Kode/ Nama Rumpun Ilmu*: 797/ Pengembangan Kurikulum
of 78/78
3 Kode/ Nama Rumpun Ilmu*: 797/ Pengembangan Kurikulum LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPAN TAHUN KEDUA DARI RENCANA DUA TAHUN INTEGRASI KOMPETENSI SPRITUAL DAN SOSIAL KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI KOTA MEDAN AKRIM, S.Pd.I., M.Pd 012212790 2 (KETUA) Drs. ZAINAL AZIS, M.M., M.Si 011312630 1 (ANGGOTA) MUNAWIR PASARIBU, S.PdI., M.A 011607830 5 (ANGGOTA) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER 2016
Kode/ Nama Rumpun Ilmu*: 797/ Pengembangan Kurikulum
Text of Kode/ Nama Rumpun Ilmu*: 797/ Pengembangan Kurikulum
LAPORAN TAHUN TERAKHIR
PENELITIAN PRODUK TERAPAN
2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI
KOTA MEDAN
1
(ANGGOTA)
5
(ANGGOTA)
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan hibah bersaing (sekarang
disebut Penelitian Produk Terapan) yang dilaksanakan oleh Akrim,
dkk (2015 dan 2016) dengan tujuan mengujicoba model integrasi
kompetensi spiritual dan sosial yang telah dirancang pada tahun
pertama sehingga dapat diketahui kekurangannya dan dilakukan
perbaikan baik itu yang berasal dari materi pelajaran, penilaian,
redaksi, maupun tampilannya dan lain-lain. Pengembangan buku ajar
matematika kelas VII SMP dilakukan dengan Pendekatan Saintifik
dengan lebih menekankan pengintegrasian kompetensi spritual dan
sosial kedalam kompetensi pengetahuan dan keterampilan pada materi
pembelajarannya, soal-soal latihan, dan juga tugas projek. Beberapa
bagian materi diharapkan dapat menggiring siswa untuk mengaitkan
materi yang dipelajari dengan nilai-nilai kehidupan.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016 pada 3 SMP Negeri di
Kota Medan yang menyelenggarakan pendidikan berbasis Kurikulum 2013
yakni SMP Negeri 1, 34, dan 38 Medan. Untuk mencapai hasil
penelitian yang tepat, maka penelitian ini menggunakan metode
penelitian Research and Develompent. Peneliti juga terlibat secara
aktif menemui, mengamati, serta mewawancarai partisipan (guru
sebanyak 6 orang, murid 60 orang, maupun wali murid sebanyak 24
orang) guna mengungkap kelemahan model dan buku ajar
pengintegrasian nilai spritual dan sosial di dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pada mata pelajaran
matematika kelas VII SMP. Peserta didik diajak untuk merenungkan
ciptaan Tuhan dan merefleksikan diri apakah sikap dan karakternya
sesuai dengan nilai sosial yang baik.
Pada tahun kedua ini, draft buku ajar Matematika Kelas VII SMP yang
diujicobakan pada sekolah berbasis Kurikulum 2013 mendapat respon
positif dari murid, guru, dan orang tua murid. Respon positif murid
pada Materi sebesar 80%, Penyajian sebesar 76,67%, Bahasa dan
Keterbacaan 86,66%, Suplemen Materi terkait Kompetensi Spiritual
dan Sosial sebesar 80%, Aktifitas dan Media Pembelajaran 75%,
Latihan dan Tugas 76,67, Feedback sebesar 90%. Sedangkan guru juga
menangapi positif kehadiran buku ini dengan tanggapan positif pada
Tujuan Pembelajaran sebesar 100%, Input sebesar 83,33%, Setting
sebesar 83,33%, Aktifitas (metode, teknik, dan media pembelajaran)
sebesar 83,33%, Peran Guru sebesar 100%, serta Peran Siswa sebesar
100%. Beberapa orang tua yang diminta pendapatnya melalui angket
merespon baik konten buku ini dengan respon positif terhadap
Motivasi Belajar di Rumah sebesar 83,33%, Sikap di Rumah dan
Lingkungan sebesar 79,17%, dan Etika Bicara di Rumah dan Masyarakat
juga sebesar 79,17%. Pada prinsipnya responden menyukai bagian yang
menyentuh tentang nilai sikap terutama pada materi, soal, refleksi
dan renungkan. Mereka menjadi terbiasa dengan nilai sikap yang
tertera pada buku tersebut sekaligus menggali nilai positif lain
yang bisa dikembangkan pada materi dalam buku tersebut.
Kata Kunci: buku ajar, ujicoba, evaluasi, respon positif
i
PRAKATA
Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT
yang
telah memberikan berkah berupa kesehatan, kesempatan dan juga
pemikiran yang
lapang, sehingga Laporan Tahun Terakhir Penelitian Produk
Terapan
(sebelumnya disebut Hibah Bersaing) yang berjudul “Integrasi
Kompetensi
Spritual dan Sosial Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Matematika
Di
SMP Negeri Kota Medan” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu”.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terimakasih
dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang
telah
memberikan bantuan dan arahan selama penelitian ini berlangsung
hingga
terlaksananya penulisan laporan ini, yaitu diantaranya
kepada:
1. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Ditjen
Pendidikan
Tinggi Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia
yang telah mendanai seluruh kegiatan penelitian ini
2. Bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang
telah
memberikan dukungan terhadap segala kegiatan penelitian yang
dilakukan
oleh para dosen UMSU.
3. Ketua LPPM UMSU beserta seluruh stafnya, yang telah
memfasilitasi dan
menjembatani tim peneliti dengan pihak DP2M Dikti sehingga
penelitian
ini dapat dilaksanakan.
4. Pihak reviewer baik internal maupun eksternal, yang telah
memberikan
masukan terhadap proposal penelitian kami, sehingga layak untuk
diteliti.
5. Kepala Sekolah SMP Negeri 1, SMP Negeri 34, dan SMP Negeri
38
Medan beserta para stafnya yang telah memberikan izin dan
fasilitas
kepada kami untuk dapat meneliti di sekolah –sekolah
tersebut.
6. Guru-Guru Matematika di SMP Negeri 1, SMP Negeri 34 , dan di
SMP
Negeri 38 Medan, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian
dalam
observasi yang telah kami lakukan guna memperoleh data
dibutuhkan
terkait penelitian ini
7. Murid, dan wali murid SMP Negeri 1, SMP Negeri 34, dan SMP
Negeri
38 Medan sebagai responden angket dan wawancara dalam penelitian
ini.
ii
8. Pihak-pihak terkait yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu
yang telah
memberikan sumbang saran sebagai penguat data primer maupun
sekunder.
Kami mendoakan semoga segala sesuatu yang telah bapak dan ibu
berikan
demi kesempurnaan penelitian ini mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Kami
juga menyadari bahwa Laporan Tahun Terakhir ini masih jauh dari
sempurna
baik dalam isi maupun sistematikanya yang kemungkinan besar belum
dapat
mewakili apa yang telah kami lakukan dalam penelitian ini. Oleh
karena itu, kami
mengharapkan adanya saran dan masukan yang membangun bagi
kesempurnaan
laporan ini, sehingga nantinya dapat menjadi pembelajaran bagi
kami
kedepannya.
2.2 Landasan Penyususnan Buku
Ajar.......................................................6
2.4 Pengembangan Buku Ajar MM Integrasi Kompetensi Spiritual dan
Sosial.................................................................................................10
2.5 Struktur Buku Ajar MM Integrasi Kompetensi Spiritual dan Sosial
.13
2.6 Roadmap (Peta Jalan) Penelitian
.......................................................15
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
.........................................18
3.1 Tujuan Penelitian
...............................................................................18
3.2 Manfaat Penelitian
.............................................................................18
BAB 4. METODE
PENELITIAN.......................................................................20
5.1 Analisa Hasil Uji Coba Model Integrasi Kompetensi Spritual dan
Sosial..................................................................................................26
5.2 Analisa Hasil Uji Coba Buku
Ajar.....................................................30 5.3
Luaran Penelitian
...............................................................................49
Tabel 2.1 Kompetensi Inti Matematika SMP kelas VII Kurikulum 2013
...............8
Tabel. 5.1. Hasil Target
Capaian............................................................................49
Proses.
.................................................................................................11
spiritual dan sosial
...............................................................................12
Gambar 3.1 Prosedur
Penelitian.............................................................................22
Gambar 5.1 Diagram Respon Siswa terhadap Materi Buku Ajar
.........................32
Gambar 5.2 Diagram Respon Siswa terhadap Penyajian Buku Ajar
....................33
Gambar 5.3 Diagram Respon Siswa terhadap Bahasa dan Keterbacaannya
Buku
Ajar MM
.............................................................................................34
Gambar 5.4 Diagram Respon Siswa terhadap Suplemen Materi Buku Ajar
MM
terkait kompetensi Spiritual dan
Sosial..............................................35
Gambar 5.6 Diagram Diagram Respon Siswa Terhadap Latihan dan
Tugas........37
Gambar 5.7 Diagram Respon Siswa Terhadap Umpan Balik Buku Ajar
MM......38
Gambar 5.8 Respon Guru Terhadap Tujuan Pembelajaran pada Buku Ajar
MM.39
Gambar 5.9 Diagram Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
....................40
Gambar 5.10 Diagram Respon Guru Terhadap Setting Pembelajaran
................41
Gambar 5.11 Diagram Respon Guru Terhadap Aktivitas dalam Buku Ajar
MM ..42
Gambar 5.12 Respon Guru Terhadap Peran Siswa dalam Buku Ajar MM
...........44
Gambar 5.12 Respon Guru Terhadap Peran Guru dalam Buku Ajar
MM.............45
Gambar 5.14 Diagram Respon Wali Murid terhadap Motivasi Belajar
Siswa di
Rumah
.................................................................................................46
Gambar 5.15 Diagram Respon Wali Murid terhadap Sikap di Rumah
dan
Lingkungan..........................................................................................47
Gambar 5.16 Diagram Respon Wali Murid Terhadap Tata Bicara Siswa di
Rumah
dan
Lingkungan...................................................................................48
vii
Internasional
viii
1
kelas, oleh sebab itu kurikulum merupakan acuan bagi guru
dalam
menentukan bahan pembelajaran dan metode yang sesuai yang dapat
diterapkan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Demi meningkatkan kualitas
pendidikan di
Indonesia menjadi lebih baik, pemerintah telah melakukan beberapa
pergantian
Kurikulum sesuai dengan realita situasi pendidikan yang ada. Hingga
akhirnya
Pemerintah Indonesia mencetuskan kurikulum yang menekankan
penanaman nilai-nilai spiritual dan sosial pada diri peserta didik
yaitu Kurikulum
2013.
pendukung lain. Kurikulum sendiri tidak boleh kaku dan tentunya
membutuhkan
penafsiran, penjelasan, pemedomanan baik melalui petunjuk teknis,
seminar,
lokakarya hingga buku ajar. Pembelajaran dan buku ajar merupakan
dua hal yang
resiprokal (saling melengkapi). Pembelajaran akan berlangsung
secara efektif jika
dilengkapi dengan salah satunya adalah buku ajar. Buku ajar dapat
dirancang serta
digunakan dengan baik jika memperhatikan sejumlah prinsip dalam
pembelajaran.
