of 50 /50
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya (Slamet Suyono, 2001). Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono, 2001). Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak penelitian dilakukan terhadap hipertensi primer, baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya. Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan jenis kelamin dan usia, sedangkan batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh Kaplan (1985) sebagai berikut : pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang 1

Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hvghfh

Text of Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangDi Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya (Slamet Suyono, 2001).Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono, 2001).Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak penelitian dilakukan terhadap hipertensi primer, baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan jenis kelamin dan usia, sedangkan batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh Kaplan (1985) sebagai berikut : pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi (Slamet Suyono, 2001).Berdasarkan latar belakang di atas, dengan tinggi persentase penyakit hipertensi pada lansia, maka kelompok kami tertarik mengangkat masalah dengan judul Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Hipertensi.

1.2.Tujuan1. Untuk mengetahui terapi farmakologis hipertensi pada lansia2. Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.

1.3.Manfaat1.Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.2.Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.

1. TERAPI FARMAKOLOGISObat-obat Antihipertensi :1. Diuretik Cara kerja : meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga volume plasma dan cairan ekstrasel. Untuk terapi jangka panjang pengaruh utama adalah mengurangi resistensi perifer. Terdapat beberapa golongan, yaitu :a. Diuretik Tiazid dan sejenisnya (paling luas digunakan) , contoh : Hidroklorotiazid (HCT) tab 25 dan 50 mg Klortalidonn tab 50 mg Bendroflumentiazid tab 5 mg Indapamid tab 2,5 mg Xipamid tab 20 mgb. Diuretik kuat :a. Furosemid tab 40 mgc. Diuretik hemat kalium :a. Amilorid tab 5 mgb. Spironolakton tab 25 dan 100 mg Efek samping : hipotensi dan hipokalemia.

2. Penghambat Adrenergik Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, serta menurunkan sekresi renin Kontraindikasi bagi pasien gagal jantung kongestif Terdiri dari golongan : - penghambat adrenoreseptor / bloker : terazosin, doxazosin, prazosin- penghambat adrenoreseptor / -bloker : propanolol, asebutolol, atenolol, bisoprolol- penghambat adrenoreseptor dan : labetalol- adrenolitik sentral : klonidin, metildopa, reserpin, guanfasin3. Vasodilator Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah Yang termasuk golongan ini adalah natrium nitroprusid, hidralazin, doksazosin, prazosin, minoksidil, diaksozid. Yang paling sering digunakan adalah natrium nitroprusid dengan efek samping hipotensi ortostatik.

4. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin Bekerja menghambat sistem renin-angiotensin, menstimulasi sintesis prostaglandin dan juga mengurangi aktivitas saraf simpatis Preparat yang paling banyak digunakan adalah Kaptopril, diberikan 1 jam sebelum makan. Pada gagal ginjal dosis dikurangi (bila CCT > 1.5 mg%). Efek samping : batuk kering , eritema, gangguan pengecap, proteinuria, gagal ginjal dan agranulositosis.

5. Antagonis Kalsium Mempunyai efek mengurangi tekanan darah dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer yang berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang nyata dan retensi cairan yang kurang daripada vasodilator lainnya. Preparat yang biasa digunakan seperti nifedipin, nikardipin, felodipin, amilodipin, verapamil dan diltiazem.6. Antagonis Reseptor Angiotensin II (AIIRA / ARB) Merupakan golongan obat antihipertensi terbaru, tidak mempengaruhi produksi Angiotensin II tetapi memblok di tempat kerja pada organ target. Kelebihannya adalah tidak menimbulkan batuk karena tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin. Proses apoptosis dan regenerasi jaringan juga tetap berlangsung karena reseptor tidak dipengaruhi.

