Transcript
Page 1: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA, INVESTASI, DAN INFLASITERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Hastina Febriaty, S.E.,M.Si – 0122028602 – KetuaNurwani, S.E.,M.Si – 0126038901 – Anggota

Dibiayai olehDirektorat Riset dan Pengabdian Masyarakat

Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan PengembanganKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Sesuai dengan Kontrak PenelitianNomor : 289/II.3 AU/UMSU-LP2M/C/2017

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

Page 2: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan
Page 3: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan
Page 4: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan
Page 5: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

i

RINGKASAN

Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana masyarakat yang tidakdapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang baik, seperti makanan, pakiandan tempat berlindung. Kemiskinan juga dapat menyebabkan kebodohan karenatidak adanya akses pendidikan yang mereka terima. Sumatera Utara adalah salahsatu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi.

Dalam penelitian ini membahas tentang pengaruh pendapatan perkapita,investasi dan inflasi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Tujuandalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pendapatan perkapita,investasi dan inflasi terhadap kemiskinan di provinsi Sumatera Utara secaraparsial dan simultan, serta variabel yang berpengaruh dominan terhadapkemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Sumber data yang digunakan adalah datasekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia dari tahun2001 – 2015.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisisregresi linear berganda dengan menggunakan program e-views 8.1dan melakukanpengujian asumsi klasik serta menggunakan pengujian hipotesis secara simultan(F) dan parsial (t).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Pendapatan Perkapitaberpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi SumateraUtara, Investasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan diProvinsi Sumatera Utara sedangkan Inflasi berpengaruh positif dan tidaksignifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Secara simultanpendapatan perkapita, investasi dan inflasi berpengaruh terhadap kemiskinan diProvinsi Sumatera Utara

Kata kunci: pendapatan perkapita, investasi, inflasi dan kemiskinan

Page 6: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

ii

PRAKATA

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya

yang telah memberikan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan

kemajuan dalam Penelitian Dosen Pemula, dengan judul “Pengaruh Pendapatan

Perkapita, Investasi dan Inflasi terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara”

dengan baik dan tepat waktu.

Penelitian ini tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya peran dan

partisipasi dari berbagai pihak yang telah memberikan konstribusinya baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam membantu pelaksanaan Program

Penelitian Dosen Pemula ini. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati kami

mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat

Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebagai penyelenggara penelitian Program

Penelitian Dosen Pemula dan Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sebagai penanggung jawab Program

Penelitian Dosen Pemula Bapak Agussani, M.Ap selaku Rektor UMSU dan

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak H. Januri, SE, MM.,M.Si yang telah

memberikan ijin untuk mengikuti penelitian ini, dan pihak-pihak lain yang tidak

bisa disebut satu persatu. Kami berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Medan, Oktober 2017

Ketua Peneliti,

Hastina Febriaty, SE., M.Si

Page 7: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHANRINGKASAN ......................................................................................... iPRAKATA …………………………………………………………… .. iiDAFTAR ISI ........................................................................................... iiiDAFTAR TABEL ……………………………………………………. . vDAFTAR GAMBAR ………………………………………………… .. viBAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................ 11.2 Rumusan Masalah ........................................................... 41.3 Batasan Penelitian ........................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 62.1 Kemiskinan ..................................................................... 62.2 Pendapatan Perkapita…………………………………... 8

2.2.1 PDRB Perkapita………………………………… . 82.3 Investasi ……………………………………………….. 8

2.3.1 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)…… ... 92.4 Inflasi ………………………………………………….. 102.5 Review Penelitian Terdahulu…………………………... 102.6 Kerangka Kerja Konseptual Penelitian ………………... 112.7 Hipotesis Penelitian……………………………………. 11

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN......................... 123.1 Tujuan Penelitian ............................................................ 123.2 Manfaat Penelitian .......................................................... 12

BAB 4 METODE PENELITIAN ...................................................... 134.1 Jenis Penelitian................................................................ 134.2 Jenis dan Sumber Data .................................................... 134.3 Defenisi Operasional Variabel……………………….. .. 134.4 Model Estimasi……………………………………….. . 144.5 Uji Asumsi Klasik…………………………………… ... 154.6 Analisis Data ………………………………………….. 17

BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ……………… .. 195.1 Hasil Penelitian ……………………………………… .. 19

5.1.1 Statistik Deskriptif ……………………………… 195.1.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik………………….. 205.1.3 Hasil Uji Hipotesis ……………………………… 23

5.1.3.1 Hasil Uji t………………………………. ... 235.1.3.2 Hasil Uji F ……………………………… .. 255.1.3.3 Koefisien Determinasi (R-Square) ……… . 26

5.3 Luaran Penelitian …………………………………….... 26

Page 8: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

iv

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA …………………. 28

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 30

LAMPIRAN

Page 9: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

v

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara…… 2

1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut

Daerah ............................................................................................. 2

4.1 Defenisi Operasional Variabel ........................................................ 14

5.1 Statistik Deskriptif........................................................................... 19

5.2 Uji Normalitas ................................................................................. 20

5.3 Uji Heterokedastisitas ..................................................................... 21

5.4 Uji Multikolinearitas ....................................................................... 22

5.5 Uji Autokorelasi .............................................................................. 23

5.6 One Way Anava (Hasil Regresi) ..................................................... 23

5.7 Rencana Target Capaian Tahunan................................................... 22

Page 10: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1 Kerangka Kerja Penelitian…………………………………. 11

Page 11: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga

menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan

aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi

masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan

Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa

mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan

investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan

kejahatan. Chriswardani (2005) menyatakan bahwa kemiskinan bukan hanya

hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga meliputi

tingkat kesehatan, tingkat pendidikan serta ketidakberdayaan dalam menentukan

jalan hidupnya sendiri.

Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan internasional sebesar 1,25 dollar

AS per kapita per hari. Artinya, yang dianggap miskin di dunia ini,di negara

manapun individu tersebut berada adalah yang memiliki pendapatan kurang dari

1,25 dollar AS per hari.

