13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R Teori S-O-R yaitu Stimulus-Organisme-Response. Prinsip dari teori ini adalah respon yang merupakan reaksi balik dari individu ketika menerima stimuli dari media. Seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan efek antara pesan-pesan media massa dan reaksi audiens, dapat juga dikatakan efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus respon, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Teori ini semula berasal dari psikologi, yang kemudian menjadi teori dalam komunikasi. Hal ini merupakan hal yang wajar karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen- komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi (Effendy, 2003: 225). Teori ini merupakan perkembangan dasar dari model Stimulus Response (S- R) dengan asumsi dasar bahwa media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi dan reaksi. Teori ini mengasumsikan bahwa suatu stimulus (kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol) tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu juga. Teori ini meliputi 3 unsur yang penting, yaitu: 1. Pesan atau stimulus ( S ) 2. Komunikan atau organisme ( O ) 3. Efek atau respons ( R ) Teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori S-O-R

Teori S-O-R yaitu Stimulus-Organisme-Response. Prinsip dari teori ini adalah

respon yang merupakan reaksi balik dari individu ketika menerima stimuli dari

media. Seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan efek antara

pesan-pesan media massa dan reaksi audiens, dapat juga dikatakan efek yang

ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus respon, sehingga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Teori ini semula berasal dari psikologi, yang kemudian menjadi teori dalam

komunikasi. Hal ini merupakan hal yang wajar karena objek material dari psikologi

dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-

komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi (Effendy, 2003: 225).

Teori ini merupakan perkembangan dasar dari model Stimulus – Response (S-

R) dengan asumsi dasar bahwa media massa menimbulkan efek yang terarah, segera

dan langsung terhadap komunikan. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi

merupakan proses aksi dan reaksi. Teori ini mengasumsikan bahwa suatu stimulus

(kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol) tertentu akan merangsang orang

lain memberikan respon dengan cara tertentu juga.

Teori ini meliputi 3 unsur yang penting, yaitu:

1. Pesan atau stimulus ( S )

2. Komunikan atau organisme ( O )

3. Efek atau respons ( R )

Teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus

(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang

dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement

memegang peranan penting. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada

komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung

jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti.

Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah

komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk

mengubah sikap. Jadi bisa dilihat bahwa perilaku dapat berubah hanya jika stimulus

yang menerpa benar-benar melebihi dari apa yang didalamnya. (Effendy, 2003: 225)

teori S-O-R dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dari bagan diatas, bisa dijelaskan bahwa suatu stimulus atau pesan bisa

memberikan perubahan perilaku kepada khalayak tergantung kepada individunya.

Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian yang diberikan kepada komunikan,

sehingga komunikan mengerti maksud dari pesan tersebut, hingga akhirnya tumbuh

kesadaran dari komunikan untuk mengubah sikap. Penerapan dalam penelitan ini

yaitu mengenai hubungan aktivitas menonton vlog youtube paranormal experience

terhadap perubahan perilaku paranoid, maka dapat ditentukan sebagai berikut:

S (stimulus) : vlog youtube paranormal experience

O(organisme) : komunikan (mahasiswa yang menonton youtube paranormal

experience)

R ( respon) : perilaku paranoid.

Stimulus dalam penelitian ini adalah tayangan youtube paranormal experience

karena tayangan ini memberikan pesan yang dapat memepengaruhi maupun tidak

Organisme : Pengetahuan

Penerimaan

Tindakan

Respon :

perubahan sikap

Stimulus:

Pesan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

memberikan pengaruh terhadap komunikan. Organisme adalah komunikan yaitu

orang yang akan memberikan respon terhadap tayangan ini. Respon yang telah

diterima oleh komunikan kemudian akan memberikan perubahan perilaku sesuai

dengan apa yang dimaknai dari setiap individu terhadap pesan tersebut. Asumsi dari

teori ini menerangkan penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada

kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas

dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya

berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok

atau masyarakat. Semakin kuat kualitas stimulus yang disampaikan, maka respon

komunikan akan semakin meningkat.