Prinsip pemberian obat anti hipertensi pada lansia : Dimulai dengan 1 macam obat dengan dosis kecil (START LOW GO SLOW) Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk penyesuaian autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital. Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari Antisipasi efek samping obat-obat antihipertensi Pemantauan tekanan darah untuk evaluasi efektivitas pengobatan Setelah tercapai target maka pemberian obat harus disesuaikan kembali untuk maintenance (Gambar 2)

Pengobatan harus segera dilakukan pada hipertensi berat dan apabila terdapat kelainan target organ. Oleh karena fungsi ginjal telah menurun dan terdapat gangguan metabolisme obat, sebaiknya dosis awal dimulai dengan dosis yang lebih rendah. Pada hipertensi tanpa komplikasi golongan diuretik dosis rendah (HCT 12,5 25 mg atau setara) yang dikombinasi dengan diuretik hemat kalium dapat diberi sebagai pengobatan awal. Obat anti hipertensi lain dapat diberikan atas indikasi spesifik.Pada pasien dengan payah jantung, obat penghambat ACE dan diuretik merupakan obat pilihan pertama. Tetapi pada pemberian diuretika sering menimbulkan efek hipokalemia dan hiponatremia karena kedua mineral tadi ikut terbuang bersama urine. Pada pasien pascainfark miokard, pemakaian penyebat yang kardioselektif dianjurkan. Akan tetapi pada umumnya pemakaian penyekat tidak begitu disukai oleh karena menimbulkan perburukan penyakit vaskuler perifer dan bronkospastik. Penghambat merupakan pilihan pada pasien dengan dislipidemia dan hipertrofi prostat, akan tetapi harus hati-hati terhadap efek hipotensi ortostatik, karena hal ini dapat menyebabkan lansia jatuh bahkan sampai mengalami komplikasi fraktur.Antagonis kalsium jangka panjang cukup efektif, terutama karena mempunyai efek natriuretik dan dianjurkan pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Pada pasien dengan diabetes dan proteinuria diindikasikan pemakaian obat penghambat ACE. Obat simpatolitik sentral seperti metildopa, klonidin dan guanfasin walaupun efektif, pemakaiannya kurang dianjurkan pada usia lanjut karena efek samping sedasi, mulut kering dan hipotensi ortostatik. Dan obat-obat yang mempunyai pengaruh pada susunan saraf pusat, dan bloker dapat mengakibatkan depresi serta penurunan kesadaran/fungsi kognitif.Pemberian antihipertensi pada lansia harus hati-hati karena pada lansia terdapat : Penurunan refleks baroreseptor sehingga meningkatkan risiko hipotensi ortostatik. Gangguan autoregulasi otak sehingga iskemia serebral mudah terjadi dengan hanya sedikit penurunan tekanan darah sistemik. Penurunan fungsi ginjal dan hati sehingga terjadi akumulasi obat. Pengurangan volume intravaskular sehingga sensitif terhadap deplesi cairan. Sensitivitas terhadap hipokalemi sehingga mudah terjadi aritmia dan kelemahan otot. Pemberian obat juga harus dipikirkan mengenai penyakit komorbid yang ada pada lansia itu. Jangan sampai obat antihipertensif yang kita beri mempunyai efek samping yang dapat memperberat gejala penyakit komorbid.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka sebaiknya obat-obat yang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, yaitu guanetidin, guanadrel, alfa bloker dan labetolol sebaiknya dihindarkan atau diberikan dengan hati-hati, tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan cara memberi dosis awal yang lebih rendah dan peningkatan dosis yang lebih kecil dengan interval yang lebih panjang dari biasanya pada penderita yang lebih muda, dan pilihan antihipertensi harus secara individual, berdasarkan pada kondisi penyerta.Tahap-tahap yang perlu diperhatikan agar terapi hipertensi dapat berhasil adalah :1. Diagnosis yang tepat dan sedini mungkin (pengukuran beberapa kali dan kalau perlu lebih dari 1 kali kunjungan)2. Pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan akan bahaya hipertensi dan makna serta manfaat bila tekanan darah dapat dinormalkan.3. Menyampaikan data yang akurat dari studi klinik pada tenaga kesehatan maupun masyarakat, khususnya mengenai manfaat penurunan/terapi hipertensi.4. Meningkatkan kepatuhan berobat atau control pasien.5. Memotivasi para tenaga kesehatan untuk berusahamenurunkan tekanan darah pasien hipertensi.Menggunakan obat antihipertensi yang dapat ditoleransi dengan baik dan yang dapat dimakan sekali sehari.

