BAB II KAJIAN TEORI Kajian Teori Model Pembelajaran ... - UKSW
of 24/24
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini berisi tentang model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran STAD, Microsoft Powerpoint hakikat pembelajaran matematika dan pengertian matemtika, hakikat hasil belajar, dan hakikat minat belajar. 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran menurut Agus Suprijono (2013:46) adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan, menurut Arends (dalam Suprijono, 2013:46) model pembelajaran menagacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sehingga, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang digambarkan secara prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran berkelompok. Tetapi, model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur- unsur dasar pembelajaran Cooperative Learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok seperti biasanya yang dilakukan secara asal- asalan. Pelaksanaan prosedur model Cooperative Learning dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif.
BAB II KAJIAN TEORI Kajian Teori Model Pembelajaran ... - UKSW
Text of BAB II KAJIAN TEORI Kajian Teori Model Pembelajaran ... - UKSW
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran STAD, Microsoft
Powerpoint
hakikat pembelajaran matematika dan pengertian matemtika, hakikat
hasil
belajar, dan hakikat minat belajar.
2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas
maupun tutorial. Sedangkan, menurut Arends (dalam Suprijono,
2013:46)
model pembelajaran menagacu pada pendekatan yang digunakan,
termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Sehingga,
model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual
yang
digambarkan secara prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal
dengan
pembelajaran berkelompok. Tetapi, model pembelajaran
Cooperative
Learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur-
unsur dasar pembelajaran Cooperative Learning yang
membedakannya
dengan pembagian kelompok seperti biasanya yang dilakukan secara
asal-
asalan. Pelaksanaan prosedur model Cooperative Learning dengan
benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif.
9
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 –
6
orang dengan struktur heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans
(2000)
mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara
pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang
untuk
memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama
selama
proses pembelajaran. Selanjutnya, Stahl (1994) menyatakan
cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik
dan
meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial
(Isjoni,
2011:12).
berpusat pada siswa (student oriented). Model pembelajaran ini
bertujuan
untuk mengaktifkan siswa yang tidak bisa bekerja sama dengan orang
lain dan
cenderung memiliki sifat egois (tidak memperdulikan orang
lain).
Pembelajaran kooperatif bukan untuk menggantikan pendekatan
kompetitif
(persaingan). Suasana persaingan yang terjadi di dalam
pembelajaran
kooperatif dirancang secara sehat yaitu dengan cara mengelompokkan
siswa
secara heterogen.
proses kelompok.
tercapainya satu tujuan yang sama yaitu menjadi tim super.
Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun
tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai
tujuan
10
mereka. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik yaitu
masing-
masing anggota memperoleh nilainya sendiri dan nilai kelompok.
Nilai
anggota menentukka kelompok tersebut berada di tim yang mana.
Sehingga, anggota yang memperoleh nilai rendah dapat dibantu
oleh
anggota yang lain agar nilainya meningkat dan dapat
memperbaiki
posisi tim mereka.
Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung
jawab
untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan model kerja
kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya
sedemikian rupa, sehingga masing-masing anggota kelompok
harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya
dalam
kelompok dapat dilaksanakan. Dengan cara demikian, siswa yang
tidak
melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.
Anggota-anggota dalam kelompoknya akan menuntutnya untuk
melaksanakan tugas supaya tidak menghambat yang lainnya.
3. Tatap Muka
muka dan berdiskusi.kegiatan interaksi ini akan memberikan para
guru
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
Inti
dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan,
dan mengisi kekurangan masing-masing. setiap anggota kelompok
mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial
ekonomi
yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini akan menjadi
modal
utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
11
berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan para
siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Tidak setiap siswa memiliki keahlian
mendengarkan
dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung
pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk saling mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi Proses Kelompok
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka
agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi
ini
tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi
bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali guru
terlibat
dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.
