Upload
ismail-andi-baso
View
226
Download
0
Embed Size (px)
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 1/38
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 2/38
53
Rumah Sakit Umum Daerah A.W. Sjachranie (RSUD
A.W. Sjachranie) terletak dijalan Palang Merah Indonesia,
Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda. RSUD A.W.
Sjachranie Samarinda adalah TOP REFER AL dan Rumah Sakit
Kelas B pendidikan milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur .
Status Kelas B dengan SK Menkes No 1161/Menkes/ SK/XII/1993
ditetapkan di Jakar ta pada tanggal 15 Desember 1993 .
a. Jenis Pelayanan Kesehatan.
Adapun jenis pelayanan kesehatan yang ter dapat di RSUD
A.W. Sjachranie adalah :
1. Klinik Kebidanan dan Kandungan.
2. Klinik Anak.
3. Klinik Bedah Umum.
4. Klinik Bedah Tulang.
5. Klinik Bedah Saraf .
6. Klinik Bedah Urologi.
7. Klinik Saraf .
8. Klinik Penyakit Dalam.
9. Klinik Penyakit Kulit dan Penyakit Kelamin.
10. Klinik Paru.
11. Klinik Telinga, Hidung dan Tenggorrokan.
12. Klinik Keluarga Berencana.
13. Klinik Mata.
14. Klinik Jantung.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 3/38
54
15. Klinik Gigi dan Mulut.
16. Klinik Gizi.
17. Klinik Laktasi.
18. Klinik Khusus Karyawan.
19. Rehabilitasi Medik.
20. Rawat Darurat.
21. Radiologi : USG, CT.Scan, MRI, Mammography,
Panoramic
22. Chateterisasi Jantung.
23. Patologi klinik
24. Patologi Anatomi.
25. Hemodialisa.
26. Kedokteran Kehakiman.
27. Farmasi.
28. Apotik 24 Jam.
29. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
(PKMRS).
30. Rujukan Spesialis ke RS C,D, dan Puskesmas.
31. Layanan Paviliun Teratai.
32. Ambulance 118.
33. Ambulan, Emergency Kebidanan dan Kandungan.
34. Warung Komunikasi.
b. 10 besar penyakit
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 4/38
55
Data penyakit yang masuk dalam sepuluh besar
pada RSUD A.W. Sjahranie tahun 2009 dan hiper tensi selalu
masuk dalam urutan penyakit yang ada pada poli rawat jalan.
Data penyakit adalah sebagai berikut :
Kelompok 10 Besar Penyakit Di Poli Rawat Jalan
Tahun 2009
No Diagnosa Jumlah
1 Dispepsia 1782
2 Ar tritis Reumatoid 1185
3 Penyakit Hiper tensi Lainnya 891
4 Infuensa 8575 Diabetes Militus Tidak Bergantung Insulin 8486 Gangguan Kelenjar Tiroid Lainnya 296
7 Penyakit Sistem Kemih Lainnya 2678 Diare & Gastroenteritis Oleh Penyebab
Infeksi ter tentu 153
9 Demam Tipoid & Paratipoid 14610 Mikosis 114
Sumber : Profil RSUD A.W. Sjahranie (2009)
Ber dasar kan situasi, kondisi ser ta keadaan di RSUD
A.W Sjaharanie saat penelitian dimana RSUD A.W Sjahranie
adalah Rumah Sakit Pemerintah yang terletak dipusat Kota
Samarinda dimana merupakan rujukan nomor 1 (satu) di
Kalimantan Timur sehingga mudah ditempuh atau diakses
dengan berbagai macam kendaraan untuk menuju Rumah
Sakit ter sebut.
Pada tahun 2009 RSUD A.W.Sjachranie melakukan
renovasi besar-besaran terhadap berbagai macam gedung di
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 5/38
56
Rumah Sakit ter sebut dan termasuk pada gedung Poli Rawat
Jalan. Pada saat melakukan penelitian gedung yang
digunakan adalah gedung baru yang dibuka selama 2 (dua)
bulan sehingga keber sihan, kerapian dan keteraturan pada
berbagai macam poli sangat teratur sehingga responden yang
ber tempat tinggal di kota, pinggir kota dan luar kota ketika
sampai di rumah sakit dapat langsung menuju ruang poli
rawat jalan dimana letaknya terletak di luar rumah sakit atau
ber dekatan dengan halaman par kir rumah sakit sehingga
dapat mempermudah pasien untuk berobat.
Pada Rawat Jalan di ruang Poli Penyakit Dalam buka
praktek dari hari senin sampai dengan sabtu dan tidak buka
pada hari libur nasional dari hari -hari besar keagamaan, dan
juga praktek yang dibuka tidak setiap hari menerima pasien
dengan berbagai macam keluhan melainkan menggunakan
jadwal yang sudah terjadwal dengan lain-lain penyakit ditiap
harinya dan dimana pada penyakit hiper tensi pada poli rawat
jalan di poli penyakit dalam hanya ter dapat pada hari kamis
dan jum¶at saja.
2. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden adalah kategori yang
didasar kan pada perbedaan biologis seper ti struktur organ
reproduksi, bentuk tubuh, suara dan karakteristik biologis
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 6/38
57
lainnya. Distribusi responden ber dasar kan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanJenis Kelamin Penderita Hipertensi Di WilayahKerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam DiRSUD A.W Syahranie Tahun 2010
Kategori jeniskelamin
Frekuensi (n) Presentase (%)
Laki ± laki 52 52
Perempuan 48 48
jumlah 100 100
Data pada tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 orang
(51,0 %) dan sisanya adalah responden berjenis kelamin laki ±
laki sebanyak 49 orang (49,0 %) .
b. Umur
Karakteristik umur responden hiper tensi di wilayah kerja
rawat jalan poliklinik penyakit dalam Di RSUD A.W Syahranie
Tahun 2010 ber kisar antara 35 ± 75 tahun. Distribusi frekuensi
responden ber dasar kan kelompok umur dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut ini.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 7/38
58
Tabel 4.2 : Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.
Umur Frekuensi Persentase (%)
35 - 42 8 8
43 - 50 15 15
51 - 58 9 9
59 - 66 29 29
67 - 74 19 19
> 74 20 20Total 100 100
Ber sadar kan tabel 4.2 diketahui bahwa distribusi
responden terbanyak pada umur 59 ± 66 tahun yaitu 29 orang
(29 %) dan paling sedikit pada umur > 74 tahun yaitu 20 orang
(20 %).
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden adalah pendidikan
formal yang pernah ditempuh oleh responden dalam penelitian
ini yang berada dalam wilayah kerja rawat jalan poliklinik
penyakit dalam Di RSUD A.W Syahranie Tahun 2010.
Distribusi responden ber dasar kan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel distribusi dibawah ini.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 8/38
59
Tabel 4.3 : Distribusi Responden Menurut TingkatPendidikan Penderita Hipertensi DiWilayah Kerja Rawat Jalan PoliklinikPenyakit Dalam Di RSUD A.W SyahranieTahun 2010.
Tingkat pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Tidak tamat SD 5 5
SD / Sederajat 10 10SMP / Sederajat 13 13
SMU / Sederajat 37 37
Perguruan tinggi 35 35Total 100 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil sebanyak 5 orang
( 5 %) responden tidak tamat pendidikan formal dan tingkat
pendidikan SMU / Sederjat ditempuh responden paling banyak
yaitu 37 orang (37 %).
d. Pekerjaan
Pekerjaan responden adalah segala sesuatu yang
dilakukan responden untuk mencari naf kah atau penghasilan.
Distribusi responden menurut pekerjaan dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.4 :Distribusi Responden Menurut PekerjaanPenderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Rawat
Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUDA.W Syahranie Tahun 2010.
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Pensiunan 34 34
Petani 11 11
Pedagang 23 23
Wiraswasta 15 15PNS 17 17
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 9/38
60
Total 100 100,0
Data pada tabel 4.4 menunjukan bahwa distribusi
responden lebih dari sebagian pekerjaan sebagai pensiunan
sebanyak 34 orang (34 %) sedangkan yang paling sedikit
sebagai petani 11 orang (11%).
3. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap
variabel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi
tiap variabel.
a. Hiper tensi
Hiper tensi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar yang
mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memenuhi kebutuhan ter sebut bila kondisi ter sebut
berlangsung lama dan menetap maka akan timbul gejala yang
disebut penyakit Tekanan Darah Tinggi. Distribusi Penyakit
Hiper tensi Di Wilayah Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit
Dalam Di RSUD A.W Syahranie Tahun 2010.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 10/38
61
Tabel 4.5 : Distribusi Responden Menurut PenderitaHipertensi Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.
Hipertensi Frekuensi Presentase (%)
Menderita hiper tensi 42 42
Tidak menderita hiper tensi
58 58
Total 100 100
Data tabel 4.5 menunjukan bahwa lebih dari sebagian
responden menderita hiperensi yaitu 56 orang (56 %) dan yang
tidak menderita hiper tensi sebanyak 44 orang (44%).
b. Faktor Keturunan
Riwayat keluarga yang menunjukan adanya tekanan
darah yang meninggi merupakan faktor resiko yang paling
kuat bagi seseorang untuk mengidap hiper tensi di masa yang
akan datang. Tekanan darah kerabat tingkat per tama (orang
tua saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur dan jenis
kelamin tampak pada semua tingkat tekanan darah .
Tabel 4.6 : Distribusi Responden Menurut Faktor Keturunan Di Wilayah Kerja Rawat Jalan
Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W
Syahranie Tahun 2010.
Faktor Keturunan Frekuensi Presentase(%)
Ada faktor keturunan hiper tensi
56 56
Tidak ada faktor keturunan 44 44
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 11/38
62
hiper tensi Total 100 100
Data tabel 4.6 menunjukan bahwa sebagian besar
responden tidak ada faktor keturunan hiperensi yaitu 44 orang
(44 %) dan yang ada faktor keturunan hiper tensi sebanyak 56
orang (56%)
Tabel 4.7 : Distribusi Responden Menurut Keluarga YangMenderita Hipertensi Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.
