Upload
spcftevio
View
158
Download
5
Embed Size (px)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Tempat yang digunakan penulis sebagai obyek penelitian selama
melaksanakan praktek laut yaitu diatas kapal MT Gas Indonesia. MT Gas
Indonesia merupakan milik GBLT Ship Management Pte.Ltd dibangun pada
Oktober 1990 oleh Fukuoka Shipbuilding Co., Ltd. Japan. Dibawah ini
merupakan data ship particular MT Gas Indonesia:
Name Of Ship MT Gas Indonesia
Call Sign YEMD
Port Of Registry Jakarta
IMO Number 8919908
Official No. 1991 Ba No. 9096/L
Clasification NK/BKI
Type Of Vessel LPG Carrier
LOA 96.80 M
LBP 89.50 M
Breath 16.00 M
Depht Moulded 7.20 M
Height 32.60 M
Gross Tonnage 3,392 MT
35
36
Net Tonnage 1,018 MT
Navigation Area Ocean Going, Unrestricted
Tank Capacity Cargo Tank No. 1 = 1,760.037 M3
Cargo Tank No. 2 = 1,758.284 M3
MFO Tank = 409.240 M3
MDO Tank = 87.370 M3
FW Tank = 255.060 M3
Main Diesel Engine HANSIN 6 EL 38, 4 Tak kerja
tunggal
Maximum Pressure 17.6 KG/CM2 (Liquid Pressure)
Minimum Temperature 0o C
Sumber data: Ship Particular MT. GAS INDONESIA
B. Analisis Penelitian
1. Hambatan-hambatan yang sering terjadi pada saat melaksanakan
bongkar muat LPG-Type C di kapal MT. Gas Indonesia.
a. Penyebab naiknya tekanan pada tangki yang drastis pada saat pemuatan.
Dalam setiap penanganan muatan memang sering terjadi keadaan
darurat yang tanpa kita sadari atau disengaja, maka hasil wawancara penulis
dengan Nahkoda sebagai berikut:
“Masalah yang sering terjadi saat bongkar muat dipelabuhan terutama
ini sering tejadi saat pemuatan, yaitu naiknya tekanan tangki secara drastis
saat pemuatan. Ini terjadi dikarenakan proses pemuatan yang terlalu cepat
dan faktor cuaca disekitar yang panas”
37
serta wawancara penulis dengan Mualim I sebagai berikut:
“Masalah yang sering terjadi saat bongkar muat dipelabuhan terutama
ini sering tejadi saat pemuatan, yaitu naiknya tekanan tangki secara drastis
saat pemuatan. Ini terjadi dikarenakan proses pemuatan yang terlalu cepat
dan faktor cuaca disekitar yang panas“
Penelitian selama penulis alami yang sering terjadi saat kegiatan
bongkar muat adalah naiknya tekanan tangki yang drastis pada saat
pemuatan, sistem pemuatan yang cepat dan keadaan suhu yang panas
menyebabkan naiknya tekanan tangki, menurut hukum Boyle II tekanan
berbanding lurus terhadap suhu, karena muatan LPG adalah muatan cair
yang mudah sekali menguap maka suhu muatan ini harus dingin agar dapat
menjadi cairan.
Kenaikan suhu tersebut terjadi karena saat memuat, suhu disekitar
sudah terasa panas sekitar 35o C dan muatan itu sendiri dari darat dimuat
sudah bertekanan tinggi maka muatan itu yang semula muatan cairan kini
menjadi banyak menjadi uap yang disebabkan suhu sekitar yang panas dan
bertekanan tinggi. Bila kondisi tangki terus menerus seperti diatas maka
akan berbahaya untuk kapal dan awak kapal karena bagaimana pun
kekuatan tangki kapal tersebut ada batasanya, walaupun diatas kapal
terdapat safety relief valve apabila sampai terbuka maka alarm muatan akan
berbunyi dan yang terjadi semua keran akan menutup dan operasi muat
bongkar pun akan berhenti, maka tekanan didalam sambungan pipa akan
bertambah dan bisa menyebabkan ledakan dalam sambungan pipa.