2.1.1.1 Model-Model Pembelajaran Kooperatif
adalah teknik pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan
diteliti oleh
John Hopkins University. Lebih separuh dari semua kajian praktis
tentang
model pembelajaran kooperatif menerapkan model ini. Semua
model
pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja
sama
dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya
mampu
membuat diri mereka belajar sama baiknya. Semua siswa
memberikan
kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka
dari yang
sebelumnya. Setiap anggota tim dengan prestasi tinggi, sedang, dan
rendah
semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik.
Lima prinsip dalam model PTS telah dikembangkan dan diteliti
secara
ekstensif. Tiga diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif
yang dapat
diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas.
Student
12
Jigsaw II. Dua yang lainnya adalah kurikulum komperehensif yang
dirancang
untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas
tertentu,
yaitu: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
digunakan
untuk pelajaran membaca, dan Team Accelerated Instruction (TAI)
untuk
mata pelajaran matematika pada kelas 3-6. Kelima model ini
melibatkan
penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses
yang
sama, tetapi dengan cara yang berbeda.
Berdasarkan model-model pembelajaran Cooperative Lerning di
atas,
peneliti menggunakan salah satu tipe pembelajaran Cooperative
Learning
untuk digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu STAD.
2.1.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran
Kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model pembelajaran
yang
paling baik untuk pemulaan bagi para guru yang baru
menggunakan
pendekatan Kooperatif. Di samping itu model ini juga sangat
mudah
diadaptasi dapat digunakan pada mata pelajaran Matematika, Sains,
ilmu
pengetahuan sosial, bahasa inggris, teknik, dan banyak subjek
lainnya, tingkat
sekolah menengah sampai perguruan tinggi. STAD terdiri atas lima
komponen
utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual,
rekognisi
tim.
presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung
seperti
yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin
oleh
guru, tetapi juga bisa memasukan presentasi audiovisual.
Bedanya
presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa
presentasi
tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan
cara
ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar
13
mereka menentukan skor tim mereka.
2. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras,
dan
etnisitas.fungsi utama dari tim ini adala memastikan bahwa
semua
anggota tim benar-benar belajar,dan lebih khususnya lagi adalah
untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan
baik.setelah guru menyampaiakan materinya, tim berkumpul
untuk
mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling
sering
terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalah
bersama,
membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan
pemahaman
apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah
fitur
yang paling penting dalam STAD
3. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para
siswa
akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak
diperbolehkan
untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap
para
siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami
materinya.
memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat
dicapai
apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang
lebih
baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan
kontribusi
poin yang maksimal kepada timnya dalam skor ini, tetapi tidak
ada
siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka
yang
14
terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari
rata-rata
kinerja siswa tersbtu sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang
sama.
Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka
berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan
dengan
skor awal mereka.
5. Rekognisi Tim
lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor
tim
siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen
dari
peringkat mereka.
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan
Tujuan dari dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah
untuk
memungkinkan semua siswa memberikan poin maksimum bagi
kelompok
mereka, berapapun tingkat kinerja mereka sebelumnya.
Skor tim. Untuk menghitung skor tim ialah mencatat tiap poin
kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagilah
semua
anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagi jumlah total poin
kemajuan
seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir.
15
2013:133) adalah sebagai berikut.
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan
lain-lain).
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-
anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Guru memberikan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan proses
bekerja sama di dalam kelompok.
6. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari proses
pembelajaran.
2.1.1.4 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran STAD
Menurut Graves (Ibrahim 2000:12) kelebihan dan kekurangan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
Kelebihan menggunakan model pembelajaran STAD adalah sebagai
berikut:
1. Membantu siswa untuk dapat mempelajari isi materi yang
sedang
disampaikan.
16
3. Belajar mendengarkan pendapat orang lain.
4. Mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan
bersama.
5. Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi.
6. Menambah ilmu pengetahuan bagi siswa yang lambat berpikir.
7. Memudahkan guru untuk memantau siswa bekerja dalam
kelompok
kecil.
