Upload
ardianprima
View
716
Download
3
Embed Size (px)
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DIRUANG HEMODIALISA RSUP Dr. KARYADI
SEMARANG
Disusun oleh :
HERYANTO
MEGA APRILIANA
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA SEMARANG
2011
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Kebutuhan cairan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2003).
Kekurangan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami penurunan cairan intravaskuler,
interstitial dan atau intraseluler.
Kelebihan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan cairan
intravaskuler, interstitial dan atau intraseluler.
Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan,
penurunan atau cepatnya pertukaran dari satu ke lainnya dari intravaskuler,
interstitial dan atau intraseluler.
B. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN
CAIRAN
Usia
Berkaitan dengan permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan, berat
badan, dan perkembangan.
Temperatur
Panas yang berlebihan menyebabkan kertingat dimana seseorang dapai
kehilangan NaCl melalui keringat.
Diit
Pada saat tubuh mengeluarkan nutrisi, tubuh akan memesan cadangan
energi. Proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari insterstitial ke
intraseluler.
Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot. Metabolisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Proses ini meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
Olah Raga
Olah raga menyebabkan peningkatan kehilangan air kasat mata melalui
keringat.
Sakit
keadaan pembedahan , trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan.
C. KLASIFIKASI
HIPOVOLEMIA
Kekurangan volume cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang
berada di dalam proporsi isotonic.kadar elektrolit dalam serum tetap tidak
berubah, kecuali jika terjadi ketidakseimbangan lain.pasien yang beresiko
kekurangan volume cairan ini adalah pasien yang mengalami kekurangan
cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal,missalnya akibat
muntah, pengisap lambung, diare, atau fustula.penyebab lain dapat
meliputi perdarahan, pemberian obat-obatan diuretic, keringat yang
banyak, bemam, dan penurunan asupan per oral.
HIPERVOLEMIA
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam
proporsi isotonic sehingga menyebabkan hipervolemi tanpa disertai
perubahan kadar elektrolit serum.pasien yang berisiko kelebihan volume
cairan ini meliputi pasien yang menderita gagal jantung kongestif, gagal
ginjal, dan sirosis.
Kandungannya antara lain :
Natrium ( sodium )
1. merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel
2. Na mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot
3. sodium diatur oleh intake garam, aldosteron dan pengeluaran urin.
normalnya sekitar 35-45 mEq/ lt
Kalium ( potassium )
1. merupakan kation utama cairan intrasel
2. berfungsi sebagai excitability neorumuskuler dan kontraksi otot
3. diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbangan asam basa, karena ion K- dapat diubah menjadi ion
hydrogen ( H+ ). Nilai normalnya sekitar 3,5 – 5,5 mEq / lt
Kalsium
1. berguna untuk integritas kulit dan struktur sel , konduksi jantung,
pembekuan darah dan pembentukan tulang dan gigi
2. kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid
3. hormone paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal
4. hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang
magnesium
1. merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel
2. sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia dan muscular
excibuiltary. normalnya sekitar 1,5 – 2,5 mEq/ lt
chloride
terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel , normalnya sekitar 95-105 Eq/
lt
bikarbonat
1. HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstrasel dan intrasel
2. bicnat diatur oleh ginjal
fosfat
1. merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel
2. berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat, pengaturan asam basa
3. pengaturan oleh hormone parathyroid.
D. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang
harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk
sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
(Barbara C Long, 1996)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium yaitu:
Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen
(BUN) normal dan penderita asimtomatik.
Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood
Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum
mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul
nokturia dan poliuri.
Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992)
DISTRIBUSI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
a. Distribusi Cairan
1. Cairan Ekstra Sel (CES)
CES terdiri dari cairan interstitial dn cairan intravaskuler. Cairan
interstitial mengisi ruangan yang berada di antara sebagian besar sel
tubuh dan menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar
15% berat tubuh merupakan cairan interstitial. Sedangkan cairan
intravaskuler terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang berisi atau
mengandung air dan tidak berwarna, dan daerah yang mengandung
suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat
tubuh.
