Upload
vandien
View
224
Download
0
Embed Size (px)
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN
MENCIPTA SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelas Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Annalita Arumsari
NIM: 141134041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini Peneliti persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus sumber hidup dan jalan kebenaran dan Bunda Maria.
2. Orang tua saya Bapak Yohanes Rame dan Ibu Michaela Poni yang sudah
membesarkan serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang.
3. Kakak kandung saya Agustinus Daryanto dan semua keluarga yang
memberikan dukungan.
4. Sahabat-sahabat seperjuangan.
5. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, almamater yang saya banggakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Di mana ada Kemauan Di situ ada Jalan”
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur”
(Filipi 4: 6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Januari 2018
Peneliti
Annalita Arumsari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Annalita Arumsari
Nomor Mahasiswa : 141134041
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI DAN MENCIPTA SISWA KELAS V SD KANISIUS
SENGKAN YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 22 Januari 2018
Yang menyatakan
Annalita Arumsari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI DAN MENCIPTA SISWA KELAS V SD KANISIUS
SENGKAN YOGYAKARTA
Annalita Arumsari
Universitas Sanata Dharma
2018
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya
kemampuan IPA di Indonesia berdasarkan studi yang dilakukan PISA tahun 2012
dan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap
kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experimental tipe
pretest-posttest non-equivalent group design. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
sebanyak 100 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelas V
B sebagai kelompok kontrol sebanyak 34 siswa dan kelas V C sebagai kelompok
eksperimen sebanyak 33 siswa. Treatment dilakukan pada kelompok eksperimen
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Terdapat lima langkah
dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu presentasi kelas, tim, game,
turnamen, dan rekognisi tim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model pembelajaran kooperatif
tipe TGT berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Rerata selisih skor
yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 1,05, SE = 0,10) lebih tinggi
daripada rerata selisih skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,71, SE =
0,11). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t(65) = -2,25, p = 0,028 (p <
0.05); termasuk kategori efek kecil dengan r = 0,27 atau setara dengan 7,29% . 2)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap kemampuan
mencipta. Rerata selisih skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 1,06,
SE = 0,10) lebih tinggi daripada rerata selisih skor yang dicapai pada kelompok
kontrol (M = 0,67, SE = 0,08). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (65) =
-2,92, p = 0,005 (p < 0.05); termasuk kategori efek menengah dengan r = 0,34
atau setara dengan 11%.
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT), kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE EFFECTS OF THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE
LEARNING MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT TYPE ON THE
ABILITY TO EVALUATE AND CREATE FOR THE FIFTH GRADE IN
SENGKAN YOGYAKARTA ELEMENTARY SCHOOL
Annalita Arumsari
Sanata Dharma University
2018
The background of this study wes directed to the concern about the low of
students science ability at Indonesia country according study to PISA 2012 and
2015. The aims of the study was to find out the effect of the implementation of
Teams Games Tournament type of Cooperative Learning model on the ability to
evaluate and create in subject for the five grade students in Sengkan Yogyakarta
Elementary School in odd semester 2017/2018.
This study used quasi experimental research with non-equivalent control
group design. The population used of this study were 100 students of the five
grade in Sengkan Elementary School. The samples in this study consist of 33
students of class V C as a experimental group and 34 students of class V B as a
control group. The treatment for the experimental group was TGT tipe of
Cooperative Learning model. There are five steps in TGT tipe of Cooperative
Learning model a presentation class, teams, games, tournament, rekognisi team.
The result of this study showed that 1) TGT tipe of Cooperative Learning
model affects on the ability to evaluate. The average score of the experimental
group (M = 1,052, SE =0,10) was higher than the average score of the control
group (M = 0,71, SE = 0,11). This difference was significant t (65) = -2,25, p =
0,028 (p < 0,05), however it did represent a small-sized effect r = 0,27. 2) TGT
tipe of Cooperative Learning model affects on the ability to create. The average
score of the experimental group (M = 1,06, SE =0,10) was higher than the
average score of the control group (M = 0,67, SE = 0,8). This difference was
significant t (65) = -2,92, p = 0,005 (p < 0,05), however it did represent a
medium-sized effect r = 0,34.
Keywords: Cooperative Learning model type Teams Games Tournament, the
ability to evaluate, ability to create.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan perlindungan-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat
waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
(TGT) TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA
SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA” disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing
I yang telah membimbing, mendukung, dan memberi perhatian dengan sabar
dan bijaksana.
5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
II yang telah membimbing dengan penuh keceriaan dan kesabaran.
6. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi. selaku Dosen Penguji III yang telah
memberikan masukan pada penulisan penelitian ini.
7. Sri Wartini selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang
telah memberikan ijin melakukan penelitian dengan tangan terbuka.
8. Maria Karma Tresnamurti, S.Pd. Selaku Guru V yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian di kelas dan telah membantu pelaksanaan
penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
9. Siswa kelas V B dan V C SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran
2017/2018 yang bersedia terlibat dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu proses perijinan penelitian skripsi.
11. Kedua orang tua, Yohanes Rame dan Michaela Poni yang dengan sabar dan
penuh kasih sayang mendampingi.
12. Kakakku Agustinus Daryanto dan keluarga besar saya yang telah menjadi
penghibur.
13. Teman dekatku Iputu William Reginald White yang selalu memberikan
dukungan semangat dan sabar menghadapi keluh kesahku.
14. Teman-teman penelitian kolaboratif payung Ria, Brigita, Tina, Sr.Yosefa,
Ruri, Galuh, There, Siska, Benita, Reina, Becky, Ayudya, Galih, Pipit, Ratna,
Sinta, Arin, Alvina, Karlina yang telah memberikan semangat dan bantuan
selama menyelesaikan skripsi.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap
semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Definisi Operasional ................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 9
2.1 Kajian Teori ................................................................................................... 9
2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung ................................................................. 9
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ............................................................... 9
2.1.1.2 Model Pembelajaran ...................................................................... 12
2.1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif .................................................... 12
2.1.1.4 Metode Teams Games Tournament (TGT) ................................. 14
2.1.1.5 Taksonomi Bloom ....................................................................... 16
2.1.1.6 Hakikat IPA ................................................................................. 22
2.1.1.7 Materi Daur Air .............................................................................. 23
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.1 Penelitian-Penelitian Mengenai Teams Games Tournaments ......... 24
2.2.2 Penelitian Tentang Kemampuan Mengevaluasi Dan Mencipta ...... 26
2.2.3 Literature map ................................................................................. 28
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 28
2.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 31
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 31
3.2 Setting Penelitian ......................................................................................... 33
3.2.1 Lokasi Penelitian................................................................................... 33
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................... 33
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 34
3.3.1 Populasi ................................................................................................. 34
3.3.2 Sampel .................................................................................................. 34
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 35
3.4.1 Variabel Independen ....................................................................... 35
3.4.2 Variabel Dependen .......................................................................... 35
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 36
3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................... 38
3.7 Teknik Pengujian Instrumen .................................................................. 39
3.7.1 Uji Validitas .......................................................................................... 39
3.7.1.1 Validitas Permukaan ...................................................................... 39
3.7.1.2 Validitas Isi .................................................................................... 40
3.7.1.3 Validitas Konstrak .......................................................................... 41
3.7.2 Uji Reliabilitas ...................................................................................... 42
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................... 42
3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ................................................................ 43
3.8.1.1 Uji Asumsi ..................................................................................... 43
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................... 45
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .......................................... 46
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ..................................................... 47
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ...................................................................... 48
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata pretest ke posttest I................. 48
3.8.2.2 Besar Efek Peningkatan ................................................................. 49
3.8.2.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest......................................... 50
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan .................................................. 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 53
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 53
4.1.1 Implementasi Penelitian ........................................................................ 53
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 53
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ........................................... 54
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ......................................................................... 60
4.1.2.1 Kemampuan Mengevaluasi ............................................................ 60
4.1.2.2 Kemampuan Mencipta ................................................................... 62
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ............................................................ 63
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data....................................................... 64
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal .................................................. 65
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ............................................. 66
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ....................................................... 69
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ..................................................................... 70
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ..................................................... 77
4.1.4.1 Uji Normalias Distribusi Data ..................................................... 77
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................... 78
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .......................................... 79
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ....................................................... 82
4.1.5 Analisis Lebih Lanjut............................................................................ 83
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 90
4.2.1 Pengendalian Ancaman terhadap Validitas Internal Penelitian ............ 90
4.2.2 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT terhadap
Kemampuan Mengevaluasi............................................................................ 94
4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT terhadap
kemampuan Mencipta .................................................................................... 97
4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ................................................................... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 104
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 104
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 105
5.3 Saran .......................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107
LAMPIRAN ........................................................................................................ 111
CURRICULUM VITAE ....................................................................................... 192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ..................................................................... 34
Tabel. 3.2 Matriks Pengembangan instrumen ....................................................... 38
Tabel 3.3 Hasil Validitas Instrumen Aspek Mengevaluasi dan Mencipta ............ 41
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................ 42
Tabel 4.1 Selebaran Data Kelompok Kontrol ....................................................... 60
Tabel 4.2 Selebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................ 61
Tabel 4.3 Selebaran Data Kelompok Kontrol ....................................................... 62
Tabel 4.4 Selebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................ 63
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .................................................... 65
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ....................................................... 66
Tabel 4.7 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ............................................... 67
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................................... 67
Tabel 4.9 Hasil Uji Effect Size .............................................................................. 69
Tabel 4.10 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .................................... 70
Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttets I .......... 73
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................... 74
Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 75
Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II ............................... 76
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .................................................. 78
Tabel 4.16 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ..................................................... 79
Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ............................................. 80
Tabel 4.18 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ......................................... 81
Tabel 4.19 Hasil Uji Effect Size ............................................................................ 83
Tabel 4.20 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .................................... 83
Tabel 4.21 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttets I .......... 86
Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................... 87
Tabel 4.23 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 88
Tabel 4.24 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II ............................... 89
Tabel 4.25 Ancaman terhadap validitas internal ................................................... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Penempatan pada Meja Turnamen ................................................... 16
Gambar 2.2 Perubahan Paradikma Taksonomi Bloom Lama Dan Baru .............. 18
Gambar 2.3 Dimensi Proses Kognitif ................................................................... 21
Gambar 2.4 Daur air .............................................................................................. 24
Gambar 2.5 Bagan Penelitian yang Relevan ......................................................... 28
Gambar 3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 32
Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian............................................................ 36
Gambar 4.1 Grafik Rerata Pretest-Posttest I ........................................................ 68
Gambar 4.2 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ............................... 69
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .................... 70
Gambar 4.4 Grafik Gain Score ............................................................................. 72
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II ................... 76
Gambar 4.6 Grafik Rerata Pretest-Posttest I ........................................................ 81
Gambar 4.7 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest – Posttest I .............................. 82
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I..................... 83
Gambar 4.9 Gain Score kemampuan Mencipta .................................................... 85
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II ................. 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 112
Lampiran 1.2 Surat Keterangan Melaksanakan Uji Validitas Soal..................... 113
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen .................................................... 114
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ........................................................... 118
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ....... 121
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol.............. 140
Lampiran 3.1 Soal Uraian ................................................................................... 148
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban .............................................................................. 151
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ........................................................................... 156
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement............................................ 163
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ................................................ 165
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ............................................ 166
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen ........................................................................................ 167
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Mencipta Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen ........................................................................................ 168
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data .................................................. 169
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................. 170
Lampiran 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .................................. 172
Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan .......................... 174
Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 175
Lampiran 4.8 Hasil Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ..... 181
Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi Antara Rerata Pretest dan Posttest ....... 182
Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan ........................................................ 184
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ................................................. 189
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................. 191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Triwiyanto, 2014: 113). Belajar adalah
suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian
(Suyono & Hariyanto, 2011: 9). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar adalah suatu proses yang dialami
setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat
meningkatkan keterampilan dalam hidup.
Jean Piaget menyatakan bahwa tahap operasional konkret terjadi pada
anak usia 7 sampai 11 tahun. Ciri utama pemikiran operasional konkret adalah
adanya transformasi reversibel (pemikiran dua arah) dan sistem kekekalan.
Meskipun kecerdasan pada tahap ini sudah sangat maju, namun cara berpikir
anak masih terbatas karena mereka masih menerapkan logika berpikir pada
barang-barang konkret. Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan adanya
sistem operasi berdasarkan apa yang dilihat nyata (Suparno, 2001: 24). Cara
berpikir anak yang demikian berpengaruh juga pada gaya mengajar dan model
pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran IPA akan lebih baik lagi jika
diajarkan dengan model yang tepat dan disesuaikan dengan perkembangan anak.
Pembelajaran IPA merupakan integrasi antara proses inkuiri dan
pengetahuan sehingga pengembangan konsep IPA harus dikaitkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pengembangan keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah (Herawati (2000: 113).
Hendro Darmojo (dalam Samatowa, 2011: 2) memaparkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang
alam semesta dengan segala isinya. Samatowa (2011: 4) menjelaskan empat
alasan perlunya IPA diajarkan di sekolah dasar yaitu, 1) Bahwa IPA berfaedah
bagi suatu bangsa, kesejahteraan materiil suatu bangsa banyak sekali tergantung
pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA karena IPA merupakan dasar
dari teknologi, 2) Jika IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang
dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang
bersifat hafalan belaka, 3) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan
yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara
keseluruhan, 4) Jika IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA
merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta.
Dalam implementasinya, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di
SD secara umum kurang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
khususnya pada kategori kognitif kemampuan mengevaluasi dan mencipta.
Organization Economic Cooperation and Development (OECD) yang bernama
Programme for International Student Assessment (PISA) telah mengadakan
sebuah studi mengenai sistem pendidikan dan kemampuan dari siswa yang
diadakan tiap 3 tahun sekali. Studi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menghadapai tantangan pada kehidupan nyata. Studi
ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berpikir tingkat
tinggi seperti kemampuan mengolah informasi, kemampuan melihat keseluruhan
masalah, dan kemampuan menarik benang merah dari berbagai data yang
tersedia. Pada hasil PISA tahun 2012, Indonesia berada pada periongkat 64 dari
65 negara dengan hasil skor literasi IPA sebesar 382 (OECD, 2013: 5). Pada
hasil PISA tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara
dengan hasil skor literasi IPA sebesar 403 (OECD, 2016: 5). Data tersebut
menunjukkan adanya peningkatan hasil skor literasi IPA dari 382 menjadi 403,
namun peringkat Indonesia masih berada di 10 besar terbawah dari 70 negara
peserta PISA tahun 2015. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa para siswa di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Indonesia mengalami kesulitan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi karena
soal-soal yang digunakan pada PISA memerlukan penalaran dan pemecahan
masalah. Hasil penelitian PISA tersebut memperlihatkan bahwa Indonesia
mengalami permasalahan dalam bidang IPA.
Berdasarkan fakta di atas yang dikemukakan oleh PISA, pembelajaran IPA
belum dilaksanakan sesuai dengan harapan yaitu rendahnya kemampuan
mengevaluasi dan mencipta. Kegiatan pembelajaran masih berfokus pada guru,
siswa kurang terlibat mengemukakan pendapatnya dalam kegiatan pembelajaran,
siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kegiatan pembelajaran terasa
menjemukan karena pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah.
Metode ceramah merupakan metode yang sering digunakan guru dalam
mengajar.
Berdasarkan realita yang terjadi pada uraian di atas, perlu dilakukan
penelitian dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif untuk
membantu siswa mengembangkan proses kognitif pada kemampuan
mengevaluasi dan mencipta. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian menggunakan salah satu model pembelajaran yang
diduga dapat mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta yaitu
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran
kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap saling membantu
diantara kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan
sangat ditentukan oleh keterlibatan dari setiap anggota (Solihatin, 2007: 4).
Metode pembelajaran kooperatif dibedakan ke dalam dua kurikulum yaitu
ekstensif dan komprehensif (Slavin, 2005: 11- 12). Salah satu yang masuk ke
dalam kurikulum ekstensif adalah tipe Teams Games Tournament (TGT). Teams
Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda
(Slavin, 2008: 166-167). Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) menggunakan 5 langkah yaitu 1) presentasi di
kelas yang dilakukan oleh guru dengan memberikan materi, 2) belajar bersama
dalam tim guna mempersiapkan anggota untuk mengikuti game akademik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
selanjutnya guru memberikan soal pretest untuk menentukan kelompok
homogen, 3) game, guru mempersiapkan pertanyaan yang akan digunakan untuk
tournament, 4) turnamen yang dilakukan oleh kelompok homogen, 5)
perhitungan skor dan pemberian reward kepada kelompok yang memperoleh
skor tertinggi. Kuswana (2012: 2) mengatakan bahwa taksonomi diambil dari
bahasa Yunani tassein yang mengandung arti untuk mengelompokkan dan
nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokkan
suatu hal berdasarkan hierarki tertentu. Bloom 1989 (dalam Lord & Baviskar,
2007: 40) Benyamin Bloom mengembangkan sebuah seri dari enam tingkat
belajar yang berbasis pada tingkat kesulitan dalam mengembangkan kemampuan
intelektual dan keterampilan. Taksonomi bloom adalah alat untuk merancang,
menilai dan mengevaluasi pembelajaran siswa (Lord & Baviskar, 2007: 40).
Kategori-kategori pada dimensi proses kognitif merupakan pengklasifikasian
proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan-
tujuan di bidang pendidikan (Anderson & Krathwohl, 2001: 43-45). Enam
katogeri kognitif yaitu; 1) mengingat, 2) memahami, 3) mengaplikasikan, 4)
menganalisis, 5) mengevaluasi, dan 6) mencipta (Anderson & Krathwohl, 2001:
46). Proses kognitif yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah kemampuan
mengevaluasi dan mencipta. Anderson dan Krathwohl (2001: 125) menyatakan
mengevaluasi berarti membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar.
Mencipta merupakan kemampuan mengajak siswa membuat produk baru dengan
mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian menjadi suatu pola atau struktur
yang tidak pernah ada (Anderson & Krathwohl, 2001: 128).
Berbagai penelitian dan jurnal pernah diterbitkan untuk mendukung
pengembangan suatu kemampuan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), misalnya Nadrah, dkk (2017)
meneliti tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournaments (TGT) dan motivasi hasil fisika. Rosiana, Sugiharto, dan Nugroho
(2013) melakukan penelitian tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan media modul untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada materi koloid. Purnamasari (2014) melakukan
penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tournaments (TGT) terhadap kemandirian belajar dan peningkatan kemampuan
penalaran dan koneksi matematika peserta didik SMPN 1. Berbagai jurnal
diterbitkan untuk mendukung kemampuan mengevaluasi dan mencipta seperti,
Susilo, Siswandari, Bandi (2014) melakukan penelitian tentang mengembangkan
modul pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan
mencipta siswa dalam pembelajaran Akuntansi. Sunaryo, (2014) melakukan
penelitian tentang meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematik siswa SMA melalui model pembelajaran berbasis masalah. Normaya,
(2015) melakukan penelitian tentang kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan model Ducama di sekolah
tingkat pertama. Keenam penelitian tersebut menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berpengaruh
terhadap kemampuan dependen.
Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan
mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian quasi experimental design dengan tipe non-
equivalent pretest-posttest group design. Peneliti memilih SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta sebagai tempat penelitian, karena SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
memiliki kelas paralel yaitu A, B, dan C di kelas 1-6 sehingga cocok untuk
dilakukan penelitian eksperimen. Kelas yang digunakan adalah kelas V C
sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa 33 anak dan kelas V B
sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 34 anak. Materi
pembelajaran IPA dibatasi pada Kompetensi Dasar 3.5 Mendeskripsikan siklus
air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi siswa
kelas V di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) berpengaruh terhadap kemampuan mencipta siswa
kelas V di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan mengevaluasi
siswa kelas V di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran 2017/2018.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan mencipta siswa
kelas V di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi siswa
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
sehingga dapat mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta.
Selain itu di dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk
berinteraksi dan menggunakan pendapat.
1.4.2 Bagi guru
Guru menambah pengetahuan tentang penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) sehingga dapat
digunakan sebagai bekal mengajar dan menambah variasi pembelajaran
untuk mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta di
sekolah.
1.4.3 Bagi sekolah
Sekolah dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan tentang
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan mengevaluasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mencipta sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) berguna sebagai bekal mengajar dan mengembangkan
kemampuan mengevaluasi dan mencipta.
1.4.4 Bagi peneliti
Peneliti mendapat pengalaman baru tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) sehingga
dapat digunakan sebagai bekal mengajar dan menambah variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan
mencipta di sekolah.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mendorong siswa untuk dapat mengembangkan hubungan antar kelompok,
saling bekerja sama sehingga memungkinkan siswa mengerti dan
memahami materi pembelajaran dengan benar dan tepat.
1.5.2 Metode Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk belajar dalam
kelompok kecil yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan ras yang
berbeda.
1.5.3 Metode Teams Games Tournament (TGT) menggunakan 5 langkah dalam
pelaksanaannya, yaitu: 1) presentasi kelas, 2) tim, 3) game, 4) turnamen,
dan 5) rekognisi tim.
1.5.4 Mengevaluasi adalah suatu proses mengukur dan menilai sebagai upaya
tindak lanjut untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran.
1.5.5 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan melakukan evaluasi
sebagai upaya tindak lanjut untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
proses pembelajaran.
1.5.6 Mencipta adalah membuat keseluruhan yang baru, seperti dalam menulis,
melukis, memahat, membangun, dan seterusnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.5.7 Kemampuan mencipta adalah kemampuan mensintesiskan informasi atau
materi untuk membuat sebuah keseluruhan yang baru, seperti dalam
menulis, melukis, memahat, membangun, dan seterusnya.
1.5.8 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
gejala-gejala alam yang terdapat di lingkungan sekitar yang melatih anak
untuk berpikir kritis dan objektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini akan disampaikan tentang kajian teori, kerangka berpikir,
dan hipotesis. Kajian teori berisi teori-teori yang mendukung dan beberapa kajian
penelitian yang relevan. Kerangka berpikir berisikan kerangka pemikiran dan
hipotesis berisi dugaan sementara tentang jawaban suatu rumusan masalah.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Teori perkembangan anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) dan teori perkembangan
Lev Semyonovich Vygotsky (1896-1934). Kedua teori tersebut digunakan peneliti
karena memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap mendasar
perkembangan anak yaitu tahap perkembangan kognitif. Tahap ini akan maksimal
jika didukung proses pembelajaran optimal pada zona perkembangan proksimal.
Vygotsky mengembangkan konsep zona perkembangan proksimal (Zone of
Proximal Development atau ZPD).
Piaget lahir di Neuchatel Swiss pada tahun 1896. Sejak kecil, Piaget
menunjukkan kemampuan sebagai ilmuwan yang sangat menjanjikan di masa
depan. Sejak umur 10 tahun Piaget sudah memunculkan ide dalam penelitiannya
hingga pada umur 23 tahun di mana dia mulai menetapkan sebuah rencana. Pada
tahun 1920 Piaget mulai belajar kepandaian anak (Crain, 2007: 167-168).
Tahapan perkembangan kognitif Piaget menunjukkan bagaimana pemikiran anak
bisa menanggapi perubahan benda dan bagaimana perubahan tersebut terjadi.
Piaget menekankan anak sebagai penjelajah dan penemu, serta menyusun sendiri
pengetahuan mereka.
Ada beberapa konsep yang perlu dipahami untuk mempelajari
perkembangan kognitif dan teori pengetahuan Piaget. Konsep-konsep tersebut
adalah inteligensi, organisasi, skema, asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi, adaptasi,
dan pengetahuan figuratif serta operatif. 1) Konsep intelegensi membentuk
keadaan ekuilibrium, ke arah mana semua adaptasi sifat-sifat sensorimotor dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kognitif, dan juga interaksi-interaksi asimilasi dan akomodasi antara organisme
dan lingkungan mengacu. 2) Konsep organisasi adalah suatu tendensi yang umum
untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik psikis
maupun psikologis, dalam suatu sistem yang lebih tinggi. 3) Konsep skema adalah
suatu struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya. 4) Konsep asimilasi adalah proses kognitif di mana
seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam
skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. 5) Konsep akomodasi
adalah proses dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru. 6) Konsep
ekuilibrasi adalah pengaturan diri mekanis yang perlu untuk mengatur
kesetimbangan proses asimilasi dan akomodasi. 7) Konsep adaptasi
(menyesuaikan diri) terjadi dalam proses asimilasi dan akomodasi. 8) Konsep
pengaturan figuratif didapatkan dari gambaran langsung seseorang terhadap objek
yang dipelajari (Suparno, 2001: 19- 24).
Piaget (dalam Suparno, 2001: 24) menyatakan adanya tahapan-tahapan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Sensorimotor
Tahap awal ini terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 2 tahun. Pada
tahap ini, anak akan menggunakan indera untuk mengenal lingkungannya, seperti
melihat, meraba, mendengar, dan lain-lain. Perkembangan gagasan anak
mengenai suatu benda dimulai dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi
“sudah mempunyai gagasan”. Menurut Piaget, mekanisme perkembangan
sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Perkembangan
kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan
akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau
kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
2. Tahap Praoperasional
Tahap ini terjadi pada anak usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini, Piaget
membagi perkembangan kognitif terhadap praoperasional menjadi dua bagian: 1)
usia 2 sampai 4 tahun dicirikan oleh perkembangan simbolis, artinya seorang anak
mulai dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan suatu benda. 2) usia 4
sampai 7 tahun dicirikan oleh perkembangan pemikiran intuitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
3. Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret terjadi pada anak usia 7 sampai 11 tahun. Ciri
utama pemikiran operasional konkret adalah adanya transformasi reversibel (
pemikiran dua arah) dan sistem kekekalan. Meskipun kecerdasan pada tahap ini
sudah sangat maju, namun cara berpikir anak masih terbatas karena mereka masih
menerapkan logika berpikir pada barang-barang konkret. Tahap operasi konkret
tetap ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa yang dilihat nyata.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap terakhir pada perkembangan anak menurut Piaget ini terjadi pada
anak usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini, remaja sudah menggunakan logikanya
untuk berpikir. Pikirannya sudah dapat melampaui waktu dan tempat, anak sudah
dapat berpikir tentang sesuatu yang akan datang.
