of 24 /24
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini berisi tentang model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran STAD, Microsoft Powerpoint hakikat pembelajaran matematika dan pengertian matemtika, hakikat hasil belajar, dan hakikat minat belajar. 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran menurut Agus Suprijono (2013:46) adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan, menurut Arends (dalam Suprijono, 2013:46) model pembelajaran menagacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sehingga, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang digambarkan secara prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran berkelompok. Tetapi, model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur- unsur dasar pembelajaran Cooperative Learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok seperti biasanya yang dilakukan secara asal- asalan. Pelaksanaan prosedur model Cooperative Learning dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif.

BAB II KAJIAN TEORI Kajian Teori Model Pembelajaran ... - UKSW

  • Author
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of BAB II KAJIAN TEORI Kajian Teori Model Pembelajaran ... - UKSW

pembelajaran kooperatif, model pembelajaran STAD, Microsoft Powerpoint
hakikat pembelajaran matematika dan pengertian matemtika, hakikat hasil
belajar, dan hakikat minat belajar.
2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial. Sedangkan, menurut Arends (dalam Suprijono, 2013:46)
model pembelajaran menagacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sehingga,
model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
digambarkan secara prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan
pembelajaran berkelompok. Tetapi, model pembelajaran Cooperative
Learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-
unsur dasar pembelajaran Cooperative Learning yang membedakannya
dengan pembagian kelompok seperti biasanya yang dilakukan secara asal-
asalan. Pelaksanaan prosedur model Cooperative Learning dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif.
9
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 – 6
orang dengan struktur heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (2000)
mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara
pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk
memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama
proses pembelajaran. Selanjutnya, Stahl (1994) menyatakan
cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan
meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial (Isjoni,
2011:12).
berpusat pada siswa (student oriented). Model pembelajaran ini bertujuan
untuk mengaktifkan siswa yang tidak bisa bekerja sama dengan orang lain dan
cenderung memiliki sifat egois (tidak memperdulikan orang lain).
Pembelajaran kooperatif bukan untuk menggantikan pendekatan kompetitif
(persaingan). Suasana persaingan yang terjadi di dalam pembelajaran
kooperatif dirancang secara sehat yaitu dengan cara mengelompokkan siswa
secara heterogen.
proses kelompok.
tercapainya satu tujuan yang sama yaitu menjadi tim super. Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan
10
mereka. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik yaitu masing-
masing anggota memperoleh nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai
anggota menentukka kelompok tersebut berada di tim yang mana.
Sehingga, anggota yang memperoleh nilai rendah dapat dibantu oleh
anggota yang lain agar nilainya meningkat dan dapat memperbaiki
posisi tim mereka.
Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan model kerja
kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya
sedemikian rupa, sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam
kelompok dapat dilaksanakan. Dengan cara demikian, siswa yang tidak
melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.
Anggota-anggota dalam kelompoknya akan menuntutnya untuk
melaksanakan tugas supaya tidak menghambat yang lainnya.
3. Tatap Muka
muka dan berdiskusi.kegiatan interaksi ini akan memberikan para guru
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti
dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan,
dan mengisi kekurangan masing-masing. setiap anggota kelompok
mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial ekonomi
yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal
utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
11
berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan para
siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Tidak setiap siswa memiliki keahlian mendengarkan
dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk saling mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi Proses Kelompok
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini
tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali guru terlibat
dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.
2.1.1.1 Model-Model Pembelajaran Kooperatif
adalah teknik pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan diteliti oleh
John Hopkins University. Lebih separuh dari semua kajian praktis tentang
model pembelajaran kooperatif menerapkan model ini. Semua model
pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama
dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu
membuat diri mereka belajar sama baiknya. Semua siswa memberikan
kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang
sebelumnya. Setiap anggota tim dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah
semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik.
Lima prinsip dalam model PTS telah dikembangkan dan diteliti secara
ekstensif. Tiga diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif yang dapat
diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas. Student
12
Jigsaw II. Dua yang lainnya adalah kurikulum komperehensif yang dirancang
untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu,
yaitu: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan
untuk pelajaran membaca, dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk
mata pelajaran matematika pada kelas 3-6. Kelima model ini melibatkan
penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang
sama, tetapi dengan cara yang berbeda.
