of 47 /47
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA, INVESTASI, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA Hastina Febriaty, S.E.,M.Si 0122028602 Ketua Nurwani, S.E.,M.Si 0126038901 Anggota Dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : 289/II.3 AU/UMSU-LP2M/C/2017 Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

  • Author
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

Hastina Febriaty, S.E.,M.Si – 0122028602 – Ketua Nurwani, S.E.,M.Si – 0126038901 – Anggota
Dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : 289/II.3 AU/UMSU-LP2M/C/2017
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan
i
RINGKASAN
Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang baik, seperti makanan, pakian dan tempat berlindung. Kemiskinan juga dapat menyebabkan kebodohan karena tidak adanya akses pendidikan yang mereka terima. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi.
Dalam penelitian ini membahas tentang pengaruh pendapatan perkapita, investasi dan inflasi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pendapatan perkapita, investasi dan inflasi terhadap kemiskinan di provinsi Sumatera Utara secara parsial dan simultan, serta variabel yang berpengaruh dominan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia dari tahun 2001 – 2015.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program e-views 8.1dan melakukan pengujian asumsi klasik serta menggunakan pengujian hipotesis secara simultan (F) dan parsial (t).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Pendapatan Perkapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara, Investasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara sedangkan Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Secara simultan pendapatan perkapita, investasi dan inflasi berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara
Kata kunci: pendapatan perkapita, investasi, inflasi dan kemiskinan
ii
PRAKATA
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya
yang telah memberikan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
kemajuan dalam Penelitian Dosen Pemula, dengan judul “Pengaruh Pendapatan
Perkapita, Investasi dan Inflasi terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara”
dengan baik dan tepat waktu.
Penelitian ini tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya peran dan
partisipasi dari berbagai pihak yang telah memberikan konstribusinya baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam membantu pelaksanaan Program
Penelitian Dosen Pemula ini. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati kami
mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebagai penyelenggara penelitian Program
Penelitian Dosen Pemula dan Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sebagai penanggung jawab Program
Penelitian Dosen Pemula Bapak Agussani, M.Ap selaku Rektor UMSU dan
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak H. Januri, SE, MM.,M.Si yang telah
memberikan ijin untuk mengikuti penelitian ini, dan pihak-pihak lain yang tidak
bisa disebut satu persatu. Kami berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
Medan, Oktober 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN ......................................................................................... i PRAKATA …………………………………………………………… .. ii DAFTAR ISI ........................................................................................... iii DAFTAR TABEL ……………………………………………………. . v DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… .. vi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 4 1.3 Batasan Penelitian ........................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6 2.1 Kemiskinan ..................................................................... 6 2.2 Pendapatan Perkapita…………………………………... 8
2.2.1 PDRB Perkapita………………………………… . 8 2.3 Investasi ……………………………………………….. 8
2.3.1 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)…… ... 9 2.4 Inflasi ………………………………………………….. 10 2.5 Review Penelitian Terdahulu…………………………... 10 2.6 Kerangka Kerja Konseptual Penelitian ………………... 11 2.7 Hipotesis Penelitian……………………………………. 11
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN......................... 12 3.1 Tujuan Penelitian ............................................................ 12 3.2 Manfaat Penelitian .......................................................... 12
BAB 4 METODE PENELITIAN ...................................................... 13 4.1 Jenis Penelitian................................................................ 13 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................... 13 4.3 Defenisi Operasional Variabel……………………….. .. 13 4.4 Model Estimasi……………………………………….. . 14 4.5 Uji Asumsi Klasik…………………………………… ... 15 4.6 Analisis Data ………………………………………….. 17
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ……………… .. 19 5.1 Hasil Penelitian ……………………………………… .. 19
5.1.1 Statistik Deskriptif ……………………………… 19 5.1.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik………………….. 20 5.1.3 Hasil Uji Hipotesis ……………………………… 23
5.1.3.1 Hasil Uji t………………………………. ... 23 5.1.3.2 Hasil Uji F ……………………………… .. 25 5.1.3.3 Koefisien Determinasi (R-Square) ……… . 26
5.3 Luaran Penelitian …………………………………….... 26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 30
LAMPIRAN
v
Daerah ............................................................................................. 2
5.1 Statistik Deskriptif........................................................................... 19
5.7 Rencana Target Capaian Tahunan................................................... 22
1
Kemiskinan menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga
menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini
sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan
aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi
masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan
Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa
mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan
investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan
kejahatan. Chriswardani (2005) menyatakan bahwa kemiskinan bukan hanya
hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga meliputi
tingkat kesehatan, tingkat pendidikan serta ketidakberdayaan dalam menentukan
jalan hidupnya sendiri.
Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan internasional sebesar 1,25 dollar
AS per kapita per hari. Artinya, yang dianggap miskin di dunia ini,di negara
manapun individu tersebut berada adalah yang memiliki pendapatan kurang dari
1,25 dollar AS per hari.
Menurut data BPS Sumatera utara (2015) dari Hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015 menunjukkan
bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.463.670
orang atau sebesar 10,53 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih
buruk jika dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang jumlah penduduk
miskinnya sebanyak 1.360.600 orang atau sebesar 9,85 persen. Dengan demikian,
ada peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 103.070 orang serta
peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 0,68 poin. Perkembangan
tingkat kemiskinan mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2015, ditunjukkan
pada Tabel 1.1
Tahun 1999 – 2015 Tahun
Persentase (%)
(1) (2) (3) Februari 1999 1 972,7 16,74 Februari 2002 1 883,9 15,84 Februari 2003 1 889,4 15,89
Maret 2004 1 800,1 14,93 Juli 2005 1 840,2 14,68 Mei 2006 1 979,7 15,66
Maret 2007 1 768,4 13,90 Maret 2008 1 613,8 12,55 Maret 2009 1 499,7 11,51 Maret 2010 1 490,9 11,31 Maret 2011
September 2011 1 492,2 1 436,4
11,33 10,83
Maret 2012 1 425,8 10,67 September 2012 1 400,4 10,41
Maret 2013 1 362,4 10,06 September 2013 1 416,4 10,39
Maret 2014 1 286,7 9,38 September 2014 1 360,6 9,85
Maret 2015 1 463,7 10,53
Sumber: Diolah dari data survey sosial ekonomi nasional (Susenas)
Jumlah penduduk miskin Sumatera Utara yang berada di daerah perkotaan
pada Maret 2015 sebanyak 699.300 orang dan di daerah perdesaan sebanyak
764.370 orang. Jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal pada masing-
masing daerah tersebut, maka persentase penduduk miskin di daerah perkotaan
sebesar 10,16 persen, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 10,89 persen. Ini
dapat dilihat dari tabel 1.2 dibawah ini.