1. Siswa yang terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil akan
membuat
suasana kelas menjadi ramai kalau tidak terkontrol dengan
baik.
2. Siswa yang lebih pandai dan menguasai pelajaran akan
mendominasi
tugas kelompok jika tidak dibimbing.
3. Waktu yang digunakan dalam diskusi kelompok kurang efektif
apabila
tidak diatur dengan baik.
untuk penunjang di dalam pembelajaran. Salah satu contoh,
pemanfaatan
software yang dikeluarkan Microsoft Cooperation yaitu
Microsoft
PowerPoint. Microsoft PowerPoint tidak hanya dimanfaatkan sebagai
media
presentasi dalam bisnis melainkan dapat dimanfaatkan sebagai
media
presentasi dalam pembelajaran.
komputer (Susilana, 2007: 99). Sebagai program aplikasi presentasi
yang
populer, Microsoft PowerPoint paling banyak digunakan untuk
berbagai
kepentingan persentasi, baik persentasi produk, meeting, seminar,
lokakarya,
dan dalam pembelajaran. Dengan menggunakan PowerPoint, kita
dapat
membuat persentasi secara professional dan bahkan jika perlu hasil
persentasi
dapat ditempatkan di server web untuk diakses sebagai bahan
pembelajaran
atau informasi yang lainnya. Selain penggunaannya mudah,
program
17
Excel, access dan sebagainya (Susilana, 2007: 99)
Susilana dan Riyana (2008:102) mengungkapkan bahwa program
PowerPoint merupakan software yang dirancang khusus untuk
mampu
menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam
pembuatan,
mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak
membutuhkan
bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage).
Terdapat tiga tipe penggunaan PowerPoint yang
dikemukakan oleh Susilana dalam Riyana (2008: 102), yaitu
sebagai
berikut;
training, seminar, workshop, dll. Pada penyajian ini
PowerPoint
sebagai alat bantu bagi instruktur/guru untuk presentasi
menyampaikan materi dengan bantuan media PowerPoint.
Dalam hal ini kontrol pembelajaran terletak pada guru atau
instruktur.
dirancang khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat
interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak terlalu tinggi
namun PowerPoint mampu menampilkan feedback yang sudah
diprogram.
3. Web Based: pada pola ini PowerPoint dapat diformat menjadi
file web (html) sehingga program yang muncul berupa browser
yang dapat menampilkan internet. Hal ini ditunjang dengan
adanya fasilitas dari PowerPoint untuk mempublish hasil
pekerjaan menjadi web. Selain itu beberapa pengembangan
multimedia telah membuat software-software yang dapat
mengubah file PowerPoint menjadi file exe atau swf. Sehingga
dengan ekstensi tersebut program presentasi aman dari
penjiplakan dan manipulasi karena tidak dapat dimodifikasi
dan
ukuran file yang lebih kecil. Software yang dimaksud
diantaranya Articulate Presenter.
1) Kelebihan
fisik atau diistilahkan dengan imagery. Secara kognitif
pembelajaran
18
siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran.
2. Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama membaca
dan mendengarkan secara mudah.
seperti teks, gambar, video, grafik, tabel, suara dan animasi
menjadi
satu kesatuan penyajian yang terintegrasi.
4. Dapat mengakomodasi siswa sesuai dengan modalitas
belajarnya
terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual, auditif,
kiestetik,
atau yang lainnya.
tampilan PowerPoint agar lebih menarik.
Sumber:(http://ekokhoeruln.blogspot.com/2013/02/definisi-dan-
keunggulan-multimedia.html
dimanfaatkan oleh hecker untuk pembuatan program virus Torjan.
Paket
software yang terkena imbas dari eksploitasi kelemahan PowerPoint
ini
adalah Microsoft PowerPoint 2002, Microsoft PowerPoint 2003,
dan
Microsoft Office 2004 untuk Mac. Sedangkan untuk Microsoft
Office
PowerPoint 2007 dan Microsoft Office 2008 untuk Macmasih bersih
dari
aksi hecker.