Keluarga yang menderitahipertensi
Frekuensi Presentase(%)
Ayah kandung 30 30
Ibu kandung 21 21
Kakek (ayah dari bapak) 13 13
Nenek (ibu dari bapak) 16 16
Kakek (ayah dari ibu) 7 7
Nenek (ibu dari ibu) 13 13
Total 100 100
Ber dasar kan tabel 4.7 diatas penularan hiper tensi
secara genetik atau faktor keturunan paling banyak berasal
dari ayah kandung responden yaitu 30%, dan penularan
genetik paling rendah berasal dari kakek (ayah dari ibu)
responden yaitu 7%.
c. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah intensitas semua pergerakkan
anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga
(aktivitas) yang berbeda selama periode pengajian dinyatakan
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 12/38
63
dalam ekuivalen MET yang dikalikan dengan waktu yang
digunakan bagi semua aktivitas dalam 1 minggu.
Tabel 4.8 : Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik Yang Dilakukan Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.
Aktifitas Fisik Frekuensi Presentase(%)
Melakukan aktivitas fisik 71 71
Tidak melakukan aktivitasfisik
29 29
Total 100 100
Data tabel 4.8 menunjukan bahwa sebagian responden
tidak melakukan aktivitas fisik yaitu 29 orang (29%) dan
responden yang melakukan aktivitas fisik yaitu 71 orang
(71%).
Pengukuran aktivitas fisik menggunakan Internasional
Physical Activity Quetionnaire (IPAQ) yang membagi aktivitas
fisik responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9 : Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik
Yang Sering Dilakukan Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.
Aktivitas fisik frekuensi Presentase (%)
Ringan 48 48
Sedang 44 44
Berat 8 8Total 100 100
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 13/38
64
Data pada tabel 4.9 menunjukan bahwa lebih dari
sebagian responden melakukan aktivitas fisi k ringan sebanyak
48 orang (48%), responden aktivitas fisik sedang 44 orang
(44%) dan responden aktivitas fisik berat 8 orang (8%).
d. Stress
Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dalam hidup yang menuntut
penyesuaian diri. Pengukuran stress menggunakan skala
stress Holmes atau Rahe Holmes Sress Scale dengan kriteria
tidak stress jika skor < 150, stress jika skor �150, dan sangat
stress jika skor >250. Distribusi kriteria stress responden
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 : Distribusi Responden Menurut Kriteria
Mengalami Stress Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD
A.W Syahranie Tahun 2010.
D
a
ta pada tabel 4.10 menunjukan bahwa lebih dari sebagian
responden yang mengalami stress yaitu sebanyak 59orang
(59%) dan responden yang tidak mengalami stress sebanyak
41 orang (41%).
Stress Frekuensi Presentase (%)
Mengalami stress 59 59
Tidak mengalami stress 41 41Total 100 100
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 14/38
65
Tabel 4.11 : Distribusi Responden Tertinggi Menurut LevelIntensitas Kondisi Stress Penderita
Hipertensi Yang Dialami Di Wilayah KerjaRawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam DiRSUD A.W. Syahranie Tahun 2010.
Stress frekuensi Presentase (%)
Tidak stress 37 37,0Stress 52 52,0
Sangat stress 11 11,0Total 100 100,0
Data tabel 4.11 menunjukan bahwa lebih dari sebagian
responden yang menglami stress yaitu sebanyak 52 orang
(52,0%) dan sangat stress sebanyak 11 orang (11,0 %)
Dari data yang diperoleh bahwa responden sering
mengalami stress dan hal-hal yang sering sebagai penyebab
stress. Berikut adalah distribusi ter tinggi yang dialami
responden, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.12 : Distribusi Responden Tertinggi MenurutKondisi Stress Penderita Hipertensi Yang
Dialami Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W.Syahranie Tahun 2010.
Stress Frekuensi Persentase
(%)
Perubahan kondisi kesehatan 99 99
Perubahan kebiasaan hidup (diet, puasa dan lain-lain)
58 58
Sakit serius 45 45
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 15/38
66
Ada tambahan anggota keluarga 45 45Perubahan kondisi keuangan 45 45
Data 4.12 menunjukan bahwa responden ter tinggi
menurut kondisi stress adalah perubahan kondisi kesehatan
sebanyak 99 orang (99 %), perubahan kebiasaan hidup (diet,
puasa dan lain-lain) sebanyak 58 orang (58%), sakit serius
sebanyak 45 orang (45%), ada tambahan anggota keluarga
sebanyak 45 orang (45%), dan perubahan kondisi keuangan
sebanyak 45 orang (45%)
4. Analisis Bivariat
Responden yang menderita hiper tensi lebih banyak
ter dapat jenis kelamin laki-laki. Distribusi responden menurut
penderita hiper tensi ber dasar kan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.13 : Distribusi Responden Penderita Hipertensi JenisKelamin Yang Dialami Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W.Syahranie Tahun 2010.
Data pada tabel 4.13 menunjukan bahwa dari 52
responden laki-laki, sebanyak 32 orang (61,5%) menderita
JenisKelamin
Kejadian hipertensi Total
hipertensi Tidak hipertensi
n % n % n %
Laki - laki 22 42,3 30 57,7 52 100Perempuan 20 41,7 28 58,3 48 100
Jumlah 42 42,0 58 58,0 100 100
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 16/38
67
hiper tensi dan dari 48 responden perempuan sebanyak 24 orang
(50,0%) menderita hiper tensi.