Menurut data BPS Sumatera utara (2015) dari Hasil Survei Sosial Ekonomi

Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015 menunjukkan

bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.463.670

orang atau sebesar 10,53 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih

buruk jika dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang jumlah penduduk

miskinnya sebanyak 1.360.600 orang atau sebesar 9,85 persen. Dengan demikian,

ada peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 103.070 orang serta

peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 0,68 poin. Perkembangan

tingkat kemiskinan mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2015, ditunjukkan

pada Tabel 1.1

Page 12: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

2

Tabel 1.1Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara

Tahun 1999 –2015 Tahun

Jumlah(ribu jiwa)

Persentase(%)

(1) (2) (3)Februari 1999 1 972,7 16,74Februari 2002 1 883,9 15,84Februari 2003 1 889,4 15,89

Maret 2004 1 800,1 14,93Juli 2005 1 840,2 14,68Mei 2006 1 979,7 15,66

Maret 2007 1 768,4 13,90Maret 2008 1 613,8 12,55Maret 2009 1 499,7 11,51Maret 2010 1 490,9 11,31Maret 2011

September 20111 492,21 436,4

11,3310,83

Maret 2012 1 425,8 10,67September 2012 1 400,4 10,41

Maret 2013 1 362,4 10,06September 2013 1 416,4 10,39

Maret 2014 1 286,7 9,38September 2014 1 360,6 9,85

Maret 2015 1 463,7 10,53

Sumber: Diolah dari data survey sosial ekonomi nasional (Susenas)

Jumlah penduduk miskin Sumatera Utara yang berada di daerah perkotaan

pada Maret 2015 sebanyak 699.300 orang dan di daerah perdesaan sebanyak

764.370 orang. Jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal pada masing-

masing daerah tersebut, maka persentase penduduk miskin di daerah perkotaan

sebesar 10,16 persen, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 10,89 persen. Ini

dapat dilihat dari tabel 1.2 dibawah ini.

Tabel 1.2

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut Daerah

September 2014 –Maret 2015 Daerah

Jumlah(ribu jiwa)

Persentase(%)

September2014

Maret2015

September2014

Maret2015

(1) (2) (3) (4) (5)Perkotaan 667,47 699,30 9,81 10,16Perdesaan 693,13 764,37 9,89 10,89Kota + Desa 1 360,60 1 463,67 9,85 10,53

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Page 13: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

3

Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode

September 2014 – Maret 2015 diduga berkaitan dengan faktor-faktor berikut:

a. Inflasi selama periode September 2014 – Maret 2015 meningkat menjadi

3,49 persen, dari 2,55 persen pada periode sebelumnya (Maret 2014 –

September 2014).

b. Nilai Tukar Petani mengalami penurunan, yaitu dari 99,76 pada September

2014 menjadi 99,09 pada Maret 2015.

c. Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami peningkatan yaitu dari 6,23

persen pada Agustus 2014 menjadi 6,39 persen pada Februari 2015.

d. Demikian pula Pertumbuhan Ekonomi melambat, yaitu dari 5,41 persen

pada Triwulan III 2014 menjadi 4,83 persen pada Triwulan I 2015 (BPS

Sumut, 2015)

Dari data yang di uraikan diatas, jika kita melihat kebelakang bahwa

kebijakan pemerintah yang selama ini jarang terjadi yaitu melakukan penurunan

harga BBM setelah sempat dinaikkan, bisa memunculkan kelegaan serta

mengurangi beban ekonomi yang harus ditanggung rakyat. Namun, faktanya

kebijakan menurunkan harga BBM itu, tidak terlalu dirasakan rakyat manfaatnya.

Sebab, jauh sebelumnya harga-harga kebutuhan sehari-hari (sembako) serta harga

di sektor lainnya, sudah mengalami kenaikan atau terjadi inflasi dan sukar

diharapkan akan mengalami penurunan. Situasi ini agaknya ikut mempengaruhi

kehidupan masyarakat, khususnya di Sumatera Utara, yang belum bisa bangkit

dari keterpurukan, akibat lemahnya pertumbuhan ekonomi serta tidak adanya

peningkatan ketersediaan lapangan pekerjaan. Menurut data BPS (Sumut) Laju

investasi ke Sumatera Utara (Sumut) hingga kuartal III 2015 lalu tercatat

mencapai Rp14,847 triliun, melampaui target yang ditetapkan oleh Badan

Penanaman Modal dan Promosi (BPMP) Sumut sebesar Rp11 triliun sepanjang

tahun berjalan. Begitupun, catatan investasi yang tinggi itu malah berbanding

terbalik dengan jumlah penduduk miskin di Sumut yang justru meningkat.

lonjakan investasi yang tak sejalan dengan jumlah penduduk miskin tersebut

disebabkan oleh investasi yang tak maksimal menyerap tenaga kerja dan angka

garis kemiskinan yang mengalami kenaikan. Dengan kata lain kemungkinan besar

Page 14: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

4

investasi yang masuk lebih banyak ke sektor-sektor tak produksi, seperti

infrastruktur, properti dan penyediaan energi. Sektor-sektor ini hanya menyerap

jumlah tenaga kerja yang sangat sedikit. Berbeda halnya jika investasi itu berbasis

produksi.

Ironisnya, sebagian besar tenaga kerja yang diserap pada proyek-proyek

infrastruktur dan properti malah didatangkan dari Jawa atau daerah lain. Porsi

untuk tenaga kerja Sumut malah sedikit. Hal ini yang menyebabkan angka

pengangguran tetap tinggi.

Selain itu, proyek-proyek tersebut justru merupakan proyek jangka pendek

yang tak bisa menampung tenaga kerja dalam jumlah banyak dan dalam jangka

waktu yang panjang. Sehingga masyarakat tetap terjebak dalam kemiskinan.

Dari uraian tersebut, penulis ingin mengetahui lebih lanjut dengan

membuat suatu penelitian yang berjudul :“Pengaruh Pendapatan Perkapita,

Investasi dan Inflasi terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan utama yang ingin dibahas

dalam penelitian ini adalah kemiskinan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor

ekonomi makro. Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut adalah dengan

cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebagai berikut

1. Apakah ada pengaruh pendapatan perkapita terhadap kemiskinan di

Provinsi Sumatera Utara

2. Apakah ada pengaruh investasi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera

Utara

3. Apakah ada pengaruh inflasi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera

Utara

4. Apakah ada pengaruh pendapatan perkapita, Investasi dan inflasi secara

simultan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara

Page 15: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

5

1.3 Batasan Penelitian

Adapun batasan pada penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini terbatas hanya pada variabel pendapatan perkapita, investasi,

inflasi dan kemiskinan di provinsi Sumatera Utara

2. Tahun penelitian hanya terbatas pada tahun 2001-2015

Page 16: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,

kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Menurut Suharto (2009) kemiskinan merupakan masalah yang tak pernah

kunjung usai. Di negara-negara maju, kemiskinan lebih bersifat individual, yaitu

disebabkan karena seseorang mengalami kecacatan (fisik atau mental), ketuaan,

sakit yang parah, dan sebagainya. Namun, pada negara berkembang, kemiskinan

lebih disebabkan pada sistem ekonomi dan politik bangsa yang bersangkutan.

Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks bagi negara maju maupun

Negara berkembang, sehingga penanggulanganya memerlukan strategi yang tepat

dan berkelanjutan (Vincent, 2009). Menurut Nilsen (2007) kemiskinan akan

membatasi kemampuan individu untuk tetap sehat dan mengembangkan

keterampilannya. Penyebab kemiskinan dari sisi ekonomi yaitu, (1) karena

kualitas penduduk yang rendah, (2 karena adanya perbedaan kualitas sumber daya

manusia, dan (3) karena adanya perbedaan akses dalam modal (Kuncoro, 2004).

