Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
3
Kode/ Nama Rumpun Ilmu*: 797/ Pengembangan Kurikulum
LAPORAN TAHUN TERAKHIR
PENELITIAN PRODUK TERAPAN
TAHUN KEDUA DARI RENCANA DUA TAHUN
INTEGRASI KOMPETENSI SPRITUAL DAN SOSIAL KURIKULUM
2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI
KOTA MEDAN
AKRIM, S.Pd.I., M.Pd 012212790
2
(KETUA)
Drs. ZAINAL AZIS, M.M., M.Si 011312630
1
(ANGGOTA)
MUNAWIR PASARIBU, S.PdI., M.A 011607830
5
(ANGGOTA)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
OKTOBER 2016
RINGKASAN
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan hibah bersaing (sekarang disebutPenelitian Produk Terapan) yang dilaksanakan oleh Akrim, dkk (2015 dan 2016)dengan tujuan mengujicoba model integrasi kompetensi spiritual dan sosial yangtelah dirancang pada tahun pertama sehingga dapat diketahui kekurangannya dandilakukan perbaikan baik itu yang berasal dari materi pelajaran, penilaian, redaksi,maupun tampilannya dan lain-lain. Pengembangan buku ajar matematika kelasVII SMP dilakukan dengan Pendekatan Saintifik dengan lebih menekankanpengintegrasian kompetensi spritual dan sosial kedalam kompetensipengetahuan dan keterampilan pada materi pembelajarannya, soal-soal latihan,dan juga tugas projek. Beberapa bagian materi diharapkan dapat menggiringsiswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan nilai-nilai kehidupan.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016 pada 3 SMP Negeri di KotaMedan yang menyelenggarakan pendidikan berbasis Kurikulum 2013 yakni SMPNegeri 1, 34, dan 38 Medan. Untuk mencapai hasil penelitian yang tepat, makapenelitian ini menggunakan metode penelitian Research and Develompent.Peneliti juga terlibat secara aktif menemui, mengamati, serta mewawancaraipartisipan (guru sebanyak 6 orang, murid 60 orang, maupun wali murid sebanyak24 orang) guna mengungkap kelemahan model dan buku ajar pengintegrasiannilai spritual dan sosial di dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaianpada mata pelajaran matematika kelas VII SMP. Peserta didik diajak untukmerenungkan ciptaan Tuhan dan merefleksikan diri apakah sikap dan karakternyasesuai dengan nilai sosial yang baik.
Pada tahun kedua ini, draft buku ajar Matematika Kelas VII SMP yangdiujicobakan pada sekolah berbasis Kurikulum 2013 mendapat respon positif darimurid, guru, dan orang tua murid. Respon positif murid pada Materi sebesar 80%,Penyajian sebesar 76,67%, Bahasa dan Keterbacaan 86,66%, Suplemen Materiterkait Kompetensi Spiritual dan Sosial sebesar 80%, Aktifitas dan MediaPembelajaran 75%, Latihan dan Tugas 76,67, Feedback sebesar 90%. Sedangkanguru juga menangapi positif kehadiran buku ini dengan tanggapan positif padaTujuan Pembelajaran sebesar 100%, Input sebesar 83,33%, Setting sebesar83,33%, Aktifitas (metode, teknik, dan media pembelajaran) sebesar 83,33%,Peran Guru sebesar 100%, serta Peran Siswa sebesar 100%. Beberapa orang tuayang diminta pendapatnya melalui angket merespon baik konten buku ini denganrespon positif terhadap Motivasi Belajar di Rumah sebesar 83,33%, Sikap diRumah dan Lingkungan sebesar 79,17%, dan Etika Bicara di Rumah danMasyarakat juga sebesar 79,17%. Pada prinsipnya responden menyukai bagianyang menyentuh tentang nilai sikap terutama pada materi, soal, refleksi danrenungkan. Mereka menjadi terbiasa dengan nilai sikap yang tertera pada bukutersebut sekaligus menggali nilai positif lain yang bisa dikembangkan pada materidalam buku tersebut.
Kata Kunci: buku ajar, ujicoba, evaluasi, respon positif
i
PRAKATA
Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan berkah berupa kesehatan, kesempatan dan juga pemikiran yang
lapang, sehingga Laporan Tahun Terakhir Penelitian Produk Terapan
(sebelumnya disebut Hibah Bersaing) yang berjudul “Integrasi Kompetensi
Spritual dan Sosial Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Matematika Di
SMP Negeri Kota Medan” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu”.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah
memberikan bantuan dan arahan selama penelitian ini berlangsung hingga
terlaksananya penulisan laporan ini, yaitu diantaranya kepada:
1. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Ditjen Pendidikan
Tinggi Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
yang telah mendanai seluruh kegiatan penelitian ini
2. Bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah
memberikan dukungan terhadap segala kegiatan penelitian yang dilakukan
oleh para dosen UMSU.
3. Ketua LPPM UMSU beserta seluruh stafnya, yang telah memfasilitasi dan
menjembatani tim peneliti dengan pihak DP2M Dikti sehingga penelitian
ini dapat dilaksanakan.
4. Pihak reviewer baik internal maupun eksternal, yang telah memberikan
masukan terhadap proposal penelitian kami, sehingga layak untuk diteliti.
5. Kepala Sekolah SMP Negeri 1, SMP Negeri 34, dan SMP Negeri 38
Medan beserta para stafnya yang telah memberikan izin dan fasilitas
kepada kami untuk dapat meneliti di sekolah –sekolah tersebut.
6. Guru-Guru Matematika di SMP Negeri 1, SMP Negeri 34 , dan di SMP
Negeri 38 Medan, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dalam
observasi yang telah kami lakukan guna memperoleh data dibutuhkan
terkait penelitian ini
7. Murid, dan wali murid SMP Negeri 1, SMP Negeri 34, dan SMP Negeri
38 Medan sebagai responden angket dan wawancara dalam penelitian ini.
ii
8. Pihak-pihak terkait yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan sumbang saran sebagai penguat data primer maupun
sekunder.
Kami mendoakan semoga segala sesuatu yang telah bapak dan ibu berikan
demi kesempurnaan penelitian ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Kami
juga menyadari bahwa Laporan Tahun Terakhir ini masih jauh dari sempurna
baik dalam isi maupun sistematikanya yang kemungkinan besar belum dapat
mewakili apa yang telah kami lakukan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya saran dan masukan yang membangun bagi kesempurnaan
laporan ini, sehingga nantinya dapat menjadi pembelajaran bagi kami
kedepannya.
Medan, Oktober 2016
Ketua Peneliti
Akrim, S.PdI., M.Pd
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN ......................................................................................................... i
PRAKATA............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................11.2 Perumusan Masalah ............................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Buku Ajar dan Kurikulum 2013 ..........................................................5
2.2 Landasan Penyususnan Buku Ajar.......................................................6
2.3 Penulisan Buku Ajar MM Kurikulum..................................................7
2.4 Pengembangan Buku Ajar MM Integrasi Kompetensi Spiritual danSosial.................................................................................................10
2.5 Struktur Buku Ajar MM Integrasi Kompetensi Spiritual dan Sosial .13
2.6 Roadmap (Peta Jalan) Penelitian .......................................................15
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .........................................18
3.1 Tujuan Penelitian ...............................................................................18
3.2 Manfaat Penelitian .............................................................................18
BAB 4. METODE PENELITIAN.......................................................................20
4.1 Pendekatan Penelitian .......................................................................204.2 Prosedur Penelitian ...........................................................................204.3 Lokasi Penelitian...............................................................................224.4 Fish Bone ..........................................................................................234.5 Data dan Sumber Data .......................................................................25
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ...........................................26
5.1 Analisa Hasil Uji Coba Model Integrasi Kompetensi Spritual danSosial..................................................................................................26
5.2 Analisa Hasil Uji Coba Buku Ajar.....................................................305.3 Luaran Penelitian ...............................................................................49
iv
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................50
6.1 Kesimpulan .......................................................................................506.2 Saran .................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kompetensi Inti Matematika SMP kelas VII Kurikulum 2013 ...............8
Tabel. 5.1. Hasil Target Capaian............................................................................49
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran menurut Standar
Proses. .................................................................................................11
Gambar 2.2 Kolom “Renungkan” merupakan bentuk integrasi kompetensi
spiritual dan sosial ...............................................................................12
Gambar 2.3 Bagan Road Map Penelitian...............................................................17
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian.............................................................................22
Gambar 3.2 Bagan Fish bone penelitian ................................................................24
Gambar 5.1 Diagram Respon Siswa terhadap Materi Buku Ajar .........................32
Gambar 5.2 Diagram Respon Siswa terhadap Penyajian Buku Ajar ....................33
Gambar 5.3 Diagram Respon Siswa terhadap Bahasa dan Keterbacaannya Buku
Ajar MM .............................................................................................34
Gambar 5.4 Diagram Respon Siswa terhadap Suplemen Materi Buku Ajar MM
terkait kompetensi Spiritual dan Sosial..............................................35
Gambar 5.5 Diagram Respon Siswa Terhadap Aktivitas & Media Pembelajaran36
Gambar 5.6 Diagram Diagram Respon Siswa Terhadap Latihan dan Tugas........37
Gambar 5.7 Diagram Respon Siswa Terhadap Umpan Balik Buku Ajar MM......38
Gambar 5.8 Respon Guru Terhadap Tujuan Pembelajaran pada Buku Ajar MM.39
Gambar 5.9 Diagram Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM ....................40
Gambar 5.10 Diagram Respon Guru Terhadap Setting Pembelajaran ................41
Gambar 5.11 Diagram Respon Guru Terhadap Aktivitas dalam Buku Ajar MM ..42
Gambar 5.12 Respon Guru Terhadap Peran Siswa dalam Buku Ajar MM ...........44
Gambar 5.12 Respon Guru Terhadap Peran Guru dalam Buku Ajar MM.............45
Gambar 5.14 Diagram Respon Wali Murid terhadap Motivasi Belajar Siswa di
Rumah .................................................................................................46
Gambar 5.15 Diagram Respon Wali Murid terhadap Sikap di Rumah dan
Lingkungan..........................................................................................47
Gambar 5.16 Diagram Respon Wali Murid Terhadap Tata Bicara Siswa di Rumah
dan Lingkungan...................................................................................48
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Bukti penerimaan partisipasi sebagai presenter pada Seminar
Internasional
2. Draft Artikel Ilmiah
3. Lampiran Bukti Penyerahan Artikel ke Jurnal Internasional
4. Lampiran Bukti Penerimaan Artikel ke Jurnal Internasional
viii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum mengatur bagaimana pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas, oleh sebab itu kurikulum merupakan acuan bagi guru dalam
menentukan bahan pembelajaran dan metode yang sesuai yang dapat diterapkan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Demi meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia menjadi lebih baik, pemerintah telah melakukan beberapa pergantian
Kurikulum sesuai dengan realita situasi pendidikan yang ada. Hingga akhirnya
Pemerintah Indonesia mencetuskan kurikulum yang menekankan
penanaman nilai-nilai spiritual dan sosial pada diri peserta didik yaitu Kurikulum
2013.
Eksistensi Kurikulum 2013 tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya
pendukung lain. Kurikulum sendiri tidak boleh kaku dan tentunya membutuhkan
penafsiran, penjelasan, pemedomanan baik melalui petunjuk teknis, seminar,
lokakarya hingga buku ajar. Pembelajaran dan buku ajar merupakan dua hal yang
resiprokal (saling melengkapi). Pembelajaran akan berlangsung secara efektif jika
dilengkapi dengan salah satunya adalah buku ajar. Buku ajar dapat dirancang serta
digunakan dengan baik jika memperhatikan sejumlah prinsip dalam pembelajaran.
Kompenen pembelajaran terdiri atas peserta didik, pendidik atau pendidik, bahan
ajar, cara penyajian bahan ajar, dan asesmen (penilaian). Buku ajar yang baik
adalah buku ajar yang mampu merefleksikan kesatupaduan atas seluruh
komponen, sehingga bahan ajar, cara penyajian bahan ajar, dan asesmen
(penilaian) dapat dengan mudah ditelaah dan diimpelemntasikan, baik oleh
peserta didik maupun pendidik.
Selama ini prinsip mendasar yang mendapatkan perhatian besar adalah
bahan ajar. Perhatian yang besar terhadap materi dan penyampaiannya sesuai
dengan target, telah mengakibatkan buku ajar lebih mengutamakan hasil dan
melupakan proses. Buku ajar dibuat sedemikian rupa sebagai wadah bahan ajar
dihapalkan, sehingga kemampuan akhir yang dimiliki peserta didik hanya sebatas
kemampuan mengingat. Sering sekali konteks kehidupan dinafikan padahal murid
2
merupakan bagian dari elemen kehidupan masyarakat. Masalah terbesar atas
kesalahkaprahan rancang bangun buku ajar semacam ini adalah melupakan nilai
konteks dan permasalahan kehidupan yang selama ini gersang dikaitkan dengan
materi pembelajaran. Sebagai contoh permasalahan buang sampah sembarangan,
dan mubazir semestinya bisa dikikis dengan materi yang mengajarkan rasa syukur
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat (Kompetensi
Spritual). Kasus bullying (penggertakan) dikalangan siswa seharusnya mampu
diredam melalui materi ajar yang dikaitkan dengan sikap berbagi, toleran dan
kasih sayang (Kompetensi Sosial). Nilai-nilai kehidupan tersebut semestinya
disisipkan pada bahan ajar, pedoman skenario pembelajarannya serta
penilaiannya.
Selain daripada masalah diatas, ketika seorang peserta didik dihadapkan
pada masalah yang berbeda, peserta didik tidak mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dengan baik. Akhirnya, buku ajar yang dirancang
mengikuti prinsip ini hanya memperkuat anggapan bahwa belajar tentang,
misalnya matematika adalah belajar tentang matematika dan bukan belajar
matematika untuk menjadi manusia yang mampu berfikir logis, terukur dan
sistematis.
Pada hakikatnya, buku ajar merupakan media pembelajaran suatu disiplin
ilmu atau pengetahuan tertentu. Sebagai media, buku ajar harus berisikan bahan
ajar, cara penyajian bahan ajar, dan model asesmen (penilaian). Materi yang
dijadikan bahan ajar disajikan dengan cara tertentu, sehingga peserta didik
memiliki kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman, keterampilan, dan
perasaan sebagai refleksi atas kemampuan tersebut, peserta didik akan dapat
memecahkan persoalan-persoalan, baik yang diajukan dalam latihan maupun
persoalan dalam kehidupan nyata. Buku ajar juga harus mampu membantu
pendidik dalam meningkatkan cara mengajarnya, dan membantu mereka dalam
meningkatkan kemampuan peserta didik.
Idealnya seorang pendidik dianggap memiliki pengalaman mengajarkan
materi keilmuan tanpa buku ajar. Akan tetapi, cara demikian tidak akan
berlangsung lama. Banyak pendidik yang memiliki keterbatasan sejumlah hal
untuk menambah materi pelengkap, sehingga mau tidak mau mereka dalam
3
mengajar hanya mengandalkan buku ajar semata. Hal ini berarti buku ajar
merupakan media pembelajaran yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar.
Pada tahun pertama, penulis telah menemukan model integrasi kompetensi
spritual dan sosial kurikulum 2013 pada mata pelajaran Matematika dan juga draf
buku ajar Matematika kelas VII SMP. Perpaduan Kompetensi spritual dan sosial
dalam pembelajaran dapat diaplikasikan jika pendidik memilih pembelajaran yang
bersifat PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan) dengan memperhatikan kesesuaian dengan materi pelajaran.
Pengembangan buku ajar matematika kelas VII SMP dilakukan dengan
pendekatan Saintifik dengan lebih menekankan perpaduan nilai dengan
pengetahuan dan keterampilan pada materi pembelajaran, soal-soal latihan, dan
juga tugas projek. Selain itu, pada buku ajar tersebut juga terdapat kolom
“refleksi” dan “renungkan” yang dapat mengarahkan siswa untuk mengaitkan
materi yang dipelajari dengan nilai-nilai kehidupan.
Oleh karena itu, buku ajar yang telah dirancang, harus disusun seefektif
dan seefisien mungkin sehingga peserta didik dan pendidik terbantu dalam proses
belajar mengajar disiplin ilmu tertentu. Maka penelitian pada tahun kedua ini
difokuskan pada pengujicobaan draft buku ajar Matematika Kelas VII SMP
sehingga didapatkan buku ajar yang layak dan konstruktif dalam menghasilkan
output (luaran) pendidikan yang lebih baik tidak hanya dari segi kognitif
(pengetahuan) dan psikomotorik (keterampilan) tapi juga dari segi spiritual dan
sosial.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditetapkan rumusan masalah
dalam penelitian adalah:
1. Bagaimanakah efektifitas pola integrasi Kompetensi Spritual dan Sosial
Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Matematika di SMP setelah dirancang
pada penelitian tahun 2015?
2. Bagaimanakah efektifitas buku ajar yang mengintegrasi Kompetensi
4
Spritual dan Sosial Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Matematika di
SMP setelah disusun pada penelitian tahun 2015?
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kurikulum 2013 dan Buku Ajar
UNESCO (2004: 13) menyatakan bahwa “Curriculum is what is learned
and what is taught (context); how it is delivered (teaching- learning methods);
how it is assessed (exams, for example); and the resources used (e.g., books used
to deliver and support teaching and learning)”. Kurikulum adalah jantungnya
pendidikan dimana bahan, proses, isi dan tujuan pembelajaran ditentukan olehnya.
Sementara itu, buku ajar adalah jenis buku yang diperuntukan bagi peserta didik
sebagai bekal pengetahuan dasar, dan digunakan sebagai sarana belajar serta
dipakai untuk menyertai sebuah institusi pendidikan.
Buku ajar dirancang sesuai dengan kurikulum, namun hubungan ini tidak
bersifat kaku. Kurikulum tidak bersifat menentukan segala sesuatu. Kurikulum
masih memerlukan penafsiran, penjelasan, perincian, perlengkapan, pengayaan,
dan pemanduan terhadap kompetensi hasil belajar, indikator dan materi pokok.
Dalam penyusun buku ajar, seorang penulis perlu mempersiapkan silabus dan
metode pembelajaran, dan mempersiapkan bahan-bahan serta cara penyajiannya,
yang tidak dicantumkan dalam kurikulum. Fungsi kurikulum pada dasarnya
adalah sebatas Garis-garis Besar Haluan Pembelajaran (GBHP) yang bersifat
selalu berubah.
Oleh karena itu, penyusunan buku ajar harus didasarkan atas prinsip
dinamika kualitas atau prinsip perbaikan kualitas yang seimbang. Prinsip ini
merupakan jawaban atas sifat dinamis dari kurikulum. Begitu terjadi perubahan
kurikulum, buku ajar dapat disesuaikan dengan perubahan, dengan cara
merevisinya. Prinsip perbaikan kualitas berkelanjutan akan mendorong penulis
untuk selalu melakukan pengawasan kualitas dan perubahan secara bertahap atas
rancangan buku: isi, materi, soal, dan latihan dan sebagainya. Oleh karena itu,
dikenal adanya istilah buku ajar edisi revisi 1 dan 2 atau buku ajar edisi baru
dengan penambahan dan lain-lain.
6
Buku ajar menyediakan fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri, baik
tentang substansinya maupun tentang penyajiannya. Penggunaan buku ajar
merupakan bagian dari budaya buku, yang menjadi salah satu tanda masyarakat
maju. Dipandang dari proses pembelajaran, buku ajar mempunyai peran penting.
Jika tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan peserta didik memiliki
berbagai kompetensi, maka perancangan buku ajar harus memasukan sejumlah
prinsip yang dapat meningkatkan kompetensi yang hendak dimiliki peserta didik.
2.2 Landasan Penyusunan Buku Ajar
Penyusunan buku ajar yang baik adalah berlandaskan:
a) Landasan Keilmuan
Salah satu landasan penyusunan buku ajar adalah landasan keilmuan mata
pelajaran tertentu. Pernyataan yang harus diajukan ketika merancang buku ajar
adalah mata pelajaran berada diranah ilmu apa. Dengan mengetahui landasan
kelimuan, mudah bagi penulis untuk mengetahui cakupan serta susunan buku ajar
yang hendak ditulis.
