Upload
vuonganh
View
262
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KEMAJUAN
HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
PEMAHAMAN BUDAYA AIZUCHI SEBAGAI
ETIKA KOMUNIKASI ORANG JEPANG
(STUDI KASUS TERHADAP MAHASISWA SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA)
TIM PENELITI
NI LUH KADE YULIANI GIRI, S.S., M.HUM.
NIDN. 0022078002
NI PUTU LUHUR WEDAYANTI, S.S., M.HUM.
NIDN. 0830118301
JURUSAN SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
JULI 2015
i
Kode/Nama Bidang Ilmu: 521 / ILMU LINGUISTIK
ii
DAFTAR ISI
Hal.HALAMAN SAMPUL iHALAMAN PENGESAHAN iiDAFTAR ISI iiiRINGKASAN ivPRAKATA vBAB I. PENDAHULUAN 1BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 6
3.1 Tujuan Penelitian 63.2 Manfaat Penelitian 6
BAB IV. METODE PENELITIAN 84.1 Sumber Data 84.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 84.3 Metode dan Teknik Analisa Data 8
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 10BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 19
6.1 Kesimpulan 196.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20LAMPIRAN
iii
RINGKASAN
Etika dalam berkomunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam usaha menyampaikan pesan atau tuturan kepada peserta tutur lain. Dengan etika yang baik maka komunikasi dapat berlangsung dengan lancar dan pesan dapat tersampaikan dengan baik. Etika komunikasi dalam bahasa Jepang salah satunya adalah aizuchi. Budaya aizuchi dikenal sebagai budaya yang dekat dengan respon penutur dalam menanggapi tuturan sebelumnya. Dengan pemahaman budaya aizuchi maka komunikasi yang melibatkan latar budaya Jepang menjadi lebih aktif. Hal ini tentunya sangat sesuai dengan model komunikasi orang Jepang yang lebih menonjolkan model komunikasi aktif. Untuk itu budaya aizuchi menjadi dasar penting komunikasi bagi mahasiswa Sastra Jepang Universitas Udayana mengingat nantinya mereka akan sering melakukan komunikasi dengan penutur lain yang mempunyai latar budaya Jepang. Sumber data dari penelitian ini akan diambil dari pemahaman mahasiswa terhadap budaya aizuchi dan fungsi – fungsinya. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik kuesioner terhadap mahasiswa. Sedangkan metode analisa data nantinya akan mengaplikasikan pemahaman dan fungsi budaya aizuchi oleh Maynard (1995).
Kata kunci: etika komunikasi, budaya Jepang, budaya aizuchi
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi
Wasa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul Pemahaman Budaya Aizuchi Sebagai Etika Komunikasi Orang Jepang (Studi Kasus
Terhadap Mahasiswa Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Udayana)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dan pemahaman budaya
Aizuchi pada mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Udayana. Budaya Aizuchi sangat erat
hubungannya dengan etika berkomunikasi orang Jepang. Dengan mengetahui budaya
Aizuchi maka komunikasi dapat berlangsung dengan baik dan ekspresi – ekspresi yang
sesuai dapat dipahami oleh peserta tutur yang terlibat. Dalam penelitian ini, mahasiswa
memberikan pengertian dan pemahaman mereka tentang budaya Aizuchi melalui konteks –
konteks komunikasi yang tertulis dan dengan berbagai topik pembicaraan.
Kami dari tim peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan terhadap semua
pihak yang telah membantu pelaksanaan hingga penyelesaian penelitian ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ni Putu Ari Sulatri, S.S., M.Hum., sebagai ketua
program studi Sastra Jepang Universitas Udayana atas perkenan dan motivasinya bagi
kami untuk turut melaksanakan penelitian. Kami menyampaikan penghargaan kepada Prof.
Dr. I Wayan Cika, M.S., sebagai Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
terhadap dukungan beliau bagi para dosen muda untuk ikut serta melakukan penelitian
sebagai salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada pihak Universitas Udayana melalui
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD (KEMD)., sebagai Rektor Universitas Udayana dan
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng., sebagai Ketua LPPM Universitas Udayana
atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian melalui hibah PNBP
(Penghasilan Negara Bukan Pajak) tahun anggaran 2015.
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih mempunyai sejumlah kekurangan
yang disebabkan keterbatasan kami sebagai peneliti. Untuk itu kami mengharapkan saran
dan masukan sebagai upaya penyempurnaan penelitian ini di masa – masa mendatang.
Kami juga berharap penelitian ini dapat memberikan ide – ide lebih lanjut bagi penelitian
terkait dengan tata bahasa dan juga alih bahasa.
Denpasar, Juli 2015
Tim Peneliti
v
BAB I
PENDAHULUAN
Etika komunikasi mempunyai peranan penting dalam berkomunikasi. Etika
komunikasi memastikan suatu komunikasi dapat berjalan dengan baik serta tercapainya tujuan
dari komunikasi tersebut. Etika komunikasi juga mencerminkan adanya budaya yang
melatarbelakangi penutur ketika menyampaikan tuturannya. Etika komunikasi pada saat
bersamaan juga memberikan makna penting bagi penutur karena dengan etika yang pantas
dan sesuai maka seorang penutur dapat menghormati penutur lainnya. Hal tersebut dapat
dilakukan oleh seorang penutur dengan memilih kata – kata pada tuturan maupun sikap badan
yang sesuai dengan etika – etika yang berlaku secara umum. Untuk itulah pemahaman
mengenai etika komunikasi menjadi berguna bagi setiap penutur.