Kelompok penduduk miskin yang berada pada masyarakat pedesaan dan

perkotaan pada umumnya dapat digolongkan pada buruh tani, pedagang kecil,

buruh, pedagang kaki lima, pedagang asongan, pemulung, pengemis, pengamen

dan pengangguran.

Kemiskinan merupakan penyakit dalamm ekonomi, sehingga harus

disembuhkan atau paling tidak dikurangi (Addison, 2007). Upaya pengentasan

kemiskinan harus dilakukan secara komperhensif dan mencakup berbagai aspek

kehidupan masyarakat (M. Muh Nasir et al., 2008). Kemiskinan yang dihadapi

oleh penduduk miskin telah menjadi perhatian dunia dan menjadi isu sentral

dalam Millenium Development Goal (MDGs). Negara peserta konferensi ini

Page 17: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

7

dituntut untuk dapat mengurangi jumlah penduduk miskin dan mengatasi

kekurangan pangan hingga 50 persen pada tahun 2015 sehingga tujuan

pembangunan nasional tercapai (Yogi dan Jember 2010)

2.2 Pendapatan Perkapita

Menurut Kuncoro (2004), pendapatan perkapita merupakan indikator

untuk melihat daya beli suatu daerah. Pendapatan perkapitan dapat diartikan

sebagai jumlah dari nilai suatu barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi

penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu (Bibi, 2006) Besarnya

pendapatan perkapita sering digunakan sebagai pembanding tingkat kemakmuran

di berbagai daerah (Norton, 2002). Pendapatan perkapita dapat diperoleh dari

tahunntertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu Negara pada tahun tersebut

(Sadono Sukirno, 2004:423).

2.2.1 PDRB Perkapita (Produk Domestik Bruto Perkapita)

PDRB perkapita dapat dijadikan sebagai salah satu indikator guna melihat

keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah. PDRB adalah nilai

bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi

di suatu daerah dalam periode (Hadi Susana, 2006). PDRB dapat menggambarkan

kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya yang akan dimilikinya. Oleh

karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat

bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor produksi daerah

tersebut.

Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut

menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Sedangkan PDRB Per

kapita dapat dihitung dari PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah

penduduk pada suatu wilayah.

2.3 Investasi

Menurut Sukirno (2011:121) investasi dapat diartikan sebagai

pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk

membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk

Page 18: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

8

menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia

dalam perekonomian.

Investasi yang masuk ke suatu daerah secara langsung akan menambah

capital di daerah serta meningkatkan kegiatan ekonomi. Jika arus investasi ke

suatu daerah berlangsung terus menerus dan dalam jangka panjang serta dibarengi

dengan ekonomi yang berdaya saing tinggi, maka investasi akan meningkatkan

penawaran melalui peningkatan stok kapital yang ada. Selanjutnya, peningkatan

stok kapital ini akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan

output atau melakukan kegiatan produksi yang menambah aktivitas perekonomian

daerah tersebut (Rizal, 2014). Artinya semakin tinggi akumulasi kapital maka

semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi dan semakin tinggi tingkat

kesejahteraan masyarakatnya.

2.3.1 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Investasi swasta atau PMDN merupakan komponen dari perbelanjaan

agregat yang sifatnya tidak stabil, dan menjadi salah satu sumber penting dari

konjungtur dalam perekonomian. Besarnya investasi perusahaan dapat

diterangkan dalam analisis hubungannya dengan tingkat suku bunga, apabila suku

bunga rendah, lebih banyak investasi yang akan dilakukan, dan sebaliknya

kenaikan suku bunga akan menyebabkan pengurangan dalam jumlah investasi

(Sadono Sukirno, 2000), selanjutnya dikatakan bahwa kegiatan investasi

memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi

dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan kemakmuran

masyarakat.

Salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk

mendorong partumbuhan investasi swasta adalah dengan mengusahakan keadaan

yang kondusif dan menarik bagi berkembangnya industri dalam negeri dan

masuknya investasi asing. Sejalan dengan semakin meningkatnya investasi yang

berasal swasta baik investasi dengan fasilitas PMDN maupun non fasilitas,

diharapkan dapat meningkatkan kesehjateraan masyarakat.

Page 19: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

9

2.4 Inflasi

Boediono (2008:155) mendefinisikan inflasi merupakan kecendrungan

dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus, akan tetapi kenaikan

harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi, kecuali

bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada sebagian

besar dari harga-harga barang lainnya.

Menurut Nanga (2005:248) inflasi yang terjadi pada perekonomian di

suatu daerah memiliki beberapa dampak dan akibat yang diantaranya adalah

inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan output dan tenaga kerja, dengan

cara memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah

dilakukannya tergantung intensitasi inflasi yang terjadi. Apabila inflasi yang

terjadi dalam perekonomian masih tergolong ringan, perusahaaan berusaha akan

menambah jumlah output atau produksi karena inflasi yang ringan dapat

mendorong semangat kerja produsen dari naiknya harga yang mana masih dapat

dijangkau oleh produsen. Keinginan perusahaan untuk menambah output tentu

juga dibarengi oleh pertambahan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja. Pada

kondisi tersebut permintaan tenaga kerja akan meningkat, yang selanjutnya

meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang ada dan pada akhirnya mendorong

laju perekonomian melalui peningkatan pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila

inflasi yang terjadi tergolong berat (hyper inflation) maka perusahaan akan

mengurangi jumlah ouput akibat tidak terbelinya faktor-faktor produksi dan

perusahaan juga akan mengurangi jumlah penggunaan tenaga kerja sehingga

penyerapan tenaga kerja semakin berkurang dan pengangguran bertambah.

2.5 Review Peneliti Terdahulu

Terdapat beberapa judul penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya yang membahas mengenai kemisinan di daerah yakni:

Penelitian tentang kemiskinan ini Sudana I Wayan, I Ketut (2015) yaitu

analisis pengaruh produk domestik regional bruto, pendidikan dan struktur tenaga

kerja terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Hasil analisis berdasarkan 4

variabel menunjukan adanya pengaruh secara simultan PDRB, pendidikan dan

Page 20: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

10

struktur tenaga kerja pertanian terhadap tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali. Uji t

menunjukan terdapat pengaruh negatif namun signifikan terhadap tingkat

kemiskinan di Provinsi Bali, sedangkan strruktur tenaga kerja pertanian secara

parsial berpengaruh positif namun tidak signipikan terhadap kemiskinan di

Provinsi Bali. Iswara, Indrajaya (2014) dengan judul Pengaruh pendapatan asli

daerah, pendapatan perkapita dan tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di

provinsi Bali Tahun 2006-2011 Ditemukan hasil bahwa tingkat pendidikan

memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hasil

selanjutnya menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan pendapatan perkapita

secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Serta, pendapatan

asli daerah, pendapatan perkapita, dan tingkat pendidikan secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

2.6 Kerangka Kerja Penelitian

Adapun kerangka hipotesis dalam penelitian ini adalah

Gambar 2.1 Kerangka Kerja Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah

yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan

kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Hipotesis penelitian ini

adalah :

H1 : Pendapatan perkapita berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi

Sumatera Utara

PendapatanPerkapita

Investasi

Inflasi

Kemiskinan

Page 21: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

11

H2 : Investasi berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara

H3 : Inflasi berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara.

