Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kantor
Kantor adalah setiap tempat yang biasanya dipergunakan untuk melaksanakan
pekerjaan tata usaha (pekerjaan kantor, pekerjaan tulis menulis), dengan nama apa pun
juga tempat tersebut mungkin diberikan (Moekijat, 1997: 3). Dalam bahasa Belanda
menurut Eko (1999: 1) kantor mempunyai empat pengertian yaitu: ruang, kamar kerja,
atau ruang tulis; markas atau ruang seseorang pengusaha beserta stafnya menjalankan
aktivitas usaha pokoknya; biro atau tempat kedudukan seorang pemimpin; instansi,
badan, jawatan, atau perusahaan. Pekerjaan kantor menurut Winardi (dalam Maryati,
2008: 12) meliputi mencatat/menulis (records), menghitung (computations),
menyimpan, dan komunikasi (intern dan eksteren). Sementara itu, pekerjaan kantor
menurut Goerge Terry (dalam Eko, 1999: 2) menjelaskan pekerjaan kantor meliputi
penyampaian keterangsan secara lisan serta pembuatan warkat-warkat tertulis dan
laporan-laporan untuk meringkas banyak hal dengan cepat guna menyediakan suatu
landasan fakta bagi tindakan kontrol pimpinan.
Ciri-ciri pekerjaan kantor menurut Winardi (dalam Maryati, 2008: 14) adalah
sebagai berikut :
a. Suatu pekerjaan yang bersifat memberi pelayanan pada bagian lain dalam
mengerjakan pekerjaanya agar lebih efektif. Misalnya:
8
Membantu manajemen puncak menyediakan data atau informasi.
Membantu bagian personalia dalam penggajian.
Membantu bagian keuangan dalam hal efisiensi biaya.
Membantu bagian pemasaran dalam pengiriman pesanan barang.
Membantu bagian produksi.
b. Bersifat memudahkan atau meringankan bagian lain dalam
mengoperasikan pekerjaannya.
c. Memberikan sumbangan secara tidak langsung bagi kemampuan
perusahaan dalam mencapai atau meningkatkan keuntungan.
Menurut Moekijat (1997: 2) kantor juga mempunyai fungsi. Fungsi kantor
adalah untuk memberikan pelayanan komunikasi dan catatan-catatan. Secara
terinci fungsi kantor itu adalah sebagai berikut :
a. Menerima keterangan.
Misalnya: surat-surat, harga-harga, dan sebagainya.
b. Mencatat keterangan.
Misalnya: catatan-catatan tentang pegawai, harga, dan sebagainya.
c. Menyusun keterangan.
Misalnya: daftar barang-barang dagangan, taksiran-taksiran, dan
sebagainya.
d. Memberi keterangan.
9
Misalnya: daftar barang-barang dagangan, taksiran-taksiran, dan
sebagainya.
e. Menjamin aktiva.
Misalnya: pemeliharaan uang kontan, pengadaan pesediaan, dan sebagainya.
Mengacu pada beberapa definisi kantor yang telah dikemukakan maka yang
dimaksud dengan kantor dalam penelitian ini adalah suatu unit organisasi yang terdiri
dari tempat, personel, dan aktivitas ketatausahaan untuk membantu pimpinan
organisasi.
1.2. Otomatisasi Kantor
Otomatisasi dimulai di pabrik dan menyebar ke kantor dalam bentuk
otomatisasi kantor (office automation), atau OA. Awalnya OA dimaksudkan untuk
membantu pekerjaan sekretarial dan administratif (clerical), tetapi kemampuannya
untuk memudahkan komunikasi formal dan informal dengan orang-orang di dalam
dan di luar perusahaan menarik para manajer dan profesional sebagai pemakai.
Semua pemakai ini menggunakan OA untuk meningkatkan produktivitas mereka
(Raymond, 1996: 85).
Menurut Raymond (1996: 85) otomatisasi kantor (office automation, atau OA,
mencakup semua sistem elektronik formal dan informal yang terutama berkaitan
dengan komunikasi informasi ke dan dari orang-orang di dalam maupun di luar
10
perusahaan. Beberapa sistem otomatisasi perkantoran secara formal dan
didokumentasikan dengan suatu prosedur tertulis. Sistem formal ini diterapkan di
seluruh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan organisasi, mirip dengan sistem
informasi manajemen. Sebagian besar sistem otomatisasi perkantoran tidak
direncanakan atau diuraikan secara tertulis. Sistem-sistem informal ini diterapkan saat
diperlukan oleh perorangan untuk memenuhi keperluaannya sendiri. Otomatisasi
perkantoran dimaksudkan untuk memudahkan segala jenis komunikasi baik secara
lisan maupun secara tertulis.
