21
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Udjianti, 2010). JNC (Joint National Commitee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure) mendefinisikan sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya (Doengoes, 2005). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140

mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg

(Udjianti, 2010). JNC (Joint National Commitee On

Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of

High Blood Pressure) mendefinisikan sebagai tekanan

yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan

sesuai derajat keparahannya (Doengoes, 2005). Menurut

WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah

≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Dari

ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal

dengan tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan

diastolik lebih dari 90 mmHg.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

12

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah sesuai International Society of Hypertension (ISH) For Recently Updated WHO, tahun 2003 (Sumber : Linda Brookes, 2004).

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal <130 < 85

Normal Tinggi/PraHipertensi

130 – 139 85 – 89

Hipertensi Derajat I 140 – 159 90 – 99

Hipertensi Derajat II 160 – 179 100 – 109

Hipertensi Derajat III ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sering ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang

mengalami kenaikan tekanan darah. Hal ini dikarenakan

arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,

maka pembuluh arteri tidak dapat mengembang pada

saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Darah pada setiap denyut jantung terpaksa melalui

pembuluh darah yang sempit dan menyebabkan naiknya

tekanan darah pada usia lanjut. Dinding arteri menebal

dan kaku karena proses arteriosklerosis.Tekanan sistolik

terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan

diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,

kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan

menurun drastis (Whiteley, 2004).

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang

paling sering terjadi, hipertensi yang berkepanjangan

dapat merusak pembuluh-pembuluh darah dalam ginjal,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

13

jantung, dan otak, serta dapat meningkatkan insiden

gagal ginjal dan penyakit jantung koroner. Hipertensi

yang tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan

organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta

kelumpuhan anggota gerak. Namun kerusakan yang

paling sering adalah gagal jantung dan stroke serta gagal

ginjal (Lubis, 2008).

Diperlukan upaya penurunan tekanan darah

dengan terapi farmakologis untuk dapat mencegah

kerusakan/komplikasi pada pembuluh-pembuluh darah

dan menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas

(Benowitz, 2004). Hipertensi merupakan masalah

kesehatan yang cukup dominan di negara–Negara

berkembang. Hipertensi telah menjadi penyakit yang

menakutkan bagi masyarakat (Rahayu, 2000).

2.1.2. Gejala dan Penyebab Hipertensi

Gejala hipertensi tergantung tekanan darah,

lamanya hipertensi diderita dan komplikasi yang telah

terjadi (Ganong, 2000). Biasanya penderita merasakan

antara lain tengkuk terasa pegal dan tidak nyaman, detak

jantung sangat cepat dan berdebar,telinga berdengung

dan vertigo. Namun sebagian besar penderita hipertensi

merasakan nyeri dikepala, hingga penglihatan kabur.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

14

Penyebab hipertensi primer tidak diketahui

meskipun telah banyak penyebab yang dapat di

identifikasikan. Penyebab terbesar (95%) hipertensi

adalah hipertensi esensial, yaitu kombinasi antara faktor

genetik dan lingkungan. Sementara hipertensi sekunder

dan disfungsi ginjal, sangat jarang terjadi (Adi, 2008).

Penyakit hipertensi terkait banyak faktor aterosklerosis,

meningkatnya pemasukan sodium, baroreseptor, renin

secretion, renal excretion dari sodium dan air dan faktor

genetik dan lingkungan.

Hal tersebut di atas, menyebabkan volume cairan

intravaskuler meningkat dan juga meningkatnya

resistensi peripheral. Telah jelas bahwa aterosklerosis

dan hipertensi saling terkait. Hipertensi akan semakin

meningkatkan pembentukan plaque pada vasa darah,

dan akibatnya menyebabkan semakin meningkatnya

tekanan darah. Dalam beberapa kasus, adanya

aterosklerosis arteri dan meningkatnya resistensi

peripheral, akan menyebabkan meningkatnya hipertensi

(Cowin, 2001).

Hipertensi bisa menimbulkan komplikasi seperti

kerusakan pada otak dan jantung, penyakit diabetes

mellitus, hiperfungsi kelenjar tiroid, meningkatnya

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

15

rematik, asam urat, dan kolesterol, serta gangguan ginjal

(Adi, 2008).

