50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup. Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan. Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Manusia beradaptasi secara terus menerus pada pangan yang secara ekologis cocok dengan daerah tempat hidup dari segi biofisik, sosial budaya dan ekonomi sehingga terjadi pergeseran pola makan (1). Itulah yang biasa disebut dengan ekologi pangan. Ekologi Gizi adalah Ilmu pengetahuan yang bersifat multidisiplin membahas tentang seluruh sistem gizi dengan penekanan pengaruh gizi pada kesehatan, lingkungan, sosial ekonomi (2). Dan didalamnya juga membahas mengenai produksi pangan, pengolahan, perdagangan, konsumsi pangan lokal dan global. Ekologi Pangan dan Gizi merupakan cabang ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan 1

BAB I-BAB IV.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I-BAB IV.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan

komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup.

Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Manusia tidak dapat

mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan.

Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan

secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air.

Manusia beradaptasi secara terus menerus pada pangan yang secara

ekologis cocok dengan daerah tempat hidup dari segi biofisik, sosial budaya

dan ekonomi sehingga terjadi pergeseran pola makan (1). Itulah yang biasa

disebut dengan ekologi pangan.

Ekologi Gizi adalah Ilmu pengetahuan yang bersifat multidisiplin

membahas tentang seluruh sistem gizi dengan penekanan pengaruh gizi pada

kesehatan, lingkungan, sosial ekonomi (2). Dan didalamnya juga membahas

mengenai produksi pangan, pengolahan, perdagangan, konsumsi pangan lokal

dan global.

Ekologi Pangan dan Gizi merupakan cabang ilmu yang mempelajari

hubungan manusia dengan lingkungan (biologis, fisik, sosial budaya, ekonomi,

politik, informasi, peraturan perundang-undangan) yang mempengaruhi kondisi

ketersediaan pangan, distribusi dan pengemasan pangan, konsumsi pangan dan

gizi, status gizi, status kesehatan dan kualitas sumberdaya masyarakat.

Sistem pangan dan gizi adalah suatu rangkaian masukan, proses, dan

keluaran sejak pangan masih dalam tahap produksi (berupa bahan produk

primer maupun olahan) sampai dengan tahap akhir, yaitu pemanfaatannya

dalam tubuh manusia yang diwujdkan oleh status gizi.Hal ini berarti dalam

sistem tersebut terdapat serangkaian komponen atau subsistem, yaitu produksi,

ketersediaan pangan, distribusi, konsumsi, dan gizi. (9)

1

Page 2: BAB I-BAB IV.docx

Ekosistem pangan dan gizi adalah hubungan yang dihasilkan dari dampak

keberadaaan pangan di sekitar manusia sebagai kebutuhan dasar mereka yang

mempengaruhi kondisi kesehatan dilihat dari pemenuhan gizinya dari

keberadaan pangan tersebut. (12)

Kawasan industri menurut Development Handbook dari ULI (Urban Land

Institute) merupakan kawasan yang didominasi oleh kegiatan industri. Sedangkan

menurut National Industry Zoning Committe’s USA 1967, kawasan industri

merupakan areal perindustrian yang berada di atas tanah yang cukup luas, yang

secara administrasi dikontrol oleh sebuah lembaga yang sesuai dengan kegiatan

industri, karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat, ketersediaan

infrastrukturnya, dan kemudahan aksesibilitas transportasi (13).

Selain itu, menurut Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah,

kawasan perindustrian memiliki kriteria sebagai berikut: 1) memenuhi persyaratan

lokasi industri, 2) memiliki ketersediaan sumber air baku yang cukup, 3) terdapat

sistem pembuangan limbah, 4) tidak memberikan dampak negatif, dan 5) tidak

terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah yang beririgasi dan yang

berpotensi untuk pengembangan irigasi. Kawasan industri memiliki peranan yang

penting sesuai dengan tujuan pembangunan kawasan yang diatur dalam pasal 2

Keppres No. 41/1996, yaitu mempercepat pertumbuhan industri, memberi

kemudahan untuk kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi

di kawasan industri, dan meningkatkan pembangunan industri yang berwawasan

lingkungan (13).

Kota industri ternyata memiliki pengaruh negatif pada tumbuh-tumbuhan

dan hewan. Dengan menurunnya permukaan air tanah, tertutupnya sebagain

besar permukaan tanah oleh rumah-rumah, gedung-gedung, tercemamya

tanah karena masuknya bahan-bahan kimia dan sisa-sisa buangan dari

industri menyebabkan gangguan pertumbuhan tanaman. (7)

Dengan adanya, indutrialisasi berubah pula struktur dan lingkungan

alami dari daerah pedesaaan. Dalam tahapan ini, yang paling menyolok

adalah terjadinya urbanisasi tenaga-tenaga di desa, semakin menyempitnya,

lahan pertanian, semakin meluasnya daerah kota dan daerah industri serta

masuknya teknologi modernt ke desa, semua itu mendorong munculnya

2

Page 3: BAB I-BAB IV.docx

urbanisasi. Wajah lahan pertanian dalam phase industri jauh berbeda dengan

wajah sebelumnya. Yang sangat mencolok adalah perubahan-perubahan

berikut ini :

1. Keanekaragaman sistem pertanian dan wajah pertanian tidak tampak

lagi, pertanian lebih banyak mononton dan menjemukan.

2. Hutan-hutan kecil yang dulu tersebar merata, sudah tidak tampak lagi.

3. Sapi-sapi penarik alat pertanian sudah diganti dengan mesin-mesin dan

traktor, demikian pula untuk memanen hasil bumi yang tadinya

menggunakan tenaga manusia, diganti dengan tenaga mesin.

4. Pemberantasan hama yang dahulu banyak dilakukan secara mekanis,

diganti dengan cara penyemporotan dengan obat-obatan dan sebagainya.

Dengan adanya perubahan tersebut, pengaliran energi dan materi dalam

ekosistem pertanian dalam phase indutri sangat berbeda dengan wajah

pengaliran energi dan materi dari ekosistem pertanian pada phase sebelum

industri. Perubahan struktur dan tata lingkungan dari daerah pedesaaan

dinegara-negara maju mendatangkan pula masalah yang sifatnya lebih banyak

sosial - politik dan sosial - ekonomi, yaitu : timbulnya perebutan lahan untuk

keperluan industri, pertanian, perdagangan, pemukiman, dan rekreasi/wisata

(8).