Berdasarkan model-model pembelajaran Cooperative Lerning di atas,
peneliti menggunakan salah satu tipe pembelajaran Cooperative Learning
untuk digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu STAD.
2.1.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran
Kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model pembelajaran yang
paling baik untuk pemulaan bagi para guru yang baru menggunakan
pendekatan Kooperatif. Di samping itu model ini juga sangat mudah
diadaptasi dapat digunakan pada mata pelajaran Matematika, Sains, ilmu
pengetahuan sosial, bahasa inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, tingkat
sekolah menengah sampai perguruan tinggi. STAD terdiri atas lima komponen
utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi
tim.
presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti
yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh
guru, tetapi juga bisa memasukan presentasi audiovisual. Bedanya
presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi
tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara
ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar
13
mereka menentukan skor tim mereka.
2. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan
etnisitas.fungsi utama dari tim ini adala memastikan bahwa semua
anggota tim benar-benar belajar,dan lebih khususnya lagi adalah untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan
baik.setelah guru menyampaiakan materinya, tim berkumpul untuk
mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering
terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalah bersama,
membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman
apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur
yang paling penting dalam STAD
3. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa
akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan
untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap para
siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami
materinya.
memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai
apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih
baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi
poin yang maksimal kepada timnya dalam skor ini, tetapi tidak ada
siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang
14
terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata
kinerja siswa tersbtu sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama.
Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka
berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan
skor awal mereka.
5. Rekognisi Tim
lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim
siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari
peringkat mereka.
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan
Tujuan dari dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah untuk
memungkinkan semua siswa memberikan poin maksimum bagi kelompok
mereka, berapapun tingkat kinerja mereka sebelumnya.
Skor tim. Untuk menghitung skor tim ialah mencatat tiap poin
kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagilah semua
anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagi jumlah total poin kemajuan
seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir.
15
2013:133) adalah sebagai berikut.
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Guru memberikan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan proses
bekerja sama di dalam kelompok.
6. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari proses pembelajaran.
2.1.1.4 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran STAD
Menurut Graves (Ibrahim 2000:12) kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
Kelebihan menggunakan model pembelajaran STAD adalah sebagai
berikut:
1. Membantu siswa untuk dapat mempelajari isi materi yang sedang
disampaikan.
16
3. Belajar mendengarkan pendapat orang lain.
4. Mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.
5. Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi.
6. Menambah ilmu pengetahuan bagi siswa yang lambat berpikir.
7. Memudahkan guru untuk memantau siswa bekerja dalam kelompok
kecil.
1. Siswa yang terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil akan membuat
suasana kelas menjadi ramai kalau tidak terkontrol dengan baik.
2. Siswa yang lebih pandai dan menguasai pelajaran akan mendominasi
tugas kelompok jika tidak dibimbing.
3. Waktu yang digunakan dalam diskusi kelompok kurang efektif apabila
tidak diatur dengan baik.
untuk penunjang di dalam pembelajaran. Salah satu contoh, pemanfaatan
software yang dikeluarkan Microsoft Cooperation yaitu Microsoft
PowerPoint. Microsoft PowerPoint tidak hanya dimanfaatkan sebagai media
presentasi dalam bisnis melainkan dapat dimanfaatkan sebagai media
presentasi dalam pembelajaran.
komputer (Susilana, 2007: 99). Sebagai program aplikasi presentasi yang
populer, Microsoft PowerPoint paling banyak digunakan untuk berbagai
kepentingan persentasi, baik persentasi produk, meeting, seminar, lokakarya,
dan dalam pembelajaran. Dengan menggunakan PowerPoint, kita dapat
membuat persentasi secara professional dan bahkan jika perlu hasil persentasi
dapat ditempatkan di server web untuk diakses sebagai bahan pembelajaran
atau informasi yang lainnya. Selain penggunaannya mudah, program
17
Excel, access dan sebagainya (Susilana, 2007: 99)
Susilana dan Riyana (2008:102) mengungkapkan bahwa program
PowerPoint merupakan software yang dirancang khusus untuk mampu
menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan,
mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan
bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage).