Patokan keilmuan yang dikenal secara universal adalah patokan keilmuan
berpilar pada epistemologis, ontologis, dan aksiologis. Prinsip ketaatasasan
keilmuan dengan demikan juga akan terdapat pada buku ajar. Prinsip demikian
dirancang untuk menjawab: l) apa yang hendak dibahas, (2) mengapa penting
membahas, 3) bagaimana membahas dan menyajikan, dan 4) untuk siapa
pembahasan ditujukan. Berdasarkan pandangan diatas, buku ajar dirancang
berlandaskan sejumlah prinsip berikut.
1. Prinsip akar rumput: penentuan mata pelajaran dinilai dari disiplin
keilmuan yang diketahui, dikuasai, dan sangat dikuasai.
2. Prinsip kejelasan tujuan/ kebermaknaan: penentuan tujuan penulisan atau
perancangan buku ajar berdasarkan penentuan keunggulan kompetensi apa
yang hendak diraih.
3. Prinsip ketaatasasan keilmuan: Cetak biru buku ajar mengikuti patokan
keilmuan yang berpilar pada ontologis, eptistimologis, dan aksiologis.
Mencari jawaban atas pernyataan: Apa yang hendak dibahas, Mengapa
7
penting dibahas, Bagaimana membahas dan menyajikan, Untuk siapa
pembahasan ditujukan.
4. Prinsip diferensasi: penentuan sesuatu yang berbeda
5. Prinsip keotentikan
6. Prinsip standarisasi
7. Prinsip dinamika
8. Prinsip keseimbangan
9. Prinsip komunikatif:
b) Landasan Keterbacaan Materi dan Ketatabahasaan
Landasan selanjutnya adalah keterbacaan materi dan ketatabahasaan yang
digunakan. Hal hal yang harus dipahami dalam penyusunan buku ajar terkait
dengan bagaimana materi harus diolah agar memberikan kemudahan bagi peserta
didik untuk memahaminya, dan bagaimana panjang dan suasana kata, frasa,
kalimat, dan wacana tidak menyulitkan. Buku ajar yang memberi kemudahan
kepada peserta didik untuk memahaminya disebut sebagai buku ajar yang
mempunyai keterbacaan yang baik. Dengan demikian, penting sekali untuk
merancang buku ajar berbasis komunikatif.
2.3 Penulisan Buku Ajar Matematika
Proses penyusunan buku ajar mata pelajaran tertentu akan memulai
beberapa tahap sebagai berikut:
a. Telaah Kurikulum 2013
Sebelum merancang buku ajar, penulis mesti menelaah kurikulum
secermat mungkin sambil memberikan catatan atau tanda-tanda atas bahan yang
dianggap penting dan menarik perhatian. Secara umum, yang ditelaah dari
kurikulum adalah landasan filosofis yang dijadikan dasar dalam pengembangan
kurikulum. Landasan ini tercermin melalui pendekatan pembelajaran, tujuan
pendidikan, isi, prosedur, dan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, serta
sarana penilaian.
Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, keterampilan, dan pendidikan berkarakter. Siswa dituntut
8
untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta
memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Menurut Nasution (1995),
pembelajaran matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di
SMP dan MTs mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Matematika dapat digunakan untuk mengetahui gejala-gejala alam.
2. Dengan penggunaan metode matematika, segala sesuatu dalam
pengambilan keputusan dapat diperhitungkan.
3. Matematika penting sebagai sains untuk perkembangan budaya bangsa.
4. Matematika dapat digunakan dalam lapangan kerja.
5. Matematika dapat menyampaikan ide-ide secara benar, tepat dan jelas
kepada orang lain.
Dalam kurikulum 2013, pembelajaran matematika harus mengandung 4
kompetensi inti yaitu spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Penintegrasian kompetensi spiritual dan sosial kedalam mata pelajaran
matematika dianggap sulit dan tidak realistis oleh sebagian pihak termasuk oleh
guru pelajaran matematika karena nilai spiritual dan sosial tidak bisa dimasukkan
ke semua materi pembelajaran. Kompetensi inti mata pelajaran matematika kelas
VII SMP dideskripsikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Kompetensi Inti Matematika SMP kelas VII Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksisecara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauanpergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkanrasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budayaterkait fenomenna dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuaidengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudutpandang/ teori.
9
b. Penyusunan Silabus
Tahap berikutnya adalah menyusun silabus. Tahapan ini berguna dalam
membantu perancangan urutan sistematika setiap bab buku ajar. Adapaun
komponen yang harus dikembangkan dalam menyusun silabus adalah:
1. Kompetensi Inti,
2. Kompetensi dasar,
3. Materi pokok,
4. Pengalaman belajar,
5. Alokasi waktu, dan
6. Sumber belajar.
c. Pengorganisasian Buku
Organisasi buku ajar tetap mengikuti struktur tata tulis pada umumnya,
yakni diawali dengan pendahuluan, isi, dan penutup. Layaknya sebuah buku, buku
ajar merupakan suatu kesatuan yang bermakna. Kebermaknaan ini ditandai oleh
adanya ikatan organisasi. Oleh karena itu, pada awal naskah, buku ajar selalu
berisikan informasi umum tentang buku, tujuan umum yang hendak dioapai
setelah mempelajari buku, cara penggunaan, serta cara pengerjaan latihan dan
soal.
d. Pemilihan Materi
Pemilihan materi yang akan dibahas pada bab setiap buku ajar perlu
disesuaikan dengan kurikulum dengan ukuran- ukuran standar berikut ini:
1. Pemilihan materi standar sesuai dengan kurikulum,
2. Pemilihan materi ditinjau dari segi tujuan pendidikan,
3. Pemilihan materi ditinj au dari segi keilmuan,
4. Pemilihan materi dilihat dari relevansinya dengan perkembangan ilmu dan
teknologi.
e. Penyajian Materi
Penyajian materi merupakan panduan terhadap cara menyajikan materi
yang terdapat di dalam buku ajar. Unsur-unsur yang terdapat didalamnya adalah:
10
1. Tujuan pembelajaran,
2. Penahapan pembelajaran,
3. Menarik minat dan perhatian peserta didik,
4. Kemudahan dipahami,
5. Keaktifan peserta didik,
6. Hubungan bahan,
7. Norma, dan
8. Soal dan latihan 3
f. Penggunaan Bahasa dan Keterbacaan
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik, jelas, dan benar serta bahasa
ragam formal/ ilmiah dalam penyajian materi adalah keharusan. Bahasa yang baik
dan jelas adalah bahasa yang sesuai dengan keperluan komunikasi dalam bahasa
pembelajaran. Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah
kebahasaan. Bahasa ragam formal/ilmiah adalah bahasa yang sesuai dengan
suasana pembelajaran. Penggunaan bahasa yang baik, jelas, dan benar akan
mendorong kemampuan berbahasa yang baik dikalangan peserta didik, baik
secara lisan maupun tulisan. Selain masalah bahasa, keterbacaan ide atau materi
dapat diciptakan melalui penentuan ilustrasi yang beragam. Terkait dengan
ilustrasi, kita dapatkan media lain, seperti gambar, foto, warna, dan bahkan suara
untuk memperkuat ide yang disampaikan pada buku ajar. Untuk setiap materi
disetiap bab, selalu tersedia ilustras yang sesuai. Hindari penggunaan ilustrasi
yang tidak mendukug ide bahan ajar.
2.4 Pengembangan Buku Ajar Matematika Terintegrasi Kompetensi
Spiritual dan Sosial
Dengan adanya buku ajar, siswa dituntun untuk berlatih, berpraktik, atau
mencobakan teori-teori yang sudah dipelajari dari buku tersebut. Penulisan buku
ajar matematika kelas VII SMP dirancang oleh tim dengan menggunakan
pendekatan saintifik dan mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh BSNP
(Badan Standar Nasional Pendidikan) dengan mengikuti 3 aspek utama yaitu
11
kualitas kelayakan isi, kualitas kelayakan penyajian, kualitas kelayakan bahasa
dan keterbacaan. Kelayakan isi buku ajar lebih terkait pada apakah materi
mendukung tercapainya KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) dari
mata pelajaran tersebut. Selanjutnya materi yang disajikan mulai dari pengenalan
konsep, definisi, prosedur, tampilan output, contoh, kasus, latihan, sampai dengan
interaksi antar-konsep sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik dan sesuai
dengan yang diamanatkan oleh Kompetensi Dasar (KD).
Berikut ini panduan alur penulisan buku ajar berdasarkan temuan
penelitian tahun pertama:
Gambar 2.1 Alur Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran menurutStandar Proses.
Dalam rancangan buku ajar ini, dimasukkan berbagai nilai-nilai spritual
dan sosial yang terintegrasi dengan konpetensi pengetahuan dan keterampilan,
baik itu dalam soal-soal latihannya, maupun dalam penjelasan materinya. Selain
itu di buku ini, terdapat kolom Refleksi dan Renungkanlah yang dapat
menggiring siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan nilai-nilai
Perencanaan ProsesPembelajaran
- Silabus- Prinsip penyusunan silabus
- RPP- Prinsip penyusunan RPP
Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan Proses Pembelajaran
KegiatanPendahuluan
Kegiatan Inti Kegiatan Penutup
ProsesPembelajaran
Mengamati(rasa syukur,
teliti, dll)
Menalar
(logis,
kreatif,inovatif, dll)
Mengumpulkaninformasi
(sabar, teliti,kerja keras,mandiri, dll)
Menanya(ingin tahu,
percaya diri,dll)
Mengkomunikasikan
(sistematis,kreatif,
inovatif, dll)
12
kehidupan. Contoh soal yang mengintegrasikan kompetensi spritual dan sosial
kedalam kompetensi pengetahuan:
Nilai Spritual dan Sosial: Jujur dan bekerja sama
1. Seorang pedagang semangka yang jujur membeli 6 keranjang semangka.
Masing-masing keranjang berisi 25 buah semangka. Rata-rata berat satu
buah semangka 5 kg. Harga pembelian tiap keranjang Rp160.000,00.
Kemudian keranjang dibuka, ternyata 4% dari keseluruhan semangka itu
busuk. Sisanya kemudian dijual dengan harga Rp 1.500,00 per kilo. Untung
atau rugikah pedagang itu?
2. Tedy, Saleh dan Aris selalu bekerja sama menanam benih di kebun.
Setiap memasukkan benih ke dalam tiga lubang, Tedy merogoh kantong benih
di pinggangnya. Saleh merogoh kantongnya setiap mengisi 4 lubang,
sementara Aris merogoh kantongnya setelah mengisi 5 lubang. Jika pada
lubang petama mereka mengisi bersamaan setiap berapa lubangkah mereka
akan mengisi bersama lagi?
Contoh pengintegrasian nilai spritual dan sosial yang terdapat pada kolom
“renungkan” di bagian akhir materi dalam setiap Bab.
Gambar 2.2 Kolom “Renungkan” merupakan bentuk integrasi kompetensispiritual dan sosial
13
2.5 Struktur Buku Ajar Matematika Terintegrasi Kompetensi Spiritual dan
Sosial
Pada umumnya sebuah buku memiliki struktur yang standar dengan isinya
yang terdiri atas sampul, kata sambutan, kata pengantar, petunjuk buku, daftar isi,
daftar tabel dan gambar, indeks, hingga daftar pustaka. Buku ajar yang telah
dihasilkan pada penelitian tahun sebelumnya memiliki struktur dan karakteristik
yang berbeda dengan buku matematika lain. Kekhasan buku tersebut terletak pada
suplemen materi yang terkait dengan penanaman nilai spiritual dan sosial tanpa
meninggalkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Walaupun pada
prakteknya penanaman nilai spiritual dan sosial tadi bergantung pada
keterampilan guru dalam mengolah pembelajaran yang bermuatan nilai namun
kehadiran buku ini memperjelas dan mempertegas khazanah kompetensi spiritual
dan sosial. Berikut ini beberapa poin buku ajar matematika kelas VII SMP
terintegrasi kompetensi spitual dan sosial yang khas dari buku-buku lain.
1. Sampul dan Narasi Bab
Sampul bab disuguhkan dalam setiap bab dengan gambar atau ilustrasi
yang relevan dengan topik bab dan menariknya lagi dinarasikan sesuai
dengan konteks penggunaan topik matematika tersebut dengan kehidupan
sehari-hari. Hal ini bisa menumbuhkan sikap syukur, kreatif, ingin tahu
siswa dan lain-lain.
2. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar
Memang bagian ini serupa dengan buku ajar Kurikulum 2013 dari
kementerian pendidikan dan kebudayaan namun ditambahkan sedikit
dengan kata-kata yang menumbuhkan sikap khususnya pada pengalaman
belajar agar nilai tanggung jawab, bekerjasama, jujur dan sikap lainnya
tumbuh.
3. Peta Konsep dan Istilah Penting
Peta konsep merupakan bagian yang menjabarkan susunan materi berupa
diagram alur. Sedangkan Istilah Penting merupakan definisi operasional
terhadap istilah terkait dengan judul atau topik bab. Bagian buku ini
diharapkan dapat menumbuhkan sikap belajar sistematis, logis, kreatif dan
lain-lain.
14
4. Tugas Mandiri, Tugas Kelompok dan Tugas Proyek
Masing-masing tugas diberikan bobot kesulitan dan alokasi yang sesuai
dengan target pembelajaran agar murid terlatih dalam memcahkan
permasalahan matematika. Tugas Mandiri mendorong siswa bersikap
tanggungjawab secara individu, mandiri, dan tepat waktu. Tugas
kelompok menekankan pada sikap kerjasama, tanggung jawab terhadap
kelompok, solidaritas. Kemudian Tugas Proyek membiasakan siswa
bersikap kreatif, inovatif, disiplin, kerjasama dalam menciptakan hasil
karya keilmuan terkait matematika.
5. Wahana Diskusi, Cari Tahu, dan Renungkanlah
Bagian khas ini disisipkan di tempat yang berbeda dan kadang tidak
bersamaan akan tetapi masing-masing bagian bertujuan membentuk sikap
siswa. ‘Wahana Diskusi’ merupakan wadah tempat siswa saling bertukar
pendapat, berdiskusi dan berargummentasi terkait suatau problematika
topik matematika sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
menghargai pendapat, toleran, bersyukur dan lain sebagainya. ‘Cari
Tahu’ membangun kemandirian siswa dalam menemukan informasi lebih
tentang sebuah topik matematika sekaligus menanamkan nilai kreatif,
sabar dan lain-lain. Sedangkan ‘Renungkanlah’ mengajak siswa
merenungkan kebesaran Tuhan, bersyukur, bersimpati dan lain sebagainya
dengan paparan yang sesuai dengan konteks bhasan matematika tertentu.
6. Latihan, Uji Kompetensi, dan Portofolio
Sekilas latihan, uji kompetensi, dan portofolio merupakan hal biasa dan
lumrah terdapat dalam buku-buku lain namun perlu diketahui bahwa soal
yang disuguhkan pada siswa memiliki muatan spiritual dan sosial dengan
menyisipkan kata-kata bernilai baik dan positif. Sebagaimana dalam
contoh berikut:
Pak Umar mempunyai uang Rp. 250.000,00. Uang tersebut
dibelanjakan untuk membeli kemeja, sepatu, dan ikat pinggang
untuk disedekahkan kepada anak sekolah miskin. Jika untuk
membeli sepatu membutuhkan biaya 55%-nya, 15% untuk membeli
ikat pinggang, dan sisanya untuk membeli kemeja, tentukan: a.
15
Harga sepatu, b. Harga ikat pinggang, c. harga kemeja! (Bab 2:
Bilangan hal. 78)
Dalam soal tersebut terdapat kata yang bercetak tebal yang merupakan
nilai yang ingin ditumbuhkembangkan dalam proses pembelajaran
matematika. Ketika siswa membacanya mudah-mudahan siswa tersugesti
untuk melakukan tindakan bernilai karakter tersebut.
7. Ringkasan, Ingatlah dan Refleksi
Pada bagian ‘Ringkasan’ siswa diajak merangkum apa yang telah
dipelajari sehingga muncul sikap mawas diri, tanggung jawab, dan
sebagainya. Bagian ‘Ingatlah’ mengajak siswa mengingat bagian penting
dari pengetahuan yang didapat dalam buku maupun pengetahuan
sebelumnya yang merupakan pondasi dasar topik matematika tertentu dan
dikaitkan dengan topik yang sedang dibahas. Bagian ini akan memacu
siswa bersikap logis dan kritis mengaitkan pengetahuan sebelumnya.
Dalam bagian ‘Refleksi’ siswa dibimbing untuk memecahkan masalah
belajarnya dengan bercermin terhadap apa yang telah siswa dapat,
mengapa susah mengerjakan soal tertentu. Bagian ‘Refleksi’ juga
memberikan kesempatan pada siswa secara berani dan jujur meminta guru
mengulangi penjelasan bahasan topik matematika.
2.6 Roadmap (Peta Jalan) Penelitian
Sejak awal peluncurannya, Kurikulum 2013 telah banyak menuai kritikan
dimasyarakat. Banyak pihak yang meragukan keberhasilan kurikulum tersebut
mengingat belum matangnya persiapan guru maupun sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum tersebut. oleh sebab itu, penelitian tentang
bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di lapangan, akan sangat membantu
dalam menyempurkan kurikulum ini.
Beberapa penelitian terkait pelaksanaan kurikulum 2013 baru dimulai pada
2 tahun belakangan ini, mengingat Kurikulum ini sendiri baru diterapkan secara
serentak pada tahun ajaran 2014/ 2015. Surasa (2013) dalam penelitiannya tentang
pelaksanaan kurikulum 2013 pada pembelajaran Ekonomi di SMA, menyebutkan
bahwa dalam pengembangan komponen Kurikulum 2013, guru belum memiliki
16
kemampuan yang optimal untuk mengembangkan silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan acuan yang dipaparkan pada
kurikulum 2013.
Simorangkir (2014) yang meneliti tentang manajemen pembelajaran di
SMA menyatakan bahwa pembelajaran di SMA belum terlaksana sesuai dengan
acuan pelaksanaan pemerintah, dimana guru belum mampu mengimplementasikan
kurikulum 2013 dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.
Menurutnya, faktor penghambat dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah
kurangnya buku pegangan yang sesuai dari kurikulum 2013, kemampuan guru
yang belum optimal dalam menggunakan sumber belajar, media pembelajaran,
dan metode dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak
berjalan sesuai yang diharapkan.
Septiani (2014) yang mengkaji tentang kesiapan Implementasi Kurikulum
2013 di Madrasah Ibtidaiyah menyatakan bahwa kesiapan Madrasah Ibtidaiyah
melaksanakan kurikulum 2013 belum begitu optimal. Hal ini terlihat dari kepala
madrasah yang belum sepenuhnya siap dalam hal pembinaan artistik. Kesiapan
pendidik di madrasah ibtidaiyah juga belum sepenuhnya siap dalam hal kesiapan
pedagogik dan profesional. Sedangkan kesiapan sarana prasarana sudah cukup
baik karena hal ini dibuktikan dengan tercapainya kriteria yang telah ditentukan.
Sedangkan kesiapan keuangan belum sepenuhnya memadai dalam hal anggaran
untuk perangkat pembelajaran.
Ilmawati (2014) menemukan bahwa Implementasi Kurikulum 2013 pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti membawa dampak
baik dalam peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT. Dari
hasil penelitiannya, ditemukan bahwa pelaksanaan ibadah shalat fardlu peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari cenderung meningkat setelah diberlakukannya
kurikulum 2013.
Dari beberapa penelitian diatas, dapat diketahui bahwa secara garis besar
implementasi kurikulum 2013 belum berjalan dengan sempurna. Namun, untuk
penelitian tentang bagaimana pengintegrasian pendidikan karakter berupa
kompetensi Spritual dan Sosial pada mata pelajaran Matematika di SMP belum
pernah dilakukan sebelumnya. Tidak hanya itu, selama ini belum ada penelitian
17
yang mencoba mengembangkan model RPP, model pembelajaran, dan bank soal
yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam mengintegrasikan Kompetensi
Spiritual dan Sosial pada mata pelajaran matematika di SMP. Oleh sebab itu, hasil
dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
para pemangku kebijakan, pihak sekolah, dan guru dalam menyempurnakan
kurikulum 2013.