Kompenen pembelajaran terdiri atas peserta didik, pendidik atau
pendidik, bahan
ajar, cara penyajian bahan ajar, dan asesmen (penilaian). Buku ajar
yang baik
adalah buku ajar yang mampu merefleksikan kesatupaduan atas
seluruh
komponen, sehingga bahan ajar, cara penyajian bahan ajar, dan
asesmen
(penilaian) dapat dengan mudah ditelaah dan diimpelemntasikan, baik
oleh
peserta didik maupun pendidik.
bahan ajar. Perhatian yang besar terhadap materi dan penyampaiannya
sesuai
dengan target, telah mengakibatkan buku ajar lebih mengutamakan
hasil dan
melupakan proses. Buku ajar dibuat sedemikian rupa sebagai wadah
bahan ajar
dihapalkan, sehingga kemampuan akhir yang dimiliki peserta didik
hanya sebatas
kemampuan mengingat. Sering sekali konteks kehidupan dinafikan
padahal murid
2
kesalahkaprahan rancang bangun buku ajar semacam ini adalah
melupakan nilai
konteks dan permasalahan kehidupan yang selama ini gersang
dikaitkan dengan
materi pembelajaran. Sebagai contoh permasalahan buang sampah
sembarangan,
dan mubazir semestinya bisa dikikis dengan materi yang mengajarkan
rasa syukur
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
(Kompetensi
Spritual). Kasus bullying (penggertakan) dikalangan siswa
seharusnya mampu
diredam melalui materi ajar yang dikaitkan dengan sikap berbagi,
toleran dan
kasih sayang (Kompetensi Sosial). Nilai-nilai kehidupan tersebut
semestinya
disisipkan pada bahan ajar, pedoman skenario pembelajarannya
serta
penilaiannya.
Selain daripada masalah diatas, ketika seorang peserta didik
dihadapkan
pada masalah yang berbeda, peserta didik tidak mampu memecahkan
masalah dan
mengambil keputusan dengan baik. Akhirnya, buku ajar yang
dirancang
mengikuti prinsip ini hanya memperkuat anggapan bahwa belajar
tentang,
misalnya matematika adalah belajar tentang matematika dan bukan
belajar
matematika untuk menjadi manusia yang mampu berfikir logis, terukur
dan
sistematis.
Pada hakikatnya, buku ajar merupakan media pembelajaran suatu
disiplin
ilmu atau pengetahuan tertentu. Sebagai media, buku ajar harus
berisikan bahan
ajar, cara penyajian bahan ajar, dan model asesmen (penilaian).
Materi yang
dijadikan bahan ajar disajikan dengan cara tertentu, sehingga
peserta didik
memiliki kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman, keterampilan,
dan
perasaan sebagai refleksi atas kemampuan tersebut, peserta didik
akan dapat
memecahkan persoalan-persoalan, baik yang diajukan dalam latihan
maupun
persoalan dalam kehidupan nyata. Buku ajar juga harus mampu
membantu
pendidik dalam meningkatkan cara mengajarnya, dan membantu mereka
dalam
meningkatkan kemampuan peserta didik.
Idealnya seorang pendidik dianggap memiliki pengalaman
mengajarkan
materi keilmuan tanpa buku ajar. Akan tetapi, cara demikian tidak
akan
berlangsung lama. Banyak pendidik yang memiliki keterbatasan
sejumlah hal
untuk menambah materi pelengkap, sehingga mau tidak mau mereka
dalam
3
mengajar hanya mengandalkan buku ajar semata. Hal ini berarti buku
ajar
merupakan media pembelajaran yang sangat penting dalam proses
belajar
mengajar.
Pada tahun pertama, penulis telah menemukan model integrasi
kompetensi
spritual dan sosial kurikulum 2013 pada mata pelajaran Matematika
dan juga draf
buku ajar Matematika kelas VII SMP. Perpaduan Kompetensi spritual
dan sosial
dalam pembelajaran dapat diaplikasikan jika pendidik memilih
pembelajaran yang
bersifat PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan
menyenangkan) dengan memperhatikan kesesuaian dengan materi
pelajaran.
Pengembangan buku ajar matematika kelas VII SMP dilakukan
dengan
pendekatan Saintifik dengan lebih menekankan perpaduan nilai
dengan
pengetahuan dan keterampilan pada materi pembelajaran, soal-soal
latihan, dan
juga tugas projek. Selain itu, pada buku ajar tersebut juga
terdapat kolom
“refleksi” dan “renungkan” yang dapat mengarahkan siswa untuk
mengaitkan
materi yang dipelajari dengan nilai-nilai kehidupan.
Oleh karena itu, buku ajar yang telah dirancang, harus disusun
seefektif
dan seefisien mungkin sehingga peserta didik dan pendidik terbantu
dalam proses
belajar mengajar disiplin ilmu tertentu. Maka penelitian pada tahun
kedua ini
difokuskan pada pengujicobaan draft buku ajar Matematika Kelas VII
SMP
sehingga didapatkan buku ajar yang layak dan konstruktif dalam
menghasilkan
output (luaran) pendidikan yang lebih baik tidak hanya dari segi
kognitif
(pengetahuan) dan psikomotorik (keterampilan) tapi juga dari segi
spiritual dan
sosial.
dalam penelitian adalah:
Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Matematika di SMP setelah
dirancang
pada penelitian tahun 2015?
4
Spritual dan Sosial Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Matematika
di
SMP setelah disusun pada penelitian tahun 2015?
5
UNESCO (2004: 13) menyatakan bahwa “Curriculum is what is
learned
and what is taught (context); how it is delivered (teaching-
learning methods);
how it is assessed (exams, for example); and the resources used
(e.g., books used
to deliver and support teaching and learning)”. Kurikulum adalah
jantungnya
pendidikan dimana bahan, proses, isi dan tujuan pembelajaran
ditentukan olehnya.
Sementara itu, buku ajar adalah jenis buku yang diperuntukan bagi
peserta didik
sebagai bekal pengetahuan dasar, dan digunakan sebagai sarana
belajar serta
dipakai untuk menyertai sebuah institusi pendidikan.
Buku ajar dirancang sesuai dengan kurikulum, namun hubungan ini
tidak
bersifat kaku. Kurikulum tidak bersifat menentukan segala sesuatu.
Kurikulum
masih memerlukan penafsiran, penjelasan, perincian, perlengkapan,
pengayaan,
dan pemanduan terhadap kompetensi hasil belajar, indikator dan
materi pokok.
Dalam penyusun buku ajar, seorang penulis perlu mempersiapkan
silabus dan
metode pembelajaran, dan mempersiapkan bahan-bahan serta cara
penyajiannya,
yang tidak dicantumkan dalam kurikulum. Fungsi kurikulum pada
dasarnya
adalah sebatas Garis-garis Besar Haluan Pembelajaran (GBHP) yang
bersifat
selalu berubah.
Oleh karena itu, penyusunan buku ajar harus didasarkan atas
prinsip
dinamika kualitas atau prinsip perbaikan kualitas yang seimbang.
Prinsip ini
merupakan jawaban atas sifat dinamis dari kurikulum. Begitu terjadi
perubahan
kurikulum, buku ajar dapat disesuaikan dengan perubahan, dengan
cara
merevisinya. Prinsip perbaikan kualitas berkelanjutan akan
mendorong penulis
untuk selalu melakukan pengawasan kualitas dan perubahan secara
bertahap atas
rancangan buku: isi, materi, soal, dan latihan dan sebagainya. Oleh
karena itu,
dikenal adanya istilah buku ajar edisi revisi 1 dan 2 atau buku
ajar edisi baru
dengan penambahan dan lain-lain.
tentang substansinya maupun tentang penyajiannya. Penggunaan buku
ajar
merupakan bagian dari budaya buku, yang menjadi salah satu tanda
masyarakat
maju. Dipandang dari proses pembelajaran, buku ajar mempunyai peran
penting.
Jika tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan peserta didik
memiliki
berbagai kompetensi, maka perancangan buku ajar harus memasukan
sejumlah
prinsip yang dapat meningkatkan kompetensi yang hendak dimiliki
peserta didik.
2.2 Landasan Penyusunan Buku Ajar
Penyusunan buku ajar yang baik adalah berlandaskan:
a) Landasan Keilmuan
Salah satu landasan penyusunan buku ajar adalah landasan keilmuan
mata
pelajaran tertentu. Pernyataan yang harus diajukan ketika merancang
buku ajar
adalah mata pelajaran berada diranah ilmu apa. Dengan mengetahui
landasan
kelimuan, mudah bagi penulis untuk mengetahui cakupan serta susunan
buku ajar
yang hendak ditulis.
berpilar pada epistemologis, ontologis, dan aksiologis. Prinsip
ketaatasasan
keilmuan dengan demikan juga akan terdapat pada buku ajar. Prinsip
demikian
dirancang untuk menjawab: l) apa yang hendak dibahas, (2) mengapa
penting
membahas, 3) bagaimana membahas dan menyajikan, dan 4) untuk
siapa
pembahasan ditujukan. Berdasarkan pandangan diatas, buku ajar
dirancang
berlandaskan sejumlah prinsip berikut.
1. Prinsip akar rumput: penentuan mata pelajaran dinilai dari
disiplin
keilmuan yang diketahui, dikuasai, dan sangat dikuasai.
2. Prinsip kejelasan tujuan/ kebermaknaan: penentuan tujuan
penulisan atau
perancangan buku ajar berdasarkan penentuan keunggulan kompetensi
apa
yang hendak diraih.
3. Prinsip ketaatasasan keilmuan: Cetak biru buku ajar mengikuti
patokan
keilmuan yang berpilar pada ontologis, eptistimologis, dan
aksiologis.
Mencari jawaban atas pernyataan: Apa yang hendak dibahas,
Mengapa
7
pembahasan ditujukan.
5. Prinsip keotentikan
6. Prinsip standarisasi
7. Prinsip dinamika
8. Prinsip keseimbangan
9. Prinsip komunikatif:
Landasan selanjutnya adalah keterbacaan materi dan ketatabahasaan
yang
digunakan. Hal hal yang harus dipahami dalam penyusunan buku ajar
terkait
dengan bagaimana materi harus diolah agar memberikan kemudahan bagi
peserta
didik untuk memahaminya, dan bagaimana panjang dan suasana kata,
frasa,
kalimat, dan wacana tidak menyulitkan. Buku ajar yang memberi
kemudahan
kepada peserta didik untuk memahaminya disebut sebagai buku ajar
yang
mempunyai keterbacaan yang baik. Dengan demikian, penting sekali
untuk
merancang buku ajar berbasis komunikatif.
2.3 Penulisan Buku Ajar Matematika
Proses penyusunan buku ajar mata pelajaran tertentu akan
memulai
beberapa tahap sebagai berikut:
a. Telaah Kurikulum 2013
secermat mungkin sambil memberikan catatan atau tanda-tanda atas
bahan yang
dianggap penting dan menarik perhatian. Secara umum, yang ditelaah
dari
kurikulum adalah landasan filosofis yang dijadikan dasar dalam
pengembangan
kurikulum. Landasan ini tercermin melalui pendekatan pembelajaran,
tujuan
pendidikan, isi, prosedur, dan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan, serta
sarana penilaian.
8
untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi
serta
memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Menurut Nasution
(1995),
pembelajaran matematika sebagai salah satu bidang studi yang
diajarkan di
SMP dan MTs mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Matematika dapat digunakan untuk mengetahui gejala-gejala
alam.
2. Dengan penggunaan metode matematika, segala sesuatu dalam
pengambilan keputusan dapat diperhitungkan.
4. Matematika dapat digunakan dalam lapangan kerja.
5. Matematika dapat menyampaikan ide-ide secara benar, tepat dan
jelas
kepada orang lain.
Dalam kurikulum 2013, pembelajaran matematika harus mengandung
4
kompetensi inti yaitu spiritual, sosial, pengetahuan dan
keterampilan.
Penintegrasian kompetensi spiritual dan sosial kedalam mata
pelajaran
matematika dianggap sulit dan tidak realistis oleh sebagian pihak
termasuk oleh
guru pelajaran matematika karena nilai spiritual dan sosial tidak
bisa dimasukkan
ke semua materi pembelajaran. Kompetensi inti mata pelajaran
matematika kelas
VII SMP dideskripsikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Kompetensi Inti Matematika SMP kelas VII Kurikulum
2013
KOMPETENSI INTI
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomenna dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/ teori.
