Transcript
Page 1: Model Pembelajaran Kooperatif

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Makalah Strategi Belajar mengajar

Oleh

I WAYAN DEDY BUDIARTA 1115051061

ISNA MILDAYANTI 1115051022

NI NYOMAN PUTRI RUSTRINI 1115051018

IRMA SUMAYANI 1115051050

NI KADEK DWI ARDIYANI 1115051046

KADEK ROBBY PRADIKNAS A.S. 1115051016

KELAS 4B

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2013

Page 2: Model Pembelajaran Kooperatif

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan

judul “ Metode Pembelajaran Kooperatif ” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu

Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih kepada Dosen, karena telah memberi waktu yang cukup untuk menyusun

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah, semua tidak lepas berkat

bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan bantuan berbagai pihak untuk itu dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

sehingga dapat selesai dengan baik namun penulis menyadari bahwa dalam proses

penulisan makalah ini masih dari jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis dengan rendah

hati, terbuka menerima kritik, masukan dan ,saran guna penyempurnaan makalah ini.

           

Singaraja, 22 April 2012

 

 

Penulis

i

Page 3: Model Pembelajaran Kooperatif

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… i

DAFTAR ISI……….……………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………….………………………….………..… 1

1.2 Rumusan Masalah………………….…………………………………….. 1

1.3 Tujuan……………………………..……………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif ......…………................................

… 3

2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif.......................................

……………..... 4

2.3 Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Pembelajaran ..

………….... 6

2.4 Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif....................................

9

2.5 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif.......................................................

10

2.6 Tipe Pembelajaran Kooperatif dan Teknik Aplikasinya.............................

12

BAB III PENUTUP

3.3 Kesimpulan…………………………………….….

……………………… 20

3.3 Saran……………………………………………..

……………………….. 20

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Model Pembelajaran Kooperatif

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sekolah adalah salah satu arena persaingan. Mulai dari awal masa pendidikan

formal, seorang anak belajar dalam suasana kompetisi dan harus berjuang keras

memenangkan kompetisi untuk bisa naik kelas atau lulus. Sebenarnya, kompetisi

bukanlah satu-satunya model pembelajaran yang bisa dan harus dipakai. Ada tiga

pilihan model, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning.

Siswa yang tekun juga merasa temannya yang kurang mampu hanya nurut saja

pada hasil jerih payah mereka. Kesan negatif mengenai kegiatan bekerja/belajar dalam

kelompok ini juga bisa timbul karena ada perasaan was-was pada anggota kelompok

akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus

menyesuaikan diri dengan kelompok. Sebenarnya, pembagian kerja yang kurang adil

tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok, jika pengajar benar-benar menerapkan

prosedur model pembelajaran cooperative learning. Banyak pengajar hanya membagi

siswa dalam kelompok lalu memberi tugas untuk menyelesaikan sesuatu tanpa

pedoman mengenai pembagian tugas. Akibatnya, siswa merasa ditinggal sendiri dan,

karena mereka belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu bagaimana

harus bekerja sama menyelesaikan tugas tersebut. Kekacauan dan kegaduhanlah yang

terjadi. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar

dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan

pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ?

2. Apa Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ?

3. Bagaimana Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Pembelajaran

Kooperatif?

4. Bagaimana Prinsp dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ?

Page 5: Model Pembelajaran Kooperatif

2

5. Apa Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ?

6. Apa saja tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif.

2. Mengetahui Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif.

3. Mengetahui Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Pembelajaran

Kooperatif.

4. Mengetahui Prinsp dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.

5. Mengetahui Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif.

6. Mengetahui apa saja tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif.

Page 6: Model Pembelajaran Kooperatif

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Zaini model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau

petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model

pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan

pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya

perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah

berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke

pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke

kooperatif, serta dari subject centered ke learner centered atau terkonstruksinya

pengetahuan siswa.

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali bagi guru. Apakah

model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa

yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,

sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran .

Holubec dalam Nurhadi mengemukakan belajar kooperatif merupakan

pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan

interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Sementara itu, Bruner dalam

Siberman menjelaskan bahwa belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia

yang mendasar untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan.

Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur

tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan, dan

struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur

tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran yang lain.

Page 7: Model Pembelajaran Kooperatif

4

Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong

untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan

usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model

pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa

dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya

keterampilan sosial.

2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang

melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen

and Kauchak,1996 : 279). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan

dalam kelompok, serata memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan

belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran

kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan

bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan

mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan

sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvesional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvesional

Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling

memberikan motivasi sehingga ada

interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa

yang mendominasi kelompok atau

menggantungkan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi pelajaran

tiap anggota kelompok, dan kelompok

diberi umpan balik tentang hasil belajar

para anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan

bantuan dan siapa yang dapat

memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering dibaikan

sehingga tugas-tugas sering diborong

oleh seorang anggota kelompok

sedangkan anggota kelompok lainnya

hanya, “mendompleng” keberhasilan

“pemborong”.

Page 8: Model Pembelajaran Kooperatif

5

Kelompok belajar heterogen, baik

dalam kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik, dan sebagainya

sehingga dapat salingb mengetahui

siapa yang memerlukan bantuan dan

siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman memimpin

bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok serig ditentukan

oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk

memilih pemimpinnya dengan cara

masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan

dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, mempercayai orang

lain, dan mengelola konflik secara

langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara

langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlansung guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

melakukan intervensi jika terjadi

masalah dalam kerja sama antar

anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan

intevensi sering tidak dilakukan oleh

guru pada saat belajar kelompok sedang

berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses

kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses

kelompok yang terjadi dalam kelompok-

kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya penyelesaian

tugas tetapi juga hubungan

interpersonal (Hubungan antar pribadi

yang saling menghargai ).

Penekanan sering hanya ada pada

penyelesaian tugas.

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka

hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama menapai tujuan tersebut.

Page 9: Model Pembelajaran Kooperatif

6

Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman., dan pengembangan keterampilan sosial

(Ibrahim, dkk, 2000: 7).

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan

kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan

baik pada siswa kelompok bahwa maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap permainan yang

luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata social, kemampuan dan

ketidakmampuan. (Ibrahim, dkk, 2000: 9). Pembelajaran kooperatif memberikan

peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling

bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan mulai penggunaan struktur

penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dan

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk

melatihkan keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga

keterampilan-keterampilan Tanya jawab. (Ibrahim, dkk, 2000: 9).

2.3 Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Herbert

Thelan (dalam Ibrahim, 2000) yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang 

demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Tingkah

laku kooperatif dipandang oleh Dewey dan Thelan sebagai dasar demokrasi, dan

sekolah dipandang sebagai labolatorium untuk mengembangkan tingkah laku

demokrasi.

Proses demokrasi dan peran aktif merupakan cirri yang khas dari lingkungan

pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, guru tidak dibenarkan

mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki ruang

dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas didalam

kelompoknya. Selain itu, pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi

pembelajaran tersedia lengkap dikelas, ruang guru, perpustakaan, ataupun pusat

media. (Ibrahim, dkk, 200: 11).

Page 10: Model Pembelajaran Kooperatif

7

Selain itu, agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan,

dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok, maka siswa perlu

Diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif. Keteranpilan kooperatif tersebut

berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan

kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok,

sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar anggota

kelompok.

Lungren (dalam Ratumanan, 2002), menyusun keterampilan-keterampilan

kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan keterampilan. Tingkatan

tersebut yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah, dan tingkat

akhir.

