24
1 UNIVERSITAS INDONESIA PUISI ITIRA:F ABU NAWAS : ANALISIS BENTUK DAN MAKNA BERDASARKAN ILMU PUISI DAN ILMU BALAGAH JURNAL AI ZAKIYAH 1006776095 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA ARAB DEPOK DESEMBER 2013 Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368870-MK-Ai Zakiyah.pdfIlmu balaghah. Ilmu balagah atau dalam istilah linguistik disebut dengan ilmu retorika bahasa Arab, terdiri

  • Upload
    others

  • View
    30

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PUISI I’TIRA:F ABU NAWAS : ANALISIS BENTUK DAN MAKNA BERDASARKAN ILMU PUISI DAN ILMU BALAGAH

    JURNAL

    AI ZAKIYAH

    1006776095

    FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

    PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

    DEPOK

    DESEMBER 2013

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 2

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 3

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 4

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 5

    FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS

    Yang bertanda tangan di bawah ini

    Nama : Dr. Maman Lesmana, S.S., M.Hum.

    NIP/NUP : 196110221987031002

    adalah pembimbing dari mahasiswa S1

    Nama : Ai Zakiyah

    NPM : 100676095

    Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya

    Program Studi : Sastra Arab

    Judul Naskah Ringkas : Puisi I’tira:f Abu Nawas: Analisis Bentuk dan Makna Berdasarkan Ilmu

    Puisi dan Ilmu Balagah

    menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk:

    X Dapat diakses di UIANA (lib.ui.ac.id) saja.

    Tidak dapat diakses di UIANA karena:

    Data yang digunakan berasal dari instansi tertentu yang bersifat konfidensial.

    Akan ditunda publikasinya mengingat akan atau sedang dalam proses pengajuan

    Hak Paten/Hak Cipta hingga tahun

    Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional yaitu:

    yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan tahun

    Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah dalam

    Seminar Internasional

    yaitu:

    yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan tahun

    Akan diterbitkan pada jurnal Program Studi/Departemen/Fakultas di UI yaitu:

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 6

    yang diprediksi akan diterbitkan pada bulan tahun

    Akan diterbitkan pada Jurnal Nasional yaitu:

    yang diprediksi akan diterbitkan pada bulan tahun

    Akan ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan terbit pada Jurnal

    Internasional yaitu:

    yang diprediksi akan diterbitkan pada bulan tahun

    Depok, 20 Desember 2013

    (Dr. Maman Lesmana, S.S., M.Hum.)

    Pembimbing

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 7

    PUISI I’TIRA:F ABU NAWAS : ANALISIS BENTUK DAN MAKNA

    BERDASARKAN ILMU PUISI DAN ILMU BALAGAH

    Ai Zakiyah, Maman Lesmana dan Suranta

    1. Program studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Program studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Program studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

    Email: [email protected] / [email protected]

    Abstrak

    Puisi sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak zaman jahililyah dan berkembang hingga hari ini. Setelah Islam

    datang, bangsa Arab mulai mengalami perubahan yang signifikan, mulai dari kehidupan, kepercayaan, hingga puisi

    dan prosa arab pun semakin berkembang. Fokus puisi setelah kedatangan islam menjadi lebih ke arah semangat

    spiritual. Puisi I’tiraf Abu Nawas merupakan salah satu puisi arab yang terpengaruh oleh nilai-nilai spiritual Islam

    yang sangat kental. Abu nawas merupakan seorang penyair besar pada zaman dinasti Abbasiyyah (750 M – 1258 M)

    dengan nama asli Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Keindahan puisi arab dapat dilihat dan diukur oleh ilmu

    puisi dan ilmu retorika bahasa Arab yang merupakan rumpun dari ilmu-ilmu bahasa Arab. Puisi yang ditulis secara

    jujur oleh Abu Nawas merupakan sebuah rayuan serta do’a yang tersusun dari diksi yang indah dan mengandung

    makna yang sangat dalam.

    Abstract

    Poem has been known by Arabs since the time of ignorance and thrive to this day. After Islam comes, the

    Arabs began to change significantly, ranging from life, beliefs, poetry and prose to Arabic was growing. The focus of

    the poem after the arrival of Islam became more toward the spiritual fervor. I'tiraf poem by Abu Nawas is one that is

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

    mailto:[email protected]

  • 8

    influenced by Arabic poetry spiritual values of Islam that is very thick. Abu nawas is a great poet in the time of the

    dynasty of abasiya (750 AD - 1258 AD) with the original name of Abu Ali al-Hasan ibn Hani al-Hakami. The beauty

    of Arabic poem can be seen and measured by science poetry and rhetoric Arabic sciences which are clumps of

    Arabic sciences. Poems written honestly by Abu Nawas is a seduction and prayers are composed of beautiful diction

    and contain deep meaning.

    Keyword: I’tira:f poem , Abu Nawas, Ila:hi las, Poem since dynasty of Abasiyyah.

    Pendahuluan

    PUISI ARAB

    Puisi di kalangan bangsa Arab sudah dikenal sejak zaman Arab jahilliyyah. Seiring

    berjalannya zaman dan berkembang ilmu pengetahuan, puisi juga mulai dan terus berkembang.

    Menurut H. Wildana Wargadinata dalam bukunya yang berjudul Sastra Arab dan Lintas Budaya,

    dijelaskan bahwa pada mulanya, puisi Arab hanya menggambarkan kehidupan sehari-hari, hewan

    ternak dan lingkungannya yang kebanyakan masih nomaden yang ditulis secara jujur, ringkas,

    sederhana dan terbatas. Pada masa ini terdapat delapan macam tema yaitu : Tasybih/Ghazal1,

    Hammasah2, Maddah

    3, Rotsa

    4, Hijaa’

    5, I’tidzar

    6, Wasfun

    7, dan Hikmah

    8.

    1 Bentuk puisi yang di dalamnya menyebutkan wanita dan kecantikannya, Syi’r ini juga menyebutkan tentang

    kekasih, tempat tinggalnya dan segala apa saja yang berhubungan kisah percintaan (Sastra Arab dan Lintas Budaya

    2008 : 93) 2 Jenis puisi ini biasanya digunakan untuk berbangga dengan segala macam kelebihan dan keunggulan yang dimiliki

    oleh suatu kaum. Pada umumnya Syi’r ini digunakan untuk menyebutkan keberanian dan kemenangan yang

    diperoleh (Sastra Arab dan Lintas Budaya 2008 : 94) 3 Bentuk puisi ini digunakan untuk memuji seseorang dengan segala macam sifat dan kebesaran yang dimilikinya

    seperti kedermawanan dan keberanian maupun ketinggian budi pekerti seseorang. (Sastra Arab dan Lintas Budaya

    2008 : 94) 4 Jenis puisi ini digunakan untuk mengingat jasa seorang yang sudah meninggal dunia (Sastra Arab dan Lintas

    Budaya 2008 : 95) 5 Jenis puisi ini digunakan untuk mencaci dan mengejek seorang musuh dengan menyebutkan keburukan orang itu.