2.2 Terpaan Media

Media exposure atau terpaan media menurut Rakhmat (2012) dapat

dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca

majalah, atau surat kabar, maupun mendengarkan radio. Selain itu terpaan media

berusaha mencari data audiens tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi

penggunaan, maupun durasi penggunaan. Sedangkan Shore (dalam Rakhmad, 2012)

memberikan definisi mengenai terpaan media adalah lebih lengkap daripada akses.

Terpaan tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan

kehadiran media massa akan tetapi apakah seseorang tersebut benar-benar terbuka

dengan pesan-pesan media tersebut. Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat

dan membaca pesan-pesan media massa ataupun pengalaman dan perhatian terhadap

pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok.

Menurut Ardianto dan Erdiana (dalam Rakhmad, 2012) terpaan media dapat

diukur melalui frekuensi, durasi, dan atensi dari individu. Berikut penjelasan

mengenai ukuran terpaan media tersebut :

1) Frekuensi : Mengumpulkan data khalayak tentang keajegan khlayak

menonton sebuah jenis tayangan televisi, apakah itu program harian,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

mingguan, bulanan atau tahunan. Jika itu adalah program mingguan, maka

data yang dikumpulkan adalah berapa kali menonton sebuah tayangan dalam

seminggu selama satu bulan.

2) Durasi : Menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu

media (berapa jam sehari), atau berapa lama (menit) khalayak mengikuti

suatu program.

3) Atensi : Indikator atensi dalam penilitian ini diukur dari faktor

eksternal penarik perhatian dan faktor internal penaruh perhatian. Sehingga

dapat diukur dari perhatian terhadap suatu acara, ketertarikan,kemudahan

dalam memahami isi pesan dalam suatu acara, kepercayaan terhadap isi, dan

daya tarik dalam acara tersebut.

2.3 Youtube dan Video Blogging (VLOG)

Youtube menjadi salah satu bentuk media social yang mengalami

perkembangan yang luar biasa pesat saat ini. Youtube didirikan oleh tiga mantan

karyawan dari Paypal yakni, Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim. Sejak

mulai berdiri pada 14 Februari 2005, Youtube tidak hanya berkembang sebagai suatu

media tempat berbagi video dari para penggunanya, namun juga berkembang

menjadi suatu bentuk media social yang dinamis dan menjadi salah satu media yang

paling popular di Inggris (Misoch, 2014). Youtube yang dulunya memiliki slogan “

Your digital video repository ” kini berubah menjadi “ Broadcast yourself”. Hal

tersebut karena sesuai dengan perkembangan youtube yang semakin banyak orang

menggunakannya untuk kepentingan self – expression.

Beberapa tahun belakangan ini, konten video youtube yang berupa video blog

(VLOG) semakin sering muncul. Vlog merupakan akronim bagi video blog. Vlog

menjadi public spaces untuk mengekspresikan diri dimana orang yang membuat

video tersebut dapat mengontrol konten yang ditayangkan (Misoch, 2014). Tidak jauh

berbeda dengan blog pada umumnya, hanya perbedaan dari Vlog adalah cara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

penyampaian dan media yang digunakan dalam “menuangkan” isi dari blog tersebut.

Jika blog konvensional dituangkan dalam suatu bentuk teks dan narasi yang akan

dibaca, vlog dituangkan dalam bentuk video yang bisa dikemas lebih menarik.

Youtube sendiri sampai saat ini masih dijadikan sebagai suatu media berbagi konten

vlog yang paling utama yang digunakan oleh banyak orang.

Didalam vlog sendiri terdapat tema – tema atau kategori berdasarkan isi

konten dari vlog tersebut yakni : personal vlog (daily vlog), news show, dan juga

entertainment oriented vlog (Warmbrodt, 2010). Personal vlog membicarakan

mengenai pengalaman dalam hidup si pembuat vlog (vlogger) yang direkam dan

kemudian dipublikasikan di Youtube. News show membahas mengenai hal – hal yang

bersifat informal dari suatu topik yang menjadi tema vlog tersebut. Sedangkan vlog

untuk hiburan bisa berupa hal – hal yang memang hanya bertujuan untuk menghibur.

