7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    1/15

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai teori teori yang

    relevan dengan penelitian serta study literature yang telah

    dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian

    2.1 Pengukuran Kerja (Work Measurement)

    Work measurement adalah proses menentukan waktu

    yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu

    untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan performansiyang telah didefinisikan (www.1mu.ac.uk/lis/ mgtserv/ tools/

    workmeas.htm, Tools, Tips & Technique, 2004)

    Pengukuran waktu kerja (work measurement) ini akan

    berhubungan dengan usaha usaha untuk menetapkan waktu

    baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

    Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang

    pekerja yang memiliki kemampuan rata rata untuk

    menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sangat

    diperlukan terutama sekali untuk :

    o Man power planning ( perencanaan kebutuhan tenagakerja )

    o Estimasi biaya biaya untuk upah karyawan/pekerjao Penjadwalan produksi dan penganggarano Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif

    bagi karyawan berprestasi

    o Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkanoleh seorang pekerja

    Secara umum teknik pengukuran waktu kerja dapat

    dibedakan menjadi 2 (Wignjosoebroto, 2000) yaitu :

    1. Pengukuran waktu kerja dengan metodepengukuran langsung

    2. Pengukuran waktu kerja dengan metode tidaklangsung

    http://www.1mu.ac.uk/lis/%20mgtserv/%20tools/%20workmeas.htmhttp://www.1mu.ac.uk/lis/%20mgtserv/%20tools/%20workmeas.htmhttp://www.1mu.ac.uk/lis/%20mgtserv/%20tools/%20workmeas.htmhttp://www.1mu.ac.uk/lis/%20mgtserv/%20tools/%20workmeas.htm
  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    2/15

    8

    2.2 Stop Watch Time Study

    Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan

    pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metodeini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang

    berlangsung singkat dan berulang ulang (repetitive). Secara

    sistematis langkah langkah untuk pelaksanaan pengukuran

    waktu kerja dengan jam henti dapat dilihat pada gambar.

    Langkah Persiapan- Pilih & definisikan pekerjaan yang akan diukur &

    akan ditetapkan waktu standarnya

    - Informasikan maksud & tujuan pengukuran kerjapada supervisor / pekerja

    - Pilih operator dan catat semua data yang berkaitan

    dengan sistem operasi kerja yang akan diukurwaktunya

    Elemental BreakdownBagi siklus kegiatan yang berlangsung kedalam elemen - elemen kegiatan sesuai

    dengan aturan yang ada

    Pengamatan dan Pengukuran- Laksanakan pengamatan & pengukuran waktu

    sejumlah N' pengamatan untuk setiap siklus/elemen kegiatan

    - Tetapkan performance rating dari kegiatan yang

    ditunjukkan operator

    Cek Keseragaman dan Kecukupan Data- Keseragaman data

    Common Sense (subjektif)

    Batas KontrolBuang data ekstrim

    - Kecukupan data

    N'

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    3/15

    9

    dengan kondisi kerja, kerjasama yang ditunjukkan operator

    untuk mau bekerja secara wajar pada saat diukur, cara

    pengukuran, jumlah siklus kerja yang diukur dan lain- lain.Pada aktivitas pengukuran kerja, operasi yang akan

    diukur dibagi menjadi elemen elemen yang lebih kecil

    berdasarkan aturan tertentu. Aturan tersebut adalah:

    1. Elemen elemen kerja dibuat sedetail dan sependekmungkin akan tetapi masih mudah untuk diukur

    waktunya dengan teliti

    2. Handling time seperti loading dan unloading timeharus dipisahkan dari machining time3. Elemen elemen kerja yang konstan harus dipisahkandengan elemen kerja yang variabel.