2. Cairan Intra Sel (CIS)
Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi
substansi terlarut atau solute yang penting untuk keseimbangan cairan
dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intra sel membentuk
40% berat tubuh.
b. Distribusi Elektrolit
Elektrolit terdiri dari : - kation bermuatan positif ( Na+ , K+, Mg+, Ca+)
- anion bermuatan negatif ( Cl-, HCO3- )
Nilai normal elektrolit pada orang dewasa
c. Natrium : 135 - 145 mem/L
d. Kalium : 3,5 – 5,0 mem/L
e. Clorida : 9,5 – 5,5 mem/L
f. Magnesium : 1,5 – 2,5 mem/L
g. Fosfat : 1,5 – 2,6 mem/L
PENGATURAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Asupan cairan
Diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat pengendalian rasa haus berada
di dalam hipotalamus di otak. Asupan cairan dari makanan & minuman
yang di asup.
a. Haluaran cairan
Pemasukan dan Pengeluaran cairan setiap hari pada orang dewasa
sehat.
Pemasukan Pengeluaran
Cairan yang diminum 1200 ml Ginjal (urine) 1500 ml
Makanan padat (air) 1000 ml Usus halus (feses) 200 ml
Oksidasi makanan 300 ml Paru ( dlm udara ekspirasi 400
ml
PERGERAKAN CAIRAN TUBUH
1. Difusi adalah perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah melalui membran sel yang permeable terhadap substansi materi
baik padat maupun partikel zat terlarut.
2. Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat
terlarut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya cairan yang
mempuntai perbadaan tekanan.
3. Osmosis adalah perpindahan cairan melalui membrane selaktof permeable
dari area yang konsentarsi rendah ke area dengan konsentrasi tinggi.
4. Transpor aktif adalah perpundahan cairan menggunakan ATP yang
melawan gradien konsentrasi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Pemasukan dan pengeluaran dan makanan (oral, parenteral)
Tanda umum masalah elektrolit
Tanda kekurangan dan kelebihan volume cairan
Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan
dan elektrolit
Pengobatan tertentu yang dijalani dapat mengganggu status cairan
Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan
b. Pengukuran klinik
Berat badan
Kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukan adanya
masalah keseimbangan cairan
± 2% : ringan
± 5% : sedang
± 10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan satiap hari pada waktu yang
sama
Keadaan umum
Pengukuran masukan cairan
o Cairan oral
o Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
o Makanan yang cenderung mengandung air
o Irigasi kateter atau NGT
Pengukuran pengeluaran cairan
Urin : volume, warna, bau
Feses : jumlah dan konsistensi
Muntah
IWL
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan
pada :
Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot
Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin dan bunyi jantung
Mata : cekung, air mata kering
Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sesorik, tingkat
kesadaran.
Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mual muntah, dan bising
usus
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jenis urin dan analisis
gas darah
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan
intake dan out put tidak seimbang.
Ditandai dengan :
- Urine ( 0,5 – 1 cc / kg BB/ jam)
- Urine pekat atau encer
- Ada edema / diare
- Demam
- Nadi lemah
B. Resiko Devisit Volume Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan output
berlebihan.
Ditandai dengan :
- Demam
- Berkerinat banyak
- Mual muntah
- Hiperventilasi
C. Peningkatan Suhu Tubuh berhubungan dengan devisit caiaran
Ditandai dengan :
- Mukosa mulut kering
- Turgor kulit menurun
- Mata cowong
- Suhu tubuh meningkat
- Demam tinggi
G. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
a. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan
intake dan out put tidak seimbang.
Tujuan : Keseimbangan cairan elektrolit pasien terpenuhi dalam waktu
1 x 24jam.
Kriteria hasil :
- Berat badan stabil
- Haluran urine stabil
- Turgor kulit baik
- TTV normal
Intervensi dan Rasionalisasi
1. Observasi TTV
R : Mengetahui perkembangan yang terjadi pada pesien
2. Anjurkan asupan cairan yang menunjang
R : Untuk menungkatkan keseimbangan cairan elektrolit
3. Anjurkan pasien minum sedikit tapi sering
R : Mencegah rasa ingin muntah
4. Anjurkan untuk bedrest dan kurangi aktifitas
R : Mengurangi peningkatan eksresi cairan melalui GI dan kulit
b. Resiko Devisit Volume Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan output
berlebihan.
Tujuan : Mual teratasi sehingga tidak terjadi dehidrasi dalam waktu
1 x 24jam.