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain :

1. Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung

jawabnya;

2. Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas

tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok;

3. Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semuam anggota kelompok

atau memberikan kontribusi; dan

4. Menggunakan kesempatan, yaitu menyamakan presepsi/pendapat.

2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain :

1. Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal agar

pembicara mengetahui anda secara energik menyerap informasi;

2. Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lembih

lanjut;

3. Menafsirkam, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat

berbeda;

4. Memeriksa kesempatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa

jawaban tersebut benar.

3. Keterampilan kooperatif tingkat akhir :

Keterampilan kooperatif tngkah mahir ini antara lain : mengolaborasi, yaitu

memperluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat-

pendapat dengan topik tertentu.

Page 11: Model Pembelajaran Kooperatif

8

Masih menurut Lungren (dalam ratumanan, 2002) menyebutkan bahwa unsur-

unsur dasar yang perlu untuk ditanamkan kepada siswa agar pembelajaran kooperatif

dapat berjalan lebih efektif lagi adalah :

1. Para siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka “tenggelam” atau

“berenang” bersama;

2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam

mempelajari materi yang dihadapi;

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang

sama;

4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya

diantara para anggota kelompok;

5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok;

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan

berkerjasama selama belajar; dan

7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok kooperatif.

Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif ini

mempunyai ciri-ciri tertebtu dibandingkan dengan model lainnya. Arends (1997: 111)

menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki

cirri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajar.

2. Kelompok dibentuk siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah.

3. Bila memungkinkan, anggota lelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin, yang beragan; dan

4. Penghargaan lebih beriorentasi kepada kelompok dari pada individu.

Dari uraian tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerja sama antar siswa dan saling

ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan dan penghargaan.

Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu

Page 12: Model Pembelajaran Kooperatif

9

dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu

tujuan yang positif dalam belajar kelompok.

2.4 Prinsip Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut:

setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

dikerjakan dalam kelompoknya.

setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota

kelompok mempunyai tujuan yang sama.

setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang

sama di antara anggota kelompoknya.

setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:

siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai.

Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-

beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan

tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling

menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan,

saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun

teman lain. Terdapat 6 (enam) langkah model pembelajaran kooperatif:

o Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

o Menyajikan informasi

o Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

o Membimbing kelompok belajar

o Evaluasi dan pemberian umpan balik

Page 13: Model Pembelajaran Kooperatif

10

o Memberikan penghargaan

2.5 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Pendapat dari Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja

kelompok dapat dianggap cooperative leaming. Untuk mencapai hasil yang maksimal,

unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Keberhasilan kelompok

sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Diibaratkan, wartawan mencari dan

menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai

kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan mereka yang di bagian percetakan dan

loper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama,

yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar tersebut di tangan

pembaca. Adapun kelima unsur model pembelajaran kooperatif adalah

1. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan

pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative

Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik. Kunci keberhasilan metode kriteria kelompok adalah persiapan guru

dalam penyusunan tugasnya. Berbeda dengan Nasarudin yang masuk ke kelas

dan menugaskan siswanya untuk saling berbagi tanpa persiapan, pengajar

yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat

persiapan.dan menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga masing-masing

anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas

selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

2. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran

beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala

saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah

hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai

perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga,

dan sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini

akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota

Page 14: Model Pembelajaran Kooperatif

11

kelompok. Sinergi tidak bisa didapatkan begitu saja dalam sekejap, tapi

merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Para anggota kelompok

perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu Sama lain

dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

3. Komunikasi Antar Anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembejar dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,

pengaiar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa

mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu

kelompok juga pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan

dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ada kalanya

pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi

secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain

tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Masih ada banyak orang

kurang sensitif dan kurang bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka.

Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan

dalarn ungkapan yang lebih halus. Sebagai contoh, ungkapan “Pendapat anda

itu agak berbeda dan unik”. Tolong jelaskan lagi alasan Anda," akon lebih

bijaksana daripada mengatakan, “Pendapat Anda itu aneh dan tidak masuk

akal." Contoh lain, tanggapan "Hm...menarik sekali kamu bisa memberi

jawaban itu. Tapi jawabanku agak berbeda...” akan lebih menghargai orang

lain daripada vonis seperti, "Jawabanmu itu salah. harusnya begini."