Terdapat tiga tipe penggunaan PowerPoint yang
dikemukakan oleh Susilana dalam Riyana (2008: 102), yaitu sebagai
berikut;
training, seminar, workshop, dll. Pada penyajian ini PowerPoint
sebagai alat bantu bagi instruktur/guru untuk presentasi
menyampaikan materi dengan bantuan media PowerPoint.
Dalam hal ini kontrol pembelajaran terletak pada guru atau
instruktur.
dirancang khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat
interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak terlalu tinggi
namun PowerPoint mampu menampilkan feedback yang sudah
diprogram.
3. Web Based: pada pola ini PowerPoint dapat diformat menjadi
file web (html) sehingga program yang muncul berupa browser
yang dapat menampilkan internet. Hal ini ditunjang dengan
adanya fasilitas dari PowerPoint untuk mempublish hasil
pekerjaan menjadi web. Selain itu beberapa pengembangan
multimedia telah membuat software-software yang dapat
mengubah file PowerPoint menjadi file exe atau swf. Sehingga
dengan ekstensi tersebut program presentasi aman dari
penjiplakan dan manipulasi karena tidak dapat dimodifikasi dan
ukuran file yang lebih kecil. Software yang dimaksud
diantaranya Articulate Presenter.
1) Kelebihan
fisik atau diistilahkan dengan imagery. Secara kognitif pembelajaran
18
siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran.
2. Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama membaca
dan mendengarkan secara mudah.
seperti teks, gambar, video, grafik, tabel, suara dan animasi menjadi
satu kesatuan penyajian yang terintegrasi.
4. Dapat mengakomodasi siswa sesuai dengan modalitas belajarnya
terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual, auditif, kiestetik,
atau yang lainnya.
tampilan PowerPoint agar lebih menarik.
Sumber:(http://ekokhoeruln.blogspot.com/2013/02/definisi-dan-
keunggulan-multimedia.html
dimanfaatkan oleh hecker untuk pembuatan program virus Torjan. Paket
software yang terkena imbas dari eksploitasi kelemahan PowerPoint ini
adalah Microsoft PowerPoint 2002, Microsoft PowerPoint 2003, dan
Microsoft Office 2004 untuk Mac. Sedangkan untuk Microsoft Office
PowerPoint 2007 dan Microsoft Office 2008 untuk Macmasih bersih dari
aksi hecker.
Penggunaan media mempunyai arti yang cukup penting dalam proses
belajar mengajar. Bahan ajar yang belum dipahami siswa dengan cara
penyampaian langsung, dapat dibantu dengan menggunakan media sebagai
perantara bahan ajar yang akan disampaikan. Menggunakan media
PowerPoint dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat
bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien
pembelajaran didasari adanya beberapa unsure antara lain; tujuan, bahan,
metode, media, alat, serta evaluasi. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
peran media pembelajaran merupakan bagian penting dalam pembelajaran
untuk membantu siswa memahami materi. Media PowerPoint digunakan
sebagai alat yang bertujuan untuk membantu guru menyampaikan materi dan
siswa lebih mudah untuk memahami, sehingga pembelajaran menjadi lebih
efektif dan efisien.
menggunakan media PowerPoint dapat memicu minat siswa agar lebih
tertarik untuk belajar. Ketertarikan siswa yang tinggi terhadap suatu mata
pelajaran dengan menggunakan media akan berdampak pada hasil yang
diperoleh. Siswa akan secara otomatis menyukai mata pelajaran tersebut dan
membangkitkan minat belajarnya.
mengajar matematika yang melibatkan guru dengan siswa didalamnya.
Belajar matematika sangat penting untuk kehidupan sahari-hari, karena setiap
harinya kita tidak terlepas dari penggunaan matematika. Matematika
merupakan suatu mata pelajaran di sekolah yang diajarkan dari tingkat
sekolah dasar hingga menengah. Setiap siswa yang bersekolah harus
mempelajari matematika. Dalam hakikat matematika ini akan dijelaskan
terlebih dahulu mengenai pengertian matematika, tujuan dari matematika, dan
ruang lingkup matematika.