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIAContoh KasusNy A usia 78 tahun datang ke RSUD Jombang dengan keluhan sering merasa pusing, pusing dirasakan saat beraktivitas dan berkurang jika istirahat. Ny.A mengatakan juga mengalami nyeri kepala yang terasa berdenyut dan badannya lemas. Kadang Ny.A merasakan ada yang kaku di lehernya. Pasien mengatakan pandangan kabur saat jalan, kepala seperti berputar-putar dan terkadang seperti akan jatuh sehingga sangat berhati-hati saat akan berjalan. Saat pengkajian didapatkan Tekanan Darah 160/100 mmHg, Nadi 96x/menit, Suhu 36,80C, RR 22x/menit dan Skala Nyeri 3. Pasien tampak memegangi kepalanya yang sakit dan tampak lemah. Dokter mendiagnosa pasien mengalami hipertensi. Dari keterangan, anak pasien mengatakan bahwa Ny.A sudah mengalami hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Keluarga mengatakan Ny.A tidak bisa menjaga pola makannya dan tetap saja masih sering mengkonsumsi makanan yang mengandung garam dan berlemak.I. PENGKAJIANA. Karakteristik Demografi1. Identitas/Data Biografis Pasiena. Nama:Ny. Ab. Umur:78 tahunc. Pendidikan terakhir:SDd. Agama:Islame. Status perkawinan:Sudah menikahf. Alamat:Megaluh Jombangg. Jenis kelamin:Perempuanh. Orang yang paling dekat dihubungi:Ny. Si. Hubungan dengan usila:Anakj. Alamat:Kepanjen Jombangk. Jenis kelamin keluarga:Perempuan2. Riwayat Keluargaa. Pasangan1) Nama:Tn. A2) Umur:80 tahun3) Pekerjaan: Pengangguran4) Alamat: Megaluh Jombang5) Hidup/mati: Hidup6) Kesehatan : Mempunyai penyakit hipertensi dan saluran pernafasanb. Anak1) Nama:Ny. S2) Umur:40 tahun3) Pekerjaan: Petani4) Alamat:Megaluh Jombang5) Hidup/mati:Hidupa. Riwayat Kematian dalam Keluarga (1 tahun terakhir)Dalam 1 tahun terakhir tidak ada keluarga yang meniggal.b. Kunjungan KeluargaSetiap lebaran (idul fitri) keluarga besar Ny.A selalu berkumpul di rumah Ny. A.3. Riwayat PekerjaanPasien mengatakan saat masih muda bekerja sebagai petani dengan suami, sekarang ini pasien hanya tinggal dirumah tidak bekerja seperti sebelumnya dikarenakan kondisi fisiknya yang semakin melemah serta faktor usia yang semakin tua.4. Riwayat Lingkungan HidupPasien tinggal di daerah yang berdekatan dengan sawah, kondisi rumah cukup bersih, ada ventilasi, ada jendela, kamar pasien cukup bersih, kamar mandi dan WC tertutup, dan ada tempat pembuangan sampah.5. Riwayat RekreasiPasien mengatakan bahwa dirinya jarang pergi untuk rekreasi. Waktunya hanya dihabiskan dirumah untuk berkumpul dengan suami serta anak dan cucunya.6. Sumber / Sistem Pendukung yang digunakanPasien mengatakan jika dirinya sakit biasanya pergi ke mantri karena merupakan salah satupelayanan kesehatan yang terdekat dengan rumahnya.7. Kebiasaan RitualPasien mengatakan sholat 5 waktu, terkadang ikut puasa di bulan Ramadhan dengan penuh, klien juga ikut pengajian setiap minggunya jika kondisinya sehat.8. Status Kesehatan Saat Inia. Keluhan utamaNy. A mengeluh pusing.b. Gejala yang dirasakanPasien mengatakan merasa pusing pada kepala bagian belakang. nyeri terasa seperti berdenyut-denyut dan menunjukan skala nyeri 3. Pasien sering memegang kepalanya yang sakit dan tampak lemah. Pandangan kabur saat jalan, kepala seperti berputar-putar dan terkadang seperti akan jatuh sehingga kliensangat berhati-hati saat akan berjalan.c. Faktor pencetusNy. A mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan.d. Timbulnya keluhanNy. A mengatakan pusing dirasakan setiap hari saat beraktivitas dan badannya lemas.e. Waktu timbulnya keluhanNy. A mengatakan pusing timbul sewaktu-waktuf. Upaya mengatasiNy. A mengatakan biasanya kalau hipertensinya kambuh dibuat untuk beristirahat, jika keluhan belum teratasi, Ny. A pergi ke mantri.9. Status Kesehatan Masa Lalua. Penyakit yang pernah di deritaKeluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah menderita hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.b. Riwayat alergiPasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergic. Riwayat di rawat di RSPasien sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit dan hanya periksa ke mantri saja.d. Riwayat pemakaian obatPasien mengatakan tidak mengonsumsi obat obatan tertentu.10. Genogram