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses

panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator

yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang

sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar

dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

4. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak

perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang

beberapa waktu. setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan

Page 15: Model Pembelajaran Kooperatif

12

pembelajaran Cooperative learning. Format evaluasi bisa bermacam-macam,

tergantung pada tingkat pendidikan siswa.

2.6 Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif dan Teknik Aplikasinya

1. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson’s dan teman teman di

Universitas Texas pada tahun  kurun waktu 1971 sampai 1978. Mereka

mengembangkan model tersebut berdasarkan karakteristik kelas yang sangat

heterogen dari segi latar belakang sosial. Setelah dikembangkan oleh Elliot Aronson’s

kemudian diadaptasi oleh Slavin.

Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak

hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif

maupun sosial siswa dapat berkembang dengan baik. Pembelajaran model ini lebih

meningkatkan kerja sama antar siswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok

belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan

kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling

bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun pada

kelompoknya.

Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar

kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin

diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

Menurut Arends, RI, 1997 (dalam Wirta:2003) pengertian pembelajaran jigsaw

adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar

heterogen beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi akademik disajikan dalam

bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan bagian materi belajar

dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota tim lain. Dalam

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa diberi kesempatan untuk

berkolaborasi dengan teman lain dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan suatu

permasalahan. Setiap kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen

sehingga akan terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, dua atau tiga siswa

berkemampuan sedang, dan seorang siswa berkemampuan kurang.

Page 16: Model Pembelajaran Kooperatif

13

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan lima

atau enam anggota kelompok belajar yang heterogen. Setiap anggota bertanggung

jawab untuk mempelajari dan menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan

kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa

saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari

materi yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat

topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini

disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan

mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan didalam kelompok ahlinya

untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif

lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian,

dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti, beranggotakan 4

orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A, B, C, D.

2. Membagi wacana / tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing

siswa dalam kelompok asal mendapat wacana / tugas yang berbeda, nomor kepala

yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok.

3. Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam

satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau

tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.

4. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli

sesuai dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat

menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami

kepada kelompok kooperatif (kelompok inti).

6. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa

kembali ke kelompok kooperatif asal.

7. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil

dari tugas di kelompok asli.

8. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing

kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifikasi.

Page 17: Model Pembelajaran Kooperatif

14

Selanjutnya model tersebut dikembangkan menjadi model pembelajaran jigsaw

tipe II yang dikembangkan oleh Slavin. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw tipe II

adalah sebagai berikut :

1. Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Sebelum

pembelajaran dimulai sebelumnya siswa sudah ditugaskan membaca materi pelajaran

di rumah.

2. Pengelompokan

1. Sebelum dikelompokkan siswa di-rangking  berdasarkan hasil kemampuan

matematikanya. Misalnya dalam kelas tersebut jumlah siswanya 20 orang.

Selanjutnya dibagi dalam 25% rangking 1-4 (kelompok sangat baik), 25%

rangking 5-8 (kelompok baik), 25% rangking 9-12 kelompok sedang, 25%

rangking 13 – 16 (buruk), 20% kelompok rangking 17-20  (sangat buruk).

2. Pengelompokan dilakukan berdasarkan indeks prestasi siswa yang diberi

nomor 1 untuk sangat baik, 2 untuk baik, 3 untuk sedang, 4 untuk buruk dan 5

untuk sangat buruk. Pengelompokan ini dinamakan grup dimana tiap grup

berisi :

1. Grup A {A1, A2, A3, A4, A5}

2. Grup B {B1,  B2, B3, B4, B5}

3. Grup C {C1, C2,  C3, C4, C5}

4. Grup D {D1, D2, D3, D4, D5}

5. Pembentukan kelompok ahli

Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari

materi yang akan kita berikan dan dibina supaya menjadi ahli (expert).