Tabel 1.2
September 2014 – Maret 2015 Daerah
Jumlah (ribu jiwa)
September 2014
Maret 2015
September 2014
Maret 2015
(1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan 667,47 699,30 9,81 10,16 Perdesaan 693,13 764,37 9,89 10,89 Kota + Desa 1 360,60 1 463,67 9,85 10,53
Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
3
September 2014 – Maret 2015 diduga berkaitan dengan faktor-faktor berikut:
a. Inflasi selama periode September 2014 – Maret 2015 meningkat menjadi
3,49 persen, dari 2,55 persen pada periode sebelumnya (Maret 2014 –
September 2014).
b. Nilai Tukar Petani mengalami penurunan, yaitu dari 99,76 pada September
2014 menjadi 99,09 pada Maret 2015.
c. Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami peningkatan yaitu dari 6,23
persen pada Agustus 2014 menjadi 6,39 persen pada Februari 2015.
d. Demikian pula Pertumbuhan Ekonomi melambat, yaitu dari 5,41 persen
pada Triwulan III 2014 menjadi 4,83 persen pada Triwulan I 2015 (BPS
Sumut, 2015)
Dari data yang di uraikan diatas, jika kita melihat kebelakang bahwa
kebijakan pemerintah yang selama ini jarang terjadi yaitu melakukan penurunan
harga BBM setelah sempat dinaikkan, bisa memunculkan kelegaan serta
mengurangi beban ekonomi yang harus ditanggung rakyat. Namun, faktanya
kebijakan menurunkan harga BBM itu, tidak terlalu dirasakan rakyat manfaatnya.
Sebab, jauh sebelumnya harga-harga kebutuhan sehari-hari (sembako) serta harga
di sektor lainnya, sudah mengalami kenaikan atau terjadi inflasi dan sukar
diharapkan akan mengalami penurunan. Situasi ini agaknya ikut mempengaruhi
kehidupan masyarakat, khususnya di Sumatera Utara, yang belum bisa bangkit
dari keterpurukan, akibat lemahnya pertumbuhan ekonomi serta tidak adanya
peningkatan ketersediaan lapangan pekerjaan. Menurut data BPS (Sumut) Laju
investasi ke Sumatera Utara (Sumut) hingga kuartal III 2015 lalu tercatat
mencapai Rp14,847 triliun, melampaui target yang ditetapkan oleh Badan
Penanaman Modal dan Promosi (BPMP) Sumut sebesar Rp11 triliun sepanjang
tahun berjalan. Begitupun, catatan investasi yang tinggi itu malah berbanding
terbalik dengan jumlah penduduk miskin di Sumut yang justru meningkat.
lonjakan investasi yang tak sejalan dengan jumlah penduduk miskin tersebut
disebabkan oleh investasi yang tak maksimal menyerap tenaga kerja dan angka
garis kemiskinan yang mengalami kenaikan. Dengan kata lain kemungkinan besar
4
investasi yang masuk lebih banyak ke sektor-sektor tak produksi, seperti
infrastruktur, properti dan penyediaan energi. Sektor-sektor ini hanya menyerap
jumlah tenaga kerja yang sangat sedikit. Berbeda halnya jika investasi itu berbasis
produksi.
Ironisnya, sebagian besar tenaga kerja yang diserap pada proyek-proyek
infrastruktur dan properti malah didatangkan dari Jawa atau daerah lain. Porsi
untuk tenaga kerja Sumut malah sedikit. Hal ini yang menyebabkan angka
pengangguran tetap tinggi.
Selain itu, proyek-proyek tersebut justru merupakan proyek jangka pendek
yang tak bisa menampung tenaga kerja dalam jumlah banyak dan dalam jangka
waktu yang panjang. Sehingga masyarakat tetap terjebak dalam kemiskinan.
Dari uraian tersebut, penulis ingin mengetahui lebih lanjut dengan
membuat suatu penelitian yang berjudul :“Pengaruh Pendapatan Perkapita,
Investasi dan Inflasi terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan utama yang ingin dibahas
dalam penelitian ini adalah kemiskinan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
ekonomi makro. Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut adalah dengan
cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebagai berikut
1. Apakah ada pengaruh pendapatan perkapita terhadap kemiskinan di
Provinsi Sumatera Utara
2. Apakah ada pengaruh investasi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera
Utara
3. Apakah ada pengaruh inflasi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera
Utara
4. Apakah ada pengaruh pendapatan perkapita, Investasi dan inflasi secara
simultan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara
5
1. Penelitian ini terbatas hanya pada variabel pendapatan perkapita, investasi,
inflasi dan kemiskinan di provinsi Sumatera Utara
2. Tahun penelitian hanya terbatas pada tahun 2001-2015
6
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Menurut Suharto (2009) kemiskinan merupakan masalah yang tak pernah
kunjung usai. Di negara-negara maju, kemiskinan lebih bersifat individual, yaitu
disebabkan karena seseorang mengalami kecacatan (fisik atau mental), ketuaan,
sakit yang parah, dan sebagainya. Namun, pada negara berkembang, kemiskinan
lebih disebabkan pada sistem ekonomi dan politik bangsa yang bersangkutan.
Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks bagi negara maju maupun
Negara berkembang, sehingga penanggulanganya memerlukan strategi yang tepat
dan berkelanjutan (Vincent, 2009). Menurut Nilsen (2007) kemiskinan akan
membatasi kemampuan individu untuk tetap sehat dan mengembangkan
keterampilannya. Penyebab kemiskinan dari sisi ekonomi yaitu, (1) karena
kualitas penduduk yang rendah, (2 karena adanya perbedaan kualitas sumber daya
manusia, dan (3) karena adanya perbedaan akses dalam modal (Kuncoro, 2004).
Kelompok penduduk miskin yang berada pada masyarakat pedesaan dan
perkotaan pada umumnya dapat digolongkan pada buruh tani, pedagang kecil,
buruh, pedagang kaki lima, pedagang asongan, pemulung, pengemis, pengamen
dan pengangguran.
disembuhkan atau paling tidak dikurangi (Addison, 2007). Upaya pengentasan
kemiskinan harus dilakukan secara komperhensif dan mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat (M. Muh Nasir et al., 2008). Kemiskinan yang dihadapi
oleh penduduk miskin telah menjadi perhatian dunia dan menjadi isu sentral
dalam Millenium Development Goal (MDGs). Negara peserta konferensi ini
7
kekurangan pangan hingga 50 persen pada tahun 2015 sehingga tujuan
pembangunan nasional tercapai (Yogi dan Jember 2010)
2.2 Pendapatan Perkapita
untuk melihat daya beli suatu daerah. Pendapatan perkapitan dapat diartikan
sebagai jumlah dari nilai suatu barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi
penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu (Bibi, 2006) Besarnya
pendapatan perkapita sering digunakan sebagai pembanding tingkat kemakmuran
di berbagai daerah (Norton, 2002). Pendapatan perkapita dapat diperoleh dari
tahunntertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu Negara pada tahun tersebut
(Sadono Sukirno, 2004:423).
PDRB perkapita dapat dijadikan sebagai salah satu indikator guna melihat
keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah. PDRB adalah nilai
bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi
di suatu daerah dalam periode (Hadi Susana, 2006). PDRB dapat menggambarkan
kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya yang akan dimilikinya. Oleh
karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat
bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor produksi daerah
tersebut.
menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Sedangkan PDRB Per
kapita dapat dihitung dari PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah
penduduk pada suatu wilayah.
pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
8
dalam perekonomian.
Investasi yang masuk ke suatu daerah secara langsung akan menambah
capital di daerah serta meningkatkan kegiatan ekonomi. Jika arus investasi ke
suatu daerah berlangsung terus menerus dan dalam jangka panjang serta dibarengi
dengan ekonomi yang berdaya saing tinggi, maka investasi akan meningkatkan
penawaran melalui peningkatan stok kapital yang ada. Selanjutnya, peningkatan
stok kapital ini akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan
output atau melakukan kegiatan produksi yang menambah aktivitas perekonomian
daerah tersebut (Rizal, 2014). Artinya semakin tinggi akumulasi kapital maka
semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi dan semakin tinggi tingkat
kesejahteraan masyarakatnya.
Investasi swasta atau PMDN merupakan komponen dari perbelanjaan
agregat yang sifatnya tidak stabil, dan menjadi salah satu sumber penting dari
konjungtur dalam perekonomian. Besarnya investasi perusahaan dapat
diterangkan dalam analisis hubungannya dengan tingkat suku bunga, apabila suku
bunga rendah, lebih banyak investasi yang akan dilakukan, dan sebaliknya
kenaikan suku bunga akan menyebabkan pengurangan dalam jumlah investasi
(Sadono Sukirno, 2000), selanjutnya dikatakan bahwa kegiatan investasi
memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi
dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan kemakmuran
masyarakat.
Salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
mendorong partumbuhan investasi swasta adalah dengan mengusahakan keadaan
yang kondusif dan menarik bagi berkembangnya industri dalam negeri dan
masuknya investasi asing. Sejalan dengan semakin meningkatnya investasi yang
berasal swasta baik investasi dengan fasilitas PMDN maupun non fasilitas,
diharapkan dapat meningkatkan kesehjateraan masyarakat.
9
Boediono (2008:155) mendefinisikan inflasi merupakan kecendrungan
dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus, akan tetapi kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi, kecuali
bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada sebagian
besar dari harga-harga barang lainnya.
Menurut Nanga (2005:248) inflasi yang terjadi pada perekonomian di
suatu daerah memiliki beberapa dampak dan akibat yang diantaranya adalah
inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan output dan tenaga kerja, dengan
cara memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah
dilakukannya tergantung intensitasi inflasi yang terjadi. Apabila inflasi yang
terjadi dalam perekonomian masih tergolong ringan, perusahaaan berusaha akan
menambah jumlah output atau produksi karena inflasi yang ringan dapat
mendorong semangat kerja produsen dari naiknya harga yang mana masih dapat
dijangkau oleh produsen. Keinginan perusahaan untuk menambah output tentu
juga dibarengi oleh pertambahan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja. Pada
kondisi tersebut permintaan tenaga kerja akan meningkat, yang selanjutnya
meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang ada dan pada akhirnya mendorong
laju perekonomian melalui peningkatan pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila
inflasi yang terjadi tergolong berat (hyper inflation) maka perusahaan akan
mengurangi jumlah ouput akibat tidak terbelinya faktor-faktor produksi dan
perusahaan juga akan mengurangi jumlah penggunaan tenaga kerja sehingga
penyerapan tenaga kerja semakin berkurang dan pengangguran bertambah.