Berikut ini akan ditampilkan bagan roadmap penelitian:
Gambar 2.3 Bagan Road Map Penelitian
Surasa (2013)
Guru belum memiliki kemampuan yang optimaluntuk mengembangkan silabus dan RPP sesuaidengan acuan yang dipaparkan di kurikulum 2013.
Septiani (2014)
Guru belum mampu menggunakan sumber belajar,
media pembelajaran, dan metode pembelajaran
yang sesuai dengan kurikulum 2013.
Simorangkir (2014)
Kurangnya kesiapan kepala sekolah, guru, dansarana prasarana dalam pengimplementasianKurikulum 2013
Ilmawati (2014)
Implementasi Kurikulum 2013 membawa dampakbaik dalam peningkatan keimanan dan ketaqwaansiswa kepada Allah SWT
Penelitian tentang bagaimana pengintegrasian kompetensi Spritual danSosial pada mata pelajaran Matematika di SMP dalam proses perencanaan,pelaksanaan dan penilaian pembelajarannya belum pernah dilakukansebelumnya.
Penelitian Tahun I (2015)
1. Model Integrasi kompetensi Spritual dan Sosial pada mata pelajaranMatematika kelas VII SMP
2. Rancangan Buku Ajar Matematika kelas VII SMP
Penelitian Tahun II (2016)
uji coba dan finalisasi Model dan buku ajar matematika kelas VII SMP
18
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. untuk mengujicoba model integrasi kompetensi spiritual dan sosial yang
telah dirancang sehingga nantinya dapat diketahui kekurangannya dan
dilakukan perbaikan.
2. untuk mengujicoba buku ajar matematika kelas VII yang mengintegrasikan
kompetensi spiritual dan sosial yang telah disusun sehingga nantinya dapat
diketahui kekurangannya dan dilakukan perbaikan.
3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tahun sebelumnya menghasilkan produk yang dirancang
dengan melihat realita implementasi Kurikulum 2013 yang masih kurang tepat,
integrasi Kompetensi Spritual dan Sosial pada Kurikulum 2013 belum mengena.
Maka dihasilkanlah sebuah draft buku ajar Matematika Kelas VII SMP sebagai
jawaban dari permasalahan tersebut. Para peneliti membantu tenaga pendidik
Matematika SMP untuk lebih memadukan nilai-nilai sikap dalam pembelajaran
Matematika. Namun tentunya baik tidaknya sebuah buku ajar perlu dilakukan
pengujicobaan di sekolah-sekolah untuk mengetahui efektifitasnya.
Penelitian ini juga berkontribusi untuk dapat menghasilkan Buku Pedoman
yang diperuntukkan bagi guru matematika kelas VII SMP sehingga dapat
membantu guru dalam mengoptimalkan perannya untuk menanamkan kompetensi
spiritual dan sosial pada diri siswa melalui pembelajaran Matematika SMP.
Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam rangka menjadi solusi bagi persoalan tenaga pendidik maupun peserta
didik dalam menanamkan nilai, moral, budaya dan karakter bangsa melalui proses
pembelajaran khususnya pembelajaran Matematika di SMP. Perpaduan nilai
spiritual dan sosial kedalam ranah pengetahuan dan keterampilan membutuhkan
19
pemikiran dan ide yang konstruktif. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu
menjadi evaluasi baik bagi guru, kepala sekolah maupun pemerintah dalam
pengembangan pelaksanaan Kurikulum 2013.
20
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and
development) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk
pendidikan dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono, 2010). Produk
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pengintegrasian
kompetensi spritual dan sosial serta buku ajar matematika kelas VII SMP yang
isinya tidak hanya menekankan aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga
aspek spritual dan sosial. Penelitian pengembangan bersifat longitudinal (multi
years). Menurut Borg & Gall (2003), penelitian pengembangan adalah penelitian
yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang
digunakan dalam pendidikan. Penelitian pengembangan bukan untuk membuat
teori atau menguji teori melainkan untuk mengembangkan produk-produk yang
efektif untuk digunakan di sekolah.
4.2 Prosedur Penelitian
Secara keseluruhan, penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahun dengan
prosedur sebagai berikut:
Tahun I (telah dilaksanakan)
1. Tahap 1 (identifikasi masalah dan kebutuhan)
Pada tahap ini, Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Melakukan observasi di 3 SMP Negeri di kota Medan yang menerapkan
Kurikulum 2013 untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kurikulum
2013 disekolah-sekolah tersebut dan bagaimana pengintegrasian
Kompetensi Spritual dan Sosial Kurikulum 2013 pada mata pelajaran
matematika khususnya kelas VII mulai dari perencanaan
pembelajarannya, pelaksanaan pembelajarannya dan juga penilaiannya.
b. Mengumpulkan data terkait permasalahan (kendala) yang dihadapi oleh
guru terkait penerapan kurikulum 2013 terutama dalam memadukan
21
kompetensi spritual dan sosial dengan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan dalam pembelajaran matematika
c. Melakukan wawancara dengan siswa tentang tanggapan dan harapan
mereka mengenai pembelajaran matematika yang menggunakan
kurikulum 2013 .
d. Melakukan diskusi kelompok terarah (focus group discussion) dengan
guru tentang kemungkinan solusi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang mereka hadapi dalam
pengimplementasian Kurikulum 2013.
2. Tahap 2 (Desain Produk)
Tahap ini bertujuan untuk merancang model pembelajaran matematika
yang mampu memadukan kompetensi spritual dan sosial dengan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Adapun kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah:
a. menyusun model pengintegrasian kompetensi spritual dan sosial
dengan kompetensi pengetahuan dan keterampilan pada mata
pelajaran matematika kelas VII SMP
b. menyusun rencana pembelajaran matematika dengan menekankan
pencapaian kompetensi spritual dan sosial pada diri siswa
c. merancang buku ajar matematika yang isinya mendukung
pencapaian kompetensi spiritual dan sosial
3. Tahap 3 (validasi produk)
Pada tahap ini, produk yang telah dirancang selanjutnya
dikonsultasikan dengan beberapa ahli (experts) yang menguasai
permasalahan pembelajaran matematika. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan masukan atau evaluasi terkait produk tersebut sehingga
layak untuk digunakan. Adapun para ahli yang turut menilai rancangan
buku ajar yang telah disusun oleh tim peneliti adalah beberapa dosen
matematika yang berasal dari fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
UMSU.
22
Tahun Kedua (sedang dilaksanakan)
1. Tahap 1 (Ujicoba Lapangan)
Untuk menguji efektivitas dari model pengintegrasian kompetensi
spritual dan sosial serta buku ajar matematika yang telah dikembangkan
pada tahun sebelumnya, maka dilakukanlah ujicoba pemakaian buku
tersebut pada siswa kelas VII SMP di kota Medan.
2. Tahap 2 (Analisis dan Revisi II)
Dari hasil ujicoba yang dilakukan di sekolah-sekolah, maka
dilakukan analisis terhadap respon guru dan siswa terkait model
pengintegrasian kompetensi spritual dan sosial dalam pembelajaran
matematika serta buku ajar tersebut. Apabila ada kekurangan dari model
dan buku ajar tersebut, maka keduanya akan direvisi kembali hingga
menghasilkan model dan buku ajar yang benar-benar teruji.
Prosedur penelitian dapat dilihat pada pada Gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
4.3 Lokasi Penelitian
Penelitian yang difokuskan pada integrasi kompetensi spritual dan sosial
(Kompetensi Inti I dan II) pada mata pelajaran matematika di SMP kelas VII
berlokasi di 3 SMP Negeri kota Medan dalam rangka mengamati pengintegrasian
kedua kompetensi tersebut pada mata pelajaran Matematika SMP khususnya pada
kelas VII. Karena telah mendapat surat Dinas Pendidikan Kota Medan dan atas
Identifikasi masalahdan kebutuhan
DesainProduk
Validasiproduk
Revisi Produk (I)
Uji coba dilapangan
Revisi Produk (II)Produk yangteruji
23
permintaan kami bahwa penelitian dapat berlangsung lebiah dari satu tahun maka
tim peneliti melanjutkan penelitian ini di 3 SMP yang telah secara jelas
melaksanakan Kurikulum 2013. Apabila terdapat beberapa SMP Negeri Kota
Medan yang pada tahun 2016 ini menyatakan menggunakan Kurikulum 2013,
maka peneliti tetap melanjutkan Ujicoba Model dan Buku Ajar hanya di SMP
Negeri berikut antara lain:
1. SMP Negeri 1 Medan beralamat di Jl Bunga Asoka No. 6 Medan Selayang
2. SMP Negeri 34 Medan beralamat di Jl. Brigjen M.Zein Hamid Gg.
Perbatasan Baru Medan Maimun
3. SMP Negeri 38 Medan beralamat di Jl. Marelan VII No. 99 Medan
Marelan
4.4 Fish Bone
Penelitian ini dilakukan selama 2 tahun dimana pada tahun pertama, peneliti
melakukan investigasi terhadap permasalahan yang terjadi dilapangan terkait
pelaksanaan kurikulum 2013 terutama terkait dengan bagaimana guru
menuangkan kompetensi spritual dan sosial pada pembelajaran matematika kelas
VII SMP. Hasil investigasi tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk merancang
pola integrasi kompetensi spritual dan sosial pada mata pelajaran matematika
kelas VII SMP dalam proses perencanaannya, proses pembelajarannya dan juga
penilaiannya. Selain itu, dilakukan juga pengembangan terhadap buku ajar
matematika yang isi didalamnya mendukung teritegrasinya kompetensi spritual
dan sosial dengan kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Pada tahun kedua,
dilakukan ujicoba terhadap buku ajar yang telah dikembangkan pada tahun I untuk
melihat efektivitas dari buku tersebut.
Berikut ini ditampilkan diagram alir penelitian (Fish bone):
24
Gambar 3.2 Bagan Fish bone penelitian
- Model IntegrasiKompetensispiritual dansosial
- Buku ajarMatematikakelas VII
LembarPenilaian
PelaksanaanKurikulum
Observasi terhadapSumber Daya
Analisis ProsesPelaksanaan Kurikulum
Analisis Bahan
Analisiskelemahan dankendala
Perancangan Modeldan Draf Buku ajar
Penilaian Efektifitas Model danBuku Ajar
Kepala Sekolah
Guru
Siswa
Perencanaanpembelajaran
PelaksanaanPembelajaran
Penilaianpembelajaran
Modelpembelajaran
RPP
Tahun I Tahun I Tahun I
Tahun I Tahun I Tahun II
Revisi I
Publikasi
Evaluasidan refleksi
ValidasiRevisi II
Uji coba dilapangan
Sumberdaya
25
4.5 Data dan Sumber Data
Data pada penelitian ini adalah bentuk pengamatan pelaksanaan ujicoba
buku ajar, angket, wawancara, dan penilaian kompetensi spritual dan sosial yang
dikorelasikan dengan perubahan tingkah laku siswa menjadi lebih baik setelah
mengikuti pembelajaran berbasis Kurikulum 2013. Data tersebut diperoleh
melalui observasi dan angket. Selain itu peneliti juga menggunakan responden
sebagai sumber data, penentuan responden didasarkan pada pendapat Spradley
(1980) yang menyatakan bahwa responden adalah mereka yang terlibat langsung
dalam aktivitas yang menjadi objek penelitian. Responden dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan kebutuhan si peneliti untuk mendapatkan informasi
mengenai penerapan Kurikulum 2013 yakni guru sebanyak 6 orang, murid
sebanyak 60 orang, dan wali murid sebanyak 24 orang. Data yang diperoleh
menjadi dasar revisi, evaluasi, dan finalisasi Buku Ajar Matematika untuk kelas
VII SMP.
26
BAB 5
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Semua data yang telah didapatkan dari penelitian ini kemudian dianalisis
dan dijadikan acuan atau tolok ukur dalam penyempurnaan buku. Analisis data
dari laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
5.1 Analisa Hasil Uji Coba Model Integrasi Kompetensi Spritual dan Sosial
5.1.1 Perencanaan Pembelajaran
Sesuatu yang terencana dengan baik maka akan menghasilkan yang baik
pula begitu juga sebuah proses pembelajaran di sekolah sebagai pabrik yang
menghasilkan sebuah luaran manusia yang terdidik. Maka perlu direncanakan
bahan atau materi pembelajaran yang diterapkan, kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan, indikator pencapaian kompetensi yang dicantumkan, penilaian yang
berlakukan, alokasi waktu yang dipaki, dan sumber belajar yang dirumuskan
dalam silabus. Agar komponen tersebut juga memfasilitasi terjadinya
pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan nilai-nilai, maka
perlu dilakukan adaptasi terhadap komponen kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, dan teknik penilaian dari silabus. Penambahan dan/atau
modifikasi kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian serta teknik penilaian
dalam silabus harus memperhatikan kesesuaiannya dengan Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan.
Perpaduan nilai spiritual dan sosial perlu difasilitasi dan dikembangkan
sejak proses pembelajaran dirancang melalui RPP. Guru-guru telah berkomitmen
untuk menambahkan unsur nilai spiritual dan atau sosial dalam RPP mereka
sebagaimana terdeskripsi sebagai berikut:
1) Telah menambah atau memodifikasi kegiatan pembelajaran pada RPP,
dengan membubuhkan kata-kata yang mengandung nilai spiritual dan
sosial dalam tiap kegiatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran
yang didesain bernuansa mengembangkan kompetensi spiritual dan sosial.
2) Telah menyesuaikan indikator pencapaian kompetensi pada RPP terutama
pada indikator Kompetensi Dasar yang terkait pengetahuan dan
27
keterampilan, sehingga memastikan indikator tersebut terintegrasi dengan
pencapaian kompetensi spiritual dan sosial.
3) Telah mengadaptasi dan mengembangkan teknik penilaian pada RPP baik
dengan pengamatan, penilaian sendiri, penilaian antar teman maupun
dengan jurnal secara konsisten untuk mengembangkan dan/atau mengukur
perkembangan kompetensi spiritual dan sosial siswa.
5.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan
Rangkaian kegiatan yang telah dicantumkan untuk menanamkan dan
mengembangkan nilai spiritual dan sosial antara lain seperti berikut ini.
1) Guru masuk ruang kelas tepat waktu (kedisiplinan);
2) Ketika guru masuk ruang kelas, mengucapkan salam dengan ramah
kepada siswa (santun, kepedulian);
3) Berdoa sebelum memulai pelajaran dan mendoakan siswa lain yang
sedang sakit agar lekas sembuh (kereligiusan, kepedulian);
4) Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (kedisiplinan);
5) Memberikan teguran kepada siswa yang terlambat dengan sopan
(kedisiplinan, santun dan kepedulian)
6) Mengaitkan materi/ kompetensi yang akan dipelajari dengan nilai-nilai
spiritual dan sosial yang sesuai.
7) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Guru matematika telah menggunakan metode
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran,
28
yang dapat meliputi proses:
a. Mengamati. Dalam kegiatan mengamati, guru:
1) meminta peserta didik secara mandiri untuk melihat dan mendengar
baik media visual, audio maupun audiovisual tentang topik/tema
materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang (belajar dari alam yang selalu mengajarkan kearifan)
dengan memuji ciptaan tuhan, bersyukur atas sempurnyanya
cipataannya (religious, bersyukur, mandiri, berfikir logis, kreatif,
ingin tahu);
b. Menanyakan. Dalam kegiatan menanyakan, guru:
2) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dengan sopan dan tertib (ingin tahu, kerja sama, saling
menghargai);
c. Mengumpulkan informasi. Dalam kegiatan mengumpulkan
informasi, guru:
3) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis (kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun);
4) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (kreatif, percaya diri, kritis);
5) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah,
proyek, penelusuran, penemuan (kerjasama, saling menghargai,
tanggung jawab);
d. Menalar. Dalam kegiatan menalar, guru:
6) memfasilitasi siswa menganalisis pola matematika dengan cermat
terkait dengan permasalahan sehari-hari (teliti, kreatif, kerja keras,
percaya diri).
e. Mengkomunikasikan. Dalam kegiatan mengkomunikasikan, guru:
7) memfasilitasi siswa menyajikan secara tertulis atau lisan dengan
tanggung jawab dan percaya diri terhadap hasil pembelajaran, apa
yang telah dipelajari, keterampilan atau materi yang masih perlu
29
ditingkatkan, atau strategi atau konsep baru yang ditemukan
berdasarkan apa yang dipelajari. (tanggung jawab, percaya diri,
kerjasama).
8) memfasilitasi siswa memberikan tanggapan hasil presentasi dengan
santun dan saling menghargai meliputi tanya jawab untuk
mengkonfirmasi, sanggahan dan alasan, memberikan tambahan
informasi, atau melengkapi informasi ataupun tanggapan lainnya.
(santun, rasa hormat, berfikir kritis).
c. Kegiatan penutup
Untuk kegiatan penutup, hal-hal yang perlu diperhatikan agar
internalisasi nilai spiritual dapat lebih intensif sebagai berikut:
a. Selain kesimpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, siswa
agar difasilitasi untuk mendapat pelajaran moral yang berharga,
yang dipetik dari pengetahuan/ keterampilan dan/atau proses
pembelajaran yang telah dilaluinya.
b. Umpan balik yang terkait dengan produk maupun proses harus
menyangkut baik kompetensi maupun karakter dan dimulai dengan
aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa untuk
menumbuhkan kemandirian.
c. Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling
menghargai karya orang lain dan rasa percaya diri.
d. Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun kelompok diberikan dalam rangka tidak
hanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual tetapi
juga kepribadian.
e. Berdoa pada akhir pelajaran
5.1.3 Penilaian Pembelajaran
Pengukuran hasil belajar matematika dapat dilakukan dengan instrumen
tes dan nontes. Penilaian terhadap penguasaan konsep matematika dilakukan
melalui instrumen tes dan diberikan skor sesuai dengan bentuknya. Instrumen
30
tes digunakan mengukur aspek pengetahuan atau keterampilan. Sebagaimana telah
diungkapkan pada penelitian sebelumnya bahwa dalam proses penilaian hasil
belajar siswa, guru dituntut untuk membuat instrumen penilaian yang meliputi 4
kompetensi yaitu kompetensi spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Namun kenyataannya, untuk menilai kompetensi spritual dan sosial, guru hanya
menggunakan teknik observasi tanpa membuat rubrik penilaian yang jelas,
sehingga perkembangan nilai-nilai spritual dan sosial pada diri siswa tidak dapat
terlihat secara objektif.
Dengan diskusi dan pendampingan yang dilakukan kepada guru
matematika SMP Kota Medan maka guru telah memaklumi pencantuman
instrumen non tes yang dapat berupa lembar pengamatan yang digunakan oleh
guru (pengamat) atau angket isian untuk siswa. Butir-butir pernyataan pada
lembar pengamatan atau angket isian disusun berdasarkan indikator-indikator dari
nilai karakter yang akan diungkap. Adapun teknik penilaian yang dapat dipakai
untuk mengetahui perkembangan karakter adalah pengamatan atau observasi,
penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri dan jurnal.
Pada prinsipnya guru telah mengaplikasikan model integrasi kompetensi
spiritual dan sosial yang telah dihasilkan pada penelitian sebelumnya ditambah
dengan pendampingan sehingga setelah diamati dari proses perencanaan,
pelakasanaan, dan penilaian pembelajarannya memudahkan guru dalam
menjalankan kurikulum 2013 yang mengamanatkan untuk memasukkan nilai
spiritual dan sosial secara integratif dengan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan. Namun perlu terus dilakukan diskusi dan kajian lanjut untuk terus
menyempurnakan pola atau model yang telah dikembangkan secara bersama.
5.2 Analisa Hasil Uji Coba Buku Ajar
Untuk mendapatkan buku ajar yang representatif dan dapat digunakan
dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII, maka dilakukan analisa ujicoba
buku ajar Matematika Kelas VII. Analisa dilakukan untuk menentukan ketepatan
dan kesesuaian buku ajar dengan kebutuhan siswa, guru, maupun wali siswa.