Dalam etika komunikasi orang Jepang, terdapat etika yang dikenal dengan budaya
aizuchi. Maynard (1995: 221) mengungkapkan budaya aizuchi sebagai etika komunikasi yang
berkaitan dengan respon penutur atau ekspresi yang muncul dari tuturan sebelumnya. Budaya
aizuchi merupakan salah satu bentuk budaya Jepang yang sangat padat dengan ciri khas
budaya. Budaya aizuchi menurut Maynard (1995: 221) adalah refleksi dari budaya Jepang
yang sangat aktif dalam komunikasi. Budaya Jepang tidak memperlihatkan suatu budaya yang
pasif semata dalam komunikasi. Dalam hal keaktifan maka respon yang diberikan penutur
dapat berupa respon yang berhubungan dengan tuturan maupun respon yang berkaitan dengan
gerak tubuh. Respon dalam bentuk tuturan biasanya dimunculkan dengan bentuk – bentuk
ekspresi tertentu dan umumnya berhubungan erat dengan materi tuturan sebelumnya.
Sedangkan gerak tubuh menjadi ciri khas respon yang mudah dipahami mengingat gerak
tubuh terlihat jelas pada penutur yang terlibat.
Untuk itu, memahami budaya aizuchi dalam etika komunikasi bahasa Jepang menjadi
persyaratan khusus bagi mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Udayana. Dengan latar
belakang pemahaman bahasa Jepang, maka pemahaman terhadap budaya aizuchi tentunya
menjadi pelengkap yang sangat mendukung pada saat melakukan komunikasi. Sehingga
penelitian ini akan mendeskripsikan permasalahan pada pengertian dan pemahaman
mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Udayana terhadap budaya aizuchi dalam komunikasi.
Terkait dengan pengertian dan pemahaman itu, penelitian ini juga mendeskripsikan
permasalahan berkaitan dengan fungsi - fungsi aizuchi dalam komunikasi berbahasa Jepang.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Levinson (dalam Nunan, 1993: 85) menegaskan jika bentuk dasar sebuah komunikasi
adalah prototype bahasa yang digunakan, bentuk yang pertama kali manusia ketahui tentang
bahasa, dan hal itu juga berkaitan dengan pemerolehan bahasa. Pernyataan tersebut
mengindikasikan jika komunikasi berkaitan dengan bahasa dan lingkungan sekitarnya. Selain
itu, penggunaan bahasa juga memiliki keterkaitan dengan budaya yang melatarbelakangi
penutur dan tuturan. Dengan adanya budaya yang melekat pada seorang penutur dan budaya
yang menaungi tuturan tertentu, maka dapat dipastikan jika penutur dalam melakukan tuturan
mencerminkan suatu kondisi masyarakat dengan budaya tertentu. Nunan (1993: 94)
menyimpulkan jika hal yang paling menantang dan sulit dalam suatu komunikasi terletak
pada penutur kedua dan/atau penutur asing. Mereka mengalami kesulitan untuk dapat
menunjukkan kedinamisan dan penampilan tuturan yang berbeda dari satu bahasa dengan
bahasa lainnya serta satu budaya dengan budaya lainnya.
Lebih lanjut, Nunan (1993: 96) mengkaitkan budaya dengan manajemen percakapan
yang terjadi antar dua penutur. Dalam manajemen percakapan terdapat sejumlah faktor yang
patut diperhitungkan mulai dari tingkatan kesopanan, tingkatan formalitas percakapan, dan
tingkatan penerimaan penutur terhadap rentang penundaan (pause) dari penutur lain. Faktor-
faktor itu bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya. Selain itu, ketiganya memiliki
pengaruh yang dapat menyebabkan kelangsungan suatu komunikasi lancar atau tidak.
Contohnya, terdapat pandangan budaya berbeda terhadap penundaan (pause) dan kelancaran
(smooth) dalam percakapan. Bagi orang Barat, posisi diam saat berbicara hanya dapat
ditoleransi jika berbicara dengan teman atau seseorang yang telah dikenal dengan baik.
Sehingga apabila mereka berbicara dengan orang asing atau orang yang baru dikenal, mereka
akan berusaha menjaga kelancaran komunikasi tanpa melakukan penundaan (pause).
Sedangkan dalam budaya Jepang, justru kelancaran (smooth) komunikasi seperti yang
terdapat dalam budaya Barat malah membingungkan. Hal itu dikarenakan mereka terbiasa
untuk melakukan penundaan singkat (short pause) guna memastikan lawan bicara dapat
memahami topik yang sedang diperbincangkan.