2.5 Review Peneliti Terdahulu
sebelumnya yang membahas mengenai kemisinan di daerah yakni:
Penelitian tentang kemiskinan ini Sudana I Wayan, I Ketut (2015) yaitu
analisis pengaruh produk domestik regional bruto, pendidikan dan struktur tenaga
kerja terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Hasil analisis berdasarkan 4
variabel menunjukan adanya pengaruh secara simultan PDRB, pendidikan dan
10
struktur tenaga kerja pertanian terhadap tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali. Uji t
menunjukan terdapat pengaruh negatif namun signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi Bali, sedangkan strruktur tenaga kerja pertanian secara
parsial berpengaruh positif namun tidak signipikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Bali. Iswara, Indrajaya (2014) dengan judul Pengaruh pendapatan asli
daerah, pendapatan perkapita dan tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di
provinsi Bali Tahun 2006-2011 Ditemukan hasil bahwa tingkat pendidikan
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hasil
selanjutnya menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan pendapatan perkapita
secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Serta, pendapatan
asli daerah, pendapatan perkapita, dan tingkat pendidikan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
2.6 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Kerja Penelitian
2.7 Hipotesis Penelitian
yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan
kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Hipotesis penelitian ini
adalah :
Sumatera Utara
Pendapatan Perkapita
terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara.
12
3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah :
Provinsi Sumatera Utara
Utara
Utara
simultan terhadap kemiskinan di provinsi Sumatera Utara
3.2 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
kajian ilmu ekonomi khususnya ilmu ekonomi pembangunan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kemiskinan
di Provinsi Sumatera Utara pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
2. Secara Praktis
Secara Praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi segala pihak khususnya pemerintah dan ahli ekonomi dalam
pengambilan keputusan guna menentukan kebijakan ekonomi. Dan bagi
pihak lain, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak lain
dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian serupa.
13
mempengaruhi kemiskinan di provinsi Sumatera Utara. Variabel–variabel yang
akan diteliti terdiri atas variabel terikat (dependent variable) yaitu kemiskinan dan
variabel bebas (independent variabel) yaitu pendapatan perkapita (PDRB
Perkapita), investasi (PMDN) dan inflasi.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data runtun waktu
(time series) selama kurun waktu 2001 sampai dengan 2015. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dapat berupa kuantitas, nomor,
pengukuran dan statistik (Mustari,2012:37). Data yang dipergunakan dalam
penelitian adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2008:129) data sekunder
adalah data yang diperoleh dari sumber lain atau lewat dokumen. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diambil sumber Badan Pusat Statistik (BPS) yang
dipublikasi dari laporan-laporan tahunan dan Bank Indonesia (BI) dari Kajian
Ekonomi Regional khusus Sumatera Utara
4.3 Defenisi Operasional Variabel
kemiskinan merupakan Jumlah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan menurut provinsi/kabupaten dalam
satuan ribu jiwa.
4.3.2 Variabel Independen
pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah dibagi jumlah penduduk . Produk
14
Domestik Regional Bruto dalam penelitian ini adalah PDRB Perkapita atas dasar
harga berlaku dalam satuan juta rupiah. Investasi adalah keseluruahan nilai
realisasi investasi kegiatan penanaman modal untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri yang dilakukan berdasarkan undang-
undang di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Jutaan Rupiah. Inflasi adalah
kenaikan harga barang dan jasa di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan waktu
tertentu yang diukur dalam persen.
Tabel 4.1 Defenisi Operasional Variabel
No Nama Variabel
Terikat Bebas Bebas Bebas
non partisipan yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti tidak terlibat
langsung dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono,2008) Penelitian ini
menggunakan model teknik analisis data regresi linear berganda. Penelitian ini
diuji dengan menggunakan uji simultan (F-test) dan uji parsial (t-test) untuk
mengetahui pengaruh antar variabel. Adapun fungsi dan persamaan dari regresi
linear berganda tersebut adalah sebagai berikut :
KM = f(PDRB/Perkapita, PMDN, Inf)
menggunakan model regresi linear berganda, yaitu :
Persamaan regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
KM = β0 + β1PDRB/Perkapita + β2PMDN+ β3Inf+ ei.................(1)
Dimana:
ribu jiwa
PDRB/Perkpaita : Pendapatan perkapita dalam satuan juta Rupiah
PMDN : Investasi dalam satuan juta Rupiah
Inf : Tingkat Inflasi dalam persen
ei : term of error
digunakan program komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan
data statistik, yaitu program Eviews 8.1 dengan tingkat signifikansi pada level of
confidence 95 persen atau α = 0.05.
4.5 Uji Asumsi Klasik
regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini
terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokoerlasi. Adapun masing-masing
pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
4.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak (Ghozali, 2005:111). Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal..
Dalam software EViews normalitas sebuah data dapat diketahui dengan
membandingkan nilai Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi Square tabel. Uji JB didapat
dari histogram normality dibawah ini.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Jika hasil dari JB hitung > Chi Square tabel, maka H0 ditolak
Jika hasil dari JB hitung < Chi Square tabel, maka H0 diterima
16
mempunyai korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas adalah situasi
adanya korelasi variabel -variabel independen antara yang satu dengan yang
lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka
konsekuensinya adalah:
• Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Menurut Ghozali (2005:91), untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1) Nilai yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel independennya banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas
0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak
adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi,
tetapi secara individual variabel – variabel independennya banyak yang
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. dari multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau
lebih variabel independen.
3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya
b)variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan
17
nilai VIF > 10.
4.5.3 Uji Heteroskedastisitas
mengujiapakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas
dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam
sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada
grafik scatter plot.
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tak ada pola yang jelas maka tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas.
dengan melakukan uji glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistic
mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali 2005:69).
untuk pengamatan satu dengan pengamatan lainnya yang disusun menurut runtut
waktu dan dampak yang diakibatkan dengan adanya autokorelasi yaitu varian
sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya (Duwi Priyatno:2009:61).
Uji autokorelasi dengan LM Test, terutama digunakan untuk sampel besar di atas
100 observasi, Uji ini memang lebih tepat digunakan dibanding uji DW terutama
bi!a sampel yang digunakan relatif besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu.