Analisa ini diperoleh dari siswa, wali murid, dan guru. Analisa kebutuhan
dilaksanakan melalui penggunaan instrumen. Sebagai landasan untuk melakukan
31
perancangan dan pengembangan dalam pembuatan buku ajar matematika SMP
kelas VII, hasil analisis instrumen buku ajar dari siswa, guru, dan wali murid di
SMP sangat diperlukan sebagaimana dijabarkan pada sub judul berikut.
5.1.1 Siswa
Data mengenai analisa tanggapan siswa sebanyak 60 orang di 3 SMP
Negeri Kota Medan dengan rincian masing-masing 20 siswa diminta
respon mereka mengenai buku ajar yang tepat untuk memenuhi keinginan
mereka sebagian besar diperoleh melalui jawaban-jawaban dalam kuesioner
dapat dilihat dalam lampiran dan dijabarkan sebagai berikut:
5.1.1.1 Materi
Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuesioner, dapat
disimpulkan bahwa 80% siswa SMP dari 60 siswa responden menyatakan
materi buku Matematika SMP dari hasil penelitian ini layak untuk
menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan. Selanjutnya, 13,33%
siswa atau 8 orang memilih materi yang lama karena mereka merasa
belum menguasai materi tersebut dengan cukup baik. Sisanya, 6,67%
tidak menyukai materi baru karena mereka belum begitu menguasai materi
yang lama. Hal ini tercermin pada diagram di bawah ini:
32
Gambar 5.1 Diagram Respon Siswa terhadap Materi Buku Ajar
5.1.1.2 Penyajian
Sehubungan dengan penyajian materi di dalam buku ajar, berdasarkan
hasil kuesioner terdapat 76,67% atau 46 siswa SMP menyukai lay out (tata
letak) dan sajian yang benar-benar baru bagi mereka. Penyajian dalam buku
tersebut dirasa memberikan wawasan dan pengetahuan yang kontekstual
dengan kehidupan mereka. Selain itu, penyajian baru terasa lebih
menyenangkan dan mengasyikkan untuk mereka pelajari. Namun ada
23,33% atau 14 siswa yang menyatakan bahwa lebih baik menggunakan
penyajian yang lama supaya mudah diingat. Tanggapan siswa tentang
penyajian ini dideskripsikan pada diagram di bawah ini:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
80%
Buku baruLayak
Respon Siswa Terhadap Buku Ajar MM
32
Gambar 5.1 Diagram Respon Siswa terhadap Materi Buku Ajar
5.1.1.2 Penyajian
Sehubungan dengan penyajian materi di dalam buku ajar, berdasarkan
hasil kuesioner terdapat 76,67% atau 46 siswa SMP menyukai lay out (tata
letak) dan sajian yang benar-benar baru bagi mereka. Penyajian dalam buku
tersebut dirasa memberikan wawasan dan pengetahuan yang kontekstual
dengan kehidupan mereka. Selain itu, penyajian baru terasa lebih
menyenangkan dan mengasyikkan untuk mereka pelajari. Namun ada
23,33% atau 14 siswa yang menyatakan bahwa lebih baik menggunakan
penyajian yang lama supaya mudah diingat. Tanggapan siswa tentang
penyajian ini dideskripsikan pada diagram di bawah ini:
13,33% 6,67%
Buku lamalebih layak
buku baru tidaklayak
Respon Siswa Terhadap Buku Ajar MM
Jumlah Siswa
32
Gambar 5.1 Diagram Respon Siswa terhadap Materi Buku Ajar
5.1.1.2 Penyajian
Sehubungan dengan penyajian materi di dalam buku ajar, berdasarkan
hasil kuesioner terdapat 76,67% atau 46 siswa SMP menyukai lay out (tata
letak) dan sajian yang benar-benar baru bagi mereka. Penyajian dalam buku
tersebut dirasa memberikan wawasan dan pengetahuan yang kontekstual
dengan kehidupan mereka. Selain itu, penyajian baru terasa lebih
menyenangkan dan mengasyikkan untuk mereka pelajari. Namun ada
23,33% atau 14 siswa yang menyatakan bahwa lebih baik menggunakan
penyajian yang lama supaya mudah diingat. Tanggapan siswa tentang
penyajian ini dideskripsikan pada diagram di bawah ini:
Jumlah Siswa
33
Gambar 5.2 Diagram Respon Siswa terhadap Penyajian Buku Ajar
5.1.1.3 Bahasa dan Keterbacaan
Mengenai kaidah tata bahasa, penggunaan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan), penggunaan istilah, simbol, dan ikon di dalam buku ajar
serta keterbacaan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa 86,66% siswa
SMP atau 52 siswa menyukai tata bahasa dan keterbacaannya. Menurut
mereka, dengan adanya deskripsi awal disertai dengan gambar terkait topik
pada tiap Bab membuat buku ajar terlihat lebih kontekstual dan aplikatif,
dan menggiring siswa pada pemahaman. Namun, sebanyak 6,67% siswa
atau 4 siswa merasa tata bahasa dan keterbacaannya membingungkan, jadi
mereka tidak menyukainya. Sementara itu, 6,67% siswa menyatakan tidak
penting tata bahasa dengan materi matematika karena menurut mereka
matematika adalah ilmu hitung yang abstrak dan tak pasti. Hal ini
tergambar pada diagram berikut ini:
05
101520253035404550
76,67%
positif danmenumbuhkan
sikap
33
Gambar 5.2 Diagram Respon Siswa terhadap Penyajian Buku Ajar
5.1.1.3 Bahasa dan Keterbacaan
Mengenai kaidah tata bahasa, penggunaan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan), penggunaan istilah, simbol, dan ikon di dalam buku ajar
serta keterbacaan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa 86,66% siswa
SMP atau 52 siswa menyukai tata bahasa dan keterbacaannya. Menurut
mereka, dengan adanya deskripsi awal disertai dengan gambar terkait topik
pada tiap Bab membuat buku ajar terlihat lebih kontekstual dan aplikatif,
dan menggiring siswa pada pemahaman. Namun, sebanyak 6,67% siswa
atau 4 siswa merasa tata bahasa dan keterbacaannya membingungkan, jadi
mereka tidak menyukainya. Sementara itu, 6,67% siswa menyatakan tidak
penting tata bahasa dengan materi matematika karena menurut mereka
matematika adalah ilmu hitung yang abstrak dan tak pasti. Hal ini
tergambar pada diagram berikut ini:
23,33% 0%
positif danmenumbuhkan
sikap
kurang positifdan tidak
menimbulkansikap
tidak peduli
33
Gambar 5.2 Diagram Respon Siswa terhadap Penyajian Buku Ajar
5.1.1.3 Bahasa dan Keterbacaan
Mengenai kaidah tata bahasa, penggunaan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan), penggunaan istilah, simbol, dan ikon di dalam buku ajar
serta keterbacaan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa 86,66% siswa
SMP atau 52 siswa menyukai tata bahasa dan keterbacaannya. Menurut
mereka, dengan adanya deskripsi awal disertai dengan gambar terkait topik
pada tiap Bab membuat buku ajar terlihat lebih kontekstual dan aplikatif,
dan menggiring siswa pada pemahaman. Namun, sebanyak 6,67% siswa
atau 4 siswa merasa tata bahasa dan keterbacaannya membingungkan, jadi
mereka tidak menyukainya. Sementara itu, 6,67% siswa menyatakan tidak
penting tata bahasa dengan materi matematika karena menurut mereka
matematika adalah ilmu hitung yang abstrak dan tak pasti. Hal ini
tergambar pada diagram berikut ini:
Jumlah Guru
34
Gambar 5.3 Diagram Respon Siswa terhadap Bahasa dan Keterbacaannya Buku
Ajar MM
Penggunaan simbol, tanda baca juga sangat penting dalam mengurai
materi sehingga keberadaannya dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan suatu kasus matematika dengan sederhana.
5.1.1.4 Suplemen Materi Terkait Kompetensi Spritual dan Sosial
Saat membicarakan suplemen di dalam buku ajar, dari hasil kuesioner
terlihat bahwa 80% atau 48 dari 60 siswa SMP menyukai adanya bagian
buku yang menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari Tahu’,
‘Ingatlah’, ‘Tugas Proyek’ dan ‘Refleksi’ secara umum mereka mendapat
pencerahan akan pentingnya memiliki nilai-nilai spiritual dan sosial dalam
hidup. Makna tanggung jawab, mandiri, jujur maupun bersyukur bisa
mereka selami sambil belajar dengan buku tersebut. Menurut mereka, hal
tersebut memberikan wawasan dan pengetahuan baru, dapat menguji
kemampuan, dan membuat buku tampak lebih bervariasi sehingga tidak
membosankan, dan membuat otak mereka untuk berfikir. Namun, ada
13,33% atau 8 siswa yang tidak setuju dengan hal tersebut. Mereka merasa
0
10
20
30
40
50
60
86,66%
suka denganbahasanya
34
Gambar 5.3 Diagram Respon Siswa terhadap Bahasa dan Keterbacaannya Buku
Ajar MM
Penggunaan simbol, tanda baca juga sangat penting dalam mengurai
materi sehingga keberadaannya dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan suatu kasus matematika dengan sederhana.
5.1.1.4 Suplemen Materi Terkait Kompetensi Spritual dan Sosial
Saat membicarakan suplemen di dalam buku ajar, dari hasil kuesioner
terlihat bahwa 80% atau 48 dari 60 siswa SMP menyukai adanya bagian
buku yang menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari Tahu’,
‘Ingatlah’, ‘Tugas Proyek’ dan ‘Refleksi’ secara umum mereka mendapat
pencerahan akan pentingnya memiliki nilai-nilai spiritual dan sosial dalam
hidup. Makna tanggung jawab, mandiri, jujur maupun bersyukur bisa
mereka selami sambil belajar dengan buku tersebut. Menurut mereka, hal
tersebut memberikan wawasan dan pengetahuan baru, dapat menguji
kemampuan, dan membuat buku tampak lebih bervariasi sehingga tidak
membosankan, dan membuat otak mereka untuk berfikir. Namun, ada
13,33% atau 8 siswa yang tidak setuju dengan hal tersebut. Mereka merasa
6,67% 6,67%
suka denganbahasanya
tidak sukadengan
bahasanya
tidak pedulidengan
bahasanya
34
Gambar 5.3 Diagram Respon Siswa terhadap Bahasa dan Keterbacaannya Buku
Ajar MM
Penggunaan simbol, tanda baca juga sangat penting dalam mengurai
materi sehingga keberadaannya dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan suatu kasus matematika dengan sederhana.
5.1.1.4 Suplemen Materi Terkait Kompetensi Spritual dan Sosial
Saat membicarakan suplemen di dalam buku ajar, dari hasil kuesioner
terlihat bahwa 80% atau 48 dari 60 siswa SMP menyukai adanya bagian
buku yang menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari Tahu’,
‘Ingatlah’, ‘Tugas Proyek’ dan ‘Refleksi’ secara umum mereka mendapat
pencerahan akan pentingnya memiliki nilai-nilai spiritual dan sosial dalam
hidup. Makna tanggung jawab, mandiri, jujur maupun bersyukur bisa
mereka selami sambil belajar dengan buku tersebut. Menurut mereka, hal
tersebut memberikan wawasan dan pengetahuan baru, dapat menguji
kemampuan, dan membuat buku tampak lebih bervariasi sehingga tidak
membosankan, dan membuat otak mereka untuk berfikir. Namun, ada
13,33% atau 8 siswa yang tidak setuju dengan hal tersebut. Mereka merasa
Jumlah Siswa
35
bahwa tambahan materi seperti ‘Renungkanlah’ dan lain-lain diatas terasa
susah dan tidak sesuai dengan kemampuan mereka sehingga membuat
mereka tidak percaya diri. Sementara itu, 6,67% atau 4 siswa tidak
mempermasalahkan adanya suplemen tambahan terkait kompetensi spiritual
dan sosial. Berikut diagram yang menampilkan tanggapan siswa tentang
suplemen materi terkait kompetensi spiritual dan social:
Gambar 5.4 Diagram Respon Siswa terhadap Suplemen Materi Buku Ajar MM
5.1.1.6 Aktifitas dan Media Pembelajaran
Sehubungan dengan materi yang terdapat banyak interaksi di dalam
kelas untuk membantu pembelajaran, sebanyak 75% siswa menyatakan
setuju terhadap hal itu. Menurut mereka, materi tersebut akan membuat
mereka bisa saling berdiskusi, mengenal satu sama lain, bertukar informasi,
dan memberikan kesempatan untu bertanya. Sedangkan 23,67% siswa
menyatakan tidak setuju karena mereka lebih suka dengan penjelasan guru
dan belajar di luar kelas. Sementara itu, 1,33% siswa menyatakan terkadang
setuju dan terkadang tidak setuju tergantung kondisinya. Respon pada
aktifitas dan media pembelajaran tersebut terdeskripsi dalam diagram
dibawah ini:
05
101520253035404550
80%
Setujuberpengaruh
35
bahwa tambahan materi seperti ‘Renungkanlah’ dan lain-lain diatas terasa
susah dan tidak sesuai dengan kemampuan mereka sehingga membuat
mereka tidak percaya diri. Sementara itu, 6,67% atau 4 siswa tidak
mempermasalahkan adanya suplemen tambahan terkait kompetensi spiritual
dan sosial. Berikut diagram yang menampilkan tanggapan siswa tentang
suplemen materi terkait kompetensi spiritual dan social:
Gambar 5.4 Diagram Respon Siswa terhadap Suplemen Materi Buku Ajar MM
5.1.1.6 Aktifitas dan Media Pembelajaran
Sehubungan dengan materi yang terdapat banyak interaksi di dalam
kelas untuk membantu pembelajaran, sebanyak 75% siswa menyatakan
setuju terhadap hal itu. Menurut mereka, materi tersebut akan membuat
mereka bisa saling berdiskusi, mengenal satu sama lain, bertukar informasi,
dan memberikan kesempatan untu bertanya. Sedangkan 23,67% siswa
menyatakan tidak setuju karena mereka lebih suka dengan penjelasan guru
dan belajar di luar kelas. Sementara itu, 1,33% siswa menyatakan terkadang
setuju dan terkadang tidak setuju tergantung kondisinya. Respon pada
aktifitas dan media pembelajaran tersebut terdeskripsi dalam diagram
dibawah ini:
13,33% 6,67%
Setujuberpengaruh
tidak setujuberpengaruh
tidak pedulidengan
pengaruhnya
35
bahwa tambahan materi seperti ‘Renungkanlah’ dan lain-lain diatas terasa
susah dan tidak sesuai dengan kemampuan mereka sehingga membuat
mereka tidak percaya diri. Sementara itu, 6,67% atau 4 siswa tidak
mempermasalahkan adanya suplemen tambahan terkait kompetensi spiritual
dan sosial. Berikut diagram yang menampilkan tanggapan siswa tentang
suplemen materi terkait kompetensi spiritual dan social:
Gambar 5.4 Diagram Respon Siswa terhadap Suplemen Materi Buku Ajar MM
5.1.1.6 Aktifitas dan Media Pembelajaran
Sehubungan dengan materi yang terdapat banyak interaksi di dalam
kelas untuk membantu pembelajaran, sebanyak 75% siswa menyatakan
setuju terhadap hal itu. Menurut mereka, materi tersebut akan membuat
mereka bisa saling berdiskusi, mengenal satu sama lain, bertukar informasi,
dan memberikan kesempatan untu bertanya. Sedangkan 23,67% siswa
menyatakan tidak setuju karena mereka lebih suka dengan penjelasan guru
dan belajar di luar kelas. Sementara itu, 1,33% siswa menyatakan terkadang
setuju dan terkadang tidak setuju tergantung kondisinya. Respon pada
aktifitas dan media pembelajaran tersebut terdeskripsi dalam diagram
dibawah ini:
Jumlah Siswa
36
Gambar 5.5 Respon Siswa Terhadap Aktivitas dan Media Pembelajaran
5.1.1.7 Latihan dan Tugas
Saat ditanya apakah mereka suka latihan yang memberikan
kesempatan untuk praktik di dalam kelas, sebanyak 76,67% atau 46 siswa
menyukai hal tersebut. Menurut mereka, latihan yang seperti itu dapat
mempermudah mereka dalam praktik dan memberikan latihan bagi mereka
untuk mengasah kemampuan. Sedangkan sebanyak 13,33% atau 8 siswa
tidak menyukai latihan tersebut karena mereka lebih menyukai
pembelajaran di dalam kelas. Selanjutnya 10% atau 6 siswa menyatakan hal
tersebut biasa saja dan tergantung kesulitan dari masing-masing individu.
Keragaman respon siswa tentang latihan dan tugas ini tergambar dalam
diagram berikut:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Setujuberdampak
36
Gambar 5.5 Respon Siswa Terhadap Aktivitas dan Media Pembelajaran
5.1.1.7 Latihan dan Tugas
Saat ditanya apakah mereka suka latihan yang memberikan
kesempatan untuk praktik di dalam kelas, sebanyak 76,67% atau 46 siswa
menyukai hal tersebut. Menurut mereka, latihan yang seperti itu dapat
mempermudah mereka dalam praktik dan memberikan latihan bagi mereka
untuk mengasah kemampuan. Sedangkan sebanyak 13,33% atau 8 siswa
tidak menyukai latihan tersebut karena mereka lebih menyukai
pembelajaran di dalam kelas. Selanjutnya 10% atau 6 siswa menyatakan hal
tersebut biasa saja dan tergantung kesulitan dari masing-masing individu.
Keragaman respon siswa tentang latihan dan tugas ini tergambar dalam
diagram berikut:
75% 23,67% 1,33%
Setujuberdampak
tidak setujuberdampak
ragu-ragudengan
dampaknya
36
Gambar 5.5 Respon Siswa Terhadap Aktivitas dan Media Pembelajaran
5.1.1.7 Latihan dan Tugas
Saat ditanya apakah mereka suka latihan yang memberikan
kesempatan untuk praktik di dalam kelas, sebanyak 76,67% atau 46 siswa
menyukai hal tersebut. Menurut mereka, latihan yang seperti itu dapat
mempermudah mereka dalam praktik dan memberikan latihan bagi mereka
untuk mengasah kemampuan. Sedangkan sebanyak 13,33% atau 8 siswa
tidak menyukai latihan tersebut karena mereka lebih menyukai
pembelajaran di dalam kelas. Selanjutnya 10% atau 6 siswa menyatakan hal
tersebut biasa saja dan tergantung kesulitan dari masing-masing individu.