38
b. Kurangnya pemahaman tentang muatan LPG saat muat bongkar muat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dikapal MT Gas Indonesia, hambatan-
hambatan yang sering terjadi pada saat melaksanakan bongkar muat adalah
dari faktor SDM yaitu kurangnnya pemahaman tentang muatan. Seperti
hasil wawancara penulis dengan Nahkoda sebagai berikut:
“…pernah terjadi kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh muatan
LPG diatas kapal seperti yang dialami oleh juru mudi ketika sedang
memasang manifold, juru mudi tersebut melaporkan bahwa kepalanya
pusing sewaktu memasang manifold, karena dia tidak menggunakan masker
dan juga tidak mengerti muatan LPG ketika muatan bocor dari manifold
secara langsung bisa menghirup uap muatan (vapour) tersebut”
dan wawancara dengan Mualim I sebagai berikut:
“Yang terjadi selama ini karena kurangnya pemahaman awak kapal
terhadap muatan sewaktu dipelabuhan yaitu keracunan gas LPG, kebocoran
pipa sambungan pada manifold, pompa cargo mati secara tiba-tiba, ESD
(Emergency Shut Down) mati secara tiba-tiba”
Hal ini terjadi dikarenakan dari perusahaan banyak mengirimkan awak
kapal yang baru saja diterima di perusahaan dan sign on dikapal MT Gas
Indonesia yang tidak mempunyai pengalaman bekerja dikapal gas
sebelumnya, juga kurangnya familiarisasi tentang kapal gas diperusahaan,
kebanyakan para pembimbing diperusahaan hanya berpengalaman dari
tanker minyak dan chemical, sehingga para pembimbing perekrutan crew
39
hanya memberikan gambaran global tentang kapal tanker tetapi tidak untuk
kapal tanker gas.
Hal-hal dibawah ini yang terjadi selama ini karena kurangnya
pemahaman dan proses bongkar muat tentang muatan LPG antara lain:
1) Pompa cargo mati secara tiba-tiba.
Kurangnya pengawasan sewaktu bongkar muat atau perwira
jaga bersama juru mudi lalai, tidak memperhatikan tekanan pada
pompa cargo maka akibatnya pompa cargo secara tiba-tiba mati
karena tekanan kerjanya terlalu besar.
2) Keracunan gas LPG.
Keracunan gas LPG terjadi sewaktu pemasangan manifold, pada
saat itu juru mudi tidak memakai masker, akibatnya saat uao muatan
keluar dari manifold, juru mudi merasa pusing karena menghirup uap
muatan tersebut.
3) Kebocoran pada pipa sambungan bongkar muat antara kapal dan
darat.
Kebocoran pipa sambungan manifold ini disebabkan karena
pemasangan packing kurang pas dan kurang kencang akibatnya gas
keluar saat proses bongkar muat berlangsung.
4) ESD (Emergency Shut Down Valve) mati.
ESD dapat mati sendiri karena awak kapal yang jaga pada saat
itu sibuk dan tidak memperhatikan kenaikan tekanan ESD indikator.
40
Kejadian matinya ESD ini karena melebihi batas kerjanya yaitu 30
kg/cm.
2. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi hambatan-
hambatan saat melaksanakan bongkar muat LPG-Type C dikapal MT.
Gas Indonesia.
Dalam kegiatan bongkar muat sering terjadi hambatan-hambatan
sehingga dapat memperlambat jalannya kegiatan bongkar muat. Dalam
penelitian ini Nahkoda mengemukakan sebagai berikut:
“Upaya-upaya yang dilakukan dengan meningkatkan kedisiplinan dan
kesadaran awak kapal, memberikan penyuluhan dan motivasi tentang muatan “
Maka dari hasil wawancara dengan Nahkoda, penulis menerangkan bagaimana
upaya untuk mengatasi hambatan yang sering terjadi saat melaksanakan
kegiatan bongkar muat LPG dikapal MT. Gas Indonesia.
Dalam setiap penanganan muatan memang sering terjadi keadaan darurat
yang tanpa kita sadari/sengaja, dalam hasil penelitian yang sering terjadi saat
kegiatan bongkar muat adalah naiknya tekanan tangki yang drastis pada saat
pemuatan dikarenakan sistem pemuatan yang cepat dan keadaan cuaca yang
panas menyebabkan naiknya tekanan tangki.
Dari hasil penelitian yang selama ini dilakukan dikapal MT Gas
Indonesia, hambatan-hambatan yang sering terjadi saat melaksanakan bongkar
muat adalah faktor SDM tentang kurangnnya pemahaman tentang sifat dari
muatan LPG dan penanganan muat LPG.
41
C. Pembahasan Masalah
1. Hambatan yang selama ini menjadi kendala saat penanganan bongkar muat di
pelabuhan dan upaya mengatasinya.
Pemasalahan-permasalahan yang sering terjadi pada proses pemuatan
dan pembongkaran LPG sebagian besar disebabakan oleh faktor kesalahan
manusia yang terlihat didalamnya. Dari beberapa fakta yang terjadi dapat dikaji
bahwa kesalahan-kesalahan tersebut karena kurangnnya pengetahuan tentang
penanganan muatan LPG secara baik dan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Maka dari itu perlu adanya upaya dalam menangani masalah
tersebut diatas.
a. Penyebab naiknya tekanan pada tangki yang drastis saat pemuatan.