H4 : Pendapatan perkapita, Investasi dan inflasi berpengaruh secara simultan

terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara.

Page 22: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

12

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah :

1. Mempelajari pengaruh pendapatan perkapita terhadap kemiskinan di

Provinsi Sumatera Utara

2. Mempelajari pengaruh investasi terhadap kemiskinan di ProvinsiSumatera

Utara

3. Mempelajari pengaruh inflasi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatara

Utara

4. Mempelajari pengaruh pendapatan perkapita, investasi dan inflasi secara

simultan terhadap kemiskinan di provinsi Sumatera Utara

3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara Teoritis, hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi dan masukan bagi perkembangan ilmu ekonomi dan menambah

kajian ilmu ekonomi khususnya ilmu ekonomi pembangunan untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kemiskinan

di Provinsi Sumatera Utara pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

2. Secara Praktis

Secara Praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi segala pihak khususnya pemerintah dan ahli ekonomi dalam

pengambilan keputusan guna menentukan kebijakan ekonomi. Dan bagi

pihak lain, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak lain

dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian serupa.

Page 23: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

13

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur variabel–variabel yang

mempengaruhi kemiskinan di provinsi Sumatera Utara. Variabel–variabel yang

akan diteliti terdiri atas variabel terikat (dependent variable) yaitu kemiskinan dan

variabel bebas (independent variabel) yaitu pendapatan perkapita (PDRB

Perkapita), investasi (PMDN) dan inflasi.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data runtun waktu

(time series) selama kurun waktu 2001 sampai dengan 2015. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dapat berupa kuantitas, nomor,

pengukuran dan statistik (Mustari,2012:37). Data yang dipergunakan dalam

penelitian adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2008:129) data sekunder

adalah data yang diperoleh dari sumber lain atau lewat dokumen. Data yang

digunakan dalam penelitian ini diambil sumber Badan Pusat Statistik (BPS) yang

dipublikasi dari laporan-laporan tahunan dan Bank Indonesia (BI) dari Kajian

Ekonomi Regional khusus Sumatera Utara

4.3 Defenisi Operasional Variabel

4.3.1 Variabel Dependen

Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kemiskinan.

kemiskinan merupakan Jumlah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan menurut provinsi/kabupaten dalam

satuan ribu jiwa.

4.3.2 Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah

Pendapatan Perkapita, Investasi dan Inflasi. Pendapatan Perkapita adalah besarnya

pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah dibagi jumlah penduduk . Produk

Page 24: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

14

Domestik Regional Bruto dalam penelitian ini adalah PDRB Perkapita atas dasar

harga berlaku dalam satuan juta rupiah. Investasi adalah keseluruahan nilai

realisasi investasi kegiatan penanaman modal untuk melakukan usaha di wilayah

Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri

dengan menggunakan modal dalam negeri yang dilakukan berdasarkan undang-

undang di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Jutaan Rupiah. Inflasi adalah

kenaikan harga barang dan jasa di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan waktu

tertentu yang diukur dalam persen.

Tabel 4.1Defenisi Operasional Variabel

No NamaVariabel

JenisVaribel

Simbol Sumber Data

1234

KemiskinanPendapatan PerkapitaInvestasiInflasi

TerikatBebasBebasBebas

KMPDRB/Kapita

PMDNInf

BPSBPSBI

BPS

4.4 Model Estimasi

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi

non partisipan yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti tidak terlibat

langsung dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono,2008) Penelitian ini

menggunakan model teknik analisis data regresi linear berganda. Penelitian ini

diuji dengan menggunakan uji simultan (F-test) dan uji parsial (t-test) untuk

mengetahui pengaruh antar variabel. Adapun fungsi dan persamaan dari regresi

linear berganda tersebut adalah sebagai berikut :

KM = f(PDRB/Perkapita, PMDN, Inf)

Selanjutnya fungsi di atas dispesifikasi kedalam model estimasi dengan

menggunakan model regresi linear berganda, yaitu :

Persamaan regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

KM = β0 + β1PDRB/Perkapita + β2PMDN+ β3Inf+ ei.................(1)

Dimana:

KM : Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumut dalam satuan

ribu jiwa

Page 25: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

15

β0 : Intersep

β1,, β2, β3 : Koefisien regresi

PDRB/Perkpaita : Pendapatan perkapita dalam satuan juta Rupiah

PMDN : Investasi dalam satuan juta Rupiah

Inf : Tingkat Inflasi dalam persen

ei : term of error

Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human error,

digunakan program komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan

data statistik, yaitu program Eviews 8.1 dengan tingkat signifikansi pada level of

confidence 95 persen atau α = 0.05.

4.5 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis

regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini

terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,

multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokoerlasi. Adapun masing-masing

pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

4.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak (Ghozali, 2005:111). Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal atau mendekati normal..

Dalam software EViews normalitas sebuah data dapat diketahui dengan

membandingkan nilai Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi Square tabel. Uji JB didapat

dari histogram normality dibawah ini.

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Jika hasil dari JB hitung > Chi Square tabel, maka H0 ditolak

Jika hasil dari JB hitung < Chi Square tabel, maka H0 diterima

Page 26: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

16

4.5.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

mempunyai korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas adalah situasi

adanya korelasi variabel -variabel independen antara yang satu dengan yang

lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka

konsekuensinya adalah:

• Koefisien - koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,

• Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Menurut Ghozali (2005:91), untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

1) Nilai yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel independennya banyak

yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika antar

variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas

0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak

adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas

yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi,

tetapi secara individual variabel – variabel independennya banyak yang

tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. dari multikolinearitas.

Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau

lebih variabel independen.

3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya

b)variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena

VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan

Page 27: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

17

adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan

nilai VIF > 10.

4.5.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2005:105), uji heteroskedastisitas bertujuan

mengujiapakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain. Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas

dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam

sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada

grafik scatter plot.

Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan

telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tak ada pola yang jelas maka tidak terjadi

gejala heteroskedastisitas.

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui

dengan melakukan uji glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistic

mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali 2005:69).

4.5.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokoreasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual

untuk pengamatan satu dengan pengamatan lainnya yang disusun menurut runtut

waktu dan dampak yang diakibatkan dengan adanya autokorelasi yaitu varian

sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya (Duwi Priyatno:2009:61).