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari1. NutrisiPasien mengatakan sehari makan 3 kali, makan hanya habis porsi dengan nasi, lauk pauk dan terkadang tanpa sayuran. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang mengandung garam dan berlemak. 2. Eliminasia) BAKKlien mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening, bau khas. b) BABKlien BAB 2 hari sekali dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas. Biasanya klien BAB di pagi hari. Klien tidak mempunyai keluhan mengenai BAB ataupun BAK. 3. Personal Hygienea. MandiNy. A mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun.b. Oral Hygiene Ny. A tidak menggosok gigi karena Ny. A sudah tidak mempunyai gigi. c. Cuci RambutNy. A biasanya Ny. A membersihkan rambutnya dengan shampo 2 hari sekali.d. Kuku dan TanganNy. A mengatakan memotong kukunya setiap hari Jumat, Ny. A juga sering mencuci tangannya dengan sabun. e. Istirahat dan TidurNy. A mengatakan tidurnya tidak bisa nyenyak karena Ny. A sering terbangun di tengah malam, merasa kepalanya pusing dan sulit untuk bisa tidur lagi. Keluarga Ny. A (anak klien) mengatakan Ny. A sering nglindur saat tidur. Ny. A mengatakan biasa menonton TV sebelum tidur dan biasanya Ny. A tidur malam jam 21.00-02.00 dan tidur siang jam 13.10-15.30.f. Kebiasaan Mengisi Waktu LuangNy. A suka jalan-jalan ke pasar di pagi hari. Biasanya Ny. A menggunakan waktu luangnya untuk nonton TV, memasak ataupun berkebun.g. Kebiasaan yang Mempengaruhi KesehatanNy. A tidak pernah melakukan kebiasaan yang dapat menurunkan kesehatannya seperti merokok, minum-minuman keras, Ny. A juga tidak ada ketergantungan terhadap obat-obatan.

11. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Penampilan: Klien tampak lemah Kesadaran: Kualitas : Composmentis, Kuantitas : GCS 4,5,6b. Tanda-tanda Vital, TB dan BB Tekanan Darah: 110/80 mmHg Nadi: 90 x/menit Suhu: 37C RR: 20 x/menit Berat Badan: 40 kg Tinggi Badan: 150 cmc. Pemeriksaan Per Sistem1) Sistem PernapasanHidungInspeksi: tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secretPalpasi: tidak ada nyeri tekanMulut Inspeksi : mukosa bibir lembabSinus paranasalisInspeksi: tidak ada tanda-tanda adanya infeksiPalpasi: tidak ada nyeri tekanLeher Inspeksi: simetris kanan kiriPalpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroidFaringInspeksi: tidak ada odemArea dadaInspeksi: pergerakan dada simetrisPalpasi: tidak ada nyeri tekanPerkusi : sonorAuskultasi: vesikuler, irama reguler2) Sistem KardiovaskulerWajah Inspeksi: konjungtiva pucat, sklera putihLeher Inspeksi: tidak ada bendungan vena jugularisPalpasi: tidak ada nyeri tekanDada Inspeksi: dada terlihat simetrisPalpasi: letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikulasinistra)Perkusi: redupAuskultasi: bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal), irama regular3) Sistem PersyarafanPemeriksaan nervus1. Nervus I olfaktorius (pembau)Pasien bisa membedakan aroma saat diberi kopi1. Nervus II opticus (penglihatan)Pasien tidak bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.1. Nervus III oculomotoriusTidak oedem pada kelopak mata1. Nervus IV toklearisUkuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil1. Nervus V trigeminusPasien bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan1. Nervus VI abdusenBola mata simetris Nervus VII facialisPasien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris Nervus VIII auditorius/akustikusPasien tidak bisa mendengar nada yang rendah seperti bisikan dari dokter dan perawat Nervus IX glosoparingealReflek menelan pasien baik dan dapat membedakan rasa pahit Nervus X vagusUvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut Nervus XI aksesoriusPasien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan tahanan Nervus XII hypoglosal/hipoglosumBentuk lidah simetris, pasien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah4) Sistem Perkemihan dan Eliminasi UriGenetalia eksternaInspeksi: tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varisesPalpasi: tidak ada nyeri tekan maupun benjolanKandung kemih Inspeksi: tidak ada benjolan, dan pembesaranPalpasi: tidak ada nyeri tekanGinjal : Inspeksi: tidak ada pembesaran daerah pinggangPalpasi: tidak ada nyeri tekan.5) Sistem Pencernaan Eliminasi AlviMulutInspeksi:mukosa bibir lembab, kondisi gigi kurang bersih, tidak ada stomatitisPalpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut LidahInspeksi: bentuk simetrisPalpasi: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada odem.AbdomenInspeksi: bentuk simetris, tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada acites, tidak ada luka bekas operasi.Auskultasi : Bising usus 8x/menitPerkusi: timpaniPalpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar

6) Sistem Muskuloskeletal dan Integumen Kulit: turgor kulit menurun, CRT < 2 detik, kulit bersih, kering, keriput, bersisik.55Kekuatan otot44Ekstremitas AtasInspeksi: tidak ada sianosis, tidak ada clubbing fingerPalpasi: suhu akral hangatAuskultasi: tidak ada krepitasiEkstremitas BawahInspeksi: tidak ada varises, tidak ada oedem, tidak ada clubbing fingerPalpasi: suhu akral hangatAuskultasi: tidak ada krepitasi7) Sistem EndokrinKepalaInspeksi: rambut sedikit rontok, tidak alophesia (botak)Palpasi: tidak ada benjolanLeherInspeksi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroidPalpasi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.8) Sistem ReproduksiGenetalia Inspeksi: tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda - tanda infeksiPalpasi: tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan

9) Sistem Persepsi SensoriMataInspeksi: bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa jernih, sklera putih, konjungtivapucat, tidak ada sekret, tidak ada oedemPalpasi: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan kelopak mataHidungInspeksi : simetris, tidak ada pembesaran conchae, tidak ada polip , distribusi rambut rata, tidak ada secretPalpasi: tidak ada pembengkakan, tidak ada fraktur , dan tidak ada nyeri tekanMulut Inspeksi: mukosa bibir lembab, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis, tidak ada undulasiTelingaInspeksi: simetris, tidak ada oedem, tidak ada serumenPalpasi: tidak ada nyeri tekan

12. Lingkungan tempat tinggala. Kebersihan dan kerapian ruanganKeadaan rumah Ny. A bersih dan rapi, Ny. A mengatakan setiap hari mebersihkan dan merapikan rumahnya sendiri.b. Penerangan dan sirkulasi udaraPencahayaan dan sirkulasi di rumah Ny. A cukup, dilihat dari rumah Ny. A yang memiliki jendela dan ventilasi di setip ruangan.c. Keadaan kamar mandi dan WCRumah Ny. A memiliki kamar mandi beralaskan keramik, lantainya licin karena sering basah, WC berbentuk leher angsa dan terlihat bersih.d. Pembuangan air kotorRumah Ny. A memiliki pembuangan air kotor (got)e. Sumber air minumNy. A menggunakan air minum dari sumur bor dengan sanyo.f. Pembuangan sampahPembuangan sampah ada di belakang rumah , di bakar 2 minggu sekali.g. Sumber pencemaranAsap dari dapur (Ny. A masih menggunakan tungku untuk memasak)h. PrivasiPrivasi cukup baik, kamar mandi Ny. A tertutup kamar tidur Ny. A memiliki cendela dan pintu yang mudah di tutup.i. Resiko injuryKeadaan kamar andi licin, tidak ada tangga di rumah Ny. A.

13. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosiala. Pengkajian Status FungsionalINDEKS KATZ

SKOREKRITERIA

AKemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi

BKemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut

CKemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan

DKemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

EKemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan

FKemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, berpindah, dan satu fungsi tambahan

GKetergantungan pada enam fungsi tersebut

Lain-lainKetergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi, tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G

B

Berdasarkan data, maka Ny.Amemperoleh skorA. Maka lansia tsb mempunyai kemandiriandalam aktivitas sehari-hari.b. PengkajianStatusKognitif danAfektifShort Portable Mentol Status Questionnaire (SPMSQ)

SkorNo.PertanyaanJawaban

+-

1.Tanggal berapa hari ini?19Februari2014

+2.Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun)Sabtu

+3.Apa nama tempat ini?Jatimulya

4.Berapa nomor telpon Anda?-

4a.Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya bila klien tidak mempunyai telepon)

+5.Berapa umur Anda?80tahun

6.Kapan Anda lahir?1935

7.Siapa presiden Indonesia sekarang?Susilo Bambang Yudhoyono

8.Siapa presiden sebelumnya?Megawati Soekarno Putri

9.Siapa nama kecil ibu Anda?Siti Saniyah

10.Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun17, 14, 11, 8, 5, 2

Jumlah kesalahan total7

Penilaian SPMSQ Kesalahan5 - 7: fungsi intelektualsedang Berdasarkan data, maka Ny.Amemperoleh kesalahan6. Maka lansia tsb mempunyai fungsi intelektualsedang.c. PengkajianStatusPsikologisSkalaDepresiYessavageSkala Depresi geriatrik Yesavage, bentuk singkat

1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? ya)2. Sudahkah Anda mengeluarkan aktifitas dan minat Anda? (tidak)3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? tidak)4. Apakah Anda sering bosan? tidak)5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ya)6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda? tidak)7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu? ya)8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi dan melakukan sesuatu yang baru? (ya)9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan Anda daripada yang lainnya? (tidak)10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? ya)11. Apakah Anda merasasaya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda sekarang? (tidak)12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? (ya)13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan? tidak)14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Anda? (ya)

Analisa hasil : Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. (nilai poin 1 untuk setiap respons yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi. Berdasarkan data, makaNy.Amemperoleh nilai3. Maka lansia tsb tidak mengalami depresi.d. PengkajianStatusSosialAPGAR keluarga

No.FungsiUraianSkore

1.AdaptasiSaya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya1

2.HubunganSaya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya2

3.PertumbuhanSaya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru2

4.AfeksiSaya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai1

5.PemecahanSaya puas dengan cara teman-teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama2

Analisa hasil : Skor : 8-10 : fungsi sosial normal Skor : 5-7: fungsi sosial cukup Skor : 0-4: fungsi sosial kurang/suka menyendiri Berdasarkan data, makaNy. Amemperoleh nilai8. Maka lansia tsb mempunyai fungsi sosial normal.

ANALISA DATA

No.SymptomEtiologiProblem

1. DS:-klien mengeluh sakit kepala-sakit kepalanya berdenyut-denyut-Klien mengatakan tearasa kaku di kuduknya-Klien mengatakan sakit kepaalanya dating sewaktu-waktu-Klien mengeluh penglihatannya kabur

DO:-Klien tampak sering memegangi kepalanya-Lien tampak lemah-Skala nyeri 5 (0-10) sedang.-TTVTD: 160/90 mmHgN: 87 x/menitS: 36,7oCRR: 20 x/menitBB: 45 kgArteri besar kehilangan kelenterun dan menjadi kaku

Pembuluh darah tidak dapat mengembang

Vasokonstriksi pembuluh darah

TD meningkat

Peningkatan tekanan vaskuler serebral

NyeriGangguan rasa nyaman : Nyeri

2. DS : Klien mengeluh pusing dan merasa tegang pada punggung dan leherDO : TD : 180/110 mmhg Nadi : 60x/mnt P : 28x/mnt Udema pada ke dua kaki