Pada saat jaga muatan 08.00-12.00 mualim III bersama juru mudi jaga
melaporkan bahwa telah terjadi kenaikan tekanan pada tangki secara drastis
saat pemuatan hingga mencapai 43oC dengan tekanan tangki 30 bar dimana
suhu maximum yang diizinkan untuk muatan LPG MIX (Propane &
Butane) adalah 45oC. Kondisi kapal pada saat itu direncanakan muatan
dalam keadaan penuh (Full Loaded) pada semua tangki muatan dan vapour
line (saluran uap muatan) pada posisi stand by (siap), rencana pemuatan
akan berjalan 8 jam 40 menit dengan rate 300 m3/jam dan tekanan kerja
didalam pipa muatan 10 kg/cm2. Suhu tangki pada saat itu 20oC dengan
tekanan tangki 5,5 bar, meskipun kenaikan suhu tersebut belum mencapai
batas maksimum yang diizinkan, namun telah terjadi kenaikan suhu cukup
drastis yang berarti harus di ambil tindakan untuk menurunkan suhu dalam
42
tangki muatan, dengan tujuan mencegah terjadinya kenaikan suhu
maximum tidak melebihi 45oC, kenaikan suhu yang terlalu besar
perbedaannya dibandingkan suhu sebelum pemuatan, sehingga
menyebabkan bertambahnya volume muatan didalam tangki kapal, hal ini
menjadi masalah bila tangki muatan tidak lagi mempunyai ruangan untuk
menampung penambahan volume tadi (Over Limit). Dalam kondisi normal
saat pemuatan penuh, kondisi muatan mempunyai tekanan 5 kg/cm2 dan
suhu dalam tangki 21oC, sebelum pemuatan itu berlangsung Mualim I selalu
memberikan Cargo Stowage Plan dimana Mualim I merencanankan
pemuatan, didalamnya terdapat batas maksimum tekanan dan suhu, untuk
itu saat penanganan muatan tersebut mualim jaga harus tetap menjaga
kondisi tersebut agar tetap stabil agar tekanan dan suhu tidak naik. Bila saat
pemuatan tersebut tidak mengalami kendala maka operasional kapal akan
cepat dan keselamatan awak kapal akan terjaga.
b. Yang terjadi selama ini karena kurangnya pengetahuan tentang muatan.
1) Kebocoran pada pipa sambungan muat-bongkar (Manifold) antara kapal
dan darat.
Kejadian ini terjadi dipelabuhan Eretan-Indonesia pada bulan
Oktober 2008. Pada saat kegiatan pembongkaran muatan sedang
berlangsung secara tiba-tiba dari manifold liquid terjadi kebocoran yang
mengakibatkan muatan tumpah digeladak dan proses pembongkaran
muatan dihentikan untuk sementara waktu. Segera setelah terjadi
kebocoran, mualim jaga langsung menghentikan proses bongkar muatan
43
LPG kemudian menghubungi pihak darat untuk menutup keran pada
tangki darat, mualim jaga dan juru mudi jaga melakukan pemeriksaan
dan perbaikan pada sambungan manifold, kebocoran berasal dari
sambungan pipa disebabkan karena pemasangan baut yang kurang
kencang dan pemasangan packing tidak berada pada posisi yang benar
sehingga packing manifold robek dan terjadi kebocoran. Untuk
mengatasi hal ini maka sambungan pipa harus dibuka kembali agar
pergantian packing dapat dilakukan. Hal ini mengakibatkan
keterlambatan dalam proses bongkar muat, kebocoran muatan LPG dapat
berakibat fatal jika ada awak kapal yang dekat dengan kebocoran tersebut
maka akan keracunan dan bila ada sumber api dapat menyebabkan
ledakan. Beruntung pada saat kebocoran tidak ada awak kapal yang
berada didekat dengan manifold, pada saat penanganan pengantian
packing manifold, awak kapal menggunakan masker agar uap muatan
LPG tidak terhirup. Seharusnya pada saat penyambungan pipa, awak
kapal yang menangani secara langsung proses penyambungan itu harus
memastikan bahwa manifold tidak bocor dengan cara memberi tekanan
pada sambungan manifold dan diberi air sabun, jika terdapat kebocoran
gas maka pada sambungan pipa tersebut akan mengeluarkan gelembung-
gelembung dan segera diatasi dengan cara mengencangkan lagi baut atau
memeriksa kondisi dari packing yang dipasang.
44
2) Keracunan gas LPG.