Uji autokorelasi dengan LM Test, terutama digunakan untuk sampel besar di atas

100 observasi, Uji ini memang lebih tepat digunakan dibanding uji DW terutama

bi!a sampel yang digunakan relatif besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu.

Sebagai contoh untuk data kuartalan, sangat penting melihat apakah ada fourth

order autocorrelation. Uji LM akan menghasilkan statistik Breuseh-Godfrey.

Page 28: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

18

4.6 Analisis Data

4.6.1 Pengujian Hipotesis

Adapun pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

4.6.1.1. Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel

independennya. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%, dengan derajat

kebebasan df = (n-k-1), dimana (n) adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah

variabel. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan

ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5 %

H1 diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5 %

4.6.1.2. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama

variabel independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang

digunakan adalah sebesar 5%, dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana (n)

adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah variabel. Uji ini dilakukan dengan

membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima jika f hitung < f tabel untuk α = 5 %

H1 diterima jika f hitung > f tabel untuk α = 5 %

4.6.1.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya

koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1 Nilai yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2005:169).

Page 29: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

19

BAB 5

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh Pendapatan Perkapita

atau disebut dengan (PDRB Perkapita), Investasi (PMDN) dan Inflasi Sumatera

Utara terhadap Kemiskinan (jumlah penduduk miskin) di Provinsi Sumatera

Utara. Pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang di ambil dari Badan

Pusat Statistik dan Bank Indonesia atau situs website BPS dan Bank Indonesia.

Periode penelitian ini dari tahun 2001-2015 dengan jumlah periode selama 15

tahun.

5.1.1 Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif memberikan gambaran data variabel-variabel

penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata(mean), maksimum, minimum dan

standar deviasi. Hasil pengolahan statistik deskriptif dalam penelitian ini

menghasilkan perhitungan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1Statistik Deskripti Data

KEMISKINANPDRB_PERKA

PITA_ADHB INFLASI INVESTASI_PMDNMean 1653.611 19303212 8.065333 1863818.Median 1611.510 16402890 6.800000 1234736.Maximum 2017.000 41019539 22.41000 5231906.Minimum 1360.600 6741914. 2.610000 102676.6Std. Dev. 235.7070 11272789 5.190508 1727982.Skewness 0.190213 0.710506 1.472186 0.983954Kurtosis 1.422132 2.248345 4.935861 2.542969

Jarque-Bera 1.646494 1.615164 7.760556 2.550964Probability 0.439004 0.445935 0.020645 0.279296

Sum 24804.16 2.90E+08 120.9800 27957265Sum Sq. Dev. 777809.2 1.78E+15 377.1792 4.18E+13

Observations 15 15 15 15Sumber: Data diolah

Dari hasil statistik deskriptif diatas, menunjukkan bahwasanya dalam

rentang waktu tahun 2001- 2015, nilai mean dari variabel kemiskinan per tahun di

Provinsi Sumatera Utara sebesar 1653.6 artinya kemiskinan di provinsi Sumatera

Utara dalam kurun waktu 2001 sampai 2015 rata-rata sebesar 1653.6 jiwa.

Page 30: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

20

Selain itu, hasil statistik deskriptif tersebut juga menunjukkan nilai mean

dari tiap variabel bebas yang dianggap mempengaruhi kemiskinan di provinsi

Sumatera Utara yaitu diketahui bahwa nilai mean dari pendapatan perkapita atas

dasar harga berlaku adalah sebesar 19303212, artinya rata-rata pendapatan

perkapita di Sumatera Utara dalam kurun waktu 15 tahun tersebut sebesar Rp

19.303.212/ tahun sementara nilai mean dari inflasi di Sumatera Utara adalah

8.06, artinya dalam kurun waktu 15 tahun tersebut, tiap tahunnya tingkat inflasi di

provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 8,06%/tahun Sedangkan nilai rata-rata

Investasi PMDN di provinsi Sumatera Utara tiap tahun selama 15 tahun adalah

1863818, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata investasi PMDN yang dikeluarkan

untuk mengatasi kemiskinan sebesar Rp 1.863.818 Miliar/Tahun

Selain itu, data statistik deskriptif diatas juga menunjukkan nilai skewness

dari 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Dengan syarat normal apabila nilai

skewness sebesar -2 ≤ x ≤ 2, sehingga variabel kemiskinan, pendapatan perkapita

ADHB (PDRBPerkapita), inflasi dan Investasi PMDN data tersebut adalah

normal.

5.1.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas yang dimaksud dalam asumsi klasik pendekatan OLS

adalah (data) residual yang dibentuk model regresi linier terdistribusi normal,

bukan variabel bebas ataupun variabel terikatnya. Pengujian terhadap residual

terdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan Jarque-Bera Test.

Tabel 5.2Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

-0.05 0.00 0.05 0.10

S eries : R es idualsS am ple 2001 2015O bs ervations 15

Mean 2.30e-15Median 0.001146Maxim um 0.098572Minim um -0.066755S td. D ev. 0.048164Skew nes s 0.415419Kurtos is 2.449747

Jarque-Bera 0.620668Probability 0.733202

Sumber: Data diolah

Page 31: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

21

Keputusan terdistribusi normal tidaknya residual secara sederhana dengan

membandingkan nilai Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan tingkat alpha

0,05 (5%). Apabila Prob. JB hitung lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa residual terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainya lebih kecil

maka tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi normal.

Nilai Prob. JB hitung sebesar 0,733202 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang kenormalan telah

dipenuhi.

b. Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi pada saat residual dan nilai prediksi memiliki

korelasi atau pola hubungan. Pola hubungan ini tidak hanya sebatas hubungan

yang linier, tetapi dalam pola yang berbeda juga dimungkinkan. Oleh karena itu

ada beberapa metode uji heteroskedastisitas salah satunya aalah metode Glejser.

Tabel 5.3Uji Heterokedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 1.832623 Prob. F(3,11) 0.1995Obs*R-squared 4.998708 Prob. Chi-Square(3) 0.1719Scaled explained SS 1.948600 Prob. Chi-Square(3) 0.5831

Sumber: Data diolah

Keputusan terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas pada model regresi

linier adalah dengan melihat Nilai Prob. F-statistic (F hitung). Apabila nilai Prob.