    (Sastra Arab dan Lintas Budaya 2008 : 97) 6 Jenis puisi ini digunakan untuk mengajukan udzur dan alasan dalam suatu perkara dengan jalan mohon maaf dan

    mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya (Sastra Arab dan Lintas Budaya 2008 : 98) 7 Jenis Syi’r ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu kejadian ataupun segala hal yang menarik seperti

    menggambarkan jalannya peperangan, keindahan alam dan sebagainya. (Sastra Arab dan Lintas Budaya 2008 :

    100) 8 Kata-kata mutiara. H. Wildana Wargadinata. Laily Fitriyani. (2008). Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang : UIN

    Malang Press hal 93-102

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 9

    Setelah Islam datang, bangsa Arab mulai mengalami perubahan yang signifikan, mulai

    dari kehidupan, kepercayaan, hingga puisi dan prosa arab pun semakin berkembang. Tema puisi

    yang tadinya hanya digambarkan dengan sederhana dan jujur mengenai kehidupan sehari-hari,

    kini semakin beragam. Meningkatnya kualitas puisi Arab sangat dipengaruhi oleh keberadaan al

    Quran. Bangsa Arab jahiliyyah tunduk dan mengagungkan al-Quran dan menjadikannya sebagai

    standar bahasa arab (Al-Muhdar, 1983: 82-84).

    Tema puisi setelah kedatangan Islam (zaman dinasti Umayyah dan dinasti Abbasyiyyah)

    semakin beragam seperti : puisi politik ‘Syirir al-Siyasi’, puisi polemik ‘Syiir al-Naqoid’, puisi

    cinta ‘Syiir Ghazal’, puisi pujian terhadap agama dan tuhan ‘Syiir Maddah’,

    Pada Zaman Islam kebanyakan para sastrawan membuat puisi yang bertemakan religi.

    Begitu juga pada zaman pemerintahan Bani Umayyah dan Abasiyyah. Para penyair besar seperti

    Umar bin Abi Rabi’ah, Al-Farazdi, Ibnu Ruqiyat dan Abu Nawas, membuat puisi tentang

    kebanggaan mereka atas agama dan mengagungkan Tuhan .

    Abu nawas merupakan seorang penyair besar pada zaman dinasti Abbasiyyah (750 M –

    1258 M) dengan nama asli Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Ia dilahirkan di kota Ahvaz di

    negeri Persia (Iran sekarang) pada tahun 145 H (747 M). merupakan salah satu dari sekian

    banyaknya penyair Arab yang hidup di zaman Abasiyyah9. Seorang penyair yang sangat pandai

    dalam merangkai kata dan fasih dalam berbicara. Salah satu puisinya yang sampai hari ini masih

    dilantunkan dan masih memiliki pengaruh terhadap umat islam adalah puisi I’tiraf Ilahilas.

    Puisi I’tira:f Ilahilas karangan Abu Nawas menggambarkan seorang hamba yang penuh

    dosa dan hampir mati sedang merayu tuhannya agar memperkenankannya masuk ke dalam surga

    dan mau mengampuni segala dosanya yang banyak. Dalam puisi ini Abu Nawas menyatakan

    maksudnya dengan beberapa majaz dan lawan kata yang hampir dipakai di setiap bait puisinya

    berlandaskan teori ilmu bahasa arab.

    Bahasa Arab memiliki 14 cabang ilmu bahasa Arab atau yang sering disebut dengan

    Ulumul Arabiyyah ‘ilmu-ilmu bahasa Arab’. Beberapa ilmu tersebut akan mempermudah seorang

    sastrawan ataupun kritikus untuk menilai suatu prosa maupun puisi Arab. Menilai kebenaran,

    keselarasan dan keindahan susunan kata beserta maknanya.

    9,M. Abdul Mujieb. Syaf’ah. H. Ahmad Ismail M. (2009). Ensiklopedia Tasawuf Imam al Ghazali. Jakarta: Penerbit

    Hikam. Hlm 62

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 10

    Tinjauan Referensi

    ‘ULU:MUL ‘ARABIYYAH : SEBAGAI TOLAK UKUR KEINDAHAN PROSA DAN PUISI ARAB

    ‘Ulu:mul ‘arabiyyah dalam bahasa Indonesia berarti ilmu-ilmu bahasa Arab. ‘Ulu:mul

    ‘arabiyyah merupakan ilmu-ilmu yang mempelajari bahasa, gramatika, retorika dan tata bahasa

    Arab, terdiri dari empat kategori ilmu bahasa10

    , yaitu :

    1. Ilmu insya. Ilmu Insya merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana

    seseorang dapat berbicara, menulis, membaca bahasa Arab dengan benar. Ilmu ini

    mencakup Ilmu kitabah ‘menulis’, ilmu muhadasah ‘ilmu bercakap-cakap’, dan ilmu

    qira’ah ‘membaca’.

    2. Ilmu lughah. Ilmu lughah ‘bahasa’ merupakan klasifikasi ilmu yang membahas

    tentang gramatika bahasa Arab. Ilmu gramatika bahasa Arab mencakup ilmu nahwu

    ‘sintaksis’, ilmu sharaf ‘morfologi’, dan ilmu miftahul mu’jam ‘ tekhnik membuka

    kamus bahasa Arab’.

    3. Ilmu balaghah. Ilmu balagah atau dalam istilah linguistik disebut dengan ilmu

    retorika bahasa Arab, terdiri dari tiga cabang ilmu yang saling berkaitan antara satu

    sama lain, yaitu : ilmu baya:an, ilmu ma’a:ni dan ilmu badi:’.

    4. Ilmu sya’ir. Ilmu puisi merupakan ilmu yang digunakan untuk menganalisis puisi,

    ilmu ini terdiri dari ilmu ‘aruudh, ilmu qardus si’ri dan ilmu qawafi:.