Kriteria hasil :
- Berat badan stabil
- Nafsu makan kembali normal
- Turgor kulit baik
Intervensi dan Rasionalisasi :
1. Anjurkan makan sedikit tapi sering
R : Untuk mencegah terjadinya mual dan muntah
2. Dorong pasien untuk menjaga kebersihan oral
R : Untuk meningkatkan nafsu makan
3. Kendali makanan yang merangsang peningkatan asam lambung
R : Untuk mencegah terjadinya peningkatan asem lambung
4. lakukan advis dokter dengan pemberian anti emetic
R : Menghilangkan rasa mual
c. Peningkatan Suhu Tubuh berhubungan dengan devisit caiaran
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal ( 36 -37 0c) dalam waktu 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh kembali normal
- Mukosa basah
- ]Turgor kuli baik
Intervensi dan Rasionaliasasi :
1. Observasi TTV
R: Memantau peningkatan dan penurunan suhu tubuh
2. Anjurkan pasien banyak minum air putih
R : Mencegah dehidrasi
3. Anjurkan pasien menggunakan pakaian tipis
R : Dapat menyarap keringat, memberikan kenyamanan pasien dan
meningkatkan evaporasi
4. Lakukan advis dokter pemberian obat anti piretik
R : Menurunkan panas
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall.1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC
Doengoes, Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Gleadle, Jonathan.2005.Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta: Air langga
Potter, Patricia A.Perry,Anne griffin. 1999. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto & Wartonah 2003. Kebutuhan dasar manusia dan proses
keperawatan. Jakarta : Salemba medika.
LAPORAN KASUS
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2011
Jam Pengkajian : 10.00 Wib
I. IDENTITAS
Nama :Tn. A.W
Alamat : Karah
Umur : 11 Tahun
No. Reg : 38561
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Diagnosa : CKD
MRS : 28 Juli 2008
Jam : 21.00
II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama
.
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan anaknya demam kurang lebih 3 hari, naik
turun dari hari kehari tersebut. Keluarga pasien mengatakan,sudah berobat
di RS Siti Khotijah dirawat selama 2 hari di beri obat parasetamol.setelah
keluar RS Siti Khotijah, pasien demem lagi,kemudian di bawa ke RS Bakti
Rahayu.disertai mual muntah dan nyeri perut, serta tidak bisa BAB selama
kurang lebih 5 hari.
Riwayat penyakit Sebelumnya
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
menular atau kronik, seperti DHF.thipoit,dan lain-lain.
Riwayat Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak alergi makanan dan obat-obatan.
III. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola Nutrisi Dan Metabolisme
- Makan pagi : BH 1porsi & 1 gelas teh
- Makan siang : BHTKTP 1porsi & 1 gelas teh
Makan malam : BHTKTP 1porsi & 1 gelas teh
- Ket: Px habis makan ½ porsi
- Minum (SMRS): 1500 cc/24jam, MRS: 1500+1000/24jam
- Keadaan yang mengganggu nutrisi : nausea setiap mau makan
- Postur tubuh : kurus
- BB : 18 kg (setelah MRS), BB : 25 Kg (sebelum MRS)
b. Pola Eleminasi
- Defekasi : - Frekuensi : belum defekasi selama 2 hari(setelah MRS)
- Kesulitan defekasi : tidak keluar feses (BAB (-))
- Miksi : - Frekuensi : 4 kali/hari Miksi : - 6 kali /hari
- Konsentrasi : encer - encer
- Warna : kuning jernih - kuning jernih
- Jumlah : 2500 cc - 3000 cc
c. Pola Tidur Dan Istirahat
a. Lamanya tidur : 10 jam/hari (sblm MRS), 7 jam/hari (stlh MRS)
b. Suasana lingkungan : Tenang (sblm MRS) , ramai (stlh MRS)
d. Pola Aktifitas
Kegiatan pasien sehari-hari : Pasien bekerja sehari – hari sebagai buruh.
e Pola Hubungan Dan Peran
Pasien tidak bekerja, pasien masih siswa SD kelas 6 dan keluarga pasien
mengatakan interaksinya dgn orang lain baik dgn komunikasi verbal dan
ramah serta sopan dgn orang lain dan interaksinya cukup dekat dgn
keluarga dan saling menyayangi.