Responden yang menderita hiper tensi lebih banyak
ter dapat kelompok umur 59-66 . Distribusi responden menurut
penderita hiper tensi ber dasar kan kelompok umur dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.14 : Distribusi Responden Penderita HipertensiKelompok Umur Yang Dialami Di Wilayah Kerja
Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUDA.W. Syahranie Tahun 2010.
Data pada tabel 4.14 menunjukan bahwa ter tinggi
kelompok umur dari 29 responden dengan kelompok umur 59 ± 66
, sebanyak 9 orang (31,0%) menderita hiper tensi dan dari
kelompok umur terendah 8 responden dengan kelompok umur
35 ± 42 sebanyak 1 orang (87,5%) menderita hiper tensi.
Responden yang menderita hiper tensi lebih banyak
ter dapat pada pendidikan SMU. Distribusi responden menurut
KelompokUmur
Kejadian hipertensi Total
hipertensi Tidak hipertensi
n % n % n %
35 ± 42 1 87,5 7 87,5 8 10043 ± 50 5 33,3 10 66,7 15 100
51 ± 58 4 44,4 4 55,6 9 100
59 ± 66 9 31,0 20 69,0 29 100
67 ± 74 11 57,9 8 42,1 19 100
> 74 12 60,0 8 40,0 20 100
Total 42 42,0 58 58,0 100 100
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 17/38
68
penderita hiper tensi ber dasar kan pendidikan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 4.15 : Distribusi Responden Penderita HipertensiPendidikan Yang Dialami Di Wilayah Kerja
Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam DiRSUD A.W. Syahranie Tahun 2010.
Data pada tabel 4.15 menunjukan bahwa ter tinggi
pendidikan dari 37 responden dengan pendidikan SMU / sederajat
, sebanyak 19 orang (51,4%) menderita hiper tensi dan dari
pendedikan terendah 5 responden dengan pendidikan tidak tamat
SD sebanyak 1 orang (20,0%) menderita hiper tensi.
Pendidikan
Kejadian hipertensi Total
hipertensi Tidak hipertensi
n % n % n %
Tidak tamat SD 1 20,0 4 80,0 5 100SD / Sederajat 4 40,0 6 60,0 10 100
SMP / Sederajat 5 38,5 8 61,5 13 100
SMU / Sederajat 19 51,4
18 37,8 37 100
Perguruan Tinggi 13 37,1 22 62,9 35 100
Total 42 42,0 58 58,0 100 100
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 18/38
69
Responden yang menderita hiper tensi lebih banyak
ter dapat pada pekerjaan pensiunan. Distribusi responden menurut
penderita hiper tensi ber dasar kan pekerjaan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 4.16 : Distribusi Responden Penderita HipertensiPekerjaan Yang Dialami Di Wilayah Kerja
Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam DiRSUD A.W. Syahranie Tahun 2010.
Data pada tabel 4.16 menunjukan bahwa ter tinggi
pekerjaan dari 34 responden dengan pekerjaan pensiunan ,
sebanyak 18 orang (52,9%) menderita hiper tensi dan dari
pekerjaan terendah 11 responden dengan pekerjaan petani
sebanyak 7 orang (63,6%) menderita hiper tensi.
Responden yang menderita hiper tensi lebih banyak
ter dapat pada keluarga yang ter kena hiper tensi adalah ibu
Pekerjaan
Kejadian hipertensi Total
hipertensi Tidak hipertensi
n % n % n %
Pensiunan 18 52,9 16 41,1 34 100
Petani 7 63,6 4 36,4 11 100
Pedagang 8 34,8 15 65,2 23 100
Wiraswasta 3 20,0 12 80,0 15 100
PNS 6 35,3 11 64,7 17 100
Total 42 42,0 44 58,0 100 100
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 19/38
70
kandung. Distribusi responden menurut penderita hiper tensi
ber dasar kan keluarga yang ter kena hiper tensi dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 4.17 : Distribusi Responden Penderita HipertensiKeluarga Yang Menderita Hipertensi Yang
Dialami Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W.
Syahranie Tahun 2010.
Data pada tabel 4.17 menunjukan bahwa ter tinggi
keluarga yang ter kena hiper tensi dari 21 respondenadalah ibu
kandung , sebanyak 9 orang (42,9%) menderita hiper tensi dan
dari keluarga yang ter kena hiper tensi terendah 7 responden
Keluarga yangmenderita hipertensi
Kejadian hipertensi Total
hipertensi Tidakhipertensi
n % n % n %
Ayah kandung 13 43,3 17 56,7 30 100Ibu kandung 9 42,9 12 57,1 21 100
Kakek (ayah dari bapak)
6 46,2 7 53,8 13 100
Nenek (ibu dari bapak) 5 31,3 11 68,8 16 100
Kakek (ayah dari ibu) 5 71,4 2 28,6 7 100
Nenek (ibu dari ibu) 4 30,8 9 69,2 13 100
Total 42 42,0 58 58,0 100 100
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 20/38
71
dengan keluarga yang ter kena hiper teni adalah kakek (ayah dari
ibu) sebanyak 5 orang (71,4%) menderita hiper tensi.