F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 diterima yang artinya

tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil

dari dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 ditolak yang artinya terjadi

heteroskedastisitas. Nilai Prob. F hitung sebesar 0,1995 lebih besar dari tingkat

alpha 0,05 (5%) sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya

tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Multikolinearitas

Uji multikolinieritas untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen dengan melihat nilai variance inflation

Page 32: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

22

(VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai tolerance < 0,10 atau VIF > 10 maka terjadi

multikolinieritas, sebaliknya jika tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka tidak

terjadi multikolinieritas. Uji multikolinieritas pada penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 4.4 dibawah ini

Tabel 5.4Uji Multikolinearitas

Variance Inflation FactorsDate: 08/12/17 Time: 18:25Sample: 2001 2015Included observations: 15

Coefficient Uncentered CenteredVariable Variance VIF VIF

C 0.259529 1318.576 NALOG(PDRB_PERKAPITA_

ADHB) 0.001654 2322.342 2.764879LOG(INFLASI) 0.000690 14.05964 1.163100

LOG(INVESTASI_PMDN) 0.000449 448.2818 2.537285

Sumber: Data diolah

Hasil uji multikolinieritas, dapat dilihat pada tabel kolom Centered VIF.

Nilai VIF untuk variabel PDRB Perkapita 2,764879, Inflasi 1.163100 dan

Investasi PMDN 2.537285. Karena nilai VIF dari ketiga variabel tidak ada yang

lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas pada

ketiga variabel bebas tersebut. Berdasarkan syarat asumsi klasik regresi linier

dengan OLS, maka model regresi linier yang baik adalah yang terbebas dari

adanya multikolinieritas. Dengan demikian, model di atas telah terbebas dari

adanya multikolinieritas.

d. Autokorelasi

Data yang digunakan untuk mengestimasi model regresi linier merupakan

data time series maka diperlukan asumsi bebas autokorelasi. Guna memastikan

apakah model regresi linier terbebas dari autokorelasi, dapat menggunakan

metode Brusch-Godfrey atau LM (Lagrange Multiplier) Test.

Page 33: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

23

Tabel 5.5Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.979133 Prob. F(2,9) 0.4123Obs*R-squared 2.680533 Prob. Chi-Square(2) 0.2618

Sumber: Data Diolah

Nilai Prob. F(2,9) sebesar 0,4123 dapat juga disebut sebagai nilai

probabilitas F hitung. Nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%)

sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya tidak terjadi

autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil dari 0,05 maka

dapat disimpulkan terjadi autokorelasi.

5.1.3 Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita

(PDRB Perkapita), Investasi(PMDN), Inflasi terhadap kemiskinan di Provinsi

Sumatera Utara.

5.1.3.1 Hasil Uji t

Uji t dalam regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji apakah

parameter (koefisien regresi dan konstanta) yang diduga untuk mengestimasi

persamaan/model regresi linier berganda sudah merupakan parameter yang tepat

atau belum. Maksud tepat disini adalah parameter tersebut mampu menjelaskan

perilaku variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikatnya.

Tabel 5.6One Way Anova(Hasil Regresi)

Dependent Variable: LOG(KEMISKINAN)Method: Least SquaresDate: 08/12/17 Time: 18:03Sample: 2001 2015Included observations: 15

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.40015 0.509440 20.41488 0.0000LOG(PDRB_PERKAPITA_ADHB) -0.148570 0.040668 -3.653255 0.0038

LOG(INFLASI) 0.028127 0.026260 1.071103 0.3071LOG(INVESTASI_PMDN) -0.041825 0.021199 -1.972963 0.0742

R-squared 0.885015 Mean dependent var 7.401277Adjusted R-squared 0.853655 S.D. dependent var 0.142036S.E. of regression 0.054336 Akaike info criterion -2.764089

Page 34: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

24

Sum squared resid 0.032476 Schwarz criterion -2.575276Log likelihood 24.73067 Hannan-Quinn criter. -2.766100F-statistic 28.22153 Durbin-Watson stat 1.115298Prob(F-statistic) 0.000018

Sumber: Data Diolah

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di atas. Apabila nilai prob. t hitung

(ditunjukkan pada Prob.) lebih kecil dari tingkat kesalahan (alpha) 0,05 (yang

telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikatnya, sedangkan apabila nilai prob. t hitung

lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel

bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.

a. Pendapatan Perkapita (PDRBPerkapita)

Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel pendapatan perkapita

adalah – 0.148570 dimana variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap

kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan dengan nilai =

-3.653255 dan nilai probability sebesar 0.0038 (di bawah = 5% atau 0.05). Hal

ini menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan perkapita dengan

kemiskinan adalah negatif dan signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika

nilai pendapatan perkapita mengalami kenaikan maka kemiskinan akan

mengalami penurunan Oleh sebab itu variabel pendapatan perkapita terbukti

berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, maka hipotesis

(H1) diterima.

b. Investasi (PMDN)

Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel Investasi adalah -

0,.041825 dimana variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap

kemsikinan di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

= -1.972963 dan nilai probability sebesar 0.0742 (di atas = 5% atau 0.05). Hal

ini menunjukkan bahwa hubungan antara investasi dengan kemiskinan adalah

negatif dan tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika nilai Investasii

mengalami kenaikan maka kemiskinan akan mengalami penurunan. Oleh sebab

itu variabel investasi tidak terbukti berpengaruh secara negatif dan signifikan

terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara, maka hipotesis (H2) ditolak.

Page 35: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

25

c. Inflasi

Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel tingkat inflasi adalah

0.028127 dimana variabel tersebut berpengaruh tidak signifikan terhadap

kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan dengan nilai =

1,071103 dan nilai probability sebesar 0.3071 (di atas = 5% atau 0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa hubungan antara inflasi dengan kemiskinan adalah positif

dan tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika tingkat inflasi naik

maka kemiskinan akan mengalami kenaikan. Oleh sebab itu variabel inflasi

terbukti berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kemsikinan di

Provinsi Sumatera Utara maka hipotesis (H3) ditolak

5.1.3.2 Uji F

Uji keterandalan model atau uji kelayakan model atau yang lebih populer

disebut sebagai uji F (ada juga yang menyebutnya sebagai uji simultan model)

merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak

atau tidak. Layak (andal) disini maksudnya adalah model yang diestimasi layak

digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel

terikat. Nama uji ini disebut sebagai uji F, karena mengikuti mengikuti distribusi

F yang kriteria pengujiannya seperti One Way Anova. Pengunaan software

memudahkan penarikan kesimpulan dalam uji ini. Apabila nilai prob. F hitung

lebih kecil dari tingkat kesalahan/error (alpha) 0,05 (yang telah ditentukan) maka

dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak, sedangkan apabila

nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan

bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak.

Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 5.6 di atas. Nilai prob. F (Statistic)

sebesar 0,000018 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi yang diestimasi layak digunakan untuk

menjelaskan pengaruh pendapatan perkapita, investasi dan inflasi terhadap

kemiskinan di provinsi Sumatera Utara. Itu artinya hipotesis (H4) Diterima.

Page 36: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

26

5.1.3.3 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-variabel

bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi

pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien

determinasi dapat diukur oleh nilai R-Square atau Adjusted R-Square. R-Square

digunakan pada saat variabel bebas hanya 1 saja (biasa disebut dengan Regresi

Linier Sederhana), sedangkan Adjusted R-Square digunakan pada saat variabel

bebas lebih dari satu. Dalam menghitung nilai koefisien determinasi penulis lebih

senang menggunakan R-Square daripada Adjusted R-Square, walaupun variabel

bebas lebih dari satu.