Keragaman respon siswa tentang latihan dan tugas ini tergambar dalam
diagram berikut:
Jumlah Siswa
37
Diagram 5.6 Diagram Respon Siswa Terhadap Latihan dan Tugas
5.1.1.8 Feedback (Umpan Balik)
Sehubungan dengan adanya feedback pada sebuah materi, sebanyak
90% dari 60 siswa menyukai dengan adanya hal tersebut. Menurut mereka,
koreksi atau feedback itu akan membuat mereka mengetahui yang salah,
memberhasilkan komunikasi, meningkatkan kemampuan diri,
mempermudah mencari informasi, mempermudah mengoreksi diri,
mempermudah mengetahui kemampuan diri, mengetahui mana yang
salah dan mana yang benar, dan menambah pengetahuan. Sedangkan
sebanyak 10% atau 6 siswa saja menyatakan tidak menyukai dengan
adanya feedback atau koreksi karena hal tersebut membuat mereka tidak
senang dan merasa tidak percaya diri. Tanggapan siswa lebih detil dapat
dilihat dalam diagram berikut:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
76,67%
suka denganlatihannya
Respon Siswa Terhadap Latihan dan Tugas Buku Ajar MM
37
Diagram 5.6 Diagram Respon Siswa Terhadap Latihan dan Tugas
5.1.1.8 Feedback (Umpan Balik)
Sehubungan dengan adanya feedback pada sebuah materi, sebanyak
90% dari 60 siswa menyukai dengan adanya hal tersebut. Menurut mereka,
koreksi atau feedback itu akan membuat mereka mengetahui yang salah,
memberhasilkan komunikasi, meningkatkan kemampuan diri,
mempermudah mencari informasi, mempermudah mengoreksi diri,
mempermudah mengetahui kemampuan diri, mengetahui mana yang
salah dan mana yang benar, dan menambah pengetahuan. Sedangkan
sebanyak 10% atau 6 siswa saja menyatakan tidak menyukai dengan
adanya feedback atau koreksi karena hal tersebut membuat mereka tidak
senang dan merasa tidak percaya diri. Tanggapan siswa lebih detil dapat
dilihat dalam diagram berikut:
13,33% 10%
suka denganlatihannya
tidak suka denganlatihannya
tidak berpengaruh
Respon Siswa Terhadap Latihan dan Tugas Buku Ajar MM
37
Diagram 5.6 Diagram Respon Siswa Terhadap Latihan dan Tugas
5.1.1.8 Feedback (Umpan Balik)
Sehubungan dengan adanya feedback pada sebuah materi, sebanyak
90% dari 60 siswa menyukai dengan adanya hal tersebut. Menurut mereka,
koreksi atau feedback itu akan membuat mereka mengetahui yang salah,
memberhasilkan komunikasi, meningkatkan kemampuan diri,
mempermudah mencari informasi, mempermudah mengoreksi diri,
mempermudah mengetahui kemampuan diri, mengetahui mana yang
salah dan mana yang benar, dan menambah pengetahuan. Sedangkan
sebanyak 10% atau 6 siswa saja menyatakan tidak menyukai dengan
adanya feedback atau koreksi karena hal tersebut membuat mereka tidak
senang dan merasa tidak percaya diri. Tanggapan siswa lebih detil dapat
dilihat dalam diagram berikut:
Respon Siswa Terhadap Latihan dan Tugas Buku Ajar MM
Jumlah Siswa
38
Gambar 5.7 Diagram Respon Siswa terhadap Umpan Balik Buku Ajar MM
5.1.2 Guru
Selain melakukan analisa tanggapan buku ajar pada siswa, kuesioner
juga diberikan kepada 6 guru matematika dari SMP Negeri Kota Medan
yang menerapkan Kurikulum 2013 untuk mengetahui tanggapan mereka
terhadap buku ajar. Ada 6 komponen dalam buku ajar yang perlu dibahas
dalam rangka memberikan feedback terhadap buku ajar yang telah
dirancang yaitu Tujuan, Input, Setting, Aktifitas, Peran Siswa, Peran Guru.
Berikut adalah hasil dari analisa tanggapan yang dilakukan kepada guru:
5.2.1 Tujuan Pembelajaran
Terkait dengan tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai
karakter apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada
pengetahuan tetapi juga sikap. Guru merespon baik dengan persentase
100% atau 6 orang mengakui terdapat penambahan orientasi tujuan dalam
kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu dalam mata
pelajaran matematika seperti berpikir logis, kritis, kerja keras,
0
10
20
30
40
50
60
90%
suka danberpengaruh
positif
38
Gambar 5.7 Diagram Respon Siswa terhadap Umpan Balik Buku Ajar MM
5.1.2 Guru
Selain melakukan analisa tanggapan buku ajar pada siswa, kuesioner
juga diberikan kepada 6 guru matematika dari SMP Negeri Kota Medan
yang menerapkan Kurikulum 2013 untuk mengetahui tanggapan mereka
terhadap buku ajar. Ada 6 komponen dalam buku ajar yang perlu dibahas
dalam rangka memberikan feedback terhadap buku ajar yang telah
dirancang yaitu Tujuan, Input, Setting, Aktifitas, Peran Siswa, Peran Guru.
Berikut adalah hasil dari analisa tanggapan yang dilakukan kepada guru:
5.2.1 Tujuan Pembelajaran
Terkait dengan tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai
karakter apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada
pengetahuan tetapi juga sikap. Guru merespon baik dengan persentase
100% atau 6 orang mengakui terdapat penambahan orientasi tujuan dalam
kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu dalam mata
pelajaran matematika seperti berpikir logis, kritis, kerja keras,
10% 0%
suka danberpengaruh
positif
tidak suka dantidak
berpengaruh
tidak peduli
38
Gambar 5.7 Diagram Respon Siswa terhadap Umpan Balik Buku Ajar MM
5.1.2 Guru
Selain melakukan analisa tanggapan buku ajar pada siswa, kuesioner
juga diberikan kepada 6 guru matematika dari SMP Negeri Kota Medan
yang menerapkan Kurikulum 2013 untuk mengetahui tanggapan mereka
terhadap buku ajar. Ada 6 komponen dalam buku ajar yang perlu dibahas
dalam rangka memberikan feedback terhadap buku ajar yang telah
dirancang yaitu Tujuan, Input, Setting, Aktifitas, Peran Siswa, Peran Guru.
Berikut adalah hasil dari analisa tanggapan yang dilakukan kepada guru:
5.2.1 Tujuan Pembelajaran
Terkait dengan tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai
karakter apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada
pengetahuan tetapi juga sikap. Guru merespon baik dengan persentase
100% atau 6 orang mengakui terdapat penambahan orientasi tujuan dalam
kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu dalam mata
pelajaran matematika seperti berpikir logis, kritis, kerja keras,
Jumlah Siswa
39
keingintahuan, kemandirian, percaya diri sedangkan karakter pokok yang
dikembangkan dalam mata pelajaran matematika meliputi religius, jujur,
cerdas, tangguh, peduli, dan demokratis telah tercantum di dalam buku ajar
tersebut. Berikut diagram yang menggambarkan tanggapan guru:
Gambar 5.8 Respon Guru Terhadap Tujuan Pembelajaran pada Buku Ajar MM
Namun demikian dari diskusi yang telah dilakukan didapatkan
beberapa saran pada beberapa materi yang perlu ditambahkan nilai spiritual
dan sosialnya. Memang diakui penulis buku ajar Matematika kelas VII
merupakan living documents (dokumen yang terus membutuhkan perbaikan)
sehingga siapapun bisa member masukan pada buku tersebut.
5.2.2 Input
Input merupakan bahan atau rujukan sebagai titik tolak
dilaksanakannya aktivitas belajar oleh siswa. Input dapat berupa teks lisan
maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, chart, benda
sesungguhnya, film dan sebagainya. Guru merespon positif terhadap input
yang memperkenalkan nilai-nilai dan tidak hanya menyajikan materi atau
0
1
2
3
4
5
6
100%
baik danberorientasi pada
sikap
39
keingintahuan, kemandirian, percaya diri sedangkan karakter pokok yang
dikembangkan dalam mata pelajaran matematika meliputi religius, jujur,
cerdas, tangguh, peduli, dan demokratis telah tercantum di dalam buku ajar
tersebut. Berikut diagram yang menggambarkan tanggapan guru:
Gambar 5.8 Respon Guru Terhadap Tujuan Pembelajaran pada Buku Ajar MM
Namun demikian dari diskusi yang telah dilakukan didapatkan
beberapa saran pada beberapa materi yang perlu ditambahkan nilai spiritual
dan sosialnya. Memang diakui penulis buku ajar Matematika kelas VII
merupakan living documents (dokumen yang terus membutuhkan perbaikan)
sehingga siapapun bisa member masukan pada buku tersebut.
5.2.2 Input
Input merupakan bahan atau rujukan sebagai titik tolak
dilaksanakannya aktivitas belajar oleh siswa. Input dapat berupa teks lisan
maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, chart, benda
sesungguhnya, film dan sebagainya. Guru merespon positif terhadap input
yang memperkenalkan nilai-nilai dan tidak hanya menyajikan materi atau
0% 0%
baik danberorientasi pada
sikap
tidak baikdantidak
berorientasiterhadap sikap
tidak peduli
39
keingintahuan, kemandirian, percaya diri sedangkan karakter pokok yang
dikembangkan dalam mata pelajaran matematika meliputi religius, jujur,
cerdas, tangguh, peduli, dan demokratis telah tercantum di dalam buku ajar
tersebut. Berikut diagram yang menggambarkan tanggapan guru:
Gambar 5.8 Respon Guru Terhadap Tujuan Pembelajaran pada Buku Ajar MM
Namun demikian dari diskusi yang telah dilakukan didapatkan
beberapa saran pada beberapa materi yang perlu ditambahkan nilai spiritual
dan sosialnya. Memang diakui penulis buku ajar Matematika kelas VII
merupakan living documents (dokumen yang terus membutuhkan perbaikan)
sehingga siapapun bisa member masukan pada buku tersebut.
5.2.2 Input
Input merupakan bahan atau rujukan sebagai titik tolak
dilaksanakannya aktivitas belajar oleh siswa. Input dapat berupa teks lisan
maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, chart, benda
sesungguhnya, film dan sebagainya. Guru merespon positif terhadap input
yang memperkenalkan nilai-nilai dan tidak hanya menyajikan materi atau
Jumlah Guru
40
pengetahuan, tetapi juga menguraikan nilai-nilai yang yang terkait dengan
materi atau pengetahuan tersebut dengan persentase 83.33% atau 5 guru.
Sama halnya dengan murid, guru juga menyukai bagian buku ajar yang
menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari Tahu’, ‘Ingatlah’, dan
‘Refleksi’. Bagian tersebut menyentuh nilai sikap yang memang sangat
berkaitan dengan konteks pengetahuan dan keterampilan. Diagram di bawah
ini menggambarkan tanggapan guru tentang input buku ajar:
Gambar 5.9 Diagram Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
5.2.3 Setting (Pengaturan)
Setting (Pengaturan) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di
mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu,
berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi
terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang
pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan siswa terbiasa kerja dengan
cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja
kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama,
00.5
11.5
22.5
33.5
44.5
5
positif danberpengaruh
pada sikap
40
pengetahuan, tetapi juga menguraikan nilai-nilai yang yang terkait dengan
materi atau pengetahuan tersebut dengan persentase 83.33% atau 5 guru.
Sama halnya dengan murid, guru juga menyukai bagian buku ajar yang
menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari Tahu’, ‘Ingatlah’, dan
‘Refleksi’. Bagian tersebut menyentuh nilai sikap yang memang sangat
berkaitan dengan konteks pengetahuan dan keterampilan. Diagram di bawah
ini menggambarkan tanggapan guru tentang input buku ajar:
Gambar 5.9 Diagram Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
5.2.3 Setting (Pengaturan)
Setting (Pengaturan) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di
mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu,
berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi
terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang
pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan siswa terbiasa kerja dengan
cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja
kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama,
83,33% 16,67% 0%
positif danberpengaruh
pada sikap
kurang positifdan tidak
berpengaruhpada sikap
tidak peduli
Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
40
pengetahuan, tetapi juga menguraikan nilai-nilai yang yang terkait dengan
materi atau pengetahuan tersebut dengan persentase 83.33% atau 5 guru.
Sama halnya dengan murid, guru juga menyukai bagian buku ajar yang
menyertakan ‘Wahana Diskusi’, ‘Renungkan’, ‘Cari Tahu’, ‘Ingatlah’, dan
‘Refleksi’. Bagian tersebut menyentuh nilai sikap yang memang sangat
berkaitan dengan konteks pengetahuan dan keterampilan. Diagram di bawah
ini menggambarkan tanggapan guru tentang input buku ajar:
Gambar 5.9 Diagram Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
5.2.3 Setting (Pengaturan)
Setting (Pengaturan) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di
mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu,
berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi
terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang
pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan siswa terbiasa kerja dengan
cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja
kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama,
Respon Guru Terhadap Input Buku Ajar MM
Jumlah guru
41
saling menghargai, dan lain-lain.
Secara umum setting dari aktivitas yang ada dalam buku tersebut
sudah baik dengan respon positif. Guru memberikan pernyataan positif
terhadap setting dalam Buku Ajar MM tersebut dengan persentase 83,33%
atau 5 guru.
Gambar 5.10 Diagram Respon Guru Terhadap Setting Pembelajaran
Tugas kelompok, tugas proyek, wahana diskusi dan jumlah soal
latihan dan uji kompetensi sudah cukup memadai Namun masih ada
beberapa aktivitas yang perlu diperbaiki dalam penempatannya. Dari uji
coba yang dilakukan masih banyak siswa yang kesulitan dalam
mengerjakan task secara individu. Disarankan lebih diperbanyak
penggunaan aktivitas yang memungkinkan siswa untuk mengerjakan task
secara berpasangan atau berkelompok. Hal ini dikarenakan dalam setiap
task, siswa tidak hanya memerlukan pemahaman tentang konten dari materi
yang dipelajari akan tetapi mereka juga harus memahami bahasa dari materi
tersebut.
00.5
11.5
22.5
33.5
44.5
5
83,33%
positif danberpengaruh pada
sikap
Respon Guru Terhadap Setting Pembelajaran
41
saling menghargai, dan lain-lain.
Secara umum setting dari aktivitas yang ada dalam buku tersebut
sudah baik dengan respon positif. Guru memberikan pernyataan positif
terhadap setting dalam Buku Ajar MM tersebut dengan persentase 83,33%
atau 5 guru.
Gambar 5.10 Diagram Respon Guru Terhadap Setting Pembelajaran
Tugas kelompok, tugas proyek, wahana diskusi dan jumlah soal
latihan dan uji kompetensi sudah cukup memadai Namun masih ada
beberapa aktivitas yang perlu diperbaiki dalam penempatannya. Dari uji
coba yang dilakukan masih banyak siswa yang kesulitan dalam
mengerjakan task secara individu. Disarankan lebih diperbanyak
penggunaan aktivitas yang memungkinkan siswa untuk mengerjakan task
secara berpasangan atau berkelompok. Hal ini dikarenakan dalam setiap
task, siswa tidak hanya memerlukan pemahaman tentang konten dari materi
yang dipelajari akan tetapi mereka juga harus memahami bahasa dari materi
tersebut.
83,33% 16,67% 0%
positif danberpengaruh pada
sikap
kurang positif dantidak
berpengaruh padasikap
tidak peduli
Respon Guru Terhadap Setting Pembelajaran
41
saling menghargai, dan lain-lain.
Secara umum setting dari aktivitas yang ada dalam buku tersebut
sudah baik dengan respon positif. Guru memberikan pernyataan positif
terhadap setting dalam Buku Ajar MM tersebut dengan persentase 83,33%
atau 5 guru.
Gambar 5.10 Diagram Respon Guru Terhadap Setting Pembelajaran
Tugas kelompok, tugas proyek, wahana diskusi dan jumlah soal
latihan dan uji kompetensi sudah cukup memadai Namun masih ada
beberapa aktivitas yang perlu diperbaiki dalam penempatannya. Dari uji
coba yang dilakukan masih banyak siswa yang kesulitan dalam
mengerjakan task secara individu. Disarankan lebih diperbanyak
penggunaan aktivitas yang memungkinkan siswa untuk mengerjakan task
secara berpasangan atau berkelompok. Hal ini dikarenakan dalam setiap
task, siswa tidak hanya memerlukan pemahaman tentang konten dari materi
yang dipelajari akan tetapi mereka juga harus memahami bahasa dari materi
tersebut.
Jumlah guru
42
5.2.4 Aktifitas
Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh siswa (bersama
dan/ atau tanpa pendidik) dengan input belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Guru memberikan rekomendasi positif terhadap aktivitas
belajar yang tercantum dalam buku ajar tersebut dengan respon positif
83,33% atau 5 guru. Mereka menganggap aktifitas dalam buku tersebut
dapat membimbing siswa menginternalisasikan nilai-nilai. Mereka juga
setuju dengan aktivitas belajar aktif yang mendorong terjadinya autonomous
learning (pembelajaran mandiri) dan learner-centered (berpusat pada
siswa). Pembelajaran autonomous learning dan learner-centered secara
otomatis membantu siswa memperoleh banyak nilai kehidupan. Keterangan
diatas didasarkan pada respon guru tentang aktifitas dalam buku ajar
tersebut:
Gambar 5.11 Diagram Respon Guru Terhadap Aktivitas dalam Buku Ajar MM
Berdasarkan hasil tanggapan dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang
digunakan didalam buku sudah bagus. Namun demikian, masih perlu
adanya penambahan variasi dari aktivitas yang mengacu pada konten dari
00.5
11.5
22.5
33.5
44.5
5
83,33%
positif danmenumbuhkan
sikap
Respon Guru Terhadap Aktivitas Buku Ajar MM
42
5.2.4 Aktifitas
Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh siswa (bersama
dan/ atau tanpa pendidik) dengan input belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Guru memberikan rekomendasi positif terhadap aktivitas
belajar yang tercantum dalam buku ajar tersebut dengan respon positif
83,33% atau 5 guru. Mereka menganggap aktifitas dalam buku tersebut
dapat membimbing siswa menginternalisasikan nilai-nilai. Mereka juga
setuju dengan aktivitas belajar aktif yang mendorong terjadinya autonomous
learning (pembelajaran mandiri) dan learner-centered (berpusat pada
siswa). Pembelajaran autonomous learning dan learner-centered secara
otomatis membantu siswa memperoleh banyak nilai kehidupan. Keterangan
diatas didasarkan pada respon guru tentang aktifitas dalam buku ajar
tersebut:
Gambar 5.11 Diagram Respon Guru Terhadap Aktivitas dalam Buku Ajar MM
Berdasarkan hasil tanggapan dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang
digunakan didalam buku sudah bagus. Namun demikian, masih perlu
adanya penambahan variasi dari aktivitas yang mengacu pada konten dari
16,67% 0%
positif danmenumbuhkan
sikap
kurang positifdan tidak
menimbulkansikap
tidakberpengaruh
Respon Guru Terhadap Aktivitas Buku Ajar MM
42
5.2.4 Aktifitas
Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh siswa (bersama
dan/ atau tanpa pendidik) dengan input belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Guru memberikan rekomendasi positif terhadap aktivitas
belajar yang tercantum dalam buku ajar tersebut dengan respon positif
83,33% atau 5 guru. Mereka menganggap aktifitas dalam buku tersebut
dapat membimbing siswa menginternalisasikan nilai-nilai. Mereka juga
setuju dengan aktivitas belajar aktif yang mendorong terjadinya autonomous
learning (pembelajaran mandiri) dan learner-centered (berpusat pada
siswa). Pembelajaran autonomous learning dan learner-centered secara
otomatis membantu siswa memperoleh banyak nilai kehidupan. Keterangan
diatas didasarkan pada respon guru tentang aktifitas dalam buku ajar
tersebut:
Gambar 5.11 Diagram Respon Guru Terhadap Aktivitas dalam Buku Ajar MM
Berdasarkan hasil tanggapan dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang
digunakan didalam buku sudah bagus. Namun demikian, masih perlu
adanya penambahan variasi dari aktivitas yang mengacu pada konten dari
Respon Guru Terhadap Aktivitas Buku Ajar MM
Jumlah Guru
43
tujuan pembelajaran. Disarankan bahwa aktivitas sebaiknya lebih mengacu
kepada konten dari pembelajaran, hal ini dikarenakan untuk mencapai
tujuan dari pembelajaran SMP pada ranah sikap itu sendiri.
5.2.5 Peran Murid
Peran aktif siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai pengamat,
pencari tahu, pelaku eksperimen, partisipan diskusi, penyaji hasil-hasil
diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dan sebagainya. Untuk itu
diperlukan buku ajar yang mampu memfasilitasi dalam mengenal, menjadi
peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kebaikan hidup. Agar siswa
terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi
karakter, siswa harus diberi peran aktif dalam pembelajaran.