Nunan (1993: 94) menyimpulkan jika hal yang paling menantang dan sulit dalam
suatu komunikasi terletak pada penutur kedua dan/atau penutur asing. Mereka mengalami
kesulitan untuk dapat menunjukkan kedinamisan dan penampilan tuturan yang berbeda dari
satu bahasa dengan bahasa lainnya serta satu budaya dengan budaya lainnya.
2
Lebih lanjut, Nunan (1993: 96) mengkaitkan budaya dengan manajemen percakapan
yang terjadi antar dua penutur. Dalam manajemen percakapan terdapat sejumlah faktor yang
patut diperhitungkan mulai dari tingkatan kesopanan, tingkatan formalitas percakapan, dan
tingkatan penerimaan penutur terhadap rentang penundaan (pause) dari penutur lain. Faktor-
faktor itu bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya. Selain itu, ketiganya memiliki
pengaruh yang dapat menyebabkan kelangsungan suatu komunikasi lancar atau tidak.
Contohnya, terdapat pandangan budaya berbeda terhadap penundaan (pause) dan kelancaran
(smooth) dalam percakapan. Bagi orang Barat, posisi diam saat berbicara hanya dapat
ditoleransi jika berbicara dengan teman atau seseorang yang telah dikenal dengan baik.
Sehingga apabila mereka berbicara dengan orang asing atau orang yang baru dikenal, mereka
akan berusaha menjaga kelancaran komunikasi tanpa melakukan penundaan (pause).
Sedangkan dalam budaya Jepang, justru kelancaran (smooth) komunikasi seperti yang
terdapat dalam budaya Barat malah membingungkan. Hal itu dikarenakan mereka terbiasa
untuk melakukan penundaan singkat (short pause) guna memastikan lawan bicara dapat
memahami topik yang sedang diperbincangkan.
Sebagai suatu proses, tuturan memiliki nilai-nilai yang dipahami dan diterima oleh
masyarakat. Nilai-nilai sosial tersebut memungkinkan suatu tuturan dapat dikonstruksi dan
dinegosiasikan antar penutur. Dalam hal ini penutur dimungkinkan untuk menerapkan nilai-
nilai sosial dalam suatu tuturan saat menerapkan elemen tuturan seperti penundaan (pause),
intonasi, penggunaan ekspresi filler, dan membangun formulasi tuturan. Karena berkaitan
dengan nilai sosial, percakapan sesungguhnya memiliki kedekatan dalam aturan dan prosedur
budaya yang spesifik. Ketidakmampuan dalam menangani suatu proses tuturan akan dianggap
sama dengan ketidakmampuan memahami kondisi sosial budaya suatu masyarakat dan
bahkan mungkin menimbulkan kesalahpahaman. Karena itulah, terdapat banyak hal penting
yang perlu diketahui dalam memahami suatu tuturan, seperti; masuk maupun keluar pada
suatu tuturan; berupaya untuk lebih menguasai tuturan (bidding a turn), menolak tanpa
menimbulkan kesan kasar atau tidak sopan, atau merubah topik. Hal-hal seperti itu wajib
dipahami penutur saat proses tuturan berlangsung.
Yule (2000) mendeskripsikan sejumlah karakteristik tuturan yang penting.
Karakteristik tuturan tersebut antara lain adanya pasangan keterkaitan (adjacency pairs),
struktur preferen (preference structure), dan penanda lain dalam percakapan. Penanda lain
dalam percakapan dapat berupa penundaan sesaat (pauses), perhentian lama (overlaps), dan
adanya penanda unsur-unsur seperti senyum, anggukan kepala, atau bentuk ekspresi wajah
yang disebut sebagai sinyal backchannel (backchannel signals). Yule (2000: 76) menjelaskan
secara detail yang dimaksud dengan pasangan keterkaitan (adjancency pairs) sebagai bentuk
3
keterkaitan tuturan antara penutur pertama dengan penutur kedua. Dalam hal ini, penutur
pertama mendapat respon yang sesuai dari penutur kedua. Sederhananya, apabila seorang
penutur mengucapkan salam pembuka saat percakapan dimulai, maka menjadi kewajiban
penutur kedua untuk membalas dengan ucapan salam. Sedangkan apabila seorang penutur
bertanya maka penutur lainnya akan menjawab.
Selain adanya pasangan keterkaitan (adjacency pairs), juga terdapat istilah yang
disebut dengan rangkaian selipan (insertion sequence). Bagian rangkaian selipan (insertion
sequence) masih merupakan bagian dari pasangan keterkaitan (adjacency pairs). Sesuai
dengan pengistilahannya, rangkaian selipan (insertion sequence) menurut Yule (2000: 77)
merupakan pasangan keterkaitan yang justru tidak saling terkait. Dalam hal ini tuturan
penutur pertama tidak mendapat respon semestinya dari penutur berikutnya. Hal itu sangat
mungkin terjadi dalam sebuah tuturan. Tuturan tidak selalu berjalan dengan mulus dan
komunikatif. Ada kalanya salah satu penutur justru memberikan respon tuturan yang berbeda.
Sehingga jika disimpulkan, rangkaian selipan (insertion sequence) merupakan tuturan berbeda
dari yang diharapkan oleh penutur sebelumnya.
