Pada pertemuan ke 8 (delapan) awal pembelajaran perlu membentuk
kelompok diskusi
karena pada pertemuan ke 2 (dua) kelompok diskusi sehingga tidak
perlu dibentuk dan
memberikan beberapa motion.
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
4. Menjelaskan defenisi, tujuan, formulasi argument yang baik, dan
cara mengutarakan
pendapat (Expressing Likes and Dislikes) , menanyakan pendapat
tentang masalah kekinian
(asking for opinion about the Hottest Issues) dan membantah
argument kelompok lawan
(Rebuttle)
5. Kemudian dosen membagi 2 kelompok besar (pro dan kontra) dan
mahasiswa diminta
menduduki masing bangku mereka
6. Seperti biasa, mahasiswa diberikan waktu 10 menit untuk
berdiskusi dengan kelompoknya.
Kemudian mahasiswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama
kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, mahasiswa menyampaikan pemikirannya
kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya
sampai seluruh anggota
kelompok di masing-masing tim mengemukakan pendapatnya.
7. Sementara mahasiswa menyampaikan gagasannya dosen menulis
ide-ide dari setiap siswa di
lembar dosen yang ditempel di tembok, dari lembar ini dosen dapat
melihat distribusi
mahasiswa yang aktif dan yang kurang aktif
8. Setelah permainan sesi kedua usai, dosen membahas hasil debat,
menambahkan argumen
untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan
bahasa mahasiswa
yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada mahasiswa untuk
terus menggali
kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada observasi hari ini
keterampilan berbicara
mahasiswa sudah menunjukkan adanya peningkatan. Mahasiswa sudah
tidak canggung lagi
mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, walaupun masih ada
kesalahan-kesalahan
kecil dalam gramatika, struktur kata dan kalimat.
9. Setelah menyampaikan materi dan kegiatan belajar mengajar
berakhir, maka peneliti
memberikan tes kemampuan II kepada mahasiswa yang telah disiapkan
sebelummya.
Siklus II pertemuan 13 :
memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu teknik Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
2. Pada pertemuan ke 8 (delapan) awal pembelajaran perlu membentuk
kelompok diskusi
karena pada pertemuan ke 2 (dua) kelompok diskusi sehingga tidak
perlu dibentuk dan
memberikan beberapa motion.
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
4. Menjelaskan defenisi, tujuan, formulasi argument yang baik, dan
cara mengutarakan
pendapat (Expressing Likes and Dislikes) , menanyakan pendapat
tentang masalah kekinian
(asking for opinion about the Hottest Issues) dan membantah
argument kelompok lawan
(Rebuttle)
5. Kemudian dosen membagi 2 kelompok besar (pro dan kontra) dan
mahasiswa diminta
menduduki masing bangku mereka
6. Seperti biasa, mahasiswa diberikan waktu 10 menit untuk
berdiskusi dengan kelompoknya.
Kemudian mahasiswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama
kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, mahasiswa menyampaikan pemikirannya
kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya
sampai seluruh anggota
kelompok di masing-masing tim mengemukakan pendapatnya.
7. Sementara mahasiswa menyampaikan gagasannya dosen menulis
ide-ide dari setiap siswa di
lembar dosen yang ditempel di tembok, dari lembar ini dosen dapat
melihat distribusi
mahasiswa yang aktif dan yang kurang aktif
8. Setelah permainan sesi kedua usai, dosen membahas hasil debat,
menambahkan argumen
untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan
bahasa mahasiswa
yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada mahasiswa untuk
terus menggali
kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada observasi hari ini
keterampilan berbicara
mahasiswa sudah menunjukkan adanya peningkatan. Mahasiswa sudah
tidak canggung lagi
mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, walaupun masih ada
kesalahan-kesalahan
kecil dalam gramatika, struktur kata dan kalimat.
9. Setelah menyampaikan materi dan kegiatan belajar mengajar
berakhir, maka peneliti
memberikan tes kemampuan II kepada mahasiswa yang telah disiapkan
sebelummya.
Siklus II pertemuan 14 :
memperkenalkan dan menjelaskan terlebih dahulu teknik Eclictic
Method yang akan
digunakan dalam proses belajar nantinya.
2. Pada pertemuan ke 8 (delapan) awal pembelajaran perlu membentuk
kelompok diskusi
karena pada pertemuan ke 2 (dua) kelompok diskusi sehingga tidak
perlu dibentuk dan
memberikan beberapa motion.
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran atau SAP
pembelajaran yang telah disusun.