Seperti biasanya setelah kapal sandar, segera diadakan persiapan-
persiapan untuk pemuatan LPG Mix (Propane & Butane). Sesuai dengan
rencana pembagian tugas atau kerja maka diarea geladak dekat
sambungan pipa bongkar muat (Manifold), maka dilaksanakan persiapan
penyambungan antara pipa kapal dengan sambungan pipa darat
(terminal), pihak kapal dipimpin oleh mualim III dibantu oleh pumpman
dan dua orang juru mudi. Pada saat sambungan pipa yang sebelumnya
tertutup kemudian terbuka, sisa muatan didalam manifold tumpah juga
uap muatan yang keluar. Selang beberapa saat kemudian salah satu juru
mudi kapal melaporkan kepada mualim III, bahwa kepalanya terasa
pusing dan badannya terasa lemas.
Melihat keadaan ini mualim III segera mengambil tindakan, yaitu
dengan segera memindahkan juru mudi tersebut ketempat yang aman
untuk diberikan pertolongan yang diperlukan, dan yang terjadi bahwa
juru mudi tersebut telah menghirup (keracunan) uap muatan LPG yang
keluar dari manifold tadi sehingga itu proses penyambungan antara
sambungan pipa kapal dengan pipa darat (terminal) tertunda untuk
beberapa saat. Kejadian tersebut dapat terjadi karena juru mudi tidak
memakai masker pada saat proses penyambungan pipa, padahal uap
muatan LPG beracun dan juru mudi tersebut tidak mengetahui hal
tersebut.
45
3) Pompa Cargo mati secara tiba-tiba.
Kejadian ini terjadi dipelabuhan Dumai-Indonesia pada bulan
November 2008. Pada saat kegiatan bongkar sedang berjalan tiba-tiba
pompa bongkar (Cargo Pump) mati mendadak, perwira jaga yang
bertugas saat itu mualim II segera melaporkan pada mualim I, kemudian
segera memeriksa semua keran saluran bongkar dan pada sambungan
pipa yang dilihat pada alat pengukur tekanan (Gauge Preasure) sangat
tinggi yaitu sekitar 13,5 kg/cm2, dalam keadaan normal tekanan
maksimal yang telah disepakati antara mualim I dengan loading master
adalah 10 kg/cm2, jadi telah terjadi ketidak normalan pada sistem
pembongkaran. Hasil dari pemeriksaan, ternyata pihak kapal dalam hal
ini mualim jaga lambat atau lalai mengantisipasi pemberitahuan dan
peringatan dari pihak darat (terminal) yaitu sewaktu pihak darat dalam
proses penggantian dari tangki yang sudah penuh ke tangki lainnya yang
kosong, pihak kapal telah diminta supaya menurunkan rate serendah
mungkin yaitu dengan sirkulasi muatan dikapal dengan cara membuka
bypass line (sirkulasi saluran muatan) untuk beberapa waktu tertentu
hingga pihak terminal selesai melakukan proses pemindahan saluran ke
tangki yang kosong. Keadaan ini segera dapat diatasi setelah mualim I
berkoordinasi dengan pihak darat dengan cara menurunkan tekanan
secara bersamaan agar pembongkaran secepatnya dapat dilanjutkan.
Kejadian ini seharusnya tidak perlu terjadi jika dalam proses
pembongkaran para perwira atau juru mudi jaga selalu mengkoordinir
46
dengan pihak darat perihal pemindahan tangki yang sudah penuh ke
tangki yang kosong juga mengawasi tekanan dari pompa dan sambungan
pipa jika memang tekanan mulai naik maka dengan segera kita membuka
bypass dengan menyesuaikan tekanan yang berarti menurunkan rate
pembongkaran dengan cara itu pembongkaran akan tetap berjalan dengan
lancar tanpa mengalami kendala yang dapat memperlambat proses
pembongkaran.
4) Emergency Shut Down (Alat untuk mematikan secara darurat) mati.
Kejadian ini berlangsung di Palembang-Indonesia ketika kapal
sedang dalam proses gasing up (proses pemuatan baru setelah
dibersihkan atau dimasukan N2 (purging) dengan muatan yang berbeda
dengan keadaan tangki kosong dan tekanan 0 bar). Pada waktu itu
mualim III jaga bersama juru mudi saat jaga pemuatan keduanya sibuk
dengan memperhatikan muatan tanpa memperhatikan kenaikan tekanan
ESD, tekanan ESD yang naik melampaui batas tekanan kerjanya dimana
batas tekanan kerjanya 30kg/cm2, maka ESD itu mati secara tiba-tiba
akibatnya semua valve tertutup secara otomatis dan tekanan
disambungan pipa darat dan kapal naik secara drastis ini dapat berakibat
sambungan pipa tersebut dapat meledak karena tekanan yang tinggi.