Sebagai contoh untuk data kuartalan, sangat penting melihat apakah ada fourth
order autocorrelation. Uji LM akan menghasilkan statistik Breuseh-Godfrey.
18
sebagai berikut:
4.6.1.1. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel
independennya. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%, dengan derajat
kebebasan df = (n-k-1), dimana (n) adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah
variabel. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan
ketentuan sebagai berikut:
H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5 %
H1 diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5 %
4.6.1.2. Uji F
variabel independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang
digunakan adalah sebesar 5%, dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana (n)
adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah variabel. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 diterima jika f hitung < f tabel untuk α = 5 %
H1 diterima jika f hitung > f tabel untuk α = 5 %
4.6.1.3 Koefisien Determinasi
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya
koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1 Nilai yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2005:169).
19
5.1 Hasil Penelitian
atau disebut dengan (PDRB Perkapita), Investasi (PMDN) dan Inflasi Sumatera
Utara terhadap Kemiskinan (jumlah penduduk miskin) di Provinsi Sumatera
Utara. Pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang di ambil dari Badan
Pusat Statistik dan Bank Indonesia atau situs website BPS dan Bank Indonesia.
Periode penelitian ini dari tahun 2001-2015 dengan jumlah periode selama 15
tahun.
penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata(mean), maksimum, minimum dan
standar deviasi. Hasil pengolahan statistik deskriptif dalam penelitian ini
menghasilkan perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Statistik Deskripti Data
KEMISKINAN PDRB_PERKA
PITA_ADHB INFLASI INVESTASI_PMDN Mean 1653.611 19303212 8.065333 1863818. Median 1611.510 16402890 6.800000 1234736. Maximum 2017.000 41019539 22.41000 5231906. Minimum 1360.600 6741914. 2.610000 102676.6 Std. Dev. 235.7070 11272789 5.190508 1727982. Skewness 0.190213 0.710506 1.472186 0.983954 Kurtosis 1.422132 2.248345 4.935861 2.542969
Jarque-Bera 1.646494 1.615164 7.760556 2.550964 Probability 0.439004 0.445935 0.020645 0.279296
Sum 24804.16 2.90E+08 120.9800 27957265 Sum Sq. Dev. 777809.2 1.78E+15 377.1792 4.18E+13
Observations 15 15 15 15 Sumber: Data diolah
Dari hasil statistik deskriptif diatas, menunjukkan bahwasanya dalam
rentang waktu tahun 2001- 2015, nilai mean dari variabel kemiskinan per tahun di
Provinsi Sumatera Utara sebesar 1653.6 artinya kemiskinan di provinsi Sumatera
Utara dalam kurun waktu 2001 sampai 2015 rata-rata sebesar 1653.6 jiwa.
20
Selain itu, hasil statistik deskriptif tersebut juga menunjukkan nilai mean
dari tiap variabel bebas yang dianggap mempengaruhi kemiskinan di provinsi
Sumatera Utara yaitu diketahui bahwa nilai mean dari pendapatan perkapita atas
dasar harga berlaku adalah sebesar 19303212, artinya rata-rata pendapatan
perkapita di Sumatera Utara dalam kurun waktu 15 tahun tersebut sebesar Rp
19.303.212/ tahun sementara nilai mean dari inflasi di Sumatera Utara adalah
8.06, artinya dalam kurun waktu 15 tahun tersebut, tiap tahunnya tingkat inflasi di
provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 8,06%/tahun Sedangkan nilai rata-rata
Investasi PMDN di provinsi Sumatera Utara tiap tahun selama 15 tahun adalah
1863818, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata investasi PMDN yang dikeluarkan
untuk mengatasi kemiskinan sebesar Rp 1.863.818 Miliar/Tahun
Selain itu, data statistik deskriptif diatas juga menunjukkan nilai skewness
dari 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Dengan syarat normal apabila nilai
skewness sebesar -2 ≤ x ≤ 2, sehingga variabel kemiskinan, pendapatan perkapita
ADHB (PDRBPerkapita), inflasi dan Investasi PMDN data tersebut adalah
normal.
a. Uji Normalitas
adalah (data) residual yang dibentuk model regresi linier terdistribusi normal,
bukan variabel bebas ataupun variabel terikatnya. Pengujian terhadap residual
terdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan Jarque-Bera Test.
Tabel 5.2 Uji Normalitas
-0.05 0.00 0.05 0.10
S eries : R es iduals S am ple 2001 2015 O bs ervations 15
Mean 2.30e-15 Median 0.001146 Maxim um 0.098572 Minim um -0.066755 S td. D ev. 0.048164 Skew nes s 0.415419 Kurtos is 2.449747
Jarque-Bera 0.620668 Probability 0.733202
membandingkan nilai Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan tingkat alpha
0,05 (5%). Apabila Prob. JB hitung lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa residual terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainya lebih kecil
maka tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi normal.
Nilai Prob. JB hitung sebesar 0,733202 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang kenormalan telah
dipenuhi.
Heteroskedastisitas terjadi pada saat residual dan nilai prediksi memiliki
korelasi atau pola hubungan. Pola hubungan ini tidak hanya sebatas hubungan
yang linier, tetapi dalam pola yang berbeda juga dimungkinkan. Oleh karena itu
ada beberapa metode uji heteroskedastisitas salah satunya aalah metode Glejser.
Tabel 5.3 Uji Heterokedastisitas
Sumber: Data diolah
Keputusan terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas pada model regresi
linier adalah dengan melihat Nilai Prob. F-statistic (F hitung). Apabila nilai Prob.