Pengamatan ekosistem pangan dan gizi dilakukan di lingkungan industri

tepatnya di kelurahan Kedungpane kecamatan Mijen kota Semarang, dimana

jumlah penduduk menurut pekerjaan paling tinggi sebagai buruh industri

dibanding pekerjaan lain yaitu 740 orang, selain itu di lingkungan tersebut

terdapat 3 industri dengan pekerja berjumlah 340 orang. Untuk itu kami

mengambil daerah tersebut sebagai tempat observasi yang nantinya

mengkaitkan hubungan antara lingkungan industri dan pengaruhnya terhadap

sitem pangan dan gizi warga setempat (8).

3

Page 4: BAB I-BAB IV.docx

B. Rumusan Masalah

Bagaimana sistem pangan dan gizi buruh industri di kawasan industri

daerah Kelurahan Kedungpane Kelurahan Mijen Kota Semarang?

C. Tujuan

Tujuan diadakannya observasi ini antaralain :

1. Tujuan umum

Mengetahui Sistem pangan dan gizi buruh industri di kawasan industri

daerah Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengruh lingkungan industri terhadap pola konsumsi

buruh industri di kawasan industri daerah Kelurahan Kedungpane

Kecamatan Mijen Kota Semarang.

b. Mengetahui pengaruh pekerjaan buruh industri terhadap pola

konsumsi buruh industri di kawasan industri daerah Kelurahan

Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang.

D. Manfaat

1. Bertambahnya pengetahuan mahasiswa mengenai pengaruh lingkungan

industri dan profesi buruh industri dengan pola konsumsi

2. Bertambahnya referensi mengenai hubungan lingkungan industri dan

profesi buruh industri dengan pola konsumsi

3. Bertambahnya alternatif penyelesaian masalah gizi di lingkungan industry

4

Page 5: BAB I-BAB IV.docx

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Subjek

Populasi dalam PjBL (Project Based Learning) di Kelurahan

Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini adalah seluruh warga

kelurahan tersebut. Subyek dalam penelitian ini adalah warga yang berprofesi

sebagai buruh industri.

B. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober – 10 Desember

2013 dan berlokasi di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang. Adapun timeline atau runutan waktu pelaksanaan kegiatan dari

penelitian sampai penyusunan laporan adalah sebagai berikut :

No. Kegiatan

Pelaksanaan

Oktobe

rNovember Desember

3 4 1 2 3 4 1 2

1 Pengajuan Judul Proposal                

2 Melakukan obesrvasi langsung ke Lapangan                

3Mencari Data sekunder populasi buruh industri

didapat dari petugas kelurahan Kedungpane             

4

Diskusi dengan Dosen Pembimbing terkait

hasil observasi dan jumlah sampel yang akan

diambil

               

5 Membuat kuesioner                

6 Melakukan penyebaran kuesioner ke lapangan                

7 Rekap data kuesioner                

8 Konsultasi ke Dosen Pembimbing                

9 Pembuatan laporan PjBL                

10 Pengumpulan Laporan PjBL                

Tabel 1 .Jadwal Penelitian

5

Page 6: BAB I-BAB IV.docx

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif mempelajari berbagai hal dalam latar belakang alamiah, mencoba

memberi arti atau menafsirkan fenomena perihal makna-makna yang dibawa

oleh orang. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk membiarkan

pembaca mengetahui apa yang terjadi dalam penelitian yang terkait, seperti apa

menurut sudut pandang peserta (subjek penelitian dan kejadian tertentu yang

ada dalam penelitian yang terkait). Deskripsi ini ditulis dalam bentuk naratif

untuk menyajikan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang telah terjadi

dalam sebuah peristiwa. Kuesioner ini ditujukan kepada buruh industri untuk

mengetahui secara mendalam sistem pangan.

D. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Pengambilan data primer menggunakan instrumensi berupa

daftar kuesioner untuk menggali informasi dari responden dan juga obsevasi

langsung terhadap lingkungan sekitar rumah responden. Sedangkan untuk data

sekunder menggunakan data yang berasal dari Kelurahan Kedungpane,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang untuk mengetahui kondisi geografis wilayah

tersebut yang mempengaruhi pola pangan mereka sehari-hari. Data primer

maupun data sekunder tersebut dapat dijadikan alat sebagai bahan nuntuk

menganalisis ekologi pangan yang ada di wilayah Kelurahan Kedungpane

tersebut.

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses

mengartikan data – data lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan dan

sifat penelitian. Pengolahan data kualitatif menggunakan teknik non

statistik. Mengingat data – data lapangan diperoleh dalam bentuk narasi

atau kata – kata, bukan angka – angka, maka pengolahan datanya tidak

bisa dikuantifikasikan. Pengolahan data adalah proses mengartikan data

lapangan, yang berarti supaya data lapangan yang diperoleh melalui alat

6

Page 7: BAB I-BAB IV.docx

pengumpul data dapat dimaknai secara kualitatif sehingga proses

penarikan kesimpulan dapat dilaksanakan.

Langkah – langkah pengolahan data:

a. Editing

Sebelum data diolah, data perlu diedit terlebih dahulu. Data

atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam buku catatan (record

book), daftar pertanyaan ataupun pada interview guide (pedoman

wawancara) perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki, jika masih ada

yang salah. Kerja memperbaiki kualitas data serta menghilangkan

keragu – raguan data dinamakan mengedit data. Hasil dari kuesioner

harus sempurna dalam pengetikan, semua pertanyaan harus terjawab

dan terisi. Jangan ada jawaban yang kosong, jika ada jawaban yang

kurang jelas, harus diperjelas agar peneliti paham.

Dalam mengedit, juga perlu dicek pertanyaan – pertanyaan

yang tidak cocok. Jika banyak jawaban pertanyaan yang tidak sesuai,

maka daftar tersebut perlu dikumpulkan dan harus diklasifikasikan

dalam satu kelompok. Jangan sekali – kali mengganti jawaban, angka

taua pertanyaan – pertanyaan dengan maksud membuat data sesuai,

konsisten dan cocok untuk maksud tertentu.

Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat panjang

atau hanya “ya” “tidak”. Untuk memudahkan pengolahan, jawaban

perlu diberi kode. pemberian kode sangat penting artinya, jika

pengolahan data dilakukan dengan komputer. Kode dan jenis

pertanyaan atau pernyataan, pemberian kode dapat dilakukan dengan

melihat jenis pertanyaan, jawaban atau pernyataan. Kode dapat

dibedakan:

1) Jawaban berupa angka

2) Jawaban dari pertanyaan tertutup

3) Jawaban dari pertanyaan semi terbuka

4) Jawaban dari pertanyaan terbuka

5) Jawaban pertanyaan kombinasi

7

Page 8: BAB I-BAB IV.docx

Data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam buku

catatan (record book), daftar pertanyaan ataupun pada interview guide

(pedoman wawancara) yang dilakukan di sentra industry Kelurahan

Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang diklasifikasi dan

dilakukan pengkodean berdasarkan fungsi data masing-masing.

b. Tabulasi

Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data.

Membuat tabulasi tidak lain memasukkan data ke dalam tabel – tabel

dan mengatur angka – angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus

dalam berbagai kategori .

Data – data yang ditabulasikan berguna untuk mempermudah

dalam pembacaan data, misalkan pada data Demografi terkhususnya

data Jenis Kelamin Penduduk Desa Mijen. Data tersebut ditabulasi

guna mempermudah menjumlahkan dan menunjukkan jumlah

penduduk daerah tersebut.

2. Analisis data

Analisa dari data kualitatif secara khas adalah satu proses yang

interaktif dan aktif. Peneliti-peneliti kualitatif sering membaca data naratif

mereka berulang-ulang dalam mencari arti dan pemahaman-pemahaman

lebih dalam. Morse dan Field (1995) mencatat bahwa analisis kualitatif

adalah proses tentang pencocokan data bersama-sama, bagaimana

membuat yang samar menjadi nyata, menghubungkan akibat dengan

sebab. Yang merupakan suatu proses verifikasi dan dugaan, koreksi dan

modifikasi, usul dan pertahanan.

Adapun langkah analisis dapat dilakukan sebagai berikut: 

a. Data Reduction

Data reduction intinya mengurangi data yang tidak penting sehingga

data yang terpilih dapat diproses ke langkah selanjutnya. Dalam tahap

ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang

diperoleh. Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dapat

berupa simbol, statement, kejadian, dan lainnya. Oleh karena itu

8

Page 9: BAB I-BAB IV.docx

timbul masalah karena data masih mentah, jumlahnya sangat banyak

dan bersifat non‐kuantitatif (sangat deskriptif) sehingga tidak dapat

digunakan secara langsung untuk analisis. Oleh karena itu, data

perlu diorganisir kedalam format yang memungkinkan untuk

dianalisis.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa

teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan,

dan bagan.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and

verification).

Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi

dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan,

mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur

kausalitas dari fenomena, dan proposisi

9

Page 10: BAB I-BAB IV.docx

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi PjBL

Kelurahan Kedungpane adalah kelurahan yang terletak di kecamatan

Mijen Kota Semarang. Adapun batas wilayah kelurahan Kedungpane adalah :

Sebelah utara : kecamatan Ngaliyan

Sebelah selatan : kelurahan Jatibarang

Sebelah barat : kecamatan Gunungpati

Sebelah timur : kelurahan Pesantren

Kelurahan Kedungpane terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dan 33 Rukun

Tetangga (RT). Selain itu, kelurahan kedungpane dikelilingi beberapa industri

3 buah kawasan industri. Diantaranya 2 industri besar dengan pekerja 384

orang, dan industri kecil sebanyak 1 buah dengan jumlah pekerja sebanyak 46

orang.

Jumlah penduduk kelurahan Kedungpane sebanyak 5.062 orang, dimana

menurut kelompok umurnya jumlah penduduk dengan jumlah terbesar adalah

usia 40 tahun keatas, untuk penduduk menurut usia yang memiliki jumlah

terbesar kedua adalah penduduk dengan usia 56 tahun keatas yaitu sebanyak

1.716 orang. Penduduk dengan usia 25- 55 tahun yaitu 1.621 orang.

Sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan jumlah penduduk yang bekerja

sebagai petani sebanyak 950 orang, sebagai buruh industri sebanyak 714 orang,

sedangkan pekerjaan yang lain sebagai buruh bangunan sebanyak 506 orang.

Pekerjaan lain dari penduduk kelurahan Kedungpane adalah sebagai buruh

perkebunan, pedagang, pengangkutan, pegawai negeri sipil, ABRI, pensiunan

ABRI/PNS.

Sarana perekonomian terdiri dari koperasi simpan pinjam, koperasi unit

desa (KUD), BKK, BPKD, pasar selapan (pasar umum, ikan, atau hewan),

pasar bangunan permanen/ semi permanen, pasar semi bangunan semi

permanen, toko /kios/warung, bank, lumbung desa, bandara,

pelabuhan/dermaga, stasiun kereta api, terminal bus, terminal angkot/taxi,

10

Page 11: BAB I-BAB IV.docx

telepon umum. Dari sekian sarana perekonomian, sarana perekonomian yang

dimiliki kelurahan kedungpane kecamatan Mijen adalah 24 buah

toko/kios/warung.

B. Hasil dan Pembahasan Sistem Pangan dan Gizi Buruh Industri

1. Faktor yang mempengaruhi sistem pangan dan gizi buruh industri

Gambar 1. Mindmap faktor yang mempengaruhi sistem pangan dan gizi buruh

industri

2. Pembuatan Instrumen

Setelah memperoleh data sekunder di Kelurahan Kedungpane,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang untuk memastikan kondisi yang