Penggunaan media mempunyai arti yang cukup penting dalam
proses
belajar mengajar. Bahan ajar yang belum dipahami siswa dengan
cara
penyampaian langsung, dapat dibantu dengan menggunakan media
sebagai
perantara bahan ajar yang akan disampaikan. Menggunakan media
PowerPoint dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai
alat
bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan
efisien
pembelajaran didasari adanya beberapa unsure antara lain; tujuan,
bahan,
metode, media, alat, serta evaluasi. Untuk mencapai tujuan yang
diharapkan,
peran media pembelajaran merupakan bagian penting dalam
pembelajaran
untuk membantu siswa memahami materi. Media PowerPoint
digunakan
sebagai alat yang bertujuan untuk membantu guru menyampaikan materi
dan
siswa lebih mudah untuk memahami, sehingga pembelajaran menjadi
lebih
efektif dan efisien.
menggunakan media PowerPoint dapat memicu minat siswa agar
lebih
tertarik untuk belajar. Ketertarikan siswa yang tinggi terhadap
suatu mata
pelajaran dengan menggunakan media akan berdampak pada hasil
yang
diperoleh. Siswa akan secara otomatis menyukai mata pelajaran
tersebut dan
membangkitkan minat belajarnya.
mengajar matematika yang melibatkan guru dengan siswa
didalamnya.
Belajar matematika sangat penting untuk kehidupan sahari-hari,
karena setiap
harinya kita tidak terlepas dari penggunaan matematika.
Matematika
merupakan suatu mata pelajaran di sekolah yang diajarkan dari
tingkat
sekolah dasar hingga menengah. Setiap siswa yang bersekolah
harus
mempelajari matematika. Dalam hakikat matematika ini akan
dijelaskan
terlebih dahulu mengenai pengertian matematika, tujuan dari
matematika, dan
ruang lingkup matematika.
2.1.3.1 Pengertian Matematika
bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian
secara
induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang
terorganisasi, mulai
dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan
akhirnya ke
20
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak
dan
pola hubungan yang ada didalamnya. Selain itu menurut James
(dalam
Ismunamto, 2011:6), matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang saling berhubungan satu
dengan
yang lainnya.
adalah suatu mata peajaran yang pada hakekatnya tentang konsep,
struktur
konsep dan hubungan antar konsep serta struktur yang ada di
dalamnya.
2.1.3.2 Tujuan Matematika
Menurut Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 tentang standar isi
mata
pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai
berikut ini.
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan
solusi yang diperoleh.
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
21
aspek-aspek sebagai berikut ini.
matematika yang digunakan untuk pecahan dan pegukuran. Menurut
Walle
(2006:150), geometri adalah cabang matematika yang mempelajari
pola-pola
visual, cabang matematika yang menghubungkan matematika dengan
dunia
fisik atau dunia nyata, suatu cara penyajian fenomena yang tidak
tampak atau
tidak bersifat fisik, dan suatu contoh sistem matematika. Dari
definisi
mengenai bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengelolaan data.
Dapat
disimpulkan bahwa keempat hal diatas merupakan pokok materi
yang
dipelajari dalam matematika yang tidak tersepas dalam kehidupan
sehari-hari
manusia.
minat menurut beberapa ahli, kemudian pengertian dari belajar dan
faktor
yang mempengaruhinya, selain itu akan dijelaskan mengenai
cara
membangkitkan minat, kemudian akan dijelaskan indikator yang
digunakan
sebagai acuan penilaian untuk mengukur minat siswa.
2.1.4.1 Pengertian Minat
Menurut Slameto (2010:180), minat adalah suatu rasa lebih suka
dan
rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh.
