36
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA AKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Nama : Faishal Dany Sabri NIM : 01314021

Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA AKAN CAIRAN

DAN ELEKTROLIT

Nama : Faishal Dany Sabri

NIM : 01314021

Page 2: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cairan dan elektrolit sangat penting  untuk memoertahankan keseimbangan atau

homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi

fungsi fisiologis  tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-

partikel bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung

komponen-komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan

bermuatan negative (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk

fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit

memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kebutuhan cairan dan elektrolit?

2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?

3. Seperti apa cara perpindahan cairan tubuh, kebutuhan cairan tubuh bagi manusia,

pengaturan volume cairan tubuh dan jenis cairan?

4. Apa yang dimaksud kebutuhan dan pengaturan elektolit, jenis cairan elektrolit,

keseimbangan asam-basa dan jenis asam basa?

5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?

6. Apa saja masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit?

7. Bagaimana proses dan tindakan keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan

elektrolit?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit

Untuk mengetahui faktor dan masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit

Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai

berikut :

Page 3: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan

masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode penulisan.

Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang kebutuhan aktivitas

Bab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.

1.5 Metode Penulisan

Metode  yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan.

Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari,

mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi

lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.

Page 4: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme

tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan

lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri

sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.

2.2 Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Ginjal.

Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan

dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi

garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan

atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian

ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah

mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar.

Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang

sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal

dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

Kulit.

Merupakan  bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan

panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan

kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses

pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan

tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses

pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,

konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas

ke permukaan yang lebih dingin).

Page 5: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf

simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat

dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang

dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh

yang panas.

Paru.

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss

kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan

upaya kemampuan bernapas.

Gastrointestinal.

Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui

proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system

ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin,

seperti: system hormonal contohnya:

ADH. Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan

keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior,

yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

Aldosteron. Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di

tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi

kalium, natrium dan system angiotensin rennin.

Prostaglandin. Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi

merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur

pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi

ginjal.

Glukokortikoid. Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang

menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

Mekanisme rasa haus. Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara

merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga

merangsang hipotalamus untuk rasa haus.

Page 6: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

2.3 Cara Perpindahan Cairan Tubuh

Difusi.

Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara

bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane.

Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler

yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,

konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak

lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan

dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi

yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih

cepat.

Osmosis.

Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi

dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.

Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang

garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra

dan intra.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan

nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.

Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya

dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan

seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan

NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan

isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur.

Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses

osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang

kepekatannya lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang

berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih

tinggi akan bertambah volumenya.

Page 7: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

Transport aktif.

Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting

untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan

dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:

Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses

osmotic juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut

untuk menarik larutan melalui membrane.

Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi

lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan

yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan

kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur

dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak

terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena.

Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic

karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah

perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik,

yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan

osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena

konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan

interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane

semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak

dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

Membran semipermeable. Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak

tergabung. Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang

terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.

2.4 Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,

yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh.

Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan

tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57%

Page 8: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari

total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak

dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit

dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak

dibanding pada pria. Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan:

Umur  Jumlah air dalam 24 jam Fungsi

ml/kg berat badan

3 hari 250-300 80-100

1 tahun   1150-1300 120-135

2 tahun 1350-1500 115-125

4 tahun 1600-1800 100-110

10 tahun 2000-2500 70-85

14 tahun 2200-2700 50-60

18 tahun 2200-2700 40-50

Dewasa 2400-2600 20-30

2.5 Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang

masuk dan jumlah cairan yang keluar.

Asupan cairan.

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500 cc/hari.

Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan

mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa

haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi

ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya

pendarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan

darah.

Pengeluaran cairan.

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada

orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ± 2300 cc. jumlah air yang paling banyak keluar

dari eksresi ginjal (berupa urine), sebanyak ± 1500 cc/hari pada orang dewasa. Hali ini

Page 9: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

dihubungkan dengan banyaknya asupan melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan

pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur dan sering dilakukan dalam praktis klinis.

Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran

pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran

cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar

lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehigga sulit untuk

diukur. Pada kasus ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc/hari,

diperlukan adanya perhatian khusus.