sebenarnya terjadi di masyarakat, maka dilakukan pengambilan data

primer menggunakan teknik wawancara dengan panduan kuesioner

sebagai instrumen. Instrumen dibuat berdasarkan faktor yang

mempengaruhi sistem pangan dan gizi antara lain, faktor pekerjaan, faktor

perilaku, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan, dan faktor

penyakit. Berdasarkan hasil diskusi, maka dijabarkan dari beberapa faktor

di antaranya, faktor pekerjaan, meliputi lama kerja, jam kerja, jarak tempat

kerja, jam istirahat, pemberian makan / uang makan oleh perusahaan, dan

pemberian suplementasi / makanan tambahan dari perusahaan. Faktor

lingkungan, meliputi ketersediaan bahan pangan, cara mendapat makanan,

11

Page 12: BAB I-BAB IV.docx

akses untuk mendapatkan makanan, pengaruh keberadaan industri

terhadap kuantitas / kualitas bahan pangan dan terhadap kesehatan. Faktor

perilaku, meliputi frekuensi makan sehari, menu yang dikonsumsi, cara

mengolah bahan makanan. Faktor pelayanan kesehatan, meliputi adanya

sosialisasi kesehatan dari pelayanan kesehatan maupun instansi kesehatan

dan apa pengaruhnya. Dan faktor penyakit, meliputi penyakit yang diderita

akibat pola konsumsi. Dari setiap penjabaran penyebab masalah dibuat

berbagai pertanyaan yang mendukung faktor-faktor yang mempengaruhi

sistem pangan dan gizi buruh industri sebagai panduan dalam wawancara

menggunakan kuesioner terbuka.

3. Mengambil data Primer

Pengambilan data primer dilakukan selama dua hari yaitu pada hari

jumat dan minggu yang tepatnya tanggal 29 November dan 1 Desember

2013. Dalam pembagian tugas, langkah pertama yang dilakukan adalah

mencari data primer ke buruh industri yang ada di RW I dan RW II

Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Dalam

pengambilan data primer dilakukan dengan wawancara langsung kepada 9

informan yang memenuhi kriteria.

Pada saat terjun ke masyarakat, ketua RT, ketua RW, dan

masyarakat sekitar setempat sangat membantu untuk mencari rumah-

rumah informan. Hal-hal tersebut yang memudahkan untuk menemukan

tiap-tiap rumah informan. Meski begitu, masih saja mengalami kesulitan

untuk menemui informan dikarenakan belum begitu mengetahui wilayah

Kelurahan Kedungpane sehingga menyulitkan untuk menemukan alamat

yang dituju. Selain itu informan sedang tidak ada di rumah atau pergi

bekerja. Ada juga informan yang berada di rumah namun sulit untuk

diwawancarai dikarenakan informan memiliki persepsi yang berbeda

dengan apa yang ditanyakan.