Sedangkan menurut Winkel (2004:212), minat adalah suatu
kecenderungan
subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau
pokok
bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Selain
itu
Menurut Mursal (dalam Djamarah, 2011:94), minat adalah
kesadaran
22
seseorang, bahwa suatu objek, seseorang atau suatu soal atau suatu
situasi
mengandung sangkut paut dengan dirinya. Selanjutnya menurut
Djamarah
(2011:166), minat adalah kecenderungan yang menetap untuk
memperhatikan
dan mengenang beberapa aktivitas.
yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan
yang
tergantung dari bakat dan lingkungannya.”
Dari beberapa pendapat ahli diatas mengenai pengertian minat,
maka
dapat disimpukan minat merupakan suatu ketertarikan dan keinginan
siswa
terhadap suatu hal yang ia senangi tanpa adanya paksaan atau orang
yang
menyuruh.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan
pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa
cenderung tidak
belajar dengan baik. Siswa segan untuk belajar dan ia tidak
memperoleh
kepuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik siswa
akan lebih
mudah dipelajari dan diingat karena minat menambah kegiatan
belajar.
2.1.4.2 Pengertian Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi
yang ada di sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai
proses
yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui
berbagai
pengalaman yang diciptakan guru. Menurut Sudjana dalam Rusman
(2012:83), belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan
memahami
sesuatu. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku,
yaitu guru
dan siswa.
sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh
perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Crow
& Crow
23
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.
Selanjutnya, menurut Saifuddin (2002:164), belajar dalam
pengertian
yang paling umum adalah setiap perubahan perilaku yang
diakibatkan
pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya.
Sedangkan, pengertian belajar yang lebih spesifik adalah
perolehan
pengetahuan dan kecakapan baru.
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku secara
keseluruhan maupun sebagian yang diperoleh individu melalui
pengalaman
dari lingkungannya, interaksi antar individu, kebisaan-kebiasaan,
dan
pengetahuan.
Menurut Slameto (2003:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar yaitu:
1) Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat
tubuh.
2) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat,
bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan.
2. faktor ekstern
1) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik,
relasi
antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum,
relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
24
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.1.4.4 Indikator Minat Belajar
para ahli mengenai pengertian untuk mengidentifikasi indikator
minat belajar.
Berikut ini adalah pendapat para ahli dan klasifikasi minat
belajar.
Menurut Slameto (2010:180), suatu minat dapat diekspresikan
melalui
pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu
hal
daripada hal yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi
dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek
tertentu
cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek
tersebut.
Siswa menyenangi suatu subjek yang menarik dari aktivitas yang ia
lakukan
dibandingkan melakukan aktivitas lainnya. Ketertarikan siswa
tersebut dapat
diketahui dari sikapnya yang antusias mengikuti pelajaran dari awal
sampai
akhir dan juga dapat dilihat dari hasil kerja yang siswa
lakukan.
Pendapat dari Schiefele (1998) mengatakan bahwa siswa
memiliki minat (interest) pada topik atau aktivitas tertentu
adalah
menganggap bahwa topik atau aktivitas tersebut menarik dan
menantang. Jadi, minat adalah suatu bentuk motivasi intrinsik.
Siswa
yang mengejar suatu tugas yang menarik minatnya mengalami
afek
positif yang signifikan seperti kesenangan, kegembiraan, dan
kesukaan
(Hidi dkk, 2004 dalam Ormrod, 2008:101).
Dari pendapat Schiefele di atas, minat belajar siswa terletak
bagaimana
sikap siswa dalam mempelajari suatu topik atau aktivitas tertentu.
Minat
belajar siswa terlihat dari perubahan sikap siswa yang positif.
Pendapat ini
berkaitan dengan domain afektif yang dikemukakan oleh Krathwohl
(dalam
Gulo, 2004:155-156) “berkembangnya suatu minat terhadap suatu
nilai
tertentu memerlukan beberapa tahap pada domain afektif”.
Tahap-tahap
tersebut diantaranya yaitu akan dijelaskan pada tabel 2.3 berikut
ini.