    Pengukuran waktu kerja untuk masing masing elemen kerja

    yang telah ditentukan biasanya dilakukan berulang ulang

    untuk mendapatkan data yang valid. Untuk menetapkan

    jumlah pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan

    persamaan berikut :

    N =

    222 )(/

    xxxNSk

    (1)

    Dimana :

    k = harga indeks yang nilainya tergantung dari tingkat

    kepercayaan ( convidence level )

    Tingkat kepercayaan 98 %, k = 1

    Tingkat kepercayaan 95 %, k = 2

    Tingkat kepercayaan 99 %, k = 3

    S = Derajat ketelitian (degree of accuracy)x = Data hasil pengamatan

    Selain kecukupan data dengan menggunakan persamaan

    (1) yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa data yang

    diperoleh selama pengamatan haruslah seragam sebelum data

    tersebut dapat digunakan untuk menetapkan waktu standar.

    Tes keseragaman data dapat dilakukan dengan cara visual

    dan/atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Cara

    visual dilakukan dengan sederhana, mudah dan cepat, dapat

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    4/15

    10

    dilakukan dengan hanya melihat data yang terkumpul dan

    mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrim, data ini untuk

    selanjutnya tidak dapat digunakan. Untuk penggunaan petakontrol ,aka terlebih dahulu kita menentukan batas atas (BKA)

    dan batas bawah (BKB) dari data yang ada. Data yang nilainya

    diluar area BKA dan BKB sebaiknya tidak digunakan dalam

    perhitungan waktu standar.

    Batas kontrol = 3X

    22 )(/1 xxNN (2)Dimana :

    x : Rata rata dari data pengamatan

    N : Jumlah pengamatan yang telah dilakukan

    : Standar deviasi

    Selain menggunakan persamaan di atas, uji keseragaman data

    ini dapat dilakukan dengan bantuan software SPSS.

    2.3 Perhitungan Waktu Standar

    Langkah langkah yang sebaiknya dilakukan sebelum

    menentukan waktu standar yaitu :1. Menentukanperformance rating operator2. Menentukan waktu normal3. Menentukan allowance

    2.3.1 Performance Rating

    Performance rating adalah teknik untuk

    menyamakan waktu hasil observasi terhadap seorang

    operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan

    waktu yang diperlukan oleh operator normal dalammenyelesaikan pekerjaan tersebut (Niebel, 1976 dalam

    Anggraini 2004).

    Ada banyak metode yang digunakan untuk

    menentukan performance rating, Berikut merupakan

    beberapa sistem untuk memberikan rating yang

    umumnya digunakan (Wignjosoebroto, 1995):

    o Skill and Effort Rating

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    5/15

    11

    Sistem yang diperkenalkan oleh Bedaux ini

    berdasarkan pengukuran kerja dan waktu baku yang

    dinyatakan dengan angka Bs. Prosedur pengukuran kerja meliputi penentuan rating

    terhadap kecakapan (skill) dan usaha usaha yang

    ditunjukkan operator pada saat bekerja, disamping

    juga mempertimbangkan kelonggaran (allowances)

    waktu lainnya. Bedaux menetapkan angka 60 Bs

    sebagai performance standard yang harus dicapai

    oleh seorang operator dan pemberian intensif

    dilakukan pada tempo kerja rata rata sekitar 70sampai 85 Bs per jam.

    o Westing House Systems RatingSelain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang

    telah dinyatakan oleh Bedaux sebagai faktor yang

    mempengaruhi performance manusia, maka

    Westing House menambahkan lagi dengan kondisi

    kerja (working condition) dan keajegan

    (consistency) dari operator di dalam melakukan

    kerja. Untuk ini, westing house telah membuat

    suatu tabelperformance rating yang berisikan nilai

    nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada

    untuk masing masing faktor tersebut sesuai

    dengan yang tertera pada tabel (2.1)

    Tabel 2.1 Tabel Performance Rating Sistem Westinghouse

    (Sumber : Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu)