    Dari keempat cabang ilmu diatas, penulis hanya akan mengambil dua klasifikasi ilmu

    bahasa Arab dalam menganalisis puisi I’tira:f Abu Nawas. Kedua klasifikasi ilmu tersebut

    adalah, ilmu retorika dan ilmu analisis puisi. Kedua ilmu tersebut dianggap dapat mendukung

    penulis dalam menganalisis suatu karya sastra bebentuk puisi, dikarenakan kedua ilmu tersebut

    membahas tentang keindahan struktur dan diksi pada suatu karya sastra khususnya berupa puisi

    Arab klasik.

    10

    Ahmad Zulfiqor. (2011). Skripsi : Analisis Struktur dan Isi Tiga Puisi Nizar Qabrani. Program Study Bahasa Arab,

    Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. No Panggil : S13176. Tersedia : Perpustakaan Universitas

    Indonesia.

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 11

    RETORIKA BAHASA ARAB

    Ilmu ma’ani.

    Ilmu ma’ani adalah ilmu yang membahas bagaimana menempatkan suatu perkataan

    dalam suatu keadaan11

    . Unsur yang terkandung didalam ilmu ma’a:ni adalah khabar ‘kabar’ dan

    insya ‘karangan’. Khabar merupakan suatu ungkapan yang mengandung kebenaran jika suatu hal

    diungkapkan benar-benar terjadi dan mengandung kebohongan jika suatu yang diungkapkan

    tidak terlaksana.

    Insya merupakan suatu ungkapan yang tidak mengandung kebenaran dan kebohongan

    karena insya merupakan ungkapan yang sifatnya imajinasi dan tidak perlu dipercaya.

    Insya terbagi menjadi dua macam, Insya thalabi:12

    dan Insya ghairu thalabi:13

    . Yang

    termasuk kedalam kategori Insya thalabi: adalah amr ‘perintah’, nahyi ‘larangan’, istifha:m

    ‘pertanyaan’, nida: ‘seruan’ dan tamanni ‘angan-angan atau suatu pengharapan yang tidak

    mungkin terjadi’14

    .

    Ilmu baya:n.

    Menurut Dr. Maman Lesmana dalam bukunya yang berjudul Kritik Sastra Arab dan

    Islam, al-baya:n merupakan ungkapan yang indah, balig ‘sampai kepada pembaca karena sesuai

    dengan kondisi dan situasi pembaca’ berkesan dan menggambarkan makna dengan gambaran

    yang jelas dengan cara yang paling dekat15

    .

    Unsur-unsur yang terkandung didalam ilmu baya:n adalah al-uslu:b, at-tasybih, al-majaz,

    al-kina:ya16

    .

    11

    Gufran Zibni Alim. (1997) Al-Balaghotu fi Ilmil Ma’ani. Ponorogo : Darus Salam Gontor. Hal 4 12

    Merupakan suatu ungkapan yang didalamnya terdapat kata permohonan atau kehendak. (Gufran Zibni Alim. (1997) Al-Balaghotu fi Ilmil Ma’ani. Ponorogo : Darus Salam Gontor. Hal 9) 13

    Merupakan suatu ungkapan yang didalamnya tidak terdapat kata permohonan atau kehendak. (Gufran Zibni Alim. (1997) Al-Balaghotu fi Ilmil Ma’ani. Ponorogo : Darus Salam Gontor. Hal 9) 14

    Gufran Zibni Alim. (1997) Al-Balaghotu fi Ilmil Ma’ani. Ponorogo : Darus Salam Gontor. Hal 4-15 15

    Maman Lesmana. (2010). Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

    Indonesia. Hal 130 16

    Al-Kinaya: pengucapan suatu ungkapan, akan tetapi yang dimaksud adalah kelanjutan pengertian dan boleh pengertian semula. bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, menjelaskan sesuatu yang buruk dengan

    seburuk-buruknya, mengindahkan Sesutu dengan seindah-indahnya. Menggunakan pilihan kata yang tepat dan indah.

    (Ali Jarim dan Mustafa Amin. (1951). Al-Balaghah al Wadihah. Libanon : Dar al ma’a:rifat. Hal 20)

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 12

    Al-Uslu:b adalah cara yang diikuti dan dipakai oleh seseorang untuk menyampaikan apa

    yang dirasakannya dan apa yang terdapat dalam pikirannya (Gufran Zibni Alim. Al-Balaghotu fi

    Ilmil Baya:n. 1997: 6-10).

    Al-Uslu:b terbagi menjadi dua macam, 1. al-uslu:b adabi: yaitu penyampaian suatu ide

    kedalam kata-kata atau tulisan yang sifatnya sastra, dengan kata-kata kiasan dan menggunakan

    diksi yang indah dengan makna tersirat 2. al-uslu:b ‘ilmi: adalah cara seseorang untunk

    mengunggkapkan apa yang ia rasakan dan ia pikirkan dengan bahasa yang lebih ilmiah, tidak

    mengandung kiasan, dan segalanya tersurat17

    .

    At-Tasyibh ‘perumpamaan’ adalah mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain18

    .

    Unsur-unsur at-tasybih ada empat, yaitu : al-musyabbah ‘yang diumpamakan’, al-musyabbabih

    ‘yang menjadi perumpamaan, ada:tu tasybih ‘partikel yang dipakai dalam mengumpamakan’ dan

    wajhu syibhi ‘aspek yang mejadi tolak ukur antara yang diumpamakan dan yang menjadi

    perumpamaan’19

    .

    Al-Maja:z dalam ilmu baya:n sama halnya dengan majas dalam istilah bahasa Indonesia,

    al-maja:z atau mazas merupakan suatu kata atau ungkapan yang digunakan seseorang untuk arti

    yang bukan sebenarnya20

    .

    Ilmu badi:’.

    Ilmu badi:’ merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana memperindah suatu

    ungkapan baik berdasarkan makna ataupun ungkapannya21

    . Terdapat dua unsur yang dibahas

    dalam ilmu badi:’, yaitu : muhsinati lafdziyya ‘memperindah sebuah ungkapan’ dan muhsinatil

    maknawiyya ‘memperindah makna ungakapan’.

    Tiba:q merupakan salah satu bagian dari muhsinati maknawiyya yang menggabungkan

    dua kata berlawanan dalam satu ungkapan22

    .