4. Menjelaskan defenisi, tujuan, formulasi argument yang baik, dan
cara mengutarakan
pendapat (Expressing Likes and Dislikes) , menanyakan pendapat
tentang masalah kekinian
(asking for opinion about the Hottest Issue) dan membantah argument
kelompok lawan
(Rebuttle)
5. Kemudian dosen membagi 2 kelompok besar (pro dan kontra) dan
mahasiswa diminta
menduduki masing bangku mereka
6. Seperti biasa, mahasiswa diberikan waktu 10 menit untuk
berdiskusi dengan kelompoknya.
Kemudian mahasiswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama
kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, mahasiswa menyampaikan pemikirannya
kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya
sampai seluruh anggota
kelompok di masing-masing tim mengemukakan pendapatnya.
7. Sementara mahasiswa menyampaikan gagasannya dosen menulis
ide-ide dari setiap siswa di
lembar dosen yang ditempel di tembok, dari lembar ini dosen dapat
melihat distribusi
mahasiswa yang aktif dan yang kurang aktif
8. Setelah permainan sesi kedua usai, dosen membahas hasil debat,
menambahkan argumen
untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan
bahasa mahasiswa
yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada mahasiswa untuk
terus menggali
kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada observasi hari ini
keterampilan berbicara
mahasiswa sudah menunjukkan adanya peningkatan. Mahasiswa sudah
tidak canggung lagi
mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, walaupun masih ada
kesalahan-kesalahan
kecil dalam gramatika, struktur kata dan kalimat.
9. Setelah menyampaikan materi dan kegiatan belajar mengajar
berakhir, maka peneliti
memberikan tes kemampuan II kepada mahasiswa yang telah disiapkan
sebelummya.
4.1.3.3. Tahap Pengamatan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara pada
Siklus II
No Interval Nilai fi xi fi.xi Presentase (%)
1. 60-64 3 62 186 7,69
2. 65-69 6 67 635 25,64
3. 70-74 5 72 360 12,82
4. 75-79 9 77 693 23.08
5. 80-84 9 82 738 23,08
6. 85-89 4 87 348 10,26
7. 90-94 3 92 276 7,69
Jumlah 39 3003 100,00
Rata- rata 77,00
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa mahasiswa yang mencapai nilai ≥
70 meningkat
sebanyak 30 orang atau 76,92%, sedangkan 9 orang atau 23,07% yang
lain nilainya < 70. Nilai
rata-rata kelas 77 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendahnya
60. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara
dengan menerapkan metode
Eclictic belum berhasil karena belum memenuhi target yang telah
ditetapkan dalam indikator
kinerja, yaitu 80%. Oleh karena itu, penelitian ini akan
dilanjutkan ke siklus III.
4.1.4. Deskripsi Siklus III
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, persiapan yang dilakukan
sebelum
mengaplikasikan Eclictic Method dalam kegiatan pengajaran berbicara
di kelas adalah sebagai
berikut:
a) Skenario pembelajaran dibuat untuk digunakan pada siklus II dan
mempersiapkan teknik yang
lebih sesuai dengan kondisi siswa yaitu Question and Answer
Technique dan Discussion
Technique, alat dan bahan mengajar
b) Mempersiapkan materi ajar dan topik-topik yang lebih menarik dan
kekinian untuk melatih
keterampilan berbicara mahasiswa
c) Mempersiapkan tes akhir untuk diberikan kepada mahasiswa di
akhir siklus
4.1.4.2. Tahap Tindakan
Pemberian tindakan III dengan melaksanakan pembelajaran dimana
peneliti sebagai
dosen di kelas. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan
teknik Eclictic Method
pada siklus II. Pada siklus III terdiri dari 6 (enam) pertemuan
dengan topik yang sama.
Pada siklus III, mahasiswa mengalami banyak peningkatan. Siswa
lebih aktif dan percaya diri
dalam menyampaikan ide, gagasan atau pendapatnya. Persentase
ketuntasan klasikalnya
meningkat menjadi 87,18%. Distribusi frekuensi nilai keterampilan
berbicara siklus III dapat
dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara pada
Siklus III
No Interval Nilai fi Xi fi.xi Presentase (%)
1. 58-63 1 60.5 62 2,56
2. 64-69 4 66,5 268 10,26
3. 70-75 9 72,5 504 17,95
4. 76-81 7 78,5 308 10,26
5. 82-87 8 84.5 738 23,08
6. 88-93 6 90,5 609 17,95
7. 94-99 4 96,5 276 10,26
Jumlah 39 3134 100,00
Rata- rata 80,36
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa mahasiswa yang mencapai nilai ≥
70 bertambah
menjadi 34 orang atau 87,18%, sedangkan 5 orang atau 12,82% lainnya
mendapat nilai < 70.