Otomatisasi kantor (OA) digunakan oleh semua orang yang bekerja di
dalam kantor. Pada dasarnya ada empat kategori pemakai otomatis kantor
menurut Raymond (1996: 86), yaitu:
1. Manajer
Orang yang bertanggung jawab mengelola sumber daya perusahaan
terutama sumber daya manusia.
2. Profesional
Tidak mengelola orang tetapi menyumbang keahlian khususnya
(misalnya: pembeli, wiraniaga, dan asisten staff khusus). Manajer dan
profesional secara bersama dikenal sebagai pekerja terdidik.
3. Sekretaris
11
Ditugaskan pada pekerja terdidik tertentu untuk melaksanakan berbagai
tugas seperti menangani korespondensi, menjawab telepon, dan mengatur
jadwal pertemuan.
4. Pegawai Administrartif (clerical employee)
Melaksanakan tugas-tugas untuk sekretaris, seperti mengoperasikan mesin
fotokopi, menyusun dokumen, menyimpan dokumen dan mengirim surat.
Otomatisasi perkantoran mencakup semua sistem elektronik formal dan
informal yang terutama berkaitan dengan komunikasi informal dari orang-orang
didalam maupun diluar perusahaan. Sistem elektronik formal dimaksudkan sebagai
kegiatan perkantoran yang di dokumentasikan dengan suatu prosedur tertulis.
Semua perusahaan menerapakan sistem formal untuk memenuhi kebutuhan
organisasi, misalnya untuk pengelolaan informasi yang didistribusikan ke manajer
berupa laporan-laporan periodik maupun laporan khusus.
Sistem elektronik informal berarti sistem perkantoran yang tidak direncanakan
atau diuraikan secara tertulis. Sistem-sistem informal ini diterapkan saat diperlukan
oleh perorangan untuk memenuhi keperluannya sendiri. Misalnya melakukan
konsultasi atau diskusi dengan pengambil keputusan lainnya.
Otomatisasi kantor juga mempunyai dampak positif dan dampak negatif
terhadap manajemen perkantoran. Pengaruh positif dari otomatisasi menurut
Maryati (2008: 154) disebutkan diantaranya :
12
a. Dengan perlengkapan kantor modern akan membantu mengerjakan
pekerjaan kantor lebih cepat, lebih baik dan lebih akurat. Sehingga
pekerjaan kantor menjadi lebih efisien.
b. Peralatan kantor modern akan memberikan kesan lebih positif terhadap
image perusahaan.
c. Peralatan kantor modern menjadikan bekerja lebih semangat dan tidak
membosankan. Sehingga menjadikan karyawan lebih produktif.
d. Otomatisasi memberikan peluang sangat besar untuk merencanakan
kembali pekerjaan dan arus pekerjaan, sehingga memperkaya dimensi
pekerjaan itu. Hal ini memberikan karyawan lebih kreatif.
Selain pengaruh positif, otomatisasi kantor juga dapat menimbulkan persoalan
dalam manajemen perkantoran, antara lain:
a. Menurunkan semangat kerja di antara karyawan yang merasa terancam
pekerjaannya. Mereka takut mesin-mesin kantor akan mengambil alih
fungsinya.
b. Banyak orang yang tidak menyukai perubahan. Mereka enggan belajar
dengan cara baru atau merasa tidak mampu, sehingga takut
kelemahannya diketahui.
c. Para staf ahli seringkali mempunyai pendidikan lebih tinggi dari
manajer kantor. Mereka merasa bangga dengan pengetahuan teknisnya
13
dan cenderung tidak sabar kalau menghadapi atasan yang tidak mampu
mengaturnya.
Perlu perencanaan dan persiapan yang matang agar otomatisasi kantor
berjalan dengan baik dan dampak negatif dari perubahan tersebut bisa dihindari
atau dikurangi. Diantaranya:
a. Training atau pelatihan karyawan agar siap mental dalam menghadapi
perubahan.
b. Memberikan training atau pelatihan tentang pengetahuan sehubungan
dengan alat-alat baru yang akan digunakan.
c. Memberikan training atau pelatihan ketrampilan dalam penggunaan atau
pengoperasian alat-alat baru tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang dimaksud otomatisasi kantor dalam
penelitian ini adalah rencana untuk menggabungkan teknologi tinggi melalui perbaikan
proses pelakasanaan pekerjaan.
2.2.1. Konsep – Konsep Otomatisasi Kantor
1. Proses yang terjadi diperkantoran seperti halnya proses manufaktur selalu
mengarah ke otomatisasi.
2. Otomatisasi kantor berevolusi dari aplikasi-aplikasi yang terpisah dan
tanpa rencana menuju aplikasi yang terencana dan terpadu.