alisis bivariat dilakukan untuk mengetahui besarnya
hubungan variabel independen dengan variabel dependen pada
responden hubungan dikatakan bermakna secara statis tik apabila
diperoleh nilai p < 0,005.
a. Hubungan faktor keturunan dengan kejadian hiper tensi
Hubungan antara faktor keturunan yang pernah menderita
hiper tensi dengan kejadian hiper tensi Di Wilayah Kerja Rawat
Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W Syahranie Tahun
2010. Dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut :
Tabel 4.18 : Hubungan Faktor Keturunan Dengan KejadianHipertensi Di Wilayah Kerja Rawat Jalan
Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.
Ber dasar kan tabel 4.18 terlihat bahwa diantara
responden yang menderita propor si ter tinggi ter dapat pada
Faktor keturunan
Kejadian hipertensi Total PValue
PhiValuehipertensi Tidak
hipertensi
n % n % n %
Ya 17 30,4 39 69,6 56 1000,014 0,266
Tidak 25 56,8 19 43,2 44 100
Jumlah 42 42,0 58 58,0 100 100
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 21/38
72
responden yang memiliki keturunan hiper tensi ( 30,4%)
dibandingkan yang tidak ada faktor keturunan hiper tensi
(69,6%) sedangkan pada responden yang tidak hiper tensi
propor si ter tinggi ter dapat pada responden yang tidak ada
faktor keturunan hiper tensi (43,2%) dibandingkan dengan
responden yang ada faktor keturunan hiper tensi ( 69,6%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square test
diperoleh p value sebesar 0,014 ar tinya p value lebih kecil dari
(0,05) dengan demikian ter dapat hubunga n antara faktor
keturunan dengan kejadian hiper tensi.
Perhitungan selanjutnya, diperoleh Phi Value 0,266
ar tinya ter dapat hubungan asosiasi kecil atau tidak ada
asosiasi antara faktor keturunan dengan kejadian hiper tensi Di
Wilayah Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD
A.W Syahranie Tahun 2010.
b. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hiper tensi
Hubungan antara aktivitas fisik yang pernah menderita
hiper tensi dengan kejadian hiper tensi Di Wilayah Kerja Rawat
Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W Syahranie
Tahun 2010. Dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut :
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 22/38
73
Tabel 4.19 : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan KejadianHipertensi Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.
Ber dasar kan tabel 4.19 terlihat bahwa diatara
responden yang menderita hiper tensi propor si ter tinggi
ter dapat pada responden yang melakukan aktivitas fisik
(49,3%) dibandingkan dengan yang tidak melakukan aktivitas
fisik hiper tensi (24,1%) sedangkan pada responden yang tidak
hiper tensi propor si ter tinggi ter dap at pada responden yang
tidak melakukan aktivitas fisik hiper tensi (75,9%) dibandingkan
dengan responden yang melakukan aktivitas fisik hipe r tensi
(50,7%)
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square test
diperoleh p value sebesar 0,037 ar tinya p value lebih kecil dari
(0,05) dengan demikian ter dapat hubungan antara aktivitas
fisik dengan kejadian hiper tensi.
Perhitungan selanjutnya, diperoleh Phi Value 0, 231
ar tinya ter dapat hubungan asosiasi kecil atau tidak ada
AktivitasFisik
Kejadian hipertensi Total PValue
PhiValue hipertensi Tidak
hipertensi
n % n % n %
Tidak 7 24,1 22 75,9 29 100
0,037 0,231Ya 35 49,3 36 50,7 71 100
Jumlah 42 42,0 58 58,0 100 100
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 23/38
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 24/38
75
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square test
diperoleh p value sebesar 0,125 ar tinya p value besar kecil
dari (0,05) dengan demikian tidak ter dapat hubungan antara
stress dengan kejadian hiper tensi.
Perhitungan selanjutnya, diperoleh Phi Value 0,174
ar tinya ter dapat hubungan asosiasi kecil atau tidak ada
asosiasi antara stress dengan kejadian hiper tensi Di Wilayah
Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W
Syahranie Tahun 2010.
B. Pembahasan
1. Hubungan Faktor Keturunan Dengan Kejadian Hipertensi Di
Wilayah Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD
A.W Syahranie Tahun 2010
Hiper tensi esensial / primer , yaitu hiper tensi yang tidak
diketahui penyebabnya, dan ada kemungkinan karena faktor
keturunan atau genetik (90%). Apabila riwayat hiper tensi
didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan ter kena
hiper tensi menjadi lebih besar . Hiper tensi banyak ditemukan pa da
penderita kembar monozigot (satu telur ), apabila salah satunya
menderita hiper tensi. Fakta ini mendukung bahwa faktor keturunan
mempunyai peran didalam terjadinya hiper tensi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Meningkatnya risiko hiper tensi
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 25/38
76
karena faktor keturunan tidak dapat dihindari lagi, jika kedua orang
tua mengidap hiper tensi. (Indriyani, 2009).