25
Tingkat Unsur
1. Menerima
receive)
responding)
in response)
value)
Dari pendapat ahli tersebut disimpulkan bahwa minat belajar
siswa
dapat dilihat dari perhatian yang lebih besar dalam melakukan
aktivitas yang
mereka senangi dan ikut terlibat atau berpartisipasi dalam
proses
pembelajaran. Sehingga indikator minat yang digunakan sebagai
acuan
penelitian ini yaitu meliputi perasaan senang dalam belajar,
konsentrasi/perhatian dalam belajar, ketertarikan dalam belajar.
Minat yang
diungkap melalui penelitian ini adalah minat belajar siswa terhadap
mata
pelajaran matematika.
Menurut Djamarah (2011:167) Ada beberapa macam cara yang
dapat
guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut
ini.
26
1. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik,
sehingga
dia rela belajar tanpa paksaan.
2. Menghubungkan bahan pelajaran yang deberikan dengan
persoalan
pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik
mudah
menerima bahan pelajaran.
kreatif dan kondusif.
konteks perbedaan individual anak didik.
Menurut Sanjaya (2010:261), cara yang dapat dilakukan untuk
membangkitkan minat belajar siswa di antaranya.
1. Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan
kebutuhan
siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap
bahwa
materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian,
guru
perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan
siswa.
2. Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan
kemampuan
siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau
materi
pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati
oleh
siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti
dengan
baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil
yang
optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk
belajar.
Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapat kesuksesan
dalam
belajar.
misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi dan
lain
sebagainya.
Dari pendapat para ahli di atas mengenai cara membangkitkan
minat
belajar siswa, dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya yang dilakukan
guru
27
sehingga minat siswa dalam belajar dapat meningkat diantaranya guru
harus
mampu menghubungkan bahan pelajaran dengan kebutuhan siswa,
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif,
menyesuaikan
materi pelajaran dengan tingkat pengalaman siswa, menggunakan
berbagai
macam model dan strategi pembelajaran, serta menciptakan
suasana
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
2.1.5 Hakikat Hasil Belajar
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang.” Selain itu, menurut
Aunurrahman
(2011:37) “hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
diperoleh
dari aktivitas belajar.”
tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan suatu perubahan yang
dapat
diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan
tingkah laku
yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati.
Perubahan-
perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan
perubahan
aspek-aspek motorik. Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2013: 6)
“hasil
belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik”.
Sedangkan menurut Lindgren (dalam Agus Suprijono, 2013:7) “hasil
belajar
meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.”
Selanjutnya, menurut Saifuddin Azwar (2001:164),
“keberhasilan
belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator
berupa nilai
rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat
keberhasilan, dan
semacamnya.”
28
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Selain itu Gagne (dalam Agus
Suprijono, 2013:6) menyebutkan hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengategorisasi kemampuan analitis-sintesis fakta-
konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3. Sterategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan
masalah.
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujut
otomatisme gerak jasmani.
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap
merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, disimpulkan bahwa
hasil
belajar adalah hasil kecakapan manusia yang membuat manusia
berhasil dalam
mencapai suatu hal yang lebih baik, dan ditunjukkan dengan
perolehan angka
serta penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah
diberikan
sehingga dapat mengalami perubahan perilaku pada diri
seseorang.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Lia Agusini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil
Belajar
Matematika Di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya. Dalam penelitian
ini
diperoleh hasil analisis menggunakan rumus sign test (uji tanda)
dapat
disimpulkan bahwa “Ada Pengaruh yang signifikan dalam
penggunaan
Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap hasil
belajar
matematika siswa Tunarungu kelas III SDLB-B Karya Mulia I
Surabaya”,
dengan nilai ZH=2,05 > Z tabel 5% 1,96.