    Skill Effort+0.15 A1 Superskill

    +0.13 A2

    +0.11 B1 Excellent

    +0.08 B2

    +0.06 C1 Good

    +0.03 C2

    0.00 D Average

    -0.05 E1 Fair

    -0.10 E2

    -0.16 F1 Poo

    +0.16 A1 Superskill

    +0.12 A2

    +0.10 B1 Excellent+0.08 B2

    +0.05 C1 Good

    +0.02 C20.00 D Average

    -0.04 E1 Fair

    -0.08 E2

    -0.12 F1 Poor

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    6/15

    12

    Lanjutan Tabel 2.1 Tabel Performance Rating dengan Sistem

    Westinghouse

    Condition Consistency+0.06 A Ideal

    +0.04 B Excellent

    +0.02 C Good

    0.00 D Average

    -0.03 E Fair

    -0.07 F Poor

    +0.04 A Ideal

    +0.03 B Excellent

    +0.01 C Good

    0.00 D Average

    -0.02 E Fair

    -0.04 F Poor

    o Synthetic RatingMerupakan metode untuk mengevaluasi tempo

    kerja operator berdasarkan nilai waktu yang telahditetapkan terlebih dahulu ( predetermined time

    value). Rasio untuk menghitung indeks

    performance dapat dirumuskan sebagai berikut :

    R = P / A

    R = indeks performance atau rating faktor

    P =predetermined time (menit)

    A = rata rata waktu dari elemen kerja yang diukur

    o Performance Rating atau Speed RatingPenetapan rating didasarkan pada satu faktor

    tunggal yaitu operator speed, space atau tempo.

    Nilai performance rating biasanya dinyatakan

    dalam prosentase atau angka desimal dimana

    performance kerja normal akan sama dengan 100

    % atau 1.00.

    Nilai performance rating selanjutnya digunakan

    untuk menentukan waktu normal dari waktu

    pengamatan.2.3.2 Waktu Normal

    Waktu normal untuk suatu operasi kerja adalah

    semata mata menunjukkan bahwa seorang operator

    yang berkualitas baik akan bekerja menyelesaikan

    pekerjaan pada kecepatan atau tempo kerja yang

    normal. Dalam menentukan waktu normal, digunakan

    persamaan sebagai berikut:

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    7/15

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    8/15

    14

    dapat digunakan sebagai dasari penetapan besarnya insentif,

    seperti kehadiran (absensi), disiplin kerja, kreativitas dll.

    2.4.1 Tata Cara Pembayaran InsentifBeberapa cara perhitungan dan pembayaran insentif

    menurut Wignjosoebroto, 1995 antara lain adalah :

    A. Berdasarkan Hari KerjaPekerja dibayar menurut upah dasar yang tergantung

    pada jumlah jam kerja dan besarnya ditentukan

    berdasarkan evaluasi pekerjaan tidak peduli efisiensi

    yang dicapai. Pekerja menerima upah yang besarnya

    akan didasarkan pada jumlah jam kerjaB. Berdasarkan Outputyang DihasilkanPemberian insentif dengan cara ini akan memenuhi

    konsep operator bussiness of himself. Pada

    perencanaan pemberian insentif berdasarkan unit hasil

    kerja didasarkan pada ide dasar pembayaran upah, yaitu

    semua pembayaran upah operator secara langsung

    terkait proporsional dengan unit output kerja yang

    dihasilkan.

    C. Berdasarkan Jam Kerja Standar yang DicapaiPemberian insentif dengan metodel ini sangat

    berbeda dengan pemberian insentif berdasarkan ouput

    yang dihasilkan. Perbedaan terletak pada adanya

    jaminan kepada pekerja untuk tetap memperoleh upah

    dasar pada suatu tingkat kepada pekerja untuk tetap

    memperoleh upah dasar pada suatu tingkat outputkerja

    tertentu dan pemberian insentif untuk performance

    yang bisa melampaui standar kerja tersebut.D. Berdasarkan Prestasi Kerja Kelompok

    Metode pemberian insentif yang telah disebutkan di

    atas ditujukan untuk kerja individu. Program insentif

    yang lebih menitikberatkan pada pemberian insentif per

    individu akan memiliki kekurangan dalam bentuk

    persaingan individu dan mengakibatkan semangat kerja

    kelompok menjadi sulit tercapai.

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    9/15

    15

    Pemberian insentif berdasarkan kelompok, akan

    didasarkan pada seluruh output yang dihasilkan oleh

    kelompok. Output kelompok bisa diukur denganberbagai cara seperti berdasarkan outputproduksi yang

    dihasilkan kelompok, safety record, products quality

    record atau berbagai macam kriteria tolak ukur lain

    yang ditetapkan oleh manajemen.