3. Otomatisasi kantor memudahkan penerimaan dan pengiriman informasi.
14
4. Otomatisasi kantor memberikan keuntungan lebih besar melalui
pengambilan keputusan yang lebih baik.
1.2.2. Manfaat Otomatisasi Kantor
Otomatisasi perkantoran merupakan kaitan berbagai komponen dalam
menangani informasi; mulai dari input hingga distribusi dengan memanfaatkan
bantuan teknologi secara optimal dan campur tangan manusia secara minimal.
Dengan demikian akan membuat informasi menjadi lebih mudah dan murah
digunakan, dipindahkan, dan dirawat. Pada akhirnya dapat meletakkan landasan
yang kuat untuk integrasi informasi sehinggga perusahaan mampu berkompetisi
lebih baik.
1.2.3. Tujuan Otomatisasi Kantor
Adapun tujuan dari otomatisasi kantor menurut Raymond (1996: 86),
yaitu:
1. Penggabungan dan penerapan teknologi.
2. Memperbaharui proses pelaksanaan pekerjaan di kantor.
3. Meningkatkan produktifitas dan efektifitas pekerjaan.
Tujuan OA masa kini:
1. Pendapatan yang Lebih Tinggi Versus Penghindaran Biaya. Komputer
tidak menggantikan pekerja saat ini, tetapi komputer menunda
penambahan pegawai yang diperlukan untuk menangani beban kerja
yang bertambah.
15
2. Pemecahan Masalah Kelompok. Cara OA berkontribusi pada
komunikasi ke dan dari manajer membuatnya sangat cocok diterapkan
untuk memecahkan masalah kelompok.
3. Pelengkap-Bukan Pengganti. Sebagai suatu cara komunikasi bisnis,
OA bukan tanpa keterbatasan. OA tidak akan menggantikan semua
komunikasi interpersonal tradisional-percakapan tatap muka,
percakapan telepon, pesan tertulis pada memo, dan sejenisnya. OA
harus bertujuan melengkapi komunikasi tradisional.
OA atau Office Automation bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
kerja melalui:
1. Meminimalkan/penghindaran biaya: komputer tidak menggantikan
pekerja saat ini, tetapi komputer menunda penambahan pegawai yang
diperlukan untuk menangani beban kerja yang bertambah.
2. Pemecahan masalah kelompok: otomatisasi kantor dapat memberikan
kemampuan antara manajer untuk saling melakukan komunikasi dengan
lebih baik selagi mereka memecahkan masalah. Peningkatan komunikasi
ini dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik dan lebih cepat.
3. Pelengkap-bukan pengganti: OA tidak akan menggantikan semua
komunikasi interpersonal tradisional-percakapan tatap muka, percakapan
telepon, pesan tertulis pada memo, dan sejenisnya.
16
4. Penggabungan dan penerapan teknologi: misalnya antara telepon,
komputer, jaringan internet, satelit, dll.
5. Memperbarui proses pelaksanaan pekerjaan di kantor: produk OA atau
Office Automation memungkinkan para pekerja kantor ini memproses
lebih banyak dokumen secara lebih cepat dan lebih baik.
1.3. Tenaga Kerja (Sumber Daya Manusia)
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen
yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia
dalam kegiatan suatu organisasi.
Manajemen sumber daya manusia (human resources management) berbeda
dengan manajemen personalia (personel management). Management sumber daya
manusia menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi
yang harus dikelola dengan baik, jadi MSDM (Manajemen Sumber Daya
Manusia) sifatnya lebih strategis bagi organisasi dalam mencapai tujuan–tujuan
yang telah diteteapkan. Sedangkan manajemen personalia menganggap karyawan
sebagai faktor produksi yang harus dimanfaatkan secara produktif atau manajemen
personalia lebih menekankan pada sistem dan prosedur. Istilah personalia
sebenarnya tidak berbeda dengan istilah kepegawaian. Keduanya mempunyai arti
sama, yaitu urusan personalia atau seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
personalia, pegawai atau tenaga kerja. Tenaga kerja menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
17
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
kepegawaian, pada umumnya yang dimaksud dengan kepegawaian adalah segala
hal mengenai kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan Pegawai Negeri. Istilah
kepegawaian lebih umum dipergunakan di kalangan pemerintah. Sedangkan istilah
personalia lebih dikenal di kalangan badan-badan usaha swasta.