12

Page 13: BAB I-BAB IV.docx

13

Page 14: BAB I-BAB IV.docx

4. Analisis data primer

Pertanyaan Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5

1. Data demografi

a. Nama

b. Umur

c. BB

d. TB

e. Pekerjaan

f. Tempat kerja

g. Penghasilan

h. Kebutuhan

konsumsi/bulan

i. Kebutuhan

lain/bulan

j. Jumlah anak

k. Jumlah anak yang

sekolah

a. Vita Khotimah

b. 50 tahun

c. 53 kg

d. 147 cm

e. Buruh konveksi

f. Konveksi Gedung

Pani, Wates

g. Rp 1,2 juta

h. Rp 600.000

i. Rp 400.000

j. 3 orang

k. 2 orang

a. Kamirah

b. 41 tahun

c. 57 kg

d. 150 cm

e. Buruh pabrik

f. Kawasan Candi

g. Rp 800.000

h. Rp 600.000

i. Rp 200.000

j. 3 orang

k. 2 orang

a. Fajar utami

b. 27 tahun

c. 72 kg

d. 160 cm

e. Buruh pabrik sambon

f. PT.Sambon,

Kawasan Industri

Krapyak

g. Rp 1,4 juta

h. Rp 500.000

i. Rp 200.000

j. –

k. –

a. Tuti

b. 34 tahun

c. 64 kg

d. 155 cm

e. Buruh mebel

f. Galunggung,

Gedung Pani

g. Rp 2 juta

h. Rp 600.000

i. Rp 300.000

j. 1 orang

k. 1 orang

a. Nuryati

b. 37 tahun

c. 76 kg

d. 159 cm

e. Karyawati

f. PT. Garmen

Candi

g. Rp 1,5 juta

h. Rp 300.000

i. –

j. 1 orang

k. 1 orang

14

Page 15: BAB I-BAB IV.docx

2. Pekerjaan

a. Lama waktu kerja

b. Masa kerja

c. Jarak ke tempat

kerja

d. Jam istirahat

e. Kegiatan istirahat

f. Makanan dari

tempat kerja

g. Uang makan

h. Makanan tambahan

a. 7 jam/hari

b. 15 tahun

c. 6 km

d. 1 jam

e. Makan, sholat,

istirahat

f. Tidak disediakan

g. Tidak ada

h. Tidak ada

a. 9 jam/hari

b. 6 tahun

c. 15 km

d. 1 jam

e. Makan,

sholat,istirahat

f. Ada, variasi

makanan

g. Rp 5.000/hari

h. Tidak ada

a. 7 jam/hari

b. 4 tahun

c. 17 km

d. 45 menit

e. Makan,

istirahat,sholat

f. Waktu lembur saja

g. Sudah masuk gaji

h. Tidak ada, tapi ada

klinik

a. 8 jam/hari

b. 3 bulan

c. 3 km

d. 45 menit

e. Makan, sholat,

istirahat

f. Ada, menunya

variasi

g. Rp 3.000/lembur

h. Susu+kacang hijau

a. 8 jam/hari

b. 5 tahun

c. 15 km

d. 1 jam

e. Istirahat, sholat,

makan

f. Tidak

g. Ada uang makan

100.000/bulan

h. Tidak ada

3. Lingkungan

a. Akses bahan

pangan

a. Tukang sayur

keliling

a. Tukang sayur

keliling

a. Tukang sayur

keliling

\

a. Warung dekat

rumah

a. Warung dekat

rumah

15

Page 16: BAB I-BAB IV.docx

b. Pengaruh

keberadaan industri

c. Dampak industri

b. Tidak berpengaruh

c. Tidak ada

b. Tidak

berpengaruh

c. Tidak ada

b. Tidak berpengaruh

c. Tidak ada

b. Tidak berpengaruh

c. Tidak ada

dampaknya

b. Pengaruhnya

baik, karena dapat

meningkatkan

pendapatan

c. Tidak ada

4. Perilaku

a. Frekuensi makan

b. Menu makan

c. Konsumsi

makanan instan

d. Cara mengolah

makanan

e. Makanan

mentah/setengah

matang

a. 3x sehari

b. Sayur, tahu, tempe

c. Jarang

d. Seringnya di sayur

bening

e. Suka yang matang,

kecuali lalapan

a. 2x sehari

b. Sayur, tahu,

tempe

c. Jarang

d. Sayur bening

e. Suka yang

matang, dan suka

lalapan

a. 3x sehari

b. Sayur, tahu, tempe

c. Sering kalau malam

d. Disayur bening dan

oseng-oseng

e. Lalapan

a. 3x sehari

b. Nasi, sayur, ikan,

tahu, tempe

c. Jarang

d. Harus matang

e. Tidak suka yang

mentah

a. 3x sehari

b. Sayur, lauk pauk

c. Jarang

d. Bervariasi, di

oseng, di sayur

bening, goreng

e. Tidak suka

16

Page 17: BAB I-BAB IV.docx

5. Pelayanan kesehatan

a. Sosialisasi gizi

b. Pengaruh

sosialisasi

a. Mungkin ada tapi

karena jarang di

rumah

b. Mungkin

berpengaruh jika

ada, karena tidak

tahu

a. Mungkin ada,tapi

tidak ikut

b. Tidah tahu

a. Tidak tahu

b. Tidak tahu

a. Pernah

b. Ada

a. Tidak ada

b. Tidak ada

6. Penyakit

a. Penyakit karena

pola konsumsi

yang tdak benar

a. Belum pernah a. Tidak pernah a. Pusing, biasanya

istirahat dan minum

air putih

a. Pernah sakit tipes,

rawat jalan

a. Pusing, istirahat

cukup

Tabel 2. Matriks hasil kuisioner

17

Page 18: BAB I-BAB IV.docx

5. Analisis dan hasil penelitian kualitatif

a. Karakteristik Responden

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah warga Desa Kedungpane

Kecamatan Mijen Kabupaten Semarang yang telah bersedia berpartisipasi sebagai

subyek penelitian dengan pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling.

Jumlah subyek penelitian ini sebanyak 9 orang yang bekerja seebagai buruh

pabrik. Berikut adalah karakteristik dari umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi

badan, pekerjaan subyek penelitian, penghasilan dan pengeluaran tiap bulan serta

jumlah anak yang dapat di gambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Karakteristik Demografi subyek penelitian pekerja buruh pabrik berdasarkan umur,

jenis kelamin, pekerjaan, dan penghasilan Warga Desa Kedungpane Kecamatan Mijen

Kabupaten Semarang.

No Karakteristik Jumlah

(orang

)

Persentase (%)

1. Umur

24

25

27

30

34

37

38

41

50

1

1

1

1

1

1

1

1

1

11,11 %

11,11 %

11,11 %

11,11 %

11,11 %

11,11 %

11,11 %

11,11 %

11,11 %

2. Jenis

Kelamin

Perempuan

Laki-laki

8

1

88,89%

11,11%

3. Pekerjaan

Buruh

konveksi

9 100%

18

Page 19: BAB I-BAB IV.docx

4. Penghasilan

(UMR=1,2

juta)

≥ UMR 6 66,67%

¿ UMR 3 33,33%

Indicator Jumlah

(orang)

Persentase

(100%)

Kurus ( < 18,5) 1 11,11%

Normal (18,5-

24,9)

4 44,44%

Gemuk (25,0-

29,9)

3 33,33%

Obesitas

(>30,0)

1 11,11%

Usia subyek penelitian berkisar antara 24 hingga 50 tahun. Subyek

penelitian berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Pekerjaan subyek penelitian

sebagai buruh pabrik di tempat yang berbeda. Subyek penelitian sebagian besar

bekerja di pabrik kawasan industri candi.

Sementara penghasilan mereka sebagian besar sudah di atas UMR. UMR

kota Semarang yaitu sebesar Rp 1.209.100. Sebanyak 6 responden

penghasilannya sudah di atas UMR dan 3 orang lainnya masih di bawah UMR.

Pengeluaran responden setiap bulan untuk kebtuhan konsumsi sehari-hari, 5

responden mengeluarkan uang diatas Rp 500.000,00 untuk kebutuhan konsumsi

keluarganya, 3 responden mengeluarkan uang di bawah Rp 500.000,00,

sedangkan 1 responden tidak mengetahui berapa kebutuhan konsumsi

keluarganya karena responden belum berkeluarga dan masih tnggal bersama

orang tua.

Di samping untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, responden juga

mengeluarkan kebutuhan lain untuk biaya sekolah anaknya, karena sebagian

besar responden yaitu sejumlah 6 responden sudah mempunyai anak, sedangkan 3

responden lainnya belum memiliki anak.

19

Page 20: BAB I-BAB IV.docx

Hasil perhitungan IMT menunjukkan, dari 9 responden, 4 responden diantaranya

normal, 3 responden gemuk, 1 responden kurus, dan 1 responden obesitas.

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang bekerja

sebagai buruh pabrik, tingkat ekonominya masih menengah ke bawah.

b. Pekerjaan

Lama waktu kerja rata-rata sudah sesuai dengan standar jam kerja, yakni

delapan jam.hanya ada dua orang yang melebihi standar jam kerja. Untuk jarak

tempuh ke tempat kerja sebanyak tujuh orang responden memiliki jarak tempuh

diatas 5km, sisanya memiliki jarak tempuh dibawah 5km.

Semua responden menyatakan bahwa tempat kerja memberika waktu

istirahat yang digunakan untuk kegiatan ishoma.

Sebanyak empat orang responden tidak mendapatkan jatah makan siang

dari tempat kerja, sedangkan satu orang responden mendapatkan jatah makan

hanya saat lembur kerja.

Rata – rata responden mendapatkan tambahan uang makan dari tempat

kerja meskipun kurang dari sepuluh ribu rupiah perharinya. Terkait makanan

tambahan rata-rata responden tidak mendapatkan makanan tambahan dari tempat

kerja, hanya tiga orang yang mendapatkan makanan tambahan yang bernilai gizi.

c. Lingkungan

Semua responden (9 orang) mendapatkan bahan pangan dengan cara

membeli. Sebanyak 6 responden (66,67%) membeli bahan pangan di tukang

sayur keliling dan 3 responden (33,33) membeli bahan pangan di warung dekat

rumah.