2.1.3.1 Pengertian Matematika
bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai
dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke
20
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan
pola hubungan yang ada didalamnya. Selain itu menurut James (dalam
Ismunamto, 2011:6), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya.
adalah suatu mata peajaran yang pada hakekatnya tentang konsep, struktur
konsep dan hubungan antar konsep serta struktur yang ada di dalamnya.
2.1.3.2 Tujuan Matematika
Menurut Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 tentang standar isi mata
pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut ini.
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
21
aspek-aspek sebagai berikut ini.
matematika yang digunakan untuk pecahan dan pegukuran. Menurut Walle
(2006:150), geometri adalah cabang matematika yang mempelajari pola-pola
visual, cabang matematika yang menghubungkan matematika dengan dunia
fisik atau dunia nyata, suatu cara penyajian fenomena yang tidak tampak atau
tidak bersifat fisik, dan suatu contoh sistem matematika. Dari definisi
mengenai bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengelolaan data. Dapat
disimpulkan bahwa keempat hal diatas merupakan pokok materi yang
dipelajari dalam matematika yang tidak tersepas dalam kehidupan sehari-hari
manusia.
minat menurut beberapa ahli, kemudian pengertian dari belajar dan faktor
yang mempengaruhinya, selain itu akan dijelaskan mengenai cara
membangkitkan minat, kemudian akan dijelaskan indikator yang digunakan
sebagai acuan penilaian untuk mengukur minat siswa.
2.1.4.1 Pengertian Minat
Menurut Slameto (2010:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
Sedangkan menurut Winkel (2004:212), minat adalah suatu kecenderungan
subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok
bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Selain itu
Menurut Mursal (dalam Djamarah, 2011:94), minat adalah kesadaran
22
seseorang, bahwa suatu objek, seseorang atau suatu soal atau suatu situasi
mengandung sangkut paut dengan dirinya. Selanjutnya menurut Djamarah
(2011:166), minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa aktivitas.
yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang
tergantung dari bakat dan lingkungannya.”
Dari beberapa pendapat ahli diatas mengenai pengertian minat, maka
dapat disimpukan minat merupakan suatu ketertarikan dan keinginan siswa
terhadap suatu hal yang ia senangi tanpa adanya paksaan atau orang yang
menyuruh.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa cenderung tidak
belajar dengan baik. Siswa segan untuk belajar dan ia tidak memperoleh
kepuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik siswa akan lebih
mudah dipelajari dan diingat karena minat menambah kegiatan belajar.
2.1.4.2 Pengertian Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses
yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman yang diciptakan guru. Menurut Sudjana dalam Rusman
(2012:83), belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru
dan siswa.
sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Crow & Crow
23
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.
Selanjutnya, menurut Saifuddin (2002:164), belajar dalam pengertian
yang paling umum adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan
pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya.
Sedangkan, pengertian belajar yang lebih spesifik adalah perolehan
pengetahuan dan kecakapan baru.
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku secara
keseluruhan maupun sebagian yang diperoleh individu melalui pengalaman
dari lingkungannya, interaksi antar individu, kebisaan-kebiasaan, dan
pengetahuan.
Menurut Slameto (2003:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar yaitu:
1) Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
2) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan.
2. faktor ekstern
1) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi
antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
24
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.1.4.4 Indikator Minat Belajar
para ahli mengenai pengertian untuk mengidentifikasi indikator minat belajar.
Berikut ini adalah pendapat para ahli dan klasifikasi minat belajar.
Menurut Slameto (2010:180), suatu minat dapat diekspresikan melalui
pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal
daripada hal yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi
dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu
cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Siswa menyenangi suatu subjek yang menarik dari aktivitas yang ia lakukan
dibandingkan melakukan aktivitas lainnya. Ketertarikan siswa tersebut dapat
diketahui dari sikapnya yang antusias mengikuti pelajaran dari awal sampai
akhir dan juga dapat dilihat dari hasil kerja yang siswa lakukan.