2.1.3. Patofisiologis Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi karena

adanya gangguan dalam sistem peredaran darah.

Gangguan tersebut dapat berupa gangguan sirkulasi

darah, gangguan keseimbangan cairan dalam pembuluh

darahatau komponen dalam darah yang tidak normal.

Gangguan tersebut menyebabkan darah tidak dapat

disalurkan ke seluruh tubuh dengan lancar.Untuk itu,

diperlukan pemompaan yang lebih keras dari jantung.

Hal ini akan berdampak pada meningkatnya tekanan

dalam pembuluh darah atau disebut hipertensi (Price dan

Wilson, 2006)

Tekanan darah adalah fungsi berulang-ulang dari

cardiac output karena adanya resistensi periferal

(resistensi dalam pembuluh darah untuk mengalirkan

darah). Diameter pembuluh darah ini sangat

mempengaruhi aliran darah. Jika diameter menurun

misalnya pada aterosklerosis, resistensi dan tekanan

darah meningkat. Jika diameter meningkat misalnya

dengan adanya terapi obat vasodilator, resistensi dan

tekanan darah menurun.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

16

Ada dua mekanisme yang mengontrol homeostatik

dari tekanan darah, yaitu:

1. Short term control (sistem saraf simpatik).

Mekanisme ini sebagai respon terhadap penurunan

tekanan, sistem saraf simpatetik mensekresikan

norepinephrine yang merupakan suatu

vasoconstrictor yang akan bekerja pada arteri kecil

dan arteriola untuk meningkatkanresistensi

peripheral sehingga tekanan darah meningkat.

2. Long term control (ginjal).

Ginjal mengatur tekanan darah dengan cara

mengontrol volume cairan ekstraseluler dan

mensekresikan renin yang akan mengaktivasi

sistem renin dan angiotensin (Price dan Wilson,

2006)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

17

Bagan 2.1.3 Patofisiologis Hipertensi

Sumber: Price dan Wilson (2006)

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hipertensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu pertama

faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis

kelamin, umur, etnis dan genetik. Sedangkan yang kedua

adalah faktor yang dapat diubah seperti pola makan,

kebiasaan olah raga, stress, alkoholik dan merokok.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

18

Terjadinya hipertensi perlu peran faktor-faktor risiko

tersebut secara bersama-sama (common underlying risk

factor).

1. Umur

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian

menunjukkan bahwa seraya usia seseorang

bertambah, tekanan darah pun akan meningkat (Andra,

2007). bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi

lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut

cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar

50% diatas umur 60 tahun (Nurkhalida, 2003)

Penyakit tidak menular tertentu seperti penyakit

kardiovaskular, diabetes mellitus, dan lain-lain erat

kaitannya dengan umur. Semakin tua seseorang maka

semakin besar risiko terserang penyakit tersebut

(Gunawan, 2005). Umur lebih dari 40 tahun mempunyai

risiko terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan

bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih

besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup

tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50%

diatas umur 60 tahun (Nurkhalida, 2003). Dalam hal ini

arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta

tekanan darah meningkat seiring dengan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

19

bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan

berkembang pada umur limapuluhan dan enampuluhan

(Price dan Wilson, 2006). Dengan bertambahnya umur,

dapat meningkatkan risiko hipertensi. Hipertensi bisa

terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai

pada usia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya biasa saja

bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan

bertambahnya umur. Ini sering disebabkan oleh

perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan

hormon. Hanya saja bila perubahan ini disertai faktor-

faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi

(Mansjoer, 2001).

2. Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya

penyakit tidak menular tertentu, yang banyak

dicetuskan oleh hipertensi dimana pria lebih banyak 30

menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio

sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik

(Gunawan, 2005). Sedangkan menurut Arif Mansjoer

pria dan wanita menapouse berpengaruh terhadap

terjadinya hipertensi. Penelitian lain mengatakan bahwa

laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang

relatif sama menderita hipertensi (Mansjoer, 2001).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

20

3. Merokok

Faktor berikutnya merokok dapat merusak dinding

pembuluh darah dan mempercepat proses pengerasan

pembuluh darah arteri. Penelitian terhadap lansia di

poliklinik geriatri RSCM menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara merokok dengan

hipertensi. Lansia yang hipertensi lebih banyak

didapatkan dengan kebiasaan merokok yakni sebesar

84,4% dibandingkan dengan yang tidak merokok yakni

sebesar 60,9%. Sedangkan minuman berakohol dapat

meningkatkan tekanan darah. Alkohol mengandung

kalori sehingga dapat mengganggu program diet yang

telah diatur jumlah kalorinya perhari (Sanusi, 2002).