9
komponen yang harus dikembangkan dalam menyusun silabus
adalah:
1. Kompetensi Inti,
2. Kompetensi dasar,
3. Materi pokok,
4. Pengalaman belajar,
Organisasi buku ajar tetap mengikuti struktur tata tulis pada
umumnya,
yakni diawali dengan pendahuluan, isi, dan penutup. Layaknya sebuah
buku, buku
ajar merupakan suatu kesatuan yang bermakna. Kebermaknaan ini
ditandai oleh
adanya ikatan organisasi. Oleh karena itu, pada awal naskah, buku
ajar selalu
berisikan informasi umum tentang buku, tujuan umum yang hendak
dioapai
setelah mempelajari buku, cara penggunaan, serta cara pengerjaan
latihan dan
soal.
d. Pemilihan Materi
Pemilihan materi yang akan dibahas pada bab setiap buku ajar
perlu
disesuaikan dengan kurikulum dengan ukuran- ukuran standar berikut
ini:
1. Pemilihan materi standar sesuai dengan kurikulum,
2. Pemilihan materi ditinjau dari segi tujuan pendidikan,
3. Pemilihan materi ditinj au dari segi keilmuan,
4. Pemilihan materi dilihat dari relevansinya dengan perkembangan
ilmu dan
teknologi.
Penyajian materi merupakan panduan terhadap cara menyajikan
materi
yang terdapat di dalam buku ajar. Unsur-unsur yang terdapat
didalamnya adalah:
10
4. Kemudahan dipahami,
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik, jelas, dan benar serta
bahasa
ragam formal/ ilmiah dalam penyajian materi adalah keharusan.
Bahasa yang baik
dan jelas adalah bahasa yang sesuai dengan keperluan komunikasi
dalam bahasa
pembelajaran. Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan
kaidah
kebahasaan. Bahasa ragam formal/ilmiah adalah bahasa yang sesuai
dengan
suasana pembelajaran. Penggunaan bahasa yang baik, jelas, dan benar
akan
mendorong kemampuan berbahasa yang baik dikalangan peserta didik,
baik
secara lisan maupun tulisan. Selain masalah bahasa, keterbacaan ide
atau materi
dapat diciptakan melalui penentuan ilustrasi yang beragam. Terkait
dengan
ilustrasi, kita dapatkan media lain, seperti gambar, foto, warna,
dan bahkan suara
untuk memperkuat ide yang disampaikan pada buku ajar. Untuk setiap
materi
disetiap bab, selalu tersedia ilustras yang sesuai. Hindari
penggunaan ilustrasi
yang tidak mendukug ide bahan ajar.
2.4 Pengembangan Buku Ajar Matematika Terintegrasi Kompetensi
Spiritual dan Sosial
Dengan adanya buku ajar, siswa dituntun untuk berlatih, berpraktik,
atau
mencobakan teori-teori yang sudah dipelajari dari buku tersebut.
Penulisan buku
ajar matematika kelas VII SMP dirancang oleh tim dengan
menggunakan
pendekatan saintifik dan mengikuti standar yang telah ditetapkan
oleh BSNP
(Badan Standar Nasional Pendidikan) dengan mengikuti 3 aspek utama
yaitu
11
kualitas kelayakan isi, kualitas kelayakan penyajian, kualitas
kelayakan bahasa
dan keterbacaan. Kelayakan isi buku ajar lebih terkait pada apakah
materi
mendukung tercapainya KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi
Dasar) dari
mata pelajaran tersebut. Selanjutnya materi yang disajikan mulai
dari pengenalan
konsep, definisi, prosedur, tampilan output, contoh, kasus,
latihan, sampai dengan
interaksi antar-konsep sesuai dengan tingkat pendidikan peserta
didik dan sesuai
dengan yang diamanatkan oleh Kompetensi Dasar (KD).
Berikut ini panduan alur penulisan buku ajar berdasarkan
temuan
penelitian tahun pertama:
Gambar 2.1 Alur Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran menurut
Standar Proses.
Dalam rancangan buku ajar ini, dimasukkan berbagai nilai-nilai
spritual
dan sosial yang terintegrasi dengan konpetensi pengetahuan dan
keterampilan,
baik itu dalam soal-soal latihannya, maupun dalam penjelasan
materinya. Selain
itu di buku ini, terdapat kolom Refleksi dan Renungkanlah yang
dapat
menggiring siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan
nilai-nilai
Perencanaan Proses Pembelajaran
Menanya (ingin tahu,
percaya diri, dll)
kedalam kompetensi pengetahuan:
1. Seorang pedagang semangka yang jujur membeli 6 keranjang
semangka.
Masing-masing keranjang berisi 25 buah semangka. Rata-rata berat
satu
buah semangka 5 kg. Harga pembelian tiap keranjang
Rp160.000,00.
Kemudian keranjang dibuka, ternyata 4% dari keseluruhan semangka
itu
busuk. Sisanya kemudian dijual dengan harga Rp 1.500,00 per kilo.
Untung
atau rugikah pedagang itu?
2. Tedy, Saleh dan Aris selalu bekerja sama menanam benih di
kebun.
Setiap memasukkan benih ke dalam tiga lubang, Tedy merogoh kantong
benih
di pinggangnya. Saleh merogoh kantongnya setiap mengisi 4
lubang,
sementara Aris merogoh kantongnya setelah mengisi 5 lubang. Jika
pada
lubang petama mereka mengisi bersamaan setiap berapa lubangkah
mereka
akan mengisi bersama lagi?
Contoh pengintegrasian nilai spritual dan sosial yang terdapat pada
kolom
“renungkan” di bagian akhir materi dalam setiap Bab.
Gambar 2.2 Kolom “Renungkan” merupakan bentuk integrasi kompetensi
spiritual dan sosial
13
Sosial
Pada umumnya sebuah buku memiliki struktur yang standar dengan
isinya
yang terdiri atas sampul, kata sambutan, kata pengantar, petunjuk
buku, daftar isi,
daftar tabel dan gambar, indeks, hingga daftar pustaka. Buku ajar
yang telah
dihasilkan pada penelitian tahun sebelumnya memiliki struktur dan
karakteristik
yang berbeda dengan buku matematika lain. Kekhasan buku tersebut
terletak pada
suplemen materi yang terkait dengan penanaman nilai spiritual dan
sosial tanpa
meninggalkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Walaupun
pada
prakteknya penanaman nilai spiritual dan sosial tadi bergantung
pada
keterampilan guru dalam mengolah pembelajaran yang bermuatan nilai
namun
kehadiran buku ini memperjelas dan mempertegas khazanah kompetensi
spiritual
dan sosial. Berikut ini beberapa poin buku ajar matematika kelas
VII SMP
terintegrasi kompetensi spitual dan sosial yang khas dari buku-buku
lain.
1. Sampul dan Narasi Bab
Sampul bab disuguhkan dalam setiap bab dengan gambar atau
ilustrasi
yang relevan dengan topik bab dan menariknya lagi dinarasikan
sesuai
dengan konteks penggunaan topik matematika tersebut dengan
kehidupan
sehari-hari. Hal ini bisa menumbuhkan sikap syukur, kreatif, ingin
tahu
siswa dan lain-lain.
Memang bagian ini serupa dengan buku ajar Kurikulum 2013 dari
kementerian pendidikan dan kebudayaan namun ditambahkan
sedikit
dengan kata-kata yang menumbuhkan sikap khususnya pada
pengalaman
belajar agar nilai tanggung jawab, bekerjasama, jujur dan sikap
lainnya
tumbuh.
Peta konsep merupakan bagian yang menjabarkan susunan materi
berupa
diagram alur. Sedangkan Istilah Penting merupakan definisi
operasional
terhadap istilah terkait dengan judul atau topik bab. Bagian buku
ini
diharapkan dapat menumbuhkan sikap belajar sistematis, logis,
kreatif dan
lain-lain.
14
Masing-masing tugas diberikan bobot kesulitan dan alokasi yang
sesuai
dengan target pembelajaran agar murid terlatih dalam
memcahkan
permasalahan matematika. Tugas Mandiri mendorong siswa
bersikap
tanggungjawab secara individu, mandiri, dan tepat waktu.
Tugas
kelompok menekankan pada sikap kerjasama, tanggung jawab
terhadap
kelompok, solidaritas. Kemudian Tugas Proyek membiasakan
siswa
bersikap kreatif, inovatif, disiplin, kerjasama dalam menciptakan
hasil
karya keilmuan terkait matematika.
5. Wahana Diskusi, Cari Tahu, dan Renungkanlah
Bagian khas ini disisipkan di tempat yang berbeda dan kadang
tidak
bersamaan akan tetapi masing-masing bagian bertujuan membentuk
sikap
siswa. ‘Wahana Diskusi’ merupakan wadah tempat siswa saling
bertukar
pendapat, berdiskusi dan berargummentasi terkait suatau
problematika
topik matematika sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
menghargai pendapat, toleran, bersyukur dan lain sebagainya.
‘Cari
Tahu’ membangun kemandirian siswa dalam menemukan informasi
lebih
tentang sebuah topik matematika sekaligus menanamkan nilai
kreatif,
sabar dan lain-lain. Sedangkan ‘Renungkanlah’ mengajak siswa
merenungkan kebesaran Tuhan, bersyukur, bersimpati dan lain
sebagainya
dengan paparan yang sesuai dengan konteks bhasan matematika
tertentu.
6. Latihan, Uji Kompetensi, dan Portofolio
Sekilas latihan, uji kompetensi, dan portofolio merupakan hal biasa
dan
lumrah terdapat dalam buku-buku lain namun perlu diketahui bahwa
soal
yang disuguhkan pada siswa memiliki muatan spiritual dan sosial
dengan
menyisipkan kata-kata bernilai baik dan positif. Sebagaimana
dalam
contoh berikut:
membeli sepatu membutuhkan biaya 55%-nya, 15% untuk membeli
ikat pinggang, dan sisanya untuk membeli kemeja, tentukan: a.
15
Harga sepatu, b. Harga ikat pinggang, c. harga kemeja! (Bab
2:
Bilangan hal. 78)
Dalam soal tersebut terdapat kata yang bercetak tebal yang
merupakan
nilai yang ingin ditumbuhkembangkan dalam proses pembelajaran
matematika. Ketika siswa membacanya mudah-mudahan siswa
tersugesti
untuk melakukan tindakan bernilai karakter tersebut.
7. Ringkasan, Ingatlah dan Refleksi
Pada bagian ‘Ringkasan’ siswa diajak merangkum apa yang telah
dipelajari sehingga muncul sikap mawas diri, tanggung jawab,
dan
sebagainya. Bagian ‘Ingatlah’ mengajak siswa mengingat bagian
penting
dari pengetahuan yang didapat dalam buku maupun pengetahuan
sebelumnya yang merupakan pondasi dasar topik matematika tertentu
dan
dikaitkan dengan topik yang sedang dibahas. Bagian ini akan
memacu
siswa bersikap logis dan kritis mengaitkan pengetahuan
sebelumnya.
Dalam bagian ‘Refleksi’ siswa dibimbing untuk memecahkan
masalah
belajarnya dengan bercermin terhadap apa yang telah siswa
dapat,
mengapa susah mengerjakan soal tertentu. Bagian ‘Refleksi’
juga
memberikan kesempatan pada siswa secara berani dan jujur meminta
guru
mengulangi penjelasan bahasan topik matematika.