Maynard (1995: 222) membagi karakteristik para respon penutur menjadi lima bagian
penting. Bagian penting tersebut berkaitan dengan komponen yang disebut aizuchi atau
respon pendengar. Kelima bagian dari aizuchi meliputi mengungkapkan konfirmasi,
menunjukkan perhatian seseorang, memperlihatkan keraguan, mengekspresikan keterkejutan,
dan mengungkapkan simpati. Masing – masing bagian tentunya mempunyai karakteristik
yang berbeda dalam memperlihatkan ekspresi respon pendengar.
Mengungkapkan konfirmasi dalam bahasa Jepang menurut Maynard (1995: 222) dapat
dilakukan dengan sejumlah ekspresi. Ekspresi – ekspresi itu antara lain soo desu ka (saya
paham), soo desu ne (itu benar), yappari (hal itulah yang saya pikirkan), dan naruhodo
(begitu ya). Secara umum, ekspresi – ekspresi aizuchi yang mengungkapkan konfirmasi
dilakukan saat penutur lain menyampaikan suatu pernyataan. Sehingga untuk memastikan
kebenarannya maka pendengar lain akan menyatakan konfirmasi. Sedangkan untuk
menunjukkan perhatian seseorang dapat ditunjukkan dengan ekspresi seperti un (uh-huh),
huun (saya paham), soo (benar), dan hai/ee (yeah benar). Ekspresi yang tergolong singkat
tersebut sesungguhnya lebih mengacu kepada upaya memberikan perhatian terhadap
pernyataan atau tuturan sebelumnya. Seperti diketahui, penutur Jepang dikenal tidak pasif.
Sehingga memberikan tanggapan atau respon meskipun dengan ekspresi yang singkat
dianggap menunjukkan perhatian atas tuturan yang sebelumnya disampaikan. Bahkan pada
ekspresi hai atau ee diperlihatkan dalam kondisi – kondisi formal.
4
Karakteristik respon aizuchi yang ketiga adalah memperlihatkan keraguan. Ekspresi –
ekspresi yang munculnya antara lain saa (baiklah …), maa tabun (mungkin…), soo desu ka
nee (baiklah, saya tidak begitu yakin …), soo? (betulkah?), dan soo ka naa (saya berharap
…). Ungkapan keraguan menunjukkan respon yang masih belum pasti terhadap tuturan
penutur sebelumnya. Sehingga dapat dilihat jika ekspresi – ekspresi yang diperlihatkan lebih
mengacu pada ekspresi ketidakyakinan. Karakteristik respon selanjutnya adalah
mengekspresikan keterkejutan. Keterkejutan dalam respon penutur Jepang biasanya
diungkapkan dengan ekspresi seperti ee? (apa?), honto? (betulkah?), uso! (kamu bohong!),
dan masaka! (itu tidak mungkin, bohong!). ekspresi keterkejutan dalam aizuchi lebih banyak
memperlihatkan respon pendengar yang tidak menduga terhadap tuturan yang disampaikan
penutur sebelumnya. Karena memiliki pemahaman yang berbeda, maka respon keterkejutan
muncul dalam istilah aizuchi. Selain keterkejutan, karakteristik respon aizuchi yang terakhir
adalah mengungkapkan simpati. Pengungkapan simpati oleh pendengar biasanya dikaitkan
dengan berita – berita yang tidak menyenangkan pada tuturan sebelumnya. Karena itulah,
ekspresi simpati diungkapkan melalui tuturan seperti komarimashita nee (itu masalah,
bukan?), yowatta naa (oh tidak, benar – benar masalah), komatta wa nee (oh, tidak, sungguh
masalah), zannen (desu) nee (prihatin mendengar itu, itu terlalu buruk), dan kinodokuni (saya
prihatin mendengar hal itu). Jika diperhatikan secara umum maka dapat diketahui jika
ungkapan simpati lebih banyak menunjukkan adanya suatu bentuk keprihatinan pendengar
terhadap tuturan penutur lainnya. Sehingga sesuatu tersebut dianggap sebagai suatu hal yang
buruk oleh pendengar lainnya.
5
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Bagian ini membahas mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berkaitan dengan
pemahaman budaya Aizuchi dalam etika berkomunikasi orang Jepang. Tentunya tujuan dan
manfaat penelitian lebih banyak menekankan pada studi kasus terhadap mahasiswa Sastra
Jepang mengenai budaya Aizuchi itu sendiri.
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman mahasiswa Sastra Jepang
terhadap budaya Aizuchi. Hal tersebut berkaitan dengan bahasa Jepang yang dipelajari oleh
mahasiswa, sehingga secara langsung mereka juga seharusnya memahami budaya Aizuchi.
Apalagi budaya Aizuchi berkaitan dengan etika berkomunikasi bagi orang Jepang. Secara
rinci, tujuan penelitian ini juga mengaitkan pemahaman mahasiswa terhadap ekspresi –
ekspresi yang terdapat pada komunikasi orang Jepang yang mana komunikasi itu mencakup
budaya Aizuchi.