Hasil uji chi-square dengan 0,05 diperoleh p <
(0,014). Maka disimpulkan bahwa ada hubungan antra faktor
keturunan dengan kejadian hiper tensi di wilayah kerja poliklinik
rawat jalan RSUD A.W. Sjahranie Samarinda tahun 2010.
Sebanyak 17 respoden mempunyai faktor keturunan
menderita hiper tensi dan saat dilakukan pemeriksaan tekanan
darah responden ter sebut mempunyai hasil menderita hiper tensi
dan dengan adanya faktor pendukung seper ti jumlah laki -laki yang
menderita hiper tensi sebanyak (42,3%), jumlah umur rentan
hiper tensi 55-66 tahun menderita hiper tensi (31,0%), dan adanya
keluarga yang ter kena hiper tensi yaitu ayah kandung sebanyak
(43,3%). Faktor pemicu seseorang menderita hiper tensi salah
satunya adalah genetik atau faktor keturunan, jika ada anggota
keluarga yang menderita hiper tensi walaupun belum adanya tes
genetic secara konsisten terhadap penyakit hiper tensi harus selalu
waspada karena dalam garis keturunan keluarga pasti mempunyai
struktur genetic yang sama. Faktor keturunan adalah faktor yang
tidak bisa dikendalikan oleh sebab itu kegiatan dapat mencegah
terjadinya hiper tensi wajib dilakukan jika seseorang mempunyai
faktor keturunan pernah menderita hiper tensi.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 26/38
77
Hiper tensi merupakan penyakit tidak menular dan
seringkali tidak memberikan tanda-tanda peringatan sehingga
menjadi penyebab kematian secara diam-diam / the silent killer,
dan jika hiper tensi tidak dikontrol maka hiper tensi dapat
membebani jantung dan pembuluh darah secara berlebihan yang
dapat menyebabkan kegagalan jantung.penyebab hiper tensi 90 %
belum diketahui dan faktor yang mempengaruhi terjadinya
hiper tensi adalah : genetik, ras, umur , jenis kelamin, obesitas,
merokok, stres, minum-minuman alkohol, pola makan yang
salah.(Susalit et al, 2003).
Selanjutnya ditemukan pula responden yang mempunyai
faktor keturunan dengan kejadian hiper tensi akan tetapi tidak
menderita hiper tensi yaitu 39 orang Dikarenakan responden oleh
kebiasaan tindakan ± tindakan pencegahan yang dilakukan oleh
responden untuk menghindari hiper tensi sebelum terjadi.
Tindakan ± tindakan ter sebut meliputi mengatur pola makan yang
sehat karena pola makan yang sehat dapat mengontrol tekanan
darah, mengindari makanan yang mengandung banyak garam,
kolesterol, dan juga lemak. Selalu mengkonsumsi sayur dan buah,
mempunyai kegiatan fisik yang baik walaupun tidak berolah raga
kegiatan fisik seper ti mencangkul, atau melakukan kegiatan rumah
juga bermanfaat menggantikan kegiatan berolah raga.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 27/38
78
Hiper tensi seringkali tidak menunjukan gejala, sehingga
penderita dianjur kan untuk memeriksakan tekanan darah secara
teratur sekitar 2 sampai 5 tahun sekali, jika tekanan darah no rmal
dan bukan adanya faktor keturunan tekanan darah tinggi. Jika ada
faktor tekanan darah tinggi sebainya pengukuran dilakukan setiap
3 minggu sampai 12 bulan sekali. Jika tekanan darah sewaktu-
waktu naik, diperlukan pengukuran lebih sering dan lebih tera tur .
Dokter perlu memeriksa setiap 2 minggu sekali sehingga tekanan
darah dapat dikontrol, kemudian sebulan sekali sampai 3 bulan
sekali sampai tekanan darah stabil. (Indriyani, 2009).
Kemudian diperoleh pula responden yang tidak
mempunyai faktor keturunan namun menderita hiper tensi
sebanyak 25 orang . walaupun responden tidak mempunyai faktor
keturunan yang menderita hiper tensi, akan tetapi perlu diwaspadai
faktor pemicu hiper tensi lainnya seper ti kebiasaan merokok, olah
raga, stress, umur , dan jenis kelamin.
Hiper tensi merupakan penyakit multifaktorial yang muncul
oleh karena interaksi berbagai faktor . Dengan ber tambahnya
umur , maka tekanan darah juga akan meningkat . Setelah umur
45 tahun, dinding ar teri akan mengalimipenebalan oleh karena
adanya penumpukan kolagen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 28/38
79
pembuluh darah besar yang kurang pada penambahan umur
sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau
cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan
beberapa perubahan fisilogis, pada usia lanjut terjadi peningkatan
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Perubahan tekanan darah
yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
ber kurang, sedangkan peran ginjal juga sudah ber kurang dimana
aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Asputra
H,dkk,2008).
Responden yang tidak ada faktor keturunan dengan
hiper tensi dan tidak menderita hiper tensi yaitu sebanyak 19 orang.