Beberapa pakar MSDM memberikan pandangan yang beragam tentang
MSDM. Menurut Schuler, Dowling, Smart dan Huber (dalam Tjutju, 2009: 2)
Human resource management (HRM) is the
recognition of the importance of an
organization’s workforce as vital human resource
contributing to the goals of the organization, and
the utilization of several funcitions and activities
to ensure that they are used effectively and fairly
for the benefit of the individual the organization
and society.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa managemen sumber daya manusia
memberikan pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya
manusia utama yang memberikan kepastian bahwa pelaksanaan fungsi dan kegiatan
18
organisasi dilaksanakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individual, organisasi
dan masyarakat.
Pentingnya peran SDM (Sumber Daya Manusia) dalam pelaksanaan dan
pencapaian organisasi maka pengelolaan sumber daya manusia harus memperhatikan
beberapa aspek staffing, pelatihan, pengembangan dan motivasi yang secara lebih
mendetail dikemukakan oleh De Cenzo and Robbins (dalam Tjutju, 2009: 2)
menyatakan bahwa:
“ human resource management is the part of the
organization that is concerned with the peopleor
human resources aspect of management position,
including recruiting, screening, training,rewarding
and appraising”.
Salah satu aspek pengelolaan sumber daya manusia yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan dan pencapain organisasi adalah pengembangan. Pengembangan
sumber daya manusia merupakan salah satu fungsi operasional MSDM yang berisi
kegiatan–kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi pegawai melalui
peningkatan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan aspek–aspek lainnya.
Pengembangan sumber daya manusia ini penting dilaksanakan sebab adanya perubahan
baik manusia, teknologi, pekerjaan maupun organisasi Mondy (dalam Tjutju, 2009: 36)
19
Pengembanagan SDM (sumber Daya Manusia) tidak hanya terfokus pada
pegawai yang baru direktut, akan tetapi untuk pegawai yang sudah lama bekerja.
Menurut Flippo (dalam Tjutju, 2009: 36) pengembangan merupakan suatu proses yang
terdiri dari:
1. Pelatihan, untuk meningkatkan keahlian serta pengetahuan untuk
melakukan pekerjaan tertentu, dan
2. Pendidikan yang berkaitan dengan perluasan umum, pengertian dan latar
belakang. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan produktivitas,
mengurangi biaya, mempertinggi moral dan mempromosikan stabilitas
dan fleksibilitas dari organisasi.
Pelatihan adalah proses yang memberikan karyawan keahlian khusus atau
membantu karyawan memperbaiki kinerjanya. Simsmora (dalam Tjutju, 2009: 37)
mengemukakan bahwa pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan keahlian-keahlian atau pengetahuan tertentu. Menurut Noe (dalam
Tjutju, 2009: 38) bahwa pelatihan (training) merupakan upaya perusahaan yang
terencana dalam memberikan kesempatan karyawan mempelajari kompetensi yang
berhubungan dengan pekerjaan. Kompetensi meliputi penegetahuan, keahlian atau
perilaku yang penting untuk mencapai prestasi kerjadengan sukses. Menurut Carrel
(dalam Tjutju, 2009: 39) menyatakan bahawa tujuan dari pelatihan antara lain adalah
:
20
1. Meningkatkan kualitias kinerja.
2. Memperbaruhi ketrampilan karyawan.
3. Menghindarkan penerapan manajerial yang telah usang.
4. Memecahkan masalah organisasi.
5. Mempersiapkan karyawan yang akan dipromosikan dan pengelolaan
suksesi kepemimpinan.
6. Memberikan bekal pelatihan kepada karyawan baru untuk orientasi.
7. Memenuhi kebutuhan karyawan.
Aspek yang kedua yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan dan pencapain
organisasi adalah staffing. Perencanaan tenaga kerja merupakan operasi dari
manajemen sumber daya manusia. Perencanaan tenaga kerja dimaksudkan ada
upaya untuk merencanakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan guna mencapai tujuan organisas ini. Fungsi
ini melalui analisis pekerjaan, rekruitmen, penempatan sampai pada orientasi
pekerjaan.
Kegiatan rekruitmen atau penarikan sumber daya manusia bertujuan agar
organisasi dapat memperoleh sumber daya manusia sesuai dengan keahlian yang
dibutuhkan. Aplikasi kegiatan ini adalah dengan adanya seleksi yang dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh
tenaga kerja, apabila sudah memenuhi syarat, maka tenaga kerja tersebut dapat
ditempatkan dengan keahlian masing-masing.
21
Aspek yang ketiga yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan dan pencapain
organisasi adalah motivasi. Motivasi ini meliputi: (1) Achievement drive berusaha
keras untuk memperbaiki atau mencapai standard mutu yang tinggi, (2)
Commitment menyesuaikan dengan tujuan kelompok atau organisasi. (3) Intiatiative
kesiapan untuk menggunakan kesempatan. (4) Optimism tekun dalam mencapai
tujuan meskipun banyak tantangan dan kemunduran.