Ketersediaan bahan pangan di sekitar tempat tinggal responden tergantung

pada tukang sayur keliling dan warung di dekat rumah mereka. Ketika tukang

sayur keliling berjualan, maka ketersediaan pangan untuk mereka cukup banyak.

Akan tetapi jika tukang sayur keliling tidak berjualan, maka mereka akan mulai

kesulitan dalam mendapatkan bahan pangan. Untuk itu ada alternatif lain yaitu

mereka dapat membeli bahan pangan di warung dekat rumah. Tetapi jika warung

dekat rumah juga tidak berjualan, maka ketersediaan bahan pangan untuk mereka

tidak ada (kurang).

Akses responden untuk mendapatkan bahan pangan tidak susah,

dikarenakan mereka mendapatkan bahan pangan dengan cara membeli di tukang

sayur keliling dan warung dekat rumah. Mereka cukup menunggu saja di rumah,

20

Page 21: BAB I-BAB IV.docx

kemudian tukang sayur keliling akan menghampiri mereka dirumah. Atau mereka

dapat pergi ke tempat biasanya tukang sayur keliling berjualan. Selain dari tukang

sayur keliling, beberapa responden juga membeli bahan pangan di warung dekat

rumah dikarenakan aksesnya yang mudah.

Sebanyak 6 responden (66,67%) mengakui bahwa keberadaan industry di

sekitar tempat tinggal responden, tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas

bahan pangan. Sebanyak 2 responden (22,22%) mengakui bahwa keberadaan

industry di sekitar tempat tinggal responden mempengaruhi pendapatan mereka

yaitu pendapatan mereka menjadi meningkat. Dan 1 responden (11,11%)

mengakui bahwa keberadaan industry di sekitar tempat tinggal responden,

mempengaruhi sumber air mereka.

Sebanyak 8 responden (88,89%) mengakui bahwa keberadaan industry di sekitar

tempat tinggal responden, tidak memberikan dampak terhadap kesehatan respon.

Ada 1 responden (11,11%) yang mengakui bahwa keberadaan industry di sekitar

tempat tinggal mereka, memberikan dampak terhadap lingkungan disekitar

mereka, dikarenakan industry menyebabkan polusi udara yang nantinya akan

memberikan dampak terhadap kesehatan mereka.

Lingkungan dalam hal ini lingkungan industri, tidak begitu berpengaruh

terhadap akses terhadap bahan pangan, kuantiitas dankualitas bahanpangan, serta

tidak memberkan dampak kesehatan kepada reseponden yang diteliti. Namun,

pernyataan responden tersebut belum bias disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

lingkungan industri terhadap pangan dan gizi pada lingkungan tersebut.

Pengaruh tersebut tidak begitu signifikan dirasakan oleh responden yang

dilakukan penelitian, namun pengaruh tetap ada.

Kesimpulan mengenai adanya pengaruh tersebut, didasari bahwa pengaruh

yang ditimbulkan oleh sebuah lingkungan industri kebanyakan memiliki sifat

kronik atau menahun. Bukan kejadian yang sifatnya akut, sehingga tidak bias

dirasakan dalam waktu yang singkat. Kejadian kronik maupun akut ini berkaitan

dengan kejadian penyakit yang ditimbulkan. Sedangkan mengenai akses, kualitas

serta kuantitas memiliki pengaruh yang juga belum menunjukkan dampaknya

secara global. Sekali lagi, hal ini dikarenakan keterbatasan penelitian yang belum

bias melakukan tes langsung terhadap kualitas bahan pangan serta belum bias

mengamati langsung alur bahan pangan yang ada di Kelurahan Kedungpane.

21

Page 22: BAB I-BAB IV.docx

d. Perilaku

Pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor diantaranya

mempengaruhi ekosistem pangan dan gizi buruh yang terpenting adalah

Ketersediaan pangan, jenis, jumlah pangan dalam pola makanan serta Pola sosial

budaya, dimana pola kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam memilih

pangan. Hal ini juga mempengaruhi jenis pangan apa yang harus diproduksi,

bagaimana cara pengolahanya, penyalurannya, penyiapannya, dan penyajiannya

(10).

Jumlah dari variasi makanan dan zat gizi yang diperoleh setiap orang yang

berbeda menurut kelompok umur akan bergantung pada banyak hal, antara lain

kondisi lingkungan seperti iklim, tipe tanah, pengelolaan pertanian, cara

penyimpanan pangan, transportasi dan penjualan faktor ekonomi (pendapatan dan

harga), faktor sosio budaya dan religi. timbulnya limbah bahan makanan untuk

kepentingan kelestarian alam. Peningkatan permintaan komoditas pangan karena

konversi terhadap biofuel, dan aksi para investor (spekulan) global karena kondisi

pasar keuangan yang tidak menentu (11).

Faktor musim, cuaca, juga sangat mendukung lemahnya suatu ekosistem

pangan didaerah, ditambah lagi dengan adanya pabrik industri yang memiliki

berbagai dampak buruk bagi lingkungan sekitarnya. serta ketidakpastian lainnya,

maupun karena faktor perubahan teknologi yang tidak sebagus pada dekade 1970

dan 1980an. Sistem produksi pangan yang demikian, baik di sektor hulu maupun

di sektor hilir, ditambah sistem distribusi yang tidak memberikan balas jasa yang

fair di antara pelaku ekonomi dan stakeholders, masih mempengaruhi

produktivitas dan penyediaan pangan di dalam negeri. Pada waktu tertentu ketika

cadangan pangan nasional tidak mencukupi menggunakan pagan yang diimport

(11).

1) Frekuensi makan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden diperoleh

hasil frekuensi makan dari delapan responden sebanyak tiga kali dalam sehari

(3x) dan terdapat satu responden dengan frekuensi makan dua kali dalam

sehari (2x). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku pekerja pabrik

terhadap frekuensi makan sudah baik.

22

Page 23: BAB I-BAB IV.docx

2) Menu makan

Dilihat dari segi menu makanan yang biasa dikonsumsi, mayoritas

responden memenuhi kebutuhan karbohidratnya dengan nasi. Protein yang

paling banyak dikonsumsi berasal dari nabati, seperti sayuran, tahu, dan

tempe. Responden jarang mengkonsumsi protein hewani. Namun, ada pula

responden yang menu makanannya bervariasi setiap hari. Satu orang

responden sering mengkonsumsi buah-buahan.