    2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Insentif

    Beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing

    masing metode pemberian insentif adalah :

    Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan InsentifJenis Insentif Kelebihan Kekurangan

    BerdasarkanHari Kerja

    Tidak ada pemaksaanmengikuti standar

    Sederhana, mudahdiaplikasikan dan bersifat

    langsung

    Kecepatan produksicenderung lambat.

    Jadwal produksi dan evaluasisulit ditetapkan

    Berdasakan

    Output Memaksimalkan performance

    kerja individu.

    Memerlukan persiapan yanglebih lama.

    Berdasarkan JamKeja

    Standar

    Memaksimalkan performancekerja individu.

    Memerlukan persiapan yanglebih lama

    Berdasarkan

    Prestasi Kerja

    Kelompok

    Kerja kelompok akan terjaga. Ketegangan akibat persaingan

    individu bisa dihindari.

    Individu yang memiliki performance lebih, merasatidak puas

    Untuk kelompok kurang dari20 org

    2.5 Sistem dan Model

    2.5.1 Sistem

    Pada buku karangan Simatupang (1995), GeoffreyGordon (1987) mendefinisikan sistem sebagai suatu

    agregasi atau kumpulan obyek-obyek yang terangkai dalam

    interaksi dan saling ketergantungan yang teratur.

    Sedangkan Schmidt dan Taylor (1970) memberikan definisi

    yang lebih luas lagi. Mereka menyatakan bahwa sistem

    adalah suatu kumpulan komponen komponen (entiti) yang

    berinteraksi dan bereaksi antar atribut komponen atau

    entitinya untuk mencapai suatu akhir yang logis.

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    10/15

    16

    Dengan demikian sistem dapat berupa kesatuan yang

    terdiri atas jaringan kerja kausal dari bagian bagian yang

    saling bergantungan. Secara garis besar, sistem adalahkumpulan obeyk obyek yang saling berinteraksi dan

    bekerja bersama sama untuk mencapai tujuan tertentu

    dalam lingkungan yang kompleks. Obyek obyek yang

    dimaksud di sini adalah bagian bagian dari sistem, seperti

    input proses, output, pengendalian umpan balik dan batasan

    batasan dimana setiap bagian ini mempunyai beberapa

    nilai atau harga yang bersama sama menggambarkan

    keadaan sistem pada saat tertentu.Beberapa klasifikasi sistem menurut Simatupang (1995)

    1. Sistem alamiah dan Sistem BuatanSistem alamiah adalah sistem yang telah terbentuk

    dengan sendirinya yang dapat ditemui di alam bebas.

    Sedangkan sistem buatan adalah sistem yang

    diciptakan dan dikendalikan dengan tujuan tertentu.

    2. Sistem Terbuka dan Sistem TertutupSistem terbuka adalah sistem yang mampu

    berinteraksi dengan lingkungannya di mana

    dimungkinkan adanya pertukaran materi, energi

    maupun informasi dengan lingkungannya. Sedangkan

    sistem tertutup tidak memiliki relasi atau interaksi

    terhadap lingkungannya.

    3. Sistem Statis dan Sistem DinamisSistem statis adalah sistem yang tidak dipengaruhi

    atau tidak bergantung pada perubahan waktu. Sistem

    dinamis adalah sistem yang dipengaruhi olehperubahan waktu.

    4. Sistem Adaptif dan Sistem NonadaptifSistem adaptif memberikan reaksi terhadap

    lingkungannya sedemikian rupa sehingga dapat

    memperbaiki fungsi, prestasi atau kemungkinannya

    bertahan hidup. Sedangkan sistem non adaptif tidak

    memberikan reaksi terhadap lingkungannya.

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    11/15

    17

    2.5.2 Model

    Menurut Ackoff, et al (1962) pengertian model dapat

    dipandang dari tiga jenis kata yaitu kata benda, kata sifat,dan kata kerja. Sebagai kata benda berarti sebuah

    representasi (gambaran, perwakilan), misalnya : miniatur

    sepeda motor yang merupakan gambaran dari sepeda motor

    yang sebenarnya. Dalam proses permodelan, model

    dirancang sebagai penggambaran operasi dari suatu sistem

    nyata secara ideal guna menjelaskan atau menunjukkan

    hubungan hubungan penting yang terkait.