2.6 Roadmap (Peta Jalan) Penelitian
Sejak awal peluncurannya, Kurikulum 2013 telah banyak menuai
kritikan
dimasyarakat. Banyak pihak yang meragukan keberhasilan kurikulum
tersebut
mengingat belum matangnya persiapan guru maupun sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum tersebut. oleh sebab itu, penelitian
tentang
bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di lapangan, akan sangat
membantu
dalam menyempurkan kurikulum ini.
Beberapa penelitian terkait pelaksanaan kurikulum 2013 baru dimulai
pada
2 tahun belakangan ini, mengingat Kurikulum ini sendiri baru
diterapkan secara
serentak pada tahun ajaran 2014/ 2015. Surasa (2013) dalam
penelitiannya tentang
pelaksanaan kurikulum 2013 pada pembelajaran Ekonomi di SMA,
menyebutkan
bahwa dalam pengembangan komponen Kurikulum 2013, guru belum
memiliki
16
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan acuan yang dipaparkan
pada
kurikulum 2013.
SMA menyatakan bahwa pembelajaran di SMA belum terlaksana sesuai
dengan
acuan pelaksanaan pemerintah, dimana guru belum mampu
mengimplementasikan
kurikulum 2013 dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa.
Menurutnya, faktor penghambat dalam implementasi Kurikulum 2013
adalah
kurangnya buku pegangan yang sesuai dari kurikulum 2013, kemampuan
guru
yang belum optimal dalam menggunakan sumber belajar, media
pembelajaran,
dan metode dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran
tidak
berjalan sesuai yang diharapkan.
2013 di Madrasah Ibtidaiyah menyatakan bahwa kesiapan Madrasah
Ibtidaiyah
melaksanakan kurikulum 2013 belum begitu optimal. Hal ini terlihat
dari kepala
madrasah yang belum sepenuhnya siap dalam hal pembinaan artistik.
Kesiapan
pendidik di madrasah ibtidaiyah juga belum sepenuhnya siap dalam
hal kesiapan
pedagogik dan profesional. Sedangkan kesiapan sarana prasarana
sudah cukup
baik karena hal ini dibuktikan dengan tercapainya kriteria yang
telah ditentukan.
Sedangkan kesiapan keuangan belum sepenuhnya memadai dalam hal
anggaran
untuk perangkat pembelajaran.
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti membawa
dampak
baik dalam peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah
SWT. Dari
hasil penelitiannya, ditemukan bahwa pelaksanaan ibadah shalat
fardlu peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari cenderung meningkat setelah
diberlakukannya
kurikulum 2013.
Dari beberapa penelitian diatas, dapat diketahui bahwa secara garis
besar
implementasi kurikulum 2013 belum berjalan dengan sempurna. Namun,
untuk
penelitian tentang bagaimana pengintegrasian pendidikan karakter
berupa
kompetensi Spritual dan Sosial pada mata pelajaran Matematika di
SMP belum
pernah dilakukan sebelumnya. Tidak hanya itu, selama ini belum ada
penelitian
17
yang mencoba mengembangkan model RPP, model pembelajaran, dan bank
soal
yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam mengintegrasikan
Kompetensi
Spiritual dan Sosial pada mata pelajaran matematika di SMP. Oleh
sebab itu, hasil
dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi
para pemangku kebijakan, pihak sekolah, dan guru dalam
menyempurnakan
kurikulum 2013.
Gambar 2.3 Bagan Road Map Penelitian
Surasa (2013)
Guru belum memiliki kemampuan yang optimal untuk mengembangkan
silabus dan RPP sesuai dengan acuan yang dipaparkan di kurikulum
2013.
Septiani (2014)
media pembelajaran, dan metode pembelajaran
yang sesuai dengan kurikulum 2013.
Simorangkir (2014)
Ilmawati (2014)
Implementasi Kurikulum 2013 membawa dampak baik dalam peningkatan
keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT
Penelitian tentang bagaimana pengintegrasian kompetensi Spritual
dan Sosial pada mata pelajaran Matematika di SMP dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajarannya belum pernah
dilakukan sebelumnya.
Penelitian Tahun I (2015)
1. Model Integrasi kompetensi Spritual dan Sosial pada mata
pelajaran Matematika kelas VII SMP
2. Rancangan Buku Ajar Matematika kelas VII SMP
Penelitian Tahun II (2016)
uji coba dan finalisasi Model dan buku ajar matematika kelas VII
SMP
18
1. untuk mengujicoba model integrasi kompetensi spiritual dan
sosial yang
telah dirancang sehingga nantinya dapat diketahui kekurangannya
dan
dilakukan perbaikan.
2. untuk mengujicoba buku ajar matematika kelas VII yang
mengintegrasikan
kompetensi spiritual dan sosial yang telah disusun sehingga
nantinya dapat
diketahui kekurangannya dan dilakukan perbaikan.
3.2 Manfaat Penelitian
dengan melihat realita implementasi Kurikulum 2013 yang masih
kurang tepat,
integrasi Kompetensi Spritual dan Sosial pada Kurikulum 2013 belum
mengena.
Maka dihasilkanlah sebuah draft buku ajar Matematika Kelas VII SMP
sebagai
jawaban dari permasalahan tersebut. Para peneliti membantu tenaga
pendidik
Matematika SMP untuk lebih memadukan nilai-nilai sikap dalam
pembelajaran
Matematika. Namun tentunya baik tidaknya sebuah buku ajar perlu
dilakukan
pengujicobaan di sekolah-sekolah untuk mengetahui
efektifitasnya.
Penelitian ini juga berkontribusi untuk dapat menghasilkan Buku
Pedoman
yang diperuntukkan bagi guru matematika kelas VII SMP sehingga
dapat
membantu guru dalam mengoptimalkan perannya untuk menanamkan
kompetensi
spiritual dan sosial pada diri siswa melalui pembelajaran
Matematika SMP.
Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat
dalam rangka menjadi solusi bagi persoalan tenaga pendidik maupun
peserta
didik dalam menanamkan nilai, moral, budaya dan karakter bangsa
melalui proses
pembelajaran khususnya pembelajaran Matematika di SMP. Perpaduan
nilai
spiritual dan sosial kedalam ranah pengetahuan dan keterampilan
membutuhkan
19
pemikiran dan ide yang konstruktif. Hasil penelitian ini juga
diharapkan mampu
menjadi evaluasi baik bagi guru, kepala sekolah maupun pemerintah
dalam
pengembangan pelaksanaan Kurikulum 2013.
development) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
produk
pendidikan dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono, 2010).
Produk
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model
pengintegrasian
kompetensi spritual dan sosial serta buku ajar matematika kelas VII
SMP yang
isinya tidak hanya menekankan aspek pengetahuan dan keterampilan,
tetapi juga
aspek spritual dan sosial. Penelitian pengembangan bersifat
longitudinal (multi
years). Menurut Borg & Gall (2003), penelitian pengembangan
adalah penelitian
yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk
yang
digunakan dalam pendidikan. Penelitian pengembangan bukan untuk
membuat
teori atau menguji teori melainkan untuk mengembangkan
produk-produk yang
efektif untuk digunakan di sekolah.
4.2 Prosedur Penelitian
prosedur sebagai berikut:
1. Tahap 1 (identifikasi masalah dan kebutuhan)
Pada tahap ini, Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Melakukan observasi di 3 SMP Negeri di kota Medan yang
menerapkan
Kurikulum 2013 untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
kurikulum
2013 disekolah-sekolah tersebut dan bagaimana pengintegrasian
Kompetensi Spritual dan Sosial Kurikulum 2013 pada mata
pelajaran
matematika khususnya kelas VII mulai dari perencanaan
pembelajarannya, pelaksanaan pembelajarannya dan juga
penilaiannya.
b. Mengumpulkan data terkait permasalahan (kendala) yang dihadapi
oleh
guru terkait penerapan kurikulum 2013 terutama dalam
memadukan
21
keterampilan dalam pembelajaran matematika
mereka mengenai pembelajaran matematika yang menggunakan
kurikulum 2013 .
guru tentang kemungkinan solusi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang mereka hadapi dalam
pengimplementasian Kurikulum 2013.
Tahap ini bertujuan untuk merancang model pembelajaran
matematika
yang mampu memadukan kompetensi spritual dan sosial dengan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Adapun kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah:
a. menyusun model pengintegrasian kompetensi spritual dan
sosial
dengan kompetensi pengetahuan dan keterampilan pada mata
pelajaran matematika kelas VII SMP
b. menyusun rencana pembelajaran matematika dengan menekankan
pencapaian kompetensi spritual dan sosial pada diri siswa
c. merancang buku ajar matematika yang isinya mendukung
pencapaian kompetensi spiritual dan sosial
3. Tahap 3 (validasi produk)
Pada tahap ini, produk yang telah dirancang selanjutnya
dikonsultasikan dengan beberapa ahli (experts) yang menguasai
permasalahan pembelajaran matematika. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan masukan atau evaluasi terkait produk tersebut
sehingga
layak untuk digunakan. Adapun para ahli yang turut menilai
rancangan
buku ajar yang telah disusun oleh tim peneliti adalah beberapa
dosen
matematika yang berasal dari fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan
UMSU.
22
Untuk menguji efektivitas dari model pengintegrasian
kompetensi
spritual dan sosial serta buku ajar matematika yang telah
dikembangkan
pada tahun sebelumnya, maka dilakukanlah ujicoba pemakaian
buku
tersebut pada siswa kelas VII SMP di kota Medan.
2. Tahap 2 (Analisis dan Revisi II)
Dari hasil ujicoba yang dilakukan di sekolah-sekolah, maka
dilakukan analisis terhadap respon guru dan siswa terkait
model
pengintegrasian kompetensi spritual dan sosial dalam
pembelajaran
matematika serta buku ajar tersebut. Apabila ada kekurangan dari
model
dan buku ajar tersebut, maka keduanya akan direvisi kembali
hingga
menghasilkan model dan buku ajar yang benar-benar teruji.
Prosedur penelitian dapat dilihat pada pada Gambar 3.1 berikut
ini:
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Penelitian yang difokuskan pada integrasi kompetensi spritual dan
sosial
(Kompetensi Inti I dan II) pada mata pelajaran matematika di SMP
kelas VII
berlokasi di 3 SMP Negeri kota Medan dalam rangka mengamati
pengintegrasian
kedua kompetensi tersebut pada mata pelajaran Matematika SMP
khususnya pada
kelas VII. Karena telah mendapat surat Dinas Pendidikan Kota Medan
dan atas
Identifikasi masalah dan kebutuhan
23
permintaan kami bahwa penelitian dapat berlangsung lebiah dari satu
tahun maka
tim peneliti melanjutkan penelitian ini di 3 SMP yang telah secara
jelas
melaksanakan Kurikulum 2013. Apabila terdapat beberapa SMP Negeri
Kota
Medan yang pada tahun 2016 ini menyatakan menggunakan Kurikulum
2013,
maka peneliti tetap melanjutkan Ujicoba Model dan Buku Ajar hanya
di SMP
Negeri berikut antara lain:
1. SMP Negeri 1 Medan beralamat di Jl Bunga Asoka No. 6 Medan
Selayang
2. SMP Negeri 34 Medan beralamat di Jl. Brigjen M.Zein Hamid
Gg.