Segera mualim melapor kepada pihak darat dan segera menghentikan
proses gasing up dan melaporkan kepada mualim I, nahkoda dan
kekamar mesin karena pompa hydroliknya berada dikamar mesin,
kejadian tersebut terjadi karena kelalaian mualim maupun juru mudi
47
dalam melakukan pengawasan terhadap muatan atau tidak mengertinya
mereka terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan bila ESD mati saat
proses bongkar muat. Keadaan ini segera teratasi karena pihak darat
menghentikan proses gasing up setelah mualim I melapor dan mengambil
tindakan dengan tepat dengan menghubungi pihak darat tentang
menutupnya semua keran. Kemudian gasing up pun dilanjutkan kembali
setelah salah satu masinis menghidupkan pompa hydrolik. ESD yang
naik atau turun pada saat proses bongkar muat adalah faktor suhu
disekitar dan tekanan pada pipa, hal ini dapat dihindari apabila dilakukan
pengawasan yang baik dan mengerti cara penanganan menurunkan ESD
pada tekanan normal dan setiap saat selalu memeriksa tekanan saat
proses pemuatan berlangsung.
Kegiatan bongkar muat dikapal tanker LPG jelas memerlukan
keahlian dan pengetahuan khusus, yang harus dikuasai oleh setiap mualim
yang terlibat langsung dengan kegiatan muat bongkar. Kejadian seperti juru
mudi tidak memakai masker karena tidak tahu dampak dari uap muatan
LPG dan seharusnya juru mudi saat memasang manifold berada diatas angin
dengan tujuan agar muatan gas yang keluar tidak terhirup, pemasangan
manifold yang kurang kencang mengakibatkan terjadi kebocoran karena
juru mudi tidak tahu bahwa LPG adalah muatan yang mempunyai tekanan
tinggi, pompa cargo mati secara tiba-tiba dikarenakan awak kapal yang jaga
tidak mengerti batas tekanan kerja dari pompa tersebut, dan ESD mati
48
dikarenakan awak kapal tidak mengerti bagaimana sistem kerja dari ESD
dan kegunaanya. Dari fakta yang telah terjadi jelas bahwa kejadian atau
kecelakaan yang tejadi selama ini karena kurangnnya pengetahuan awak
kapal tehadap penanganan muatan LPG. Kerja sama diperlukan dari kedua
pihak, yaitu pihak dari kapal dan darat saat operasional bongkar muat
dipelabuhan atau jetty, mengingat sifat dari muatan yang diangkut yaitu gas
yang mudah terbakar (Inflamable gas) yang termasuk dalam muatan
berbahaya (dangerous cargo). Maka diperlukan juga pengawasan yang baik
dan penanganan yang khusus yang dimiliki oleh awak kapal terhadap
muatan LPG. Bila awak kapal dapat memahami penanganan muatan saat
bongkar muat maka kejadian diatas tidak perlu terjadi kegiatan bongkar
muat akan berlangsung dengan aman dan lancar.
2. Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi saat
melaksanakan kegiatan bongkar muat
a. Penyebab terjadinya kenaikan tekanan tangki yang drastis saat pemuatan.
Mengenai kenaikan tekanan tangki yang drastis saat pemuatan
Mualim I mengemukakan sebagai berikut:
“Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kenaikan tekanan tangki dengan
cara menggunakan kompresor muatan, vapour return line, water spray line
dan cargo spray line”
maka selaku perwira yang bertanggung jawab terhadap operasi muatan
mengambil tindakan sebagai berikut :
49
1) Menggunakan vapour return line (saluran gas balik).
Apabila tekanan tangki dikapal lebih tinggi dari tekanan tangki
didarat, maka gas muatan ditangki kapal akan dialirkan kembali dialirkan
kembali tangki darat hingga kedua tangki tersebut memiliki tekanan yang
sama. Sesuai prinsip utamanya adalah dengan menyamakan tekanan
antara tangki didarat dan dikapal.
Dengan membuka keran saluran vapour kapal yang telah terpasang
dengan saluran vapour darat, vapour yang berada ditangki muatan secara
otomatis akan mengalir dengan sendirinya karena perbedaan tekanan di
tangki kapal dan di tangki darat.
Tetapi penggunaan gas balik ini tidak selalu disetujui oleh pihak
darat, dikarenakan bila kapal berganti muatan baru. Alasan pihak darat
tidak mau mengunakan gas balik karena muatan akan terkontaminasi
oleh muatan sebelumnya. Maka jika gas balik tetap dilakukan maka
pihak darat akan merasa dirugikan.
2) Menggunakan kompresor muatan.