F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 diterima yang artinya
tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil
dari dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 ditolak yang artinya terjadi
heteroskedastisitas. Nilai Prob. F hitung sebesar 0,1995 lebih besar dari tingkat
alpha 0,05 (5%) sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya
tidak terjadi heteroskedastisitas.
adanya korelasi antar variabel independen dengan melihat nilai variance inflation
22
(VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai tolerance < 0,10 atau VIF > 10 maka terjadi
multikolinieritas, sebaliknya jika tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka tidak
terjadi multikolinieritas. Uji multikolinieritas pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.4 dibawah ini
Tabel 5.4 Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors Date: 08/12/17 Time: 18:25 Sample: 2001 2015 Included observations: 15
Coefficient Uncentered Centered Variable Variance VIF VIF
C 0.259529 1318.576 NA LOG(PDRB_PERKAPITA_
ADHB) 0.001654 2322.342 2.764879 LOG(INFLASI) 0.000690 14.05964 1.163100
LOG(INVESTASI_PMDN) 0.000449 448.2818 2.537285
Hasil uji multikolinieritas, dapat dilihat pada tabel kolom Centered VIF.
Nilai VIF untuk variabel PDRB Perkapita 2,764879, Inflasi 1.163100 dan
Investasi PMDN 2.537285. Karena nilai VIF dari ketiga variabel tidak ada yang
lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas pada
ketiga variabel bebas tersebut. Berdasarkan syarat asumsi klasik regresi linier
dengan OLS, maka model regresi linier yang baik adalah yang terbebas dari
adanya multikolinieritas. Dengan demikian, model di atas telah terbebas dari
adanya multikolinieritas.
d. Autokorelasi
data time series maka diperlukan asumsi bebas autokorelasi. Guna memastikan
apakah model regresi linier terbebas dari autokorelasi, dapat menggunakan
metode Brusch-Godfrey atau LM (Lagrange Multiplier) Test.
23
F-statistic 0.979133 Prob. F(2,9) 0.4123 Obs*R-squared 2.680533 Prob. Chi-Square(2) 0.2618
Sumber: Data Diolah
Nilai Prob. F(2,9) sebesar 0,4123 dapat juga disebut sebagai nilai
probabilitas F hitung. Nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%)
sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya tidak terjadi
autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil dari 0,05 maka
dapat disimpulkan terjadi autokorelasi.
5.1.3 Hasil Uji Hipotesis
Sumatera Utara.
Uji t dalam regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji apakah
parameter (koefisien regresi dan konstanta) yang diduga untuk mengestimasi
persamaan/model regresi linier berganda sudah merupakan parameter yang tepat
atau belum. Maksud tepat disini adalah parameter tersebut mampu menjelaskan
perilaku variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikatnya.
Tabel 5.6 One Way Anova (Hasil Regresi)
Dependent Variable: LOG(KEMISKINAN) Method: Least Squares Date: 08/12/17 Time: 18:03 Sample: 2001 2015 Included observations: 15
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 10.40015 0.509440 20.41488 0.0000 LOG(PDRB_PERKAPITA_ADHB) -0.148570 0.040668 -3.653255 0.0038
LOG(INFLASI) 0.028127 0.026260 1.071103 0.3071 LOG(INVESTASI_PMDN) -0.041825 0.021199 -1.972963 0.0742
R-squared 0.885015 Mean dependent var 7.401277 Adjusted R-squared 0.853655 S.D. dependent var 0.142036 S.E. of regression 0.054336 Akaike info criterion -2.764089
24
Sumber: Data Diolah
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di atas. Apabila nilai prob. t hitung
(ditunjukkan pada Prob.) lebih kecil dari tingkat kesalahan (alpha) 0,05 (yang
telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikatnya, sedangkan apabila nilai prob. t hitung
lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel
bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.
a. Pendapatan Perkapita (PDRBPerkapita)
adalah – 0.148570 dimana variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan dengan nilai =
-3.653255 dan nilai probability sebesar 0.0038 (di bawah = 5% atau 0.05). Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan perkapita dengan
kemiskinan adalah negatif dan signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika
nilai pendapatan perkapita mengalami kenaikan maka kemiskinan akan
mengalami penurunan Oleh sebab itu variabel pendapatan perkapita terbukti
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, maka hipotesis
(H1) diterima.
0,.041825 dimana variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemsikinan di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
= -1.972963 dan nilai probability sebesar 0.0742 (di atas = 5% atau 0.05). Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antara investasi dengan kemiskinan adalah
negatif dan tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika nilai Investasii
mengalami kenaikan maka kemiskinan akan mengalami penurunan. Oleh sebab
itu variabel investasi tidak terbukti berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara, maka hipotesis (H2) ditolak.
25
Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel tingkat inflasi adalah
0.028127 dimana variabel tersebut berpengaruh tidak signifikan terhadap
kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan dengan nilai =
1,071103 dan nilai probability sebesar 0.3071 (di atas = 5% atau 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara inflasi dengan kemiskinan adalah positif
dan tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika tingkat inflasi naik
maka kemiskinan akan mengalami kenaikan. Oleh sebab itu variabel inflasi
terbukti berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kemsikinan di
Provinsi Sumatera Utara maka hipotesis (H3) ditolak
5.1.3.2 Uji F
Uji keterandalan model atau uji kelayakan model atau yang lebih populer
disebut sebagai uji F (ada juga yang menyebutnya sebagai uji simultan model)
merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak
atau tidak. Layak (andal) disini maksudnya adalah model yang diestimasi layak
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel
terikat. Nama uji ini disebut sebagai uji F, karena mengikuti mengikuti distribusi
F yang kriteria pengujiannya seperti One Way Anova. Pengunaan software
memudahkan penarikan kesimpulan dalam uji ini. Apabila nilai prob. F hitung
lebih kecil dari tingkat kesalahan/error (alpha) 0,05 (yang telah ditentukan) maka
dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak, sedangkan apabila
nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak.
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 5.6 di atas. Nilai prob. F (Statistic)
sebesar 0,000018 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi yang diestimasi layak digunakan untuk
menjelaskan pengaruh pendapatan perkapita, investasi dan inflasi terhadap
kemiskinan di provinsi Sumatera Utara. Itu artinya hipotesis (H4) Diterima.