    17

    Gufran Zibni Alim. (1997) Al-Balaghotu fi Ilmil Ma’ani. Ponorogo : Darus Salam Gontor. Hal 4-15 18

    Maman Lesmana. (2010). Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

    Indonesia. Hal 133-134 19

    Ali Jarim dan Mustafa Amin. (1951). Al-Balaghah al Wadihah. Libanon : Dar al ma’a:rifat. Hal 20 20

    Maman Lesmana. (2010). Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

    Indonesia. Hal 130-134 21

    Maman Lesmana. (2010). Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

    Indonesia. Hal 143 22

    Syaikh Ahmad Hasyim. (1999). Jawahirul balaghah fi : ‘anwanul kitabi ma’a:ni wal baya:n wal badi’i:. Bairut :

    Maktabah ‘Ashriyyah. Hal 300-316

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 13

    ILMU PUISI

    Ilmu Aruudh

    Ilmu aruudh adalah ilmu yang mempelajari tentang pola tertentu untuk menentukan pola

    dalam suatu bait puisi.

    Unsur-unsur yang terkandung didalam ilmu aruudh adalah khat aruudh yaitu tulisan

    abjab bahasa Arab dari suatu ungkapan sesuai dengan apa yang diucapkan. tafa’il adalah

    penggalan dua sampai lima huruf hidup dan vokal dalam suatu kata, sedangkan taf’illa adalah

    gabungan dari tafa’il sehingga membentuk suatu pola tertentu, sehingga kumpulan taf’illa dalam

    suatu bait membentuk bahar23

    .

    Bahar seringkali ditemukan pada puisi arab klasik, bahar digunakan untuk

    menglasifikasikan suatu puisi arab berdasarkan pola. Bahar dalam ilmu aruudh terbagi menjadi

    dua, bahar humasiyya dan bahar suba’iyya.

    Bahar humasiyyah merupakan kumpulan taf’illah yang terdiri dari lima huruf gabungan

    antara huruf hidup dan vokal ‘0//0/’ sedangkan bahar suba’iyyah terdiri dari tujuh huruf

    gabungan ‘0/0//0/’ atau ‘0///0//’.

    Ilmu Qawafi

    Ilmu qawafi adalah ilmu yang membahas kata yang terdapat diujung bait puisi, terdiri dari

    vokal panjang yang tersirat diakhir kata sampai dengan kosonan hidup24

    sebelum konsonan

    mati25

    . Huruf-huruf yang terdapat dalam ilmu qawafi yaitu rawi, ta’sis, ridif, wasal, khuruj, harf

    dakhil.

    Rawi merupakan konsonan yang terdapat di akhir bait, ta’sis adalah huruf vokal panjang

    alif yang antara huruf rawi tersebut terdapat satu konsonan, sedangkan konsonan yang terletak

    diantara konsonan rawi dan ta’sis disebut dengan konsonan dakhil, dan jika sebelum rawi

    terdapat hurup vokal panjang, maka vokal panjang tersebut dinamai huruf ridif. Jika huruf pada

    akhir bait merupakan vokal panjang, maka huruf tersebut disebut dengan huruf wasal, dan

    disebut huruf khuruj jika konsonan pada akhir kata diujung bait adalah huruf ح //ha//26

    .

    23

    Pola bait puisi (file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Ilmu_'Arudh.pdf. hlm. 25(diunduh pada 29 Oktober 2012) 24

    Konsonan hidup merupakan suatu fonem yang terdiri dari konsonan dan vokal pendek 25

    Konsonan mati atau huruf mati merupakan konsonan tanpa vokal pendek maupun panjang. 26

    file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Ilmu_'Arudh.pdf. hlm. 76-77 (diunduh pada 29 Oktober 2012)

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 14

    Ilmu qhardus syi’ri

    Ilmu pengetahuan tentang karangan yang berirama (lirik), dengan tekanan suara yang

    tertentu. Ilmu qhardus syi’ri mempelajari tentang bagaimana cara seseorang melafalkan suatu

    puisi dengan nada yang pas dan indah27

    .

    Metode Penulisan dan Penelitian

    Metode pembahasan yang digunakan untuk meneliti syair I’tira:f Abu Nawas adalah

    metode deskritif analisis dengan mengkaji beberapa referensi yang berkaitan, untuk disusun

    ulang berdasarkan cara pandang penulis.

    Penelitian ini dilakukan penulis dengan mengenali dan memahami syair bahasa arab

    serta Ulumul Arrabiyyah yang diaplikasikan dalam pembuatan syair I’tira:f dan mengamati serta

    mengklasifikasikan setiap kata berdasarkan ilmu puisi dan ilmu retorika.

    Pembahasan

    ANALISIS BENTUK DAN MAKNA BERDASARKAN ILMU PUISI DAN

    RETORIKA BAHASA ARAB

    Puisi I’tira:f Ila:hilas karangan Abu Nawas

    ليِي لَْسُت ِللِْفْرَدْوِس َأْىاًل َِواَل َأْقَوى عىََل إلنَّاِر إجلَِحْيِ # إ

    هِْب إلَعِظْيِ # َوإْغِفْر ُذهُْوبِ فَيَْب يِل ثَْوبًَة ََّك غَاِفُر إذلَّ هِفَا

    َماِل فَيَْب يِل ثَْوبًَة ََيذَإإجلاََللِ # ُذهُْوِب ِمثُْل َأعَْدإِد إلِرّ

    ّ يَْوٍم رِي ََنِقٌص يِف ُكِ َوَذهيِْب َزئٌِد َلْيَف إْحِتَمالِ # َوُُعْ

    27

    file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Ilmu_'Arudh.pdf. hlm. 1-2 (diunduh pada 29 Oktober 2012)

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 15

    ليِي َعْبُدَك إلِإ # َعاِِص َأََتَك إ هُْوِب َوقَْد َدعَاكَ ُمِقرًّ ِِبذلُّ

    إ َأْىٌل ْن ثَْغِفْر فَأَهَْت ذِلَِْن ثَْطُرْد فََمْن نَْرُجو ِسَوإكَ # َوإ

    ِ فَا

    //ilahi: lastu lilfirdausi ahla:n # wa la: aqwa: ‘alan na:ril jahi:mi//

    //fahabli: taubatan wa:gfir dzunu:bi : # fainnaka gha:firu dzanbi al ‘adzi:mi//

    //dzunubi: mistlu a’da:dir rima:li # fahabli: taubatan ya: dza:l jala:li//

    //wa ‘umri na:qisun fi: kulli yauminn # wa dzanbi: zaidun kaifah tima:li//

    //ila:hi: ‘abdukal ‘a:shi: ata:ka # muqirran bi dzunu:bi wa qad da’a:ka//

    //wain tagfir faanta lidza: ahla # fain tathrud faman narju: siwa:ka//

    Wahai tuhanku! aku bukanlah ahli surga firdaus # sedang aku tak kuat di neraka

    Maka terimalah taubatku dan ampunilah segala dosaku # karena engkaulah pengampun dosa-dosa

    besar

    Dosaku seperti bilangan pepasir # maka berilah aku taubat wahai pemilik keagungan

    Umurku berkurang setiap hari # sedang dosaku bertambah, bagaimana aku bisa menanggungnya.