Nilai R-Square pada tabel 5.6 di atas besarnya 0,8850 menunjukkan bahwa

proporsi pengaruh variabel pendapatan perkapita, investasi dan inflasi

berpengaruh terhadap variabel kemiskinan sebesar 88,50%. Artinya pendapatan

perkapita, investasi dan inflasi memiliki proporsi pengaruh terhadap kemiskinan

sebesar 88.50% sedangkan sisanya 11,50% (100% - 88,50%) dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak ada didalam model regresi.

5.1.4 Analisis Regresi

5.1.4.1 Interpretasi hasil

Dari hasil regresi tersebut maka diperoleh persamaan regresi dan akan

dianalisis sebagai berikut:

KM = 10.40015 – 0.148570PDRB/Kapita – 0.041825PMDN + 0.028127inf +

Dari hasil estimasi yang diperoleh dapat dilihat sebuah interpretasi model

atau hipotesa yang diambil melalui hasil regresi ini, yaitu:

a. Bahwa variabel PDRB/Kapita mempunyai pengaruh negatif terhadap KM

di Sumatera Utara, hal tersebut disebabkan karena nilai koefisien variabel

PDRB/Kapita lebih kecil dari (>) dari = 5% atau 0.05 yaitu – 0.148570.

artinya, apabila PDRB/Kapita dinaikkan sebesar Rp 1 juta, maka akan

mengurangi KM sebesar 0.148570 jiwa.

b. Bahwa variabel PMDN (investasi) mempunyai pengaruh negatif terhadap

KM di Sumatera Utara, hal tersebut disebabkan karena nilai koefisien

variabel inflasi lebih kecil dari (>) dari = 5% atau 0.05 yaitu -0,041825.

Page 37: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

27

artinya, apabila nilai PMDN (Investasi) dinaikkan sebesar Rp 1 juta, maka

akan menurunkan KM sebesar 0.041825 jiwa

c. Bahwa variabel inf mempunyai pengaruh positif terhadap KM di Sumatera

Utara, hal tersebut disebabkan karena nilai koefisien variabel Inf lebih

besar dari (>) dari = 5% atau 0.05 yaitu 0.028127. artinya, apabila nilai

inf dinaikkan sebesar 1 %, maka akan menambah KM sebesar 0,021827

jiwa.

5.2 Analisa dan Pembahasan

5.2.1 Pengaruh PDRB/Kapita terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa PDRB/kapita berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara sehingga

hipotesis dalam penelitian ini terjawab. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

Nurul Fadlillah dkk (2016) dengan hasil penelitiannya bahwa pendapatan

perkapita secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah

penduduk miskin di Jawa Tengah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis

yang diajukan, maka hipotesis penelitian diterima. Hasil penelitian ini juga sejalan

dengan dengan penelitian Chandra dkk (2010) yang menunjukkan pendapatan

perkapita berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Jawa Tengah (2003-2010).

Pendapatan Perkapita merupakan salah satu ukuran kemakmuran bagi tiap daerah.

Semakin tinggi pendapatan tersebut maka semakin tinggi daya beli penduduk, dan

daya beli yang bertambah ini akan meningkatkan kesehjateraan masyarakat

(Sukirno, 2006)

5.2.2 Pengaruh Investasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara

Hasil pengujian dan pengolahan data dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa PMDN (Investasi) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

Kemsikinan di Provinsi Sumatera Utara. Artinya hal ini mungkin karena

konsentrasi investasi kebanyakan dilakukan oleh kelas menegah atas dan untuk

kepentingan mereka sendiri dan tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap penduduk miskin. Investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap

kemiskinan mungkin konsentrasi investasi tersebut tidak berpihak pada

keuntungan investor semata, dan tidak melakukan investasi yang dapat membuat

Page 38: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

28

perekonomian masyarakat meningkat sehingga dapat menurunkan kemiskinan di

Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Seri Jefry (2016) dengan hasil penelitiannya bahwa investasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1995-

2014 yang artinya variabel investasi mungkin saja mampu menaikkan pendapatan

nasional dan membuka lapangan pekerjaan tetapi tidak secara langsung dapat

menurunkan angka kemiskinan.

Menurut Noor (2015;48) investasi dilakukan untuk memenuhi berbagai

kebutuhan dan keinginan masyarakat, yaitu baik individu, kelompok bahkan

Negara. Dengan demikian, investasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, berupa sumber nafkah atau pendapatan untuk membeli barang dan

jasa yang diperlukannya. Investasi juga menghasilkan nilai tambah, yaitu

merupakan balas jasa produksi, sekaligus sebagai sumber pendapatan atau

kesehjateraan masyarakat. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori menurut

Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus

meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan

nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat Kenaikan investasi

juga menyebabkan pendapatan masyarakat naik dan terbukanya pekerjaan yang

lebih luas, sehingga akan menurunkan tingkat kemiskinan.

5.2.3 Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif

terhadap kemisikinan di Provinsi Sumatera Utara. Artinya jika inflasi naik maka

kemiskinan juga akan bertambah dikarenakan inflasi yang ditandai dengan

kenaikan harga tersebut akan menyebabkan penduduk yang miskin akan

mengurangi tingkat konsumsinya karena nilai uang yang mereka pegang

(pendapatan riil) juga semakin kecil sehingga menurunkan tingkat konsumsi

mereka dan menyebabkan jumlah penduduk miskin akan bertambah. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Imelia (2012) yang menyatakan bahwa

Variabel inflasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kemiskinan di

Provinsi Jambi Menurutnya tidak signifikannya variabel inflasi tersebut

dikarenakan perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model

Page 39: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

29

analisis lain. Pengukuran laju inflasi yang terjadi pada perekonomian propinsi

Jambi yang dilakukan oleh BPS propinsi Jambi bukan hanya didasarkan pada

indeks harga konsumen (IHK) kota Jambi tetapi dikota-kota lainnya dalam

wilayah propinsi Jambi.

5.2.4 Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi dan Inflasi terhadap Kemiskinan

di Provinsi Sumatera Utara

Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 5.6 di atas. Nilai prob. F (Statistic)

sebesar 0,000018 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi yang diestimasi layak digunakan untuk

menjelaskan pengaruh pendapatan perkapita, investasi dan inflasi terhadap

kemiskinan di provinsi Sumatera Utara. Itu artinya hipotesis (H4) Diterima.

Artinya dalam penelitian ini variabel tersebut dapat menjelaskan faktor-faktor

yang mempengaruh kemiskinan yang ada di provinsi Sumatera Utara, dimana

setiap variabel sudah sesuai dengan teori yang sudah ada sebelumnya mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan.