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan

pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, demam,

keringat dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain

yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus

menerus. Hasil-hasil pengeluaran cairan:

Urine.

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung

kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam

ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudoan diserap kembali ke

dalam aliran darah. Hasil ekresi berupa urine. Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi

darah, receptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls ke otak, kemudian

otak akan mengirimkan kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi

pengeluaran urine.

Keringat.

Terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat banyak

mengandung garam, urea, asam laktat dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang

keluar akan mempengaruhi kadar natrium dalam plasma.

Feses.

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui

feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar

melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas.

Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100 ml/hari.

Page 10: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

2.6 Jenis Cairan

Cairan nutrien.

Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya.

Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk

karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam cairan

nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:

Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½

dextrose dan ½ levulose).

Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.

Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.

Blood Volume Expanders

Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh darah

setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya

pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan

jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari

pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan

ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan

konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga secara

langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

2.7 Kebutuhan dan Pengaturan Elektrolit

1. Kebutuhan elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient

dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa

jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan

dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat

menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan

positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.

Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam

plasma adalah:

Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt, Magnesium: 1,5-2,5

Page 11: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.

Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau milligram per

100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau

kation dan anion dalam molekul.

2. Pengaturan Elektrolit

Pengaturan Keseimbangan Natrium.

Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan

volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan

konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh

korteks suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangankonsentrasi natrium dalam

plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali

ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium

yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar tubuh,

tetapi juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan

melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air mata.

Pengaturan Keseimbangan Kalium.

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi

mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan

mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron

juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel).

System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu: Peningkatan konsentrasi

kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron,

peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui

ginjal dan peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel

menurun.

Pengaturan Keseimbangan Kalsium.

Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan impuls kontraksi

otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu beberapa enzim pancreas. Kalsium

diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur oleh hormone

paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid

akan merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah

Page 12: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

kalsium dalam darah.

Pengaturan Keseimbangan Klorida.

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat ditemukan

pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu

mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia merupakan

siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperkloremia merupakan

kelebihan klor dalam darah. Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa

adalah 95-108 mEq/lt.

Pengaturan Keseimbangan Magnesium.

Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua dalam

cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari

saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.

Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd dan

hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.

Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat.

Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.

Pengaturan Keseimbangan Fosfat.

Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan tulang. Posfat

diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

2.8 Jenis Cairan Elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap

dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan

hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.

Contoh cairan elektrolit:

Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+

Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3

Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

Page 13: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

2.9 Keseimbangan Asam dan Basa

Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan

asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan

tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses

metabolism dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan

system regulasi (pengaturan di ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah

larutan bikarbonat, fosfat dan protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium

bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3).

Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan

kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan pH hingga kondisi standar

(normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2.

Pembuangan melalui paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai.

Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.

Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga

meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika

kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini

menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan

penurunan ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan

pCO2 menurunkan pH, sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi

alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat

mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan

konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi

ion H+ yang rendah disebut alkalosis.

2.10 Jenis Asam Basa

Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat

disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan alkali adalah natrium

(sodium) laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan agram dari asam lemah yang

dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). ion H+

diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan

H+. Selain system pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam-basa yang

Page 14: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hydrogen dan membentuk ion bikarbonat dengan

pH darah normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hydrogen dikeluarkan

dan bikarbonat dibentuk kembali.

Masalah Keseimbangan Asam-Basa

sidosis Respiratorik.

Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan system pernapasan dalam

membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada pernapasan,

peningkatan pCO2 arteri diatas 45 mmHg, dan penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat

disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan dan lain-lain.

Asidosis Metabolik.

Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya penumpukan asam yang

ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22

mEq/lt.

Alkalosis Respiratorik.

Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru dapat menimbulkan terjadinya

pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru

dan lain-lain.

Alkalosis Metabolik.

Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan

tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45 atau

secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat melalui tabel berikut:

HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa

Meningkat Menurun Meningkat Asidosis Respiratorik

Menurun Menurun Menurun Asidosis Metabolik

Menurun Meningkat Menurun Alkalosis Respiratorik

Meningkat Meningkat Meningkat Alkalosis Metabolik

Page 15: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

2.11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Usia.

Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ sehingga dapat

mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.

Temperature.

Temperature ayng tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup

banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.

Diet.

Apabila kekurangan nutrient, tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan di

dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler,

yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.

Stress.

Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit melalui proses

peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan metabolism sehingga

mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air.

Sakit.

Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel yang

rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan

sakit menimbulkan ketidakseimbangan system dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan

hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.

2.12 Masalah-Masalah pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Masalah Kebutuhan Cairan

Hipovolume atau Dehidrasi.

Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan dan kelebihan pengeluaran

cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan

vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan

cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga

macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:

Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit secara

seimbang.

Page 16: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada elektrolit

Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada air

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel berkurang

(hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan

daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan

ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen dan kreatinin meningkat dan

menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam

tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak delalu cepat diketahui. Kelebihan

asupan pelarut seperti protein dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau

pengeluaran urine secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-menerus.

Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan hipotalamus, kelenjar gondok,

ginjal diare, muntah secara terus-menerus, pemasangan drainase dan lain-lain.

Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:

Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri: pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6 lt; serum

natrium mencapai 159-166 mEq/lt; hipotensi; turgor kulit buruk; oliguria; nadi dan

pernapadan meningkat serta kehilangan cairan mencapai > 10 % BB.

Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10% BB; serum

natrium mencapai 152-158 mEq/lt serta mata cekung.

Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 lt.

Hipervolume atau Overhidrasi.

Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume

(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya

cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastic dan hanya terdapat diantara jaringan.

Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan berbentuk cekung

setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke

jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke

permukaan lain dengan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan

ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya cairan

Page 17: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan hidrostatik cairan dan

akan menekan cairan ke permukaan interstisial.

Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Peningkatan tekanan

hidrostatik yang sangat besar menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru

sehingga menyebabkan edema paru dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema

paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan adanya suara napas ronnchi basah.

Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan

peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.

Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila memberikan cairan intravena pada

pasien yang mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler paru terutama

pada anak/bayi dan orang tua dapat membahayakan. Pada anak, paru dan kapasitas

vaskularnya kecil sehingga tidak mampu menampung cairan dalam jumlah besar. Pada

pasien tua, elastisitas pembuluh darah menurun dan hanya mampu menampung sedikit

cairan. Kelebihan cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati dan

kelainan ginjal.

Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah edema perifer (pitting

edema), asites, kelopak mata membengkak, suara napas ronchi basah, penambahan berat

badan secara tidak normal/sangat cepat dan nilai hematokrit pada umumnya normal, akan

tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.

Masalah Kebutuhan Elektrolit

Hiponatremia.

Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai

dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135 mEq/lt, rasa haus berlebihan,

denyut nadi yang cepat, hipotensi konvulsi dan membrane mukosa kering. Hiponatremia

disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara berlebihan, misalya ketika tubuh mengalami

diare yang berkepanjangan.

Hipernatremia.

Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, ditandai dengan

adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak,

kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik serta kadar natrium

dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt. Kondisi ini dapat disebabkan karena dehidrasi, diare,

Page 18: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

pemasukan air yang berlebihan sementara asupan garam sedikit.

Hipokalemia.

Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia dapat

terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang mengalami diare

berkepanjangan, juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak

nafsu makan dan muntah-muntah, perut krmbung,lemah dan lunaknya otot tubuh, tidak

beraturannya denyut jantung (aritmia), penurunan bising usus dan turunnya kadar kalim

plasma hingga kurang dari 3,5 mEq/lt.

Hiperkalemia.

Merupakan suatu keadaan diamna kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada

pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolic, pemberian kalium yang berlebihan

melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas system pencernaan,

aritmia, kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan diare, adanya kecemasan dan iritabilitas

serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/lt.

Hipokalsemia.

Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai dengan

adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari

4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh

pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.

Hiperkalsemia.

Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat terjadi pada pasien

yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan,

ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan

kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt.

Hipomagnesia.

Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan adanya

iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi dan konvulasi.

Kadar magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt.

Hipermagnesia.

Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan adanya

koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.