    Wahai, Tuhanku! Hamba Mu yang durhaka telah datang kepada Mu # dengan mengakui segala

    dosa, dan telah memohon kepada Mu.

    Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah pemilik ampunan # akan tetapi jika Engkau

    menolak, kepada siapa lagi aku mengharap selain kepada Engkau?

    Analisis Makna Puisi Berdasarkan Retorika Bahasa Arab

    Bait pertama

    ليِي لَْسُت ِإجلَِحْيِ إلنَّارِ َواَل َأْقَوى عىََل # َأْىاًل ِللِْفْرَدْوِس إ

    //ilahi: lastu lilfirdausi ahla:n # wa la: aqwa: ‘ala an na:ril jahi:mi//

    Kedua kata yang dicetak tebal pada bait pertama puisi memiliki makna yang berlawanan.

    Kata ِِفِْرَدْوس //firdaus// ‘surga firdaus’ dan لنَّار //nar// ‘neraka’, menunjukan bahwa secara

    maknawi, bait pertama puisi karangan Abu Nawas tersebut tergolong kedalam ungkapan tiba:q.

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 16

    Pada bait ini, Abu Nawas menggunakan kata ِِفِْسَدْوض //firdaus// ‘surga firdaus’ untuk

    menggambarkan surga, bukan kata جٌة //janna// ‘surga’ yang memiliki arti setara dengan kata

    firdaus// yang digunakan// فِْسَدْوضِِ nar// ‘neraka’. Jika dianalisis dari sudut makna, kata// لنَّار

    dalam puisi puisi tersebut itu bukanlah syurga secara umum, namun secara khusus yaitu syurga

    firdaus.

    Dalam salah satu hadist rosul disebutkan bahwa terdapat banyak sekali tingakatan syurga.

    Dan salah satunya adalah syurga firdaus, syurga yang berada di tengah-tengah syurga dan Arsy

    Allah dan merupakan syurga tertinggi.

    ْْحَنِ ُد ْبُن فُلَْيٍح َعْن َأِبيِو َوفَْوقَُو َعْرُش إلرَّ ُ ِللُْمَجاِىِديَن يِف قَاَل ُمَحمَّ َىا إَّللَّ نَّ يِف إلَْجنَِّة ِمائََة َدَرَجٍة أَعَدَِِّ َما إ لِل إَّللَّ ِِ َس

    َُّو أَ هَِ فَاْسأَلُوُه إلِْفْرَدْوَس فَا َذإ َسأَلُُْتُ إَّللَّ

    َِماِء َوإْْلَْرِض فَا َرَجتَْْيِ مََكَ بَْْيَ إلسَّ ْوَسطُ إلَْجنَِّة َوَأْعىَل إلَْجنَِّة ُأَرإُه فَْوقَُو بَْْيَ إدلَّ

    ُر َأْْنَاُر إلْجَ ْْحَِن َوِمنُْو ثََفجَّ نَّةِ َعْرُش إلرَّ

    //qa:la Muhammadu bnu fulaihin ‘an abi:hi wa fauqohu ‘arsyur rahmani inna fi:l jannati miata

    darajatin a’adaha: llahu lilmuja:hidi:na fi: sabi:lillahi ma: baina darajataini kama: bainas

    sama:I wal ardhi faidza: saaltumu llaha fa:s alu:hul firdausa fainnahu awsathul jannati wa a’lal

    jannati ara:hu fauqohu ‘arsyur rahmani wa minhu tafajjaru anha:rul jannati//

    "Sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat (kedudukan) yang Allah menyediakannya

    buat para mujahid di jalan Allah dimana jarak antara dua derajat seperti jarak antara langit dan

    bumi. Untuk itu bila kalian minta kepada Allah maka mintalah surga firdaus karena dia adalah

    tengahnya surga dan yang paling tinggi. Aku pernah diperlihatkan bahwa diatas firdaus itu adalah

    singgasanannya Allah Yang Maha Pemurah dimana darinya mengalir sungai-sungai surga" [HR

    Bukhari: 2581]

    Ini artinya Abu Nawas selaku pengarang puisi masih berharap bahwa Allah masih

    berkenan untuk menempatkannya di salah satu syurga –Nya. Walau bukan syurga firdaus.

    Berkebalikan dengan larik kedua, ًََِِِأَْقَىيَِول ُْنِالنَّارَِِِعل الَجِح //wala: aqwa: ‘alan naril

    jahi:mi// ‘sedang aku tidak kuat di neraka’. Pada larik ini Abu Nawas menggunakan kata ِِالٌَّاز

    //an-na:r// yang berarti neraka secara umum, bukan secara khusus.

    Dari pemilihan diksi diatas sudah jelas bahwa Abu Nawas sama sekali tidak ingin masuk

    ke neraka. Dan ia hanya mengharapkan syurga walau bukan syurga firdaus.

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 17

    Bait kedua

    هِْب إلَعِظْيِ # فَيَْب يِل ثَْوبًَة َوإْغِفْر ُذهُْوبِ ََّك غَاِفُر إذلَّ هِفَا

    //fahabli: taubatan wa:gfir dzunu :bi : # fainnaka gha:firu dzanbi al ‘adzi :mi//

    Diawal larik pertama Abu Nawas menuliskan kata ٍِِ ِل ’fahabli:// ‘terimalah aku// فَهَْة

    merupakan bentuk dari kata perintah. Larik ini tergolong kedalam insya thalabi: bagian ‘amr

    ‘perintah’.

    Kata perintah dalam larik diatas bukan semata-mata memerintah tuhan agar mengampuni

    dosa sang pengarang puisi. namun kata tersebut bertujuan untuk permohonan.

    Bait ketiga

    َماِل فَيَْب يِل ثَْوبًَة ََيذَإإجلاََللِ # ُذهُْوِب ِمثُْل أَعَْدإِد إلِرّ

    //dzunubi: mistlu a’da:dir rima :li # fahabli: taubatan ya: dza:l jala:li//

    Larik pertama dibait ketiga secara retorika digolongkan kedalam tasybi:h mujma:l28

    ,

    karena didalam susunan larik tersebut terdapat tiga unsur tasybi:h ‘perumpamaan’ yaitu : kata

    ٍِِ misla//‘sepeti’ sebagai// ِهْثلُِ ,dzunu:bi//‘dosaku’ sebagai kata yang diumpamakan// ُذًُْىت

    perumpamaan dan َهال a’dadi rima:li// ‘bilangan pasir’ sebagai aspek yang menjadi tolak// أَْعَداِدِالسِّ

    ukur perumpamaan.