Perbatasan Baru Medan Maimun
3. SMP Negeri 38 Medan beralamat di Jl. Marelan VII No. 99
Medan
Marelan
4.4 Fish Bone
Penelitian ini dilakukan selama 2 tahun dimana pada tahun pertama,
peneliti
melakukan investigasi terhadap permasalahan yang terjadi dilapangan
terkait
pelaksanaan kurikulum 2013 terutama terkait dengan bagaimana
guru
menuangkan kompetensi spritual dan sosial pada pembelajaran
matematika kelas
VII SMP. Hasil investigasi tersebut menjadi dasar bagi peneliti
untuk merancang
pola integrasi kompetensi spritual dan sosial pada mata pelajaran
matematika
kelas VII SMP dalam proses perencanaannya, proses pembelajarannya
dan juga
penilaiannya. Selain itu, dilakukan juga pengembangan terhadap buku
ajar
matematika yang isi didalamnya mendukung teritegrasinya kompetensi
spritual
dan sosial dengan kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Pada
tahun kedua,
dilakukan ujicoba terhadap buku ajar yang telah dikembangkan pada
tahun I untuk
melihat efektivitas dari buku tersebut.
Berikut ini ditampilkan diagram alir penelitian (Fish bone):
24
- Buku ajar Matematika kelas VII
Lembar Penilaian
Pelaksanaan Kurikulum
Kepala Sekolah
Revisi I
Data pada penelitian ini adalah bentuk pengamatan pelaksanaan
ujicoba
buku ajar, angket, wawancara, dan penilaian kompetensi spritual dan
sosial yang
dikorelasikan dengan perubahan tingkah laku siswa menjadi lebih
baik setelah
mengikuti pembelajaran berbasis Kurikulum 2013. Data tersebut
diperoleh
melalui observasi dan angket. Selain itu peneliti juga menggunakan
responden
sebagai sumber data, penentuan responden didasarkan pada pendapat
Spradley
(1980) yang menyatakan bahwa responden adalah mereka yang terlibat
langsung
dalam aktivitas yang menjadi objek penelitian. Responden dalam
penelitian ini
ditentukan berdasarkan kebutuhan si peneliti untuk mendapatkan
informasi
mengenai penerapan Kurikulum 2013 yakni guru sebanyak 6 orang,
murid
sebanyak 60 orang, dan wali murid sebanyak 24 orang. Data yang
diperoleh
menjadi dasar revisi, evaluasi, dan finalisasi Buku Ajar Matematika
untuk kelas
VII SMP.
Semua data yang telah didapatkan dari penelitian ini kemudian
dianalisis
dan dijadikan acuan atau tolok ukur dalam penyempurnaan buku.
Analisis data
dari laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
5.1 Analisa Hasil Uji Coba Model Integrasi Kompetensi Spritual dan
Sosial
5.1.1 Perencanaan Pembelajaran
Sesuatu yang terencana dengan baik maka akan menghasilkan yang
baik
pula begitu juga sebuah proses pembelajaran di sekolah sebagai
pabrik yang
menghasilkan sebuah luaran manusia yang terdidik. Maka perlu
direncanakan
bahan atau materi pembelajaran yang diterapkan, kegiatan
pembelajaran yang
dilaksanakan, indikator pencapaian kompetensi yang dicantumkan,
penilaian yang
berlakukan, alokasi waktu yang dipaki, dan sumber belajar yang
dirumuskan
dalam silabus. Agar komponen tersebut juga memfasilitasi
terjadinya
pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan nilai-nilai,
maka
perlu dilakukan adaptasi terhadap komponen kegiatan pembelajaran,
indikator
pencapaian kompetensi, dan teknik penilaian dari silabus.
Penambahan dan/atau
modifikasi kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian serta teknik
penilaian
dalam silabus harus memperhatikan kesesuaiannya dengan Kompetensi
Inti dan
Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan pengetahuan dan
keterampilan.
Perpaduan nilai spiritual dan sosial perlu difasilitasi dan
dikembangkan
sejak proses pembelajaran dirancang melalui RPP. Guru-guru telah
berkomitmen
untuk menambahkan unsur nilai spiritual dan atau sosial dalam RPP
mereka
sebagaimana terdeskripsi sebagai berikut:
dengan membubuhkan kata-kata yang mengandung nilai spiritual
dan
sosial dalam tiap kegiatan pembelajaran sehingga kegiatan
pembelajaran
yang didesain bernuansa mengembangkan kompetensi spiritual dan
sosial.
2) Telah menyesuaikan indikator pencapaian kompetensi pada RPP
terutama
pada indikator Kompetensi Dasar yang terkait pengetahuan dan
27
pencapaian kompetensi spiritual dan sosial.
3) Telah mengadaptasi dan mengembangkan teknik penilaian pada RPP
baik
dengan pengamatan, penilaian sendiri, penilaian antar teman
maupun
dengan jurnal secara konsisten untuk mengembangkan dan/atau
mengukur
perkembangan kompetensi spiritual dan sosial siswa.
5.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan
mengembangkan nilai spiritual dan sosial antara lain seperti
berikut ini.
1) Guru masuk ruang kelas tepat waktu (kedisiplinan);
2) Ketika guru masuk ruang kelas, mengucapkan salam dengan
ramah
kepada siswa (santun, kepedulian);
3) Berdoa sebelum memulai pelajaran dan mendoakan siswa lain
yang
sedang sakit agar lekas sembuh (kereligiusan, kepedulian);
4) Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu
(kedisiplinan);
5) Memberikan teguran kepada siswa yang terlambat dengan
sopan
(kedisiplinan, santun dan kepedulian)
spiritual dan sosial yang sesuai.
7) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta
psikologis peserta didik. Guru matematika telah menggunakan
metode
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran,
28
1) meminta peserta didik secara mandiri untuk melihat dan
mendengar
baik media visual, audio maupun audiovisual tentang
topik/tema
materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang (belajar dari alam yang selalu mengajarkan
kearifan)
dengan memuji ciptaan tuhan, bersyukur atas sempurnyanya
cipataannya (religious, bersyukur, mandiri, berfikir logis,
kreatif,
ingin tahu);
2) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta
antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya
dengan sopan dan tertib (ingin tahu, kerja sama, saling
menghargai);
informasi, guru:
tertulis (kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai,
santun);
4) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (kreatif, percaya diri,
kritis);
5) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran berbasis
masalah,
proyek, penelusuran, penemuan (kerjasama, saling menghargai,
tanggung jawab);
6) memfasilitasi siswa menganalisis pola matematika dengan
cermat
terkait dengan permasalahan sehari-hari (teliti, kreatif, kerja
keras,
percaya diri).
7) memfasilitasi siswa menyajikan secara tertulis atau lisan
dengan
tanggung jawab dan percaya diri terhadap hasil pembelajaran,
apa
yang telah dipelajari, keterampilan atau materi yang masih
perlu
29
kerjasama).
mengkonfirmasi, sanggahan dan alasan, memberikan tambahan
informasi, atau melengkapi informasi ataupun tanggapan
lainnya.
(santun, rasa hormat, berfikir kritis).
c. Kegiatan penutup
a. Selain kesimpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan,
siswa
agar difasilitasi untuk mendapat pelajaran moral yang
berharga,
yang dipetik dari pengetahuan/ keterampilan dan/atau proses
pembelajaran yang telah dilaluinya.
b. Umpan balik yang terkait dengan produk maupun proses harus
menyangkut baik kompetensi maupun karakter dan dimulai dengan
aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa untuk
menumbuhkan kemandirian.
d. Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun kelompok diberikan dalam rangka tidak
hanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual
tetapi
juga kepribadian.
5.1.3 Penilaian Pembelajaran
tes dan nontes. Penilaian terhadap penguasaan konsep matematika
dilakukan
melalui instrumen tes dan diberikan skor sesuai dengan bentuknya.
Instrumen
30
tes digunakan mengukur aspek pengetahuan atau keterampilan.
Sebagaimana telah
diungkapkan pada penelitian sebelumnya bahwa dalam proses penilaian
hasil
belajar siswa, guru dituntut untuk membuat instrumen penilaian yang
meliputi 4
kompetensi yaitu kompetensi spritual, sosial, pengetahuan dan
keterampilan.
Namun kenyataannya, untuk menilai kompetensi spritual dan sosial,
guru hanya
menggunakan teknik observasi tanpa membuat rubrik penilaian yang
jelas,
sehingga perkembangan nilai-nilai spritual dan sosial pada diri
siswa tidak dapat
terlihat secara objektif.
matematika SMP Kota Medan maka guru telah memaklumi
pencantuman
instrumen non tes yang dapat berupa lembar pengamatan yang
digunakan oleh
guru (pengamat) atau angket isian untuk siswa. Butir-butir
pernyataan pada
lembar pengamatan atau angket isian disusun berdasarkan
indikator-indikator dari
nilai karakter yang akan diungkap. Adapun teknik penilaian yang
dapat dipakai
untuk mengetahui perkembangan karakter adalah pengamatan atau
observasi,
penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri dan jurnal.
Pada prinsipnya guru telah mengaplikasikan model integrasi
kompetensi
spiritual dan sosial yang telah dihasilkan pada penelitian
sebelumnya ditambah
dengan pendampingan sehingga setelah diamati dari proses
perencanaan,
pelakasanaan, dan penilaian pembelajarannya memudahkan guru
dalam
menjalankan kurikulum 2013 yang mengamanatkan untuk memasukkan
nilai
spiritual dan sosial secara integratif dengan kompetensi
pengetahuan dan
keterampilan. Namun perlu terus dilakukan diskusi dan kajian lanjut
untuk terus
menyempurnakan pola atau model yang telah dikembangkan secara
bersama.
5.2 Analisa Hasil Uji Coba Buku Ajar
Untuk mendapatkan buku ajar yang representatif dan dapat
digunakan
dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII, maka dilakukan analisa
ujicoba
buku ajar Matematika Kelas VII. Analisa dilakukan untuk menentukan
ketepatan
dan kesesuaian buku ajar dengan kebutuhan siswa, guru, maupun wali
siswa.
Analisa ini diperoleh dari siswa, wali murid, dan guru. Analisa
kebutuhan
dilaksanakan melalui penggunaan instrumen. Sebagai landasan untuk
melakukan
31
perancangan dan pengembangan dalam pembuatan buku ajar matematika
SMP
kelas VII, hasil analisis instrumen buku ajar dari siswa, guru, dan
wali murid di
SMP sangat diperlukan sebagaimana dijabarkan pada sub judul
berikut.