Elastisitas pembuluh darah menghilang, katup jantung menebal dan menjadi kaku

Kemampuan jantung memompa darah menurun

Kontraksi jantung menurun

Volume darah keseluruh tubuh menurun

Penurunan curah jantung

Penurunan curah jantung

3. DS : Klien mengatakan cepat lelah saat beraktifitas

DO: Klien telihat lemah Enggan untuk bergerak

Suplai darah kejantung menurun

Gangguan suplai darah keseluruh tubuh

Sel-sel darah dalam tubuh berkurang

Suplai O2 berkurang

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

4. DS: Klien mengatakan sering merasa pusing dan penglihatan kabur.DO: Klien berjalan perlahan-lahan dan nampak berhati-hati.Peningkatan TD

Tekanan intravaskuler meningkat

Tekanan pembuluh darah otak meningkat

TIO meningkat

Gangguan penglihatan

Defisit lapang pandang

Resiko cederaResiko cedera

INTERVENSI

NOCNIC

OUTCOMEINDIKATORINTERVENSIAKTIVITAS

Level Nyeri (2102)

Def :Kekuatan dari nyeri yang diamati atau dilaporkan.

Laporan nyeri : 5 Lamanya nyeri: 5 Kurang Istirahat : 5

Manajemen NyeriDef : Mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh pasien.1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, kekuatan nyeri dan faktor presipitasi..2. Ajarkan teknik penggunaan non farmakologi (mis., relaksasi, distraksi)3. Memberikan penkes bagaimana cara mengontrol nyeri4. Anjurkan klien melaporkan apabila skala nyeri bertambah5. Berikan obat sesuai indikasi

Dx 2Fluid overload severity (0603)Def:Severity of excess fluids in the intracellular and extracellular compartments Lethargy : 5 Headache : 4 Increased blood pressure : 4 Weight gain : 4 Decreased urine output : 4Pengaturan hemodinamikDef:Optimalisasi dari denyut nadi, beban awal, beban akhir, dan kontraktilitas1. Kenali perubahan tekanan darah2. Auskultasi suara paru adanya suara krakles atau suara tambahan lain3. Auskultasi bunyi jantung4. Monitor dan dokumentasi denyut jantung irama dan nadi5. Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya disritmia6. Sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas yang tidak perlu

Fatigue level (0007)Def :Severity of observed or reported prolonged generaluzed fatigue

Headaches : 4 Activities of daily living : 4 Balance of activities and rest : 5Manajemen EnergiDef :Mengatur penggunaan energi untuk mengobati atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi.1. Tentukan keterbatasan fisik pasien2. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang memadai3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara untuk meningkatkan asupan makanan berenergi tinggi4. Pola tidur. Monitor / catatan pasien dan jumlah jam tidur5. Memantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan / aktivitas6. Membantu pasien untuk menjadwalkan waktu istirahat

Dx 2Risk control (1902)Def :Personal actions to prevent eliminate or reduce modifiable health threats. Acknowledges risk factors : 5 Monitors environmental risk factors : 5 Develops effective risk control strategies : 5 Adjusts risk control strategies : 5 Monitors health status changes : 5

Pencegahan Kecelakaan / Jatuh (6470)Def:Tindakan pencegahan khusus dengan pasien yang berisiko untuk jatuh.

1. Identifikasi kognitif atau kelemahan2. Gunakan tempat tidur dengan posisi rendah3. Sediakan alat pemanggil(bel, lampu pemanggil) ketika pemberi layanan kesehatan tidak ada4. Hindari barang-barang yang berserakan di lantai5. Edukasi keluarga tentang faktor resiko6. Tetap siaga dengan tanda-tanda injury dan faktor resiko7. Kolaborasi dengan tim kesehatan tentang efek samping obat yang bisa mengakibatkan jatuh (misal hipotensi, ortostalik)

IMPLEMENTASI

No.Diagnosa/ Masalah kolaboratifTgl/jamTindakanParaf

1.Nyeri Akut 28 Mei 2001 / 08.30 WIB1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, kekuatan nyeri dan faktor presipitasi..2. Mengajarkan teknik penggunaan non farmakologi (mis., relaksasi, distraksi)3. Memberikan penkes bagaimana cara mengontrol nyeri4. Menganjurkan klien melaporkan apabila skala nyeri bertambah5. Memberikan obat sesuai indikasi