Teori perkembangan anak yang dimaksud adalah tahap-tahap pertumbuhan
atau perubahan yang terjadi pada seseorang selama hidup, dengan pertumbuhan
tersebut seseorang dapat menciptakan sesuatu sesuai dengan tahap
pertumbuhannya. Anak usia SD memiliki rentang usia 7-11 tahun sudah dapat
bepikir dengan logis mengenai peristiwa di sekitarnya maupun benda-benda
konkret. Dalam teori Piaget anak usia 7-11 tahun termasuk dalam tahapan
operasional konkret, sehingga diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan
tahap perkembangannya. Pada tahap ini siswa usia 7-11 tahun mulai memandang
“dunia” secara objektif dan berorientasi secara konseptual. Pada tahap operasional
konkret siswa dapat mengembangkan pikiran secara logis. Selain itu, hal ini juga
perlu diperhatikan bahwa adanya pembelajaran dan perkembangan yang maksimal
pada zona perkembangan proksimal.
Zona perkembangan proksimal Vygotsky menonjolkan potensi
perkembangan terbatas pada jarak antara tingkatan perkembangan aktual ( batas
bawah) dan tingkat perkembangan potensial (batas atas). Tingkatan
perkembangan aktual yaitu berupa pemecahan masalah yang dilakukan anak
secara mandiri. Tingkat perkembangan potensial yaitu berupa pemecahan masalah
anak yang dilakukan di bawah bimbingan orang dewasa, atau teman sebayanya
yang lebih maju. Jarak ini dinamakan sebagai zona perkembangan proksimal.
Zona perkembangan proksimal memaparkan bahwa anak berada dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
perkembangan sehingga membutuhkan bantuan dari guru dan teman sebaya yang
lebih banyak tahu untuk menyediakan perancah (scaffolding). Guru, orang tua,
dan teman sebaya yang lebih tahu dapat menyediakan perancah (scaffolding) guna
membantu anak menguasai materi yang kemudian membiarkan anak meneruskan
pembelajarannya sendiri (Salkind, 2009: 379). Peranan sosial dalam belajar anak
merupakan hal yang bernilai bagi anak untuk mendapatkan penguatan materi
(Salkind, 2009: 381).
2.1.1.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah sebuah rencana pembelajaran yang isinya
menggambarkan proses yang ditempuh dalam proses mengajar agar tercapai
perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan (Alma, 2008:
100). Rusman (2011: 133) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
rancangan yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-
bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lainnya.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan
strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
2. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
(Ngalimun, 2012: 8).
Dari pendapat beberapa ahli maka peneliti berpendapat bahwa model
pembelajaran merupakan sebuah perencanaan pembelajaran yang digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas untuk membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap
saling membantu diantara kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mana keberhasilan sangat ditentukan oleh keterlibatan dari setiap anggota
(Solihatin, 2007: 4). Hasan, Kosasih & Stahl (dalam Solihatin, 2007: 6) Suasana
belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesama
anggota kelompok memungkinkan siswa mengerti dan memahami materi
pelajaran dengan baik. Kelompok belajar, sikap, nilai, dan moral dikembangkan
secara mendasar (Hasan, dalam Solihatin, 2007: 6). Pembelajaran kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran di mana siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pembelajaran (Slavin, 2005: 4).
Pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk mengembangkan
hubungan antarkelompok, saling bekerja sama dalam kelompok, membangkitkan
semangat belajar, dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa.
2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat dari pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Sugiyanto, 2010: 43-44).
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan,
jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
Dari pendapat berbagai ahli maka peneliti berpendapat bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
untuk dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, saling bekerja sama
sehingga memungkinkan siswa mengerti dan memahami materi pembelajaran
dengan benar dan tepat.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat variasi tipe yang dapat diterapkan,
yaitu di antaranya: 1) Student Team Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3)
Teams Games Tournament (TGT), 4) Group Investigation (GI), 5) Rotating Trio
Exchange, 6) Group Resume dan sebagainya. Dari beberapa variasi tipe
pembelajaran kooperatif tersebut yang digunakan peneliti adalah tipe Teams
Games Tournament (TGT).
2.1.1.4 Metode Teams Games Tournament (TGT)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe Teams Games
Tournament (TGT) untuk melakukan penelitian.
1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)
Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5-6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau
ras yang berbeda (Slavin, 2008: 166-167). Metode ini menggunakan langkah dan
tim kerja yang sama seperti STAD, di mana siswa memainkan game akademik
dengan anggota lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Sama seperti
dalam STAD, tim yang mendapat skor tertinggi akan mendapatkan hadiah sebagai
penghargaan tim.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)
Terdapat 4 langkah pembelajaran Team Games Tournament (TGT) utama
(Slavin, 2005: 166), yaitu:
a. Presentasi di kelas
Guru memberikan penjelasan mengenai materi yang akan digunakan untuk
kegiatan Teams Games Tournaments (TGT).
b. Tim
Belajar bersama dalam tim guna mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengikuti game akademik (kelompok heterogen). Setelah belajar bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kelompok, guru memberikan soal pretest untuk menentukan kelompok
homogen.
c. Game dan Turnamen
1) Pertanyaan-pertanyaan yang relevan, dirangkai untuk menguji
pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi di kelas.
2) Game dimainkan di atas meja dengan 5-6 siswa yang masing-masing
mewakili tim yang berbeda (kelompok homogen).
3) Dalam permainan meja turnamen pemain menentukan pembaca soal,
pemain pertama, penantang 1, penantang 2, penantang 3, dan penantang 4
dengan cara undian.
4) Pemain pertama mengambil nomor soal dan diberikan kepada pembaca
soal. Pembaca soal akan membacakan soal tersebut.
5) Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain 1.
6) Jika soal tidak dapat dijawab oleh pemain 1, maka soal dapat dilemparkan
pada penantang 1. Jika penantang 1 tidak dapat menjawab maka penantang
2 berhak menjawab, dan seterusnya. Meskipun demikian jika soal tidak
dijawab, soal tersebut dibiarkan saja. Jika soal berhasil dijawab, kartu soal
menjadi milik si penjawab.
7) Permainan meja turnamen berlangsung searah jarum jam, agar semua
mendapat giliran sebagai pemain, pembaca soal, dan penantang.
d. Rekognisi Tim
1) Pemain dalam kelompok turnamen akan kembali ke kelompok asal
(kelompok heterogen) untuk menghitung perolehan skor.
2) Kelompok dengan jumlah skor terbanyak memperoleh hadiah dari guru
sebagai penghargaan atas prestasinya.
Dari pendapat berbagai ahli maka peneliti berpendapat bahwa Teams
Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa untuk belajar dalam kelompok kecil yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin, dan ras yang berbeda.
Berikut adalah bagan penempatan pada meja turnamen model Teams Games
Tournament (TGT) (Slavin, 2005: 167).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 2.1. Penempatan pada Meja Turnamen
3. Manfaat Team Games Tournament (TGT)
Keunggulan Team Games Tournament (TGT) (Taniredja dkk, 2011: 72-73) :
a. Di dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi
dan menggunakan pendapat.
b. Rasa percaya diri siswa menjadi tinggi.
c. Motivasi belajar siswa bertambah.
d. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi yang dipelajari.
e. Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.
f. Meningkatkan rasa simpati siswa kepada siswa dan siswa kepada guru.
2.1.1.5 Taksonomi Bloom
Kuswana (2012: 2) mengatakan bahwa taksonomi, diambil dari bahasa
Yunani tassein yang mengandung arti untuk mengelompokkan dan nomos yang
berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokkan suatu hal
berdasarkan hierarki tertentu. Benyamin Samuel Bloom (1913-1999)
mengembangkan sebuah seri dari enam tingkat belajar yang berbasis pada tingkat
kesulitan dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan (Lord
TEAM A
TEAM B TEAM C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
& Baviskar, 2007: 40). Taksonomi Bloom adalah alat untuk merancang, menilai
dan mengevaluasi pembelajaran siswa (Lord & Baviskar, 2007: 40). Bowler
(dalam Kuswana, 2012: 2) mengungkapkan, taksonomi terdiri dari kelompok
(taksa), materi pembelajaran diurutkan menurut persamaan dan perbedaan. Prinsip
atau dasar klarifikasi (hukum), misalnya, persamaan dan perbedaan dalam
struktur, perilaku, dan fungsi. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik (Utari, 2011: 2). Ranah
kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan
dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi,
misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah
psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi manipulatif dan
keterampilan motorik/ kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin
(Utari, 2011: 2). Pada tahun 1994, seorang murid Bloom, Lorin Anderson
Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi
Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Revisi hanya dilakukan pada tahap
kognitif. Revisi tersebut meliputi:
1) Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).
2) Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding
(memahami).
3) Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
4) Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
5) Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan
perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta).
6) Pada level 6, evaluation turun posisinya menjadi level 5, dengan sebutan
evaluating (menilai).
Taksonomi Bloom baru versi Krathwohl pada ranah kognitif terdiri dari
enam level: remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan
creating (mencipta) (Utari, 2011: 7). Sama dengan sebelum revisi, tiga level
pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berikutnya Higher Order Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan
piramida, secara logika adalah sebagai berikut.
a. Sebelum memahami sebuah konsep maka harus mengingatnya terlebih
dahulu.
b. Sebelum menerapkan maka harus memahaminya terlebih dahulu.
c. Sebelum menganalisa maka harus menerapkannya dulu.
d. Sebelum mengevaluasi maka harus menganalisa dulu.
e. Sebelum berkreasi atau menciptakan sesuatu maka harus mengingat,
memahami, mengaplikasikan, mengalisis dan mengevaluasi (Utari, 2011: 8).
Dari pendapat berbagai ahli maka peneliti berpendapat bahwa taksonomi
Bloom merupakan penggolongan tujuan pendidikan yang dibagi menjadi tiga
ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Berikut adalah perubahan paradikma taksonomi Bloom ranah kognitif versi lama
dan versi baru.
Gambar 2.2 Perubahan Paradikma Taksonomi Bloom Lama Dan Baru
(Sumber: httpswww.google.comsearchq=gambar+taksonomi+bloom+versi+lama&client=firefoxb-
ab&tbm=isch&tbs=rimgCVvPO_1DIEf3sIjjgiFFAqraB6pUag0VuVuu8Auz946F6bB0DqqvTMq
B8R7KMF0CzkdTeSgl3mmUsrqWCU2YOqcg0oyoSCeCIUUCqtoHqESnLme4CzkeoKhIJlRqD)
1. Kategori-Kategori Dalam Dimensi Proses Kognitif
Kategori-kategori pada dimensi proses kognitif merupakan
pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat
dalam tujuan-tujuan di bidang pendidikan (Anderson & Krathwohl, 2015: 43- 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Kategori-kategori pada proses kognitif yang paling banyak dijumpai dalam
tujuan-tujuan di bidang pendidikan yaitu, mengingat, memahami dan
mengaplikasikan sedangkan, proses- proses kognitif yang jarang dijumpai yakni,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Mengingat adalah pembelajaran yang
tujuannya menumbuhkan kemampuan untuk meretensi materi pelajaran sama
seperti materi yang diajarkan (Anderson & Krathwohl, 2015: 99). Memahami
adalah kemampuan mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik
yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran,
buku, atau layar komputer (Anderson & Krathwohl, 2015: 105). Mengaplikasikan
adalah proses kognitif yang melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu
untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah (Anderson &
Krathwohl, 2015: 109). Menganalisis adalah proses kognitif yang melibatkan
proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan
bagaimana hubungan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya (Anderson
& Krathwohl, 2015: 120). Mengevaluasi berarti membuat keputusan berdasarkan
kriteria dan standar (Anderson dan Krathwohl, 2015: 125). Mencipta merupakan
kemampuan mengajak siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi
sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada
(Anderson & Krathwohl, 2015: 128).
Di bawah ini akan dijelaskan kategori-kategori kognitif mengevaluasi dan
mencipta sebagai variabel dependen.
a. Kemampuan Mengevaluasi
Anderson dan Krathwohl (2015: 125) menyatakan mengevaluasi berarti
membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria yang sering
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Standar-standar
yang bisa digunakan bersifat kuantitatif atau kualitatif. Sumar dan Razak (2016:
177) mengatakan pengelolaan evaluasi merupakan salah satu langkah dalam
proses pembelajaran dan sekaligus merupakan bagian yang integral dalam proses
pembelajaran, yang pelaksanaannya harus sistematis dan kontinue. Inti pokok
kegiatan evaluasi adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana proses
pembelajaran telah mencapai sasaran. Kegiatan evaluasi berorientasi pada
kegiatan mengukur dan menilai sejauh mana program pembelajaran sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tercapai (Harsanto, 2007: 168). Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses
kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria
internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria
eksternal).
1) Memeriksa
Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan
internal dalam suatu operasi atau produk. Memeriksa juga dapat terjadi
dalam penerapan solusi pada suatu masalah atau dalam pelaksanaan tugas,
yakni solusi atau tugas yang menguji konsisten implementasinya (misalnya
apakah ini sudah sesuai dengan apa yang telah saya lakukan sejauh ini?).
2) Mengkritik
Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses
berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa
mencatat diri-diri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat
keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik
merupakan inti dari apa yang disebut berpikir kritis (Anderson &
Krathwohl, 2015: 125- 127).
Dari pendapat berbagai ahli maka peneliti berpendapat bahwa kemampuan
mengevalusi adalah kemampuan melakukan evaluasi sebagai upaya tindak lanjut
untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran.
b. Kemampuan Mencipta
Mencipta merupakan kemampuan mengajak siswa membuat produk baru
dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur
yang tidak pernah ada (Anderson & Krathwohl, 2015: 128). Walaupun
menciptakan produk-produk yang tak biasa, namun dalam prosesnya merujuk
pada tujuan pendidikan untuk menciptakan produk-produk yang semua siswa
dapat dan akan melakukannya. Mencipta berisikan tiga proses kognitif:
merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
1) Merumuskan
Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat
pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
merumuskan siswa diberi deskripsi tentang suatu masalah dan diharuskan
mencari beragam solusi.
2) Merencanakan
Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian
masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat
rencana untuk menyelesaikan masalah. Dalam merencanakan, siswa diberi
soal dan mereka membuat metode penyelesaian masalah.
3) Memproduksi
Memproduksi melibatkan proses merencanakan rencana untuk
menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu.
Dalam memproduksi, siswa diberi gambaran tentang suatu produk dan
harus menciptakan suatu produk sesuai dengan gambaran itu.
Dari pendapat berbagai ahli maka peneliti berpendapat bahwa kemampuan
mencipta adalah kemampuan mensintesiskan informasi atau materi untuk
membuat keseluruhan yang baru, seperti dalam menulis, melukis, memahat,
membangun, dan seterusnya.
Berikut adalah bagan taksonomi Bloom.
Gambar 2.3 Dimensi Proses Kognitif
(Sumber: http://www.google.com/search?q=gambar+taksonomi+bloom+revisi&client=ms-opera-
mobile&channel=new&prmd=inv&source+Inms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj95WykPPA
XhUFOI8KHUVzArLq_AUIESgB&biw=360&bih=532#imgrc=r335mxF5wG6G8M:)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.1.1.6 Hakikat IPA
IPA merupakan pengetahuan yang objektif dan rasional tentang alam
semesta dengan segala isinya (Darmojo, dalam Samatowa 2011: 2). IPA
membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
Pembelajaran IPA merupakan integrasi antara poses inkuiri dan
pengetahuan sehingga pengembangan konsep IPA harus dikaitkan dengan
pengembangan keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah. Siswa dilatih untuk
mengembangkan keterampilan menjelajah lingkungan dan memecahkan masalah
(Herawati, 2000: 13). Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari
(Trianto, 2011: 53).
IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin
tahu anak didik secara ilmiah (Samatowa, 2011: 2). Hal ini akan membantu
mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas
berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. IPA merupakan
suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, IPA diajarkan
dengan mengikuti metode “menemukan sendiri” serta dihadapkan pada suatu
masalah (Samatowa, 2011: 4). IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif yang
diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka
IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka.
Pembelajaran sains dengan hafalan dan pemahaman konsep, anak harus
diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai
penjelasan logis. Anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis
dan kemampuan untuk membangkitkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang
bersifat hakiki dan praktis (Cullingford dalam Samatowa, 2009: 9).
Dari pendapat berbagai ahli maka peneliti berpendapat bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-
gejala alam yang terdapat di lingkungan sekitar yang melatih anak berpikir kritis
dan objektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.1.1.7 Materi Daur Air
Materi IPA yang digunakan untuk penelitian yaitu “Daur Air” dengan
Kompetensi Dasar 3.5 Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa
di bumi serta kelangsungan mahkluk hidup. Melalui pembelajaran ini diharapkan:
1) peserta didik mengetahui tentang proses daur hidup, dan 2) timbul rasa ingin
tahu tentang topik yang akan dibahas yaitu tentang daur air secara bertahap. Air
merupakan kebutuhan pokok manusia yang sifatnya harus dipenuhi karena
manusia tidak dapat hidup tanpa air. Air yang dimanfaatkan manusia berasal dari
sumber air. Dikarenakan pentingnya dalam kehidupan, air perlu digunakan
sebaik-baiknya. Proses daur air meliputi air laut sungai menguap => uap air =>
naik menjadi awan => terjadi kondensasi => terbentuk butiran air => air mengalir
ke laut/ sungai ( Tim penyusun, 2004: 70). Daur air artinya peristiwa atau rentetan
kejadian alam yang terjadi terus-menerus dan berulang-ulang tanpa henti
(Hermana, 2009: 166).
Air yang ada di lautan dan daratan sebagian menguap akibat dari sinar
matahari. Uap air ini akan naik ke atmosfer untuk mengalami peristiwa
pengembunan menjadi titik-titik air yang kemudian mengumpul menjadi awan.
Pada lapisan tertentu di atmosfer bumi, terdapat lapisan udara yang bersuhu
sangat dingin. Pada lapisan inilah, butiran-butiran air tadi mengalami pembekuan
dan pemadatan atau mengalami kondensasi menjadi butiran-butiran es yang
sangat banyak hingga berubah menjadi hitam. Akibat kumpulan butiran-butiran es
ini akan memiliki massa yang sangat besar. Tentu saja massa air ini akan terkena
tarikan gravitasi bumi menuju pusat bumi dan jatuh menjadi air hujan (Hermana,
2009: 166). Air hujan ini kemudian jatuh ke berbagai permukaan bumi, ada yang
meresap ke dalam tanah, mengalir ke sungai, danau, dan ada juga yang jatuh
kembali ke lautan luas. Siklus ini akan terus berlangsung sehingga bumi tidak
akan pernah kering (Hermana, 2009: 166).
Hujan dapat membuat lingkungan menjadi segar, bersih, dan nyaman
(Hermana, 2009: 167). Hujan asam dapat mengebabkan kerusakan bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mencemari lingkungan. Demikian juga jika hujan terlalu
lama dapat menyebabkan banjir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Banjir disebabkan oleh sungai yang tidak mampu menampung aliran air
yang mengalir pada saat yang bersamaan dengan volume yang sangat besar.
Akibatnya air sungai meluap menjadi banjir yang merusak daerah pinggiran
sungai, daerah perkotaan, dan merusak apa saja yang dilaluinya (Hermana, 2009:
167).
Berikut adalah bagan siklus air.
Gambar 2.4 Daur air
(Sumber:http://www.google.com/search?q=gambar+daur+air&client=ms-opera-
mobile&channel=new&prmd=inv7source=lnms&tbm=isch&sa=X7ved=0ahUKEwiZsNbKkvPXA
hWFtY8KHZ3PBNYQ_AUIESgB7biw=360&bih=532#imgrc=6Gm4vZgtNJv04M:)
Air bagi kehidupan sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia,
hewan, dan tumbuhan. Aliran air sungai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga
listrik. Air juga bermanfaat untuk kegiatan olahraga: selancar, berenang,
memancing, dan lain sebagainya (Hermana, 2009: 167).
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
2.2.1 Penelitian-Penelitian Mengenai Teams Games Tournaments
Nadrah, dkk (2017) bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan motivasi belajar siswa mata pelajaran
fisika siswa kelas X SMA N 2 Makassar. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dan variabel dependen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang digunakan adalah motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada fisika.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa menggunakan
angket, sedangkan tes prestasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Sampel yang
digunakan yaitu siswa kelas X SMA N 2 Makassar yang berjumlah 36 siswa
dipilih menggunakan teknik random sebagai sampel yang kemudian dibagi
menjadi dua cara model pembelajaran. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa 1)
hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT
lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran
konvensional, 2) Siswa yang memiliki motivasi yang kuat untuk belajar fisika
mendapat hasil belajar yang tinggi, 3) siswa yang memiliki motivasi rendah untuk
belajar fisika dan diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT
memiliki hasil belajar yang signifikan lebih rendah dari siswa yang diajarkan
menggunakan pembelajaran konvensional, 4) ada pengaruh interaksi antara model
pembelajaran dan motivasi terhadap hasil belajar.
Rosiana, Sugiharto, dan Nugroho (2013) melakukan penelitian tentang
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media modul untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi koloid. Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
terdapat empat tahapan yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 3
SMAN 1 Kartasura tahun pelajaran 2011/ 2012. Data diperoleh melalui
pengamatan, wawancara, observasi, tes, angket dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses belajar dilihat dari motivasi
berprestasi siswa di mana pada siklus I diperoleh 74,38% dan pada siklus II
diperoleh 76,65%. Sedangkan peningkatan kualitas prestasi belajar dapat dilihat
dari hasil tes kognitif dan afektif di mana pada siklus I diperoleh hasil secara
berturut-turut yaitu 57,50% dan 75,42% dan pada siklus II secara berturu-turut
yaitu 75,00% dan 77,16%. Kesimpulan penelitian ini adalah metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan media modul dapat diterapkan untuk (1)
meningkatkan kualitas proses belajar siswa pad materi koloid di SMA N 1
Kartasura tahun ajaran 2011/ 2012, dan (2) meningkatkan kualitas prestasi belajar
siswa pada materi koloid di SMA N 1 Kartasura tahun ajaran 2011/ 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Purnamasari (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) terhadap
kemandirian belajar dan peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi
matematika peserta didik SMPN 1. Penelitian ini adalah penelitian kuasi
eksperimen. Desain penelitian menggunakan “Pre-test Post-test Control Group
Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMPN 1 kota
Tasikmalaya kelas VII dan mengambilan kelas sampel diambil secara random
sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa soal tes
kemampuan penalaran dan koneksi matematik serta angket kemandirian belajar
peserta didik pada pedoman observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: rata-
rata skor kemandirian belajar peserta didik pada pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournaments (TGT) termasuk kriteria tinggi, peningkatan
kemampuan penalaran dan koneksi matematik peserta didik yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) lebih baik
daripada yang mengikuti pembelajaran langsung, tidak terdapat interaksi model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan model
pembelajaran langsung terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik
peserta didik,serta terdapat interaksi pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) dan model pembelajaran langsung terhadap peningkatan
kemampuan koneksi matematik peserta didik.
2.2.2 Penelitian Tentang Kemampuan Mengevaluasi Dan Mencipta
Susilo, Siswandari, Bandi (2014) melakukan penelitian tentang
mengembangkan modul pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan mencipta siswa dalam pembelajaran Akuntansi. Sasaran penelitian
ini adalah siswa kelas XII IPS 1 SMA N 1 Slogohimo pada tahun ajaran
2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen tersebut valid
digunakan untuk penelitian dengan bahan ahli 83,16%, media spesial 84,17% dan
praktisi 88%. Hasil pengujian prestasi diperoleh persentase yang sangat baik yaitu
85,7%. Hasil ini menunjukkan bahwa modul Ekonomi pada pembelajaran
Akuntansi berdasarkan pendekatan pembelajaran ilmiah sangat efektif dalam
meningkatkan kemampuan mencipta siswa dengan nilai signifikansi= 0,007 (sig-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tailed < 0,05) pada kelas perlakuan. Selanjutnya, rata-rata nilai kemampuan
mencipta kelas perlakuan adalah 80,45 sedangkan kelas kontrol 69,17. Hal ini
menunjukkan bahwa pencapaian kelas perlakuan lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
Sunaryo, (2014) melakukan penelitian tentang meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif matematik siswa SMA melalui model pembelajaran
berbasis masalah. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa SMA di Kota
Tasikmalaya. Sampel penelitian siswa kelas X1, X2, X3, dan X4. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi soal tes kemampuan berpikir kritis dan
kreatif matematik siswa serta angket skala sikap yang digunakan untuk
mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah. Analisis
data menggunakan uji-t. Asosiasi antara sikap siswa pada penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif matematik siswa menunjukkan assosiasi yang cukup kuat.
Normaya, (2015) melakukan penelitian tentang kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model Ducama di
sekolah tingkat pertama. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk (1) mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, (2) mengetahui
respon siswa terhadap penerapan model Jucama dalam pembelajaran matematika,
dan (3) mengetahui hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan respon
siswa terhadap model Jucama. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 13 Banjarmasin. Teknik
pengumpulan data berupa tes dan angket. Teknik analisis data menggunakan
persentase dan uji korelasi pearson product moment. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa secara
keseluruhan berada pada kategori tinggi, (2) siswa memberikan respon setuju
terhadap pelaksanaan model Jucama dan (3) terdapat hubungan yang sangat kuat
antara kemampuan berpikir kritis dengan respon siswa terhadap model Jucama
Penelitian-penelitian relevan di atas menggunakan populasi siswa SD, SMP,
dan SMA. Dari penelitian-penelitian tersebut terdapat banyak model pembelajaran
kooperatif yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian. Dalam
penggunaannya model pembelajaran berpengaruh terhadap variabel dependen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Pembelajaran
Kooperatif
Kemampuan
mengevaluasi dan
mencipta
Nadrah, dkk
(2016). Teams
Games
Tournaments
(TGT)- Motivasi
Belajar
Purnamasari (2014).