Berdasrkan penjelasan tersebut, maka yang dimaksud dengan tenaga kerja
dalam penelitian ini adalah semua orang yang bersedia untuk bekerja.
1.4. Prosedur Kerja
Prosedur kerja menurut Moekijat (1997: 53) adalah urutan langkah-langkah
(atau pelaksanaan-pelaksanaan), di dalam mana pekerjaan dilakukan dan
berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana
melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang melakukannnya.
Sedangkan menurut Maryati (2008: 43) prosedur kerja adalah serangkain dari
tahap-tahapan atau urut-urutan dari langkah-langkah yang saling terkait dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam mengendalikan pelaksanaan kerja agar
efisiensi perusahaan tercapai dengan baik dibutuhkan sebuah petunjuk tentang
prosedur kerja.
22
2.4.1. Pentingnya Prosedur Kerja
Prosedur kerja membuat pekerjaan kantor dapat dilaksanakan lebih lancar,
sehingga waktu penyelesaian lebih cepat. Prosedur kerja juga memberikan pengawasan
lebih baik tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan telah dilakukan. Prosedur kerja
menjadikan setiap bagian berkoordinasi dengan bagian yang lain. Dengan adanya
prosedur kerja maka pekerjaan dapat dikendalikan dengan baik, dan tentu saja hal
tersebut akan membuat penghematan yang besar bagi perusahaan.
2.4.2. Prinsip-Prinsip Prosedur Kerja
Prinsip-prinsip prosedur kerja yang baik menurut Moekijat (1997: 53) adalah:
a. Sistem perkantoran hendaknya sederhana, sehingga dapat mempermudah
pengawasan.
b. Spesialisasi hendaknya dipergunakan sebaik-baiknya.
c. Pencegahan penulisan, gerakan, atau kegiatan yang tidak perlu.
d. Berusaha mendapatkan arus pekerjaan yang sebaik-baiknya dan mencegah
adanya rintangan-rintangan.
e. Mencegah kekembaran (duplikasi) pekerjaan (terutama formulir-formulir)
f. Hendaknya ada pengecualian yang seminimum-minimumnya terhadap
peraturan.
g. Sistem hendaknya fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi yang
berubah.
23
h. Cegah pemeriksaan yang tidak perlu.
i. Pembagian tugas yang tepat.
j. Sistem perkantoran hendaknya memberikan pengawasan yang terus-
menerus terhadap pekerjaan yang dilakukan.
k. Penggunaan mesin kantor yang sebaik-baiknya.
l. Gunakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang sebaik-baiknya.
m. Tiap pekerjaan yang diselesaikan harus memajukan pekerjaan dengan
memperhatikan tujuan.
n. Pekerjaan tata usaha harus diselenggarakan sampai yang seminimum-
minimumnya.
Mengacu pada beberapa definisi prosedur kerja yang telah dikemukakan
maka yang dimaksud dengan prosedur kerja dalam penelitian ini adalah
rangkaian tata pelaksanaan kerja yang di atur secara berurutan yang saling
berhubungan satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan.
1.5. Mesin-Mesin Kantor
Mesin hanya merupakan salah satu aspek efisiensi kantor. Mesin saja
tidak selalu menambah efisiensi, juga tidak selalu ekonomis dan baik. Mesin
kantor adalah segenap peralatan yang bersifat mekanisme, elektris, elektronis,
maupun magnetis yang digunakan untuk menghimpun, mencatat, mengolah,
menggandakan, atau mengirim keterangan yang dibutuhkan oleh suatu
lembaga sehingga mampu memperlancar aktivitas kantor (Eko, 1999: 6)
24
2.5.1. Klasifikasi Mesin-Mesin Kantor
Mesin-mesin yang digunakan dalam suatu kantor mempunyai bentuk
dan jenis yang beraneka ragam. Berdasarkan aneka ragam jenis maupun
bentuknya, mesin-mesin kantor dapat diklafisikasikan menjadi beberapa
kelompok, tergantung dari tenaga gerak, cara kerja komponen mesin, dan
fungsi mesin.
1. Tenaga Penggerak
Menurut tenaga penggerak mesin kantor dibagi menjadi dua yaitu:
a. Mesin manual adalah mesin kantor yang dioperasikan dengan
menggunakan tenaga manusia atau tenaga murni.
b. Mesin listrik, adalah mesin kantor yang pengoperasiannya
menggunakan tenaga listrik.
2. Cara Kerja Komponen Mesin
Menurut cara kerja komponen mesin, mesin kantor dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Mesin mekanis, adalah mesin kantor yang rangkaian komponennya
bergerak atau bekerja hanya pada waktu di operasikan. Mesin ini
ada yang digerakkan secara manual, tapi ada juga yang digerakkan
dengan tenaga kerja.