2. Penurunan curah jantung

1. Kenali perubahan tekanan darah2. Auskultasi suara paru adanya suara krakles atau suara tambahan lain3. Auskultasi bunyi jantung4. Monitor dan dokumentasi denyut jantung irama dan nadi5. Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya disritmia\6. Sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas yang tidak perlu

3. Intoleransi aktivitas

1. Tentukan keterbatasan fisik pasien2. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang memadai3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara untuk meningkatkan asupan makanan berenergi tinggi4. Pola tidur. Monitor / catatan pasien dan jumlah jam tidur5. Memantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan / aktivitas6. Membantu pasien untuk menjadwalkan waktu istirahat

4. Resiko cedera1. Identifikasi kognitif atau kelemahan2. Gunakan tempat tidur dengan posisi rendah3. Sediakan alat pemanggil(bel, lampu pemanggil) ketika pemberi layanan kesehatan tidak ada4. Hindari barang-barang yang berserakan di lantai5. Edukasi keluarga tentang faktor resiko6. Tetap siaga dengan tanda-tanda injury dan faktor resikoKolaborasi dengan tim kesehatan tentang efek samping obat yang bisa mengakibatkan jatuh (misal hipotensi, ortostalik)

EVALUASINo.Diagnosa/ Masalah kolaboratifTgl/JamCatatan PerkembanganParaf

1.Nyeri Akut 28 Mei 2001 / 09.30 WIBS : Pasien mengatakan pusingnya mulai berkurangO : Tanda- tanda Vital S: 37 0C N: 88 x/menit TD : 150/100 mmHgSkala nyeri : 2A : Nyeri akut teratasi sebagianP : Rencana tindakan keperawatan 1 sampai 5 dilanjutkan

2.Penurunan curah jantungS : Pasien mengatakan pusingnya mulai berkurangO : Tanda- tanda Vital S: 37 0C N: 88 x/menit TD : 150/100 mmHgSkala nyeri : 2A : Masalah teratasi sebagianP : Rencana tindakan keperawatan 1 sampai 6 dilanjutkan

3.Intoleransi aktivitas

S : Pasien mengatakan masih merasa lemahO : - klien tampak lemahA : Masalah belum teratasiP : Rencana tindakan keperawatan 1 sampai 6 dilanjutkan

4.Resiko cederaS : Klien mengatakan pusing sudah mulai berkurang dan pandangannya juga sudah mulai jelas kembaliO : Klien berjalan perlahan-lahan dan nampak masih berhati-hati. A : Masalah teratasi sebagianP : Rencana tindakan keperawatan 1 sampai 7 dilanjutkan-

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanDengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia, kejadian hipertensi pada populasi ini meningkat pula. Meningkatnya tekanan darah sudah terbukti meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada usia lanjut. Salah satu karakteristik hipertensi pada usia lanjut adalah terdapatnya berbagai penyakit penyerta (komorbid) dan komplikasi organ target, seperti kejadian penyakit kardiovaskuler, ginjal, gangguan pada sistem saraf pusat dan mata. Dengan menurunkan tekanan darah sampai target 140/90 mmHg dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.Selain diagnosis yang sangat teliti, tatalaksana hipertensi pada usia lanjut harus juga memperhatikan kedua hal tersebut di atas. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia tidak berbeda dengan penatalaksanaan hipertensi pada umumnya, yaitu merubah pola hidup dan pengobatan anti hipertensi. Dan saat ini berbagai pilihan obat-obat anti hipertensi telah beredar di pasaran. Pemakaian berbagai obat tersebut bisa disesuaikan dengan penyakit komorbid yang menyertai keadaan hipertensi tersebut.3.2 SaranDalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan hipertensi :1.Klien diberi support untuk mempercepat penyembuhan2.Memberikan perawatan dan perhatian kepada klien dalam proses perawatan3.Klien diberi pengertian tentang penyakit yang dialaminya.

DAFTAR PUSTAKA34

1

1. Chobanian A . 2003. JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting and Exposotion of American Society of Hypertension. New York, USA.2. Martono, H. (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.3. Geratosima, Salma 2004. Buku Ajar GERIATRI (ilmu kesehatan usia lanjut) edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.4. Ganiswarna S., et al. 1995. Farmakologi & Terapi Edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.5. Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.