Selain itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai fungsi –
fungsi pada ekspresi budaya Aizuchi. Fungsi – fungsi ekspresi pada budaya Aizuchi adalah
beragam dan masing – masing digunakan saat konteks komunikasi yang berbeda. Pengenalan
terhadap fungsi ekspresi komunikasi memungkinkan untuk dapat dipahami oleh mahasiswa
sehingga saat berkomunikasi secara langsung dengan orang Jepang, mereka dapat
menggunakan ekspresi – ekspresi Aizuchi dengan tepat. Dengan begitu, komunikasi yang
berlangsung dapat dengan baik dan lancar.
3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua dengan manfaat umum dan
manfaat khusus berkaitan budaya Aizuchi dalam komunikasi orang Jepang. Secara umum,
penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran terhadap budaya komunikasi orang Jepang
yang disebut Aizuchi. Model komunikasi tersebut barangkali terdapat pada bahasa lain, namun
pada penggunaan oleh orang Jepang sudah tentu mempunyai latar belakang budaya yang
berbeda. Dengan mendeskripsikan budaya Aizuchi maka setiap orang yang berkomunikasi
dengan bahasa Jepang juga mempunyai dasar komunikasi yang berhubungan dengan budaya.
Sehingga komunikasi dapat berlangsung sesuai dengan tujuan para penuturnya.
Secara khusus penelitian ini memberikan gambaran mengenai pengertian dan
pemahaman budaya Aizuchi pada mahasiswa Sastra Jepang. Mahasiswa Sastra Jepang yang
6
nantinya akan sering berkomunikasi dengan orang Jepang maka secara langsung wajib
mengetahui dan memahami budaya Aizuchi. Selain itu, penelitian ini juga memberikan
penjelasan secara deskripsi pemahaman budaya Aizuchi di kalangan mahasiswa Sastra Jepang
serta pemahaman mereka terhadap penggunaan ekspresi – ekspresi Aizuchi dalam
komunikasi. Tentunya hal tersebut berkaitan dengan beragam ekspresi pada budaya Aizuchi
dan bervariasinya konteks komunikasi yang terjadi antar penutur.
7
BAB IV
METODE PENELITIAN
Bagian ini membahas mengenai metode penelitian yang berkaitan dengan tahapan -
tahapan akademis dalam kegiatan penelitian. Pada metode penelitian dibahas mengenai
sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, dan metode dan teknik analisa data.
3.1 Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan berkaitan dengan pengertian dan pemahaman
mengenai istilah aizuchi adalah mahasiswa program studi Sastra Jepang, Universitas
Udayana. Adapun mahasiswa yang akan dilibatkan merupakan semester empat atau
mahasiswa tahun kedua yang menempuh pendidikan di Sastra Jepang. Penggunaan
mahasiswa semester empat mengingat yang bersangkutan telah mendapatkan sejumlah materi
– materi yang berhubungan dengan keterampilan komunikasi dalam bahasa Jepang. Dengan
pemahaman awal tersebut maka mahasiswa Sastra Jepang nantinya akan diharapkan juga
memahami tentang kemampuan respon atau aizuchi. Jumlah keseluruhan mahasiswa semester
empat yang ikut serta dalam penelitian ini adalah 47 mahasiswa.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode simak. Metode simak
akan digunakan untuk dapat mengumpulkan data mengenai istilah aizuchi pada mahasiswa
Sastra Jepang, Universitas Udayana. Secara teknis, pengumpulan data yang dilakukan akan
mengaplikasikan model kuesioner. Kuesioner nantinya akan disusun berkaitan dengan
pengertian dan pemahaman tentang aizuchi. Terdapat sejumlah pertanyaan yang berkaitan
dengan budaya Aizuchi yang bertujuan untuk mengetahui pengertian serta pemahaman
mahasiswa. Selanjutnya setelah kuesioner diisi, maka dilakukan teknik membaca rinci untuk
dapat mengetahui hasil dari kuesioner yang diisikan mahasiswa. Hasil kuesioner mahasiswa
nantinya akan dihitung berkaitan dengan pertanyaan yang muncul. Sedangkan teknik
selanjutnya yang akan diterapkan adalah teknik klasifikasi. Teknik klasifikasi akan dikaitkan
dengan hasil – hasil pengisian kuesioner mengenai aizuchi.
3.3 Metode dan Teknik Analisa Data
Metode yang akan diterapkan pada proses analisa data adalah metode deskriptif
kualitatif. Nantinya, metode deskriptif kualitatif akan mendeskripsikan pengertian dan
pemahaman mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Udayana terkait dengan istilah aizuchi.
8
Untuk itu teknik analisa data yang akan digunakan adalah teknik deskripsi berdasarkan
aplikasi teori analisa percakapan dan penggunaan aizuchi dalam komunikasi orang Jepang.
Secara rinci, teori mengenai aizuchi dari Maynard (1995) dan teori mengenai analisa
percakapan dari Yule (2000) akan menjadi acuan dalam proses analisa secara deskriptif
kualitatif.