5.1.1 Siswa
Data mengenai analisa tanggapan siswa sebanyak 60 orang di 3
SMP
Negeri Kota Medan dengan rincian masing-masing 20 siswa
diminta
respon mereka mengenai buku ajar yang tepat untuk memenuhi
keinginan
mereka sebagian besar diperoleh melalui jawaban-jawaban dalam
kuesioner
dapat dilihat dalam lampiran dan dijabarkan sebagai berikut:
5.1.1.1 Materi
disimpulkan bahwa 80% siswa SMP dari 60 siswa responden
menyatakan
materi buku Matematika SMP dari hasil penelitian ini layak
untuk
menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan. Selanjutnya,
13,33%
siswa atau 8 orang memilih materi yang lama karena mereka
merasa
belum menguasai materi tersebut dengan cukup baik. Sisanya,
6,67%
tidak menyukai materi baru karena mereka belum begitu menguasai
materi
yang lama. Hal ini tercermin pada diagram di bawah ini:
32
5.1.1.2 Penyajian
Sehubungan dengan penyajian materi di dalam buku ajar,
berdasarkan
hasil kuesioner terdapat 76,67% atau 46 siswa SMP menyukai lay out
(tata
letak) dan sajian yang benar-benar baru bagi mereka. Penyajian
dalam buku
tersebut dirasa memberikan wawasan dan pengetahuan yang
kontekstual
dengan kehidupan mereka. Selain itu, penyajian baru terasa
lebih
menyenangkan dan mengasyikkan untuk mereka pelajari. Namun
ada
23,33% atau 14 siswa yang menyatakan bahwa lebih baik
menggunakan
penyajian yang lama supaya mudah diingat. Tanggapan siswa
tentang
penyajian ini dideskripsikan pada diagram di bawah ini:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
80%
32
5.1.1.2 Penyajian
Sehubungan dengan penyajian materi di dalam buku ajar,
berdasarkan
hasil kuesioner terdapat 76,67% atau 46 siswa SMP menyukai lay out
(tata
letak) dan sajian yang benar-benar baru bagi mereka. Penyajian
dalam buku
tersebut dirasa memberikan wawasan dan pengetahuan yang
kontekstual
dengan kehidupan mereka. Selain itu, penyajian baru terasa
lebih
menyenangkan dan mengasyikkan untuk mereka pelajari. Namun
ada
23,33% atau 14 siswa yang menyatakan bahwa lebih baik
menggunakan
penyajian yang lama supaya mudah diingat. Tanggapan siswa
tentang
penyajian ini dideskripsikan pada diagram di bawah ini:
13,33% 6,67%
Jumlah Siswa
5.1.1.2 Penyajian
Sehubungan dengan penyajian materi di dalam buku ajar,
berdasarkan
hasil kuesioner terdapat 76,67% atau 46 siswa SMP menyukai lay out
(tata
letak) dan sajian yang benar-benar baru bagi mereka. Penyajian
dalam buku
tersebut dirasa memberikan wawasan dan pengetahuan yang
kontekstual
dengan kehidupan mereka. Selain itu, penyajian baru terasa
lebih
menyenangkan dan mengasyikkan untuk mereka pelajari. Namun
ada
23,33% atau 14 siswa yang menyatakan bahwa lebih baik
menggunakan
penyajian yang lama supaya mudah diingat. Tanggapan siswa
tentang
penyajian ini dideskripsikan pada diagram di bawah ini:
Jumlah Siswa
5.1.1.3 Bahasa dan Keterbacaan
Disempurnakan), penggunaan istilah, simbol, dan ikon di dalam buku
ajar
serta keterbacaan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa 86,66%
siswa
SMP atau 52 siswa menyukai tata bahasa dan keterbacaannya.
Menurut
mereka, dengan adanya deskripsi awal disertai dengan gambar terkait
topik
pada tiap Bab membuat buku ajar terlihat lebih kontekstual dan
aplikatif,
dan menggiring siswa pada pemahaman. Namun, sebanyak 6,67%
siswa
atau 4 siswa merasa tata bahasa dan keterbacaannya membingungkan,
jadi
mereka tidak menyukainya. Sementara itu, 6,67% siswa menyatakan
tidak
penting tata bahasa dengan materi matematika karena menurut
mereka
matematika adalah ilmu hitung yang abstrak dan tak pasti. Hal
ini
tergambar pada diagram berikut ini:
0 5
76,67%
5.1.1.3 Bahasa dan Keterbacaan
Disempurnakan), penggunaan istilah, simbol, dan ikon di dalam buku
ajar
serta keterbacaan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa 86,66%
siswa
SMP atau 52 siswa menyukai tata bahasa dan keterbacaannya.
Menurut
mereka, dengan adanya deskripsi awal disertai dengan gambar terkait
topik
pada tiap Bab membuat buku ajar terlihat lebih kontekstual dan
aplikatif,
dan menggiring siswa pada pemahaman. Namun, sebanyak 6,67%
siswa
atau 4 siswa merasa tata bahasa dan keterbacaannya membingungkan,
jadi
mereka tidak menyukainya. Sementara itu, 6,67% siswa menyatakan
tidak
penting tata bahasa dengan materi matematika karena menurut
mereka
matematika adalah ilmu hitung yang abstrak dan tak pasti. Hal
ini
tergambar pada diagram berikut ini:
23,33% 0%
5.1.1.3 Bahasa dan Keterbacaan
Disempurnakan), penggunaan istilah, simbol, dan ikon di dalam buku
ajar
serta keterbacaan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa 86,66%
siswa
SMP atau 52 siswa menyukai tata bahasa dan keterbacaannya.
Menurut
mereka, dengan adanya deskripsi awal disertai dengan gambar terkait
topik
pada tiap Bab membuat buku ajar terlihat lebih kontekstual dan
aplikatif,
dan menggiring siswa pada pemahaman. Namun, sebanyak 6,67%
siswa
atau 4 siswa merasa tata bahasa dan keterbacaannya membingungkan,
jadi
mereka tidak menyukainya. Sementara itu, 6,67% siswa menyatakan
tidak
penting tata bahasa dengan materi matematika karena menurut
mereka
matematika adalah ilmu hitung yang abstrak dan tak pasti. Hal
ini
tergambar pada diagram berikut ini:
Jumlah Guru
Gambar 5.3 Diagram Respon Siswa terhadap Bahasa dan Keterbacaannya
Buku
Ajar MM
materi sehingga keberadaannya dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan suatu kasus matematika dengan sederhana.
5.1.1.4 Suplemen Materi Terkait Kompetensi Spritual dan
Sosial
Saat membicarakan suplemen di dalam buku ajar, dari hasil
kuesioner
terlihat bahwa 80% atau 48 dari 60 siswa SMP menyukai adanya
bagian
buku yang menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari
Tahu’,
‘Ingatlah’, ‘Tugas Proyek’ dan ‘Refleksi’ secara umum mereka
mendapat
pencerahan akan pentingnya memiliki nilai-nilai spiritual dan
sosial dalam
hidup. Makna tanggung jawab, mandiri, jujur maupun bersyukur
bisa
mereka selami sambil belajar dengan buku tersebut. Menurut mereka,
hal
tersebut memberikan wawasan dan pengetahuan baru, dapat
menguji
kemampuan, dan membuat buku tampak lebih bervariasi sehingga
tidak
membosankan, dan membuat otak mereka untuk berfikir. Namun,
ada
13,33% atau 8 siswa yang tidak setuju dengan hal tersebut. Mereka
merasa
0
10
20
30
40
50
60
86,66%
Gambar 5.3 Diagram Respon Siswa terhadap Bahasa dan Keterbacaannya
Buku
Ajar MM
materi sehingga keberadaannya dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan suatu kasus matematika dengan sederhana.
5.1.1.4 Suplemen Materi Terkait Kompetensi Spritual dan
Sosial
Saat membicarakan suplemen di dalam buku ajar, dari hasil
kuesioner
terlihat bahwa 80% atau 48 dari 60 siswa SMP menyukai adanya
bagian
buku yang menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari
Tahu’,
‘Ingatlah’, ‘Tugas Proyek’ dan ‘Refleksi’ secara umum mereka
mendapat
pencerahan akan pentingnya memiliki nilai-nilai spiritual dan
sosial dalam
hidup. Makna tanggung jawab, mandiri, jujur maupun bersyukur
bisa
mereka selami sambil belajar dengan buku tersebut. Menurut mereka,
hal
tersebut memberikan wawasan dan pengetahuan baru, dapat
menguji
kemampuan, dan membuat buku tampak lebih bervariasi sehingga
tidak
membosankan, dan membuat otak mereka untuk berfikir. Namun,
ada
13,33% atau 8 siswa yang tidak setuju dengan hal tersebut. Mereka
merasa
6,67% 6,67%
Gambar 5.3 Diagram Respon Siswa terhadap Bahasa dan Keterbacaannya
Buku
Ajar MM
materi sehingga keberadaannya dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan suatu kasus matematika dengan sederhana.
5.1.1.4 Suplemen Materi Terkait Kompetensi Spritual dan
Sosial
Saat membicarakan suplemen di dalam buku ajar, dari hasil
kuesioner
terlihat bahwa 80% atau 48 dari 60 siswa SMP menyukai adanya
bagian
buku yang menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari
Tahu’,
‘Ingatlah’, ‘Tugas Proyek’ dan ‘Refleksi’ secara umum mereka
mendapat
pencerahan akan pentingnya memiliki nilai-nilai spiritual dan
sosial dalam
hidup. Makna tanggung jawab, mandiri, jujur maupun bersyukur
bisa
mereka selami sambil belajar dengan buku tersebut. Menurut mereka,
hal
tersebut memberikan wawasan dan pengetahuan baru, dapat
menguji
kemampuan, dan membuat buku tampak lebih bervariasi sehingga
tidak
membosankan, dan membuat otak mereka untuk berfikir. Namun,
ada
13,33% atau 8 siswa yang tidak setuju dengan hal tersebut. Mereka
merasa
Jumlah Siswa
bahwa tambahan materi seperti ‘Renungkanlah’ dan lain-lain diatas
terasa
susah dan tidak sesuai dengan kemampuan mereka sehingga
membuat
mereka tidak percaya diri. Sementara itu, 6,67% atau 4 siswa
tidak
mempermasalahkan adanya suplemen tambahan terkait kompetensi
spiritual
dan sosial. Berikut diagram yang menampilkan tanggapan siswa
tentang
suplemen materi terkait kompetensi spiritual dan social:
Gambar 5.4 Diagram Respon Siswa terhadap Suplemen Materi Buku Ajar
MM
5.1.1.6 Aktifitas dan Media Pembelajaran
Sehubungan dengan materi yang terdapat banyak interaksi di
dalam
kelas untuk membantu pembelajaran, sebanyak 75% siswa
menyatakan
setuju terhadap hal itu. Menurut mereka, materi tersebut akan
membuat
mereka bisa saling berdiskusi, mengenal satu sama lain, bertukar
informasi,
dan memberikan kesempatan untu bertanya. Sedangkan 23,67%
siswa
menyatakan tidak setuju karena mereka lebih suka dengan penjelasan
guru
dan belajar di luar kelas. Sementara itu, 1,33% siswa menyatakan
terkadang
setuju dan terkadang tidak setuju tergantung kondisinya. Respon
pada
aktifitas dan media pembelajaran tersebut terdeskripsi dalam
diagram
dibawah ini:
0 5
80%
bahwa tambahan materi seperti ‘Renungkanlah’ dan lain-lain diatas
terasa
susah dan tidak sesuai dengan kemampuan mereka sehingga
membuat
mereka tidak percaya diri. Sementara itu, 6,67% atau 4 siswa
tidak
mempermasalahkan adanya suplemen tambahan terkait kompetensi
spiritual
dan sosial. Berikut diagram yang menampilkan tanggapan siswa
tentang
suplemen materi terkait kompetensi spiritual dan social:
Gambar 5.4 Diagram Respon Siswa terhadap Suplemen Materi Buku Ajar
MM
5.1.1.6 Aktifitas dan Media Pembelajaran
Sehubungan dengan materi yang terdapat banyak interaksi di
dalam
kelas untuk membantu pembelajaran, sebanyak 75% siswa
menyatakan
setuju terhadap hal itu. Menurut mereka, materi tersebut akan
membuat
mereka bisa saling berdiskusi, mengenal satu sama lain, bertukar
informasi,
dan memberikan kesempatan untu bertanya. Sedangkan 23,67%
siswa
menyatakan tidak setuju karena mereka lebih suka dengan penjelasan
guru
dan belajar di luar kelas. Sementara itu, 1,33% siswa menyatakan
terkadang
setuju dan terkadang tidak setuju tergantung kondisinya. Respon
pada
aktifitas dan media pembelajaran tersebut terdeskripsi dalam
diagram
dibawah ini:
13,33% 6,67%
Setuju berpengaruh
bahwa tambahan materi seperti ‘Renungkanlah’ dan lain-lain diatas
terasa
susah dan tidak sesuai dengan kemampuan mereka sehingga
membuat
mereka tidak percaya diri. Sementara itu, 6,67% atau 4 siswa
tidak
mempermasalahkan adanya suplemen tambahan terkait kompetensi
spiritual
dan sosial. Berikut diagram yang menampilkan tanggapan siswa
tentang
suplemen materi terkait kompetensi spiritual dan social:
Gambar 5.4 Diagram Respon Siswa terhadap Suplemen Materi Buku Ajar
MM
5.1.1.6 Aktifitas dan Media Pembelajaran
Sehubungan dengan materi yang terdapat banyak interaksi di
dalam
kelas untuk membantu pembelajaran, sebanyak 75% siswa
menyatakan
setuju terhadap hal itu. Menurut mereka, materi tersebut akan
membuat
mereka bisa saling berdiskusi, mengenal satu sama lain, bertukar
informasi,
dan memberikan kesempatan untu bertanya. Sedangkan 23,67%
siswa
menyatakan tidak setuju karena mereka lebih suka dengan penjelasan
guru
dan belajar di luar kelas. Sementara itu, 1,33% siswa menyatakan
terkadang
setuju dan terkadang tidak setuju tergantung kondisinya. Respon
pada
aktifitas dan media pembelajaran tersebut terdeskripsi dalam
diagram
dibawah ini:
Jumlah Siswa
5.1.1.7 Latihan dan Tugas
Saat ditanya apakah mereka suka latihan yang memberikan
kesempatan untuk praktik di dalam kelas, sebanyak 76,67% atau 46
siswa
menyukai hal tersebut. Menurut mereka, latihan yang seperti itu
dapat
mempermudah mereka dalam praktik dan memberikan latihan bagi
mereka
untuk mengasah kemampuan. Sedangkan sebanyak 13,33% atau 8
siswa
tidak menyukai latihan tersebut karena mereka lebih menyukai
pembelajaran di dalam kelas. Selanjutnya 10% atau 6 siswa
menyatakan hal
tersebut biasa saja dan tergantung kesulitan dari masing-masing
individu.