4. Konsumsi Alkohol

Alkohol dapat menaikkan tekanan darah,

memperlemah jantung, mengentalkan darah dan

menyebabkan kejang arteri (Susanto, 2010). Beberapa

studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan

darah dan asupan alkohol, diantaranya melaporkan

bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak

apabila mengkonsumsi alkohol sekitar dua sampai tiga

gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara barat

seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

21

berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar

10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan

alkohol yang berlebihan dikalangan pria usia 40 tahun

keatas (Depkes, 2006). Konsumsi alkohol seharusnya

kurang dari dua kali per hari pada laki-laki untuk

pencegahan peningkatan tekanan darah. Bagi

perempuan dan orang yang memiliki berat badan

berlebih, direkomendasikan tidak lebih dari 1 kali

minum per hari (Krummel, 2004).

5. Konsumsi Buah dan Sayur

Mengkonsumsi buah dan sayur satiap hari sangat

penting, karena mengandung vitamin dan mineral, yang

mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta

mengandung serat yang tinggi (Depkes, 2008). Asupan

serat yang cukup dapat menetralisir kenaikan kadar

lemak darah (kolesterol, trigliserid, LDL, HDL) dapat

mengangkut asam empedu, selain itu, serat juga dapat

mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan

darah (Susanto, 2010) dan (Iqbal, 2008). Menurut

Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad

Dimyati, tingkat konsumsi sayur dan buah masyarakat

Indonesia saat ini masih rendah. Bahkan masih jauh

dari standar konsumsi yang direkomendasikan oleh

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

22

Food and Agriculture Organization (FAO) (Pikiran

Rakyat, 2010). Selain faktor budaya, rendahnya

konsumsi sayuran dikarenakan belum munculnya

kesadaran yang masif di masyarakat untuk

mengkonsumsi sayuran agar menyehatkan tubuh.

Menu utama masih didominasi nasi (Kompas, 2011).

6. Konsumsi Lemak

Bila mengkonsumsi makanan berlemak, maka didalam

usus makanan tersebut akan diubah menjadi kolesterol.

Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya

ateroklerosis yaitu suatu kondisi dimana kolesterol

menumpuk di dinding pembuluh darah arteri.

Pembentukan ateroklerosis diawali dengan rusaknya

pembuluh darah. Setelah pembuluh darah rusak, maka

kolesterol yang dibawa LDL terperangkap pada dinding

pembuluh darah tersebut dalam waktu bertahun-tahun

Maka terjadilah pembentukan plak sehingga pembuluh

darah makin sempit dan elastisitasnya berkurang

(Cahyono, 2008).

Kandungan lemak yang dapat mengganggu kesehatan

jika jumlahnya berlebih lainnya adalah: kolesterol,

trigliserida, low density lipoprotein (LDL) (Almatsier,

2006). Secara umum, asam lemak jenuh cenderung

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

23

meningkatkan kolesterol darah, 25-60% lemak yang

berasal dari hewani dan produknya merupakan asam

lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam

lemak jenuh, diperkirakan akan meningkatkan 2.7

mg/dL kolesterol darah, akan tetapi hal ini tidak terjadi

pada semua orang. Lemak jenuh terutama berasal dari

minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti

minyak jagung, minyak kedelai yang mendapat

pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang.

Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan

peningkatan kadar LDL kolesterol. Sedangkan lemak

tidak jenuh, meskipun mengkonsumsinya kadar

kolesterol tidak meningkat dan tetap stabil (Almatsier,

2006).