3) Konsumsi makanan instan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden diperoleh

hasil terdapat satu responden tidak mengkonsumsi makanan instan, tujuh

responden jarang mengkonsumsi makanan instan, dan satu responden

mengkonsumsi makanan instan jika merasa lapar pada malam hari.

4) Cara mengolah makanan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden diperoleh

hasil cara mengolah makanan cukup bervariasi yaitu digoreng, disayur

bening, dan dioseng-oseng. Terdapat satu responden mengolah sayuran

terlalu matang, padahal hal tersebut akan mengurangi kandungan gizi dari

makanan yang dimasaknya.

5) Tingkat kematangan makanan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden diperoleh

hasil yaitu semua responden tidak menyukai makanan mentah maupun

setengah matang, kecuali lalapan. Hal ini menunjukkan perilaku pekerja

pabrik dalam mengolah dan mengkonsumsi makanan yang tidak mentah atau

setengah matang sudah baik.

e. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah sosialisasi mengenai gizi dan

pengaruh dari sosialisasi gizi. Berdasarkan hasil wawancara dengan para buruh

industri di Kielurahan kedungpane kecamatan Mijen, didapatkan bahwa tidak

semua buruh industri yang mendapatkan sosialisasi mengenai gizi. Dari 9

responden yang diwanwancarai hanya 3 responden yang mengetahui mengenai

sosialisasi tentang gizi. Sedangkan 2 yang lain menjawab dengan ragu-ragu. Dua

orang responden menjawab tidak ada dan 2 lainnya menjawab tidak tahu.

Responden yang menjawab pernah ada sosialisasi mengenai gizi

mengungkapkan ada pengaruh terhadap pengetahuan gizi. Dan pengaruh tersebut

23

Page 24: BAB I-BAB IV.docx

berdampak baik bagi dirinya. Dari data yang disebutkan menunjukkan pelayanan

kesehatan yang terkait dengan sosialisasi gizi, belum dirasakan semua buruh

industri yang menjadi responden. Hal ini menunjukkan perlu adanya sebuah

evaluasi mengenai program sosialisasi gizi yang telah dilaksanakan. Baik itu dari

segi publikasi, waktu, maupun akses dari semua warga yang ada di kelurahan

kedungpane kecamatan mijen, khususnya pra buruh pabrik.

f. Penyakit

Pada wawancara yang dilakukan mahasiswa terhadap setiap responden

buruh industri di desa mijen secara kualitatif terdapat 5dari 9 responden yang

pernah menderita sakit ringan akibat makanan yang dikonsumsi tidak benar yaitu

2 orang menderita pusing, 1 orang tekena diare, 1 sakit maag, dan 1 terkena

demam thipoid.

Dari data primer yang diperoleh dapat diketahui penyebab penyakit

tersebut ialah kelengkapan gizi yang dikandung makanan dan kemudian

dikonsumsi parah buruh. Dimana terdapat ketidakseimbangan asupan gizi yang

diterima dengan energi aktivitas yang harus dikeluarkan, apalagi dengan adanya

shift kerja dengan rata-rata lama bekerja kurang lebih 8 jam/hari. Disini kita

ketahui ketika para buruh bekerja selama kurang lebih 8jam/hari, namun dari

sebagian besar buruh cukup sering mengkonsumsi makanan apa adanya misal,

tempe, tahu, sayur oseng, ikan. Hal tersebut diduga karena sebagian besar contoh

masih hanya memperhatikan kuantitas pangan yang dikonsumsi.

24

Page 25: BAB I-BAB IV.docx

Faktor yang mempengaruhi :

- Pendapatan

- Pekerjaan

- Perilaku

- Lingkungan

- Penyakit penyerta

- Perindustrian

C. Sistem pangan dan gizi buruh industri di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang

Gambar 2. Skema sistem pangan dan gizi buruh industri di Kelurahan Kedungpane

Kercamatan Mijen Kota Semarang

25

Input (membeli dan mendapatkan

bahan pangan)

Proses

(Mengolah bahan pangan sehingga layak dikonsumsi)

KonsumsiStatus Gizi

Page 26: BAB I-BAB IV.docx

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil pelaksanaan PjBL di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sistem pangan dan gizi buruh industri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah faktor internal individu (umur, jenis kelamin, pendapatan) , pekerjaan,

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan penyakit penyerta.

2. Dari hasil wawancara dengan 9 responden, usia mereka berkisar antar 20-50 tahun,

dan hampir 90% adalah buruh wanita di industri garmen, dan dilihat dari penghasilan

dan kebutuhan, tingkat ekonomi mereka bisa dikategorikan tingkat menengah

kebawah.

3. Dilihat dari pekerjaan, waktu kerja sudah sesuai, rata-rata tempat kerja mereka sudah

memberikan waktu istirahat serta memberikan uang makan, sedikit yang memberikan

makanan tambahan, dan hanya 3 responden yang mendapatkan sosialisasi gizi dari

tempat kerja mereka.

4. Responden menyatakan mereka sudah makan teratur dengan konsumsi nasi, sayur, dan

lauk yang bervariasi meskipun sedikit dari mereka yang mengkonsumsi buah, sedikit

dari mereka menyukai makanan instan. Mereka mengaku mudah dalam mengakses

bahan pangan dan mengolahnya secara bervariasi hingga matang.

5. Menurut responden keberadaan industri memiliki pengaruh yang berbeda, ada yang

mengatakan membantu dalam hal ekonomi, tetapi juga ada yang mengatakan

berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan karena polusi yang ditimbulkan.

6. Ada beberapa dari mereka yang mengaku mengalami keluhan seperti pusing, sakit

maag, diare, demam thipoid selama menjadi buruh industri.

26

Page 27: BAB I-BAB IV.docx

B. Saran

Dari hasil PjBL ada beberapa saran yang ingin diberikan :

1. Bagi buruh industri di Kelurahan Kedungpane

a. Sebaiknya tetap makan secara teratur, memperhatikan makanan yang dikonsumsi

dengan gizi seimbang dan lebih bervariasi dan diusahakan untuk mengkonsumsi

buah buahan.

b. Buruh industri lebih memperhatikan waktu istirahat, karena sangat berpengaruh

terhadap kesehatan tubuh.