5.3 Luaran Penelitian

Tabel 5.7Rencana Target Capaian Tahunan

NoJenis Luaran Indikator Capaian

Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS1) TS+1 TS+2

1Artikel ilmiahdimuat di jurnal2)

Internasional bereputasi

Nasional Terakreditasi Draft

Nasional tidakterakreditasi

Draft

2Artikel ilmiahdimuat di prosiding3) Internasional Terindeks

3Invited speakerdalam temu ilmiah4) Nasional

4 Visiting Lecturer5) Internasional

5Hak KekayaanIntelektual (HKI)6)

Paten

Paten sederhana

Hak Cipta

Merek dagang

Page 40: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

30

Rahasia dagang

Desain Produk Industri

Indikasi Geografis

Perlindungan VarietasTanamanPerlindungan TopografiSirkuit Terpadu

6 Teknologi Tepat Guna7)

7 Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/RekayasaSosial8)

8 Bahan Ajar9)

9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)10) 3

Page 41: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

28

BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Rencana tahapan berikutnya yang akan dilakukan untuk penelitian dosen

pemula ini adalah mempublikasi Artikel ilmiah dimuat di jurnal nasional tidak

terakreditasi dan Artikel ilmiah dimuat di prosiding seminar nasional.

Page 42: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

29

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian hipotesis maka dapat diberikan kesimpulan pada

penelitian ini sebagai berikut :

1. Hasil regresi/estimasi menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan

perkapita, investasi dan inflasi 88,50%. Artinya pendapatan perkapita,

investasi dan inflasi memiliki proporsi pengaruh terhadap kemiskinan

sebesar 88.50% sedangkan sisanya 11,50% (100% - 88,50%) dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak ada didalam model regresi.

2. Secara Simultan (bersama-sama) Kurs, Inflasi dan Penyaluran Kredit

Sektor Pertanian berpengaruh terhadap ekspor sektor pertanian di Provinsi

Sumatera Utara

3. Secara parsial, Variabel Pendapatan perkapita berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara serta Investasi

dan inflasi berpengaruh positif dan tidak Signifikan terhadap kemiskinan

di Provinsi Sumatera Utara.

7.2 Saran

Adapun saran yang bisa diberikan kepada pemerintah selama melakukan

penelitian ini adalah:

1. Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja

seperti meningkatkan investasi dalam dan luar negeri sehingga

mengurangi tingkat pengangguran karena pengangguran adalah salah satu

penyebab kemiskinan terbesar di Indonesia

2. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan

berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi

dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat dikawasan pedesaan dan

perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan

kesempatan berusaha bagi penduduk miskin.

Page 43: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

30

3. Membangun lembaga-lembaga pembiayaan mikro yang member manfaat

pada penduduk miskin

Page 44: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

31

DAFTAR PUSTAKA

Addison, Hector. 2007. Empirical Analysis of Poverty and Inquality in westVirginia. Journal http://work.bepress.com/hector_addison/2. Diunduh 6Desember 2013.

Boediono. 2008. Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Fakultas Ekonomi UGM.Yogyakarta

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara . 2015. Sumut Dalam Angka. Sumut

Chandra, A. 2010. Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Per Kapitaterhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2003-2010. Jurnal MediaEkonomi & Teknologi Informasi Vol 20. No.2

Edi Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia: MenggagasModel Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. (Bandung: CVAlfabeta, 2009), hal 17

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hadi Susana, 2006. Analisis Dampak Transfer Pemerintah Terhadap KinerjaFiskal di Kab/Kota di Provinsi Jateng dalam Pelaksanaan DesentralisasiFiskal , Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.7, No.2, Hal 223-242.

Imelia, 2012. Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Jambi. JurnalParadigma Ekonomika Universitas Jambi. Vol.1 No.5 April 2012

Iswara, Indrajaya.2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan PerkapitaDan Tingkat Pendidikan Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Bali Tahun2006-2011. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol.3, No. 11, November 2014

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta. PenerbitErlangga.

M. Muh. Nasir, Saichudin dan Maulizar.2008. Analisis Faktor-Faktor YangMempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo.JurnalEksekitif. Vol.5 No.4, Agustus 2008.Lipi.Jakarata.

Mustari, Mohamad. 2012. Pengantar Metode Penelitian. LaksBang. Surabaya.

Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. EdisiKedua. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Page 45: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

32

Nilsen, R.Sigurd. 2007. Poverty in America: Consequences For Individual andThe Economy Paper Presented for United States GovernmentAccountabillity Office. Amerika Serikat: GAO.

Noor, H.F. 2015. Ekonomi Publik. Ekonomi Untuk Kesehjateraan Rakyat.Jakarta. PT Indeks.

Norton, Seth W. 2002. Economic Growth and Provery: In Search of TrickleDown. Cato Journal, 22(2), pp: 263-275.

Nurul Fadlilah, dkk. 2016. Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita, TingkatPengangguran, IPM, dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Kemiskinan diJawa Tengah. Jurnal Ekonomi Regional Universitas Jenderal Sudirman. Vol11, No.1, Maret 2016

Prastyo, Adit Agus. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TingkatKemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2000-2004).Thesis Program Pasca sarjana Universitas Diponogoro Semarang.

Rizal, Mukhamad. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, UpahMinimum dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang(Studi Kasus Pada Tahun 1998-2012). Jurnal Ekonomi. Jurusan IlmuEkonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Sery Jefry. A. W. 2016. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran,Belanja Pemerintah, dan Investasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun1995 – 2014. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UniversitasSanata Dharma Yogyakarta

Sudiana I Wayan, Ketut. 2015. Analisis Pengaruh Produk Domestik RegionalBruto, Pendidikan dan Struktur Tenaga Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinandi Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4,No. 6, Juni 2015

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta.

Sukirno, 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses Masalah dan Dasar Kebijakan.Kencana Jakarta

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”, PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta,2004.

Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

16

Page 46: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

33

Yogi Swara dan Jember, Made.2010. Kemiskinan di Bali, Jurnal EkonomiPembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Denpasar.

Page 47: Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan

Lampiran

Tabulasi Data Penelitian

Tahun Kemiskinan PDRB Perkapita ADHB Inflasi Investasi pmdn2001 2017 6741914 14.79 528644.942002 1883.9 7482946 9.59 653034.222003 1889.4 8070931 4.23 413693.082004 1800.1 9741566 6.8 1046028.392005 1840.2 11326516 22.41 621643.742006 1979.7 12684532 6.11 102676.592007 1768.5 14166626 6.6 1612920.662008 1611.51 16402890 10.72 478384.812009 1474.23 18381013 2.61 1234735.872010 1477.1 21108505 8 1703056.372011 1421.44 23778381 3.67 2004055.782012 1400.45 26184746 3.86 2970186.192013 1416.37 34544178 10.18 5068881.42014 1360.6 37913895 8.17 5231905.852015 1463.66 41019539 3.24 4287417.3