Berikut ini merupakan contoh bahan-bahan makanan

yang mengandung lemak sedang sampai lemak yang

cukup tinggi antara lain meliputi: ayam dengan kulit,

bebek, corned beef, daging babi, kuning telur ayam,

sosis, bakso, daging kambing, daging sapi, hati ayam,

hati sapi, otak, telur ayam, telur bebek, usus sapi, susu

kerbau, susu kental manis, sarden dalam kaleng,

kelapa, lemak babi/sapi, mentega, minyak kelapa,

santan (Almatsier, 2006). Penelitian Hasirungan (2002)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

24

didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara

konsumsi lemak dengan hipertensi. Namun, hasil

penelitian Sugihartono (2007) diketahui sering

mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai risiko untuk

terserang hipertensi sebasar 7,72 kali dibandingkan

orang yang tidak biasa mengkonsumsi lemak jenuh.

7. Olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan

penyakit tidak menular, karena olahraga yang teratur

dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan

melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila

jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat

karena adanya kondisi tertentu (Suryono, 2001).

Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada

hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan

meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika

asupan natrium juga bertambah akan memudahkan

timbulnya hipertensi (Sheps, 2005).

Selama 10 tahun terakhir, jumlah penderita hipertensi

di rumah sakit Semarang meningkat lebih dari 10 kali

lipat (Sunarta Ann, 2005). Satu dari lima pria berusia

antara 35-44 tahun memiliki tekanan darah yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

25

tinggi.Angka prevalensi tersebut menjadi dua kali lipat

pada usia antara 45-54 tahun. Separuh dari mereka

yang berusia 55-64 tahun mengidap penyakit ini. Pada

usia 65-74 tahun, prevalensi menjadi lebih tinggi lagi,

sekitar 60%.

Hal ini dikarenakan pada usia lanjut kelenturan arteri

berkurang dan terjadi kekakuan dinding arteri akibat

arteriosklerosis sehingga terjadi peningkatan tekanan

darah. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi

dibandingkan wanita. Tetapi diatas usia tersebut, justru

wanita (setelah mengalami menopouse) yang

berpeluang lebih besar.

Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya

hidup masyarakat secara global, seperti semakin

mudahnya mendapatkan makanan siap saji. Demikian

juga konsumsi sayuran segar dan serat yang berkurang

serta konsumsi natrium, lemak, gula, dan kalori yang

terus meningkat. Hal ini berperan besar dalam

meningkatkan angka kejadian hipertensi.Makanan yang

dimakan, secara langsung atau tidak langsung

berpengaruh terhadap kestabilan tekanan darah.

Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium memiliki

kaitan yang erat dengan munculnya hipertensi.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

26

8. Stress

Selain itu, faktor stress juga berpengaruh pada

kenaikan tekanan darah secara bertahap karena dapat

meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Stres tinggi

berpeluang 3,89 kali dan stres sedang berpeluang 2,99

kali terhadap hipertensi dibandingkan dengan stres

rendah (Depkes, 2006).

2.1.5. Penanganan Hipertensi

2.5.1. Terapi Farmakologis

Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah terutama

dengan cara mendeplesi simpanan natrium tubuh.

Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah

dengan menurunkan volume darah dan curah

jantung, sehingga tahanan perifer menurun. Setelah

6-8 minggu, curah jantung kembali normal karena

tahanan vaskular perifer menurun

Natrium dapat menyebabkan naiknya

tahanan vaskular dengan meningkatkan kekakuan

pembuluh darah dan reaktivitas saraf yang diduga

berkaitan dengan terjadinya peningkatan pertukaran

natrium-kalsium dengan hasil akhir peningkatan

kalsium intraseluler. Efek tersebut dapat dikurangi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

27

dengan pemberian diuretik dan pengurangan

natrium.

Contoh obat diuretik yang sering digunakan

untuk menurunkan hipertensi adalah:

spironolactone, furosemide dan hydrochlorothiazide

(thiazide) yang mempunyai efek cukup kuat sebagai

diuretik dan efektif untuk menurunkan tekanan

darah dalam dosis yang rendah (Benowitz, 2004).

Obat Simpatoplegik

Obat ini empunyai mekanisme kerja

menurunkan tekanan darah dengan cara

menurunkan inotropik jantung dan menurunkan

tahanan perifer dan meningkatkan pengumpulan

darah didalam pembuluh darah. Dua efek terakhir

ini menyebabkan penurunan curah jantung. Contoh

obat golongan ini adalah: Methyldopa dan Clonidine

(Benowitz, 2004).