Hal ini sudah pasti terjadi karena responden tidak mempunyai
faktor keturunan yang pernah menderita hiper tensi sebagai faktor
utama pemicu seseorang menderita hiper tensi. Selanjutnya faktor
pemicu hiper tensi lainnya dapat dicegah responden dengan
mempunyai pola hidup yang sehat dan menghindari stress.
Penatalaksanaan non farmakologis sesuai anjuran J oint
National Commite On Detection, Evaluation anda Treatment of
High Blood Pressure menurut Bustan (2000), antara lain :
a. Menurunkan BB (berat badan).
Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat
berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu,
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 29/38
80
manajemen berat badan sangat penting dalam prevalensi
dan kontol hiper tensi.
b. Pembatasan konsumsi garam dapur .
Mengurangi asupan natrium. Apabila diet tidak membantu
dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hiper tensi
oleh dokter .
c. Kurangi alkohol
Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol. Kafein dapat
memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalir kan
lebih banyak cairan pada detiknya. Sementara konsumsi
alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko
hiper tensi.
d. Menghentikan rokok.
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.
Peokok berat dapat dihubungkan deng an peningkatan
insiden hiper tensi maligna dan risiko terjadinya stenosis
ar teri renal yang mengalami ateriosklerosis.
e. Olahraga teratur .
Meningkatkan aktivitas fisik. Orang yang beraktivitas
rendah berisiko ter kena hiper tenssi 30-50 % daripada yang
aktif . Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit
sebanyak > 3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari
Hiper tensi.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 30/38
81
f . Diet rendah lemak jenuh.
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).
h. Setelah umur 30 tahun, periksa tekanan darah setiap tahun.
i. Jangan merokok/ minum alkohol.
j. Kurangi berat badan bila berlebihan.
k. Lakukan latihan aerobik.
l. Pelajari cara-cara mengendalikan stress.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dipercaya bahwa
beberapa orang yang mengidap tekanan darah tinggi, gen yang
menentukan reproduksi dan pelepasan angiotensin dalam tubuh
orang-orang ter sebut memproduksi angiotensin terlalu banyak.
Pada 70-80 % kasus hiper tensi primer didapat riwayat hiper tensi
didalam keluarga meskipun hal ini belum dapat memastikan
diagnosis. Jika didapat riwayat hiper tensi pada kedua orang tua
dugaan terhadap hiper tensi primer makin kuat. (T jokronegoro,
2001).
2. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di
Wilayah Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD
A.W Syahranie Tahun 2010
Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita
hiper tensi adalah jalan kaki, ber sepeda, senam, berenang, dan
aerobik. Olah raga yang ber sifat kompetensi dan meningka tkan
kekuatan tidak dibolehkan bagi penderita hiper tensi karena kan
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 31/38
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 32/38
83
Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit
setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan
peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung
atau masalah peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan
beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-
laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok
yang ber katifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5 % kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab
pergeseran ar teri (Kusmana, 2002).
Hasil analisis menunjukan responden yang tidak
melakukan aktivitas fisik dan menderita hiper tensi 7 orang. Hal ini
disebabkan responden jarang melakukan aktivitas fisik dalam
seminggu sehingga kurang pergerakan dalam tubuh sehingga
menyebabkan menderita hiper tensi dan penurunan usia sehingga
kurang mampu melakukan aktivitas fisik dibanding usia-usia
sebelumnya.
Ber tambahnya usia akan diser tai penurunan fungsi dan
metabolisme ser ta komposisi tubuh. Proses degeneratif pada otot
ditandai dengan ber kurangnya jumlah dan ukuran serabut otot.
Pergeseran komposisi tubuh dari ber kurangnya massa otot ke
arah ber tambahnya lemak sering ber samaan dengan menurunnya
kandungan protein plasma dan ber tambahnya lemak di dalam
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 33/38
84
plasma dalam bentuk peningkatan kadar kolesterol dan
trigliserida. (maryam dkk,2008)
Hasil analisis menujukan responden yang tidak
melakukan aktivitas fisik menderita hiper tensi 22 orang hal ini
disebabkan responden mampu mengatur pola makan, melakukan
aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi stress sehing ga
tekanan darah tetap ter kontrol dengan baik.
Aktifitas fisik dapat pula dinilai dalam bentuk total volume
aktivitas fisik atau pengeluaran energi yang ber kaitan dengan
aktivitas fisik. Ketika mengkaji aktivitas fisik bagi tujuan kesehatan
masyarakat, total volume aktivitas fisik sangat penting karena
dimensi tampaknya memberikan dampak yang signifikan pada
status kesehatan. (Gibney, 2009).
3. Hubungan Stress Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah
Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W
Syahranie Tahun 2010
Menurut Sunaryo (2004) secara umum, yang dimaksud
dengan stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan, dan emosi . Stress
dapat terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri kita terpenuhi.
V incent Cornelli mendefinisikan stress sebagai gangguan pada
tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan baik oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan
ter sebut.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 34/38
85
Hasil uji chi-square dengan 0,05 diperoleh p >
(0,125). Maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
faktor keturunan dengan kejadian hiper tensi di wilayah kerja
poliklinik rawat jalan RSUD A.W. Sjahranie Samarinda tahun
2010.