25
b. Mesin elektronis, adalah mesin kantor yang rangkaian
komponennya bersifat elektronis atau menggunakan bahan mesin.
Mesin ini hanya dapat digerakkan dengan menggunakan tenaga
listrik.
Menurut Moekijat (1997: 68), mesin kantor juga mempunyai keuntungan
dan kerugian. Adapaun keuntungan dari mesin kantor:
a. Menghemat tenaga kerja: akan terdapat penghematan pada daftar
pembayaran atau tenaga kerja dapat dikurangi untuk pekerjaan lain.
b. Menghemat waktu: beberapa pekerjaan harus diselesaikan dalam suatu
jangka waktu tertentu ( misalnya dalam mempersiapkan upah).
c. Meningkatkan ketelitian dan memperbaiki mutu pekerjaan (misalnya
mesin hitung memberikan ketelitian secara mekanis dan meniadakan
kegiatan pemeriksaan).
d. Mengurangi rasa bosan dibandingkan dengan metode tulisan tangan
(beberapa mesin adalah membosankan, tetapi apabila pekerjaan dilakukan
dengan cepat mungkin rasa bosan tersebut dapat dikurangi).
e. Pekerjaan nampak lebih baik (misalnya faktur yang diketik).
f. Mencegah penggelapan (misalnya mesin untuk menulis cek).
g. Mengurangi kelelahan pegawai kantor dengan demikian menambah mutu
pekerjaan (misalnya mesin ketik elektris).
26
h. Memberikan keterangan yang lebih banyak, lebih cepat daripada
sebelumnya, kepada manajemen (misalnya komputer elektronis).
Kerugian mesin kantor:
a. Mesin tidak dapat memperkejakan pekerjaan yang memerlukan
kecerdasan tinggi (seorang akuntan masih diperlukan meskipun
dipergunakan mesin hitung).
b. Tingkat penyusutan berupa mesin adalah tinggi (misalnya mesin hitung
elektronis mengakibatkan mesin-mesin yang lain cepat menjadi out of
date).
c. Biaya barang-barang keperluan kantor dan alat tulis-menulis serta biaya
cetak-mencetak (misalnya dengan mesin hitung hal ini sering tidak
dilihat).
d. Sulit mendapatkan operator-operator mesin yang cakap atau biaya untuk
melatih mereka (terutama operator mesin hitung).
e. Pengaruh terhadap sistem-sistem perkantoran (misalnya penggunaan
sebuah komputer dapat berarti suatu perubahan besar daripada sistem-
sistem perkantoran).
f. Pegawai lebih mudah dipindahkan dari bagian yang satu ke bagian yang
lain ketimbang mesin.
g. Tidak ada fleksibilitas dari beberapa metode mesin.
h. Biaya modal: mesin-mesin tertentu harganya sangat mahal.
27
i. Kesulitan pemeliharaan dan dalam terjadi kerusakan.
Pesatnya perkembangan mesin-mesin kantor yang menuju ke arah
otomatisasi, selain mempunyai pengaruh terhadap efisiensi kerja, juga
mempunyai dampak lain yang berpengaruh pada hal-hal sebagi berikut:
1. Tenaga Kerja.
2. Prosedur Kerja.
3. Hasil Kerja.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang dimaksud mesin-mesin
kantor dalam penelitian ini adalah salah satu alat penunjang untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan efisien.
1.6. Efisiensi Kerja
Tata usaha sebagai bidang kerja hendaknya direncanakan, dibina,
dikendalikan, disempurnakan, atau pendekatannya ditata dengan sebaik-
baiknya. Apabila tidak ditata dengan sebaik-baiknya akan menjadi kumpulan
aktivitas yang tak karuan. Akibatnya mungkin kesimpang-siuran dalam
penyedian keterangan-keterangan yang diperlukan dalam suatu organisasi,
mungkin bukannya membantu berhasilnya pekerjaan-pekerjaan operatif,
tetapi sebaliknya dapat merintangi, atau mungkin pula menyebabkan
lambatnya pekerjaan unsur-unsur administrasi lainnya, tetapi yang pasti ialah
mengakibatkan penghamburan berbagai sumber kerja.
28
Penataan terhadap tata usaha dan pelaksanaan bidang kerja itu sendiri
harus selalu berakibat pada efisiensi. Efisiensi sesekali perlu dijadikan satu-
satunya dasar pemikiran, ukuran baku, dan tujuan pokok bagi semua
pelaksanaan kerja. Menurut The Liang Gie (1996: 171) efisensi adalah suatu
asas dasar tentang perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya.