Dari hasil tanggapan guru, ditemukan bahwa guru menganggap buku
ajar tersebut mampu membuat siswa berperan aktif didalam kelas. Misalnya
aktivitas yang meminta siswa untuk melakukan diskusi mengenai suatu
topic dengan persantase tanggapan positif sebanyak 100%. Akan tetapi
banyak dari aktivitas yang ada masih mengacu pada controled activities
(aktifitas yang dikondisiskan). Disarankan perlu adanya penambahan
aktivitas yang berupa free activities (bebas dari pengkondisian) dengan
harapan mampu meningkatkan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran khususnya dalam membentuk siswa yang berkarakter. Berikut
diagram tanggapan guru terhadap peran siswa dalam buku ajar:
44
Gambar 5.12 Respon Guru Terhadap Peran Siswa dalam Buku Ajar MM
5.2.6 Peran Guru
Guru merupakan elemen penting dalam mengembangkan nilai
spritual dan sosial siswa. Peran guru memfasilitasi internalisasi nilai-
nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator,
partisipan, dan pemberi umpan balik. Dari hasil tanggapan guru, mereka
mengapresiasi positif aspek spiritual dan sosial yang dikembangkan dalam
buku tersebut. Metode dan teknik pembelajaran sudah sesuai dengan
konteks materi. Untuk pemilihan media pembelajaran, guru merasa
medianya cukup mudah didapatkan dan diaplikasikan dalam kelas dan
relevan dengan materi. Pada kesimpulannya buku tersebut telah
memberikan peluang bagi guru mengeksplorasi materi dan kegunaan ilmu
matematika dengan nilai-nilai kehidupan.
Guru merespon secara positif terhadap peran guru dalam buku ini
dengan respon baik dan layak dengan presentase 100%. Namun masukan
dari guru buku ajar ini memerlukan buku pegangan guru untuk
mempertegas dan memperjelas perintah yang ada pada aktivitas dari buku
tersebut. Disamping itu, disarankan bahwa guru harus lebih berperan aktif
0
1
2
3
4
5
6
100%
positif danberpengaruh pada
sikap
44
Gambar 5.12 Respon Guru Terhadap Peran Siswa dalam Buku Ajar MM
5.2.6 Peran Guru
Guru merupakan elemen penting dalam mengembangkan nilai
spritual dan sosial siswa. Peran guru memfasilitasi internalisasi nilai-
nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator,
partisipan, dan pemberi umpan balik. Dari hasil tanggapan guru, mereka
mengapresiasi positif aspek spiritual dan sosial yang dikembangkan dalam
buku tersebut. Metode dan teknik pembelajaran sudah sesuai dengan
konteks materi. Untuk pemilihan media pembelajaran, guru merasa
medianya cukup mudah didapatkan dan diaplikasikan dalam kelas dan
relevan dengan materi. Pada kesimpulannya buku tersebut telah
memberikan peluang bagi guru mengeksplorasi materi dan kegunaan ilmu
matematika dengan nilai-nilai kehidupan.
Guru merespon secara positif terhadap peran guru dalam buku ini
dengan respon baik dan layak dengan presentase 100%. Namun masukan
dari guru buku ajar ini memerlukan buku pegangan guru untuk
mempertegas dan memperjelas perintah yang ada pada aktivitas dari buku
tersebut. Disamping itu, disarankan bahwa guru harus lebih berperan aktif
0% 0%
positif danberpengaruh pada
sikap
kurang positif dantidak
berpengaruh padasikap
tidak peduli
44
Gambar 5.12 Respon Guru Terhadap Peran Siswa dalam Buku Ajar MM
5.2.6 Peran Guru
Guru merupakan elemen penting dalam mengembangkan nilai
spritual dan sosial siswa. Peran guru memfasilitasi internalisasi nilai-
nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator,
partisipan, dan pemberi umpan balik. Dari hasil tanggapan guru, mereka
mengapresiasi positif aspek spiritual dan sosial yang dikembangkan dalam
buku tersebut. Metode dan teknik pembelajaran sudah sesuai dengan
konteks materi. Untuk pemilihan media pembelajaran, guru merasa
medianya cukup mudah didapatkan dan diaplikasikan dalam kelas dan
relevan dengan materi. Pada kesimpulannya buku tersebut telah
memberikan peluang bagi guru mengeksplorasi materi dan kegunaan ilmu
matematika dengan nilai-nilai kehidupan.
Guru merespon secara positif terhadap peran guru dalam buku ini
dengan respon baik dan layak dengan presentase 100%. Namun masukan
dari guru buku ajar ini memerlukan buku pegangan guru untuk
mempertegas dan memperjelas perintah yang ada pada aktivitas dari buku
tersebut. Disamping itu, disarankan bahwa guru harus lebih berperan aktif
Jumlah Guru
45
dalam membantu siswa untuk member makna pembelajaran pada tiap sesi
pembelajaran yang mereka dapatkan. Selain itu, guru sebaiknya juga
berperan sebagai fasilitator dan guide (penunjuk arah) pada saat siswa
mengerjakan aktivitas yang ada pada buku. Berikut diagram yang
menggambarkan respon guru tentang perannya dalam buku ajar:
Gambar 5.13 Respon Guru Terhadap Peran Guru dalam Buku Ajar MM
5.1.3 Wali Murid
Selain melakukan analisa tanggapan buku ajar pada siswa dan guru,
kuesioner juga diberikan kepada wali murid sebanyak 24 orang untuk
mengetahui tanggapan mereka terhadap buku ajar. Masukan mereka
terhadap buku ajar yang telah dirancang sangat diperlukan untuk mengetahui
gejala perubahan dalam diri murid karena sebagaimana diketahui bersama
murid memiliki waktu yang lebih banyak dengan orang tua mereka daripada
guru di sekolah. Berikut ada 3 aspek pertanyaan yang dilakukan kepada wali
murid.
0
1
2
3
4
5
6
100%
baik danberorientasi pada
sikap
45
dalam membantu siswa untuk member makna pembelajaran pada tiap sesi
pembelajaran yang mereka dapatkan. Selain itu, guru sebaiknya juga
berperan sebagai fasilitator dan guide (penunjuk arah) pada saat siswa
mengerjakan aktivitas yang ada pada buku. Berikut diagram yang
menggambarkan respon guru tentang perannya dalam buku ajar:
Gambar 5.13 Respon Guru Terhadap Peran Guru dalam Buku Ajar MM
5.1.3 Wali Murid
Selain melakukan analisa tanggapan buku ajar pada siswa dan guru,
kuesioner juga diberikan kepada wali murid sebanyak 24 orang untuk
mengetahui tanggapan mereka terhadap buku ajar. Masukan mereka
terhadap buku ajar yang telah dirancang sangat diperlukan untuk mengetahui
gejala perubahan dalam diri murid karena sebagaimana diketahui bersama
murid memiliki waktu yang lebih banyak dengan orang tua mereka daripada
guru di sekolah. Berikut ada 3 aspek pertanyaan yang dilakukan kepada wali
murid.
0% 0%
baik danberorientasi pada
sikap
kurang baik dankurang
berorientasiterhadap sikap
tidak peduli
45
dalam membantu siswa untuk member makna pembelajaran pada tiap sesi
pembelajaran yang mereka dapatkan. Selain itu, guru sebaiknya juga
berperan sebagai fasilitator dan guide (penunjuk arah) pada saat siswa
mengerjakan aktivitas yang ada pada buku. Berikut diagram yang
menggambarkan respon guru tentang perannya dalam buku ajar:
Gambar 5.13 Respon Guru Terhadap Peran Guru dalam Buku Ajar MM
5.1.3 Wali Murid
Selain melakukan analisa tanggapan buku ajar pada siswa dan guru,
kuesioner juga diberikan kepada wali murid sebanyak 24 orang untuk
mengetahui tanggapan mereka terhadap buku ajar. Masukan mereka
terhadap buku ajar yang telah dirancang sangat diperlukan untuk mengetahui
gejala perubahan dalam diri murid karena sebagaimana diketahui bersama
murid memiliki waktu yang lebih banyak dengan orang tua mereka daripada
guru di sekolah. Berikut ada 3 aspek pertanyaan yang dilakukan kepada wali
murid.
Jumlah guru
46
5.1.3.1 Motivasi Belajar di Rumah
Motivasi dan minat belajar merupakan karakter penting dalam sebuah
proses pembelajaran. Motivasi juga bisa timbul bila siswa merasa
pembelajaran menantang sekali mencerahkan mereka.
Berdasarkan hasil kuesioner, wali murid merespon positif terhadap
perubahan motivasi belajar dengan 83,34% atau 20 orang tua menyatakan
motivasi belajar matematika anak mereka meningkat. Bahkan terkadang
mereka mendapat beberapa pertanyaan dari anak mereka seputar pelajaran.
Berikut diagram yang berkaitan dengan respon orang tua terhadap motivasi
siswa belajar di rumah:
Gambar 5.14 Diagram Respon Wali Murid pada Motivasi Belajar Siswa di Rumah
5.1.3.2 Sikap di Rumah dan Lingkungan
Salah satu fungsi dari pendidikan adalah selain merubah
ketidaktahuan menjadi tahu juga merubah sikap siswa kearah yang lebih
baik. Sekolah ibaratkan pabrik yang mengolah barang mentah menjadi
barang jadi. Barang jadi tersebut harus memiliki nilai jual positif untuk
dibeli konsumen. Maka pendidikan hadir untuk menghasilkan luaran siswa
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
83,34%
meningkat
46
5.1.3.1 Motivasi Belajar di Rumah
Motivasi dan minat belajar merupakan karakter penting dalam sebuah
proses pembelajaran. Motivasi juga bisa timbul bila siswa merasa
pembelajaran menantang sekali mencerahkan mereka.
Berdasarkan hasil kuesioner, wali murid merespon positif terhadap
perubahan motivasi belajar dengan 83,34% atau 20 orang tua menyatakan
motivasi belajar matematika anak mereka meningkat. Bahkan terkadang
mereka mendapat beberapa pertanyaan dari anak mereka seputar pelajaran.
Berikut diagram yang berkaitan dengan respon orang tua terhadap motivasi
siswa belajar di rumah:
Gambar 5.14 Diagram Respon Wali Murid pada Motivasi Belajar Siswa di Rumah
5.1.3.2 Sikap di Rumah dan Lingkungan
Salah satu fungsi dari pendidikan adalah selain merubah
ketidaktahuan menjadi tahu juga merubah sikap siswa kearah yang lebih
baik. Sekolah ibaratkan pabrik yang mengolah barang mentah menjadi
barang jadi. Barang jadi tersebut harus memiliki nilai jual positif untuk
dibeli konsumen. Maka pendidikan hadir untuk menghasilkan luaran siswa
0% 16,66%
menurun tidak adaperubahan
Jumlah Wali Murid
46
5.1.3.1 Motivasi Belajar di Rumah
Motivasi dan minat belajar merupakan karakter penting dalam sebuah
proses pembelajaran. Motivasi juga bisa timbul bila siswa merasa
pembelajaran menantang sekali mencerahkan mereka.
Berdasarkan hasil kuesioner, wali murid merespon positif terhadap
perubahan motivasi belajar dengan 83,34% atau 20 orang tua menyatakan
motivasi belajar matematika anak mereka meningkat. Bahkan terkadang
mereka mendapat beberapa pertanyaan dari anak mereka seputar pelajaran.
Berikut diagram yang berkaitan dengan respon orang tua terhadap motivasi
siswa belajar di rumah:
Gambar 5.14 Diagram Respon Wali Murid pada Motivasi Belajar Siswa di Rumah
5.1.3.2 Sikap di Rumah dan Lingkungan
Salah satu fungsi dari pendidikan adalah selain merubah
ketidaktahuan menjadi tahu juga merubah sikap siswa kearah yang lebih
baik. Sekolah ibaratkan pabrik yang mengolah barang mentah menjadi
barang jadi. Barang jadi tersebut harus memiliki nilai jual positif untuk
dibeli konsumen. Maka pendidikan hadir untuk menghasilkan luaran siswa
Jumlah Wali Murid
47
yang memiliki nilai sikap yang baik. Sikap baik tercermin dari tingkah laku
mereka di rumah maupaun di sekolah. Untuk menyelidiki perubahan sikap
tersebut maka diajukan beberapa pertanyaan pada wali murid. Sebesar
79,17% atau 19 wali murid menyatakan terdapat perubahan sikap positif
dalam keluarga dan masyarakat. Mereka sudah mengerti makna mubazir,
bekerjasama dengan saudara dalam mengerjakan tugas di rumah, mengatur
waktu antara main dan belajar dan lain-lain. Tanggapan wali murid pada
perubahan sikap siswa tergambar dalam diagram berikut:
Gambar 5.15 Diagram Respon Wali Murid terhadap Sikap di Rumah dan
Lingkungan
5.1.3.3 Tata Bicara di Rumah dan Lingkungan
Berbicara adalah mengeluarkan, menyusun kata-kata secara teratur
melalui lisan sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Kemampuan
bicara menjadi penting dalam konteks menjalin hubungan komunikasi
dengan orang lain. Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan latar
belakang seseorang. Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan
latar belakang seseorang. Murid sebagai manusia yang dididik mesti
memiliki etika bicara yang baik dan sopan. Peran pendidikan sangat vital
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
79,17%
tumbuh positif
47
yang memiliki nilai sikap yang baik. Sikap baik tercermin dari tingkah laku
mereka di rumah maupaun di sekolah. Untuk menyelidiki perubahan sikap
tersebut maka diajukan beberapa pertanyaan pada wali murid. Sebesar
79,17% atau 19 wali murid menyatakan terdapat perubahan sikap positif
dalam keluarga dan masyarakat. Mereka sudah mengerti makna mubazir,
bekerjasama dengan saudara dalam mengerjakan tugas di rumah, mengatur
waktu antara main dan belajar dan lain-lain. Tanggapan wali murid pada
perubahan sikap siswa tergambar dalam diagram berikut:
Gambar 5.15 Diagram Respon Wali Murid terhadap Sikap di Rumah dan
Lingkungan
5.1.3.3 Tata Bicara di Rumah dan Lingkungan
Berbicara adalah mengeluarkan, menyusun kata-kata secara teratur
melalui lisan sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Kemampuan
bicara menjadi penting dalam konteks menjalin hubungan komunikasi
dengan orang lain. Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan latar
belakang seseorang. Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan
latar belakang seseorang. Murid sebagai manusia yang dididik mesti
memiliki etika bicara yang baik dan sopan. Peran pendidikan sangat vital
0% 20,83%
tumbuh positif tidak tumbuhpositif
tidak adaperubahan
Jumlah Wali Murid
47
yang memiliki nilai sikap yang baik. Sikap baik tercermin dari tingkah laku
mereka di rumah maupaun di sekolah. Untuk menyelidiki perubahan sikap
tersebut maka diajukan beberapa pertanyaan pada wali murid. Sebesar
79,17% atau 19 wali murid menyatakan terdapat perubahan sikap positif
dalam keluarga dan masyarakat. Mereka sudah mengerti makna mubazir,
bekerjasama dengan saudara dalam mengerjakan tugas di rumah, mengatur
waktu antara main dan belajar dan lain-lain. Tanggapan wali murid pada
perubahan sikap siswa tergambar dalam diagram berikut:
Gambar 5.15 Diagram Respon Wali Murid terhadap Sikap di Rumah dan
Lingkungan
5.1.3.3 Tata Bicara di Rumah dan Lingkungan
Berbicara adalah mengeluarkan, menyusun kata-kata secara teratur
melalui lisan sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Kemampuan
bicara menjadi penting dalam konteks menjalin hubungan komunikasi
dengan orang lain. Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan latar
belakang seseorang. Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan
latar belakang seseorang. Murid sebagai manusia yang dididik mesti
memiliki etika bicara yang baik dan sopan. Peran pendidikan sangat vital
Jumlah Wali Murid
48
dalam mengarahkan siswa berkomunikasi dengan baik dan sopan. Melalui
pendidikan siswa belajar bagaimana sikap bicara, intonasi suara, tata bahasa
terhadap orang lain. Etika bicara tersebut tidak hanya tercermin dalam
sekolah tapi juga di keluarga dan masyarakat.
Untuk mengetahui etika bicara siswa di rumah dan lingkungan mereka
maka diperlukan angket kepada wali murid karena mereka paling mengerti
kondisi bicara siswa. Maka didaptlah sebanyak 79,17% wali murid percaya
bahwa keberadaan buku ajar yang terintegrasi nilai spiritual dan sosial
mampu mengarahkan siswa kepada etika bicara yang baik dan sopan.
Sementara 22% atau 5 orang wali murid menganggap tidak berpengaruh
pad sikap bicara anak mereka. Deskripsi respon orang tua murid berkenaan
dengan perubahan tata bicara siswa dapat tergambar dalam diagram berikut:
Gambar 5.16 Diagram Respon Wali Murid Terhadap Tata Bicara Siswa di Rumah
dan Lingkungan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
79,17%
tumbuh positif
48
dalam mengarahkan siswa berkomunikasi dengan baik dan sopan. Melalui
pendidikan siswa belajar bagaimana sikap bicara, intonasi suara, tata bahasa
terhadap orang lain. Etika bicara tersebut tidak hanya tercermin dalam
sekolah tapi juga di keluarga dan masyarakat.
Untuk mengetahui etika bicara siswa di rumah dan lingkungan mereka
maka diperlukan angket kepada wali murid karena mereka paling mengerti
kondisi bicara siswa. Maka didaptlah sebanyak 79,17% wali murid percaya
bahwa keberadaan buku ajar yang terintegrasi nilai spiritual dan sosial
mampu mengarahkan siswa kepada etika bicara yang baik dan sopan.
Sementara 22% atau 5 orang wali murid menganggap tidak berpengaruh
pad sikap bicara anak mereka. Deskripsi respon orang tua murid berkenaan
dengan perubahan tata bicara siswa dapat tergambar dalam diagram berikut:
Gambar 5.16 Diagram Respon Wali Murid Terhadap Tata Bicara Siswa di Rumah
dan Lingkungan
0% 20,83%
tumbuh positif tidak tumbuhpositif
tidak adaperubahan
Jumlah guru
48
dalam mengarahkan siswa berkomunikasi dengan baik dan sopan. Melalui
pendidikan siswa belajar bagaimana sikap bicara, intonasi suara, tata bahasa
terhadap orang lain. Etika bicara tersebut tidak hanya tercermin dalam
sekolah tapi juga di keluarga dan masyarakat.
Untuk mengetahui etika bicara siswa di rumah dan lingkungan mereka
maka diperlukan angket kepada wali murid karena mereka paling mengerti
kondisi bicara siswa. Maka didaptlah sebanyak 79,17% wali murid percaya
bahwa keberadaan buku ajar yang terintegrasi nilai spiritual dan sosial
mampu mengarahkan siswa kepada etika bicara yang baik dan sopan.
Sementara 22% atau 5 orang wali murid menganggap tidak berpengaruh
pad sikap bicara anak mereka. Deskripsi respon orang tua murid berkenaan
dengan perubahan tata bicara siswa dapat tergambar dalam diagram berikut:
Gambar 5.16 Diagram Respon Wali Murid Terhadap Tata Bicara Siswa di Rumah
dan Lingkungan
Jumlah guru
49
5.3 Luaran Penelitian
Penelitian telah menghasilkan buku ajar MM untuk SMP Kelas VII
terintegrasi kompetensi spiritual dan sosial namun belum didaftarkan HKI-nya
setelah dilaksanakan revisi final berdasarkan uji coba yang telah dilaksanakan.
Revisi akhir yang telah dilaksanakan meliputi penyempurnaan rekomendasi yang
disampaikan oleh guru berkaitan dengan tujuan pembelajaran, input, setting,
aktifitas, peran guru dan murid. Kemudian juga terdapat revisi bagian pada buku
ajar Matematika kelas VII SMP yang setelah dilakukan ujicoba dan pembahasan
memerlukan perbaikan khususnya pada bagian tugas individu dan kelompok.
Evaluasi terhadap buku ajar merupakan hal yang diperlukan karena buku tersebut
merupakan living document (dokumen hidup) yang terus dievaluasi dan
dikembangkan sesuai dengan tuntutan. Akhirnya, buku ajar ini diharapakan dapat
mengisi katalog pada pusat perbukuan Kemdikbud dan atau ke pihak penerbit
sekaligus menambah khasanah buku demi perbaikan pendidikan Indonesia
kedepan.