    Pada dasarnya literatur tentang model sepakat untukmendefinisikan kata model sebagai suatu representasi

    atau formalisasi dalam bahasa tertentu (yang disepakati)

    dari suatu sistem nyata. Dengan demikian permodelan

    adalah proses pembangun atau membentu sebuah model

    dari sistem nyata.

    Tujuan dari permodelan sistem antara lain :

    1. Memperkecil biaya dan tenaga yang harusdikeluarkan

    2. Mempersingkat waktu percobaan3. Memperkecil resiko4. Model dari suatu sistem dapat berguna dalam

    menggambarkan, memahami dan memperbaiki

    sistem tersebut

    5. Dapat mengetahui performansi dan informasiyang ditunjukkan oleh suatu sistem

    Klasifikasi model menurut Forrester (1961) adalah

    sebagai berikut : Model Fisik atau Abstrak

    Model fisik adalah model yang paling mudah

    dimengerti. Model ini biasanya berbentuk replika.

    Model abstrak adalah sebuah model yang

    lebih banyak menggunakan simbol daripada

    bentuk fisik. Model abstrak dibagi menjadi 3

    macam, yaitu mental bahasa/verbal dan

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    12/15

    18

    matematik. Model mental merupakan model yang

    dimiliki oleh semua manusia yang ada di dalam

    benaknya untuk mewakili proses atau kejadianyang terjadi di sekitarnya. Model bahasa atau

    verbal adalah model komunikasi yang dilakukan

    oleh manusia. Model matematik sebenarnya

    model khusus dari model verbal, perbedaan

    terletak pada penggunaan bahasa yang lebih tepat

    yang diwakili oleh simbol simbol atau lambang.

    Model Statis atau DinamisKedua jenis model merupakan jenis model yangmewakili situasi yang berhubungan terhadap

    waktu

    Model Linear atau Non LinearPada sistem linear, pengaruh luar pada sistem

    adalah murni penjumlahan. Sedangkan pada

    sistem non linear pengaruh luar pada sistem tidak

    hanya penjumlahan saja.

    Model Stabil atau Tidak StabilSistem stabil adalah sistem yang cenderung

    akan kembali ke kondisi semula setelah

    mengalami gangguan atau sengaja diganggu.

    Sedangkan sistem tidak stabil adalah sebuah

    sistem jika telah mengalami gangguan tidak akan

    kembali ke kondisi semula

    Model Steady State atau TransientModel dapat dibagi lagi berdasarkan perilaku

    mereka, apakah steady atau transient. Padakondisi steady state sebuah model yang

    mengalami perulangan terhadap waktu akan

    memperlihatkan pola perilaku yang sama dari

    waktu ke waktu. Sedangkan perilaku transient

    adalah fenomena sesaat yang tidak dapat terulang

    lagi.

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    13/15

    19

    2.6 Simulasi

    Simulasi adalah salah satu sistem pendukung keputusan

    yang menawarkan pada pengambilan keputusan suatukemampuan untuk menghadapi adanya perubahan. Simulasi

    dapat didefinisikan sebagai teknik analisa yang mengimitasi

    performance dari sistem yang sebenarnya dalam suatu

    lingkungan yang dikontrol untuk mengestimasi performance

    yang sesungguhnya dari sistem (Hitler, Frederick S.

    Lieberman, Gerald J. 1990 dalam Anggraini,2004)

    Secara definisi sistem adalah kumpulan obyek yang

    saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuanlogis dalam suatu lingkungan yang kompleks. Ada pula yang

    mendefinisikan sistem adalah kumpulan dari elemen elemen

    yang saling berinteraksi dan ada sesuatu yang mengikatnya

    menjadi satu kesatuan, terdapat tujuan bersama sebagai hasil

    akhir dan terdapat dalam suatu lingkungan yang kompleks dan

    sistem merupakan kondisi nyata yang dapat kita amati secara

    langsung (Simatupang, 1994).