Nilai rata-rata kelas menjadi 80,36 dengan nilai tertinggi 97,5 dan
nilai terendahnya 62,5. Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa upaya untuk meningkatkan
keterampilan berbicara dengan
menerapkan metode Eclictic berhasil karena sudah melebihi target
indikator kinerja, yaitu 80%.
Oleh karena itu, penelitian dapat dihentikan.
4.1.3.4. Tahap Refleksi Dari hasil analisa data di atas dapat
dilihat bahwa tes tindakan III telah mencapai syarat
ketuntasan belajar. Dimana kegiatan situasi belajar mengajar yang
dapat dilihat pada lembar
observasi kegiatan mahasiswa yaitu pembelajaran yang terjadi di
dalam kelas tergolong baik.
Upaya dosen telah berhasil membuat seluruh mahasiswa berbicara
dengan baik.
4.2. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada
peningkatan keterampilan
berbicaramelalui metode Eclictic. Peningkatan keterampilan
berbicara mahasiswa dapat
diketahui dari penilaian aktivitas mereka, meliputi tiga aspek,
yaitu keaktifan, tanggung jawab
dan kerja sama serta evaluasi berbicara mahasiswa yang dilihat dari
pencapaian nilai rata-rata
keterampilan berbicara mahasiswa dan persentase ketuntasan klasikal
pada kondisi awal, siklus I,
siklus II, dan siklus III.
Pada kondisi awal, sebelum dosen menerapkan metode Inisiasi
Eclictic, mahasiswa yang
mendapat nilai ≥ 70 (tuntas) pada kompetensi dasar mengomentari
persoalan faktual adalah
sebanyak 17 mahasiswa atau 43,59%, sedangkan 22 mahasiswa lainnya
atau 56,41% mendapat
nilai < 70 (tidak tuntas). Nilai rata-rata kelas pada kondisi
awal adalah 67,71 dengan nilai
tertinggi 76 dan nilai terendah 58. Pada pelaksanaan siklus I dosen
sudah menerapkan metode
Eclictic, pada siklus ini terjadi peningkatan pada nilai ratarata
kelas menjadi 70,88 dan
persentase ketuntasan klasikal juga meningkat menjadi 61,54% atau
ada 24 mahasiswa yang
tuntas. Pembelajaran berjalan dengan lancar, tetapi persentase
ketuntasan belum mencapai target
indikator kinerja yang ditetapkan, yaitu 80%. Masih ada 38,46% atau
15 mahasiswa yang
mendapat nilai belum tuntas. Hasil pengamatan dan diskusi bersama
dosen serta teman sejawat
selama siklus dilaksanakan, menyimpulkan bahwa penyebab
ketidaktuntasan mahasiswa
disebabkan karena lama berpikir dalam mengungkapkan pendapat untuk
menjawab
permasalahan yang ditanyakan oleh dosen sehingga kebanyakan
mahasiswa masih dibantu oleh
teman satu kelompoknya bahkan ada yang akhirnya hanya diam. Oleh
karena itu, peneliti
bersama dosen dan teman sejawat melanjutkan tindakan ke siklus
II.
Pada siklus II, perbaikan kinerja dosen dan pemberian motivasi
kepada mahasiswa untuk
lebih aktif dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Nilai
rata-rata kelas menjadi 77 dan
persentase ketuntasan klasikal menjadi 76,92%. Namun, terjadinya
peningkatan tersebut belum
mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sehingga perlu diadakan
perbaikan lebih lanjut pada
siklus III.
Pada siklus III, kinerja dosen semakin baik dan mahasiswa menjadi
tampak bersemangat
dan lebih aktif. Nilai rata-rata kelas pada siklus ini menjadi
80,36 dan persentase ketuntasan
tasan klasikal meningkat menjadi 87,18%. Hasil tersebut menunjukkan
pencapaian yang
diperoleh sudah melebihi indikator kinerja yang ditetapkan sehingga
peningkatan ini dikatakan
berhasil. Metode ini menyajikan cara belajar yang tidak membosankan
yang menekankan pada
tiga tahap penting untuk mencapai keberhasilan dalam hasil belajar
mahasiswa.
Data peningkatan keterampilan berbicara pada kondisi awal, siklus
I, siklus II dan siklus III
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Data peningkatan keterampilan berbicara sebelum dan
sesudah tindakan
Tindakan Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas Persentase
ketuntasan
Kondisi Awal 67,71 17 43,59%
Siklus 1 70,88 24 61,54%
Siklus 2 77 30 76,92%
Siklus 3 80,36 34 87,18%
Hambatan-hambatan yang terjadi dalam penerapan metode Eclictic pada
setiap
pertemuan pada setiap siklus hampir sama, diantaranya mahasiswa
kurang berani
mengungkapkan pendapatnya dan juga saat mnegemukan pendapat mereka,
mahasiswa sulit
memahami permasalahan yang diberikan dosen, mahasiswa sulit
dikondisikan untuk
memperhatikan kelompok lain yang sedang menyajikan hasil diskusi
kelompok dan beberapa
dari mereka banyak bersenda gurau.