Keragaman respon siswa tentang latihan dan tugas ini tergambar
dalam
diagram berikut:
5.1.1.7 Latihan dan Tugas
Saat ditanya apakah mereka suka latihan yang memberikan
kesempatan untuk praktik di dalam kelas, sebanyak 76,67% atau 46
siswa
menyukai hal tersebut. Menurut mereka, latihan yang seperti itu
dapat
mempermudah mereka dalam praktik dan memberikan latihan bagi
mereka
untuk mengasah kemampuan. Sedangkan sebanyak 13,33% atau 8
siswa
tidak menyukai latihan tersebut karena mereka lebih menyukai
pembelajaran di dalam kelas. Selanjutnya 10% atau 6 siswa
menyatakan hal
tersebut biasa saja dan tergantung kesulitan dari masing-masing
individu.
Keragaman respon siswa tentang latihan dan tugas ini tergambar
dalam
diagram berikut:
5.1.1.7 Latihan dan Tugas
Saat ditanya apakah mereka suka latihan yang memberikan
kesempatan untuk praktik di dalam kelas, sebanyak 76,67% atau 46
siswa
menyukai hal tersebut. Menurut mereka, latihan yang seperti itu
dapat
mempermudah mereka dalam praktik dan memberikan latihan bagi
mereka
untuk mengasah kemampuan. Sedangkan sebanyak 13,33% atau 8
siswa
tidak menyukai latihan tersebut karena mereka lebih menyukai
pembelajaran di dalam kelas. Selanjutnya 10% atau 6 siswa
menyatakan hal
tersebut biasa saja dan tergantung kesulitan dari masing-masing
individu.
Keragaman respon siswa tentang latihan dan tugas ini tergambar
dalam
diagram berikut:
Jumlah Siswa
5.1.1.8 Feedback (Umpan Balik)
Sehubungan dengan adanya feedback pada sebuah materi,
sebanyak
90% dari 60 siswa menyukai dengan adanya hal tersebut. Menurut
mereka,
koreksi atau feedback itu akan membuat mereka mengetahui yang
salah,
memberhasilkan komunikasi, meningkatkan kemampuan diri,
mempermudah mencari informasi, mempermudah mengoreksi diri,
mempermudah mengetahui kemampuan diri, mengetahui mana yang
salah dan mana yang benar, dan menambah pengetahuan.
Sedangkan
sebanyak 10% atau 6 siswa saja menyatakan tidak menyukai
dengan
adanya feedback atau koreksi karena hal tersebut membuat mereka
tidak
senang dan merasa tidak percaya diri. Tanggapan siswa lebih detil
dapat
dilihat dalam diagram berikut:
37
5.1.1.8 Feedback (Umpan Balik)
Sehubungan dengan adanya feedback pada sebuah materi,
sebanyak
90% dari 60 siswa menyukai dengan adanya hal tersebut. Menurut
mereka,
koreksi atau feedback itu akan membuat mereka mengetahui yang
salah,
memberhasilkan komunikasi, meningkatkan kemampuan diri,
mempermudah mencari informasi, mempermudah mengoreksi diri,
mempermudah mengetahui kemampuan diri, mengetahui mana yang
salah dan mana yang benar, dan menambah pengetahuan.
Sedangkan
sebanyak 10% atau 6 siswa saja menyatakan tidak menyukai
dengan
adanya feedback atau koreksi karena hal tersebut membuat mereka
tidak
senang dan merasa tidak percaya diri. Tanggapan siswa lebih detil
dapat
dilihat dalam diagram berikut:
37
5.1.1.8 Feedback (Umpan Balik)
Sehubungan dengan adanya feedback pada sebuah materi,
sebanyak
90% dari 60 siswa menyukai dengan adanya hal tersebut. Menurut
mereka,
koreksi atau feedback itu akan membuat mereka mengetahui yang
salah,
memberhasilkan komunikasi, meningkatkan kemampuan diri,
mempermudah mencari informasi, mempermudah mengoreksi diri,
mempermudah mengetahui kemampuan diri, mengetahui mana yang
salah dan mana yang benar, dan menambah pengetahuan.
Sedangkan
sebanyak 10% atau 6 siswa saja menyatakan tidak menyukai
dengan
adanya feedback atau koreksi karena hal tersebut membuat mereka
tidak
senang dan merasa tidak percaya diri. Tanggapan siswa lebih detil
dapat
dilihat dalam diagram berikut:
Jumlah Siswa
38
Gambar 5.7 Diagram Respon Siswa terhadap Umpan Balik Buku Ajar
MM
5.1.2 Guru
Selain melakukan analisa tanggapan buku ajar pada siswa,
kuesioner
juga diberikan kepada 6 guru matematika dari SMP Negeri Kota
Medan
yang menerapkan Kurikulum 2013 untuk mengetahui tanggapan
mereka
terhadap buku ajar. Ada 6 komponen dalam buku ajar yang perlu
dibahas
dalam rangka memberikan feedback terhadap buku ajar yang
telah
dirancang yaitu Tujuan, Input, Setting, Aktifitas, Peran Siswa,
Peran Guru.
Berikut adalah hasil dari analisa tanggapan yang dilakukan kepada
guru:
5.2.1 Tujuan Pembelajaran
karakter apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi
pada
pengetahuan tetapi juga sikap. Guru merespon baik dengan
persentase
100% atau 6 orang mengakui terdapat penambahan orientasi tujuan
dalam
kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu dalam
mata
pelajaran matematika seperti berpikir logis, kritis, kerja
keras,
0
10
20
30
40
50
60
90%
positif
38
Gambar 5.7 Diagram Respon Siswa terhadap Umpan Balik Buku Ajar
MM
5.1.2 Guru
Selain melakukan analisa tanggapan buku ajar pada siswa,
kuesioner
juga diberikan kepada 6 guru matematika dari SMP Negeri Kota
Medan
yang menerapkan Kurikulum 2013 untuk mengetahui tanggapan
mereka
terhadap buku ajar. Ada 6 komponen dalam buku ajar yang perlu
dibahas
dalam rangka memberikan feedback terhadap buku ajar yang
telah
dirancang yaitu Tujuan, Input, Setting, Aktifitas, Peran Siswa,
Peran Guru.
Berikut adalah hasil dari analisa tanggapan yang dilakukan kepada
guru:
5.2.1 Tujuan Pembelajaran
karakter apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi
pada
pengetahuan tetapi juga sikap. Guru merespon baik dengan
persentase
100% atau 6 orang mengakui terdapat penambahan orientasi tujuan
dalam
kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu dalam
mata
pelajaran matematika seperti berpikir logis, kritis, kerja
keras,
10% 0%
38
Gambar 5.7 Diagram Respon Siswa terhadap Umpan Balik Buku Ajar
MM
5.1.2 Guru
Selain melakukan analisa tanggapan buku ajar pada siswa,
kuesioner
juga diberikan kepada 6 guru matematika dari SMP Negeri Kota
Medan
yang menerapkan Kurikulum 2013 untuk mengetahui tanggapan
mereka
terhadap buku ajar. Ada 6 komponen dalam buku ajar yang perlu
dibahas
dalam rangka memberikan feedback terhadap buku ajar yang
telah
dirancang yaitu Tujuan, Input, Setting, Aktifitas, Peran Siswa,
Peran Guru.
Berikut adalah hasil dari analisa tanggapan yang dilakukan kepada
guru:
5.2.1 Tujuan Pembelajaran
karakter apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi
pada
pengetahuan tetapi juga sikap. Guru merespon baik dengan
persentase
100% atau 6 orang mengakui terdapat penambahan orientasi tujuan
dalam
kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu dalam
mata
pelajaran matematika seperti berpikir logis, kritis, kerja
keras,
Jumlah Siswa
keingintahuan, kemandirian, percaya diri sedangkan karakter pokok
yang
dikembangkan dalam mata pelajaran matematika meliputi religius,
jujur,
cerdas, tangguh, peduli, dan demokratis telah tercantum di dalam
buku ajar
tersebut. Berikut diagram yang menggambarkan tanggapan guru:
Gambar 5.8 Respon Guru Terhadap Tujuan Pembelajaran pada Buku Ajar
MM
Namun demikian dari diskusi yang telah dilakukan didapatkan
beberapa saran pada beberapa materi yang perlu ditambahkan nilai
spiritual
dan sosialnya. Memang diakui penulis buku ajar Matematika kelas
VII
merupakan living documents (dokumen yang terus membutuhkan
perbaikan)
sehingga siapapun bisa member masukan pada buku tersebut.
5.2.2 Input
dilaksanakannya aktivitas belajar oleh siswa. Input dapat berupa
teks lisan
maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, chart, benda
sesungguhnya, film dan sebagainya. Guru merespon positif terhadap
input
yang memperkenalkan nilai-nilai dan tidak hanya menyajikan materi
atau
0
1
2
3
4
5
6
100%
keingintahuan, kemandirian, percaya diri sedangkan karakter pokok
yang
dikembangkan dalam mata pelajaran matematika meliputi religius,
jujur,
cerdas, tangguh, peduli, dan demokratis telah tercantum di dalam
buku ajar
tersebut. Berikut diagram yang menggambarkan tanggapan guru:
Gambar 5.8 Respon Guru Terhadap Tujuan Pembelajaran pada Buku Ajar
MM
Namun demikian dari diskusi yang telah dilakukan didapatkan
beberapa saran pada beberapa materi yang perlu ditambahkan nilai
spiritual
dan sosialnya. Memang diakui penulis buku ajar Matematika kelas
VII
merupakan living documents (dokumen yang terus membutuhkan
perbaikan)
sehingga siapapun bisa member masukan pada buku tersebut.