Perbandingan ini dapat dilihat dari 2 segi yaitu:
1. Segi Usaha
Suatu kegiatan dapat dikatakan efisiensi kalau suatu hasil tertentu tercapai
dengan usaha yang sekecil-kecilnya. Pengertian “usaha” dapat
dikembalikan pada 5 unsur yang dapat juga disebut sumber-sumber kerja,
yaitu:
1. Pikiran
2. Tenaga
3. Waktu
4. Ruang
5. Benda, termasuk uang
2. Segi Hasil
Suatu kegiatan dapat disebut efisien kalau dengan suatu usaha tertentu
memberikan hasil yang sebanyak-banyaknya, baik yang mengenai
mutunya maupun jumlah satuan hasil itu.
29
The Liang Gie (1996: 172) menyatakan bahwa konsepsi tentang efisiensi
sebagai perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya itu dapat
diterapkan dalam berbagai bidang, dari kehidupan pribadi yang bersifat
perorangan sampai pekerjaan yang luas. Apabila diterapkan dalam bidang
kerja apa pun, maka terdapatlah efisiensi kerja. Penelahan dan aktivitas untuk
mencapai efisiensi kerja telah lazim disebut work simplification (secara
harafiah berarti penyederhanaan kerja) dalam kepustakaan dunia barat. Usaha
mencapai efisiensi kerja atau work simplification di dunia barat itu
berlandaskan ide pokok bahwa ”selalu terdapat cara yang lebih baik untuk
melaksanakan pekerjaan”. Allan H. Mogensen (dalam The Liang Gie, 1996:
173) secara sederhana merumuskan work simplification sebagai “pengguna
akal sehat secara teratur untuk menemukan cara-cara yang lebih mudah dan
lebih baik dalam melaksanakan pekerjaan.”
Efisensi kerja menurut The Liang Gie (1996: 173) efisiensi kerja adalah
perbandingan terbaik antara suatu kerja dengan hasil yang dicapai oleh kerja
itu. Selanjutnya bilamana suatu kerja dianalisis, dapatlah dibedakan dalam 2
segi, yaitu intinya dan susunannya. Intinya ialah rangkain aktivitas-
aktivitasnya itu sendiri yang wujudnya mengikuti tujuan yang hendak dicapai,
sedangkan yang dimaksud dengan susunannya ialah cara-caranya rangkain
aktivitas-aktivitas itu dilakukan. Jadi setiap kerja tentu mencakup suatu cara
30
tertentu dalam melakukan tiap-tiap aktivitas, apapun tujuan dan hasil yang
ingin dicapai dengan kerja itu.
Dengan tidak mengabaikan faktor-faktor lainnya yang ikut mempengaruhi
suatu kerja, maka perbandingan terbaik antara usaha dan hasilnya dalam kerja
itu terutama ditentukan oleh caranya melakukan aktivitas yang bersangkutan.
Jadi, efisensi kerja pada umumnya merupakan, perwujudan dari cara-cara
kerja yang memungkinkan tercapainya perbandingan terbaik antara usaha dan
hasil, yaitu cara-cara bekerja yang efisien.
The Liang Gie (1996: 174) menjelaskan bahwa dilihat dari segi usaha
yang meliputi 5 unsur tersebut maka kini dirumuskan lebih konkrit bahwa
sesuatu cara bekerja yang efisien ialah cara yang tanpa sedikitpun mengurangi
hasil yang hendak dicapai merupakan:
1. Cara yang paling mudah (tidak sulit memakai banyak pikiran).
2. Cara yang paling ringan (artinya tidak berat karena memerlukan
banyak tenaga jasmani manusia)
3. Cara yang paling tepat (tidak lama dikarenakan memakan banayak
waktu).
4. Cara yang paling dekat (tidak jauh jaraknya dan menghambur-
hamburkan ruang kerja).
31
5. Cara yang paling murah (tidak mahal akibat terlampau boros
penggunaan bendanya).
Dalam setiap bidang kerja dan pelaksanaan rangkain cara-caranya
biasanya dapat disimpulkan sesuatu asas yang menjadi petunjuk dalam
melakukan tindakan-tindakan. Demikian pula dalam bidang tatausaha perlu
kiranya diindahkan asas-asas tertentu agar dapat tercapai perbandingan terbaik
antara setiap kerja ketatausahaan dengan hasilnya. Asas asas efisensi bagi
tatausaha itu ada 5 menurut The Liang Gie (1996: 174) diantaranya:
perencanaan, penyederhanaan, penghematan, penghapusan dan
penggabungan.
1. Asas Perencanaan
Merencanakan berarti menggambarkan dimuka mengenai tindakan-tindakan
yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai sesuatu tujuan.