26
bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi
pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien
determinasi dapat diukur oleh nilai R-Square atau Adjusted R-Square. R-Square
digunakan pada saat variabel bebas hanya 1 saja (biasa disebut dengan Regresi
Linier Sederhana), sedangkan Adjusted R-Square digunakan pada saat variabel
bebas lebih dari satu. Dalam menghitung nilai koefisien determinasi penulis lebih
senang menggunakan R-Square daripada Adjusted R-Square, walaupun variabel
bebas lebih dari satu.
Nilai R-Square pada tabel 5.6 di atas besarnya 0,8850 menunjukkan bahwa
proporsi pengaruh variabel pendapatan perkapita, investasi dan inflasi
berpengaruh terhadap variabel kemiskinan sebesar 88,50%. Artinya pendapatan
perkapita, investasi dan inflasi memiliki proporsi pengaruh terhadap kemiskinan
sebesar 88.50% sedangkan sisanya 11,50% (100% - 88,50%) dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak ada didalam model regresi.
5.1.4 Analisis Regresi
5.1.4.1 Interpretasi hasil
Dari hasil regresi tersebut maka diperoleh persamaan regresi dan akan
dianalisis sebagai berikut:
Dari hasil estimasi yang diperoleh dapat dilihat sebuah interpretasi model
atau hipotesa yang diambil melalui hasil regresi ini, yaitu:
a. Bahwa variabel PDRB/Kapita mempunyai pengaruh negatif terhadap KM
di Sumatera Utara, hal tersebut disebabkan karena nilai koefisien variabel
PDRB/Kapita lebih kecil dari (>) dari = 5% atau 0.05 yaitu – 0.148570.
artinya, apabila PDRB/Kapita dinaikkan sebesar Rp 1 juta, maka akan
mengurangi KM sebesar 0.148570 jiwa.
b. Bahwa variabel PMDN (investasi) mempunyai pengaruh negatif terhadap
KM di Sumatera Utara, hal tersebut disebabkan karena nilai koefisien
variabel inflasi lebih kecil dari (>) dari = 5% atau 0.05 yaitu -0,041825.
27
artinya, apabila nilai PMDN (Investasi) dinaikkan sebesar Rp 1 juta, maka
akan menurunkan KM sebesar 0.041825 jiwa
c. Bahwa variabel inf mempunyai pengaruh positif terhadap KM di Sumatera
Utara, hal tersebut disebabkan karena nilai koefisien variabel Inf lebih
besar dari (>) dari = 5% atau 0.05 yaitu 0.028127. artinya, apabila nilai
inf dinaikkan sebesar 1 %, maka akan menambah KM sebesar 0,021827
jiwa.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa PDRB/kapita berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara sehingga
hipotesis dalam penelitian ini terjawab. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Nurul Fadlillah dkk (2016) dengan hasil penelitiannya bahwa pendapatan
perkapita secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah
penduduk miskin di Jawa Tengah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis
yang diajukan, maka hipotesis penelitian diterima. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan dengan penelitian Chandra dkk (2010) yang menunjukkan pendapatan
perkapita berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Jawa Tengah (2003-2010).
Pendapatan Perkapita merupakan salah satu ukuran kemakmuran bagi tiap daerah.
Semakin tinggi pendapatan tersebut maka semakin tinggi daya beli penduduk, dan
daya beli yang bertambah ini akan meningkatkan kesehjateraan masyarakat
(Sukirno, 2006)
Kemsikinan di Provinsi Sumatera Utara. Artinya hal ini mungkin karena
konsentrasi investasi kebanyakan dilakukan oleh kelas menegah atas dan untuk
kepentingan mereka sendiri dan tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap penduduk miskin. Investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan mungkin konsentrasi investasi tersebut tidak berpihak pada
keuntungan investor semata, dan tidak melakukan investasi yang dapat membuat
28
Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Seri Jefry (2016) dengan hasil penelitiannya bahwa investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1995-
2014 yang artinya variabel investasi mungkin saja mampu menaikkan pendapatan
nasional dan membuka lapangan pekerjaan tetapi tidak secara langsung dapat
menurunkan angka kemiskinan.
kebutuhan dan keinginan masyarakat, yaitu baik individu, kelompok bahkan
Negara. Dengan demikian, investasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, berupa sumber nafkah atau pendapatan untuk membeli barang dan
jasa yang diperlukannya. Investasi juga menghasilkan nilai tambah, yaitu
merupakan balas jasa produksi, sekaligus sebagai sumber pendapatan atau
kesehjateraan masyarakat. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori menurut
Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat Kenaikan investasi
juga menyebabkan pendapatan masyarakat naik dan terbukanya pekerjaan yang
lebih luas, sehingga akan menurunkan tingkat kemiskinan.
5.2.3 Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif
terhadap kemisikinan di Provinsi Sumatera Utara. Artinya jika inflasi naik maka
kemiskinan juga akan bertambah dikarenakan inflasi yang ditandai dengan
kenaikan harga tersebut akan menyebabkan penduduk yang miskin akan
mengurangi tingkat konsumsinya karena nilai uang yang mereka pegang
(pendapatan riil) juga semakin kecil sehingga menurunkan tingkat konsumsi
mereka dan menyebabkan jumlah penduduk miskin akan bertambah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Imelia (2012) yang menyatakan bahwa
Variabel inflasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Jambi Menurutnya tidak signifikannya variabel inflasi tersebut
dikarenakan perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model
29
analisis lain. Pengukuran laju inflasi yang terjadi pada perekonomian propinsi
Jambi yang dilakukan oleh BPS propinsi Jambi bukan hanya didasarkan pada
indeks harga konsumen (IHK) kota Jambi tetapi dikota-kota lainnya dalam
wilayah propinsi Jambi.
di Provinsi Sumatera Utara
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 5.6 di atas. Nilai prob. F (Statistic)
sebesar 0,000018 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi yang diestimasi layak digunakan untuk
menjelaskan pengaruh pendapatan perkapita, investasi dan inflasi terhadap
kemiskinan di provinsi Sumatera Utara. Itu artinya hipotesis (H4) Diterima.