1. Kelompok 1 { A1, B1, C1, D1}

2. Kelompok 2 { A2, B2. C2, D2}

3. Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3 }

4. Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4 }

5. Kelompok 5 {A5, B5, C5, D5 }

6. Pembinaan kelompok expert

Tiap kelompok diberikan konsep matematika sesuai dengan

kemampuannya. Dari materi pelajaran yang akan diajarkan maka kelompok 1

bertugas mempelajari KD 5.4, kelompok 2 KD 5.4, kelompok 3 mempelajari

Page 18: Model Pembelajaran Kooperatif

15

KD 5.3, kelompok 4 mempelajari KD 5.3, dan kelompok 5 mempelajari KD

5.1.

Peranan guru sangat penting dalam membina kelompok ahli dalam

menanamkan konsep yang benar terhadap terhadap materi pada masing

masing kompetensi dasar tersebut.

3. Diskusi

Setelah kelompok ahli memahami materi yang dipelajari, maka kelompok ahli

kembali ke grup masing –masing. Setiap orang dalam grup memiliki keahlian

masing-masing dan bertanggung jawab untuk berbagi pengetahuan dengan teman-

temannya dalam grup tersebut.

4. Penilaian

Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk mengukur sejauh mana

pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari. Dalam fase ini tidak

diperkenankan untuk bekerjasama. Kegiatan ini direncanakan dilakukan setiap kali

mengakhiri pertemuan pembelajaran. Dimana dalam setiap pertemuan diberikan soal

atau masalah pada setiap KD, dengan tingkat kesulitan soal berjenjang pada setiap

pertemuan. Penskoran diberikan dengan mengikuti sistem penskoran STAD. Yaitu

skor perkembangan pada setiap pertemuan dibandingkan dengan skor awal pada

pertemuan sebelumnya. Sehingga pensekoran mencerminkan perkembangan

pemahaman individu dan kelompok.

NAMA

SISWA

SKOR

AWAL

SKOR

TESTSELISIH

SKOR

PERKEMBANGAN

AA 20 100 80 40

BB 60 70 10 20

CC 50 100 50 40

DD 20 60 40 30

EE 70 60 -10 10

JUMLAH 140

RATA 28

KATAGORI Tim super

5. Pengakuan kelompok

Berdasarkan data skor tersebut selanjutnya dirata-ratakan untuk mendapatkan

skor individu dan skor kelompok. Pengakuan kepada kelompok diberikan

berdasarkan katagori.

Page 19: Model Pembelajaran Kooperatif

16

RATA-RATA

TIMPREDIKAT

0 ≤ x≤ 5

5 ≤ x≤ 15 Tim baik

15 ≤ x≤ 25 Tim hebat

25 ≤ x≤ 30 Tim super

Dari langkah-langkah yang telah diuraikan diatas maka sering akuntabilitas

individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang

anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng”

keberhasilan “pemborong”. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para

anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok

dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan

sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan,

kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelolah konflik secara

langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan

melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama

antar anggota kelompok. Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak

dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru

memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok

belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi

juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Tipe pembelajaran jigsaw ini tentu memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari jigsaw ini diantaranya dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut

Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan

tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat

mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari

teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada dari guru. Ratumanan (2002)

Page 20: Model Pembelajaran Kooperatif

17

menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu

terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Menurut Kardi & Nur (2000) belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki

hubungan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan

antara siswa normal dan siswa penyandang cacat. Davidson (1991) memberikan

sejumlah implikasi positif dalam belajar matematika dengan menggunakan strategi

belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut ;

1. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika.

Kelompok kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan

pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain,

memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka

dalam bentuk tulisan.

2. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa dalam

matematika. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota

mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.

3. Masalah matematika idealnya cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki

solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat

mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.

4. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-

masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan,

teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.