29
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD (Student Teams
Achievement
Divisions) Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar pada Mata
Pelajaran
Matematika Siswa Kelas IV SDN Karangtengah 01. Hasil analisis
penelitian
menggunakan eksperimen dengan desain Quasi Eksperimental
menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan STAD berpengaruh
terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dengan
rata-rata nilai
posttest dan rata-rata motivasi belajar akhir pada kelas eksperimen
dan kelas
kontrol. Hasil rata-rata motivasi belajar pada output independent
sample t-test
menunjukkan t hitung<t tabel (-5,230<-2,201). Sedangkan,
rata-rata hasil
belajar yakni rata-rata kelas eksperimen 86,90 sedangkan kelas
kontrol rata-
rata nilai posttest 76,66.
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan Pemanfaatan Media Gambar
dalam
Peningkatan Minat Belajar dan Hasil Belajar Kognitif IPA pada Siswa
Kelas
V SDN Salatiga 09. Hasil analisis penelitian ini menggunakan
Pre-eksperimen
dengan desain one-group pretest-posttest design menunjukkan
bahwa
pemanfaatan media gambar efektif dalam peningkatan hasil belajar
siswa. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil belajar efektif rata-rata hasil angket
13,95 ≥ 9
(standar yang ditetapkan). Hasil belajar kognitif menunjukkan
rata-rata nilai
pretes 68,6 dan rata-rata nilai post tes mengalami peningkatan
menjadi 81,2.
Sementara hasil t-hitung yang telah dilakukan diperoleh nilai t
hitung < t tabel
(-15,188 < -2,023) dan didukung dengan signifikansi < 0,05 /
(0,000 < 0,05).
2.3 Kerangka Berpikir
dengan berbantuan Microsoft PowerPoint sangat memungkinkan siswa
untuk
membangkitkan semangat belajar siswa karena kompetisi secara sehat
yang
diciptakan oleh guru. Selain itu dengan model pembelajaran STAD
dengan
berbantuan Microsoft PowerPoint juga membuat siswa terlibat aktif
pada
30
interaksi dan komunikasi antara anggota kelompok maupun anggota di
dalam
tim.
berbantuan Microsoft PowerPoint yang tepat akan mengurangi
kondisi
mementingkan diri sendiri bagi siswa. Kondisi yang demikian
juga
mempengaruhi minat siswa terhadap pembelajaran yang hendak
diajarkan
kepada siswa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya.
Salah satu yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran
Matematika
adalah dengan menggunakan model pembelajaran dengan
berbantuan
Microsoft PowerPoint. Pembelajaran Matematika dengan model STAD
ini,
siswa tidak hanya belajar menerima apa yang disampaikan oleh guru
dalam
pembelajaran melainkan dapat belajar melalui rasa kerjasama antar
anggota
tim. Hasil yang diperoleh dari bekerja sama dapat meningkatkan
kepedulian
sosial antar sesama.
pembelajaran dengan berbantuan Microsoft PowerPoint mata
pelajaran
Matematika pada dasarnya adalah untuk melihat kekompakan antar
kelompok
dengan hasil skor yang diperoleh setiap anggota tim dan kerjasama
dalam
mengajari anggota tim yang belum bisa memahami materi
pelajaran.
Penelitian ini akan membandingkan kelas kontrol dan kelas
eksperimen
dimana kelas kontrol menggunakan pembelajaran diskusi
kelompok.
Sedangkan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran
STAD
dengan berbantuan Microsoft PowerPoint. Alat untuk mengukukur
hasil
evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol harus
dipertimbangkan
kesetaraan kemampuannya. Untuk pretest diambil dari alat evaluasi
tes dan
angket untuk mengukur minat belajar siswa. Hasil pretest kedua
kelas yaitu
kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan adanya
perbedaan
yang signifikan.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis
yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
: tidak terdapat perbedaan pengaruh positif yang signifikan
model
pembelajaran STAD berbantuan Microsoft PowerPoint terhadap
minat
dan hasil belajar siswa kelas V SDN Kalicacing 02.
: terdapat perbedaan pengaruh positif yang signifikan model
pembelajaran
STAD berbantuan Microsoft PowerPoint terhadap minat dan hasil
belajar siswa kelas V SDN Kalicacing 02.
Kelas
signifikan model pembelajaran STAD
tidak ada perbedaan yang