Obat Vasodilator Langsung

Semua vasodilator yang digunakan untuk

hipertensi merelaksasi otot polos arteriol, sehingga

dapat menurunkan tahanan vaskular sistemik.

Penurunan tahanan arteri dan rata-rata penurunan

tekanan darah arteri, menimbulkan respon

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

28

kompensasi, yang dilakukan oleh baroreseptor dan

sistem saraf simpatis, seperti halnya renin

angiotensin dan aldosteron. Respon-respon

kompensasi tersebut melawan efek anti hipertensi

vasodilator. Vasodilator bekerja dengan baik

apabila dikombinasikan dengan obat anti hipertensi

lain yang melawan respon kompensasi

kardiovaskular. Contoh obat–obat vasodilator

adalah; Hydralazine dan Minoxidil (Benowitz, 2004).

Obat yang menyekat produksi/efek

angiotensin renin bekerja terhadap angiotensin

untuk melepaskan angiotensin I dekapeptida yang

tidak aktif. Angiotensin I kemudian dikonversi,

terutama oleh enzim pengubah angiotensin

endothelial (endothelial angiotensin-converting

enzyme/ACE),menjadi oktapeptida angiotensin II

vasokonstriktor arterial, yang akan dikonversi

menjadi angiotensin III didalam kelenjar adrenal.

Angiotensin II mempunyai aktifitas vasokonsriktor

dan retensi natrium. Angiotensin II dan III

menstimulasi rilis aldosteron. Aldosteron akan

dikonversi menjadi angiotensin lll sehingga

menurunkan tekanan darah. Contoh obat golongan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

29

ini adalah ; Captopril, Enalapril dan Lisinopril

(Benowitz, 2004).

Terapi Non Farmakologis

Langkah awal dalam mengobati hipertensi

dapat dilakukan secara non farmakologis.

Pelaksaanaan diet yang teratur dapat menormalkan

hipertensi, yaitu dengan mengurangi makanan

dengan tinggi natrium, makanan yang berlemak,

mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan

melakukan aktivitas olah raga (Julianti, 2005).

Pembatasan asupan natrium dapat

merupakan pengobatan efektif bagi banyak pasien

dengan hipertensi ringan. Diet rata-rata orang

Amerika mengandung sekitar 200 mg natrium

setiap harinya. Diet yang dianjurkan untuk

pengobatan hipertensi adalah 70-100 mg natrium

setiap harinya. Hal ini dapat dicapai dengan tidak

memberi natrium pada makanan selama atau

sesudah memasak dan menghindari makanan yang

diawetkan dengan kandungan natrium besar.

Kepatuhan dalam pembatasan natrium dapat

ditentukan dengan mengukur ekskresi natrium urine

setiap 24 jam. Pengukuran ini dapat memperkirakan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

30

masukan natrium sebelum dan sesudah petunjuk

untuk melakukan diet. Diet yang kaya buah dan

sayuran dengan sedikit produk rendah lemak efektif

dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini diduga

berkaitan dengan tinggi kalium dan kalsium pada

diet tersebut.

Pengurangan berat badan, walaupun tanpa

pembatasan natrium, telah terbukti dapat

menormalkan tekanan darah sampai dengan 75%

pada pasien kelebihan berat dengan hipertensi

ringan hingga sedang. Olah raga teratur juga telah

terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Jika kurang berolah raga akan

cenderung meningkatkan resiko penyempitan atau

penyumbatan di pembuluh darah (Benowitz, 2004).

2.2. HIPOTESA

HO : Tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi

hipertensi pada lansia di desa Pingit, Kecamatan

Pringsurat, Kabupaten Temanggung.

H1 : Ada faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi

pada lansia di desa Pingit, Kecamatan Pringsurat,

Kabupaten Temanggung.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ... - UKSW

31

2.3. KERANGKA KONSEPTUAL

VARIABEL BEBAS Faktor tidak dapat dimodifikasi: 1. Umur 2. Jenis kelamin

Faktor dapat dimodifikasi: 3. Merokok 4. Konsumsi Alkohol 5. Konsumsi Buah dan Sayur 6. Konsumsi Lemak 7. Olahraga 8. Stress

VARIABEL

TERIKAT

Hipertensi