2.4 Konsep dan Ranah Perilaku

Perilaku atau tindakan yaitu sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan

juga bisa diartikan ketika seseorang setelah menerima stimulus, kemudian

mengadakan penelitian atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk

dipraktikkan. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan

yang dilakukan oleh makhluk hidup (Notoatmodjo, 2010). Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di

gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan. Skinner (dalam Notoadmodjo, 2010)

merumuskan bahwa prilaku merupakan respon atau reaksi seseorang tehadap stimulus

(rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku ini terjadi melalui peroses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian orgenisme tersebut merespon.

Menurut Benyamin Bloom (dalam Notoatmodjo, 2010) membedakan adanya tiga

area, aspek, ranah atau domain perilaku yaitu kognitif, afektif dan behavior. Berikut

penjelasan tiga aspek tersebut:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

1. Aspek kognitif

Ranah koginitif dapat dikur dari pengetahuan (knowledge), pengetahuan

merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya.

2. Aspek afektif

Ranah afektif dapat diukur dengan sikap (attitude). Sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, sikap belum merupakan

tindakan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup.

3. Aspek behavior

Ranah behavior dapat diukur dari keterampilan (practice). Merupakan

suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam tindakan.

2.5 Konsep Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia menurut Nevid (2005) adalah penyakit mental yang menyebabkan

gangguan proses berpikir. Orang dengan skizofrenia tidak bisa membedakan mana

hayalan dan kenyataan. Penyakit ini juga menyebabkan pengidapnya tidak memiliki

kemampuan untuk berpikir, mengingat, ataupun memahami masalah tertentu.

Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling sering ditemukan di

tengah masyarakat. Gejala paling khas dari skizofrenia paranoid adalah

delusi (waham) dan halusinasi. Itulah sebabnya, orang dengan skizofrenia paranoid

cenderung mendengar suara-suara di dalam pikiran mereka dan melihat sesuatu yang

tidak nyata. Tidak hanya itu, orang yang memiliki skizofrenia paranoid juga sering

menunjukkan perilaku kacau yang menyebabkan diri mereka tidak dapat

mengendalikan perilakunya. Akibatnya, pengidap skizofrenia paranoid sering

berperilaku tidak pantas, sulit mengendalikan emosi, hasrat, serta keinginannya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

2.5.1 Diagnosis Skizofrenia

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia

edisi ketiga (PPDGJ III) oleh DepKes (2004) membagi gejala skizofrenia

dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara bersama-

sama untuk diagnosis. Kelompok gejala tersebut:

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

a) - “thought echo”: isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda ; atau,

- “thought insertion or withdrawal”: isi yang asing dan luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan,

- “thought broadcasting”: isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya.

b) - “delusion of control”: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau,

- “delusion of passivitiy”: waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas

merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,

atau penginderaan khusus).

- “delusional perception” :pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifat mistik atau mukjizat.

c) Halusinasi auditorik :

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien atau,

- mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

- jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa, misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain.

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas :

a) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme.

c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor.

d) Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan

oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal).

4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality)dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,

tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude),

dan penarikan diri secara sosial.

2.5.2 Diagnosis Skizofrenia Paranoid

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ-III) pedoman diagnostig paranoid sebagai berikut:

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Sebagai tambahan:

Halusinasi dan /atau waham harus menonjol;

a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah,

atau halusinasi audiotiruk tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit

(whisling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau

lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol.

c) Waham dapat berupa hamper setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,

dipengaruhi, atau passivity, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka

ragam, adalah yang paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relative tiddak nyata/ tidak menonjol.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

2.6 Penelitian Terdahulu

Tinjauan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya penting dilakukan, untuk

dapat mengetahui kebaruan penelitian serta keabsahan penelitian yang akan

dilakukan, supaya tidak ada kesamaan dalam sebuah penelitian. Kajian terhadap

penelitian dan referensi yang relevan dengan penelitian ini dipaparkan dalam sub bab

ini. Ada beberapa skripsi yang meneliti tentang pengaruh konten horor dari media,

sumber objek materinya bukan video youtube melainkan film horor. Berikut peneliti

sajikan pada tabel dibawah.