Kemudian untuk mendesiminasikan temuan dalam penelitian ini penulis telah
mendaftarkan diri pada event konferensi ilmiah internasional. Kemudian, agar
hasil penelitian ini dapat diketahui dan dibaca oleh khalayak ramai sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi beberapa pihak yang membutuhkan, maka hasil dari
laporan penelitian ini nantinya akan dipublikasikan dalam jurnal yang memiliki
ISNN. Berikut ini tabel hasil capaian yang telah dilaksanakan:
Tabel. 5.1. Hasil Target Capaian
No Jenis Luaran Indikator Capaian
1 Buku ajar Telah diujicoba dan direvisi
2 Pemakalah dalam konferensi ilmiahInternasional ICMSE UNNES
Telah dilaksanakan pada 3-4September 2016 dengan buktisertifikat pembicara.
3 Prosiding seminar Panitia ICMSE UNNES 2016 sedangmemprosesnya
4 Publikasi di Jurnal internasional Diajukan ke Osaka Journal ofMathematics
50
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari kuesioner yang diberikan kepada siswa,
guru, dan wali murid dan juga hasil pengamatan dan Focus Group Discussion dari
guru, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut ini:
1. Model integrasi kompetensi spiritual dan sosial telah diaplikasikan dalam
proses perencanaan, pelakasanaan, dan penilaian pembelajaran melalui
pengamatan pada ujicoba. Model integrasi memudahkan guru dalam
menjalankan kurikulum 2013 yang mengamanatkan untuk memasukkan
nilai spiritual dan sosial secara integratif dengan kompetensi pengetahuan
dan keterampilan namun perlu terus digali keterkaitan dan keterikatan
materi dengan nilai-nilai yang bisa internalisasikan.
2. Setelah mengalami proses ujicoba, hasil tanggapan terhadap buku ajar
digali dari tiga unsur responden yakni siswa, guru dan wali murid dengan
hasil sebagai berikut:
a. Siswa menyambut baik adanya buku ajar matematika untuk
SMP domain Sosial. Tanggapan positif ini ditandai dengan
respon positif untuk materi pelajaran sebesar 80%, penyajian
sebesar 76,67%, bahasa dan keterbacaan 86,66%, suplemen
materi terkait kompetensi spiritual dan sosial sebesar 80%,
aktifitas dan media pembelajaran 75%, latihan dan tugas 78,33,
feedback sebesar 90%. Mereka ingin agar buku tersebut
memiliki komposisi materi yang bagus, baru, dan berhubungan
langsung dengan kehidupan siswa. Selain itu, sebaiknya buku
tersebut memiliki banyak gambar atau ilustrasi pendukung yang
dapat menambah ketertarikan dan semangat siswa dalam belajar.
Mengenai latihan atau aktivitas dalam buku ajar, siswa
menginginkan agar latihan atau aktivitas tersebut harus dapat
membantu siswa dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
51
b. Guru juga menyambut baik adanya buku ajar matematika untuk
SMP. Respon positif ini ditandai dengan respon positif terhadap
tujuan pembelajaran sebesar 100%, input sebesar 83,33%,
setting sebesar 83,33%, aktifitas (metode, teknik, dan media
pembelajaran) sebesar 83,33%, peran guru sebesar 100%, serta
peran siswa sebesar 100%. Namun mereka menginginkan
adanya integrasi kompetensi spiritual dan sosial dengan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang terpadu. Selain
itu materi dan bentuk latihan untuk setiap materi disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran dan mempermudah guru dalam
mengajar.
c. Secara umum wali murid memberi tanggapan baik terhadap
hadirnya buku ajar matematika SMP kelas VII ini dengan respon
positif terhadap motivasi belajar di rumah sebesar 83,33%, sikap
di rumah dan lingkungan sebesar 79,17%, dan etika bicara di
rumah dan masyarakat juga sebesar 79,17%.
6.2. Saran
Berdasarkan dari hasil buku yang sudah jadi, maka saran yang dapat peneliti
kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Model integrasi tersebut perlu dideseminasikan dan diujicoba diberbagai
sekolah SMP dan perlu terus digali keterkaitan berbagai nilai sikap yang
bisa diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
2. Buku ajar tersebut perlu diujicobakan ke sekolah yang lebih banyak
untuk menguatkan tingkat validitas dan reliabilitasnya sebagai buku ajar
di dalam pembelajaran Matematika bagi siswa SMP kelas VII.
3. Buku tersebut dapat menjadi salah satu alternatif buku acuan penunjang
dalam pembelajaran matematika di SMP.
4. Buku ajar sebaiknya disertai dengan buku pegangan guru.
52
DAFTAR PUSTAKA
Akrim, dkk. 2015. Integrasi Kompetensi Spritual dan Sosial Kurikulum 2013pada Mata Pelajaran Matematika di SMP Negeri Kota Medan.
BPS Kota Medan. 2012. Medan dalam Angka. Medan: BPS Medan.
Borg, Gall & Gall. 2003. Educational Research.USA: Allyn and Bacon
David L. Grossman, Wing On Lee, dan Kerry J. Kennedy (eds.). 2008.Citizenship Curriculum in Asia and The Pacific. Hong Kong: CERC TheUniversity Hong Kong and Springer.
Depdiknas. (2005). Pedoman Penulisan Buku Pelajaran: Penjelasan StandarMutu Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. DepartemenPendidikan Nasional. Jakarta.
__________ (2006). Kumpulan Permendiknas Tentang Standar NasionalPendidikan (SNP) dan Panduan KTSP: Panduan penyusunan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan SekolahMenengah. Jakarta: Depdiknas Direktorat Pendidikan Dasar dan MenengahDirektorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Disdik Kota Medan. 2013. Data SMP se-Kota Medan. Diakses pada 10 Maret2014 dari http://disdik.pemkomedan.go.id.
Ilmawati, Iftitah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Mata PelajaranPendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Dalam Pembiasaan ShalatFardlu Peserta Didik Kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya.Undergraduate Thesis, Uin Sunan Ampel Surabaya.
Kementerian Pedidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta:Balitbang Kemdikbud.
_______________2013.Panduan Teknis Penilaian di SMP. Jakarta: DirjenPendidikan Dasar
Listyarti, R. 2013. 4 Kompetensi Inti dalam Kurikulum 2013 Dinilai TakRelevan.Diakses pada 10 April 2014 di http://news.detik.com/read/2013/02/15/185701/ 2171554/10/4-kompetensi-inti-dalam-kurikulum-2013-dinilai-tak-relevan?nd772204btr.
Nasution, A.H. 1995. Beberapa Tujuan Mempelajari Matematika. Jakarta: DirjenPendidikan Tinggi.
Nuh, M. 2012. Raih Prestasi, Junjung Tinggi Budi Pekerti. Jakarta:Kemendikbud. Diakses15 April 2014 di http://118.98.166.62/content/berita/utama/raih-prestasi-2-2-2.html.
53
Rachmawati W.S. (2004). Anatomi Buku Ajar. Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.
Simorangkir, Elly Sabeth. 2015. Manajemen Pembelajaran Kurikulum 2013 OlehGuru Kelas X (Studi Deskriptif Kualitatif Di SMA Negeri 1 Putri Hijau).Masters Thesis, Universitas Bengkulu.
Septiani, Gunik . 2014. Kesiapan Implementasi Kurikulum 2013 Di MadrasahIbtidaiyah Kabupaten Bantul. Skripsi Thesis, Uin Sunan Kalijaga.
Surasa, Nisa Nuraini. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 Pada PelaksanaanPembelajaran Ekonomi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Malang). Skripsi,Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
Sukardjo dkk. 2008. Desain Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:PPs UNY
Sugiono. 2010. Metode Penulisan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Susetyo, R.B. 2013.Aktivis pendidikan khawatirkan kurikulum 2013. Diakses pada10 April 2014 di http://www.antaranews.com/berita/384951/aktivis-pendidikan-khawatirkan-kurikulum-2013.
Sumampow, J. 2014. Gencar, Desakan Tunda Kurikulum 2013.Diakses 15 April2014 di http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/09/1209122/Gencar.Desakan. Tunda. Kurikulum. 2013.
UNESCO. (2004). Changing Teaching Practise: Using Curriculum differentiationtorespond to students’ Diversity: France.
UU No 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasioanl. Jakarta.
DEVELOPING MODEL AND TEXTBOOK INTEGRATED TO SPIRITUAL ANDSOCIAL COMPETENCE OF MATH SUBJECT FOR GRADE VII IN STATE
JUNIOR HIGH SCHOOL OF MEDAN
Akrim (NIDN: 0122127902), Zainal Azis (NIDN: 0113126301), and Munawir Pasaribu(NIDN: 011607830)
Muhammadiyah University of North Sumatera
AbstractThis research was conducted by Akrim, et al (2015 and 2016) with the aim of testing
mathematics text book and integration model of spiritual and social competence that have beendesigned in the first year research to find out the shortcomings and to revise the topics, assessment,editorial, lay-out and others. Development of mathematics textbook for Grade VII conducted inscientific approach by emphasizing the integration of spiritual and social competence into thecompetence of cognitive and psychomotor on the learning materials, questions, and also the task ofthe project. Some parts of the material are expected to lead the students relating the material to beexamined with the values of life.
This research was taken place at 3 State Junior High School of Medan which implementedCurriculum 2013 namely SMP Negeri 1, 34, and 38 Medan. To achieve the proper results of thestudy, this study applied Research and Development research. Researchers also actively involved tomeet, observe and ask participants (6 teachers, 60 learners, and 24 parents) to expose theweaknesses of the models and textbooks which integrate spiritual and social values in the planning,implementation, and assessment of mathematics subject in junior high school. Learners are invitedto reflect on God's creation and reflect whether the attitude and character in accordance with goodsocial values.
In this second year, the draft of Mathematics textbook for grade VII of junior high schoolreceived a positive response from learners, teachers, and parents. Students gave positive responseon Learning Material by 80%, Layout by 76,67%, Language and Readability by 86.66%,supplement materials related to Spiritual and Social Competence by 80%, Learning Activity andMedia by 75%, Exercises and tasks by 76,67% , Feedback by 90%, While teachers also respondedpositively the presence of the book on the Learning Objectives by 100%, Input by 83,33%%,Settings by 83,33%, activity (methods, techniques, and learning media) by 83,33%, the Role ofTeachers by 100%, and the Role of students by 100%. Some parents were consulted to respondthrough questionnaires on the content of the book. They gave positive response to the students'motivation to learn in their home by 83,33%, attitude in the home and the environment by 79,17%,and the Ethics of Speaking in their home and public as well as 79,17%. In principle, respondentsliked the part that touches on the value of attitude, especially on the material, matter, reflection(Refleksi) and Ponder (Renungkan). They became familiar with the attitude and value stated on thebook and at the same time explored other positive values that can be developed in the bookmaterials.
Keywords: textbook, testing, evaluation, positive response
I. INTRODUCTIONCurriculum regulates the
implementation of learning in the classroom,therefore the curriculum is a reference forteachers in determining learning materialsand appropriate methods that can be appliedto achieve the goal of education. In order toimprove the quality of education in Indonesiafor the better, the government has madeseveral changes of curriculum in accordancewith the reality of the situation existingeducation. Finally the government ofIndonesia issued curriculum that emphasizethe cultivation of spiritual values and socialself-learners that Curriculum 2013.
The existence of Curriculum 2013 cannot stand alone without any other support.The curriculum itself should not be rigid andcertainly requires interpretation, explanation,instruction either through technical guidance,seminars, workshops or textbooks. Learningand textbooks are the two things thatreciprocal (complementary). Learning willtake place effectively if it is equipped with atextbook. Textbooks can be designed andused properly if it pays attention to a numberof principles in learning. Learningcomponents consist of students, teachers,teaching materials, method of learning, andassessments. Good textbook is a textbookthat is able to reflect the indivisibility of allcomponents, so that the teaching materials,teaching method, and assessments can beeasily examined and implemented, both bystudents and teachers.
Therefore, the textbook should bedeveloped effectively and efficiently so thatlearners and educators are helped in teachingand learning certain disciplines. Then studyin the second year is focused on testing draftof Math textbook for grade VII of JuniorHigh School to obtain appropriate andconstructive textbooks in generating bettereducation output not only in terms ofcognitive (knowledge) and psychomotor(skills) but also in spiritual and socialaspects.
II. REVIEW OF LITERATURE2.1 Curriculum 2013 and Textbook
UNESCO (2004: 13) states that"Curriculum is what is learned and what istaught (context); how it is delivered(teaching-learning methods); how it isassessed (exams, for example); and theresources used (eg, books used to deliver andsupport teaching and learning) ". Curriculumis the heart of education where the materials,processes, content and learning objectivesdetermined by it. Meanwhile, the textbook isthe kind of book that is utilized for studentsas the provision of basic knowledge, andused as a learning tool and used to equip aneducational institution.
Textbooks are designed in accordancewith the curriculum, but this relationship isnot rigid. The curriculum is not prescriptiveto determine everything. The curriculum stillrequires interpretation, explanation,description, equipping, enrichment, andguidance for the learning achievementcompetence, indicators and topic. Incomposing textbook, a writer needs toprepare the syllabus and teaching methods,and preparing materials and strategy ofpresentation, which is not included in thecurriculum. The function of the curriculum isessentially limited to the outlines of learning(Garis Besar Haluan Pembelajaran) that arealways changing.
Therefore, the composition of textbooksshould be based on the principle of thedynamics of the quality or the principle of abalanced quality improvement. This principleis a response to the dynamic nature of thecurriculum. Once there is a change ofcurriculum, textbooks can be adapted to thechanges, by revising it. The principle ofcontinuous quality improvement willencourage writers to always perform qualitycontrol and gradual changes to the design ofthe book: the content, material, matter, andexercise and so on. Therefore, it isrecognized the term of textbook revisededition 1 and 2 or the new edition textbookswith additions and others.
2.2.1 The Basis of Composing TextbookThe composition of a good textbook is
based on:a) The Scientific Basisb) The Basis of Material and
Grammatical Readability
2.2 Mathematics Textbook WritingThe process of drafting textbook certain
courses will begin the following phases:a. The Study of Curriculum 2013b. Designing syllabusc. Organizing textbookd. Material selectione. Material layout or displayf. The use of language and readability
III. RESEARCH METHODS1. Research Approach
This study is developmental researchthat aims to develop educational products andtest the effectiveness of the product. Thisresearch was conducted for 2 years where thefirst year, researchers conducted aninvestigation of the problems that occur inthe field related to the implementation of thecurriculum 2013 mainly related to how theteacher pours spiritual and social competencein mathematics in the first year of junior highschool. The results of these investigationsbecame the basis for researcher to design aintegration model of spiritual and socialcompetencies in mathematics in the planningprocess, the learning process and assessment.In addition, in the second year of thisresearch, the researcher will develop themathematics textbook which supports theintegration of spiritual and socialcompetencies into knowledge and skillcompetencies.
2. Research LocationThe research was conducted at several
schools of Junior High School in the city ofMedan that use the curriculum 2013, namelySMPN 1, SMPN 34 and SMPN 38 Medan.
3. Research ProceduresThe procedures of the reasearch are
shown in the following figure:
IV. RESULTS AND DISCUSSIONFigure1.1 Research Procedure
4.1 Data Analysis of Testing IntegrationModel of Spiritual and SocialCompetence
4.1.1 PlanningSomething planned well it will produce
well anyway. It also happens in learningprocess as factories that produce educatedhuman outcomes. Then it needs to be plannedmaterial or materials applied learning,learning activities were implemented,indicators of achievement of competencieslisted, enforce judgment, allocation of time,and learning resources are defined in thesyllabus. So that these components alsofacilitate the learning that can help studentsdevelop the values, it is necessary to adaptthe components of learning activities,indicators of achievement of competencies,and assessment techniques from the syllabus.The addition or modification of learningactivities, indicators of achievement andassessment techniques in the syllabus mustpay attention to compliance with corecompetencies and basic competenciesassociated with knowledge and skills.
The combination of spiritual and socialvalues needs to be facilitated and developedsince the learning process is designed bylesson plan. Teachers have committed to add
Validatingthe product
Revising theProduct (I)
Identificationof problemand need
Designingthe
product
Validatingthe
product
Revisingthe
Product(I)
Experimentingin the field
Revisingthe
Product(II)
Producttested
an element of spiritual values and or social intheir lesson plans as described as follows:1) Adding and / or modifying the learning
activities in the Lesson Plan, as well asadding valuable words of spiritual andsocial formation of values in eachlearning activity so nuanced learningactivities designed to develop spiritualand social competence
2) Adding and / or modifying the indicatorsof achievement of competencies in theLesson Plan primarily on basiccompetencies indicators relatedknowledge and skills, thereby ensuringindicators related to the achievement ofspiritual and social competence.
3) Adding and / or modifying the lessonplan assessment techniques on well withobservations, self-assessment, peerassessment and journals consistently todevelop and / or measuring thedevelopment of spiritual and socialcompetence of students.
4.1.2 Teaching Learning1) Opening activity.
In opening activity, teacher:a. prepare students psychologically and
physically to follow the learningprocess;
b. ask questions to remaind the studentabout the lesson before continue thenext lesson.
c. explain the purpose of learning orbasic competenciesthat will beachieved;
In the opening activities,activities that was done and thevalues of spiritual and social that wasimplemented and developed includethe following.
a. Teacher entered the classroom ontime (discipline);
b. When the teacher entered theclassroom, says greeting to thestudents (politely);
c. Praying before starting the lesson andpray for other students who are ill inorder to get well (religiousness,careness);
d. Ensuring that every students come ontime (discipline);
e. Giving warn to students who comelate politely (discipline, polite andcareness)
f. Linking the material / competenciesthat will be learn with spiritual valuesand appropriate social.
g. conveying the scope of material andthe description explanation ofactivities according to the syllabus.
2) Main ActivityImplementation of main activities is a
learning process to achieve BasicCompetence performed interactively,inspiring, fun, challenging, motivating thestudents to actively participate and providemedium for innovation, creativity, andindependence in accordance with theiraptitude, interests and physical andpsychological development of learners. Themath teacher has been using a methodadapted to the characteristics of learners andsubjects, which may include the followingprocess:
a. ObservingIn observing activity, the teachershave asked the studentsindependently to see and hear visualmedial, audio and audiovisual aboutthe topic / material’s theme they willlearn by applying the principles ofnature with praise of creation,grateful for the perfection of hiscreators (religious, grateful, self-contained, logical thinking, creative,curious);
b. AskingAsking activity, the teachers havefacilitated the interaction betweenstudents and teachers, environment,and other learning resources politelyand orderly (curious, cooperation,mutual respect);
c. Gathering informationIn collecting information, theteachers have:
1. facilitated students by givingassignments, discussions, andothers to come up with new ideasboth orally and in writing (creative,confident, critical, respectful,polite);
2. provided an opportunity to think,analyze, solve problems and actwithout fear (creative, confident,critical);
3. facilitated learners in problem-based learning, project, search,discovery (cooperation, mutualrespect, responsibility);
d. ReasoningIn reasoning activity, the teachershave facilitated the students analyzethe patterns of mathematics closelyrelated to everyday problems(conscientious, creative, hardworking, confident).
e. communicatingIn communicating activity, teachershave:
1. facilitated the students presentwritten or oral with responsibilityand confidence in learning outcomes,what they have learned, skills ormaterials that still need to beimproved, or strategicies or newconcepts were found based on whatis learned. (responsibility,confidence, co-operation).
2. facilitated the presentation of theresults of the students responded withcourtesy and respect include give thequestion and answer session toconfirm, denial and reason, giveadditional information, or completethe information or other responses.(courtesy, respect, critical thinking).
3). Closing ActivitySome activities was carried out to ensure
that the integration of spiritual values andsocial can be more intensive is as follows:
a. Teachers have concluded the lessonrelating knowledge aspects, thenstudents was facilitated to obtain a
valuable moral lesson, learned fromthe knowledge and skill or through alearning process in the past.
b. Teachers have assessed not onlystudents’ cognitive and skillachievement but also on thedevelopment of students’ character.
c. Teachers have related feedback to theproduct or process to involve bothcompetence and character and beginwith the positive aspects pointed bystudents to grow up self-reliance.
d. Teachers have displayed students’works to develop the mutual respectwith other people's work andconfidence.
e. Teachers have conducted follow-upactivities, remedial learning,enrichment programs, counselingservices and provided assignmentsindividualy and group assignment notonly related to the development ofintellectual ability but also personality.
f. Praying at the end of the lesson.