    Bait keempat

    رِي ّ يَْوٍم ََنِقٌص َوُُعْ لَْيَف إْحِتَمالِ َزئِدٌ َوَذهيِْب # يِف ُكِ //wa ‘umri na:qisun fi: kulli yauminn # wa dzanbi: zaidun kaifah tima:li//

    kata ًَِاقِص //na:qis//‘sesuatu yang berkurang’ dan kata َِشئِد //zaidun//‘sesuatu yang

    bertambah’. Kedua kata tersebut merupakan subjek pelaku verba. Abu Nawas menggunakan kata

    َشئِدِ umri:// ‘umurku’ yang berkurang dan kata’//ُعْوِسٌ na:qis// untuk menerangkan// ًَاقِصِ

    //zaidun// untuk menerangkan kata َِذهيْب //zanbi:// ‘dosaku’ yang bertambah.

    28

    Suatu kalimat perumpamaan yang dimana didalam kalimat tersebut hanya ada tiga dari empat unsur perumpamaan,

    yaitu: kata yang diumpakan, kata perumpamaan dan aspek yang dijadikan tolak ukur perumpamaan. Ali Jarim dan

    Mustafa Amin. (1951). Al-Balaghah al Wadihah. Libanon : Dar al ma’a:rifat. Hal 25

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 18

    Penggunakaan nomina pelaku pada kata ًَِاقِص //na:qis//‘sesuatu yang berkurang’ dan kata

    zaidun//‘sesuatu yang bertambah’ memberikan kesan makna yang lebih dalam. nomina// َشئِدِ

    pelaku yang digunakan untuk umur dan dosa mengukuhkan bahwa umur dan dosa itu selalu

    berkurang dan bertambah secara berkelanjutan atau terus menerus.

    Beda halnya jika Abu Nawas menggunakan verba setelah kata umur dan dosa. عوسيٌَِقص

    //umri yanqushu//‘umur berkurang’ dan ذًثًَِصَد //zanbi yazi:du//‘dosaku bertambah’. Penggunaan

    kata ٌَقص //yanqushu// dan َصَد //yazi:du// menunjukan kesan bahwa kata umur dan dosa hanya

    mengalami pengurangan dan penambahan satu kali saja dan tidak bersifat berkesinambungan.

    Bait kelima

    ليِي َعْبدُ ِهُْوِب َوقَْد َدعَاكإ إ ِِبذلُّ َك إلَعاِِص َأََتَك # ُمِقرًّ

    //ila:hi: ‘abdukal ‘a:shi: ata:ka # muqirran bi dzunu:bi wa qad da’a:ka//

    Pada bait ini dalam pengungkapan ‘dia datang kepada Mu’ pada larik pertama bair kelima

    , abu nawas tidak menggunakan kata أتاإلُل //ata: ilayka// ‘dia laki-laki telah datang kepada Mu’,

    namun menggunakan kata َِأَتَاك //ata:ka// ‘dia laki-laki telah datang kepada Mu’. Jika dilihat dari

    sisi penerjemahan, kedua kata tersebut memilki makna yang sama, namun untuk kekuatan arti,

    kata َِأَتَاك //ata:ka// memiliki makna yang lebih tegas dan menyakinkan.

    Kata َِأَتَاك //ata:ka// memiliki kesan bahwa sesungguhnya sang penyair hanya dan benar-

    benar menuju satu hal yang dituju sehingga tidak ada lagi hal dituju, yaitu ia benar-benar datang

    kepada Allah.

    Berbeda maknanya jika sang penyair menambahkan partikel ٍإل //la;// ‘ke’ pada kalimat

    la;// ‘ke’ menandakan bahwa sang penyair tidak hanya datang kepada Mu// إلٍ Partikel .أتاإلُل

    (Allah) akan tetapi ia juga datang kepada sesuatu yang lain.

    Sama hal nya dengan kalimat ََِدَعاك //da’a:ka// ‘dia laki-laki hanya memohon kepada Mu’ .

    Bait keenam

    إ َأْىٌل ْن ثَْغِفْر فَأَهَْت ذِلَِْن ثَْطُرْد فََمْن نَْرُجو ِسَوإكَ # َوإ

    ِ فَا

    //wain tagfir faanta lidza: ahla # fain tathrud faman narju: siwa:ka//

    Kata ِْتَْغفِس //tagfir// ‘menerima ampunan’ dan ِْتَْطُسد //tathrud// ‘menolak’ merupakan dua

    verba yang saling berlawanan, sehingga bait keenam dalam puisi I’tira:f tergolong kedalam

    tiba:q.

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 19

    Analisis Struktur Puisi Berdasarkan Ilmu Puisi

    Analisis Struktur Puisi Berdasarkan Ilmu ‘Aruudh

    Bait pertamaِ

    لِيي لَْسُت َواَل َأْقَوى عىََل إلنَّاِر إجلَِحْيِ ِِللِْفْرَدْوِس َأْىالً إ

    ي م ي ح ج ِر ل إ نن ل ى عَ و ق أ إ ل وَ ِن لً هْ ِس أَ وْ دَ ر ف لْ ُت لِ ْس ي ل هإ ل إ

    0/0// 0/0/0// 0/0/0// 0/0// 0/0/0// 0/0/0//

    هفاعُليِِِِِِِِِِِِهفاعُليِِِِِِِِِِِِِِِِفعىليِِِ هفاعُليِِِِِِِِِِِِهفاعُليِِِِِِِِِِِِِِِِفعىليِِِ

    Bait kedua

    َّكَ هِهِْب غَاِفرُ فَا إلَعِظْي إذلَّ ُذهُْوبِ َوإْغِفرْ ثَْوبَةً يلِ فَيَْب

    ن ن كَ ِي ل َع ِظ ي ْم َغ إ ف ر ذ ذَّ ْن ب َف إ ذ ن ْو ب يِ و ْغ ِف رْ َت ْو َب ًة ن يِ ل َف ه ْب

    0/0// 0/0/0// 0///0// 0/0// 0/0/0// 0/0/0//

    هفاعُليِِِِِِِِِِِِهفاعُليِِِِِِِِِِِِِِِِفعىليِِِ هفاعلتيِِِِِِِِِِِِهفاعُليِِِِِِِِِِِِِِِِفعىليِِِ