5. Ruang lingkup matematika dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang

bermanfaat bila didiskusikan. Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak

cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan sifat berikut (1) tujuan kelompok,

(2) tanggung jawab individual, (3) kesempatan yang sama untuk sukses, (4)

kompetisi kelompok, (5) spesialisasi tugas, dan (6) adaptasi untuk kebutuhan

individu (Slavin, 1995).

Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Beberapa hal yang mengkin bisa menjadi ‘pengganjal’ aplikasi metode ini

dilapangan yang harus kita cari jalan keluar atau solusinya, menurut (Roy Killen,

1996) adalah:

1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah “peer teaching“, pembelajaran oleh

teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam

memahami suatu konsep yang akan di diskusiskan bersama dengan siswa lain.

Page 21: Model Pembelajaran Kooperatif

18

Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak di perlukan, agar jangan

sampai terjadi “missconception“.

2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan meteri

pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. Pendidik harus mempu

memainkan perannya mengorkestrasikan metode ini.

3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki

oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.

4. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu

yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa

berjalan dengan baik.

5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.

Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang muncul dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pengelompokan dilakukan dengan terlebih dahulu mengurutkan kemampuan

matematika siswa dalam kelas (siswa tidak perlu tahu).  Misalnya jumlah siswa

dalam kelas 32 orang, kita bagi dalam bagian 25% (rangking 1-8) kelompok

sangat baik, 25% (rangking 9-16) kelompok baik, 25 % selanjutnya (rangking

17-24) kelompok sedang. 25% (rangking 25-32) rendah. Selanjutnya kita akan

membaginya menjadi 8 grup (A-H) yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam

kemampuan matematika, berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat

baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang dan indek 4

untuk kelompok rendah.

2. Sebelum tim ahli kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor

sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugas mereka. Bila

ditemukan ada anggota ahli yang belum tuntas, maka dilakukan remedial yang

dilakukan oleh teman satu tim.

2. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993).

Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan

pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi

Page 22: Model Pembelajaran Kooperatif

19

pembelajaran.

Langkah-langkah penerapan tipe NHT:

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor

dasar atau skor awal.

c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5

siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.

d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.

e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama)

anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh

guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.

f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.

g. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.

h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar

ke skor kuis berikutnya (terkini).

Dalam penerapannya, NHT juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dan kekurangan itu diantaranya

a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT)

1. Kelas lebih benar-benar hidup dan dinamis.

2. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi dan mengeluarkan

pendapat.

3. Munculnya jiwa kompetisi yang sehat.

4. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT )

1. Alokasi waktu yang panjang

2. Ketidakbiasaan siswa dalam pembelajaran kooperatif ini, sehingga siswa cepat

bosen dalam pembelajaran.

Page 23: Model Pembelajaran Kooperatif

20

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model

pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan

permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa tipe-tipe model pembelajaran

kooperatif, diantaranya Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT). Jigsaw didesain

untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan

juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,

tetapi mereka juga harus siap memberikan materi tersebut kepada kelompoknya.

Sedangkan NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman

pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

3.2 SARAN

Dalam penerapan tipe model pembelajaran kooperatif seperti Jigsaw dan

Numbered Head Together, ada beberapa kelebihan dan kelemahan yang terlihat.

Untuk itu guru dituntu sangat jeli untuk mampu meminimalisir dampak yang

disebabkan oleh kekurangan dalam mengaplikasikan tipe pembelajaran tersebut dan

memaksimalkan kelebihan yang didapat dengan mengaplikasian tipe pembelajaran

kooperatif tersebut.

Page 24: Model Pembelajaran Kooperatif

21

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009.”Model Pembelajaran

Kooperatif”http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html

(Diakses tanggal 22 April 2013)

Anonim. 2013. “Pembelajaran Kooperatif/ Cooperative Learning”

http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/10/pembelajaran-kooperatif-cooperative-

learning/ (Diakses tanggal 22 April 2013)


Recommended