Tabel 2.1

Penelitian terdahulu

No. JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN

1. Penulis : Dian Erthasari Idris

(2016)

Judul: Pengaruh Film Horor

Insidious Chapter 3 Terhadap

Sikap Positif Dan Negatif

Remaja Dalam Kehidupan

Sehari-Hari

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil

bahwa terdapat pengaruh film horor

Insidious Chapter 3 terhadap sikap positif

dan negatif siswa-siswi Sekolah Menengah

Atas (SMA) Al-Kautsar dalam kehidupan

sehari-hari. Hasil regresi linier menunjukan

ada pengaruh sebesar 17% dari film horor,

yang berarti pengaruhnya tergolong rendah.

Sedangkan tingkat hubungan antara variabel

film horor terhadap sikap positif dan negatif

remaja adalah -0,41, yang berarti berada

pada kategori hubungan yang cukup berarti

dan berlawanan arah.

2. Penulis : Nurasiah (2012)

Judul: Pengaruh Film Horor Di

Televisi Terhadap Perilaku

Siswa Sma Negeri 2 Tapung

Berdasarkan analsis data yang penulis

lakukan menunjukan terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan antara tayangan film

horor di televisi dengan perilaku siswa di

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

Hilir Desa Kijang Makmur

Kecamatan Tapung Hilir

Kabupaten Kampar

SMA Negeri 2 Tapung Hilir, pengaruh

tayangan tersebut sebesar 35.5%. Hasil yang

telah di dapat ini menunjukan atau apabila di

interpretasikan dengan tabel interpretasi

korelasi product moment maka pengaruhnya

tergolong lemah atau rendah.

Penelitian diatas peneliti anggap relevan dengan penelitian yang telah

dilakukan, karena sama-sama mengkaji hubungan perilaku dengan tayangan horor.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian pertama dan kedua adalah kajian pada

objek materialnya yaitu film horor, sedangkan penelitian ini mengkaji vlog youtube

paranormal experience milik Raditya Dika. Perbedaan selanjutnya adalah jenis

penelitian sebelumnya melihat kearah dampak dan pengaruh sedangkan penelitian ini

melihat hubungan dari variabel. Lalu penggunaan teori analisis pada 3 penelitian

terdahulu menggunakan teori Uses and Gratification dan teori ketergantungan,

sedangkan penelitian ini menggunakan teori SOR.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

2.7 Kerangka Pikir

Keterangan :

Peneliti ingin melihat seberapa besar hubungan aktivitas menonton vlog paranormal

experience radirya dika terhadap perilaku paranoid. Aktivitas menonton yang

dimaksud adalah terpaan media yang memiliki indikator frekuensi, durasi dan atensi.

Sedangkan indikator perilaku paranoid adalah kognitif, afektif dan behavior. Peneliti

menetapkan aktivitas menonton vlog paranormal experience radirya dika sebagai

Variabel X dan sebagai variabel Y adalah perilaku paranoid.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori S-O-R - UKSW

2.9 Hipotesis penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat ditarik kesimpulan sementara

terhadap masalah penelitian. Kesimpulan ini disebut sebagai hipotesis. Hipotesis

merupakan suatu jawaban sementara yang masih perlu dibuktikan kebenarannya

melalui data yang terkumpul. Hipotesis kerja (H1) menyatakan hubungan antara

variabel X dan Y, sedangkan hipotesis nol (H0) menyatakan tidak ada hubungan

antara variabel X dan Y. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. (H0) : Tidak ada hubungan antara aktivitas menonton vlog youtube

paranormal experience Ratidtya Dika dengan perilaku paranoid.

2. (H1) : Ada hubungan antara aktivitas menonton vlog youtube paranormal

experience Ratidtya Dika dengan perilaku paranoid.