9
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Angket diberikan kepada 47 orang mahasiswa semester V. Berikut adalah hasil angket tersebut:Percakapan pertama yang bertema パーティー mempunyai beberapa bagian mengenai aizuchi yang harus diisikan oleh mahasiswa. Dalam percakapan tersebut terdapat empat bagian isian yang dikosongkan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa terhadap budaya aizuchi dalam bahasa Jepang. Adapun keempat bagian dalam percakapan tersebut dipaparkan sebagai berikut. (Percakapan 1)中田 :もしもし、林さんですか。Tanaka Moshi moshi, Hayashi san desu ka.
Halo, apakah ini kediaman Hayashi?林の弟 :______、そうです。Hayashi no otouto ______, sou desu.田中 :田中ですが、一郎さんをお原いします。Tanaka Tanaka desu ga, Ichiro san o onegai shimasu.
Saya Tanaka, saya mau bicara dengan Ichiro. ………….
田中 :__、林君。あしたの晩 暇?Tanaka ____, Hayashi kun. Ashita no ban, hima?
____, Hayashi. Besok malam, ada waktu?林 :__、暇だよ。どうして?Hayashi ____, hima da yo. doushite?
____, ada waktu. Kenapa?田中 :パーティーに行かない?
Paatii ni ikanai? Mau pergi ke pesta?林 :___。場所はどこ?
______. Bashou wa doko? ______. Tempatnya di mana?
田中 :富士ホテル。6時ごろホテルのロビーで待っているよ。 Fuji hoteru. Roku ji goro hoteru no robii de matte iru yo. Hotel fuji. Aku tunggu di lobi hotel sekitar jam 6.
林 :わかった。じゃ、またあした。 Wakatta. Ja, mata ashita. Oke. Kalau begitu, sampai besok.
Dari keempat bagian kosong yang terdapat pada percakapan 1 di atas, mahasiswa diberikan kesempatan memilih ekspresi aizuchi yang sesuai. Untuk itu pilihan – pilihan mahasiswa terhadap keempat bagian kosong pada percakapan 1 dijelaskan secara ringkas pada tabel – tabel berikut di bawah ini.
Tabel 1.1
10
Aizuchi Jumlah Mahasiswa はい‘Hai’
47
うん‘Un’
-
Kandoushi Jumlah Mahasiswa あ‘A’
-
Keiyoushi Jumlah Mahasiswaいいね‘Ii ne’
-
Setsuzokushi Jumlah mahasiswaじゃ‘Ja’
-
Penggalan percakapan pada bagian 1 yang terjadi antara Tanaka dengan adik laki-laki Hayashi adalah:中田 :もしもし、林さんですか。Tanaka Moshi moshi, Hayashi san desu ka.
Halo, apakah ini kediaman Hayashi?林の弟 :______、そうです。Hayashi no Otouto ______, sou desu.
………, betul.田中 :田中ですが、一郎さんをお原いします。
Tanaka desu ga, Ichiro san o onegai shimasu. Saya Tanaka, saya mau berbicara dengan Ichiro.
Pada bagian 1 ini, seperti yang terlihat dalam tabel 1.1, dari 47 orang mahasiswa semuanya memilih ‘はい Hai’ untuk diisi pada bagian tersebut. Hai, sou desu merupakan ungkapan yang lazim digunakan pada saat membenarkan sesuatu hal. Hai, sou desu dalam situasi diatas dikatakan oleh adiknya Hayashi untuk menjawab pertanyaan dari Tanaka apakah betul dia menelepon ke kediaman keluarga Hayashi. Hai merupakan salah satu aizuchi yang digunakan untuk menunjukkan perhatian seseorang (Maynard, 1995: 222). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa sudah mampu untuk memahami penggunaan aizuchi yang sesuai dengan situasi pada penggalan percakapan bagian 1.
Tabel 1.2Aizuchi Jumlah Mahasiswa
はい‘Hai’
-
うん‘Un’
3
Kandoushi Jumlah Mahasiswa あ‘A’
40
Keiyoushi Jumlah Mahasiswaいいね‘Ii ne’
1
Setsuzokushi Jumlah mahasiswaじゃ‘Ja’
3
11
Penggalan percakapan bagian 2 yaitu sebagai berikut:田中 :__、林君。あしたの晩 暇?Tanaka ____, Hayashi kun. Ashita no ban, hima?
……., Hayashi. Besok malam, ada waktu?Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pilihan jawaban pada bagian 2 yang diisi oleh mahasiswa sangat beragam. 40 orang mengisi ‘あ A’, 3 orang mengisi ‘うん Un’, 1 orang mengisiいいね ‘ Ii ne’, dan 3 orang mengisi ‘じゃ Ja’. Tidak ada yang memilih ‘はい Hai’. Berdasarkan situasi percakapan 1, penggalan percakapan pada bagian 2 diucapkan oleh Tanaka ketika dia sudah terhubung dengan Ichiro.
Pilihan jawaban yang disediakan pada percakapan 1 tidak hanya berupa aizuchi,tetapi ada juga ujaran yang merupakan kandoushi (A ‘oh’), setsuzokushi (ja ‘kalau begitu’), dan keiyoushi (ii ne ‘baik/bagus’).