Cara menggunakan kompresor bervariasi dalam menurunkan
tekanan dalam tangki karena dari mualim I mempunyai cara yang
berbeda-beda. Dikapal MT. Gas Indonesia kompresor muatan biasanya
digunakan untuk mendorong muatan gas agar tekanan turun, dengan
mensirkulasi muatan yaitu dengan menghisap muatan gas dari tangki
yang dimuat dan didorong ke dalam tangki yang belum dimuat melalui
saluran muatan uap atau sebaliknya, tangki yang bermuatan uap itu
50
kembali dibuka dan di dorong dengan kompresor kedalam tangki yang
sudah dimuat tetapi dengan membuka bypass jadi muatan cair bercampur
dengan muatan uap, karena muatan cair dingin bercampur dengan
muatan uap maka muatan uap pun akan menjadi cair.
Untuk kompresor dikapal MT Gas Indonesia temperatur kerjanya
tidak boleh melebihi suhu 45oC kalau terjadi diatas itu maka seluruh
operasional bongkar muat akan mati dan semua keran hydrolik akan
menutup, bertujuan agar kompresor tidak meledak bila terjadi suhu yang
berlebihan. Maka dibutuhkan pendingin bagi kompresor yaitu dengan
cooling sea water yang mensirkulasi air laut untuk mendinginkan
kompresor tersebut dan suhu dikompresor harus selalu diperiksa, dan
segera melapor kepada mualim I bila terjadi sesuatu.
3) Menggunakan fasilitas water spray line (menyemprotkan air) pada
tangki.
Akibat adanya gesekan antara muatan cair dengan pipa muatan
dan antara muatan uap dengan pipa muatan, maka secara tidak langsung
akan mengakibatkan kenaikan suhu terhadap muatan itu sendiri, tetapi
yang lebih penting adalah karena pengaruh cuaca yang panas selama
pemuatan atau selama pelayaran menuju pelabuhan bongkar yang
mengakibatkan kenaikan suhu tangki dan tekanan pada tangki muatan.
Untuk menurunkannya dengan mengalirkan atau menyiramkan air laut
diatas dome tangki selama proses pemuatan atau selama perlayaran bila
tekanan tangki naik maupun suhu didalam tangki naik, maka dengan
51
mengalirkan air secara perlahan suhu dari tangki muatan akan turun
secara induksi dan karena suhu berbanding lurus terhadap tekanan, maka
tekanan dari tangki muatan akan turun pula.
4) Menggunakan cargo spray line (penyemprotan dengan muatan).
Pada dasarnya didalam tangki terdapat alat pengukur suhu yang
dibagi menjadi tiga yaitu bottom (bawah), midlle (tengah), dan top (atas),
jadi pada saat pemuatan muatan cair akan mengisi bagian bottom
kemudian midlle dan sampai mengisi bagian top. Prinsip kerja cargo
spray line berbeda dengan water spray, yang berbeda adalah
menggunakan muatan itu sendiri untuk mendinginkan vapour yang
hangat dari dalam tangki bagian atas, muatan cair dari darat dialirkan
melalui saluran drop line (pipa utama yang mengalirkan muatan cair)
tetapi sebagian dari muatan tersebut dilewatkan melalui saluran ini.
Secara logika didalam tangki terdapat dua jenis muatan yaitu muatan cair
(liquid) berada dibawah dan uap muatan (vapour) dari muatan itu sendiri
berada diatas, sehingga yang menjadi penyebab naiknya suhu dan
tekanan adalah uap dari muatan tersebut yang hangat, maka penggunaan
cargo spray line untuk mendinginkan uap dari muatan dengan bentuk
semprotan yang menyebar, karena muatan cair yang dingin ketika muat
dari manifold kemudian ke drop line dan dialirkan sebagian pada cargo
spray line, melalui cargo spray line semprotkan liquid dibagian atas
berbentuk kabut dan menyebar pada bagian atas didalam tangki, maka
muatan cair akan bergesekan dengan muatan uap, maka uap (vapour)
52
akan menjadi cair karena didinginkan oleh muatan cair, dan yang perlu
diketahui bahwa temperatur juga tidak boleh kurang dari 0oC karena
temperatur kerja untuk kapal MT Gas Indonesia ini adalah 0oC sampai
80oC
Kegiatan bongkar muat dikapal tanker LPG jelas memerlukan suatu
keahlian dan pengetahuan yang khusus, yang harus dikuasai oleh setiap
mualim atau perwira yang terlibat langsung dengan kegiatan bongkar muat.
Dari semua kejadian yang terjadi adalah fakor dari manusia atau awak kapal
yang kurang memahami muatan dan lalai dalam menjalankan tugas jaga
muatan, untuk itu perlu diadakan pengawasan secara langsung,
pengarahanan yang benar dan pemahaman tentang muatan LPG.