Pendapat dari Schiefele (1998) mengatakan bahwa siswa
memiliki minat (interest) pada topik atau aktivitas tertentu adalah
menganggap bahwa topik atau aktivitas tersebut menarik dan
menantang. Jadi, minat adalah suatu bentuk motivasi intrinsik. Siswa
yang mengejar suatu tugas yang menarik minatnya mengalami afek
positif yang signifikan seperti kesenangan, kegembiraan, dan kesukaan
(Hidi dkk, 2004 dalam Ormrod, 2008:101).
Dari pendapat Schiefele di atas, minat belajar siswa terletak bagaimana
sikap siswa dalam mempelajari suatu topik atau aktivitas tertentu. Minat
belajar siswa terlihat dari perubahan sikap siswa yang positif. Pendapat ini
berkaitan dengan domain afektif yang dikemukakan oleh Krathwohl (dalam
Gulo, 2004:155-156) “berkembangnya suatu minat terhadap suatu nilai
tertentu memerlukan beberapa tahap pada domain afektif”. Tahap-tahap
tersebut diantaranya yaitu akan dijelaskan pada tabel 2.3 berikut ini.
25
Tingkat Unsur
1. Menerima
receive)
responding)
in response)
value)
Dari pendapat ahli tersebut disimpulkan bahwa minat belajar siswa
dapat dilihat dari perhatian yang lebih besar dalam melakukan aktivitas yang
mereka senangi dan ikut terlibat atau berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Sehingga indikator minat yang digunakan sebagai acuan
penelitian ini yaitu meliputi perasaan senang dalam belajar,
konsentrasi/perhatian dalam belajar, ketertarikan dalam belajar. Minat yang
diungkap melalui penelitian ini adalah minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran matematika.
Menurut Djamarah (2011:167) Ada beberapa macam cara yang dapat
guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut ini.
26
1. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga
dia rela belajar tanpa paksaan.
2. Menghubungkan bahan pelajaran yang deberikan dengan persoalan
pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah
menerima bahan pelajaran.
kreatif dan kondusif.
konteks perbedaan individual anak didik.
Menurut Sanjaya (2010:261), cara yang dapat dilakukan untuk
membangkitkan minat belajar siswa di antaranya.
1. Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan
siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa
materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian, guru
perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
2. Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan
siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi
pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh
siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan
baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang
optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar.
Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapat kesuksesan dalam
belajar.
misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi dan lain
sebagainya.
Dari pendapat para ahli di atas mengenai cara membangkitkan minat
belajar siswa, dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya yang dilakukan guru
27
sehingga minat siswa dalam belajar dapat meningkat diantaranya guru harus
mampu menghubungkan bahan pelajaran dengan kebutuhan siswa,
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif, menyesuaikan
materi pelajaran dengan tingkat pengalaman siswa, menggunakan berbagai
macam model dan strategi pembelajaran, serta menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
2.1.5 Hakikat Hasil Belajar
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang.” Selain itu, menurut Aunurrahman
(2011:37) “hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh
dari aktivitas belajar.”
tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan suatu perubahan yang dapat
diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku
yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan-
perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan
aspek-aspek motorik. Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2013: 6) “hasil
belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Sedangkan menurut Lindgren (dalam Agus Suprijono, 2013:7) “hasil belajar
meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.”
Selanjutnya, menurut Saifuddin Azwar (2001:164), “keberhasilan
belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai
rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan
semacamnya.”
28
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Selain itu Gagne (dalam Agus
Suprijono, 2013:6) menyebutkan hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengategorisasi kemampuan analitis-sintesis fakta-
konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3. Sterategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan
masalah.
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujut
otomatisme gerak jasmani.
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil kecakapan manusia yang membuat manusia berhasil dalam
mencapai suatu hal yang lebih baik, dan ditunjukkan dengan perolehan angka
serta penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan
sehingga dapat mengalami perubahan perilaku pada diri seseorang.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Lia Agusini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya. Dalam penelitian ini
diperoleh hasil analisis menggunakan rumus sign test (uji tanda) dapat
disimpulkan bahwa “Ada Pengaruh yang signifikan dalam penggunaan
Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar
matematika siswa Tunarungu kelas III SDLB-B Karya Mulia I Surabaya”,
dengan nilai ZH=2,05 > Z tabel 5% 1,96.