Page 19: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

2.13 ASKEP pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

A. Pengkajian Keperawatan

Riwayat Keperawatan.

Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi jumlah

asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parenteral atau

enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau

pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan yang

dapat menentukan tingkat dehidrasi.

Faktor yang Berhubungan.

Meliputi factor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan cairan seperti sakit, diet,

lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.

Pengkajian Fisik.

Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit seperti system

integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya distensi vena

jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi dan cairan mata),

system neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan adanya refleksi) dan

system gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).

Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya.

Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, berat jenis urine,

analisis gas darah dan lain-lain).

B. Diagnosis Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:

Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya;

peingkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau

meningkatnya kecepatan metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan cairan

yang tidak adekuat serta pendarahan.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:

Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung

akibat penyakit jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau

thrombus; retensi natrium dan air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic koloid

yang rendah.

Page 20: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

C. Perencanaan Keperawatan

Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.

Rencana tindakan:

1. Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan

cairan.

2. Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan lakukan:

Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan

Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas,

kreatinin, hematokrit dan Hb.

Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara

memberikan minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.

Bila kelebihan volume cairan, lakukan:

Pengurangan asupan garam

Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat kondidi penyakit

pasien terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran pembuluh darah, maka anjurkan

pasien untuk istirahat dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau tinggikan

ekstremitas yang mengalami edema diatas posisi jantung, kecuali ada kontra indikasi.

Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.

3. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi

4. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.

D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan

1. Pemberian cairan melalui infuse.

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan

melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan

elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.

Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum

infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung,

kapas alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.

Prosedur kerja:

Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan dan infuse set dengan

menusukkan ke dalam botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan

Page 21: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang

terisi dan udaranya keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet;

gunakan sarung tangan; desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan

arah jarum ke atas; cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui

jarum infuse/abocath); tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse; buka tetesan;

lakukan desinfeksi dengan betadineTM  dan tutup dengan kasa steril; beri tanggal dan jam

pelaksanaan infuse pada plester; lalu cuci tangan.

Cara Menghitung Tetesan Infuse

Dewasa:

Tetesan/Menit =    Jumlah cairan yang masuk

       Lamanya infuse (jam) x 3

Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infuse dalam

waktu satu jam, maka tetesan permenit adalah:

Jumlah Tetesan/Menit =     1000  = 20 tetes/menit

                                            1 x 3

Anak:

Tetesan/Menit =    Jumlah cairan yang masuk

         Lamanya infuse (jam)

Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2

jam, maka tetesan permenit adalah:

Jumlah Tetesan/Menit =      250  = 125 tetes mikro/menit

                                              2

2. Tranfusi Darah.

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan darah

dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat tranfusi set.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.

Alat dan bahan: standar infuse, tranfusi set, NaCl 0,9 %, darah sesuai dengan kebutuhan

pasien, jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas,

tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan

sarung tangan.

Page 22: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

Prosedur kerja:

Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan NaCl 0,9% dan

tranfusi set dengan cara menusukkan; isi cairan NaCl 0,9% ke dalam tranfusi set dengan

menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup

hingga selang terisi dan udaranya keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan

tourniquet; gunakan sarung tangan; desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan

dengan arah jarum ke atas; cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar

melalui jarim infuse/abocath); tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi;

buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan betadineTM  dan tutup dengan kasa steril; beri

tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester; setelah NaCl 0,9% masuk, kurang lebih 15

menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan; sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek

warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal kedaluwarsa; lakukan

observasi tanda-tanda vital selama pemakaian infuse; lalu cuci tangan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dam elektrolit secara umum dapat dinilai

dari adanya kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan

ditunjukkan oleh adanya keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai

elektrolit dalam batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada

penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema dan lain sebagainya.

Page 23: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme

tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan

lingkungan. Ginjal merupakan organ yang paling berperan, sebegai pengontrol volume cairan

ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel

dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam

keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hydrogen, CO2 dan

sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

3.2 Saran

Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan juga

dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih baik

bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang

banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.

Page 24: Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar

Klien, Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan

Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada Senin, 26

November 2012 pukul 15.00 WIB.

http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-dan-

Elektrolit.html diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.

http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-hari diakses