f. Pola Sensori Dan Kognitif
Sensori:
Daya penciuman : baik
Daya raba : baik
Daya pendengaran : baik
Daya rasa : Lidah putih dan rasa kurang peka
Kognitif:
Pross berpikirnya lancar, isi pikiran mudah dimengerti dan daya ingat
tinggi.
g. Pola Penanggulangan Stress
Penyebab stress : jika di marahin orang tua
Pemecah masalahnya : bermain dgn teman-temanya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Kesehatan Umum :
a. Keadaan penyakit : Sedang
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Suara bicara : Jelas
d. Pernafasan : RR: 22x/menit
e. Suhu tubuh : 37 ◦C
f. Nadi : 82x/menit
g. Tensi : 160/90 mmHg
B. Sistem Integrumen:
Kulit : Tampak anemis
Akral : Hangat
Turgor kulit : Menurun
Rambut : tampak sedikit beruban
Kuku : Warnanya pucat
C. Kepala
Tidak ada bekas luka dan bentuknya simetris
D. Muka
Simetris dan tidak ada oedema
E. Mata
Tampak cowong
Conjunctiva tampak pucat
F. Telinga
Simetris, tidak ada secret
G. Hidung
Simetris dan tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak polip
H. Mulut dan Farings
Bersih tidak ada stomatitis, tidak ada caries
I. Leher
Tidak ada pembesaran vena juguralis dan pembesaran limfe
J. Thoraks
Bentuk normal
K. Paru
Inspeksi : Bentuk simetris ( bentuk thorak)
Palpasi : Pergerakan simetris, fremitus raba sama
Perkusi : -
Auskultasi :Vesikuler, tidak ada suara gerak pleura, ronchi tidak ada
sifatnya kering
L. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : Membuncit, asietas
Umbilicus : ( Masuk kedalam )
Auskultasi : Terdengar peristaltik usus/bising usus 12 X/menit
Palpasi:
Turgor : Menurun
Nyeri : Local
Terdapat : Nyeri tekan di bagian perut, Px tampak meringis
Perkusi:
Teraba timpanik (kembung)
N. Tulang belakang : Nnormal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Penunjang Pertama
Darah lengkap Hasil Nilai normal
Hemoglobin : 12,2g/dl 11,5-15,5 g/dl
Lekosit : 4.300 ui 4.500-14.500 ui
Hematokrit : 34,5%[mikro} 35-45 %
Trombosit : 97.000 ui 15.000-450.000 ui
Widal Hasil Nilai Normal
Salmonella typhi O : 1/80 Titer < 1/80
Trombrosit : 97.000 ui 150.000-450.000 ui
2. Pemeriksaan Laboratorium, perkembangan tgl 29-7-2008
Darah lengkap Hasil Nilai Normal
Hemoglobin : 10.4 L. 13,5-18,0 P. 11,5-16,0 g/dl
Lekosit : 4.700 4.000-11000/cmm
Hematokrit : 33,2% L.40-54% : P 37-47%
Trombosit : 124.000 150.000-450.000 cmm
VI. TERAPI
Obat-obatan
Infus : RL 1.500 cc/24 jam
Injeksi : captopril 3 x 25 mg
CaCo3 3 x 1
Asam folat 3 x 1
Allopurinol 1 x 100 mg
Vit. B complex 3 x 1
Furosemid
Sohobion 1 x 1
Diet : Bubur Halus
Bubur Halus Tanpa Kalori Tanpa Protein
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Ps. Mengatakan nyeri pada
bagian abdomen
DO : pasien terpasang set
Hemodialisa
- Px tampak lemas
- BB sebelum
HD : 65 kg
BB sesudah HD : 62 kg
- TTV :
T :160/90 mmHg
S : 370C
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Gangguan rasa nyaman
b.d punksi hemodialisa
2 DS : Ibu Px mengatakan Px tidak
belum BAB ± 5 hari
DO : - Teraba timpanik
-Tampak Nyeri tekan di
perut
- Px tampak Memegang
Perutnya, BAK: 4kali
- TTV = T : 110/90 mmHg
S : 38 0C, N : 100x/mnt
RR:22x/mnt,BAB:-
Intake
cairan dan
makana
kurang
Konstipasi