Tabel 1.3Aizuchi Jumlah Mahasiswa
はい‘Hai’
-
うん‘Un’
37
Kandoushi Jumlah Mahasiswa あ‘A’
6
Keiyoushi Jumlah Mahasiswaいいね‘Ii ne’
2
Setsuzokushi Jumlah mahasiswaじゃ‘Ja’
2
Penggalan percakapan pada bagian 3 yaitu sebagai berikut:田中 :あ、林君。あしたの晩 暇?Tanaka A, Hayashi kun. Ashita no ban, hima?
Oh, Hayashi. Besok malam, ada waktu?
林 :__、暇だよ。どうして?Hayashi ____, hima da yo. Doushite?
……, ada waktu. Kenapa?
Tabel 1.3 menunjukkan pilihan mahasiswa untuk mengisi penggalan percakapan pada bagian 3 yaitu 6 orang memilih あ ‘A’, 37 orang memilih うん ‘Un’, 2 orang memilih ‘いいね Ii ne’, 2 orang memilih じゃ ‘Ja’. Tidak ada yang memilih ‘はい Hai’ untuk mengisi bagian yang kosong pada penggalan percakapan pada bagian ini.
Bagian 4Aizuchi Jumlah Mahasiswa
はい‘Hai’
-
うん‘Un’
6
Kandoushi Jumlah Mahasiswa あ -
12
‘A’Keiyoushi Jumlah Mahasiswa
いいね‘Ii ne’
36
Setsuzokushi Jumlah mahasiswaじゃ‘Ja’
5
Penggalan percakapan pada bagian 4 yaitu sebagai berikut:田中 :パーティーに行かない?Tanaka Paatii ni ikanai? Mau pergi ke pesta?林 :___。場所はどこ?Hayashi ______. Bashou wa doko?
______. Tempatnya di mana?田中 :富士ホテル。6時ごろホテルのロビーで待っているよ。Tanaka Fuji hoteru. Roku ji goro hoteru no robii de matte iru yo.
Hotel fuji. Aku tunggu di lobi hotel sekitar jam 6.林 :わかった。じゃ、またあした。Hayashi Wakatta. Ja, mata ashita.
Oke. Kalau begitu, sampai besok.
Tabel 1.4 menunjukkan jawaban yang dipilih mahasiswa untuk mengisi bagian 4. Dari 47 orang mahasiswa, 6 orang memilihうん ‘Un’ , 36 orang memilih いいね ‘Ii ne’, dan 5 orang memilih じゃ ‘Ja’. Tidak ada yang memilih はい‘Hai’ dan ‘あ A’.
‘日本語の勉強 Nihongo no benkyo’林 :今までどのくらい日本語を勉強しましたか。Hayashi Ima made dono kurai nihongo o benkyo shimashita ka.
Sampai sekarang kira-kira berapa lama sudah belajar bahasa Jepang? ラオ :インドで 2週間ぐらい会社の人に教えてもらいました。
それからセンターで 5週間習いました。Rao Indo de ni shuukan gurai kaisha no hito ni oshiete moraimashita.
Sorekara senta de go shuukan naraimashita. Di India saya diajarkan oleh orang perusahaan kira-kira selama dua minggu. Kemudian belajar di center selama 5 minggu.
林 :___。上手ですね。 ひらがなやかたかなも習いましたか。
Hayashi _______. Jouzu desu ne.Hiragana ya katakana mo naraimashita ka.______. Hebat ya.Apakah belajar hiragana dan katakana juga?
ラオ :いいえ。これから自分で勉強したいと思います。Rao Iie. Kore kara jibun de benkyo shitai to omoimasu.
Tidak. Saya bermaksud untuk belajar sendiri mulai sekarang.林 :___。じゃ、いい本があリますから、貸してあげますよ。頑張ってく だ
さい。Hayashi _______. Ja, ii hon ga arimasu kara, kashite agemasu yo. Ganbatte kudasai.
13
_______. Kalau begitu, akan saya pinjamkan buku yang bagus. Semangat ya!
ほんとうですか そうですか(Percakapan 2)
Pada percakapan 2 terdapat 2 bagian aizuchi yang harus diisi oleh mahasiswa. Adapun pilihan jawaban dari mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1Aizuchi Jumlah Pilihan Mahasiswa
ほんとうですか‘Hontou desu ka’
30
そうですか‘Sou desu ka’
17
Penggalan percakapan pada bagian 1 yaitu sebagai berikut.林 :今までどのくらい日本語を勉強しましたか。Hayashi Ima made dono kurai nihongo o benkyo shimashita ka.
Sampai sekarang kira-kira berapa lama sudah belajar bahasa Jepang? ラオ :インドで 2週間ぐらい会社の人に教えてもらいました。
それからセンターで 5週間習いました。Rao Indo de ni shuukan gurai kaisha no hito ni oshiete moraimashita.
Sorekara senta de go shuukan naraimashita. Di India saya diajarkan oleh orang perusahaan kira-kira selama dua minggu. Kemudian belajar di center selama 5 minggu.
林 :___。上手ですね。 ひらがなやかたかなも習いましたか。
Hayashi _______. Jouzu desu ne.Hiragana ya katakana mo naraimashita ka.______. Hebat ya.Apakah belajar hiragana dan katakana juga?