Hasil penelitian menunjukan responden yang stress
menderita hiper tensi 29 orang. Dan pengaruh pekerjaan sebagai
pensiunan dengan jumlah menderita hiper tensi sebanyak (52,9%)
Hal ini disebabkan adanya faktor keturunan, pekerjaan
responden mengalami berbagai masalah didalam rumah yang
membuat responden sulit melupakan masalah ter sebut,
mengalami kecemasan pada suatu masalah sehingga mengalami
kesulitan tidur dimalam hari karena memikir kan suatu masalah.
Stres emosional dapat menimbulkan perasaan negatife
dan deskruktif terhadap diri sendiri dan orang lain. Stres
intelektual akan menggangu per sepsi dan kemampuan seseorang
dalam menyelesaikan maslah, stres sosial akan mengganggu
hubungan individu terhdap kehidupan. (Rasmun, 2004)
Hasil penelitian menunjukan responden yang stress tidak
menderita hiper tensi 30 orang Hal ini disebabkan responden
mampu mengontrol disaat stress mengimbanginnya dengan
melakukan relaksasi, sehingga responden tidak menderita
hiper tensi.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 35/38
86
Cara mengelola stres
1. Ambil liburan secara teratur .
2. Makanlah makanan sehari-hari yang menyehatkan.
3. Hindari kafein alkohol dan tembakau.
4. Lakukan olahraga secara teratur
5. Berlatihlah beberapa teknik rileksasi seper ti yoga, meditasi
latihan pernapasan.
6. Hadapilah masalah yang terjadi dalam pekerjaan maupun
hubungan (Relationship) dan pecahkan.
7. Belajarlah untuk mengenali maslah ambang stres sendiri dan
jangan memaksakan diri untuk melapauinya.
8. Per timbangkan untuk memiliki hewan peliharaan karena bisa
membantu menjadi rileks.
9. Bicarakan masalah dengan ahli profesional yang dapat
membantu melihat per soalan secara obyektif dan
menempatkan masalah dalam per spektif yang tepat.
www.enformasi.com.2009.
Hasil penelitian menunjukan responden menderi ta
hiper tensi dan tidak stress 13 0rang. Hal ini disebabkan hal ini
bisa disebabkan oleh responden adanya mengkonsumsi makanan
yang mengandung garam berlebih dan mengkonsumsi minuman
beralkhol dan merokok sehingga memicu meningkatnya tekanan
darah (hiper tensi).
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 36/38
87
Stres juga diyakini memiliki hubungan dengan hiper tensi.
Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat mening katkan
tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama
dapat mengakibatkan peninggi tekanan darah untuk sementara
waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal
kembali. Peristiwa yang mendadak yang menyebabkan stres
dapat mengakibatkan tekanan darah, namun akibat stres
ber kelanjutan yang dapat menimbulkan hiper tensi belum dapat
dipastikan . (Lukluk & Bandiyah, 2008).
Hasil penelitian responden tidak stress menderita
hiper tensi sebanyak 28 orang . hal ini disebabkan responden
dapat menjaga kesehatan sehingga tidak stress dan tidak
menderita hiper tensi selain itu adanya bantuan dari keluarga untuk
memonitor perilaku dan mengatasi jika responden memiliki
masalah yang berat. Adapun cara yang dilakukan yaitu
beristirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari,
meditasi dan latihan pernafasan untuk menjernihkan pikiran dari
pikiran-pikiran yang menggangu, menjauhkan alkohol dan obat -
obatan jika dalam menghadapi masalah dan selalu berpikir positif
jika dalam menghadapi suatu masalah.
Adapun hubungan proses terjadinya stres antara lain :
(www.mikropoetra.com)
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 37/38
88
1. Seseorang yang dilanda ³stres´, tubuihnya akan
memanfaatkan zat gizi ekstra dibandingkan dengan ketika
seseorang dalam kondisi normal.
2. Tanpa disadari cadangan energi yang ter simpan dalam
tubuh dapat ter kuras habis dan pada saat ini terjadi yang
disebut ³kelelahan mental´ atau ³stres´.
3. Tahap selanjutnya adalah berat badan turun drastis (kurus
pada umumnya) atau ³over weight´(kasus khusus karena
makan terus tidak peduli lagi pada efek negative makanan).
4. Efek yang umunya terjadi adalah energi habis, stamina
ter kuras dan daya tahan tubuh melemah sehingga penyakit
dengan mudah masukke dalam tubuh kita.
5. Akibat yang lebih parah adalah stres dapat mempengaruhi
³kejernihan´ pola berpikir seseorang, karena otak sudah tidak
mempunyai cukup energy untuk untuk bekerja normal.
Beberapa penelitian ter dahulu yang telah dilakukan
diketahui bahwa ada hubungan antara stress dengan penyakit
hiper tensi pada lansia. Penelitian yang telah dilakukan oleh
Suheni pada tahun 2007 menunjukan bahwa ter dapat hubungan
antara stress dengan penyakit hiper tensi pada lansia di Badan
Rumah Sakit Cepu dengan nilai p value 0,002 < nilai 0,05.
8/6/2019 BAB IV.docx Abank
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 38/38
89
.