4.1.3 AssessingAssessing mathematics achievement has
been done in the form of test and non-testinstruments. Assessment of the mastery ofmathematical concepts was done through thetest instrument and given scores based on theforms. The test instrument used to measureaspects of knowledge or skill. As disclosed inprevious studies that the process of assessingstudent learning, teachers were required tomake an assessment instrument that includesfour competencies, namely spiritual, social,knowledge and skills competency. But inreality, to assess the spiritual and socialcompetence, teachers simply usingobservation without making a clearassessment rubric, so that the development ofspiritual values and social on students couldnot be seen objectively.
By discussing and mentoring done to thejunior high math teachers of Medan, then theteacher has condone the inclusion of non-testinstrument that can be used by theobservation sheet teachers (observer) orquestionnaire for students. Statements on
observation sheets or questionnaire preparedbased on the indicators of the character orvalue to be revealed. The assessmenttechniques was used to determine thecharacter development is observation, peerassessment and self-assessment and journals.
In principle, teachers have applied theintegration model of spiritual and socialcompetence that have been resulted inprevious research coupled with mentoring soafter being observed the process of planning,implementation, and assessment of learningallowing teachers to run the curriculum 2013,which mandates to incorporate spiritual andsocial values integrated to knowledge andskills competence. However, it shouldcontinue to have discussions and furtherstudies to keep refining the design or modelthat has been developed.
4.2 Data Analysis of Testing MathTextbookTo produce a representative and
applicable math textbook for grade VII ofjunior high school, then the testing oftextbook was analyzed. The analyses wereperformed to determine the accuracy andsuitability of textbooks to the needs ofstudents, teachers, and parents. This analysiswas obtained from students, parents, andteachers. Needs analysis carried out throughthe use of instruments. As the foundation forthe design and development in composingmathematics textbook for grade VII of juniorhigh school, the results of the textbooksinstrument analysis from students, teachers,and parents in junior high school wasindispensable as outlined in the followings.
4.2.1 Students’ ResponseData on students' responses regarding
good textbook mostly acquired through theanswers in the questionnaire described asfollows:
a. Learning MaterialsBased on data obtained through the
questionnaire, it can be concluded that 80%of junior high school students stated themathematics textbook material from this
research is feasible to increase the knowledge,experience, and insight. Then, 13.33% ofstudents chose the old material because theyhave not mastered the material quite well.The remaining 6.67% did not like the newmaterial because they have not mastered thematerial.
b. Layout DisplayIn relation with the presentation of the
material in the textbook, based on the resultsof the questionnaire, 76.67% of junior highschool students liked the layout and displaythat is completely new for them. The displayof the book provided contextual insight andknowledge with their lives. In addition, anew presentation is more fun and exciting forthem to learn. However, there are 23.33% ofstudents stating that it is better to use the oldbook display to memorize easily.
c. Language and ReadabilityConcerning the grammatical rules, usage
of Standardized Spelling (Ejaan YangDisempurnakan), the use of terms, symbols,and icons in textbooks. The questionnaireresponses showed that 86.66% junior highschool students liked the grammar andreadability. According to them, with theirinitial description is accompanied by picturesrelated to the topic of each chapter makingthe book looked more contextual andapplicable, and lead students to thecomprehension. However, 6.67% of studentsfound grammar and readability confusing, sothey did not like it. Meanwhile, 6.67% statedthat grammar is not essential because theythought mathematics is arithmetic abstractand uncertain. Some students gave input onthe use of symbols, punctuation to breakdown the material so that its presence canassist students in completing a mathematicscase simply.
d. Supplement Materials Related toSpiritual and Social Competence
When talking about supplements totextbooks, the results of the questionnaireseen that 80% of junior high school studentslike their part of the book includes a 'WahanaDiskusi', 'Renungkanlah', 'Cari Tahu','Ingatlah', 'Tugas Proyek' and 'Refleksi' bygeneral they got enlightened on theimportance of spiritual values and social life.The meaning of responsibility, independent,honest and grateful to them while learning todive into the book. According to them, itgives new insight and knowledge, can testcapabilities, and make the book seem morevaried so it is not boring, and make theirbrains to think. However, there are 13.33% ofstudents who did not agree with that. Theyfind that additional material such as'Renungkanlah' and others above wasdifficult and not according to their abilities soas to make them less confident. Meanwhile,the 6.67% of students did not make anyadditional supplements related to spiritualand social competence.
e. Activities and Learning MediaIn case of material containing much
interaction in the classroom to supportlearning 75% of students agreed to it.According to them, these materials allowedthem to talk to each other, knew each other,exchanged information, and provided anopportunity to interact. While 23.67% ofstudents disagreed because they preferred theteacher's explanation and learning outside theclassroom. Meanwhile, the 1.33% of studentsstated some parts agreed and some othersdisagreed depending on the condition.
f. Exercise and TasksWhen being asked whether they
liked the exercise provided anopportunity to practice in the classroom,76.67% of the students liked it.According to them, such exercises couldbe easier for them to practice andprovided training for them to hone skills.13.33% of students did not like thepractice, because they preferred learning
in the classroom. Furthermore, 10% ofstudents stated that it was not influentialand depending on the difficulty of eachindividual.
g. FeedbackIn relation to the feedback on a matter,
90% of the students liked it. According tothem, the reflection or feedback that madethem aware of incorrectness, allowedcommunication, improved their ability, madeit easier to find information, facilitated self-correcting, easier to know their owncapability, knew what wrong and what rightis, and increased knowledge. 10% of studentsexpressed disliked the feedback or reflectionbecause it made them happy and feltconfident.
2. TeachersBeside analyzing textbooks on students'
response, questionnaires were also given toteachers to determine their response to thetextbook. There were six components of thetextbook that need to be discussed in order toprovide feedback to the textbook that hasbeen designed, namely Learning Objectives,Inputs, Settings, Activity, Student Roles,Role of Teachers. Here are the results of theanalysis of the teachers' responses:
a. Learning objectivesIn case of learning objectives, learning
activities were able to instill charactervalues if the purpose was not only orientedto knowledge but also attitudes. Teachersresponded positively with the percentage of97% admitted the existence of the additionalorientation objectives in learning activitiesto the achievement of attitude or a certainvalue in mathematics such as logicalthinking, critical, hard work, curiosity,independence, self-confidence, while theprincipal character developed inmathematics include religious, honest,smart, tough, caring, and democratic hasbeen listed in the textbook.
However, from the discussions, therewere some idea on some material that need
to be added to the spiritual and socialvalues. Admittedly, the Mathematicstextbook for grade VII are living documentsthat requires simultaneous critical and ideaso anyone can provide input on the book.
b. InputInput is a material or reference as a
starting point to implement the learningactivities for students. Input can be either oralor written text, graphs, diagrams, drawings,models, charts, real objects, films and so on.Teachers responded positively to the inputthat introduces values and not just presentingthe material or knowledge associated to thematerial or knowledge with the percentage of98%. Similarly, students, teachers alsofavored the textbook that includes 'WahanaDiskusi', 'Renungkan', 'Cari Tahu', 'Ingatlah',and 'Refleksi'. The part touched a stance thatis highly related to the context of knowledgeand skills.
c. SettingSettings of study related to when and
where the project is implemented, how long,whether individually, in pairs, or in groups.Each setting has implications for theeducated values. Short time setting of taskcompletion , for example, made the studentsfamiliar with the task quickly to appreciatethe time well. Meanwhile the working groupmade students acquire the ability tocooperate, respect each other, and others.
In general setting of activity in the bookwas very good positive responses. Teachersgave a positive statement on the setting in theMathematics textbook with a percentage of88%. The task group, project tasks,discussions forum, the number of exercisesand competency testing were sufficient.However there were some tasks or activitiesthat need to be corrected in the placement.From the experiments, there were manystudents who have difficulty in doing the taskindividually. It was suggested to use manyactivities that allow students to work on thetask in pairs or groups. That was because inevery task, students not only requires anunderstanding of the content of the materials
studied but they also have to understand thelanguage of the material.
d. ActivitiesLearning activity is what is done by the
students (together with and / or without teacher)with learning input to meet the learningobjectives. Teachers gave positive responses tothe learning activities listed in the textbook with98%. They consider the activities in the bookcould guide students to internalize values. Theyalso agreed with the active learning activitiesthat encourage autonomous learning (self-learning) and learner-centered (student-centered). Autonomous learning and learner-centered automatically helped students gain alot of the value of life.
Based on the results of the responses, it canbe concluded that the activity used in the bookis good. Nevertheless, there is still the need forincreased variety of activities that refers to thecontent of the learning objectives. It issuggested that the activity should be referred tothe content of learning, this is because toachieve the goal of teaching junior high in theattitude domain.
e. Students’ rolesThe active role of students in learning,
namely, as an observer, inquirer,experimenter, discussions participant,presenter of discussion and experimentresults, project implementers, and so forth.So It is required a textbook which able tofacilitate in identifying, caring, andinternalizing the values of life. To facilitatestudents in knowing, becoming aware of,and internalizing the characters, studentsmust be given active role in learning.
From the results of teachers' responses,it was found that teachers consider thetextbook made the students play an activerole in the classroom. For example, activitiesthat require students to undertakediscussions on a topic with positive responseby 92%. But many learning activities wasstill governed by controlled activities. It issuggested to have additional activity in theform of free activities to increase students'
creativity in achieving learning objectives,especially in shaping students' character.
f. Teachers’ RolesTeachers are an important element in
developing student's social and spiritualvalues. The teacher's role in facilitating theinternalization of values by studentsincludes the teacher as a facilitator,motivator, participants, and feedbackgiver. From the results of teacherresponses, they appreciated positivelyspiritual and social aspects developed inthe book. Methods and techniques oflearning are in accordance with thematerial context. For the selection ofinstructional media, teachers stated themedia was quite easily obtained andapplied in the classroom and relevant tothe material. In conclusion, the book hasprovided an opportunity for teachers toexplore mathematics content and usabilitywith the values of life.
Teachers responded positively to theteacher's role in the book with a percentageof 88%. However, feedback from theteachers, it requires teacher handbook toreinforce and clarify the existing orders onthe activity of the book. Besides that, it issuggested that teachers should be moreactive in helping students to give meaningat each learning session they get. Inaddition, teachers should also act asfacilitator and guide when students carryout activities in the book.
3. Students’ ParentsBeside analyzing students' and teachers'
responses on the textbook, questionnaireswere also given to parents to determine theirresponse to the textbook. Their suggestion tothe textbook is very necessary to know thechanging indicators of the students because itis well known that students have more timewith their parents than teachers in schools.Here are three aspects of the question givento parents.
a. Students Motivation in learning atHomeMotivation and interest in are learning
important characters in a learning process.Motivation can also arise when students havechallenging learning to enlighten them.
Based on the results of thequestionnaire, parents responded positivelyto students' motivation change to learn by83.33% of parents stating their child'smotivation in learning math increases. Infact, sometimes they got some questionsfrom their children about math subject.
b. Attitude at Home and SocietyOne function of education is to
transform ignorance into knowledge alsochange the students' attitude towards thebetter. School is similar to factories thatprocess raw materials into finished goods.The finished goods must have added salesvalue for consumer to purchase. Theneducation comes to produce students whohave good attitude output value. Goodattitude reflected in their behavior at home orin school. To investigate the change ofstudents' attitude then several questions wereasked to parents. 79.17% parents expressedthere was some change toward positiveattitudes in the family and society. They havealready understood the meaning ofredundant, worked mutual with their brothersand sisters at home, set the time betweenplaying and learning.
c. Ethic of Speaking at Home and SocietySpeaking is to produce, arrange the
words on a regular basis through the speechorgan to be understood by his interlocutors.Speech becomes important in the context of arelationship of communication with others.Language can show the personality andbackground quality of a person. Students ashuman beings who are educated must havegood ethics and polite speech. The role ofeducation is vital in directing students tocommunicate well and polite. Througheducation, students learn speaking attitude,intonation, and grammar toward others.
Ethics of speaking is not only reflected in theschool but also in the family and society.
To determine the students’ ethic ofspeaking in their homes and neighborhoods,it required questionnaires to parents becausethey knew much on their students speakingattitude. So it was taken 79.17% of parentsbelieve that the existence of an textbookintegrated spiritual and social was able todirect good and polite speaking ethic. While20.83% considered there was not influentialon their children speech.
V. CONCLUSION AND SUGGESTIONA. Conclusions
Based on the data analysis fromquestionnaires given to students, teachers,and students' parents as well as observation,and focus group discussion with teachers, itcan be summarized as follows:1. Integration model of spiritual and social
competence has been applied in theprocess of planning, implementation,and assessment of learning throughobservation in the textbook experiment.Integration model allows teachers to runthe Curriculum 2013, which mandates toincorporate spiritual and socialcompetencies integrated to knowledgeand skills, but needs to be exploredlinkage and attachment to materialvalues that can be internalized.
2. After testing process, the results ofresponses to the textbook taken fromthree respondents sources namelystudents, teachers and parents with thefollowing results:a. Students welcomed the
mathematics textbook for juniorhigh. It was characterized by apositive response to the subjectmaterial by 80%, layout display by76.67%, language and readabilityby 86.66%, a supplement related tospiritual and social competence at80%, activity and learning mediaby 75%, exercises and assignments76.67, feedback by 90%. Theywanted the book to have materialcomposition which is good, fresh,
and directly related to life. Inaddition, the book should havemany pictures or illustrationssupport that can add the students'interest and enthusiasm in learning.Regarding exercise or activity inthe textbooks, students wanted theexercise or activity should be ableto help students and motivate themto achieve learning objectives.
b. Teachers also welcomed themathematics textbook for juniorhigh. The positive response ischaracterized by a positive responseto the learning objectives of 100%,input by 83.33%, amounting to83.33% setting, activity (methods,techniques, and learning media) byto 83.33%, the role of teachers by100%, and the role of students to100%. But they wanted theintegration of spiritual and socialcompetence with the competence ofan integrated knowledge and skills.Besides the material and form ofexercise for each material tailoredto the learning objectives andfacilitate teachers in teaching.
c. In general, parents who respondedwell to the presence of junior highschool mathematics textbook forgrade VII with positive responsesto the motivation to learn at homeby 83.33%, the attitude at home andenvironment by 79.17%, and theethics of talk in the home andcommunity as well for 79.17%.
B. SuggestionsBased on the research results, the
suggestions to the researcher pointed out areas follows:
1. The integration model is required tobe disseminated and tested in variousjunior high school and need to beexplored the relationship of variousattitude value that can be applied inthe learning process.
2. Textbooks need to be tested to manyschools to strengthen the level of
validity and reliability as a textbook inlearning mathematics for junior highschool students of grade VII.
3. The textbook can be one alternativetextbook supporting the learning ofmathematics in junior high school.
4. Textbooks should be accompaniedwith a teacher handbook.
REFERENCESAkrim, dkk. 2015. Integrasi Kompetensi
Spritual dan Sosial Kurikulum 2013pada Mata Pelajaran Matematika diSMP Negeri Kota Medan.
BPS Kota Medan. 2012. Medan dalamAngka. Medan: BPS Medan.
Borg, Gall & Gall. 2003. EducationalResearch.USA: Allyn and Bacon
David L. Grossman, Wing On Lee, dan KerryJ. Kennedy (eds.). 2008. CitizenshipCurriculum in Asia and The Pacific.Hong Kong: CERC The UniversityHong Kong and Springer.
Depdiknas. (2005). Pedoman Penulisan BukuPelajaran: Penjelasan Standar MutuBuku Pelajaran Bahasa dan SastraIndonesia. Departemen PendidikanNasional. Jakarta.
__________ (2006). KumpulanPermendiknas Tentang StandarNasional Pendidikan (SNP) danPanduan KTSP: Panduan penyusunanKurikulum Tingkat Satuan PendidikanJenjang Pendidikan Dasar danSekolah Menengah. Jakarta:Depdiknas Direktorat PendidikanDasar dan Menengah DirektoratPembinaan Sekolah Menengah Atas.
Disdik Kota Medan. 2013. Data SMP se-Kota Medan. Diakses pada 10 Maret2014 darihttp://disdik.pemkomedan.go.id.
Ilmawati, Iftitah. 2014. ImplementasiKurikulum 2013 Mata PelajaranPendidikan Agama Islam dan BudiPekerti Dalam Pembiasaan ShalatFardlu Peserta Didik Kelas VIISMP Praja Mukti Surabaya.Undergraduate Thesis, Uin SunanAmpel Surabaya.
Kementerian Pedidikan dan Kebudayaan.2013. Kurikulum 2013. Jakarta:Balitbang Kemdikbud.
Listyarti, R. 2013. 4 Kompetensi Inti dalamKurikulum 2013 Dinilai TakRelevan.Diakses pada 10 April 2014 dihttp://news.detik.com/read/2013/02/15/185701/ 2171554/10/4-kompetensi-inti-dalam-kurikulum-2013-dinilai-tak-relevan?nd772204btr.
Nasution, A.H. 1995. Beberapa TujuanMempelajari Matematika. Jakarta:Dirjen Pendidikan Tinggi.
Nuh, M. 2012. Raih Prestasi, Junjung TinggiBudi Pekerti. Jakarta: Kemendikbud.Diakses15 April 2014 dihttp://118.98.166.62/content/berita/utama/raih-prestasi-2-2-2.html.
Rachmawati W.S. (2004). Anatomi BukuAjar. Departemen PendidikanNasional. Jakarta.
Simorangkir, Elly Sabeth. 2015. ManajemenPembelajaran Kurikulum 2013Oleh Guru Kelas X (StudiDeskriptif Kualitatif Di SMANegeri 1 Putri Hijau). MastersThesis, Universitas Bengkulu.
Septiani, Gunik . 2014. KesiapanImplementasi Kurikulum 2013 DiMadrasah Ibtidaiyah KabupatenBantul. Skripsi Thesis, Uin SunanKalijaga.
Surasa, Nisa Nuraini. 2013. ImplementasiKurikulum 2013 Pada PelaksanaanPembelajaran Ekonomi (Studi
Kasus di SMA Negeri 2 Malang).Skripsi, Program Studi PendidikanEkonomi, Jurusan EkonomiPembangunan Fakultas EkonomiUniversitas Negeri Malang
Sukardjo dkk. 2008. Desain PembelajaranEvaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:PPs UNY
Sugiono. 2010. Metode Penulisan Kuantitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta
Susetyo, R.B. 2013.Aktivis pendidikankhawatirkan kurikulum 2013. Diaksespada 10 April 2014 dihttp://www.antaranews.com/berita/384951/aktivis-pendidikan-khawatirkan-kurikulum-2013.
Sumampow, J. 2014. Gencar, DesakanTunda Kurikulum 2013.Diakses 15April 2014 dihttp://edukasi.kompas.com/read/2013/04/09/1209122/Gencar. Desakan.Tunda. Kurikulum. 2013.
UNESCO. (2004). Changing TeachingPractise: Using Curriculumdifferentiation torespond to students’Diversity: France.
Lampiran 1. Bukti Penerimaan Sebagai Presenter Konferensi Internasional
International Conference on Mathematics,
Science, and EducationFMIPA UNNES Gd. D-12 Kampus Unnes Sekaran Gunungpati
Semarang, Central Java - IndonesiaPhone: +62 815 6542 989 Email: [email protected]
11 Aug 2016
Dear Mr/Ms. AKRIM
Author(s):Akrim, Zainal Azis, Munawir Pasaribu
Congratulations!We are pleased to inform your submission "Developing Model andTextbook Integrated to Spiritual and Social Competence of MathSubject for Grade VII in State Junior High School of Medan"has been accepted for oral presentation.
Looking forward to seeing you in The 3rd ICMSE 2016 that will be held 3-4September 2016,in Grasia Hotel Semarang,S. Parman Street No. 29, Semarang, Central Java 50231, Indonesia.
Best regards,ICMSE 2016 Committee
Lampiran. Pengiriman Artikel ke Jurnal Internasional Osaka Journal ofMathematics
Lampiran Bukti Penerimaan Artikel ke Jurnal Internasional