Artinya dalam penelitian ini variabel tersebut dapat menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruh kemiskinan yang ada di provinsi Sumatera Utara, dimana
setiap variabel sudah sesuai dengan teori yang sudah ada sebelumnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan.
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS1) TS+1 TS+2
1 Artikel ilmiah dimuat di jurnal2)
Internasional bereputasi
3 Invited speaker dalam temu ilmiah4) Nasional
4 Visiting Lecturer5) Internasional
Paten
6 Teknologi Tepat Guna7)
7 Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/Rekayasa Sosial8)
28
Rencana tahapan berikutnya yang akan dilakukan untuk penelitian dosen
pemula ini adalah mempublikasi Artikel ilmiah dimuat di jurnal nasional tidak
terakreditasi dan Artikel ilmiah dimuat di prosiding seminar nasional.
29
penelitian ini sebagai berikut :
perkapita, investasi dan inflasi 88,50%. Artinya pendapatan perkapita,
investasi dan inflasi memiliki proporsi pengaruh terhadap kemiskinan
sebesar 88.50% sedangkan sisanya 11,50% (100% - 88,50%) dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak ada didalam model regresi.
2. Secara Simultan (bersama-sama) Kurs, Inflasi dan Penyaluran Kredit
Sektor Pertanian berpengaruh terhadap ekspor sektor pertanian di Provinsi
Sumatera Utara
di Provinsi Sumatera Utara.
penelitian ini adalah:
1. Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja
seperti meningkatkan investasi dalam dan luar negeri sehingga
mengurangi tingkat pengangguran karena pengangguran adalah salah satu
penyebab kemiskinan terbesar di Indonesia
2. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan
berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi
dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat dikawasan pedesaan dan
perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan
kesempatan berusaha bagi penduduk miskin.
30
pada penduduk miskin
Boediono. 2008. Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara . 2015. Sumut Dalam Angka. Sumut
Chandra, A. 2010. Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Per Kapita terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2003-2010. Jurnal Media Ekonomi & Teknologi Informasi Vol 20. No.2
Edi Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. (Bandung: CV Alfabeta, 2009), hal 17
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hadi Susana, 2006. Analisis Dampak Transfer Pemerintah Terhadap Kinerja Fiskal di Kab/Kota di Provinsi Jateng dalam Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal , Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.7, No.2, Hal 223-242.
Imelia, 2012. Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Jambi. Jurnal Paradigma Ekonomika Universitas Jambi. Vol.1 No.5 April 2012
Iswara, Indrajaya.2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Perkapita Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Bali Tahun 2006-2011. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 3, No. 11, November 2014
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta. Penerbit Erlangga.
M. Muh. Nasir, Saichudin dan Maulizar.2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo.Jurnal Eksekitif. Vol.5 No.4, Agustus 2008.Lipi.Jakarata.
Mustari, Mohamad. 2012. Pengantar Metode Penelitian. LaksBang. Surabaya.
Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
32
Nilsen, R.Sigurd. 2007. Poverty in America: Consequences For Individual and The Economy Paper Presented for United States Government Accountabillity Office. Amerika Serikat: GAO.
Noor, H.F. 2015. Ekonomi Publik. Ekonomi Untuk Kesehjateraan Rakyat. Jakarta. PT Indeks.
Norton, Seth W. 2002. Economic Growth and Provery: In Search of Trickle Down. Cato Journal, 22(2), pp: 263-275.
Nurul Fadlilah, dkk. 2016. Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita, Tingkat Pengangguran, IPM, dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Regional Universitas Jenderal Sudirman. Vol 11, No.1, Maret 2016
Prastyo, Adit Agus. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2000- 2004).Thesis Program Pasca sarjana Universitas Diponogoro Semarang.
Rizal, Mukhamad. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang (Studi Kasus Pada Tahun 1998-2012). Jurnal Ekonomi. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Sery Jefry. A. W. 2016. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja Pemerintah, dan Investasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 1995 – 2014. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Sudiana I Wayan, Ketut. 2015. Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pendidikan dan Struktur Tenaga Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4, No. 6, Juni 2015
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta.
Sukirno, 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses Masalah dan Dasar Kebijakan. Kencana Jakarta
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,2004.
Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
16
33
Yogi Swara dan Jember, Made.2010. Kemiskinan di Bali, Jurnal Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Denpasar.
Lampiran
Tabulasi Data Penelitian
Tahun Kemiskinan PDRB Perkapita ADHB Inflasi Investasi pmdn 2001 2017 6741914 14.79 528644.94 2002 1883.9 7482946 9.59 653034.22 2003 1889.4 8070931 4.23 413693.08 2004 1800.1 9741566 6.8 1046028.39 2005 1840.2 11326516 22.41 621643.74 2006 1979.7 12684532 6.11 102676.59 2007 1768.5 14166626 6.6 1612920.66 2008 1611.51 16402890 10.72 478384.81 2009 1474.23 18381013 2.61 1234735.87 2010 1477.1 21108505 8 1703056.37 2011 1421.44 23778381 3.67 2004055.78 2012 1400.45 26184746 3.86 2970186.19 2013 1416.37 34544178 10.18 5068881.4 2014 1360.6 37913895 8.17 5231905.85 2015 1463.66 41019539 3.24 4287417.3
cover.pdf (p.1)
Untitled.pdf (p.2)
Untitled(1).pdf (p.3)
BAB III Tujuan dan Manfaat Penelitian.pdf (p.22)
BAB IV Metode Penelitian.pdf (p.23-28)
BAB V Hasil dan Luaran Yang dicapai.pdf (p.29-40)
BAB VI Rencana dan Tahapan Berikutnya.pdf (p.41)
BAB VII kesimpulan dan saran.pdf (p.42-43)
DAFTAR PUSTAKA(1).pdf (p.44-46)
Tabulasi data.pdf (p.47)