    Simulasi dapat digunakan sebagai alat yang dapat

    memberikan informasi dalam kaitannya dengan pengambilan

    keputusan. Simulasi ini sangat membantu dalam proses

    pengambilan keputusan karena dapat mempersingkat waktu

    untuk pengambilan keputusan, baik dengan bantuan simulasi

    secara manual maupun dengan menggunakan software

    Pada umumnya, simulasi dapat dipandang sebagai

    aktivitas yang memiliki tiga fase (Pidd 1992, dalam Anggraini

    2004)

    1.PermodelanFase ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

    o Formulasi Masalah dan Rencana StudiSetiap studi dimulai dengan pernyataan yang jelas

    akan tujuan studi.

    o Pengumpulan Data dan Pendefinisian ModelAnalisis simulasi mengumpulkan informasi

    tentang prosedur urutan operasi dari kontrol

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    14/15

    20

    logika sistem. Aktivitas ini termasuk yang tidak

    mudah dilakukan, karena informasi ini tidak

    hanya tersedia di satu tempat atau satu orang,tetapi seluruh elemen dari sistem tersebut.

    o Permodelan SistemAdanya proses untuk mempresentasikan sistem

    nyata menjadi sebuah model yang berperilaku,

    bentuk fisik dan karakteristik lain yang mirip

    sistem nyata, berupa model matematisnya,

    sehingga lebih mudah untuk dipahami. Model

    yang baik adalah model yang efisien dan dapatdiaplikasikan dalam perangkat lunak komputer.

    o ValidasiValidasi merupakan suatu proses perbandingan

    antara model simulasi dengan sistem yang

    disimulasikan. Sebuah model dapat diterima

    apabila model tersebut memenuhi uji validasi.

    2.KomputasiTerdiri dari beberapa langkah berikut :

    o Membuat Program atau Model KomputerSetelah sebuah model yang mewakili sistem yang

    diperhatikan dan akan disimulasikan dibuat,

    maka disusun program komputer yang dapat

    mensimulasikan perilaku model sistem. Program

    simulasi yang telah dibuat harus cukup fleksibel

    sehingga dapat mengakomodasikan alternatif

    alternatif yang mungkin akan dipertimbangkan.

    Salah satu masalah penting dalam penggunaaanmodel simulasi adalah mengetahui apakah model

    merupakan representasi yang akurat dalam

    memodelkan sistem yang menjadi obyek studi.

    o VerifikasiVerifikasi adalah proses mentransformasikan

    simulasi model dengan program komputer

    apakah telah benar, dengan kata lain apakah

  • 8/14/2019 7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada Bab

    15/15

    21

    model simulasi berjalan sesuai dengan keinginan

    pembuat model. Teknik teknik yang digunakan

    dalam melakukan verifikasi program komputeradalah sebagai berikut (Law & Kelton, 1983) :

    - Menulis dan debug program komputeruntuk tiap modul atau sub-program. Pertama,

    lebih baik dibuat suatu model yang

    sederhana dan kemudian secara bertahap

    dibuat lebih kompleks sesuai kebutuhan

    - Melakukan tracing sehingga dapatmenelusuri sistem yang disimulasikan secarajelas

    - Menjalankan model dengan melakukan penyederhanaan asumsi pada karakteristik

    model yang sudah diketahui

    - Membuat suatu display grafis yang mampumenampilkan output simulasi pada saat

    simulasi sedang berjalan

    o Running PercobaanTujuan running percobaan ini adalah untuk

    mengetahui atau mencari kesalahan dalam

    program model simulasi yang telah dibuat dan

    juga untuk tujuan validasi. Hasil yang berupa

    angka dan animasi harus diperiksa dengan cermat

    untuk mendeteksi kesalahan dalam asumsi model

    dan dapat diperbaiki

    3.EksperimentasiTahap setelah dilakukannya pemrograman adalaheksperimen, yaitu tahap menjalankan simulasi sistem

    dengan berbagai kebijakan dalam bentuk parameter

    sistem yang dirancang sebelumnya.