Tabel 2.1 di atas menunjukkan pilihan jawaban yang diisi oleh mahasiswa pada bagian 1. 30 orang memilih ‘Honto desu ka’ dan 17 orang memilih ‘Sou desu ka’.
Tabel 2.2Aizuchi Jumlah Pilihan Mahasiswa
ほんとうですか‘Hontou desu ka’
17
そうですか‘Sou desu ka’
30
Penggalan percakapan pada bagian 2 yaitu sebagai berikut.ラオ :いいえ。これから自分で勉強したいと思います。Rao Iie. Kore kara jibun de benkyo shitai to omoimasu.
Tidak. Saya bermaksud untuk belajar sendiri mulai sekarang.林 :___。じゃ、いい本があリますから、貸してあげますよ。頑張ってく だ
さい。Hayashi _______. Ja, ii hon ga arimasu kara, kashite agemasu yo. Ganbatte kudasai.
_______. Kalau begitu, akan saya pinjamkan buku yang bagus. Semangat ya!
14
Tabel 2.2 menunjukkan pilihan jawaban yang diisi oleh mahasiswa. 17 orang memilih ‘Hontou desu ka’ dan 30 orang memilih ‘Sou desu ka’.
明日横浜公園へ行きます。…_____。道がわかりますか。_____。木村さんに教えてもらいました。
ええ そうですか(Percakapan 4)
Pada penggalan percakapan 4 terdapat 2 bagian yang dihilangkan. Adapun pilihan jawaban dari mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Bagian 1Aizuchi Jumlah Pilihan Mahasiswa
ええ‘Ee’
7
そうですか‘Sou desu ka’
40
Bagian 2Aizuchi Jumlah Pilihan Mahasiswa
ええ‘Ee’
40
そうですか‘Sou desu ka’
7
食堂で田中: あした山田先生の誕生パーチイーに行くんですか。木村: ___。行くつもりです。田中さんどうですか。田中:_____・・・。あしたは夜8時まで仕事があるから。木村:_______。それは_________。田中:_______。
(Percakapan 5) Pada percakapan 5 terdapat 5 bagian yang dihilangkan. Adapun pilihan jawaban dari mahasiswa bisa dilihat dalam tabel berikut.
Bagian 1Aizuchi Jumlah Pilihan Mahasiswa
15
困りましたねえ そう ええ ほんとう? そうですね そうですかねえ
ええ? ざんねんねえ そう? そうですか
困りましたねえ ‘Komarimashita nee’
-
そう‘Sou’
1
ええ‘Ee’
38
ほんとう?‘Hontou?’
1
そうですね‘Sou desu ne’
2
そうですかねえ‘Sou desu ka nee’
1
ええ?‘Ee?’
1
ざんねんねえ‘Zannen nee’
-
そう?‘Sou?’
2
そうですか‘Sou desu ka’
1
Jumlah: 47 orang
Bagian 2Aizuchi Mahasiswa yang memilih
困りましたねえ ‘Komarimashita nee’
10
そう‘Sou’
1
ええ‘Ee’
2
ほんとう?‘Hontou?’
2
そうですね‘Sou desu ne’
13
そうですかねえ‘Sou desu ka nee’
7
ええ?‘Ee?’
1
ざんねんねえ‘Zannen nee’
4
そう?‘Sou?’
1
そうですか‘Sou desu ka’
2
16
Jumlah:
Bagian 3Aizuchi Jumlah Pilihan Mahasiswa
困りましたねえ ‘Komarimashita nee’
4
そう‘Sou’
-
ええ‘Ee’
1
ほんとう?‘Hontou?’
15
そうですね‘Sou desu ne’
9
そうですかねえ‘Sou desu ka nee’
1
ええ?‘Ee?’
2
ざんねんねえ‘Zannen nee’
-
そう?‘Sou?’
-
そうですか‘Sou desu ka’
15
Jumlah:Bagian 4
Aizuchi Jumlah Pilihan Mahasiswa 困りましたねえ ‘Komarimashita nee’
27
そう‘Sou’
-
ええ‘Ee’
-
ほんとう?‘Hontou?’
-
そうですね‘Sou desu ne’
-
そうですかねえ‘Sou desu ka nee’
-
ええ?‘Ee?’
-
ざんねんねえ‘Zannen nee’
20
そう?‘Sou?’
-
そうですか‘Sou desu ka’
-
Jumlah:
Bagian 5
17
Aizuchi Jumlah Pilihan Mahasiswa 困りましたねえ ‘Komarimashita nee’
3
そう‘Sou’
8
ええ‘Ee’
3
ほんとう?‘Hontou?’
-
そうですね‘Sou desu ne’
10
そうですかねえ‘Sou desu ka nee’
3
ええ?‘Ee?’
-
ざんねんねえ‘Zannen nee’
17
そう?‘Sou?’
-
そうですか‘Sou desu ka’
2
Jumlah:
18
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Maynard, Senko K. 1995. An Introduction to Japanese Grammar and Communication Strategies. Tokyo: The Japan Times.
Nunan, David. 1993. Discourse Analysis. London: Penguin English.
Yule, George. 2000. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
20