Teams Games
Tournaments
(TGT)-
Kemandirian
Belajar Siswa
Rosiana, Sugiharto,
dan Nugroho
(2013). TGT-
Prestasi Belajar
Siswa
Normaya, Karim
(2015) . Jucama-
Berpikir kritis
Sunaryo, Yoni
(2014). PBM-
Berpikir kritis
Susilo, Siswandari,
Bandi (2014).
PBM- Mencipta
Yang akan diteliti :
Teams Games Tournaments
(TGT)- kemampuan
mengevalusi dan mencipta
yang diteliti. Penelitian ini akan berfokus pada suatu penelitian eksperimen untuk
melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan
mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
2.2.3 Literature map
Gambar 2.5 Bagan Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir
Teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa perkembangan
kognitif anak usia Sekolah Dasar (SD) masuk pada tahap operasional konkret. Hal
ini ditandai dengan perkembangan pemikiran yang dijalankan secara terbalik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
operasi-operasi logis, konservasi, kemampuan untuk memecahkan masalah-
masalah konkret, pemikiran berbasis pengalaman. Untuk mendukung
perkembangan kognitif anak, diperlukan model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan anak adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran yang
ada. Pembelajaran kooperatif menggantikan sistem pembelajaran indivual. Di
mana guru terus memberikan informasi (guru sebagai pusat) dan peserta didik
hanya mendengarkan. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model
pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk mengembangkan hubungan
antar kelompok, saling bekerja sama dalam kelompok, membangkitkan semangat
belajar, dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa.
Di dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe yang
ditawarkan guru untuk melakukannya dalam proses pembelajaran. Salah satu yang
sudah banyak digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT). Teams Games Tournament (TGT) adalah
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat membantu siswa dalam mengembangkan ranah
kognitif siswa khususnya kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Kemampuan
mengevaluasi berorientasi pada kegiatan mengukur dan menilai sejauh mana
program pembelajaran sudah tercapai. Kemampuan mencipta merupakan
kemampuan mengajak siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi
sejumlah elemen atau bagian dari suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada.
Model yang diterapkan diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk belajar
dalam mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TGT menjadi solusi yang tepat untuk memfasilitasi
siswa dalam mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT juga tepat diterapkan melalui pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
IPA. Hal ini dikarenakan mata pelajaran IPA mempelajari tentang alam dan segala
isinya yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis dalam mengembangkan
kemampuan kognitifnya. Ruang lingkup IPA untuk SD terbagi atas beberapa
konsep. Salah satunya adalah siklus air. Penelitian ini akan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran IPA pada materi siklus air.
Jika model pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan dalam pembelajaran
IPA, maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT akan berpengaruh
terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta sesuai dengan materi yang
dipelajari.
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi
siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran 2017/2018.
2.4.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) berpengaruh terhadap kemampuan mencipta siswa
kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini peneliti membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian,
populasi dan sampel, jadwal pengambilan data, variabel penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
experimental design tipe pretest-posttest non equivalent group design (Cohen,
Manion, & Morrison, 2007: 283). Dalam penelitian ini, peneliti memanipulasi
atau mengubah satu variabel (disebut variabel bebas) guna melihat apakah
perubahan dalam perilaku (variabel terikat) muncul sebagai akibatnya. Jika
perubahan perilaku muncul kala variabel bebas dimanipulasi, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa variabel bebas menyebabkan perubahan pada variabel
terikat (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 272). Desain ini tidak menempatkan
sampel secara random karena peneliti tidak dapat menciptakan kelompok buatan
untuk eksperimen. Oleh karena itu, peneliti sering menggunakan kelompok utuh
(sekolah, perguruan tinggi, atau distrik sekolah) dalam penelitian eksperimental
(Creswell, 2015: 608). Pada tipe pretest-posttest non equivalent group design
penentuan kelompok eksperimen dilakukan tidak secara random.
Penelitian ini menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen adalah kelompok kelompok yang diberi treatment
(perlakuan) selama pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT), sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberi
treatment (perlakuan) karena pembelajaran kelompok pada kelompok kontrol
akan diajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah). Kedua
kelompok tersebut akan diberi pretest dan posttest. Tujuan diberikan pretest dan
posttest yaitu untuk mengetahui keadaan awal dari masing-masing kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pemberian posttest bertujuan untuk mengetahui pengaruh treatment (perlakuan)
yang sudah dilakukan pada kelompok eksperimen.
Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut (Cohen, Manion,
& Morrison, 2007: 283).
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
X = Treatment atau perlakuan dengan model TGT
O1 =Rerata skor pretest kelompok eksperimen
O2 =Rerata skor posttest kelompok eksperimen
O3 =Rerata skor pretest kelompok kontrol
O4 =Rerata skor Posttest kelompok kontrol
Garis putus-putus pada gambar desain penelitian di atas memiliki arti bahwa
cara penentuan kelompok tidak menggunakan cara random, namun dengan
mengambil kelompok-kelompok utuh yang sudah ada. Selain itu, garis putus-
putus tersebut juga memiliki fungsi untuk memisahkan antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 283).
Pengaruh kausal perlakuan dihitung dengan tiga langkah sebagai berikut
(Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276).
1. Pada kelompok eksperimen, skor posttest dikurangi skor pretest.
2. Pada kelompok kontrol, skor posstest dikurangi skor pretest.
3. Hasil hitungan dari langkah I dikurangi hasil hitungan dari langkah II.
Dengan mengadaptasi rumus dari Campbell dan Stanley (1963), pengaruh
perlakuan diperlihatkan sebagai berikut (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276-
277).
Jika hasilnya lebih besar dari nol, ada pengaruh perlakuan.
Eksperimental O1 X O2
----------------------
Kontrol O3 O4
(O2 – O1) – (O4 – O3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang
terletak di Jalan Kaliurang KM 7 Condongcatur Kecamatan Depok Kabupaten
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta 55283. Jalan tersebut biasanya dilewati
untuk menuju ke kawasan Kaliurang Yogyakarta. SD Kanisius Sengkan ini
mempunyai 2 bagian, yaitu bagian induk dan bagian selatan. Bagian induk
digunakan untuk kelas 4-6 serta untuk pendaftaran siswa baru, sedangkan bagian
selatan untuk kelas 1-3. Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup memadai seperti
18 ruang kelas, laboratorium komputer, perpustakaan, ruang UKS induk dan UKS
kelas kecil, kantin, aula kecil, lapangan olahraga, lapangan upacara, lahan parkir,
dan tempat berdoa.
Peneliti memilih SD Kanisius Sengkan Yogyakarta sebagai tempat
penelitian karena SD ini memiliki kelas paralel yang cocok digunakan untuk
penelitian eksperimen dan belum pernah mengimplementasikan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. SD Kanisius Sengkan Yogyakarta merupakan
SD yang memiliki paralel A, B, dan C dari kelas 1 hingga 6 sehingga keseluruhan
kelas ada 18 kelas. Tiap kelas di SD ini rerata berjumlah 25-30 siswa. Pekerjaan
orangtua setiap siswa sangat beragam yaitu pedagang, wiraswasta, PNS, pegawai
swasta dan lain-lain.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
Waktu pengambilan data disesuaikan dengan jadwal kalender pendidikan SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta yaitu dimulai pada tanggal 23 Oktober 2017
sampai pada tanggal 6 November 2017. Lama waktu pengambilan data pretest
dan posttest dalam rentang waktu dua minggu. Tingkatan ini dimaksudkan untuk
mengendalikan ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa sejarah, dan
maturasi. Berikut ini adalah tabel jadwal pengambilan data yang dilakukan oleh
peneliti di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
Kelompok Kegiatan Alokasi
waktu
Hari, Tanggal
Kelompok
kontrol
Pretest 2 x 40 menit Senin, 23 Oktober 2017
Pembelajaran 1 2 x 40 menit Rabu, 25 Oktober 2017
Pembelajaran 2 2 x 40 menit Kamis, 26 Oktober 2017
Pembelajaran 3 2 x 40 menit Jumat, 27 Oktober 2017
Pembelajaran 4 2 x 40 menit Senin, 30 Oktober 2017
Posttest I 2 x 40 menit Rabu, 1 November 2017
Posttest II 2 x 40 menit Senin, 6 November 2017
Kelompok
Eksperimen
Pretest 2 x 40 menit Senin, 23Oktober 2017
Materi pengertian dan proses siklus
air
2 x 40 menit Rabu, 25 Oktober 2017
Manfaat air dalam kehidupan
sehari-hari
2 x 40 menit Kamis, 26 Oktober 2017
Dampak peristiwa di bumi
berkaitan dengan siklus air
2 x 40 menit Sabtu, 28 Oktober 2017
Perencanaan dan pembuatan produk
alat penyaring air sederhana
2 x 40 menit Senin, 30 Oktober 2017
Posttest I 2 x 40 menit Rabu, 1 November 2017
Posttest II 2 x 40 menit Senin, 6 November 2017
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah kelompok individu yang memiliki satu atau lebih
karakteristik yang sama dan itu menarik bagi peneliti. Populasi didefinisikan
sebagai kelompok individu yang setidaknya memiliki satu karakteristik umum
seperti usia, tingkat pendidikan, kemampuan belajar, dan lain sebagainya yang
membedakan dengan kelompok lainnya (Best & Kahn, 2006: 13). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V di SD Kanisius
Sengkan Yogyakarta yang berjumlah 100 siswa yang terdiri dari kelas V A, V B,
dan V C. Jumlah siswa kelas VA ada 33 siswa, jumlah siswa kelas VB ada 34
siswa, dan kelas VC ada 33 siswa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang dipilih untuk observasi dan
analisis. Dengan mengamati karakteristik sampel, seseorang dapat memastikan
kesimpulan tentang karakteristik populasi yang dipilih serta perubahan-perubahn
yang terjadi (Best & Kahn, 2006: 13).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan desain non
probability sampling dengan tipe Convenience sampling. Pengambilan sampel
pada Convenience sampling dilakukan dengan menggunakan kelas yang tersedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
karena keterbatasan administrasi untuk memilih secara acak (Best & Kahn, 2006:
18). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara undian. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas V B sebagai kelompok kontrol
sebanyak 34 siswa dan kelas V C sebagai kelompok eksperimen sebanyak 33
siswa.
Pembelajaran pada kedua kelompok dilakukan oleh guru yang sama untuk
mengontrol ancaman terhadap validitas internal tipe implementasi. Selain itu guru
lebih mengenal karakteristik siswa yang digunakan sebagai penelitian sehingga
akan lebih mudah dalam menerapkan penelitian. Selama pembelajaran peneliti
berperan sebagai observer yang mengamati jalannya pembelajaran yang terjadi di
dalam kelas.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel adalah ciri khusus atau atribut seseorang atau organisasi yang dapat
diukur dan bervariasi. Variabel yang dapat diukur memiliki arti yaitu dapat
diakses dan diamati/diobservasi pada suatu instrumen. Variabel yang bervariasi
memiliki arti yaitu dapat memiliki nilai atau skor berbeda untuk individu yang
berbeda (Creswell, 2015: 234). Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini
dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable). Jenis tersebut digunakan dalam penelitian ini karena
sesuai dengan tujuan penelitian eksperimen yaitu melihat suatu pengaruh.
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen disebut sebagai variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi perlakuan sehingga menimbulkan variabel dependen (Sugiyono,
2015: 61). Variabel independen dari penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif model Teams Games Tournament (TGT). Teams Games Tournament
(TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda (Slavin, 2008: 166-
167).
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2015: 61). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan
mengevaluasi dan kemampuan mencipta. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdapat dalam bagan sebagai berikut.
Variabel Dependen
Variabel Independen
Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Teknik tes digunakan dalam penelitian ini adalah tes essai. Dilihat dari
wujud fisiknya, suatu tes tidak lain daripada sekumpulan pertanyaan yang harus
dijawab dan/ atau tugas yang harus dikerjakan yang akan memberikan informasi
mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan atau cara dan hasil subjek dalam melakukan tugas-tugas tersebut
(Azwar, 2001: 2). Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan (Arikunto, 2012: 67). Dalam bentuk tes uraian itu peserta
didik dituntut berpikir tentang dan memergunakan apa yang diketahui yang
berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab (Nurgiantoro, 2011: 117).
Di bawah ini akan dijelaskan kelebihan bentuk tes uraian sebagai berikut.
1. Kelebihan Bentuk Tes Uraian
a. Melalui tes uraian, peserta didik dituntut untuk menerapkan pengetahuan,
menganalisis, menghubungkan, menilai, dan memecahkan permasalahan
sesuai dengan kemampuan cara berpikirnya.
b. Tes uraian memberi kesempatan peserta didik untuk mengemukakan
jawabannya ke dalam bahasa yang runtut sesuai dengan gayanya sendiri.
Teams Games
Tournament (TGT)
Kemampuan mencipta
Kemampuan mengevaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
c. Tes uraian memberi kesempatan peserta didik untuk memergunakan
pikirannya sendiri dan kurang memberikan kesempatan untuk bersikap
untung-untungan.
d. Bentuk tes uraian mudah disusun, maka tidak banyak menghabiskan
waktu (Nurgiantoro, 2011: 118).
Tes esai adalah berbentuk suatu pertanyaan atau perintah, biasanya dalam
kalimat pendek, yang menuntut siswa untuk memberikan jawaban yang terurai
(Azwar, 2001: 106). Kemampuan mengevaluasi dan mencipta diukur dengan
menggunakan 6 soal uraian yaitu soal nomor 5a, 5b, 5c dan 6a, 6b, 6c. Soal uraian
tersebut diberikan kepada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes pretest dan
posttest. Tes pertama yang dilakukan adalah tes pretest untuk mengetahui keadaan
awal setiap kelompok sebelum diberi perlakuan. Kelompok eksperimen selama
pembelajaran akan diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT, sedangkan pada kelompok kontrol akan diberikan metode pembelajaran
konvensional (ceramah). Setelah dilakukan pembelajaran berbeda di masing-
masing kelompok kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui perbedaan
kemampuan sebelum dan sesudah pembelajaran. Dua minggu dilakukan
penelitian, siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen diberikan
soal untuk posstest II, pengerjaan soal posttest II ini bertujuan untuk lebih
mengetahui retensi pengaruh perlakuan (Krathwohl, 2004: 546). Pada penelitian
ini diberikan posttest sebanyak dua kali dengan menggunakan soal yang sama
dengan pretest untuk melihat dampak perlakuan dan sudut pandang subjek yang
diteliti dan pengaruh perlakuan di kelas eksperimen.
Proses pembelajaran yang diberikan pada kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol langsung diberikan oleh guru kelas tersebut. Guru kelas
melaksanakan pembelajaran dan peneliti bertugas sebagai observer di belakang.
Semua instrumen maupun media pembelajaran disiapkan oleh peneliti. Proses
pengambilan data dilaksanakan dalam dua minggu untuk menghindari bias
(Krathwohl, 2004: 547).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3.6 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen
penelitian untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian disusun berdasarkan
operasionalisasi variabel yang telah dibuat dengan disusun berdasarkan skala yang
sesuai. Fungsi instrumen adalah untuk mengungkapkan fakta manjadi data. Benar
tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data
(Indrawan, 2014: 113). Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti.
Instrumen ini memiliki 18 soal essai yang masing-masing nomor mewakili
tingkat pemahaman yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta dalam penelitian payung. Instrumen ini digunakan
oleh tiga peneliti yang masing-masing meneliti dua kemampuan. Pembagian
instrumen di antaranya pada soal nomor 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, 2c merupakan
instrumen kemampuan mengingat dan memahami. Soal nomor 3a, 3b, 3c, 4a, 4b,
4c merupakan instrumen kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Soal nomor
5a, 5b, 5c, 6a, 6b, 6c merupakan instrumen kemampuan mengevaluasi dan
mencipta. Tes essai yang digunakan oleh peneliti memuat dua kemampuan yaitu
kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta yang terdiri dari 6 soal essai
yaitu nomor 5a, 5b, 5c, 6a, 6b, dan 6c. Berikut adalah matriks pengembangan
instrumen pada penelitian ini yaitu pada kemampuan mengevaluasi dan mencipta.
Tabel. 3.2 Matriks Pengembangan instrumen No Variabel Aspek Indikator Soal
1 Mengevaluasi Memeriksa Memeriksa kesimpulan
tindakan penghematan air
dalam kehidupan sehari-hari
5a
Mengkritik Mengkritik dampak negatif
yang terjadi akibat kegiatan
manusia
5b
Mengkritik usaha-usaha
mencegah terjadinya banjir
5c
2 Mencipta Merumuskan Merumuskan rumusan masalah
dan hipotesis
6a
Merencanakan Merencanakan 4 langkah
membuat alat penyaring air
sederhana
6b
Memproduksi Memproduksi alat penyaring air
sederhana
6c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen di dalamnya meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
Tujuannya untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Sebelum
diberikan kepada responden yang akan digunakan untuk penelitian, instrumen
penelitian ini perlu diujicobakan untuk menghindari isi pertanyaan yang kurang
jelas, bahasa yang digunakan dalam pembuatan pertanyaan kurang tepat, serta
pertanyaan-pertanyaan yang ambigu yang mengandung dua makna.
3.7.1 Uji Validitas
Definisi validitas yang lebih akurat berkisar pada defensibilitas
kesimpulan yang peneliti buat dari data yang dikumpulkan melalui penggunaan
instrumen. Instrumen adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur data.
Para peneliti kemudian menggunakan data ini untuk membuat kesimpulan tentang
karakteristik (kemampuan, prestasi, sikap dan sebagainya) yang memungkinkan
mereka menarik kesimpulan yang valid (Fraenkel, 2011: 76). Instrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Penelitian ini menggunakan validitas permukaan, validitas isi, dan
validitas konstrak.
3.7.1.1 Validitas Permukaan
Validitas muka adalah kejelasan tampilan soal (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 163). Validitas permukaan merupakan validitas yang
menunjukkan apakah alat pengukur atau instrumen penelitian dari rupanya
tampak mengukur yang ingin diukur atau tidak (Cohen, Manion, & Morrison,
2007: 163). Validitas permukaan diperoleh dengan cara mengujikan soal pada
siswa. Validasi permukaan diperoleh dengan cara mengujikan soal pada enam
siswa kelas V. Validasi permukaan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 Mei
2017 dengan waktu 2 x 35 menit. Keenam siswa dipilih berdasarkan rekomendasi
guru dan sesuai dengan kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Keenam
siswa dikumpulkan pada tempat dan waktu yang sama untuk mengerjakan soal.
Selanjutnya ditanya apakah mereka dapat memahami kalimat soal yang dikerjakan
atau tidak. Ada beberapa kata yang belum dipahami siswa yaitu pada soal nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
5 dengan kata “hipotesis”. Selanjutnya peneliti mengubah kata “hipotesis”
menjadi “jawaban sementara”.
3.7.1.2 Validitas Isi
Validitas isi menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu (Azwar, 2001: 175).
Validitas isi yang mengukur sejauh mana alat isi pengukur tersebut mewakili
seluruh aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep yang akan diukur.
Validitas isi dapat dicapai dengan menyusun indikator konsep dan variabel yang
cukup luas, sehingga ia benar-benar dapat mengukur variabel yang
dioperasionalkan atau konkret (Martono, 2014: 100). Variabel isi dicapai dengan
membuat penilaian profesional atau expert judgement (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 162).
Validasi isi dalam penelitian ini diperoleh dari pendapat dua ahli materi
yaitu satu dosen mata kuliah IPA Fisika dan guru kelas V SD N Jetis 1
Yogyakarta. Validitas yang akan dijabarkan adalah kemampuan mengevaluasi dan
mencipta. Soal nomor 5a dari kedua validator memberikan penilaian baik dan
instrumen layak diimplementasikan dengan revisi “perbaiki kalimat berikan 4
contoh” dan rerata skor dari kedua validator adalah 3,5. Soal nomor 5b dari kedua
validator memberikan penilaian baik dan instrumen layak diimplementasikan
dengan revisi “gunakan kata bagaimana” dan rerata skor dari kedua validator
adalah 3,5. Soal 5c dari kedua validator memberikan penilaian cukup baik dan
instrumen layak diimplementasikan dengan revisi “kalimat soal silahkan
diperbaiki” dan rerata skor dari kedua validator adalah 2,5. Soal 6a dari kedua
validator memberikan penilaian baik dan instrumen layak diimplementasikan
tanpa revisi dan rerata skor kedua validator adalah 3,5. Soal nomor 6b dari kedua
validator memberikan penilaian cukup baik dan instrumen layak
diimplementasikan dengan revisi “kalimat soal dibetulkan” dengan rerata skor
dari kedua validator adalah 2,5. Soal nomor 6c dari kedua validator memberikan
penilaian cukup baik dan istrumen layak diimplementasikan dengan revisi “
materi belum dijelaskan silahkan diberi pengantar sebelum uji soal” dengan rerata
skor dari kedua validator adalah 2,5 (lihat Lampiran 3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.7.1.3 Validitas Konstrak
Validitas konstrak adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana suatu tes
mengukur trait atau konstrak teoretik yang hendak diukurnya. Untuk pengujian
validitas konstrak, diperlukan analisis statistik yang kompleks seperti prosedur
analisis faktor (Azwar, 2001: 175). Peneliti mengujikan tes kepada siswa kelas V
di SD Jetis 1 Yogyakarta. Peneliti memilih SD Jetis 1 sebagai SD untuk uji
validitas konstruk karena beberapa alasan yaitu (1) SD Negeri Jetis 1 memiliki
akreditasi A, sama seperti SD Kanisius Sengkan Yogyakarta, dan (2) SD N Jetis 1
memiliki kelas paralel. Kelas V terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas VA dan
kelas VB dengan jumlah seluruhnya ada 47 siswa. Validitas permukaan
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 Mei 2017 dengan waktu 2 x 35 menit.
Setelah diujikan data tersebut ditabulasi kemudian peneliti menghitung
validitasnya menggunakan rumus korelasi dari Pearson. Validitas konstruk
dilakukan dengan menggunakan uji eksperimen empiris di lapangan dan korelasi
Pearson. Uji validitas konstruk dilakukan menggunakan program komputer IBM
SPSS Statistic 22 for Windows untuk mempermudah dalam perhitungan. Tingkat
signifikansi yang digunakan adalah 5%. Kriteria yang digunakan jika harga p <
0,05 maka suatu item dinyatakan valid, sedangkan p > 0,05 atau r hitung > r tabel
maka suatu item dikatakan tidak valid (Field, 2009: 177-178). Hasil uji validitas
instrumen dan hasil uji validitas dari variabel mengevaluasi dan mencipta dapat
dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 3.5).
Tabel 3.3 Hasil Validitas Instrumen Aspek Mengevaluasi dan Mencipta
No Variabel Aspek r tabel r hitung p Keterangan
1. Mengevaluasi Memeriksa 0,2876 0,751 0,000 Valid
Mengkritik 0,2876 0,597 0,000 Valid
0,2876 0,675 0,000 Valid
2. Mencipta Merumuskan 0,2876 0,733 0,000 Valid
Merencanakan 0,2876 0,882 0,000 Valid
Memproduksi 0,2876 0,703 0,000 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, peneliti menggunakan dua variabel
yaitu variabel mengevaluasi dan mencipta dengan harga p < 0,05, maka semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
soal dari variabel mengevaluasi dan mencipta dinyatakan valid dengan taraf
signifikansi 5% (Field, 2009: 177-178). Hasil uji validitas tersebut menunjukkan
bahwa 6 item soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan mengevaluasi
dan mencipta.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Suatu alat pengukur dikatakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu
gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi
alat yang reliabel secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama Nasution
(dalam Taniredja dan Mustafidah, 2012: 43). Pengujian reliabilitas yang
digunakan adalah teknik Alpha Cronbach. Nunnally (dalam Ghozali, 2009: 46)
menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika harga Alpha Cronbach
> 0.60. Berikut ini adalah hasil dari uji reliabilitas instrumen.
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Cronbach’s Alpha n Keterangan
Uji Reliabillitas Instrumen 0,816 6 Reliabel
Tabel di atas menunjukkan hasil uji reliabilitas instrumen penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh reliabilitas dari keenam variabel yang
valid nilai Alpha Cronbach > 0.60 yaitu sebesar 0.816 sehingga instrumen
tersebut dapat dikatakan reliabel atau konsisten dan layak ditetapkan dalam
penelitian ini.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan menghitung data agar dapat disajikan
secara sistematis dan dapat dilakukan interprestasi. Sebelum dilakukan analisis
data maka harus disiapkan variabel dan data-data yang akan dihitung. Pada
penelitian kuantitatif, analisis data bisa dilakukan secara manual dengan
menghitung menggunakan rumus-rumus statistik atau menggunakan program
bantu statistik (Priyatno, 2012: 1). Teknik analisis data pada penelitian ini
menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95%. Teknik analisis data dilakukan melalui langkah-langkah
berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik yang
digunakan peneliti adalah statistik inferensial, karena peneliti ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Statistik inferensial meliputi statistik
parametrik dan statistik non parametris. Statistik parametris digunakan untuk
menguji parameter populasi melalui statistik atau menguji ukuran populasi
melalui data sampel, sedangkan statistik non parametris tidak menguji parameter
populasi melainkan menguji distribusi (Sugiyono, 2005: 210).
Analisis data menggunakan program komputer IBM SPSS 22 for Windows
dengan tingkat kepercayaan 95%. Teknik analisis data meliputi beberapa langkah
pengujian data yang dilakukan adalah sebagai berikut.