5.2.2 Input
dilaksanakannya aktivitas belajar oleh siswa. Input dapat berupa
teks lisan
maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, chart, benda
sesungguhnya, film dan sebagainya. Guru merespon positif terhadap
input
yang memperkenalkan nilai-nilai dan tidak hanya menyajikan materi
atau
0% 0%
keingintahuan, kemandirian, percaya diri sedangkan karakter pokok
yang
dikembangkan dalam mata pelajaran matematika meliputi religius,
jujur,
cerdas, tangguh, peduli, dan demokratis telah tercantum di dalam
buku ajar
tersebut. Berikut diagram yang menggambarkan tanggapan guru:
Gambar 5.8 Respon Guru Terhadap Tujuan Pembelajaran pada Buku Ajar
MM
Namun demikian dari diskusi yang telah dilakukan didapatkan
beberapa saran pada beberapa materi yang perlu ditambahkan nilai
spiritual
dan sosialnya. Memang diakui penulis buku ajar Matematika kelas
VII
merupakan living documents (dokumen yang terus membutuhkan
perbaikan)
sehingga siapapun bisa member masukan pada buku tersebut.
5.2.2 Input
dilaksanakannya aktivitas belajar oleh siswa. Input dapat berupa
teks lisan
maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, chart, benda
sesungguhnya, film dan sebagainya. Guru merespon positif terhadap
input
yang memperkenalkan nilai-nilai dan tidak hanya menyajikan materi
atau
Jumlah Guru
materi atau pengetahuan tersebut dengan persentase 83.33% atau 5
guru.
Sama halnya dengan murid, guru juga menyukai bagian buku ajar
yang
menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari Tahu’, ‘Ingatlah’,
dan
‘Refleksi’. Bagian tersebut menyentuh nilai sikap yang memang
sangat
berkaitan dengan konteks pengetahuan dan keterampilan. Diagram di
bawah
ini menggambarkan tanggapan guru tentang input buku ajar:
Gambar 5.9 Diagram Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
5.2.3 Setting (Pengaturan)
berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting
berimplikasi
terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian
tugas yang
pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan siswa terbiasa kerja
dengan
cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu
kerja
kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan
bekerjasama,
0 0.5
1 1.5
2 2.5
3 3.5
4 4.5
materi atau pengetahuan tersebut dengan persentase 83.33% atau 5
guru.
Sama halnya dengan murid, guru juga menyukai bagian buku ajar
yang
menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari Tahu’, ‘Ingatlah’,
dan
‘Refleksi’. Bagian tersebut menyentuh nilai sikap yang memang
sangat
berkaitan dengan konteks pengetahuan dan keterampilan. Diagram di
bawah
ini menggambarkan tanggapan guru tentang input buku ajar:
Gambar 5.9 Diagram Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
5.2.3 Setting (Pengaturan)
berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting
berimplikasi
terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian
tugas yang
pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan siswa terbiasa kerja
dengan
cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu
kerja
kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan
bekerjasama,
83,33% 16,67% 0%
positif dan berpengaruh
40
materi atau pengetahuan tersebut dengan persentase 83.33% atau 5
guru.
Sama halnya dengan murid, guru juga menyukai bagian buku ajar
yang
menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari Tahu’, ‘Ingatlah’,
dan
‘Refleksi’. Bagian tersebut menyentuh nilai sikap yang memang
sangat
berkaitan dengan konteks pengetahuan dan keterampilan. Diagram di
bawah
ini menggambarkan tanggapan guru tentang input buku ajar:
Gambar 5.9 Diagram Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
5.2.3 Setting (Pengaturan)
berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting
berimplikasi
terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian
tugas yang
pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan siswa terbiasa kerja
dengan
cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu
kerja
kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan
bekerjasama,
Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
Jumlah guru
Secara umum setting dari aktivitas yang ada dalam buku
tersebut
sudah baik dengan respon positif. Guru memberikan pernyataan
positif
terhadap setting dalam Buku Ajar MM tersebut dengan persentase
83,33%
atau 5 guru.
Tugas kelompok, tugas proyek, wahana diskusi dan jumlah soal
latihan dan uji kompetensi sudah cukup memadai Namun masih
ada
beberapa aktivitas yang perlu diperbaiki dalam penempatannya. Dari
uji
coba yang dilakukan masih banyak siswa yang kesulitan dalam
mengerjakan task secara individu. Disarankan lebih
diperbanyak
penggunaan aktivitas yang memungkinkan siswa untuk mengerjakan
task
secara berpasangan atau berkelompok. Hal ini dikarenakan dalam
setiap
task, siswa tidak hanya memerlukan pemahaman tentang konten dari
materi
yang dipelajari akan tetapi mereka juga harus memahami bahasa dari
materi
tersebut.
41
Secara umum setting dari aktivitas yang ada dalam buku
tersebut
sudah baik dengan respon positif. Guru memberikan pernyataan
positif
terhadap setting dalam Buku Ajar MM tersebut dengan persentase
83,33%
atau 5 guru.
Tugas kelompok, tugas proyek, wahana diskusi dan jumlah soal
latihan dan uji kompetensi sudah cukup memadai Namun masih
ada
beberapa aktivitas yang perlu diperbaiki dalam penempatannya. Dari
uji
coba yang dilakukan masih banyak siswa yang kesulitan dalam
mengerjakan task secara individu. Disarankan lebih
diperbanyak
penggunaan aktivitas yang memungkinkan siswa untuk mengerjakan
task
secara berpasangan atau berkelompok. Hal ini dikarenakan dalam
setiap
task, siswa tidak hanya memerlukan pemahaman tentang konten dari
materi
yang dipelajari akan tetapi mereka juga harus memahami bahasa dari
materi
tersebut.
41
Secara umum setting dari aktivitas yang ada dalam buku
tersebut
sudah baik dengan respon positif. Guru memberikan pernyataan
positif
terhadap setting dalam Buku Ajar MM tersebut dengan persentase
83,33%
atau 5 guru.
Tugas kelompok, tugas proyek, wahana diskusi dan jumlah soal
latihan dan uji kompetensi sudah cukup memadai Namun masih
ada
beberapa aktivitas yang perlu diperbaiki dalam penempatannya. Dari
uji
coba yang dilakukan masih banyak siswa yang kesulitan dalam
mengerjakan task secara individu. Disarankan lebih
diperbanyak
penggunaan aktivitas yang memungkinkan siswa untuk mengerjakan
task
secara berpasangan atau berkelompok. Hal ini dikarenakan dalam
setiap
task, siswa tidak hanya memerlukan pemahaman tentang konten dari
materi
yang dipelajari akan tetapi mereka juga harus memahami bahasa dari
materi
tersebut.
dan/ atau tanpa pendidik) dengan input belajar untuk mencapai
tujuan
pembelajaran. Guru memberikan rekomendasi positif terhadap
aktivitas
belajar yang tercantum dalam buku ajar tersebut dengan respon
positif
83,33% atau 5 guru. Mereka menganggap aktifitas dalam buku
tersebut
dapat membimbing siswa menginternalisasikan nilai-nilai. Mereka
juga
setuju dengan aktivitas belajar aktif yang mendorong terjadinya
autonomous
learning (pembelajaran mandiri) dan learner-centered (berpusat
pada
siswa). Pembelajaran autonomous learning dan learner-centered
secara
otomatis membantu siswa memperoleh banyak nilai kehidupan.
Keterangan
diatas didasarkan pada respon guru tentang aktifitas dalam buku
ajar
tersebut:
Gambar 5.11 Diagram Respon Guru Terhadap Aktivitas dalam Buku Ajar
MM
Berdasarkan hasil tanggapan dapat disimpulkan bahwa aktivitas
yang
digunakan didalam buku sudah bagus. Namun demikian, masih
perlu
adanya penambahan variasi dari aktivitas yang mengacu pada konten
dari
0 0.5
1 1.5
2 2.5
3 3.5
4 4.5
42
dan/ atau tanpa pendidik) dengan input belajar untuk mencapai
tujuan
pembelajaran. Guru memberikan rekomendasi positif terhadap
aktivitas
belajar yang tercantum dalam buku ajar tersebut dengan respon
positif
83,33% atau 5 guru. Mereka menganggap aktifitas dalam buku
tersebut
dapat membimbing siswa menginternalisasikan nilai-nilai. Mereka
juga
setuju dengan aktivitas belajar aktif yang mendorong terjadinya
autonomous
learning (pembelajaran mandiri) dan learner-centered (berpusat
pada
siswa). Pembelajaran autonomous learning dan learner-centered
secara
otomatis membantu siswa memperoleh banyak nilai kehidupan.
Keterangan
diatas didasarkan pada respon guru tentang aktifitas dalam buku
ajar
tersebut:
Gambar 5.11 Diagram Respon Guru Terhadap Aktivitas dalam Buku Ajar
MM
Berdasarkan hasil tanggapan dapat disimpulkan bahwa aktivitas
yang
digunakan didalam buku sudah bagus. Namun demikian, masih
perlu
adanya penambahan variasi dari aktivitas yang mengacu pada konten
dari
16,67% 0%
42
dan/ atau tanpa pendidik) dengan input belajar untuk mencapai
tujuan
pembelajaran. Guru memberikan rekomendasi positif terhadap
aktivitas
belajar yang tercantum dalam buku ajar tersebut dengan respon
positif
83,33% atau 5 guru. Mereka menganggap aktifitas dalam buku
tersebut
dapat membimbing siswa menginternalisasikan nilai-nilai. Mereka
juga
setuju dengan aktivitas belajar aktif yang mendorong terjadinya
autonomous
learning (pembelajaran mandiri) dan learner-centered (berpusat
pada
siswa). Pembelajaran autonomous learning dan learner-centered
secara
otomatis membantu siswa memperoleh banyak nilai kehidupan.
Keterangan
diatas didasarkan pada respon guru tentang aktifitas dalam buku
ajar
tersebut:
Gambar 5.11 Diagram Respon Guru Terhadap Aktivitas dalam Buku Ajar
MM
Berdasarkan hasil tanggapan dapat disimpulkan bahwa aktivitas
yang
digunakan didalam buku sudah bagus. Namun demikian, masih
perlu
adanya penambahan variasi dari aktivitas yang mengacu pada konten
dari
Respon Guru Terhadap Aktivitas Buku Ajar MM
Jumlah Guru
kepada konten dari pembelajaran, hal ini dikarenakan untuk
mencapai
tujuan dari pembelajaran SMP pada ranah sikap itu sendiri.
5.2.5 Peran Murid
pencari tahu, pelaku eksperimen, partisipan diskusi, penyaji
hasil-hasil
diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dan sebagainya. Untuk
itu
diperlukan buku ajar yang mampu memfasilitasi dalam mengenal,
menjadi
peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kebaikan hidup. Agar
siswa
terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan
menginternalisasi
karakter, siswa harus diberi peran aktif dalam pembelajaran.
Dari hasil tanggapan guru, ditemukan bahwa guru menganggap
buku
ajar tersebut mampu membuat siswa berperan aktif didalam kelas.
Misalnya
aktivitas yang meminta siswa untuk melakukan diskusi mengenai
suatu
topic dengan persantase tanggapan positif sebanyak 100%. Akan
tetapi
banyak dari aktivitas yang ada masih mengacu pada controled
activities
(aktifitas yang dikondisiskan). Disarankan perlu adanya
penambahan
aktivitas yang berupa free activities (bebas dari pengkondisian)
dengan
harapan mampu meningkatkan kreativitas siswa dalam mencapai
tujuan
pembelajaran khususnya dalam membentuk siswa yang berkarakter.
Berikut
diagram tanggapan guru terhadap peran siswa dalam buku ajar:
44
Gambar 5.12 Respon Guru Terhadap Peran Siswa dalam Buku Ajar
MM
5.2.6 Peran Guru
spritual dan sosial siswa. Peran guru memfasilitasi internalisasi
nilai-
nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator,
motivator,
partisipan, dan pemberi umpan balik. Dari hasil tanggapan guru,
mereka
mengapresiasi positif aspek spiritual dan sosial yang dikembangkan
dalam
buku tersebut. Metode dan teknik pembelajar