Pengawasan yang baik dan efektif adalah bila terjadi dan siapa yang harus
bertanggung jawab. Sehingga kesalahan yang terjadi dapat dicari
penyebabnya.
b. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kurangnya pengetahuan awak kapal
tentang penanganan muatan LPG.
Dari kejadian-kejadian yang tertulis diatas jelas perlu adanya
tindakan atau upaya dalam menangani masalah diatas, untuk mengatasi
masalah diatas bukanlah suatu hal yang mudah, tanpa didasari oleh
kesadaran awak kapal masing-masing yang memperhatikan akan
keselamatan masing-masing dan orang lain diatas kapal.
53
Dibawah ini adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman awak kapal tentang muatan diatas kapal yang pada khususnya
muatan LPG diantara lain :
1) Meningkatkan kedisiplinan dan kesadaran awak kapal dalam
menangani muatan LPG.
Upaya-upaya yang sudah dilakukan yaitu meningkatkan
kedisiplinan dan kesadaran awak kapal, memberikan penyuluhan dan
motivasi tentang muatan (Nahkoda). Untuk meningkatkan kedisplinan
awak kapal harus disertai usaha-usaha yang keras dari para perwira
senior secara langsung bertanggung jawab akan muatan dan para awak
kapal. Adapun langkah-langkah yang perlu diambil adalah harus dapat
memotivasi awak kapal tersebut untuk meningkatkan kesadaran
tentang penanganan muatan LPG. Peranan seorang perwira sangat
dituntut agar tujuan diatas dapat tercapai dan berhasil dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu setiap perwira harus selalu
memberikan contoh dan kedisiplinan kepada anak buahnya, baik
secara lisan maupun tindakan sehari-hari dalam melaksanakan
pekerjaan diatas kapal, terutama saat proses bongkar muat. Jika anak
buah bertindak secara ceroboh, bekerja tanpa memperdulikan dampak
yang terjadi seperti contoh tidak memakai penyaring udara (masker),
helm, sarung tangan, ataupun kaca mata kerja maka perwira harus
memanggil dan memberikan peringatan kepada anak buah yang
melanggar guna mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah
54
diterangkan dalam menangani muatan yang sudah tertera dalam
Material Safety Data Sheet. Jika kedisiplinan terus ditingkatkan maka
awak kapal sendiri mempunyai kesadaran sendiri akan perlunya
pengetahuan tentang bahaya muatan agar tidak membahayakan
dirinya sendiri ataupun orang lain diatas kapal.
Dengan adanya kedisiplinan dalam menangani muatan ini, maka
akan sangat berperan dalam melindungi diri keselamatan awak kapal
dalam mencegah kecelakaan di kapal terutama saat kegiatan bongkar
muat. Adanya penegasan sangsi-sangsi terhadap awak kapal, adalah
faktor untuk meningkatkan keselamatan dan mencegah terjadinya
kecelakaan dalam menangani muatan. Karena dengan dipatuhinya
peraturan maka segala sesuatu aman dan lancar. Untuk itu maka perlu
adanya sangsi-sangsi terhadap siapapun yang melanggar atau
menyalahi peraturan tersebut. Semua itu bertujuan agar awak kapal
dalam bertindak menangani muatan harus hati-hati dan
memperhatikan keselamatan dan operasional kapal dapat berjalan
dengan lancar.
2) Memberikan penyuluhan, motivasi pengetahuan tentang penanganan
muatan LPG serta pelatihannya.
Tingkat keamanan dan kelancaran operasional kapal tergantung
dari sifat dan praktek kapal. Maka dari itu penyuluhan, latihan dan
pengetahuan sangat penting peranannya bagi meningkatkan keamanan
dan kelancaran saat bongkar muat. Istilah-isilah penyuluhan dan
55
latihan mempunyai makna sendiri. Penyuluhan adalah memberikan
informasi yang dapat menimbulkan kejelasan pada orang-orang yang
bersangkutan. Motivasi sudah lebih jauh lagi oleh karena disini sudah
diharapkan suatu upaya kearah yang lebih baik dengan partisipasi
awak kapal. Pengetahuan lebih khusus lagi oleh karena menyangkut
keterampilan dalam keselamatan kerja dan pencegah kecelakaan.
Tentu saja untuk semua kegiatan penyuluhan, motivasi dan latihan,
komunikasi dua arah sangat penting dan diharapkan efektifitas upaya
yang besar. Dalam memberikan materi kepada awak kapal dapat
dilakukan sewaktu-waktu baik itu dalam keadaan jaga muatan
dipelabuhan maupun saat berlayar.