2. Asas Penyederhanaan
Menyederhanakan berarti membuat suatu sistem yang ruwet atau pekerjaan
yang sukar menjadi lebih mudah atau ringan.
3. Asas Penghematan
Menghemat berarti mencegah pemakaian benda-benda secara berlebihan
sehingga biaya pekerjaan yang bersangkutan menjadi mahal.
4. Asas Penghapusan
32
Menghapuskan berarti meniadakan langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan
dalam pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang dianggap kurang perlu atau tidak
berhubungan dengan hasil kerja yang ingin dicapai.
5. Asas Penggabungan
Menggabungkan berarti mempersatukan pekerjaan-pekerjaan yang
mempunyai persamaan atau benda-benda yang mungkin dikerjakan sekaligus
dalam satu langkah sehingga dapat menghemat waktu kerja.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang dimaksud efisiensi kerja
dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan kerja yang dapat dilihat dari dua
segi, yaitu: segi usaha dan segi hasil.
1.7. Penelitian Terdahulu
Judul : Otomatisasi Kantor Penunjang Efisiensi Kerja Di Dinas Pertanian
Salatiga.
Masalah : Dalam penelitian ini masalah yang terjadi, diantaranya :
1. Dinas Pertanian memiliki peralatan kantor otomat yang terbatas
diantaranya komputer, mesin fax, telepone, LCD dan laptop.
2. Dinas pertaniam memiliki 10 pegawai, 3 diantaranya tidak terampil
menggunakan alat-alat kantor seperti komputer, laptop dan lain-lainnya.
33
3. Pekerjaan yang harus dikerjakan dengan komputer, tidak terselesaikan
tepat pada waktunya karena harus menunggu giliran menggunakan
komputer.
Metode : Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
Kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata,
gambar bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya
penunjang. Data yang diperoleh meliputi transkip interview, catatan lapangan,
foto, dokumen pribadi dan lain-lain.
Hasil : Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tujuan utama dari proses
otomatisasi adalah efisiensi dan efektifitas kerja dengan memanfaatkan
tekhnologi informasi, efisiensi dan efektifitas berujung pada penghematan.
Selain itu otomatisasi kantor bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
kerja. Hasil penelitian menunjukan 70% hasil kerja belum sempurna, 80%
prosedur yang digunakan dapat berjalan baik dengan dibantu mesin-mesin
kantor, dan 70% mesin mesin kantoryang digunakan. Sedangkan tingkat
efisiensinya hanya 60%.
Kesimpulan: Hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menarik kesimpulan
yaitu otomatisasi yang digunakan Dinas Pertanian Kota Salatiga belum
menunjang efisiensi kerja para pegawainya. Ini dilihat dari terbatasnya mesin-
mesin kantor yang digunakan untuk membantu pekerjaan.
34
1.8. Kerangka Berfikir
Tujuan utama dari proses otomatisasi adalah efisiensi kerja dengan
memanfaatkan teknologi informasi. Otomatisasi kantor berpengaruh pada hal
berikut:
a. Tenaga Kerja
Tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dengan dibantu
otomatisasi kantor staffing, pelatihan, pengembangan dan motivasi
akan menjadi ringan dan meningkat.
b. Prosedur Kerja
Prosedur kerja adalah serangkain dari tahap-tahapan atau urut-
urutan dari langkah-langkah yang saling terkait dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, untuk mengendalikan pelaksanaan
kerja agar efisiensi perusahaan tercapai dengan baik dibutuhkan
sebuah petunjuk tentang prosedur kerja. Dengan adanya
otomatisasi kantor prosedur kerja akan semakin mudah, semakin
efisien (cepat selesai) dan tentunya berujung pada penghematan
biaya, waktu dan tenaga.
c. Mesin-Mesin Kantor
35
Mesin kantor adalah segenap peralatan yang bersifat mekanisme,
elektris, elektronis, maupun magnetis yang digunakan untuk
menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, atau mengirim
keterangan yang dibutuhkan oleh suatu lembaga sehingga mampu
memperlancar aktivitas kantor. Dengan menggunakan mesin-
mesin kantor pekerjaan akan lebih mudah dan efisien dari segi
waktu, biaya, tenaga, pikiran dan biaya.
Dilihat dari unsur-unsur yang mempengaruhi otomatisasi kerja, maka
ada 3 unsur yang mempengaruhi otomatisasi kantor yaitu: Tenaga Kerja,
Prosedur Kerja, Mesin-Mesin Kantor.
Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan model sebagai
berikut:
Tenaga Kerja (SDM)
Efisiensi Kerja Prosedur Kerja Otomatisasi Kantor
Mesin – Mesin Kantor