2. Bagi pelayanan kesehatan dan perusahaan

a. Mengadakan sosialisasi kesehatan khususnya tentang gizi secara periodik

b. Membuat program pemberian makanan tambahan kepada para pekerja meskipun

tidak tiap hari.

3. Bagi mahasiswa FKM

a. Mahasiswa lebih berperan aktif ketika berada di lapangan dan proses penyusunan

laporan PjBL.

b. Mahasiswa lebih berfikir secara luas guna mendapatkan wawasan terkait sistem

pangan dan gizi khususnya pada buruh industri di kelurahan Kedungpane,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang

27

Page 28: BAB I-BAB IV.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Soemarwoto,Otto,1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada

University Press.Yogyakarta

2. Leitzmann C. 2003. Nutrition ecology: the contribution of vegetarian diets. Am J Clin

Nutr 78 (suppl):657S-59S. 2 Pimentel D, Pimentel M.

3. Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

4. Kartasapoetra G, Marsetyo H. 2005. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan dan

Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

5. Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka

Citra: Jakarta.Soemarwoto, O. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Cetakan Ketujuh (Edisi Revisi). Penerbit Djambatan. Jakarta

6. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Ditjen DIKTI, Depdiknas

7. Baharudin, Erwan. Kearifan Lokal, Pengetahuan Lokal dan Degradasi

Lingkungan. Pascasarjana Antropologi Universitas Indonesia. Jakarta.

http://www.esaunggul.ac.id/epaper/kearifan-lokal-pengetahuan-lokal-dan-degradasi-

lingkungan/ (diakses 3 Januari 2014).

8. Forman, R.T.T ang M. Gordon. 1986. Landscape ecologi. John Wiley & Sons.Inc.

9. Mudjianto, TT, dkk. Pola Konsumsi Makanan Masyarakat Berpenghasilan Rendahdi

Wilayah Pengembangan Industri.Dalam Jurnal Penelitian Gizi dan

Makanan.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/2280, diakses

pada tanggal 3 Januari 2014

10. Riyadi H. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian Bogor. Bogor : IPB

Press.

11. Hardinsyah dan Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Diktat

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor

12. www.kamuskesehatan.com (diakses pada tanggal 3 Januari 2014)

13. Dirdjojuwono, Roestanto Wahidi. 2004. Kawasan Industri Indonesia:   Sebuah Konsep

Perencanaan dan Aplikasinya . Jakarta: Pustaka Wirausaha Muda.

28

Page 29: BAB I-BAB IV.docx

LAMPIRAN

A. Kuisioner (Pedoman Pertanyaan)

Kuisioner Sistem Pangan dan Gizi Buruh Industri Di Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang Masyarakat di Kawasan Industri

Nama :

Umur :

Pekerjaan : Tempat Kerja :

Penghasilan : / bulan Pengeluaran untuk Konsumsi :

Pengeluaran untuk kebutuhan lain :

Jumlah Anak : Jumlah Anak yang Sekolah :

I Pekerjaan

1. Berapa jam kerja di tempat kerja Bapak/Ibu/Sdr ?Jawab :

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Sdr bekerja ditempat tersebut ?Jawab :

3. Berapa jarak tempat kerja Bapak/Ibu/Sdr dengan rumah ?Jawab :

4. Berapa lama jam istirahat yang diberikan oleh tempat kerja Bapak/Ibu/sdr ?Jawab :

5. Pada saat jam istirahat apa yang Bapak/Ibu/Sdr lakukan ?Jawab :

6. Apakah tempat kerja Bapak/Ibu/Sdr memberikan makanan untuk pekerjaannya pada saat jam istirahat ?Jawab :

7. Apakah tempat kerja Bapak/Ibu/Sdr memberikan uang makanan untuk pekerjaannya ?Jawab :

8. Apakah ditempat kerja Bapak/Ibu/Sdr ada suplementasi (pemberian vitamin, tambahan makanan yang bergizi) untuk pekerjanya ?Jawab :

II Lingkungan1. Bagaimana cara Bapak/Ibu/Sdr mendapatkan bahan pangan ?

Jawab :2. Bagaimana ketersediaan bahan pangan ditempat tinggal Bapak/Ibu/Sdr ?

Jawab :3. Bagaimana akses untuk mendapatkan bahan pangan tersebut ?

29

Page 30: BAB I-BAB IV.docx

Jawab :4. Apakah keberadaan industri disekitar tempat tinggal Bapak/Ibu/Sdr

mempengaruhi kualitas & kuantitas bahan pangan ?Jawab :

5. Apakah keberadaan industri disekitar tempat tinggal Bapak/Ibu/Sdr memberikan dampak negatif terhadap kesehatan seperti penyakit tertentu ?Jawab :

III Perilaku1. Berapa kali Bapak/Ibu/Sdr makan dalam sehari ?

Jawab :2. Apakah menu yang sering Bapak/Ibu/Sdr makan ?

Jawab :3. Apakah Bapak/Ibu/Sdr suka makan, makanan yang instan ?

Jawab :4. Bagaimana cara Bapak/Ibu/sdr mengolah bahan pangan ?

Jawab :5. Apakah Bapak/Ibu/Sdr suka makan makanan yang mentah/ setengah matang ?

Jawab :IV Pelayanan Kesehatan

1. Pernahkah ada sosialisasi dari puskesmas/ petugas kesehatan mengenai gizi ?Jawab :Jika Pernah, kapan sosialisasi tersebut dilakukan ? dimana tempat sosialisasinya ? siapa yang mengadakan ? Berapa banyak masyarakat yang ikut ?

2. Apakah ada pengaruh sosialisasi mengenai gizi tersebut terhadap perilaku gizi/ pola makan Bapak/Ibu/Sdr ?Jawab :

V Penyakit1. Apakah Bapak/Ibu/Sdr pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh pola

konsumsi yang tidak benar ?Jawab :Jika Pernah, apa penyakitnya ? apakah sekarang sudah sembuh ? bagaimana cara mengatasinya/ menyembuhkan penyakit tersebut ? Berapa lama menderita penyakit tersebut ?

30

Page 31: BAB I-BAB IV.docx

31

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PjBL KELOMPOK 6

Page 32: BAB I-BAB IV.docx

32

Page 33: BAB I-BAB IV.docx

33

Page 34: BAB I-BAB IV.docx

34