Berbagai cara yang dapat dipakai untuk meningkatkan
pemahaman awak kapal tentang muatan LPG adalah sebagai berikut:
a) Safety meeting
Safety meeting adalah suatu pertemuan yang dilakukan untuk
membahas tentang kegiatan-kegiatan keselamatan dan memperbaiki
bila terjadi kesalahan dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat
dengan tujuan keselamatan awak kapal sendiri yang dibantu oleh
nahkoda dan perwira. Didalam safety meeting ini juga perlu
dipraktekan bagaimana sewaktu terjadi keadaan darurat, pembagian
tugas, posisi, kelompok dan siapa yang menjadi komandan regu.
Dalam safety meeting inilah biasanya efektif untuk awak kapal dalam
memahami apa yang disampaikan karena disini semua kru dapat
56
berkumpul dan melihat secara langsung bagaimana materi itu
ditujukan dan dapat dipraktekan secara langsung. Tetapi kenyataan
dilapangan, safety meting baru dilaksanakan setiap terjadi kecelakaan
kerja atau apabila ada audit dari perusahaan ataupun oilmajor dan
tidak pernah diadakan secara rutin. Untuk itu dibutuhkan perwira
senior yang kompeten dan bertanggung jawab akan tugasnya yaitu
bertanggung jawab akan keselamatan awak kapal dan dapat
membimbing anak buahnya dengan baik.
Gambar 4.1 kegiatan crew meeting
b) Memutar film dokumenter.
Suatu film yang memperlihatkan seluruh cerita tentang
bahayanya muatan LPG atau berisikan tentang kecelakaan yang
ditimbulkan oleh muatan LPG dengan menunjukan lingkungan kerja,
bagaimana timbulnya suatu yang berbahaya, bagaimana terjadinya
kecelakaan, apa akibat-akibatnya dan bagaimana semestinya cara
57
mencegahnya. Film ini biasanya disenangi oleh awak kapal seperti
sedang menonton bioskop. Tema ceritanya dapat positif dan negatif
seperti sebuah film pada umumnya. Kejenakaan biasanya dimasukkan
kedalam film tersebut agar tidak menjadi bosan juga menjadi lebih
antusias dalam menonton dan isinya berisikan tentang nasehat.
Keadaan kapal harus dapat dipertunjukan secara tepat agar
kesan bahwa film tidak berdasarkan kondisi kerja yang biasa. Perasaan
dan kebiasaan-kebiasaan awak kapal harus memperlihatkan cara
berfikir awak kapal tersebut. Film-film yang dibuat sebagai petunjuk
khusus lebih berguna dari yang hanya untuk menerangkan secara
umum dan terutama berfaedah untuk menjelaskan bagaimana
penanganan muatan dan cara-cara kerja agar dapat terhindar dari
bahaya kecelakaan kerja yang dapat ditimbulkan oleh muatan LPG.
Film dapat menyampaikan keterangan lisan, memperhatikan
pengujian-pengujian laboratoris, menganalisa proses teknis
menerangkan masalah-masalah rumit ataupun sulit secara baik serta
menggambarkan kejadian-kejadian dalam sederetan gerakan. Dengan
begitu demonstrasi tentang aspek-aspek keselamatan memberikan
kesan yang hidup dan pada waktu selesai pemutaran film perwira
senior dapat memberikan kesempatan untuk para awak kapal
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membahas hal khusus
didalam pemutaran film.
58
c) Poster dan MSDS (Material Safety Data Sheet).
Terdapat aneka poster dan masing-masing dapat membantu
meningkatkan pengetahuan awak kapal tentang muatan. Diantaranya
menerangkan tanda atau sifat dari suatu benda, arah maupun suatu
tempat dan ada juga yang menunjukan bahaya khusus dan lain-lain.
Poster-poster secara tidak langsung dapat menjadi pengetahuan karena
dapat dilihat setiap saat juga mudah dalam memahaminya, biasanya
menunjukan keterangan dari poster.
Gambar 4.2 Contoh jenis poster dari tanda sifat muatan
Simbol-simbol tersebut yang dipasang sebagai poster harus
benar-benar dipahami maknanya, karena jika kita salah dalam
mengartikannya dapat menyebabkan kecelakaan yang fatal.
Selain itu adalah poster ada juga MSDS (Material Safety Data
Sheet) yang biasanya ditempel pada dinding akomodasi MSDS ini
adalah manual data yang berisi tentang muatan yaitu sifat muatan dan
cara menangani bila terjadi kecelakaan kerja. Manfaat dari manual ini
bila ditempel pada dinding akomodasi adalah sewaktu kita melakukan
59
bongkar muat dengan muatan yang berbeda maka kita dapat lihat
dahulu pada MSDS ini apa yang harus kita lakukan dan yang
digunakan dalam menangani muatan tersebut. Sehingga dalam
kegiatan bongkar muat dapat berjalan dengan aman dan lancar.