3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan
3.8.1.1 Uji Asumsi
1. Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data digunakan untuk menentukan jenis uji
statistik dalam analisis selanjutnya. Kondisi yang ideal adalah jika data
terdistribusi secara normal. Jika data terdistribusi secara normal, analisis statistik
selanjutnya menggunakan statistik parametrik, dalam penelitian ini digunakan
independent samples t-test untuk data tidak berpasangan atau paired samples t-test
untuk data berpasangan. Jika data terdistribusi secara tidak normal, analisis
statistik selanjutnya menggunakan statistik non parametrik, dalam penelitian ini
digunakan Mann-Whitney U-test untuk data tidak berpasangan atau Wilxocon
signed rank test untuk data berpasangan. Uji normalitas data menggunakan uji
One Samples Kolmogorov-Smirnov. Penggunaan One Samples Kolmogorov-
Smirnov bertujuan untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan
(Sarwono, 2010: 27). Hipotesis statistik untuk uji normalitas distribusi data adalah
sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada deviasi (penyimpangan dari normalitas data)
Hi : Ada deviasi (penyimpangan dari normalitas data)
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang ada normal
atau tidak sebagai berikut (Priyatno, 2012: 136):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
1. Jika harga p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal ini berarti tidak
ada deviasi dari normalitas dengan kata lain terdistribusi normal.
2. Jika harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Hal ini berarti ada
deviasi dari normalitas dengan kata lain data terdistribusi normal.
2.Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah skor rerata
dua kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Kondisi yang
ideal adalah jika variannya homogen. Pengujian ini diperlakukan terutama untuk
penggunaan statistik parametrik untuk data yang tidak berpasangan yaitu
independet samples t-test. Teknik pengujian homogenitas varian menggunakan
Levene’s test (Field, 2009: 340). Jika varian homogen, data yang digunakan
adalah data pada garis pertama dalam analisis output SPSS pada independent
samples t-test yang sebaris dengan keterangan equal variances assume dan jika
varian tidak homogen, data yang digunakan adalah data pada garis kedua dengan
keterangan equal variances non assumed. Hipotesis statistiknya adalah sebagai
berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest-
posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest-posttest I
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui homogenitas varian adalah sebagai
berikut.
1. Jika harga p < 0,05 Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan
varian yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok tersebut
tidak homogen.
2. Jika harga p > 0,05 Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, tidak ada perbedaan
varian yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok tersebut
homogen.
Untuk uji homogenitas varian, data diambil dari skor pretest-posttest I dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang
sama. Kondisi yang ideal adalah jika kedua kelompok tersebut memiliki
kemampuan awal yang sama. Pengujian diperlukan karena teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan dengan teknik random sampling.
Teknik random sampling dilakukan untuk memastikan bahwa kedua kelompok
yang diambil sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen betul-betul
merupakan kelompok yang setara dan mewakili populasi (representatif).
Pengujian ini dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa ancaman karakteristik subjek (subject characteristics) yang
mungkin berbeda karena pengambilan sampel tidak dilakukan secara random
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). Jika hasil pretest dari kedua kelompok
tersebut berbeda, hasil posttestnya juga mungkin akan berbeda. Teknik uji statistik
yang digunakan adalah jika distribusi data tidak normal digunakan Mann-Whitney
U-test. Uji statistik dilakukan dengan program SPSS 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau p. Hipotesis statistiknya adalah
sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan rerata pretest yang signifikan antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan rerata pretest yang signifikan antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal adalah
sebagai berikut.
1. Jika harga p < 0,05 Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan
kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Dengan kata lain kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan
awal yang berbeda.
2. Jika harga p > 0,05 Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, tidak ada perbedaan
kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Dengan kata lain kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan
awal yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Untuk uji perbedaan kemampuan awal, data diambil dari skor pretest pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Sesudah dilakukan uji asumsi, teknik statistik berikutnya dilakukan untuk
menguji signifikansi pengaruh perlakuan sebagai inti dari penelitian ini. Pengujian
ini dimaksudkan untuk memastikan apakah penerapan variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan yang terdapat pada variabel
dependen yang diteliti. Sesuai dengan desain penelitian dan perhitungan untuk
mencari pengaruh dengan (O2-O1)-(O4-O3), jika hasilnya lebih besar dari 0, ada
pengaruh perlakuan. Apakah pengaruhnya signifikan, uji statistik berupa uji
signifikansi pengaruh perlakuan membantu untuk memastikannya. Untuk itu
digunakan program SPSS 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk
uji dua ekor atau Sig. (2-tailed). Jika distribusi data normal, digunakan
independent samples t-test dan jika distribusi data tidak normal, digunakan Mann-
Whitney U-test. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest-
posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor
pretest-posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
1. Jika harga p < 0,05 Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang
signifikan. Dengan kata lain penerapan variable independen berpengaruh
terhadap kemampuan dalam variabel dependen.
2. Jika harga p > 0,05 Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, tidak ada perbedaan
yang signifikan. Dengan kata lain penerapan variable independen tidak
berpengaruh terhadap kemampuan dalam variabel dependen.
Untuk uji signifikansi pengaruh perlakuan, data diambil dari skor selisih pretest-
posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sesuai dengan desain
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Mengetahui apakah pengaruh suatu perlakuan secara statistik signifikan
tidak dengan sendirinya menunjukkan apakah pengaruh tersebut substantif atau
penting (Field, 2009: 56). Untuk itu diperlukan teknik pengujian untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan (effect size). Teknik yang
banyak digunakan adalah teknik koefisien korelasi Pearson (r) yang menggunakan
skala 0 (tidak ada efek) dan 1 (efek sempurna). Teknik pengukuran efek ini
merupakan teknik yang berguna karena memberikan ukuran yang objektif untuk
memastikan besarnya efek dari suatu perlakuan. Cohen (1988, 1992, dalam Field,
2009: 57) memberikan kriteria sebagai berikut.
r = 0,10 : efek kecil atau setara dengan 1%
r =0,30 : efek menengah atau setara dengan 9%
r = 0,50 : efek besar atau setara dengan 25%
Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 253) memberikan penjelasan lebih lanjut
sebagai berikut.
No Harga r Interpretasi
1 0,00-0,40 Efek tidak penting secara praktis, bisa jadi masih penting secara teoretis untuk
membuat prediksi
2 0,41-0,60 Efek cukup besar secara praktis dan teoretis
3 0,61-0,80 Efek sangat penting, tetapi jarang dicapai dalam penelitian pendidikan
4 0,81-1,00 Mungkin terjadi kesalahan dalam penghitungan; jika tidak, efeknya memang
sangat besar
Untuk teknik pengujian besar pengaruh, jika distribusi data normal, digunakan
rumus korelasi Pearson berikut (Field, 2009: 332).
√
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
t : harga uji t (dari output SPSS dengan independent samples t –test)
df : derajad kebebasan (degree of freedom) yaitu (N-2 atau jumlah total
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dikurangi 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Jika distribusi data tidak normal, digunakan rumus korelasi Pearson berikut (Field,
2009: 550).
√
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
Z : skor Z (dari output SPSS dengan Mann-Whitney U test)
N : jumlah selusuh responden dari kelompok kontrol dan kelompok
Untuk mengubah harga r menjadi persen, digunakan koefisien determinasi (R2)
dikalikan 100% (Field, 2009: 179).
Persentase pengaruh = R2 x 100%
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata pretest ke posttest I
Uji persentase peningkatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dari kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Untuk mengetahui apakah peningkatan tersebut signifikan, digunakan
paired sample t-test jika data terdistribusi dengan normal atau Wilcoxon signed
rank test jika data terdistribusi tidak normal. Uji statistik menggunakan SPSS 22
for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2
tailed). Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
Hnull :Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata pretest dan posttest I .
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest I .
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui peningkatan adalah sebagai
berikut:
1. Jika harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Jika rerata posttest I >
pretest, terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2. Jika harga p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Jika rerata posttest I >
pretest, terdapat peningkatan skor yang tidak signifikan dari pretest ke posttest
I.
Untuk uji persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I, data diambil
dari skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3.8.2.2 Besar Efek Peningkatan
Uji statistik ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar efek
peningkatan dari pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen. Rumus yang digunakan kurang lebih sama dengan rumus
korelasi Pearson pada bagian sebelumnya dengan sedikit modifikasi.
Jika distribusi data normal, digunakan rumus korelasi Pearson berikut. (Field,
2009: 332).
√
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
t : harga uji t (dari output SPSS dengan paired samples t-test)
df : dejarad kebebasan (degree of freedom) yaitu (n-1)
jika distribusi data tidak normal, digunakan rumus korelasi Pearson berikut (Field,
2009: 550).
√
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
Z : skor Z (dari output SPSS dengan Wilcoxon signed rank test)
N : 2 x jumlah responden dalam 1 kelompok yang sama
Untuk mengubah harga r menjadi persen, digunakan koefisien determinasi (R2)
dikalikan 100% (Field, 2009: 179).
Persentase pengaruh = R2 x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3.8.2.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest
Uji statistik ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada bias regresi
statistik yang bisa mengancam validitas internal penelitian (Fraenkel, Wallen, &
Hyun, 2012: 283). Ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa bias
regresi statistik ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Kecenderungan umum bahwa
partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi
dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang rendah dan
sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah (mencapai skor terendah dalam skala
pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih tinggi merupakan
ancaman regresi statistik. Skor yang rendah pada pretest akan cenderung naik
mendekati mean pada posttest dan skor yang tinggi pada pretest akan cenderung
turun mendekati mean. Ancaman ini akan lebih besar terjadi pada penelitian
terhadap kelompok yang di dalamnya ada siswa-siswa yang berkebutuhan khusus
slow learner dan talented. Pada pretest, siswa-siswa slow learner akan mendapat
skor yang sangat rendah. Sesudah treatment, mereka akan mendapat skor yang
lebih tinggi. Sementara yang talented biasanya akan langsung mendapatkan skor
yang sangat tinggi pada waktu pretest, tetapi akan mengalami penurunan pada
pretest. Jika perubahan yang terjadi pada posttest diklaim melulu sebagai hasil
treatment penelitian, kesimpulan tersebut bisa diragukan persis karena efek regresi
statistik ini. Hasilnya bisa diragukan karena hasil pretest dan posttest belum tentu
memiliki korelasi yang sempurna (Johnson & Christensen, 2008: 263).
Untuk itu digunakan program SPSS 22 for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95% untuk uji dua atau Sig. (2-tailed) dengan menggunakan uji
korelasi Pearson. Pada kelompok kontrol, skor pretest dikorelasikan dengan skor
posttest I dan pada kelompok eksperimen dilakukan yang sama. Korelasi positif
berarti: jika skor pretest tinggi, tinggi juga skor posttestnya; jika skor pretestnya
rendah, rendah juga skor posttestnya. Korelasi negatif berarti: jika skor pretest
tinggi, skor posttestnya rendah; dan jika skor pretest rendah, skor posttestnya
tinggi. Kondisi dikatakan ideal jika korelasinya positif. Korelasi negatif
merupakan ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik.
Signifikansi berarti hasil korelasi tersebut bisa digeneralisasi pada populasi.
Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
P : jika harga p < 0,05
Q : jika r negatif
Hnull : Tidak Ada perbedaan hasil korelasi pretest dan posttest I dengan P dan
Q.
Hi : Ada perbedaan hasil korelasi pretest dan posttest I dengan P dan Q.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bentuk korelasi adalah sebagai berikut:
1. Jika hasilnya P dan Q, Hnull diterima. Berarti ancaman terhadap validitas
internal penelitian berupa regresi statistik tidak bisa dikendalikan dengan
baik.
2. Jika hasilnya P dan Q, Hnull ditolak. Berarti ancaman terhadap validitas
internal penelitian berupa regresi statistik bisa dikendalikan dengan baik.
Untuk uji korelasi ini, data diambil dari skor pretest dan posttest I pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Krathwohl berpendapat bahwa posttest II yang dilakukan beberapa waktu
sesudah posttest I bisa digunakan untuk memastikan dengan lebih akurat kekuatan
pengaruh perlakuan (Krathwohl, 2004: 546). Dalam banyak kasus posttest I yang
dilakukan langsung sesudah treatment sering kurang akurat menggambarkan hasil
yang sesungguhnya karena efek emosi positif (euforia) yang timbul terhadap
treatment yang bisa jadi merupakan metode yang baru sama sekali yang belum
pernah dialami responden. Untuk itu dilakukan posttest II seminggu sesudah
posttest I sehingga ada jeda waktu yang cukup dapat menetralisasi efek emosi
yang mungkin timbul.
Teknik statistik menggunakan SPSS 22 for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-tailed) baik untuk kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen. Jika data terdistribusi normal, digunakan
paired samples t-test dan jika data terdistribusi tidak normal, digunakan Wilcoxon
signed rank test. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
Hi : Ada penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah retensi perlakuan masih sekuat
posttest I adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
1. Jika harga p < 0,05 dan rerata posttest I > rerata posttest II, Hnull ditolak
dan Hi diterima. Artinya terdapat penurunan skor yang signifikan dari
posttest I ke posttest II.
2. Jika harga p > 0,05 dan rerata posttest I > rerata posttest II, Hnull diterima
dan Hi ditolak. Artinya tidak terdapat penurunan skor yang signifikan dari
posttest I ke posttest II.
Untuk uji retensi pengaruh perlakuan, data diambil dari skor posttest I dan posttest
II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil penelitian dan hasil analisis data. Hasil
penelitian berisi implementasi penelitian yang meliputi deskripsi populasi dan
deskripsi implementasi pembelajaran. Hasil analisis data berisi uji hipotesis
penelitian I dan II yang meliputi analisis pengaruh perlakuan dan analisis lebih
lanjut. Pada pembahasan diuraikan perlakuan beserta dampaknya.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Implementasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelas yang digunakan kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Penentuan kedua kelompok tersebut dilakukan dengan
cara undian yang disaksikan oleh guru mitra serta kepala sekolah. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain non probability
sampling dengan tipe convenience sampling. Tipe ini merupakan tipe pemilihan
sampel yang biasa digunakan untuk penelitian pendidikan dengan menggunakan
kelas yang sudah tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih sampel
secara acak (Best & Kahn, 2006: 18-19). Pengundian yang dilakukan
menunjukkan hasil bahwa kelas V C sebagai kelompok eksperimen dan kelas V B
sebagai kelompok kontrol. Berikut ini akan didiskusikan populasi penelitian dan
pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelas yaitu kelas V A,
V B, dan V C. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas V B dan
V C. Kelas V B sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 34 siswa yang terdiri
dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan sedangkan kelas V C sebagai
kelompok eksperimen dengan jumlah 33 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki
dan 15 siswa perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Siswa pada kelompok eksperimen rata-rata berasal dari latar belakang
keluarga ekonomi menengah. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang
tua siswa antara lain wiraswasta, PNS, karyawan swasta, dan buruh. Latar
belakang pendidikan orang tua antara lain SD, SMP, SMA, D3, D4/S1, dan S2.
Pada saat treatment, semua siswa hadir di kelas, akan tetapi ada beberapa siswa
yang tidak hadir saat posttest I sebanyak 1 anak dan 2 anak saat posttest II.
Peristiwa tersebut dapat menjadi ancaman terhadap validitas internal jenis
mortalitas. Mortalitas adalah perbedaan jumlah responden pada waktu pretest dan
posttest akibat karena sejumlah alasan (Creswell, 2006: 596-597). Untuk
mengatasi hal tersebut, solusi yang digunakan adalah data siswa yang tidak hadir
tersebut tetap dimasukkan dengan menggunakan skor rata-rata semua siswa yang
masuk berlaku untuk skor rata-rata siswa yang tidak masuk karena siswa-siswa
tersebut sudah mendapat treatment.
Sampel kedua dalam penelitian ini adalah kelas V B sebagai kelompok
kontrol. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain
wiraswasta, PNS, karyawan swasta, pedagang, dan pensiunan. Latar belakang
pendidikan orang tua antara lain SMP, SMA, D3, D4/S1. Ketika dilakukan
treatment, semua siswa hadir di kelas, namun ada beberapa siswa yang tidak hadir
ketika pretest sebanyak 4 anak, posttest I sebanyak 4 anak dan ketika posttest II
sebanyak 5 anak. Peristiwa tersebut dapat menjadi ancaman terhadap validitas
internal jenis mortalitas. Mortalitas adalah perbedaan jumlah responden pada
waktu pretest dan posttest akibat karena sejumlah alasan (Creswell, 2006: 596-
597). Untuk mengatasi hal tersebut, solusi yang digunakan adalah data siswa yang
tidak hadir tersebut tetap dimasukkan dengan menggunakan skor rata-rata semua
siswa yang masuk berlaku untuk skor rata-rata siswa yang tidak masuk karena
siswa-siswa tersebut sudah mendapat treatment.
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian dimulai pretest pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pretest bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa.
Pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen dilaksanakan pada hari Senin, 23
Oktober 2017 selama 2 jam pelajaran (2 x 40 Menit). Siswa mendapat arahan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
guru mengenai cara pengerjaan siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk
bertanya terkait soal-soal yang kurang dipahami. Guru mendampingi siswa selama
mengerjakan soal pretest. Guru yang mendampingi siswa saat pretest dan
pelaksanaan pembelajaran adalah guru yang sama. Peran peneliti dalam penelitian
adalah sebagai pengamat serta membantu menyiapkan saat pelaksanaan
pembelajaran serta mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. deskripsi
implementasi pembelajaran kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah
sebagai berikut.
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol
Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode tradisional
yaitu ceramah. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada Kurikulum KTSP.
Waktu yang dibutuhkan pada setiap pembelajaran adalah satu penggalan (2 x 40
menit). Pembelajaran dilaksanakan selama empat kali pertemuan dengan sub
materi yang berbeda di setiap pertemuannya oleh guru mitra di dalam kelas.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Oktober 2017 pada
pukul 11.40-13.00 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu pengertian dan proses
siklus air. Kegiatan awal yaitu apersepsi oleh guru. Guru melakukan tanya jawab
mengenai hujan. Kegiatan inti dilaksanakan dengan memberikan penjelasan
pengertian siklus air dan proses siklus air. Siswa menerima materi yang dijelaskan
oleh guru mitra dan mencatat hal-hal penting di buku masing-masing. Kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan dan memberikan umpan balik
kepada siswa mengenai pengertian siklus air dan proses siklus air.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Oktober 2017 pada
pukul 10.00-11.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah manfaat air dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi yaitu guru
melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan pemanfaatan air dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan dilanjutkan dengan guru menjelaskan
pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan inti, siswa
mendengarkan penjelasan dari guru mengenai pemanfaatan air dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa mencatat hal-hal penting berdasarkan penjelasan guru.
Pembelajaran dikhiri dengan guru menyimpulkan dan memberikan umpan balik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kepada siswa mengenai pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari yang bisa
dilakukan di rumah.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Oktober 2017 pada
pukul 08.20-09.00 WIB dilanjutkan setelah ada jeda istirahat 20 menit pada pukul
09.20-10.00 WIB. Sub materi yaitu tentang dampak kegiatan manusia yang dapat
berpengaruh terhadap proses siklus air. Apersepsi dilakukan guru dengan kegiatan
tanya jawab tentang bencana alam banjir yang terjadi di Indonesia. Pada kegiatan
inti, siswa mendengarkan ceramah dari guru mengenai kegiatan manusia yang
dapat berpengaruh terhadap proses siklus air serta cara menghemat air dalam
memenuhi kehidupan sehari-hari. Guru menuliskan materi yang disampaikan di
depan kelas kemudian siswa mencatat pada buku masing-masing. Kegiatan pada
pembelajaran ketiga diakhiri dengan menyimpulkan materi tentang kegiatan
manusia yang dapat berpengaruh terhadap proses siklus air.
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Senin, 30 Oktober 2017 pada
pukul 11.40-12.20 WIB. Sub materi yaitu tentang alat penyaring air sederhana.
Apersepsi dilakukan guru dengan kegiatan tanya jawab tentang pencemaran air
yang ada di lingkungan sekitar. Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan ceramah
dari guru mengenai alat penyaring air sederhana dengan menunjukkan alat dan
bahan yang digunakan. Guru menuliskan materi yang disampaikan di depan kelas
kemudian siswa mencatat pada buku masing-masing. Kegiatan pada pembelajaran
keempat diakhiri dengan menyimpulkan materi tentang alat penyaring air
sederhana.
Pada hari Rabu, 1 November 2017 siswa pada kelompok kontrol
mengerjakan soal posttest I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah
menerima pembelajaran dengan metode ceramah. Pada tanggal 6 November 2017,
siswa pada kelompok kontrol mengerjakan soal posttest II untuk mengetahui
kembali pemahaman siswa dalam beberapa waktu setelah mendapatkan
pembelajaran dengan metode ceramah. Soal yang dikerjakan siswa pada pretest,
posttest I dan posttest II merupakan soal yang sama berjumlah 6 butir soal uraian.
Soal nomor 5 digunakan untuk meneliti variabel mengevaluasi yang terdiri dari
tiga sub soal yaitu 5a, 5b, dan 5c. Soal nomor 6 digunakan untuk meneliti variabel
mencipta yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 6a, 6b, dan 6c.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen
Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Waktu
pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 40
menit). Pembelajaran dilaksanakan selama empat kali pertemuan dengan materi
pokok tentang siklus air dan sub materi yang berbeda-beda setiap pertemuan.
Pembelajaran dilaksanakan oleh guru mitra di dalam kelas.
Pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu
pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan berisi salam, apersepsi, motivasi,
dan penyampaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti berisi lima langkah model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yaitu presentasi di
kelas, pembagian tim, games, tournament, dan teams recognition. Kegiatan
penutup berisi penegasan, refleksi, dan tindak lanjut terhadap siswa.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Oktober 2017 dari
pukul 08.20-10.00 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah pengertian dan proses
siklus air. Di kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
hujan dan bagaimana hujan dapat terjadi, penyampaian tujuan pembelajaran
(orientasi) dan memotivasi siswa untuk semangat mengikuti kegiatan
pembelajaran (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti pertama adalah penyampaian
materi oleh guru. Guru memperlihatkan video tentang proses terjadinya hujan.
Siswa mengamati video terjadinya hujan tersebut. Siswa bertanya jawab dengan
guru mengenai peristiwa terjadinya hujan yang pernah dilihat di sekitar siswa.
Selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah permainan domino, membacakan
aturan dan langkah pelaksanaan tournament, menjelaskan bahwa kemampuan
siswa setiap anggota kelompok akan mempengaruhi keberhasilan setiap
kelompok. Kegiatan inti kedua adalah pembagian tim yang dibentuk oleh guru.
Siswa di bagi ke dalam kelompok heterogen yang berjumlah 5 siswa. Kegiatan
inti yang ketiga adalah games. Kegiatan ini dilakukan dengan permainan domino
tentang proses siklus air yang dilakukan pada meja tournament sesuai kelompok
yang sudah ditentukan. Kegiatan inti yang keempat adalah pelaksanaan turnamen
yang dilakukan di meja sesuai kelompok yang sudah ditentukan. Kegiatan inti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
yang kelima adalah team recognition. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung
jumlah skor kelompok saat tournament, kelompok dengan skor paling tinggi
mendapatkan reward berupa bolpoin. Pada kegiatan penutup, siswa bersama guru
merangkum materi yang telah dipelajari, memberikan penguatan, dan melakukan
refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Oktober 2017 pukul
08.20-09.00 WIB dan dilanjutkan setelah jeda istirahat 20 menit pukul 09.20-
10.00 WIB dengan sub materi dampak kegiatan manusia yang berpengaruh pada
proses siklus air. Apersepsi dilakukan guru dengan menanyakan mengenai
kegiatan manusia dalam pemanfaatan air. Selanjutnya guru mengajak siswa
bermain konsentrasi sebagai motivasi awal. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan inti pertama adalah
penyampaian materi dampak kegiatan manusia yang dapat berpengaruh terhadap
proses siklus air oleh guru. Selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah
permainan pesan berantai, membacakan aturan dan langkah pelaksanaan
tournament, menjelaskan bahwa kemampuan siswa setiap anggota kelompok akan
mempengaruhi keberhasilan setiap kelompok. Kegiatan inti kedua adalah
pembagian tim yang dibentuk oleh guru. Siswa dibagi ke dalam kelompok
heterogen yang berjumlah 7 siswa. Kegiatan inti yang ketiga adalah games.
Kegiatan ini dilakukan dengan permainan pesan berantai tentang proses siklus air
yang dilakukan pada meja tournament sesuai kelompok yang sudah ditentukan.
Kegiatan inti yang keempat adalah pelaksanaan turnamen yang dilakukan di meja
sesuai kelompok homogen yang berjumlah 5 siswa. Kegiatan inti yang kelima
adalah team recognition. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung jumlah skor
kelompok saat tournament, kelompok dengan skor paling tinggi mendapatkan
reward berupa penggaris. Pada kegiatan penutup, siswa bersama guru merangkum
materi yang telah dipelajari, memberikan penguatan, dan melakukan refleksi atas
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Oktober 2017 pukul
07.40-09.00 WIB dilanjutkan setelah jeda istirahat 20 menit pukul 09.20-10.00
WIB dengan sub materi penghematan air dan pencemaran air. Apersepsi
dilakukan guru dengan menanyakan mengenai kegiatan penghematan air yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pernah dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya guru mengajak
siswa melakukan senam chicken dance sebagai motivasi awal. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan
inti pertama adalah penyampaian materi penghematan air dan pencemaran air oleh
guru. Selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah permainan menyusun
puzzle, membacakan aturan dan langkah pelaksanaan tournament, menjelaskan
bahwa kemampuan siswa setiap anggota kelompok akan mempengarhi
keberhasilan setiap kelompok. Kegiatan inti kedua adalah pembagian tim yang
dibentuk oleh guru. Siswa dibagi ke dalam kelompok heterogen yang berjumlah 7
siswa. Kegiatan inti yang ketiga adalah games. Kegiatan ini dilakukan dengan
permainan menyusun puzzle gambar pencemaran air yang dilakukan pada meja
tournament sesuai kelompok yang sudah ditentukan. Kegiatan inti yang keempat
adalah pelaksanaan turnamen yang dilakukan di meja sesuai kelompok homogen
yang berjumlah 5 siswa. Kegiatan inti yang kelima adalah team recognition.
Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung jumlah skor kelompok saat tournament,
kelompok dengan skor paling tinggi mendapatkan reward berupa gantungan
kunci. Pada kegiatan penutup, siswa bersama guru merangkum materi yang telah
dipelajari, memberikan penguatan, dan melakukan refleksi atas kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Senin, 30 Oktober 2017 pukul
09.20-10.40 WIB dengan sub materi percobaan alat penyaring air sederhana.
Apersepsi dilakukan guru dengan menunjukkan gambar seorang anak membuang
sampah di sungai lalu meminta siswa membuat sebuah pertanyaan berkaitan
dengan gambar tersebut. Selanjutnya guru mengajak siswa melakukan tepuk beat
sebagai motivasi awal. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan
yang akan dilakukan. Kegiatan inti pertama adalah penyampaian materi
melakukan percobaan alat penyaring air sederhana dan membuat perumusan
masalah beserta hipotesis dari gambar pencemaran air oleh guru. Selanjutnya guru
menjelaskan langkah-langkah permainan “siapa cepat dia dapat” yaitu berebut
mengambil alat dan bahan untuk percobaan, membacakan aturan dan langkah
pelaksanaan tournament, menjelaskan bahwa kemampuan siswa setiap anggota
kelompok akan mempengarhi keberhasilan setiap kelompok. Kegiatan inti kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
adalah pembagian tim yang dibentuk oleh guru. Siswa dibagi ke dalam kelompok
heterogen yang berjumlah 7 siswa. Kegiatan inti yang ketiga adalah games.
Kegiatan ini dilakukan dengan permainan “siapa cepat dia dapat” untuk
mengambil alat dan bahan percobaan dilakukan pada meja tournament sesuai
kelompok yang sudah ditentukan. Kegiatan inti yang keempat adalah pelaksanaan
turnamen yang dilakukan di meja sesuai kelompok homogen yang berjumlah 5
siswa. Kegiatan inti yang kelima adalah team recognition. Kegiatan ini dilakukan
untuk menghitung jumlah skor kelompok saat tournament, kelompok dengan skor
paling tinggi mendapatkan reward berupa notebook. Pada kegiatan penutup, siswa
bersama guru merangkum materi yang telah dipelajari, memberikan penguatan,
dan melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data
Pada deskripsi sebaran data, peneliti ingin memperlihatkan perbedaan data
yang diperoleh pada kelompok kontrol dan eksperimen untuk setiap indikator.
Hasil dari sebaran data dapat dilihat pada tabel berikut.
4.1.2.1 Kemampuan Mengevaluasi
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.1 Selebaran Data Kelompok Kontrol
No Indikator Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1 Memeriksa
kesimpulan
tindakan
penghematan air
dalam
kehidupan
sehari-hari
23 10 1 0 34 9 12 8 5 34
2 Mengkritik
dampak negatif
yang terjadi
akibat kegiatan
manusia
27 7 0 0 34 12 14 5 3 34
3 Mengkritik
usaha-usaha
mencegah
terjadinya banjir
32 2 0 0 34 16 13 5 0 34
Jumlah 82 19 1 0 102 37 39 18 8 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok kontrol
pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 82 anak, yang
mendapat nilai 2 sebanyak 19 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 1 anak, dan
yang mendapat nilai 4 tidak ada. Hasil pengerjaan posttest I kelompok kontrol
pada ketiga indikator siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 9 anak, yang
mendapat nilai 2 sebanyak 12 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 8 anak, dan
yang mendapat nilai 4 sebanyak 5 anak. Terjadi peningkatakan skor dari pretest
ke posttest. Hal tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada
pretest modusnya pada anak yang mendapat 1 sedangkan pada posttest I
modusnya pada anak yang mendapat nilai 2. Selain itu, siswa yang mendapat nilai
1 dan 2 berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada
posttest I.
2.Kelompok Eksperimen
Tabel 4.2 Selebaran Data Kelompok Eksperimen
No Indikator Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1 Memeriksa
kesimpulan
tindakan
penghematan air
dalam
kehidupan
sehari-hari
11 21 1 0 33 1 6 15 11 33
2 Mengkritik
dampak negatif
yang terjadi
akibat kegiatan
manusia
12 19 2 0 33 5 12 11 5 33
3 Mengkritik
usaha-usaha
mencegah
terjadinya banjir
19 13 1 0 33 5 14 9 5 33
Jumlah 42 53 4 0 99 11 32 35 21 99
Pada tabel di atas terlihat hasil pengerjaan pretest kelompok ekspermen
pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 42 anak, yang
mendapat nilai 2 sebanyak 53 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 4 anak, dan
yang mendapat nilai 4 tidak ada. Hasil pengerjaan posttest I kelompok eksperimen
pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 11 anak, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mendapat nilai 2 sebayak 32 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 35 anak, dan
yang mendapat nilai 4 sebanyak 21 anak. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest. Hal tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada
pretest modusnya pada anak yang mendapat nilai 2 sedangkan pada posttest I
modusnya pada anak yang mendapat nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat nilai
1 dan 2 berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada
posttest I.
4.1.2.2 Kemampuan Mencipta
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.3 Selebaran Data Kelompok Kontrol
No Indikator Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1 Merumuskan
rumusan
masalah dan
hipotesis
24 6 5 0 34 7 19 7 1 34
2 Merencanakan 4
langkah
membuat alat
penyaring air
sederhana
21 10 3 0 34 10 21 3 0 34
3 Memproduksi
alat penyaring
air sederhana
23 10 1 0 34 5 14 11 4 34
Jumlah 68 26 9 0 102 22 54 21 5 102
Pada tabel di atas terlihat hasil pengerjaan pretest kelompok kontrol pada
ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 68 anak, yang mendapat
nilai 2 sebanyak 26 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 9 anak, dan siswa yang
mendapat nilai 4 tidak ada. Hasil pengerjaan posttest I kelompok kontrol pada
ketiga indikator siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 22 anak, yang mendapat
nilai 2 sebanyak 54 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 21, dan yang mendapat
nilai 4 sebanyak 5 anak. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest. Hal
tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada pretest modusnya
pada anak yang mendapat nilai 1 sedangkan pada posttest I modusnya pada anak
yang mendapat nilai 2. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang,
serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada posttest I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2.Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4 Selebaran Data Kelompok Eksperimen
No Indikator Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1 Merumuskan
rumusan
masalah dan
hipotesis
18 9 6 0 33 8 8 9 8 33
2 Merencanakan 4
langkah
membuat alat
penyaring air
sederhana
19 9 5 0 33 5 12 9 7 33
3 Memproduksi
alat penyaring
air sederhana
22 4 7 0 33 3 6 16 8 33
Jumlah 59 22 18 0 99 16 26 34 23 99
Pada tabel di atas terlihat hasil pengerjaan pretest kelompok ekspermen
pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 59 anak, yang
mendapat nilai 2 sebanyak 22 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 18 anak, dan
yang mendapat nilai 4 tidak ada. Hasil pengerjaan posttest I kelompok
eksperimen pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 16 anak,
yang mendapat nilai 2 sebayak 26 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 34 anak,
dan yang mendapat nilai 4 sebanyak 23 anak. Terjadi peningkatan skor dari
pretest ke posttest. Hal tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu
pada pretest modusnya pada anak yang mendapat nilai 1 sedangkan pada posttest
I modusnya pada anak yang mendapat nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat
nilai 1 dan 2 berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada
posttest I.
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I
Hipotesis penelitian I adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi pada
siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018. Variabel dependen pada hipotesis di atas yaitu kemampuan
mengevaluasi, sedangkan variabel independen yaitu penerapan model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 1 soal uraian yaitu item
3 yang mengandung indikator memeriksa kesimpulan tindakan penghematan air
dalam kehidupan sehari-hari, mengkritik dampak negatif yang terjadi akibat
kegiatan manusia, mengkritik usaha-usaha mencegah terjadinya banjir.
Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan
program statistik yaitu IBM SPSS Statictics 22 for Windows dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui
data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik, 2) Uji
perbedaan kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal
pada kelompok kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan,
dan 4) Uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut
yang terdiri dari 1) Perhitungan persentase peningkatan skor pretest ke posttest I,
2) Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara skor
pretest ke posttest I, dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi dengan normal atau tidak, hal ini sebagai prasyarat digunakannya
analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132). Data skor pretest, posttest I, Posttest II,
dan selisih pretest ke posttest I dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
diuji normalitasnya menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test. Kriteria
untuk menerima Hnull jika harga p > 0,05 maka tidak ada deviasi (penyimpangan)
dari normalitas distirbusi data, artinya data terdistribusi normal. Jika data
terdistribusi normal maka untuk analisis data selanjutnya menggunakan statistik
parametrik, namun jika data tidak terdistribusi normal maka analisis data
selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik (Priyatno, 2012: 11). Hasil uji
normalitas kemampuan mengevaluasi kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol
Pretest 0,00 Tidak normal
Posttest 1 0,15 Normal
Posttest 2 0,00 Tidak normal
Selisih Pretest-Posttest I 0,16 Normal
Eksperimen
Pretest 0,04 Tidak Normal
Posttest 1 0,62 Normal
Posttest 2 0,13 Normal
Selisih Pretest-Posttest I 0,06 Normal
Tabel 4.5 menunjukkan harga p > 0,05 untuk kelompok kontrol ada 2 aspek
yaitu posttest I dan selisih rerata skor pretest-posttest I sedangkan pada kelompok
eksperimen ada 3 aspek yaitu pretest, posttest I dan selisih rerata skor pretest-
posttest I. Hal tersebut berarti Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada
deviasi (penyimpangan) dari normalitas data atau data terdistribusi normal. Tidak
semua aspek memiliki distribusi data normal sehingga analisis selanjutnya
menggunakan statistik nonparametrik Mann-Whitney U-test. Namun pada analisis
selisih pretest-posttest I menggunakan analisis statistik parametrik dengan
Independent Samples t-test karena dari kedua data berdistribusi data normal.
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama atau
berbeda terhadap kemampuan mengevaluasi, sehingga kedua kelompok dapat
dibandingkan. Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengontrol
ancaman terhadap validitas internal yaitu jenis pengujian (testing) dan
karakteristik subjek. Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil
posttest sehingga hasil posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest
(Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 156). Uji perbedaan kemampuan awal skor
pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan uji
statistik non parametrik dalam hal ini Mann Whitney U-test karena distribusi data
pretest pada kemampuan mengevaluasi tidak normal.
Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk melakukakn uji perbedaan
kemampuan awal adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull
adalah jika p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji perbedaan kemampuan awal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebagai berikut (lihat
Lampiran 4.4.1).
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest
Uji Statistik p Keputusan
Mann Whitney U t-test 0,000 Ada perbedaan
Skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (Mdn = 1,67 SR = 1401,50)
berbeda dari skor yang dicapai pada kelompok kontrol (Mdn= 1,33 SR = 876,50).
Perbedaan skor tersebut siginifikan dengan Z = -3,617, p = 0,000 (p < 0.05)
maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara
skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga kedua
kelompok memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan
mengevaluasi. Dengan demikian ancaman terhadap validitas internal berupa
testing dan karakteristik subjek tidak bisa dikendalikan dengan baik.
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kemampuan mengevaluasi,
dengan melihat rerata selisih skor pretest dan posttest I kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan menggunakan
rumus: (O2 – O1) – (O4 – O3) yaitu dengan mengurangi selisih skor posttest I –
pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih skor posttest I - pretest pada
kelompok kontrol (Cohen, 2007: 277). Apabila hasil perhitungan lebih besar dari
0 maka ada pengaruh. Hasil perhitungan menunjukkan selisih skor posttest I –
pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,0518 dan selisih skor posttest I –
pretest pada kelompok kontrol sebesar 0,7115. Hasil perhitungan diperoleh angka
0,34 atau positif (didapat dari selisih 1,0518-0,7115), sehingga ada pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kemampuan
mengevaluasi. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, akan
dianalisis dengan statistik selanjutnya.
Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor
pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
berdistribusi normal. Analisis selanjutnya adalah menggunakan statistik
parametrik dengan Independent samples t-test.
Sebelum dilakukan uji statistik untuk mengetahui signifikansi pengaruh
perlakuan, perlu dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas varians dengan
melihat harga p. Jika harga p < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians
pada kedua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Jika harga p > 0,05 maka
terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan. Hasil uji asumsi
homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut (lihat Lampiran 4.5.1).
Tabel 4.7 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F p Keputusan
Levene’s Test for Equality of Variances 0,52 0,47 Homogen
Tingkat kepercayaan Levene’s test yang digunakan 95% menunjukkan
bahwa F = 0,52 dan harga p = 0,47 (p > 0,05), hal ini berarti terdapat
homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data uji statistik
yang digunakan Independent saples t-test yang diambil adalah data pada garis
baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340).
Analisis selanjutnya menggunakan analisis parametrik yaitu Independent
samples t-test karena data terdistribusi normal dan homogen. Tingkat kepercayaan
yang digunakan 95% menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk menolak
Hnull adalah jika p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji signifikansi pengaruh
perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebagai
berikut (lihat Lampiran 4.5.1).
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji Statistik p Keputusan
Independent samples t-test 0,028 Ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 1,052, SE =
0,10) lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M =
0,71, SE = 0,11). Perbedaan skor tersebut siginifikan dengan t (65) = -2,25, p =
0,028 (p < 0.05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang
signifikan antara rerata skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan
yang dapat ditarik dari hasil signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengevaluasi. Hasil
perbandingan rerata skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik
berikut.
Gambar 4.1 Grafik Rerata Pretest-Posttest I
Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap
kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
dapat dilihat pada diagram berikut.
1,2559
1,9674 1,6164
2,6682
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Pretest Posttest 1
kel kontrol
kel Eksp
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4.2 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) dilakukan untuk mengetahui
besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap
kemampuan mengevaluasi. Data yang diperoleh berdistribusi normal sehingga
menggunakan rumus koefisien Pearson untuk data normal (Field, 2009: 57).
Independent samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji
besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan
menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r
(harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) selanjutnya dikalikan 100%
(Field, 2009: 179). Besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi adalah r =
0,27 atau 7,29%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan
besarnya efek, maka hasil perhitungan r setara dengan efek kecil. Berikut hasil
perhitungan effect size terhadap kemampuan mengevaluasi (lihat Lampiran 4.6).
Tabel 4.9 Hasil Uji Effect Size
Variabel t t 2
df r (effect
size) R
2 %
Kategori
Efek
Mengevaluasi -2,25 5,07 65 0,27 0,0729 7,29 Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I bertujuan
untuk mengetahui persentase peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan
persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dengan mengambil data rerata
skor pretest ke posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan One
Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke
posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest-posttest I dengan
rerata pretest, selanjutnya dikalikan 100%. Hasil perhitungan persentase
peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut
(lihat Lampiran 4.7).
Tabel 4.10 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%) p Signifikansi
Pretest Posttest I
1 Kontrol 1,25 1,96 56,8 0,000 Signifikan
2 Eksperimen 1,61 2,66 65,2 0,000 Signifikan
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
Tabel 4.10 menunjukkan rerata pretest pada kelompok kontrol sebesar 1,25
dan rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,61, sedangkan rerata
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Kontrol Eksperiment
Rer
ata
Pretest
Posttest I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
posttest I pada kelompok kontrol sebesar 1,96 dan rerata posttest I pada
kelompok eksperimen sebesar 2,66. Gambar 4.3 menunjukkan grafik
perbandingan rerata skor pretest ke posttest I. Hasil perhitungan persentase
peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 56,8%
sedangkan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen sebesar 65,2%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi
peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi.
Hasil uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05) sedangkan pada hasil
uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol
menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05). Kedua kelompok sama-sama
memiliki p < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima yang berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara rerata dan skor pretest ke posttest I terhadap
kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan
dari skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 65,2%, sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 56,8%. Hasil ini diperjelas pada gambar 4.2
menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest-posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut adalah grafik yang
menunjukkan frekuensi selisih pretest-posttest I (gain score) pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar 4.4 Grafik Gain Score
Berdasarkan gambar 4.3 gain score terendah pada kelompok kontrol
sebesar -0,67, sedangkan kelompok eksperimen sebesar 0,00. Gain score tertinggi
pada kelompok kontrol sebesar 2,07, sedangkan gain score tertinggi pada
kelompok eksperimen sebesar 2,67. Data tersebut memberikan keterangan bahwa
selisih pretest- posttest I yang dominan pada kelompok eksperimen nilainya lebih
besar daripada selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol.
Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 0,97 pada kelompok kontrol ada 14
anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 20 anak. Nilai 0,97 merupakan
nilai tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi.
Persentase gain score ≥ 0,97 pada kelompok kontrol 41% sedangkan kelompok
eksperimen sebesar 60,61%. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok
eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberi dampak
pengaruh lebih besar daripada kelompok kontrol dengan metode ceramah.
2.Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk
mengetahui besar efek peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji yang digunakan
menggunakan statistik non parametrik Wilcoxon signed rank test karena data yang
1
8
4
1
4
1 1
2
4
2
1
4
1 1
4
8
9
4
2
1
3
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-0,7 -0,2 0,3 0,8 1,3 1,8 2,3 2,8
Fre
kue
nsi
Gain Score
kel kontrol
kel eks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
diuji adalah data berdistribusi tidak normal dan berasal dari kelompok yang sama
(Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji ini adalah
95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika p< 0,05 (Field,
2009: 53). Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I terdapat pada
tabel 4.11 berikut ini (lihat Lampiran 4.8.1).
Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttets I
No Kelompok Z N r R2
% Kategori Efek
1 Kontrol -4,234 68 -0,51 0,26 26 Kecil
2 Eksperimen -4,954 66 -0,61 0,37 37 Menengah
Persentase besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT terhadap kemampuan mengevaluasi pada kelompok eksperimen lebih besar
daripada persentase besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok
kontrol. Besar pengaruh pada kelompok eksperimen sebesar 0,37 atau 37%
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 0,26 atau 26%. Pada kelompok
eksperimen menunjukkan efek menengah sedangkan pada kelompok kontrol
menunjukkan efek kecil.
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui korelasi pretest dan posttest I
positif dan signifikan. Positif artinya semakin tinggi pretest semakin tinggi pula
posttest I, signifikan artinya hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada
populasi. Uji korelasi ini juga dilakukan untuk mengontrol validitas internal
penelitian regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika siswa yang mendapat skor
pretest tinggi juga mendapat skor posttest yang lebih rendah, sedangkan siswa
yang mendapat skor pretest rendah akan mendapat skor posttest lebih tinggi. Data
diambil dari rerata skor pretest dan rerata posttest I pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen yang berdiskusi normal, sehingga menggunakan rumus
Pearson Correlation untuk data normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull yaitu jika harga p <
0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdapat pada tabel 4.12 berikut
(lihat Lampiran 4.9.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
No Kelompok Pearson
Correlation p Keputusan
1 Kontrol 0,57 0,00 Positif dan signifikan
2 Eksperimen 0,31 0,675 Positif dan tidak signifikan
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji korelasi antara pretest dan posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Harga p pada kelompok
kontrol sebesar 0,00 (p< 0,05), artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Kesimpulan
yang dapat ditarik adalah ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara hasil
rerata pretest dan posttest I pada kemampuan mengevaluasi kelompok kontrol.
Hasil Pearson Correlation pada kelompok kontrol sebesar 0,57, berarti korelasi
antara rerata pretest dan posttest I menunjukkan hasil yang positif. Hasil Pearson
Correlation menunjukkan nilai positif artinya jika rerata skor siswa di pretest
tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi, begitu juga sebaliknya jika
rerata siswa di skor pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I
rendah pada kelompok kontrol.
Pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai p sebesar 0,675 (p > 0,05).
Data tersebut menunjukkan bahwa Hnull ditolak dan Hi diterima yang berarti
bahwa tidak ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest
dan posttest I pada kemampuan mengevaluasi kelompok eksperimen. Hasil
Pearson Correlation pada kelompok eksperimen sebesar 0,31 berarti korelasi
antara rerata pretest dan posttest I menunjukkan hasil yang positif. Hasil Pearson
Correlation menunjukkan nilai positif artinya jika rerata skor siswa di pretest
tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi, begitu juga sebaliknya jika
rerata siswa di skor pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I
rendah pada kelompok eksperimen. Ancaman terhadap validitas internal berupa
regresi statistik tidak bisa dikendalikan dengan baik jika korelasinya negatif dan
signifikan. Dengan demikian dalam penelitian ini ancaman terhadap validitas
internal berupa regresi statistik terkendali dengan baik.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
beberapa waktu. Uji retensi pengaruh dilakukan dengan memberikan posttest II
pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, minimal
dua minggu setelah pelaksanaan posttest I. Uji statistik menggunakan Wilcoxon
jika data terdistribusi dengan tidak normal (Field, 2009: 345). Teknik analisis data
menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak
Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.13
berikut ini (lihat Lampiran 4.10.1).
Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%) p Keputusan
Posttest I Posttest II
1 Kontrol 1,96 1,46 -34,2 0,000 Ada
perbedaan
2 Eksperimen 2,66 2,28 -16,6 0,008 Ada
perbedaan
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa hasil uji retensi pengaruh perlakuan
skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan
mengevaluasi menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak
dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan
posttest II. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang
signifikan dari skor posttest I dan posttest II kelompok kontrol terhadap
kemampuan mengevaluasi. Sedangkan pada kelompok eksperimen menunjukkan
harga p sebesar 0,008 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada
perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I dan
posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi.
Persentase penurunan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol
lebih tinggi daripada kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan
persentase peningkatan kelompok kontrol sebesar -34,2% sedangkan pada
kelompok eksperimen sebesar -16,6%. Peningkatan skor pretest, posttest I, dan
posttest II terhadap kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II
Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau
tidak dengan pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest dan
posttest II dengan menggunakan Wilcoxon karena data yang diuji adalah data
berdistribusi tidak normal dan dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk
menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah hasil uji
signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat pada tabel 4.14 (lihat
Lampiran 4.10.1).
Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II
No Kelompok Rerata
p Keputusan Pretest Posttest II
1 Kontrol 1,25 1,46 0,042 Ada perbedaan
2 Eksperimen 1,61 2,28 0,000 Ada perbedaan
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa hasil uji signifikansi skor pretest
ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengevaluasi
menunjukkan harga p sebesar 0,042 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima
sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II.
Sedangkan pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p <
0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan
antara skor pretest dan posttest II. Hal ini berarti bahwa pada kelompok
1,2559
1,9674
1,4691
1,6164
3,0633
2,5251
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Pretest Posttest 1 Posttest 2
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelompok
kontrol dengan model ceramah sama-sama efektif untuk meningkatkan
kemampuan mengevaluasi.
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II
Hipotesis penelitian II adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament berpengaruh terhadap kemampuan mencipta siswa
kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
Variabel dependen pada hipotesis di atas yaitu kemampuan mencipta, sedangkan
variabel independen yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
dependen terdiri dari 1 soal uraian yaitu item 3 yang mengandung indikator
merumuskan rumusan masalah dan hipotesis, merencanakan empat langkah
membuat alat penyaring air sederhana, dan memproduksi alat penyaring air
sederhana.
Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan
program statistik yaitu IBM SPSS Statictic 22 for Windoows dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui
data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik, 2) Uji
perbedaan kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal
pada kelompok kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan,
dan 4) Uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut
yang terdiri dari 1) Perhitungan persentase peningkatan skor pretest ke posttest I,
2) Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara skor
pretest ke posttest I, dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.4.1 Uji Normalias Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi dengan normal atau tidak, hal ini sebagai prasyarat digunakannya
analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132). Kritera yang digunakan untuk
kesimpulan uji normalitas data adalah sebagai berikut: 1) Jika harga p > 0,05,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
distribusi data normal. Jika data terdistribusi normal, maka teknik statistik
inferensial yang digunakan yaitu statistik parametrik uji t (independent-samples t-
test dan paired-samples t-test). 2) Jika harga p < 0,05, distribusi data tidak normal.
Jika data terdistribusi tidak normal, maka teknik statistik yang digunakan yaitu
statistik nonparametrik dalam hal ini yaitu Mann-Whitney atau Wilcoxon
(Priyatno, 2012: 136). Hasil uji normalitas kemampuan mencipta pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini (lihat
Lampiran 4.3.2).
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok Aspek P Keputusan
Kontrol
Pretest 0,00 Tidak normal
Posttest 1 0,02 Tidak Normal
Posttest 2 0,01 Tidak normal
Selisih Pretest-Posttest I 0,18 Normal
Eksperimen
Pretest 0,14 Normal
Posttest 1 0,01 Tidak Normal
Posttest 2 0,00 Tidak normal
Selisih Pretest-Posttest I 0,58 Normal
Tabel 4.15 menunjukkan harga p> 0,05 untuk 2 aspek yaitu selisih pretest
ke posttest I untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sedangkan aspek-
aspek lainnya tidak normal. Dua aspek yang normal akan dianalisis menggunakan
statistik parametrik sedangkan data yang tidak normal akan menggunakan non
parametrik. Field (2009: 326) mengatakan bahwa statistik parametrik Independent
samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang yang berbeda
yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sedangkan statistik non
parametrik Paired samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok
yang sama, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok kontrol atau kelompok
eksperimen dengan kelompok eksperimen.
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama atau
berbeda terhadap kemampuan mencipta, sehingga kedua kelompok dapat
dibandingkan. Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
ancaman terhadap validitas internal yaitu jenis pengujian (testing) dan
karakteristik subjek. Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil
posttest sehingga hasil posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest
(Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 156). Uji perbedaan kemampuan awal skor
pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan uji
statistik non parametrik dalam hal ini Wilcoxon dengan Mann Whitney U-test.
Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk melakukakn uji perbedaan
kemampuan awal adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull
adalah jika p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji perbedaan kemampuan awal dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebagai berikut (lihat
Lampiran 4.4.2).
Tabel 4.16 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest
Uji Statistik p Keputusan
Mann Whitney U t-test 0,097 Tidak ada perbedaan
Skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 37,86 SR = 1249,50 )
berbeda dari skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 30,25, SR =
1028,50). Perbedaan skor tersebut tidak signifikan dengan Z = -1,661, p = 0,097
(p > 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji rerata pretest yaitu kedua kelompok
memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan mencipta. Dengan
demikian ancaman terhadap validitas internal berupa testing dan karakteristik
subjek bisa dikendalikan dengan baik.
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kemampuan
mencipta, dengan melihat rerata selisih skor pretest dan posttest I kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Hal yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh perlakuan menggunakan rumus: (O2 – O1) – (O4 – O3) yaitu dengan
mengurangi selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol dengan selisih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen (Cohen, 2007: 277). Apabila
hasil perhitungan lebih besar dari 0 maka ada pengaruh. Hasil perhitungan
menunjukkan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen sebesar
1,06 dan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol sebesar 0,67.
Besar pengaruh perlakuan yang diperoleh adalah 0,39 (didapat dari selisih 1.06-
0,67), maka ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
terhadap kemampuan mencipta. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya
signifikan atau tidak maka akan dianalisis dengan statistik selanjutnya.
Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi
normal. Analisis selanjutnya adalah menggunakan statistik parametrik dengan
Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang berbeda yaitu
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Field, 2009: 326).
Sebelum dilakukan uji statistik untuk mengetahui signifikansi pengaruh
perlakuan, maka dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas varians terlebih
dahulu dengan melihat harga p Levene’s test. Jika harga p < 0,05 maka tidak
terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan sedangkan jika
harga p > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang
dibandingkan (Field, 2009: 340). Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat
dilihat pada tabel 4.17 berikut ini (lihat Lampiran 4.5.2).
Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F p Keputusan
Levene’s Test for Equality of Variances 0,25 0,61 Homogen
Tingkat kepercayaan Levene’s test yang digunakan 95% menunjukkan
bahwa F = 0,25 dan harga p = 0,61 (p > 0,05), hal ini berarti terdapat
homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data uji statistik
yang digunakan Independent saples t-test yang diambil adalah data pada garis
baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340).
Analisis selanjutnya menggunakan analisis parametrik yaitu Independent
samples t-test karena data terdistribusi normal dan homogen. Tingkat kepercayaan
yang digunakan 95% menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk menolak
Hnull adalah jika p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji signifikansi pengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebagai
berikut (lihat Lampiran 4.5.2).
Tabel 4.18 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji Statistik P Keputusan
Independent samples t-test 0,005 Ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 1,06, SE = 0,10)
lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,67,
SE = 0,08). Perbedaan skor tersebut siginifikan dengan t (65) = -2,92, p = 0,005
(p < 0.05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang
signifikan antara rerata skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mencipta
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik
dari hasil signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan mencipta. Hasil perbandingan rerata skor pretest ke posttest
I terhadap kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.6 Grafik Rerata Pretest-Posttest I
1,4297
2,1026
1,5858
2,6552
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Pretest Posttest 1
kel kontrol
kel Eksp
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap
kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat
dilihat pada diagram berikut.
Gambar 4.7 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest – Posttest I
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) dilakukan untuk mengetahui besar
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap
kemampuan mencipta. Data yang diperoleh berdistribusi normal sehingga
menggunakan rumus koefisien Pearson untuk data normal (Field, 2009: 57).
Independent samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji
besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan
menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r
(harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) selanjutnya dikalikan 100%
(Field, 2009: 179). Besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mencipta adalah r = 0,34
atau 11%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek,
maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut hasil perhitungan
effect size terhadap kemampuan mencipta (lihat Lampiran 4.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tabel 4.19 Hasil Uji Effect Size
Variabel t t 2
df r (effect
size) R
2 %
Kategori
Efek
Mengevaluasi -2,92 8,57 65 0,34 0,11 11 Menengah
4.1.5 Analisis Lebih Lanjut
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I bertujuan
untuk mengetahui persentase peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan
persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dengan mengambil data rerata
skor pretest ke posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan One
Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke
posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest-posttest I dengan
rerata pretest, selanjutnya dikalikan 100%. Hasil perhitungan persentase
peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut
(lihat Lampiran 4.7).
Tabel 4.20 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%) p Signifikansi
Pretest Posttest I
1 Kontrol 1,42 2,10 47,8 0,000 Signifikan
2 Eksperimen 1,58 2,65 67,7 0,000 Signifikan
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Kontrol Eksperiment
Rer
ata
Pretest
Posttest I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 4.20 menunjukkan rerata pretest pada kelompok kontrol sebesar 1,42
dan rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,58, sedangkan rerata
posttest I pada kelompok kontrol sebesar 2,10 dan rerata posttest I pada
kelompok eksperimen sebesar 2,65. Hasil perhitungan persentase peningkatan
rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 47,8% sedangkan
persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen
sebesar 67,7%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor
pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun pada kelompok eksperimen
terhadap kemampuan mencipta.
Hasil uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05) sedangkan pada hasil
uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol
menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05). Kedua kelompok sama-sama
memiliki p < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima yang berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara rerata dan skor pretest ke posttest I terhadap
kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan
dari skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mencipta pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 67,7%, sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 47,8%. Hasil ini diperjelas pada gambar 4.6
menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest-posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut adalah grafik yang
menunjukkan frekuensi selisih pretest-posttest I (gain score) pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 4.9 Gain Score kemampuan Mencipta
Berdasarkan gambar 4.9 gain score terendah pada kelompok kontrol
sebesar 0,00, sedangkan kelompok eksperimen sebesar 0,00. Gain score tertinggi
pada kelompok kontrol sebesar 1,90, sedangkan gain score tertinggi pada
kelompok eksperimen sebesar 2,00. Data tersebut memberikan keterangan bahwa
selisih pretest- posttest I yang dominan pada kelompok eksperimen nilainya lebih
besar daripada selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol.
Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 1,00 pada kelompok kontrol ada 12
anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 23 anak. Nilai 1,00 merupakan
nilai tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi.
Persentase gain score ≥ 1,00 pada kelompok kontrol 35,2% sedangkan kelompok
eksperimen sebesar 69%. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberi dampak pengaruh lebih
besar daripada kelompok kontrol dengan metode ceramah.
2.Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk
mengetahui besar efek peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji yang digunakan
menggunakan statistik non parametrik Wilcoxon signed rank test karena data yang
7
6
2
5
2
5
2
3
1 1
3 3 4
8 8
3
4
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 0,5 1 1,5 2
Fre
kue
nsi
Gain Score
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
diuji adalah data berdistribusi tidak normal dan berasal dari kelompok yang sama
(Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji ini adalah
95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika p< 0,05 (Field,
2009: 53). Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I terdapat pada
tabel 4.21 berikut ini (lihat Lampiran 4.8.2).
Tabel 4.21 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttets I
No Kelompok Z N r R2
% Kategori Efek
1 Kontrol -4,547 67 -0,55 -0,30 30 Menengah
2 Eksperimen -4,802 66 -0,59 -0,34 34 Menengah
Persentase besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT terhadap kemampuan mencipta pada kelompok eksperimen lebih besar
daripada persentase besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok
kontrol. Besar pengaruh pada kelompok eksperimen sebesar -0,34 atau 34%
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar -0,30 atau 30%. Pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan efek menengah.
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I
Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui korelasi pretest dan posttest I
positif dan signifikan. Positif artinya semakin tinggi pretest semakin tinggi pula
posttest I, signifikan artinya hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada
populasi. Uji korelasi ini juga dilakukan untuk mengontrol validitas internal
penelitian regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika siswa yang mendapat skor
pretest tinggi juga mendapat skor posttest yang lebih rendah, sedangkan siswa
yang mendapat skor pretest rendah akan mendapat skor posttest lebih tinggi. Data
diambil dari rerata skor pretest dan rerata posttest I pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen yang berdiskusi normal, sehingga menggunakan rumus
Pearson Correlation untuk data normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull yaitu jika harga p <
0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdapat pada tabel 4.22 berikut
(lihat Lampiran 4.9.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
No Kelompok Pearson
Correlation p Keputusan
1 Kontrol -0,07 0,66 Negatif dan tidak signifikan
2 Eksperimen 0,18 0,30 Positif dan tidak signifikan
Tabel 4.22 menunjukkan hasil uji korelasi antara pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Harga p pada kelompok kontrol
sebesar 0,66 (p > 0,05), artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah tidak ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara hasil
rerata pretest dan posttest I pada kemampuan mencipta kelompok kontrol. Hasil
Pearson Correlation pada kelompok kontrol sebesar -0,07, berarti korelasi antara
rerata pretest dan posttest I menunjukkan hasil yang negatif. Hasil Pearson
Correlation menunjukkan nilai negatif artinya jika rerata skor siswa di pretest
tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi, begitu juga sebaliknya jika
rerata siswa di skor pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I
rendah pada kelompok kontrol. Dengan kata lain ancaman terhadap validitas
internal penelitian berupa regresi statistik tidak bisa dikendalikan dengan baik
dalam penelitian ini.
Pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai p sebesar 0,30 (p > 0,05).
Data tersebut menunjukkan bahwa Hnull ditolak dan Hi diterima yang berarti
bahwa ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan
posttest I pada kemampuan mencipta kelompok eksperimen. Hasil Pearson
Correlation pada kelompok eksperimen sebesar 0,18, berarti korelasi antara rerata
pretest dan posttest I menunjukkan hasil yang positif. Hasil Pearson Correlation
menunjukkan nilai positif artinya jika rerata skor siswa di pretest tinggi maka
hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi, begitu juga sebaliknya jika rerata siswa
di skor pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah pada
kelompok eksperimen. Ancaman terhadap validitas internal berupa regresi
statistik bisa dikendalikan dengan baik dalam penelitian ini. Dengan demikian
pengaruh penerapan variabel independen terhadap kemampuan mencipta bisa
dipercayai sepenuhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah
beberapa waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan memberikan
posttest II pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen, minimal dua minggu setelah pelaksanaan posttest I. Uji statistik
menggunakan Wilcoxon signed rank test jika data terdistribusi dengan tidak
normal (Field, 2009: 345). Teknik analisis data menggunakan tingkat kepercayaan
95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009:
53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut ini (lihat Lampiran
4.10.2).
Tabel 4.23 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%) p Keputusan
Posttest I Posttest II
1 Kontrol 2,10 1,66 -20,9 0,000 Ada perbedaan
2 Eksperimen 2,66 2,38 -10,5 0,016 Ada perbedaan
Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa hasil uji retensi pengaruh perlakuan
skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan
mencipta menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan
Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan
posttest II. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang
signifikan dari skor posttest I dan posttest II kelompok kontrol terhadap
kemampuan mencipta. Sedangkan pada kelompok eksperimen menunjukkan
harga p sebesar 0,016 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada
perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I dan
posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan mencipta.
Persentase penurunan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol
lebih tinggi daripada kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan
persentase peningkatan kelompok kontrol sebesar -20,9% sedangkan pada
kelompok eksperimen sebesar -10,5%. Peningkatan skor pretest, posttest I, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
posttest II terhadap kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II
Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak
dengan pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest dan
posttest II dengan menggunakan Wilcoxon karena data yang diuji adalah data
berdistribusi tidak normal dan dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk
menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah hasil uji
signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat pada tabel 4.24 (lihat
Lampiran 4.10.2).
Tabel 4.24 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II
No Kelompok Rerata
p Keputusan Pretest Posttest II
1 Kontrol 1,42 1,66 0,012 Ada perbedaan
2 Eksperimen 1,58 2,38 0,000 Ada perbedaan
Berdasarkan tabel 4.24 diketahui bahwa hasil uji signifikansi skor pretest
ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mencipta
menunjukkan harga p sebesar 0,012 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima
1,4297
2,1026
1,6632 1,5858
2,6552
2,3891
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Pretest Posttest 1 Posttest 2
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II.
Sedangkan pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p <
0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan
antara skor pretest dan posttest II. Hal ini berarti bahwa pada kelompok
eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelompok
kontrol dengan model ceramah sama-sama efektif untuk meningkatkan
kemampuan mencipta.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengendalian Ancaman terhadap Validitas Internal Penelitian
Pada penelitian eksperimen diperlukan kehati-hatian dalam menarik
kesimpulan pada sebuah penelitian eksperimen bahwa perubahan yang terjadi
pada variabel bebas disebabkan karena variabel terikat yang digunakan sebagai
treatment penelitian. Hal tersebut bisa terjadi jika terdapat variabel-variabel lain di
luar treatment yang ikut berpengaruh terhadap hasil penelitian sehingga
memunculkan keraguan terhadap hubungan sebab-akibat yang ditarik dalam
kesimpulan penelitian yang bisa menjadi ancaman terhadap validitas penelitian.
Ancaman terjadi lebih besar pada penelitian kuasi-eksperimental dibandingkan
eksperimental murni karena dalam eksperimental murni seleksi sampel dilakukan
secara random dan lebih terkontrol (Campbell dan Stanley, 1963, Bracht dan
Glass, 1968, dan Lewis-Beck, 1993). Berikut jenis-jenis ancaman terhadap
validitas internal penelitian dan cara pengendaliannya.
1. Sejarah (history)
Setiap perlakuan atau kejadian terhadap kelompok yang sedang diteliti yang
terjadi diantara pretest dan posttest di luar treatment penelitian bisa
mempengaruhi hasil posttest pada variabel dependen (Johnson & Christensen,
2008: 260, Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 155). Solusi yang bisa dilakukan
adalah dengan sama-sama mengikuti sebuah perlakuan baik kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen sehingga pengaruh terhadap hasil posttest akan seimbang
dan tingkat ancaman terhadap validitas internal rendah (Fraenkel, Wallen, &
Hyun, 2012: 283).
2. Difusi treatment atau kontaminasi (deffusion of treatment or contamination)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Difusi treatment atau kontaminasi terjadi jika dua kelompok yaitu kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen saling berkomunikasi dan sama-sama
memperlajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen (Creswell,
2015: 597). Pengendalian terhadap ancaman seperti ini dengan cara memberikan
pengertian kepada kedua kelompok untuk tidak saling mempelajari treatment
yang diberikan pada kelompok eksperimen.
3. Maturasi (maturation)
Perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu penelitian
akan bisa berpengaruh terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson &
Christensen, 2008: 261). Solusi atau pengendaliannya waktu pretest dan posttest
sama pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Jika diabaikan, tingkat
ancaman terhadap validitas internal penelitian rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012: 283).
4. Perilaku kompensatoris
Ancaman ini terjadi jika kelompok kontrol mengetahui treatment yang
diberikan pada kelompok eksperimen dirasa sangat berharga. Pengendaliannya
yaitu kelompok kontrol diberi pengertian bahwa sesudah penelitian mereka juga
akan mendapat treatment yang sama. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap
validitas internal penelitian rendah sampai menengah (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012: 283).
5. Regresi statistik (statistical regression)
Ancaman ini merupakan kecenderungan umum bahwa partisipan dengan
hasil skor pretest yang tinggi biasanya memperoleh skor posttest yang lebih
rendah dan sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah biasanya memperoleh skor
posttest yang lebih tinggi. Ancaman seperti ini dapat dikontrol dengan
menggunakan uji korelasi. Ancaman regresi statistik yang terjadi pada penelitian
ini yaitu pada kemampuan mengevaluasi kelompok eksperimen yang menyatakan
tidak ada hubungan antara rerata skor pretest dan posttest. Hal ini dikarenakan
kurangnya kecermatan dalam melihat skor rerata pretest maupun posttest I.
Pengendalian yang bisa dilakukan adalah kecermatan dalam melihat skor pretest
yang sangat tinggi atau sangat rendah dan membandingkannya dengan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
posttest. Jika diabaikan maka ancaman terhadap validitas internal penelitian
rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
6. Mortalitas (mortality)
Perbedaan jumlah responden pada waktu pretest dan posttest akibat
mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak bisa ikut posttest dapat
mempengaruhi validitas penelitian. Ancaman mortalitas terjadi karena tidak
hadirnya responden saat pretest atau posttest. Siswa yang tidak hadir saat posttest
I sebanyak 1 anak dan 2 anak pada saat posttest II pada kelompok eksperimen dan
terdapat 4 siswa yang tidak hadir saat pretest, 4 anak saat posttest I, dan 5 anak
pada saat posttest II pada kelompok kontrol. Ancaman ini dapat diatasi dengan
menggunakan data siswa yang tidak hadir tersebut tetap dimasukkan denga
menggunakan skor rerata semua siswa yang masuk berlaku untuk skor rata-rata
siswa yang tidak hadir karena siswa tersebut sudah mendapat treatment (Fraenkel,
Wallen, & Hyun, 2012: 282).
7. Pengujian (testing)
Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga
hasil posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 156). Ancaman ini dapat dikontrol dengan dilakukannya uji
perbedaan kemampuan awal yaitu melalui pretest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Pengendalian terhadap validitas internal berupa pengujian
ini dengan cara pengerjaan pretest yang juga dilakukan pada kelompok kontrol.
8. Instrumental (instrumentation)
Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman
terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262). Solusi
terhadap validitas internal berupa instrumentasi ini dengan cara menggunakan
instrumen yang sama ketika pretest dan posttest untuk kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
9. Lokasi (location)
Ancaman ini bisa terjadi jika antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen menggunakan subjek yang berbeda (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012:
282). Pengendalian yang bisa dilakukan terhadap ancaman validitas internal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
penelitian berupa karakteristik subjek ini adalah melakukan perbedaan
kemampuan awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil dari
uji tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
memiliki kemampuan awal yang sama.
10. Karakteristik subjek (subject characteristics)
Karakteristik subjek yang berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen menjadi ancaman besar bagi validasi internal penelitian. Ancaman ini
bisa dikelompokkan dalam dua bagian. Yang pertama kemampuan awal yang
berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen akan mempengaruhi
hasil posttest. Solusi nya adalah pemilihan sampel kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen dilakukan secara random. Ancaman yang kedua adalah
jumlah kelompok gander yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen bisa berpengaruh terhadap posttest. Solusi yang dilakukan adalah
pemilihan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan
penyetaraan jumlah laki-laki dan perempuan pada kedua kelompok.
11. Implementasi (implementation)
Perbedaan guru mitra yang mengajar berpengaruh pada hasil posttest
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pengendalian untuk mengatasi hal
tersebut yaitu guru mitra yang digunakan pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen harus sama. Perlu kontrol implementasi yang lebih cermat. Jika
diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian tinggi (Fraenkel,
Wallen, & Hyun, 2012: 284). Pada penelitian ini, guru yang mengajar adalah satu
guru untuk dua kelompok.
Di bawah ini disajikan tabel ancaman-ancaman terhadap validitas internal
penelitian yang dapat terkendali ataupun tidak terkendali sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Tabel 4.25 Ancaman terhadap validitas internal
No Ancaman
Validitas
Tingkat
Ancaman
Terkendali
(ya/ tidak)
Keterangan
1. Sejarah Rendah √ Penelitian dilakukan dalam
waktu yang singkat (2 minggu).
2. Difusi treatment
atau kontaminasi
Rendah-
menengah
√ Tidak ada komunikasi tentang
CL ke kelompok kontrol secara
sistematis.
3. Maturasi Rendah √ - Penelitian dilakukakn
dalam waktu yang singkat
(2 minggu).
- Penggunaan pretest dan
posttest yang sama untuk
kelompok kontrol dan
eksperimen.
4. Perilaku
kompensatoris
Rendah-
menengah
× Kelompok kontrol tidak diberi
CL sesudah penelitian selesai.
5. Regresi statistik Menengah √ Hasil uji korelasi pretest-
posttest 1 positif dan signifikan
6. Mortalitas Menengah √ - Penelitian dilakukan dalam
waktu yang singkat (2
minggu).
- Skor dari 1 atau 2 siswa
yang tidak hadir saat pretest
ataupun posttest diisi
dengan skor rerata
keseluruhan siswa sehingga
nilainya netral.
7. Pengujian Rendah √ Kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen sama-
sama diberi pretest.
8. Instrumental Rendah-
menengah-
tinggi
√ Digunakan instrumen yang
sama untuk pretest dan posttest.
9. Lokasi Menengah-
tinggi
√ Lingkungan dan kondisi ruang
kelas kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen kurang
lebih sama.
10. Karakteristik
subjek
Menengah-
tinggi
× Hasil pretest pada kemampuan
mengevaluasi dan mencipta
berbeda.
11. Implementasi Tinggi √ Pembelajaran
diimplementasikan oleh guru
yang sama untuk kelompok
kontrol dan kelompok
eksperimen.
4.2.2 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT terhadap Kemampuan
Mengevaluasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT terhadap kemampuan mengevaluasi siswa kelas V SD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Analisis
terhadap data penelitian bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian I. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan mengevaluasi. Hal tersebut dibuktikan dengan harga p sebesar 0,028
(p < 0,05) artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata lain, ada perbedaan
yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Kesimpulannya adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan mengevaluasi.
Pada uji perbedaan kemampuan awal, siswa pada kelompok kontrol
memiliki kemampuan awal yang tidak sama dengan siswa pada kelompok
eksperimen. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga p yang diperoleh sebesar
0,000 (p > 0,05) yang artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata lain, ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen sehingga kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang
sama.
Setelah dilakukan treatment, model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memberikan pengaruh kecil terhadap kemampuan mengevaluasi, yaitu dengan
harga r = 0,27 atau sama dengan 7,29%. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memberikan pengaruh sebesar 7,29% terhadap kemampuan mengevaluasi,
sedangkan 92,71% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel
yang diteliti. Variabel lain tersebut misalnya intelegensi, motivasi, kesehatan
tubuh, lingkungan kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013:
151). Kedua kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada
kemampuan mengevaluasi, namun persentase peningkatan skor pada kelompok
eksperimen yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih
besar yaitu 65,2% dibandingkan dengan persentase peningkatan skor pada
kelompok kontrol yang menerapankan metode ceramah yaitu 56,8%.
Untuk mengukur kemampuan mengevaluasi digunakan instrumen yang
sama pada pretest dan posttest I yaitu nomor 5a, 5b, dan 5c. Soal nomor 5a
membahas tentang tindakan penghematan air dalam kehidupan sehari-hari. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang
mendapat nilai 1 sebanyak 23 siswa. Pada posttest I kelompok kontrol modus
nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 12 anak. Hasil
pretest kelompok eksperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang
mendapat nilai 2 sebanyak 21 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen modus
nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 15 anak.
Soal nomor 5b membahas mengenai tentang mengkritik dampak negatif
yang terjadi akibat kegiatan manusia. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini
modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 27 anak. Pada
posttest I, modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak
14 anak. Hasil pretest kelompok eskperimen pada soal ini modus nilai berada
pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 19 anak. Pada posttest I kelompok
eksperimen, modus nilai masih sama siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 12
anak.
Soal nomor 5c membahas tentang mengkritik usaha-usaha mencegah
terjadinya banjir. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai berada
pada siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 32 anak. Pada posttest I, modus nilai
tidak terjadi peningkatan siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 16 anak. Hasil
pretest kelompok eksperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang
mendapat nilai 1 sebanyak 19 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen, modus
nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 14 anak.
Perbandingan rerata selisih skor pretest-posttest I terhadap kemampuan
mengevaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada gambar
4.2. Pada gambar tersebut terlihat bahwa selisih skor pretest-posttest I pada
kelompok eksperimen lebih besar daripada selisih skor pretest-posttest I pada
kelompok kontrol. Pada uji besar efek peningkatan skor pretest-posttest I
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki efek menengah yaitu 37%
sedangkan kelompok kontrol memiliki efek kecil yaitu 26%.
Pada uji korelasi skor kelompok kontrol memiliki korelasi yang positif dan
signifikan terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan
harga p yang diperoleh sebesar 0,000 pada kelompok kontrol yang artinya Hnull
ditolak dan Hi diterima. Sedangkan kelompok eksperimen memiliki korelasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
positif dan tidak signifikan terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan harga p yang diperoleh 0,07 (p < 0,05) yang artinya Hnull
diterima dan Hi ditolak. Dengan kata lain, ada korelasi yang tidak signifikan
antara skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen. Positif memiliki arti
bahwa siswa yang mendapat skor tinggi pada pretest akan mendapat skor tinggi
pula pada posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi dan sebaliknya.
Signifikan memiliki arti bahwa hasil temuan dapat digeneralisasikan untuk
populasi.
Setelah kurang lebih 1 minggu dari posttest I, kedua kelompok
mengerjakan posttest II dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang
diberikan memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Hasil uji retensi
pengaruh perlakuan menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat
penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Hal tersebut terlihat
dari harga p yang diperoleh sebesar 0,000 (p < 0,05) yang artinya Hnull ditolak dan
Hi diterima. Begitu juga pada kelompok eksperimen terdapat penurunan yang
signifikan dari dari posttest I ke posttest II. Hal tersebut terlihat dari harga p yang
diperoleh sebesar 0,008 (p > 0,05) yang artinya Hnull ditolak dan Hi diterima.
Selanjutnya, dilakukan analisis skor pretest dan posttet II untuk mengetahui
apakah capaian skor pada posttest II berbeda atau tidak berbeda dengan kondisi
awal pada pretest. Hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II pada kelompok
kontrol terhadap kemampuan mengevaluasi menunjukkan harga p sebesar 0,042
(p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest dan posttest II. Sedangkan pada kelompok
eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan
Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan
posttest II. Hal ini berarti bahwa pada kelompok eksperimen dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelompok kontrol dengan model ceramah
sama-sama efektif untuk meningkatkan kemampuan mengevaluasi.