29
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD (Student Teams Achievement
Divisions) Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran
Matematika Siswa Kelas IV SDN Karangtengah 01. Hasil analisis penelitian
menggunakan eksperimen dengan desain Quasi Eksperimental menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan STAD berpengaruh terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai
posttest dan rata-rata motivasi belajar akhir pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil rata-rata motivasi belajar pada output independent sample t-test
menunjukkan t hitung<t tabel (-5,230<-2,201). Sedangkan, rata-rata hasil
belajar yakni rata-rata kelas eksperimen 86,90 sedangkan kelas kontrol rata-
rata nilai posttest 76,66.
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan Pemanfaatan Media Gambar dalam
Peningkatan Minat Belajar dan Hasil Belajar Kognitif IPA pada Siswa Kelas
V SDN Salatiga 09. Hasil analisis penelitian ini menggunakan Pre-eksperimen
dengan desain one-group pretest-posttest design menunjukkan bahwa
pemanfaatan media gambar efektif dalam peningkatan hasil belajar siswa. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil belajar efektif rata-rata hasil angket 13,95 ≥ 9
(standar yang ditetapkan). Hasil belajar kognitif menunjukkan rata-rata nilai
pretes 68,6 dan rata-rata nilai post tes mengalami peningkatan menjadi 81,2.
Sementara hasil t-hitung yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung < t tabel
(-15,188 < -2,023) dan didukung dengan signifikansi < 0,05 / (0,000 < 0,05).
2.3 Kerangka Berpikir
dengan berbantuan Microsoft PowerPoint sangat memungkinkan siswa untuk
membangkitkan semangat belajar siswa karena kompetisi secara sehat yang
diciptakan oleh guru. Selain itu dengan model pembelajaran STAD dengan
berbantuan Microsoft PowerPoint juga membuat siswa terlibat aktif pada
30
interaksi dan komunikasi antara anggota kelompok maupun anggota di dalam
tim.
berbantuan Microsoft PowerPoint yang tepat akan mengurangi kondisi
mementingkan diri sendiri bagi siswa. Kondisi yang demikian juga
mempengaruhi minat siswa terhadap pembelajaran yang hendak diajarkan
kepada siswa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Salah satu yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran Matematika
adalah dengan menggunakan model pembelajaran dengan berbantuan
Microsoft PowerPoint. Pembelajaran Matematika dengan model STAD ini,
siswa tidak hanya belajar menerima apa yang disampaikan oleh guru dalam
pembelajaran melainkan dapat belajar melalui rasa kerjasama antar anggota
tim. Hasil yang diperoleh dari bekerja sama dapat meningkatkan kepedulian
sosial antar sesama.
pembelajaran dengan berbantuan Microsoft PowerPoint mata pelajaran
Matematika pada dasarnya adalah untuk melihat kekompakan antar kelompok
dengan hasil skor yang diperoleh setiap anggota tim dan kerjasama dalam
mengajari anggota tim yang belum bisa memahami materi pelajaran.
Penelitian ini akan membandingkan kelas kontrol dan kelas eksperimen
dimana kelas kontrol menggunakan pembelajaran diskusi kelompok.
Sedangkan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran STAD
dengan berbantuan Microsoft PowerPoint. Alat untuk mengukukur hasil
evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol harus dipertimbangkan
kesetaraan kemampuannya. Untuk pretest diambil dari alat evaluasi tes dan
angket untuk mengukur minat belajar siswa. Hasil pretest kedua kelas yaitu
kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
: tidak terdapat perbedaan pengaruh positif yang signifikan model
pembelajaran STAD berbantuan Microsoft PowerPoint terhadap minat
dan hasil belajar siswa kelas V SDN Kalicacing 02.
: terdapat perbedaan pengaruh positif yang signifikan model pembelajaran
STAD berbantuan Microsoft PowerPoint terhadap minat dan hasil
belajar siswa kelas V SDN Kalicacing 02.
Kelas
signifikan model pembelajaran STAD
tidak ada perbedaan yang