    Bait ketiga

    ََيذَإإجلاََللِ ثَْوبَةً يلِ فَيَْب َمالِ َأْعَدإدِ ِمثْلُ ُذهُْوبِ إلِرّ

    ي إ ذ ل ج ل إ ِل ي َت ْو َب ة ن ل يِ َف َه ْب ر ِر َم إ ِل ي َأ ْع َد إ دِ ِم ْث لُ ُذ ُن ْو ب يِ

    0/0// 0/0/0// 0/0/0// 0/0// 0/0/0// 0/0/0//

    هفاعُليِِِِِِِِِِِِهفاعُليِِِِِِِِِِِِِِِِفعىليِِِ هفاعُليِِِِِِِِِِِِهفاعُليِِِِِِِِِِِِِِِِفعىليِِِ

    Bait keempat

    ّ يَْومٍ َوَذهيِْب َزئٌِد َلْيَف إْحِتَمال رِي ََنِقٌص يِف ُكِ َوُُعْ

    ي ِئ د ن َك ْي َف ْح ِت َم إ لَو َذ ْن ب ِي َز ُع ْم ِر ي َن إ ِق ص ن ف ِي ُك ل ل ي ْو م ن وَ

    0/0// 0/0/0// 0/0// 0/0// 0/0/0// 0/0/0//

    هفاعُليِِِِِِِِِِِِهفاعُليِِِِِِِِِِِِِِِِفعىليِِِ فعىليِِِِِِِِِِِِِِهفاعُليِِِِِِِِِِِِِِِِفعىليِِِ

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 20

    Bait kelima

    إ هُْوِب ُمِقرًّ َدعَاكَ َوقَدْ ِِبذلُّ ليِي َِأََتكَ إلَعاِِص َعْبُدكَ إ

    إ َد َع إ كَ َو َق دْ ب ذ ذ ُن ْو ِب ُم ِق ر ر ن ل إ ه ِي ِإ أ ت َإ كَ ل َع إ ص ِي َع ْب ُد كَ إ

    0/0// 0///0// 0/0/0// 0/0// 0/0/0// 0/0/0//

    هفاعُليِِِِِِِِِِِِهفاعُليِِِِِِِِِِِِِِِِفعىليِِِ هفاعلتي ِِ هفاعُلي فعىلي

    Bait keenam

    ْن ثَْطُرْد فََمْن نَْرُجو ِِسَوإكَ فَا إ َأْىلٌ ْن ثَْغِفْر فَأَهَْت ذِلَ

    ِ َوإ

    َف ِإ كَ إ وَ ِس و جُ رْ نَ نْ مَ َف د رُ ْط َت نْ إ وَ

    ِن لٌ هْ أَ إ ذَ لِ َت نْ أَ َف رْ ِف غْ َت نْ إ

    0/0// 0///0// 0/0/0// ِِِ0/0/ 0///0// 0/0/0//

    هفاعُليِِِِِ ِِِِِِِِِِِ هفاعلتي فعىلي هفاعُليِِِِِ ِِِِِِِِِِ هفاعلتي ِ فاعىِِِ

    Analisis Rima Akhir Puisi Berdasarkan Ilmu Qawafi

    Kesesuaian bunyi akhir pada suatu puisi dapat menambah tinggi nilai terhadap suatu

    karya sastra khususnya puisi Arab. Para penyair Arab sangat memperhatikan kesesuaian bunyi

    akhir pada puisi-puisi mereka. Walau tidak semua akhir kata dari suatu bait sama secara

    keseluruhan dengan bait sebelum dan sesudahnya.

    Seperti yang terdapat dalam puisi ini, puisi I’tira:f Abu Nawas memiliki rima yang tidak

    sama secara keseluruhan bait puisi namun hanya memilki kesesuaian bunyi akhir antar bait

    setelahnya.

    Bait pertama dan kedua memilki rima م //mim//

    ًَِِأَْقَىيَِولَِ ُْنِِِالٌَّازَِِِعل الَجِح

    //Wala: aqwa: ‘alan na:ril jahi:mi//

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 21

    ًْةَِِِغافِسُِِإًَِّلَِف ُْنِِِالرَّ الَعِظ

    //Fainnaka ga:firuz zanbil ‘adi:mi//

    Dua bait pertama pada puisi tersebut di akhiri oleh huruf م //mim// yang berasal dari kata

    ُْنِِِالٌَّازِِ الَجِح //na:ril jahi:m//‘neraka yang pedih’ dan ًِِْة ُْنِِِالرَّ الَعِظ //zanbil ‘adi:mi//‘dosa yang

    banyak’. Penulis beranggapan bahwa kata ُِِْنِِِلٌَّاز الَجِح pada bait pertama sangat seimbang dengan

    kata ًِِْة ُْنِِِالرَّ الَعِظ . Yang mana, jika ada seseorang yang memilki dosa yang sangat besar maka

    imbalannya adalah neraka yang sangat pedih.

    Berdasarkan ilmu Qawa:fi, kata ُِِْن al ‘adzi:m// terdiri dari satu// الَعِظُِْنِِ al jahi:m// dan// الَجحِِ

    konsonan hidup yang diapit oleh dua huruf matiِ ٌِْ ِِمِ ٌْ ( 0/0//0 ). Huruf ٌِْ //ya// dari kata ُِِْن الَجِح

    //al jahi:m// dan kata ُِِْن al ‘adzi:m// mempunyai kedudukan sebagai huruf Ridfi. Dan kedua// الَعِظ

    huruf م //mim// pada kata ُِِْن ُْن al jahi:m// dan// الَجِح .:al ‘adzi:m// sebagai huruf Ra:wi// الَعِظ

    Sehingga akhir bait pada puisi tersebut di golongkan kedalam Qafiyyah al Mutawatir 29

    .

    Bait ketiga dan keempat memilki rima ل //lam//

    ٍِِِفَهَةِْ ََاذاَالَجالَلِِِتَْىتَة ِِل

    //Fahabli: taubatan ya: zal jala:li//

    ٍِِ ًْث ُْفََِِشئِدِ َِوَذ اْحتَِوالَِِِم

    //Wa zanbi: zaidun kaifa:h tima:li//

    Pada puisi I’tiraf karangan Abu Nawas terdapat dua larik yang berakhiran huruf ل //lam//

    yaitu pada bait ketiga dan keempat. Rima ل //lam// berasal dari kata ِِالَجالَل //jala:li// dan ِِاْحتَِوال

    //ihtima:li// yang mana keduanya berakhiran kasrah30

    .