4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT terhadap
kemampuan Mencipta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT terhadap kemampuan mencipta siswa kelas V SD Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018 Analisis terhadap
data penelitian bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian II. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan mencipta dengan p= 0,005 (p < 0.05) maka Hnull ditolak dan Hi
diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest ke
posttest I terhadap kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil signifikansi pengaruh
perlakuan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mencipta.
Pada uji perbedaan kemampuan awal, siswa pada kelompok kontrol
memiliki kemampuan awal yang sama dengan siswa pada kelompok eksperimen.
Hal tersebut ditunjukkan dengan harga p yang diperoleh sebesar p = 0,097 (p >
0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji rerata pretest yaitu kedua kelompok
memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan mencipta.
Setelah dilakukan treatment, model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memberikan pengaruh menengah terhadap kemampuan mencipta, yaitu dengan
harga r = 0,34 atau sama dengan 11%. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memberikan pengaruh sebesar 11% terhadap kemampuan mencipta, sedangkan
89% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti.
Variabel lain tersebut misalnya intelegensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan
kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Kedua
kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada kemampuan
mencipta, namun persentase peningkatan skor pada kelompok eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih besar yaitu 67,7%
dibandingkan dengan persentase peningkatan skor pada kelompok kontrol yang
menerapankan metode ceramah yaitu 47,8%.
Untuk mengukur kemampuan mencipta digunakan instrumen yang sama
pada pretest dan posttest I yaitu nomor 6a, 6b, dan 6c. Soal nomor 6a membahas
tentang rumusan masalah dan hipotesis pencemaran air. Hasil pretest kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kontrol pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 1
sebanyak 24 siswa. Pada posttest I kelompok kontrol modus nilai meningkat
menjadi siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 19 anak. Hasil pretest kelompok
eksperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 1
sebanyak 18 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen modus nilai meningkat
menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 9 anak.
Soal nomor 6b membahas mengenai tentang perencanaan membuat alat
penyaring air sederhana. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai
berada pada siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 21 anak. Pada posttest I,
modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 21 anak.
Hasil pretest kelompok eskperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa
yang mendapat nilai 1 sebanyak 19 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen,
modus nilai masih sama siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 12 anak.
Soal nomor 6c membahas tentang membuat produk alat penyaring air
sederhana. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai berada pada
siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 23 anak. Pada posttest I, modus nilai
meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 14 anak. Hasil pretest
kelompok eksperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat
nilai 1 sebanyak 22 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen, modus nilai
meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 16 anak.
Perbandingan rerata selisih skor pretest-posttest I terhadap kemampuan
mencipta pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.20.
Pada gambar tersebut terlihat bahwa selisih skor pretest-posttest I pada kelompok
eksperimen lebih besar daripada selisih skor pretest-posttest I pada kelompok
kontrol. Pada uji besar efek peningkatan skor pretest-posttest I menunjukkan
bahwa besar efek peningkatan pada kelompok eksperimen yaitu 34% lebih besar
daripada kelompok kontrol yaitu 30%. Kedua kelompok sama-sama memiliki efek
menengah.
Pada uji korelasi skor kelompok kontrol memiliki korelasi yang negatif dan
tidak signifikan terhadap kemampuan mencipta. Hal tersebut ditunjukkan Harga p
pada kelompok kontrol sebesar 0,66 (p > 0,05), artinya Hnull ditolak dan Hi
diterima. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ada korelasi atau hubungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
signifikan antara hasil rerata pretest dan posttest I pada kemampuan mencipta
kelompok kontrol. Hasil Pearson Correlation pada kelompok kontrol sebesar -
0,07, berarti korelasi antara rerata pretest dan posttest I menunjukkan hasil yang
negatif. Sedangkan kelompok eksperimen menunjukkan nilai p sebesar 0,30 (p >
0,05). Data tersebut menunjukkan bahwa Hnull ditolak dan Hi diterima yang berarti
bahwa ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan
posttest I pada kemampuan mencipta kelompok eksperimen. Hasil Pearson
Correlation pada kelompok eksperimen sebesar 0,18, berarti korelasi antara rerata
pretest dan posttest I menunjukkan hasil yang positif. Hasil Pearson Correlation
menunjukkan nilai positif artinya jika rerata skor siswa di pretest tinggi maka
hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi, begitu juga sebaliknya jika rerata siswa
di skor pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah pada
kelompok eksperimen. Signifikan memiliki arti bahwa hasil temuan dapat
digeneralisasikan untuk populasi.
Setelah kurang lebih 1 minggu dari posttest I, kedua kelompok
mengerjakan posttest II dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang
diberikan memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Hasil uji retensi
pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan mencipta menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Hnull
ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor
posttest I dan posttest II. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan
skor yang signifikan dari skor posttest I dan posttest II kelompok kontrol terhadap
kemampuan mencipta. Sedangkan pada kelompok eksperimen menunjukkan
harga p sebesar 0,016 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada
perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I dan
posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan mencipta. Selanjutnya,
dilakukan analisis skor pretest dan posttet II untuk mengetahui apakah capaian
skor pada posttest II berbeda atau tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest.
Hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan mencipta menunjukkan harga p sebesar 0,012 (p < 0,05), maka Hnull
ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pretest dan posttest II. Sedangkan pada kelompok eksperimen menunjukkan harga
p sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Hal ini berarti
bahwa pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dan kelompok kontrol dengan model ceramah sama-sama efektif untuk
meningkatkan kemampuan mencipta.
4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kemampuan mengevaluasi dan
mencipta siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran 2017/2018. Jenis penelitian yang digunakan dengan model quasi
eksperimental tipe pretest-posttest non-equvalent control group design ini
dilakukan dengan menerapkan metode tradisional (ceramah) pada kelompok
kontrol dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelompok eksperimen.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok kontrol berbeda dengan
kelompok eksperimen. Kelas kelompok kontrol mengikuti pembelajaran dengan
mendengarkan penjelasan materi dari guru dan mencatat apa yang guru tulis di
papan tulis. Kelas kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif
dan bersemangat melalui kegiatan turnamen dengan didampingi guru.
Penelitian ini menunjukkan Teams Games Tournament (TGT) bisa menjadi
salah satu solusi untuk menjawab keprihatinan terhadap rendahnya kemampuan
IPA di Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh PISA tahun 2012 dan 2015.
Hasil PISA tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara
dengan hasil skor literasi IPA sebesar 382 (OECD, 2013: 5). Pada hasil PISA
tahun 2015, Indonesia berada pada pada peringkat 62 dari 70 negara dengan hasil
skor literasi IPA 403 (OECD, 2016: 5). Data tersebut menunjukkan adanya
peningkatan hasil skor literasi IPA dari 382 menjadi 403, namun Indonesia masih
berada di 10 besar terbawah dari 70 negara peserta PISA tahun 2015. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT
berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Pada penelitian-
penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
tipe Teams Games Tournament (TGT) berpengaruh terhadap motivasi belajar
siswa mata pelajaran fisika (Nadrah, dkk, 2017). Selain itu model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan media modul untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi koloid (Rosiana, Sugiharto, &
Nugroho, 2013). Selain itu Purnamasari (2014) model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournaments (TGT) terhadap kemandirian belajar dan
peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematika peserta didik SMPN
1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT berpengaruh dengan efek kecil terhadap kemampuan
mengevaluasi dan berpengaruh dengan efek menengah terhadap kemampuan
mencipta. Dalam implementasinya pembelajaran kooperatif tipe TGT
memberikan pembelajaran secara konkret kepada siswa. Penelitian ini sejalan
dengan teori Piaget dan Vygotsky. Perkembangan kognitif anak SD pada usia 7-
11 tahun masuk tahap operasional konkret. Tahap operasional konkrit ditandai
dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa yang dilihat nyata (Suparno, 2001:
24). Selain itu, hal ini juga perlu diperhatikan bahwa adanya perkembangan dan
pembelajaran yang maksimal pada zona perkembangan proksimal pada teori
Vygotsky. Zona perkembangan proksimal memaparkan bahwa anak berada dalam
proses perkembangan sehingga membutuhkan bantuan dari guru dan teman
sebaya yang banyak tahu. Peranan sosial dalam belajar anak merupakan hal yang
bernilai bagi anak untuk mendapatkan penguatan materi (Salkind, 2009: 381).
Pembelajaran kooperatif tipe TGT melibatkan siswa untuk belajar bersama dalam
kelompok kecil.
Anderson dan Krathwohl (2015: 43-45) mengemukakan adanya kategori-
kategori pada proses kognitif yang paling banyak dijumpai dalam tujuan-tujuan di
bidang pendidikan yaitu, mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Penelitian ini dikhususkan untuk meneliti pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD Kanisius
Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Tournament (TGT) memberikan efek kecil terhadap kemampuan mengevaluasi
dengan harga r = 0,27 atau setara dengan 7,29% dan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) memberikan efek menengah r =
0,34 atau setara dengan 11%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
Kesimpulan berisi hasil penelitian dan serta menjawab hipotesis penelitian.
keterbatasan penelitian berisi kekurangan yang ada selama penelitian
dilaksanakan. Saran berisi masukkan dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TGT terhadap Kemampuan
Mengevaluasi
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi pada siswa kelas V SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil
analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Rerata selisih
skor yang dicapai pada kelompok eskperimen (M = 1,05, SE = 0,10) lebih tinggi
daripada rerata selisih skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,71, SE =
011). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (65) = -2,25), p = 0,028 (p <
0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan
antara rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Besar pengaruh penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap
kemampuan mengevaluasi adalah r = 0,27 atau 7,29% yang setara dengan efek
kecil.
5.1.2 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TGT terhadap Kemampuan
Mencipta
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) berpengaruh terhadap kemampuan mencipta pada siswa kelas V SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil
analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Rerata selisih
skor yang dicapai pada kelompok eskperimen (M = 1,06, SE = 0,10) lebih tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
daripada rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,67, SE = 0,08).
Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (65) = -2,92), p = 0,005 (p < 0,05)
maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara
rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mencipta pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Besar pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap
kemampuan mengevaluasi adalah r = 0,34 atau 11% yang setara dengan efek
menengah.
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 Kurangnya koordinasi dengan guru mitra mengenai langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe TGT secara detail sehingga dalam pelaksanaan
pembelajaran siswa terlihat bingung.
5.2.2 Suasana kelas sangat ramai karena model pembelajaran kooperatif tipe TGT
ini menggunakan turnamen yang melibatkan siswa untuk aktif berturnamen
sehingga kemungkinan akan mengganggu kelas lain saat melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
5.2.3 Hasil penelitian terbatas pada siswa kelas V di SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018 sehingga tidak bisa
digeneralisasikan ke semua sekolah.
5.2.4 Ancaman terhadap perilaku kompensatoris tidak terkendali dengan baik
karena kelompok kontrol tidak mendapat treatment yang sama dengan
kelompok eksperimen sesudah penelitian selesai.
5.3 Saran
5.3.1 Peneliti selanjutnya perlu melakukan koordinasi yang jelas dengan guru
mitra mengenai langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak
mengalami kebingungan dengan cara melakukan sosialisasi kepada guru
mitra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
5.3.2 Peneliti selanjutnya bisa menggunakan ruang belajar yang tidak berdekatan
dengan kelas lain untuk menghindari kegaduhan saat melaksanakan
turnamen.
5.3.3 Penelitian ini perlu diujicobakan ke sekolah lain dengan penelitian yang
serupa dengan SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran 2017/2018.
5.3.4 Peneliti selanjutnya perlu diberikan treatment yang sama pada kelompok
kontrol sesudah penelitian selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. (2008). Guru menguasai metode dan terampil mengajar. Bandung:
Alfabeta.
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2015). Kerangka landasan untuk
pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pembelajaran edisi 2. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Best, J. W., & Kahn, J. V. (2006). Research in education (tenth edition). Boston:
Pearson Education Inc.
Campbell, DT., & Stanley, JC. (2002). Experiment and quasi-experimental design
for research chicago: Rand McNally Publishing Company.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research methods in education
sixth edition. Canada: Routledge.
Crain, W. (2014). Teori perkembangan konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Cresswell, J. (2015). Riset pendidikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
riset kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS, third edition. London: Sage.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate
research in education (8th ed.). New York: McGraw Hill.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.
Semarang: UNDIP.
Hariyanto & Suyono. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Harsanto. (2005). Melatih anak berpikir analisis, kritis, dan kreatif. Jakarta:
Gramedia.
Herawati, S. (2000). Pendidikan MIPA tingkat dasar dan menengah era
globalisasi di filipina. Prosiding, Seminar Nasional. Yogyakarta: FMIPA
UNY.
Hermana D. (2009). Ayo belajar ilmu pengetahuan alam IPA kelas 5 SD.
Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Indrawan, R., & Yaniawati, P. (2014). Metodologi penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan campuran untuk manajemen pembangunan dan pendidikan.
Bandung: Refika Aditama.
Jaice, B., Well, M., Calhoun, E. (2000). Model of teaching. London: Allyn and
Bacon.
Johnson, B. & Christense, L. (2008). Educational research 4th Ed.: quantitative,
qualitative, and mix-methods approaches. California: SAGE publication.
Kasmadi., & Sunariah, N.S. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Krathwohl, D. R. (2004). Methods of educational and social science research, an
integrated approach, second edition. Illinois: Waveland Press.
Kuswana, WS. (2012). Taksonomi Bloom. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lord T & Baviskar S. (2007). Moving students from information recitation to
information understanding: exploiting Bloom’s taxonomy in creating
science questions. Journal of College Science Teaching. Diakses pada
tanggal 23 Mei 2017, dari http://jcst073_40.pdf
Nadrah, Tolla I, Ali MS & Muris. (2016). The Effect of cooperative learning
model of Teams Games Tournaments (TGT) and students’ motivation toward
physics learning outcome. The Journal Education. Received June 20, 2016.
From http://dx.doi.org/10.5539/ies.v10n2p123
Neuman, W. L. (2013). Metodologi penelitian sosial: pendekatan kualitatif dan
kuantitatif (Ed. 7). Jakarta: PT Indeks.
Ngalimun. (2012). Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Nurgiyantoro, B. (2011). Penilaian pembelajaran bahasa berbasis kompetensi.
Yogyakarta: BPFE.
Normaya & Karim. (2015). Kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan model jucama di sekolah mengenah
pertama. Jurnal Pendidikan. Diakses pada tanggal 25 Mei 2017, dari
http://ppjp.unlam.ac.id
OECD. (2013). PISA 2012 result: What students know and can do: Students
performance in reading, mathematics, and science. Diakses pada tanggal 15
April 2017, dari www.oecd.ord/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-
overview.pdf
OECD. (2016). PISA 2015 Result in focus. Diakses pada tanggal 15 April 2017
dari www.oecd.ord/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik
dengan SPSS dan prediksi prediksi pertanyaan pendadaran skripsi dan
tesis. Yogyakarta: Gava media.
Purnamasari, Y. (2014). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournaments (TGT) terhadap kemandirian belajar dan peningkatan
kemampuan penalaran dan koneksi matematika peserta didik SMPN 1 Kota
Tasikmalaya. Jurnal pendidikan dan keguruan. Vol.1 no.1 diakses tanggal 20
Mei 2017 dari http://www.pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JPK/article/view/3
Rosiana W, Sugiharto, & Nugroho. (2013) Penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dengan media modul
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi kolor di SMA N 1
Kartasura tahun ajaran 2011/ 2012. Jurnal Pendidikan. Diunduh 31 Maret
2017 dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=107576&val=406
Rusman. (2011). Metode pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta: Raja Wali Pers.
Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia. Bandung: Nusa Media.
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian pendidikan, jenis, metode, dan prosedur. Jakarta:
Kencana Predana Media Group.
Sarwono. (2010). Belajar statistik menjadi mudah dan cepat. Yogyakarta: Andi
Offset.
Slameto, (2010). Belajar & faktor faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative learning: Teori, riset, dan praktik. Bandung:
Nusa Media.
Solihatin, Etin. (2007). Cooperative learning (analisis model pembelajaran IPS).
Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyanto. (2010). Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitaif,
kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Sumar, WT., & Razak A. (2012). Strategi pembelajaran dalam implementasi
kurikulum berbasis soft skill. Diundur pada tanggal 4 April 2017 dari
http://books.google.co.id/books?id=7B6vDQAAQBAJ&pg=PA260&l
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Sunaryo. (2014). Model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan bepikir kritis dan kreatif matematik siswa SMA di kota
Tasikmalaya. Jurnal pendidikan dan keguruan. Vol.1 no.2. Diakses tanggal
23 Mei 2017, dari
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=2
64118
Suparno. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius.
Susilo A, Siswandari & Bandi. (2014). Pengembangan modul berbasis
pembelajaran saintifik untuk peningkatan kemampuan mencipta siswa
dalam proses peningkatan akuntansi siswa kelas XII SMA N 1 Slogohimo.
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Vol 26, No.1, Juni 2016, ISSN: 1412-3835.
Diakses pada tanggal 27 November 2017 dari
http://journals.ums.ac.id.jpis.articel
Taniredja & Tukira. (2012). Model-model pembelajaran inovatif. Bandung:
Alfabeta.
Tim Penyusun. (2004). Memahami ilmu pengetahuan alam. Jakarta: Redaksi
kawan pustaka. Diunduh tanggal (...)dari
https://books.google.co.id/books?id=YfNFt_58tooC&pg=PT79&dq=proses+
daur+air&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiv0OexlZfTAhXFKo8KHX2hCMY
Q6AEIIzAC#v=onepage&q=proses%20daur%20air&f=false
Trianto. (2011). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta:
Kencana.
Triwiyanto, T. (2014). Pengantar pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Utari R. (2011). Taksonomi Bloom (Apa dan bagaimana menggunakannya?).
Pusdiklat: KNPK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 1.2 Surat Keterangan Melaksanakan Uji Validitas Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Lampiran 3.1 Soal Uraian
SOAL URAIAN
Bacalah soal-soal di bawah ini dan jawablah dengan tepat!
1. a. Pada siklus air terdapat beberapa proses. Uraikan 3 proses siklus air
secara urut!
b. Bagaimana definisi siklus air?
c. Perhatikan gambar bagan siklus air di bawah ini! Isilah dengan istilah-
istilah yang tepat untuk proses siklus air di setiap nomor pada bagan di
bawah ini!
2. a. Jelaskan proses terjadinya hujan secara urut dalam tiga kalimat!
b. Kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air diantaranya adalah
penebangan pohon di hutan-hutan. Banyaknya lahan yang gundul
menyebabkan ketidakseimbangan debit air. Jelaskan 3 akibat hujan lebat
pada lahan yang gundul!
c. Sebutkan dan jelaskan 4 contoh pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-
hari!
3. Bacalah peristiwa berikut dengan seksama!
1. ...........................
PROSES PENGEMBUNAN
2. ...........................................
PROSES JATUHNYA TITIK-
TITIK AIR
4. ...........................................
PROSES PENGUAPAN AIR
3. .....................................................
PROSES PENYARINGAN AIR
DALAM TANAH
PT Garuda adalah perusahaan yang bergerak pada bidang industri kayu.
PT Garuda selalu menebang pohon di hutan untuk mencari bahan baku
untuk memproduksi peralatan rumah tangga seperti lemari, kursi, dan
meja. Hutan yang selalu ditebangi PT Garuda kini menjadi sangat tandus.
Saat hujan lebat turun, daerah tersebut dilanda banjir dan tanahnya
longsor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Setelah membaca peristiwa di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini!
a. Sebut dan jelaskan 4 kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah hutan
gundul!
b. Sebut dan jelaskan 4 upaya yang dapat dilakukan untuk menyuburkan
tanah!
c. Sebut dan jelaskan 2 peristiwa yang akan terjadi akibat banyaknya
penebangan pohon!
4. a. Amatilah kedua gambar berikut!
Bandingkan dan jelaskan 2 perbedaan pengaruh kegiatan manusia dalam
proses siklus air berdasarkan dua gambar di atas!
b. Deskripsikan 3 peran hutan dalam proses siklus air!
c. Di daerah Riau terjadi pembakaran hutan secara besar-besaran. Kegiatan
pembakaran lahan tersebut bertujuan untuk mengubah lahan perhutanan
menjadi tempat pembangunan hotel, perumahan, mall, dll. Para pengusaha
melakukan orasi (mengeluarkan pendapat) bahwa hutan tidak bermanfaat
untuk kesejahteraan manusia. Bagaimana pendapatmu? Jelaskan dalam 4
kalimat!
5. a. Berikan 4 contoh tindakan penghematan air dalam kehidupan sehari-hari!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
b. Perhatikan gambar di bawah ini! Bagaimana tanggapanmu terhadap
perbuatan anak tersebut? Jelaskan dalam 4 kalimat!
c. Doni sering membuang sampah di sungai, sehingga semakin lama sampah
menumpuk. Doni dan teman-temannya sering mandi di sungai tersebut.
Badan mereka menjadi sehat dan kuat. Bagaimana pendapatmu tentang
perbuatan Doni?
6. a. Pembuangan limbah rumah tangga, pembuangan limbah produksi pabrik,
kebocoran minyak dari kapal tanker, serta pembuangan sampah secara
sembarangan di sungai dapat menyebabkan air tercemar. Dari pernyataan
tersebut buatlah minimal 2 rumusan masalah (pertanyaan) menggunakan
kata tanya “apakah” dan 2 hipotesisnya (jawaban sementara terhadap
rumusan masalah)?
Contoh:
Rumusan masalah:
Apakah pembuangan limbah rumah tangga yang sembarangan dapat
mencemari lingkungan?
Hipotesis:
Pembuangan limbah rumah tangga yang sembarangan dapat mencemari
lingkungan.
b. Jelaskan 4 bahan untuk membuat alat penyaring air sederhana!
c. Gambarlah alat penyaring air sederhana menggunakan 4 bahan yang
dibutuhkan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban
KUNCI JAWABAN
1 a. Proses siklus air secara urut :
1) Air yang terkena panas matahari akan menguap membentuk uap air.
Peristiwa penguapan ini disebut evaporasi.
2) Uap air naik ke udara membentuk awan.
3) Semakin ke atas, udara semakin dingin sehingga terjadi kondensasi
dan terbentuklah embun.
4) Embun berubah menjadi titik-titik air.
5) Titik-titik air jenuh akan jatuh ke bumi. Peristiwa inilah yang disebut
hujan. Sebagian air hujan meresap ke dalam tanah. Sebagian lagi
akan mengalir di permukaan tanah.
b. Siklus air adalah perubahan yang terjadi pada air dari bumi ke atmosfer
secara berulang dalam suatu pola tertentu.
c. Istilah-istilah yang tepat untuk proses siklus air di setiap nomor pada
bagan daur air:
1. Kondensasi
2. Presipitasi
3. Infiltrasi
4. Evaporasi
2 a. Proses terjadinya hujan dalam 3 kalimat:
1) Air laut terkena panas matahari menguap menjadi awan. Awan ditiup
oleh angin, sehingga berkumpul di atmosfer. Makin naik ke atas,
suhu awan makin dingin. Awan yang suhunya dingin berkondensasi
menjadi titik-titik air.
2) Titik-titik air terbawa oleh angin dan jatuh menjadi hujan
3) Air hujan yang jatuh di darat masuk ke sungai. Air sungai mengalir
ke laut. Sebagian air hujan akan menjadi air tanah. Air tanah kelaut
sebagai sumber air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
b Akibat hujan lebat pada lahan yang gundul:
1) Pengikisan tanah.
Panas matahari yang terik menyebabkan tanah menjadi kering dan
retak. Ketika hujan turun, air hujan akan langsung jatuh ke tanah
akibatnya tanah akan terkikis.
2) Banjir.
Air yang mengalir saat hujan lebat tanpa terhalang oleh pohon di
hutan dapat menyebabkan banjir.
3) Mengurangi cadangan air dalam tanah.
Tidak adanya pepohonan menyebabkan air hujan tidak terserap oleh
tanah. Cadangan air tanah akan berkurang. Akibatnya, mata air
menjadi kering. Sungai dan danau juga menjadi lebih cepat kering.
4) Tanah longsor.
Letak geografis tanah yang miring apabila hujan lebat dapat
mengakibatkan terjadinya kelongsoran pada tanah karena air
langsung jatuh ke tanah tanpa diserap dengan bantuan pepohonan.
c Contoh pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari:
1. Air untuk keperluan sehari-hari seperti minum, memasak, mandi,
serta mencuci.
2. Air untuk kegiatan pertanian dan perikanan
3. Air sebagai pembangkit listrik tenaga air
4. Air untuk sarana transportasi
5. Air untuk saran olah raga air dan rekreasi
3 a. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah hutan gundul:
- 1. Penebangan pohon dengan sistem tebang pilih.
- 2. Menanam pohon kembali (reboisasi).
- 3. Menggunakan sistem tebang tanam.
- 4. Membajak lahan
5. Peremajaan tanah
b. Upaya yang dapat dilakukan untuk menyuburkan tanah:
Jawab:
1. Membajak/mencangkul lahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
2. Memberi kompos
3. Memberi pupuk kandang
4. Memberi kascing (materi/pupuk organik)
5. Pergantian tanaman secara periodic
c Peristiwa yang akan terjadi akibat banyaknya penebangan pohon:
1) Peristiwa banjir
Karena saat terjadi hujan lebat , air hujan yang turun kepermukaan
tanah tidak dapat diserap oleh akar pohon sehingga air yang turun
akan langsung mengalir ke tempat yang lebih rendah. Keadaan
tersebut jika berlangsung dalam waktu yang lama maka air di
permukaan tanah akan semakin banyak dan dapat terjadi banjir.
2) Peristiwa tanah lonsor
Karena saat terjadi hujan yang lebat air akan mengalir dengan deras
di atas permukaan tanah tanpa dihalangi oleh pepohonan. Lama
kelamaan tanah akan terkikis atau terbawa oleh arus air hujan yang
terus mengalir di atas permukaan tanah.