Upaya yang dilakukan dosen dalam mengatasi hambatan tersebut, yaitu
memberi
kegiatan atau permainan yang beragam agar mereka lebih tertarik
dalam mengikuti
pembelajaran,dosen dapat merangsang mahasiswa agar menanggapi hasil
pendapat kelompok
lain dengan memberikan simbol penghargaan dan dosen mampu
memfokuskan atau mengalihkan
perhatian mahasiswa dengan mengajak untuk melakukan satu kegiatan
yang sama. Pada siklus
III ini, persentase peningkatan keterampilan berbicara mencapai
87,18%.
Luaran Yang Dicapai
2. Hasil penelitian dipublikasikan dalam Journal Pedagogi
Universitas Al-
Washliyah (Submitted)
(Published)
Hasil penelitian yang dipublikasikan kedalam jurnal Pedagogi masih
menunggu untuk
dipublikasi pada akhir bulan November sedangkan pengurusan modul
ber ISBN masih dalam
proses.
jurusan Bahasa Inggris FKIP UMSU.
2. Ketrampilan berbicara mahasiswa meningkat pada siklus I, siklus
II dan siklus III mengalami
peningkatan dari 61,52% menjadi 76,92% dan meningkat lagi menjadi
87,18% artinya ada
peningkatannya sebesar 25,66%
1. Disarankan untuk dosen untuk selalu merevisi dan menyesuaikan
perubahan materi sesuai
dengan perkembangan zaman dan menemukan strategi dan media untuk
mengajar Bahasa
Inggris
2. Baik dosen maupun mahasiswa harus siap dalam menerapkan proses
pembelajaran dengan
menggunakan Eclictic Method.
Bumi Aksara. Jakarta
p.61. ISBN 9788175965911
Burns, A 2010 Doing action research in English language Teaching
New York
Routledge
Chinta Pravean Kumar, 2013 The Eclictic Method; Theory and its
Application to the Learning of
English International Journal of Scientific and Research
Publication, volune 3, Issue 6,
ISSN 22350 - 3153
Dash, Neena; Dash, M 2007. Teaching Englsih as an Additional
Language. Atlantic, p.61. ISBN.
9788126907793
A. Gaji dan Upah
1. Yayuk Hayulina M Ketua 10 pertemuan 375.000 3.750.000
2. Dewi Juni Artha Anggota 10 pertemuan 250.000 2.500.000
Total 6.250.000
13
instrument
laporan
penelitian
Total
3.000.000
5. Dokumentasi Publikasi 1 500.000 500.000
Total 3.075.000
No. Nama NIDN Bidang
perencanaan, pembuatan
pembuatan usulan penelitian
dan merancang model
Biodata (Ketua)
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Yayuk Hayulina M , S.Pd., M.Hum
(P)
2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3. Jabatan Struktural -
4. NIP/NIK/Identitas lainnya -
5. NIDN 0131128101
6. Tempat dan Tanggal Lahir Totap Majawa, 31 Desember 1981
7. Alamat Rumah
20224
9. Alamat Kantor Jl. Kapten M. Basri No. 3 Medan
10. Nomor Telepon/Faks 061-6619056/061-6625474
11. Alamat e-mail
[email protected]
12. Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang; S-2= Orang; S-3=
Orang
13. Mata Kuliah yg Diampu 1. English for Children
2. Psycholinguistics
Inggris
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp)
1. 2014 Pendampingan Pembuatan
Area
terhadap Ketrampilan Membaca
pada Mahasiswa Pendidikan
No Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
1.
C. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun
Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Vol/Nomor
/Tahun Nama Jurnal
The Studenta’ reading Skill
Dalam 5 Tahun Terakhir
1.
International
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Dewi Juni Artha, S.S, M.S (P)
2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3. Jabatan Struktural -
4. NIP/NIK/Identitas lainnya -
5. NIDN 0107068404
7. Alamat Rumah
Medan
9. Alamat Kantor Jl. Kapten M. Basri No. 3 Medan
10. Nomor Telepon/Faks 061-6619056/061-6625474
11. Alamat e-mail
[email protected]
12. Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang; S-2= Orang; S-3=
Orang
13. Mata Kuliah yg diampu
1. Vocabulary
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
in English
No.
Tahun
No Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
1.
C. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun
Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Vol/Nomor
/Tahun Nama Jurnal
Dalam 5 Tahun Terakhir
1.