    Sama seperti kedua bait sebelumnya, bait ketiga dan keempat pada puisi tersebut

    digolongkan kedalam Qafiyyah al Mutawatir. Huruf qafiyyah pada kata ِلَجالَلِِا اِلِياِلِجِلِ ] ]

    29

    Setiap kata di akhir bait yang di antara kedua huruf matinya terdapat satu huruf hidup file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Ilmu_'Arudh.pdf. hlm. 84 (diunduh pada 29 Oktober 2012) 30

    Kasrah adalah salah satu vokal bahasa Arab yang berbunyi ‘I’

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 22

    dan ِِْحتَِوال [ ِاِلِيحِتِمِ ] adalah ٌِاِل yang mana kedua huruf mati yaitu ا ِdan ٌِ mengapit satu

    huruf hidup ل.

    Perbedaan rima antara bait kedua dari kata ُِِْن al’adzi:mi// dan bait ketiga dari kata// الَعِظ

    لَجالَلِِا //al jala:li// dalam ilmu Qawa:fi tergolong kedalam Ija:zah31

    . Karena huruf م dari kata

    ُْنِِ لَجالَلِِا dari kata ل al’adzi:mi// dan huruf// الَعِظ //al jala:li// merupakan huruf-huruf yang berjauhan

    makhraj ‘asal bunyi’nya.

    Bait kelima dan keenam memilki rima ِك //kaf//

    ا ًُْىبُِِِِهقِس ّ َدَعاكََِِوقَدِِْتِالرُّ

    //Muqirran bizzunu:bi waqad da’a:ka //

    ِِِسَىاكًََِِْسُجىِفََويِِْتَْطُسدِِْفَإِىِْ

    //Fain tatrud faman narju: siwa:ka //

    ِِِِِِِِKata ََِدَعاك //da’a:ka//‘memanggil–Mu’ dan kata َِِسَىاك //siwa:ka//‘selain –Mu’ pada bait

    kelima dan keenam memiliki kesamaan rima yaitu huruf ك yang berharakah fathah.

    Kata ََِِدَعاك اِكِادِعِ ] ] dan kata َِاِكضِوِ ا] ِسَىاك ] menunjukan bahwa ada satu huruf hidup ك

    yang diapit oleh dua huruf mati ِ sehingga kedua bait tersebut digolongkan kedalam ,ا dan ا

    Qafiyyah al Mutawatir.

    Kesimpulan

    Puisi I’tiraaf Abu Nawas merupakan puisi arab zaman dinasti abasiyyah yang memiliki

    nilai spiritual yang tinggi. Puisi ini mengajak kita agar tidak beranggapan pesimis terhadap tuhan

    karena tuhan akan selalu memaafkan hambanya yang berbuat dosa.

    31

    Perbedaan pada konsonan di akhir kata pada satu bait dan bait setelahnya, yang mana kedua konsonan tersebut berjauhan sumber keluar bunyinya. file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Ilmu_'Arudh.pdf. hlm. 87 (diunduh pada 29 Oktober 2012)

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 23

    Dalam penyusunan diksi puisinya, Abu Nawas banyak menggunakan perbandingan-

    perbandingan antara hal positif dan negatif serta menggunakan diksi yang memiliki arti yang

    mudah dipahami dan memiliki makna yang sangat jelas.

    Abu Nawas juga menambahkan mazas pada puisinya dan secara ilmu Qafiyyah, Puisi

    I’tiraaf Abu Nawas digolongkan Qafiyyah al Mutawatir.

    Daftar Referensi

    Buku

    Alim, Gufran Zibni. (1997) Al-Balaghotu fi Ilmil Baya:n. Ponorogo : Darus Salam Gontor.

    Alim, Gufran Zibni. (1997) Al-Balaghotu fi Ilmil Ma’ani. Ponorogo : Darus Salam Gontor.

    Alim, Gufran Zibni. (1997) Al-Balaghotu fi Ilmil Ba:di’. Ponorogo : Darus Salam Gontor.

    Ali Abu ‘Abbas, Muhammad. (1996). Al I’rabu Maisir : dira:satu fi qawa’idi wal ma’a:ni

    wal i’ra:b tajma’u baina ashaliyya wal ma’asara. Qahirah : Dar Thala’i

    Badwi makhtum, Muhammad. (1977). Dirasat Nazhariyyah wa Tathbiqiyyah fi Ilmi al-

    Sharfi wa al-Arudh. Cairo

    Hasyim, Syaikh Ahmad. (1999). Jawahirul balaghah fi : ‘anwanul kitabi ma’a:ni wal

    baya:n wal badi’i:. Bairut : Maktabah ‘Ashriyyah.

    Hitti, Philip K. (2002). History Of The Arabs. Jakarta : Pt Serabi Ilmu semesta

    Imamuddin, Basuni. 2005. Kamus Idiom Arab-Indonesia Pola Aktif. Jakarta: PT Gramedia

    Pustaka Utama

    Jarim, Ali dan Mustafa Amin. (1951). Al-Balaghah al Wadihah. Libanon : Dar al

    ma’a:rifat.Lesmana, Maman. (2010). Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok :

    Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

    Khafaji, Muhammad Abdul Mun’im. Suwar min al-‘Adab al hadiis. Jilid 2. Dar al Jadid

    Lesmana, Maman. (2010). Kritik sastra Arab dan Islam. Depok : FIB UI

    Wargadinata, H. Wildana. Laily Fitriyani. (2008). Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang :

    UIN Malang Press

    Skripsi

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014

  • 24

    Rahimah. (2004). Skripsi : Ilmu Balaghah Sebagai Cabang Ilmu Bahasa Arab. Program

    Study Bahasa Arab, Fakultas sastra Universitas Sumatra Utara. Tersedia :

    Library.usu.ac.id/download/fs/arab-rahimah4.pdf

    Rahman. (2008). Skripsi : Unsur Bayaniyah Dalam Drama Arab Modern Fida’ Karya

    Mahmud Taymur. Program Study Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan

    Budaya Universitas Indonesia. No Panggil : S13345. Tersedia : Perpustakaan

    Universitas Indonesia.

    Zulfiqor, Ahmad. (2011). Skripsi : Analisis Struktur dan Isi Tiga Puisi Nizar Qabrani.

    Program Study Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

    Indonesia. No Panggil : S13176. Tersedia : Perpustakaan Universitas Indonesia.

    Puisi I'tiraf ..., Ai Zakiyah, FIB UI, 2014