4 a. Perbedaan pengaruh kegiatan manusia dalam proses siklus air
berdasarkan dua gambar:
Pengaruh penanaman pohon
(mendukung proses siklus air)
Pengaruh pembuatan
aspal/konblok (menghambat
proses siklus air)
Membantu proses penyerapan air Menghambat proses penyerapan
air
Menambah cadangan air dalam
tanah
Mengurangi cadangan air dalam
tanah
Mendukung proses siklus air Menghambat proses siklus air
Menjaga kualitas air tanah Mengurangi kualitas air tanah
b. Peran hutan dalam proses siklus air:
1. Meresapkan air dalam tanah
2. Menambah cadangan air dalam tanah
3. Mencegah terjadinya pengikisan tanah saat hujan lebat turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
c. Pendapat:
1. Pembakaran hutan dapat mengurangi suplai oksigen.
2. Pembakaran hutan mengancam keanekaragaman hayati.
3. Pembakaran hutan mengancam kelestarian satwa.
4. Pembakaran hutan mencemari lingkungan.
5. Pembakaran hutan memperparah pemanasan global.
5 a. Tindakan penghematan air dalam kehidupan sehari-hari:
1) Gunakan air seperlunya, jangan berlebihan
2) Mematikan kran air setelah selesai digunakan
3) Menggunakan air bekas cucian sayuran untuk keperluan lain
misalnya menyiram tanaman
4) Mandi dan mencuci pakaian dengan air secukupnya
5) Tidak mencuci kendaraan setiap hari
b. Tanggapanmu terhadap perbuatan anak tersebut:
1) membuang sampah di sungai mengakibatkan banjir
2) aliran air menjadi tidak lancar
3) terjadi pencemaran air
4) lingkungan menjadi kotor
5) menimbulkan bau yang tidak sedap
6) sebagai tempat berkembangbiaknya sumber penyakit
c. Pendapat tentang perbuatan Doni:
Membuang sampah di sungai dapat berdampak buruk bagi lingkungan.
Sampah yang menumpuk dapat menjadi sarang sumber penyakit karena
air tercemar, sehingga air tidak layak dikonsumsi dan tidak layak untuk
digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan demikian air sungai
tersebut dapat membahayakan kesehatan anak-anak.
6 a. Rumusan masalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
1. Apakah pembuangan limbah produksi pabrik yang sembarangan
dapat mencemari lingkungan?
2. Apakah kebocoran minyak dari kapal tanker dapat mencemari
lingkungan?
3. Apakah pembuangan sampah secara sembarangan di sungai dapat
mencemari lingkungan?
Hipotesis:
1. Pembuangan limbah produksi pabrik yang sembarangan dapat
mencemari lingkungan.
2. Kebocoran minyak dari kapal tanker dapat mencemari lingkungan.
3. Pembuangan sampah di sungai secara sembarangan dapat mencemari
lingkungan.
b. Bahan untuk membuat alat penyaring air sederhana:
1) Botol air mineral
2) Bak penampung
3) Spons
4) Ijuk
5) Arang
6) Sabut kelapa
7) Kerikil
8) Air
c. Gambar alat penyaring air sederhana:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian
No Variabel Elemen Indikator No
soal Kriteria Skor
1 Mengingat Mengenali Mengenali proses
siklus air
1a
Jika mampu
menyebutkan 3
proses siklus air
beserta penjelasan
dengan tepat
4
Jika mampu
menyebutkan 2
proses siklus air
beserta penjelasan
dengan tepat
3
Jika mampu
menyebutkan 1
proses siklus air
beserta penjelasan
dengan tepat
2
Jika mampu
menyebutkan kurang
dari 3 proses siklus
air tanpa disertai
penjelasan
1
Mengingat
kembali
Mengingat kembali
pengertian proses
siklus air
1b
Jika mampu
menyebutkan 3
sampai 4 konsep
pengertian siklus air
dengan tepat
4
Jika mampu
menyebutkan 2
konsep pengertian
siklus air dengan
tepat
3
Jika mampu
menyebutkan 1
konsep pengertian
siklus air dengan
tepat
2
Jika tidak mampu
menyebutkan konsep
pengertian siklus air
sama sekali
1
Mengingat
kembali
Mengingat kembali
bagan proses siklus
air
1c
Jika mampu
melengkapi 4 bagan
daur air dengan tepat
4
Jika mampu
melengkapi 3 bagan
daur air dengan tepat
3
Jika mampu
melengkapi 2 bagan
daur air dengan tepat
2
Jika mampu
melengkapi 1 bagan
daur air dengan tepat
atau tidak menjawab
sama sekali
1
2 Memahami Menjelaskan Menjelaskan 2a Jika mampu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
No Variabel Elemen Indikator No
soal Kriteria Skor
terjadinya proses
hujan
menjelaskan 3 proses
terjadinya hujan
dengan tepat
Jika mampu
menjelaskan 2 proses
terjadinya hujan
dengan tepat
3
Jika mampu
menjelaskan 1 proses
terjadinya hujan
dengan tepat
2
Jika tidak menjawab
sama sekali 1
Memprediks
i
Memprediksi dampak
kegiatan manusia
yang mempengaruhi
siklus air
2b
Jika mampu
memprediksi 3 akibat
hujan lebat pada
lahan yang gundul
beserta penjelasan
dengan tepat
4
Jika mampu
memprediksi 2 akibat
hujan lebat pada
lahan yang gundul
beserta penjelasan
dengan tepat
3
Jika mampu
memprediksi 1 akibat
hujan lebat pada
lahan yang gundul
beserta penjelasan
dengan tepat
2
Jika mampu
memprediksi kurang
dari 3 akibat hujan
lebat pada lahan yang
gundul dengan tepat
tanpa disertai
penjelasan
1
Memberi
contoh
Memberi contoh
pemanfaatan air
dalam kehidupan
sehari-hari
2c
Jika mampu
memberikan 4 contoh
pemanfaatan air
dalam kehidupan
sehari-hari dengan
tepat
4
Jika mampu
memberikan 3 contoh
pemanfaatan air
dalam kehidupan
sehari-hari dengan
tepat
3
Jika mampu
memberikan 2 contoh
pemanfaatan air
dalam kehidupan
sehari-hari dengan
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
No Variabel Elemen Indikator No
soal Kriteria Skor
tepat
Jika mampu
memberikan 1 contoh
pemanfaatan air
dalam kehidupan
sehari-hari dengan
tepat atau tidak
menjawab sama
sekali
1
3 Mengaplikas
ikan
Melaksanaka
n
Menyusun 4
rancangan kegiatan
pelestarian hutan.
3a
Jika mampu
menyebutkan 4
rancangan kegiatan
pelestarian hutan
dengan tepat
4
Jika mampu
menyebutkan 3
rancangan kegiatan
pelestarian hutan
dengan tepat
3
Jika mampu
menyebutkan 2
rancangan kegiatan
pelestarian hutan
dengan tepat
2
Jika mampu
menyebutkan 1
rancangan kegiatan
pelestarian hutan
dengan tepat
1
Melaksanaka
n
Menyusun 4
rancangan upaya
penyuburan tanah
3b
Jika mampu
menyebutkan 4
rancangan upaya
penyuburan tanah
dengan tepat
4
Jika mampu
menyebutkan 3
rancangan upaya
penyuburan tanah
dengan tepat
3
Jika mampu
menyebutkan 2
rancangan upaya
penyuburan tanah
dengan tepat
2
Jika mampu
menyebutkan 1
rancangan upaya
penyuburan tanah
dengan tepat
1
Menggunaka
n
Menggunakan
permasalahan sehari-
hari yang
mempengaruhi
terganggunya siklus
air
3c
Jika mampu
menguraikan 2
permasalahan beserta
2 alasan dengan tepat
4
Jika mampu
menguraikan 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
No Variabel Elemen Indikator No
soal Kriteria Skor
permasalahan beserta
1 alasan dengan tepat
Jika mampu
menguraikan 2
permasalahan namun
tidak memberi alasan
dengan tepat
2
Jika mampu
menguraikan 1
permasalahan namun
tidak memberikan
alasan atau tidak
menjawab sama
sekali
1
4
Menganalisi
s
Membedaka
n
Membedakan
kegiatan manusia
yang mendorong atau
menghambat proses
siklus air.
4a
Jika mampu
menyebutkan
minimal 4 perbedaan
dampak kegiatan
manusia dengan tepat
4
Jika mampu
menyebutkan
minimal 3 perbedaan
dampak kegiatan
manusia dengan tepat
3
Jika mampu
menyebutkan
minimal 2 perbedaan
dampak kegiatan
manusia dengan tepat
2
Jika mampu
menyebutkan
minimal 1 perbedaan
dampak kegiatan
manusia dengan tepat
1
Mendeskrips
ikan peran
Mendeskripsikan
peran hutan dalam
proses siklus air.
4b
Jika mampu
menyebutkan
minimal 4 peran
hutan dengan tepat
4
Jika mampu
menyebutkan
minimal 3 peran
hutan dengan tepat
3
Jika mampu
menyebutkan
minimal 2 peran
hutan dengan tepat
2
Jika mampu
menyebutkan
minimal 1 peran
hutan dengan tepat
1
Mendekonstr
uksikan
Mendekonstruksi 4
alasan dari suatu
peristiwa yang terjadi 4c
Jika mampu
mendekonstruksi 3
sampai 4 alasan dari
suatu peristiwa yang
terjadi dengan tepat
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
No Variabel Elemen Indikator No
soal Kriteria Skor
Jika mampu
mendekonstruksi 2
alasan dari suatu
peristiwa yang terjadi
dengan tepat
3
Jika mampu
mendekonstruksi 1
alasan dari suatu
peristiwa yang terjadi
dengan tepat
2
Jika tidak menjawab
sama sekali 1
5 Mengevalua
si
Memeriksa Memeriksa
kesimpulan tindakan
penghematan air
dalam kehidupan
sehari-hari
5a
Jika mampu
memeriksa 4 manfaat
penghematan air yang
dapat dilakukan
dalam kehidupan
sehari-hari dengan
tepat
4
Jika mampu
memeriksa 3 manfaat
penghematan air yang
dapat dilakukan
dalam kehidupan
sehari-hari dengan
tepat
3
Jika mampu
memeriksa 2 manfaat
penghematan air yang
dapat dilakukan
dalam kehidupan
sehari-hari dengan
tepat
2
Jika mampu
memeriksa 1 manfaat
penghematan air yang
dapat dilakukan
dalam kehidupan
sehari-hari dengan
tepat
1
Mengkritik Mengkritik dampak
negatif yang terjadi
akibat kegiatan
manusia
5b
Jika mampu
menyebutkan 4
dampak negatif yang
terjadi akibat kegiatan
manusia dengan tepat
4
Jika mampu
menyebutkan 3
dampak negatif yang
terjadi akibat kegiatan
manusia dengan tepat
3
Jika mampu
menyebutkan 2
dampak negatif yang
terjadi akibat kegiatan
manusia dengan tepat
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
No Variabel Elemen Indikator No
soal Kriteria Skor
Jika mampu
menyebutkan 1
dampak negatif yang
terjadi akibat kegiatan
manusia dengan tepat
1
Mengkritik Mengkritik dampak
pencemaran air
5c
Jika mampu
mengkritik dampak
pencemaran air
menggunakan 3
konsep dengan tepat
4
Jika mampu
mengkritik dampak
pencemaran air
menggunakan 2
konsep dengan tepat
3
Jika mampu
mengkritik dampak
pencemaran air
menggunakan 1
konsep dengan tepat
2
Jika tidak mampu
mengkritik dampak
pencemaran air
dengan tepat atau
tidak menjawab sama
sekali
1
6 Mencipta Merumuskan Menyusun rumusan
masalah dan hipotesis
6a
Jika mampu
menyusun 2 rumusan
masalah dan 2
hipotesis dengan tepat
4
Jika mampu
menyusun 1 rumusan
masalah dan 1
hipotesis dengan tepat
3
Jika mampu
menyusun 1 rumusan
masalah tanpa
hipotesis dengan tepat
2
Jika tidak mampu
menyusun rumusan
masalah dan hipotesis
1
Merencanak
an
Merencanakan bahan
membuat penyaring
air sederhana
6b
Jika mampu
merencanakan 4
bahan membuat
penyaring air
sederhana dengan
tepat
4
Jika mampu
merencanakan 3
bahan membuat
penyaring air
sederhana dengan
tepat
3
Jika mampu
merencanakan 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
No Variabel Elemen Indikator No
soal Kriteria Skor
bahan membuat
penyaring air
sederhana dengan
tepat
Jika mampu
merencanakan 1
bahan membuat
penyaring air
sederhana dengan
tepat atau tidak
menjawab sama
sekali
1
Memproduk
si
Memproduksi alat
penyaring air
sederhana
6c
Jika mampu
menyusun 4
komponen penyaring
air sederhana dengan
tepat
4
Jika mampu
menyusun 3
komponen penyaring
air sederhana dengan
tepat
3
Jika mampu
menyusun 2
komponen penyaring
air sederhana dengan
tepat
2
Jika mampu
menyusun 1
komponen penyaring
air sederhana dengan
tepat
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement
Variabel Indikator Validator Komentar (Saran
Perbaikan) 1 2 Rerata
Mengingat
Mengenali proses siklus
air 3 3 3
Untuk soal uraian
sebaiknya perintah
sebutkan diganti
uraiakan
Mengingat kembali
pengertian proses siklus
air
2 3 2,5
1. Kalimat
perintah untuk
soal tingkat SD
lebih baik
dibuta
sederhana
2. pengertian
mungkin siswa
diberi leluasa
dalam
menjawab.
Mengingat kembali
bagan siklus air 2 3 2,5
1. Gambar/ bagan
tidak benar
silahkan
dibetulkan
sesuai konsep
2. Kalimat
perintah
diperbaiki
Memahami
Menjelaskan terjadinya
proses hujan 3 4 3,5
Kalimat perintah
dibetulkan
Memprediksi dampak
kegiatan manusia yang
mempengaruhi siklus
air
4 3 3,5
Memberi contoh
pemanfaatan air dalam
kehidupan sehari-hari
3 3 3 Kalimat soal
dibetulkan
Mengaplikasikan
Menyusun 4 rancangan
kegiatan pelestarian
hutan
3 3 3 Kalimat soal
dibetulkan
Menyusun 4 rancangan
upaya penyuburan tanah 3 3 3
Kalimat soal
dibetulkan
Menggunakan
permasalahan sehari-
hari yang
memperngaruhi
terganggunya siklus air
3 3 3 Kalimat soal
dibetulkan
Manganalisis
Membedakan kegiatan
manusia yang
mendorong atau
menghambat proses
siklus air
3 3 3
Gunakan kata
bandingkan untuk 2
gambar
Mendeskripsikan peran
hutan dalam proses
siklus air
4 3 3,5
Mendekonstruksi 4
alasan dari suatu
peristiwa yang terjadi
3 3 3
Kalimat soal
dibetulkan.
Gunakan kata
bagimana dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
jelaskan.
Mengevaluasi
Memeriksa kesimpulan
tindakan penghematan
air dalam kehidupan
sehari-hari
3 4 3,5 Perbaiki kalimat
“gunakan 4 contoh”
Mengkritik dampak
negarif yang terjadi
akibat kegiatan manusia
3 4 3,5 Gunakan kata
bagaimana
Mengkritik dampak
pencemaran air 2 3 2,5
Kalimat soal
silahkan diperbaiki
Mencipta
Menyusun rumusan
masalah dan hipotesis 3 4 3,5
Perbaiki kalimat
soal
Merencanakan bahan
membuat penyaring air
sederhana
3 2 2,5
Materi belum
dijelaskan sudah
diberi pengantar
sebelum uji soal
Memproduksi alat
penyaring air sederhana 2 3 2,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas
3.5.1 Hasil Uji Validitas Setiap Aspek
1. Kemampuan Mengevaluasi
t
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 47
Memeriksa Pearson Correlation ,751**
Sig. (2-tailed) ,000
N 47
Mengkritik Pearson Correlation ,597**
Sig. (2-tailed) ,000
N 47
Mengkritik Pearson Correlation ,675**
Sig. (2-tailed) ,000
N 47
2. Kemampuan Mencipta
t
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 47
Merumuskan Pearson Correlation ,733**
Sig. (2-tailed) ,000
N 47
Merencanakan Pearson Correlation ,882**
Sig. (2-tailed) ,000
N 47
Memproduksi Pearson Correlation ,703
**
Sig. (2-tailed) ,000
N 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 47 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 47 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,816 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
No
Res
p
EvKon
Pre
EvKonP
os1
EvKon
Sel
EvKonP
os2
EvEks
Pre
EvEksP
os1
EvEks
Sel
EvEksP
os2
1 1 1 0 1,47 2,33 3 0,67 3,33
2 1,33 1,33 0 1,33 1 2 1 2,67
3 1 1,97 0,97 1 2 2 0 2
4 1 1,67 0,67 1,47 1 1,67 0,67 2,33
5 1,26 1,97 0,71 1 1 3 2 1
6 1 1 0 1 2,67 3,67 1 1,67
7 1 1 0 1 1,67 2,33 0,67 2,33
8 1,26 2,67 1,41 1 2 3,33 1,33 2,33
9 1 2,33 1,33 1 1 2,33 1,33 2
10 1,33 1,67 0,33 1,47 1,33 2,33 1 2
11 1 1 0 1 1,67 3,67 2 2,52
12 1,33 1,97 0,64 1 1,67 2,67 1 3,33
13 1 2 1 1,47 1,33 3,33 2 3
14 1,26 2 0,74 1 1,67 2,67 1 3
15 1,67 1 -0,67 1 1,67 2,33 0,67 2,33
16 1 1 0 1 1,33 3,06 1,73 1,67
17 1 2,67 1,67 2,67 2 2,33 0,33 2,33
18 1 1,33 0,33 1 1 3,67 2,67 2,52
19 1 1,97 0,97 1,47 1,33 2 0,67 1,67
20 1,67 2,33 0,67 1,33 2 2,67 0,67 2,33
21 1,67 2 0,33 1,47 1,67 3,33 1,67 2,67
22 1,33 2,67 1,33 3 1,33 2,33 1 2,52
23 1,26 3,33 2,07 2,67 1 1,33 0,33 1,33
24 1,33 1,67 0,33 1 2 2,33 0,33 2
25 1 2,67 1,67 1 1,33 3 1,67 1,67
26 1 1 0 1 1,67 3 1,33 2
27 2 3,67 1,67 2 2 3 1 2
28 2 3,67 1,67 2,67 1,33 2,67 1,33 2,33
29 2 3 1 2,33 2 2,67 0,67 3
30 1 2 1 2,33 2 2,33 0,33 3
31 1,67 2,33 0,67 2,33 1,67 2,67 1 2,67
32 1 1 0 1 1,67 2,33 0,67 1,67
33 1,33 2,33 1 1 2 3 1 2,33
34 1 1,67 0,67 1,47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Mencipta Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen No
Resp
CipKon
Pre
CipKonP
os1
CipKon
Sel
CipKonP
os2
CipEks
Pre
CipEksP
os1
CipEks
Sel
CipEksP
os2
1 2 2 0 1,51 1,33 3,33 2 2,33
2 1,67 2,33 0,67 2,33 1,67 2,33 0,67 2,33
3 1,33 2,13 0,8 2,33 1 2,67 1,67 2,33
4 1,33 1,33 0 1,51 2 2,67 0,67 3
5 1,67 2,13 0,46 1,67 1 2 1 2
6 1 2 1 1,33 1,67 3 1,33 3
7 1,67 2,33 0,67 1 1,67 2,67 1 2,33
8 1,1 2,33 1,23 1,33 1,33 3,33 2 3,33
9 1,67 1,67 0 2 1 2 1 2
10 1,33 1,67 0,33 1,51 1,67 2,67 1 2
11 1,33 2 0,67 1,67 1,33 2,67 1,33 3
12 1,33 2 0,67 2 1,67 2,33 0,67 2,33
13 1,67 2,13 0,46 1,51 1,67 2 0,33 2,67
14 1,1 2,33 1,23 1,33 1,33 3 1,67 2
15 1,67 1,67 0 1,67 1,67 2 0,33 2
16 1,33 1,67 0,33 1,33 1,67 3,3 1,63 1,33
17 1,33 3 1,67 2,33 1,67 1,67 0 2
18 1 2 1 1 1,33 2,33 1 2,77
19 1,33 2,13 0,8 1,51 1,33 3 1,67 2,33
20 1,67 2 0,33 1 2 3 1 2
21 1,33 1,33 0 1,51 2,33 3,33 1 2
22 1,33 1,33 0 2,33 1,67 3 1,33 2,33
23 1,1 3 1,9 2,33 2,33 2,33 0 2,77
24 1,33 2,33 1 1,67 1 3 2 2,33
25 2 2,33 0,33 1,67 2 3,33 1,33 3
26 1,33 2,67 1,33 1,33 1 3 2 3
27 2 2,33 0,33 2 1,33 2,33 1 2,33
28 1,67 2,33 0,67 2,33 2 3,33 1,33 1,67
29 1 2,33 1,33 1,33 2,33 2,33 0 2,33
30 1 2,33 1,33 2 1,33 1,67 0,33 2
31 2 2 0 1,33 2 3 1 3
32 1,33 2,33 1 1,67 1,33 2 0,67 2
33 1,33 1,67 0,33 1,67 1,67 3 1,33 3
34 1,33 2,33 1 1,51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data
4.3.1 Kemampuan Mengevaluasi
EvKo
nPre
EvKon
Pos1
EvKo
nSel
EvKon
Pos2
EvEks
Pre
EvEks
Pos1
EvEk
sSel
EvEks
Pos2
N 34 34 34 34 33 33 33 33
Normal
Paramet
ersa,b
Mean 1,2559 1,9674 ,7112 1,4691 1,6164 2,6682 1,052
7
2,2894
Std.
Devia
tion
,32535 ,77613 ,64651 ,62656 ,42659 ,56720 ,5924
1
,55330
Most
Extreme
Differen
ces
Absol
ute
,284 ,130 ,129 ,273 ,156 ,149 ,202 ,135
Positi
ve
,284 ,130 ,129 ,273 ,143 ,149 ,202 ,107
Negat
ive
-,216 -,106 -,106 -,227 -,156 -,124 -,108 -,135
Test Statistic ,284 ,130 ,129 ,273 ,156 ,149 ,202 ,135
Asymp. Sig. (2-
tailed)
,000c ,154
c ,164
c ,000
c ,040
c ,062
c ,060 ,131
c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
4.3.2 Kemampuan Mencipta
CipKo
nPre
CipKo
nPos1
CipKo
nSel
CipKo
nPos2
CipEk
sPre
CipEk
sPos1
CipE
ksSel
CipEk
sPos2
N 34 34 34 34 33 33 33 33
Normal
Parame
tersa,b
Mean 1,4297 2,1026 ,6726 1,6632 1,5858 2,6552 1,069
4
2,3891
Std.
Devia
tion
,30034 ,40288 ,52075 ,40387 ,39139 ,51496 ,5868
5
,46952
Most
Extrem
e
Differe
nces
Absol
ute
,277 ,198 ,127 ,199 ,172 ,203 ,150 ,217
Positi
ve
,277 ,198 ,127 ,199 ,172 ,130 ,123 ,217
Negat
ive
-,164 -,164 -,098 -,127 -,161 -,203 -,150 -,146
Test Statistic ,277 ,198 ,127 ,199 ,172 ,203 ,150 ,217
Asymp. Sig. (2-
tailed)
,000c ,002
c ,180
c ,001
c ,014
c ,001
c ,058
c ,000
c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal
4.4.1 Kemampuan Mengevaluasi
Ranks
Kelompok N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
EvKonEksPre
Mengevaluasi
Kontrol
Pretest 34 25,78 876,50
Mengevaluasi
Eksperimen
Pretest 33 42,47 1401,50
Total 67
Test Statisticsa
EvKonEksPre
Mann-
Whitney
U
281,500
Wilcoxon
W 876,500
Z -3,617
Asymp.
Sig. (2-
tailed) ,000
a. Grouping Variable:
Kelompok
4.4.2 Kemampuan Mencipta
Ranks
Kelompok N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
CipKonEksPre Mencipta
Kontrol
Pretest 34 30,25 1028,50
Mencipta
Eksperimen
Pretest 33 37,86 1249,50
Total 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Test Statisticsa
CipKonEksPre
Mann-
Whitney
U 433,500
Wilcoxon
W 1028,500
Z -1,661
Asymp.
Sig. (2-
tailed) ,097
a. Grouping Variable:
Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Lampiran 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
4.5.1 Kemampuan Mengevaluasi
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
EvKonEksSel Mengevaluasi
Kontrol
Selisih
34 ,7112 ,64651 ,11088
Mengevaluasi
Eksperimen
Selisih
33 1,0527 ,59241 ,10312
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Differ
ence
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
Lowe
r
Uppe
r
EvKonE
ksSel
Equal
varian
ces
assum
ed
,527 ,471 -
2,253 65 ,028
-
,34155 ,15162
-
,6443
6
-
,0387
4
Equal
varian
ces
not
assum
ed
-
2,256
64,79
0 ,027
-
,34155 ,15142
-
,6439
8
-
,0391
2
4.5.2 Kemampuan Mencipta
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
CipKonEksSel Mencipta
Kontrol
Selisih
34 ,6726 ,52075 ,08931
Mencipta
Eksperimen
Selisih
33 1,0694 ,58685 ,10216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Differ
ence
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lowe
r
Uppe
r
CipKonE
ksSel
Equal
varian
ces
assum
ed
,255 ,615 -
2,929 65 ,005
-
,39675 ,13545
-
,6672
5
-
,1262
4
Equal
varian
ces
not
assum
ed
-
2,924
63,58
8 ,005
-
,39675 ,13569
-
,6678
5
-
,1256
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan Effect size kemampuan mengevaluasi
adalah sebagai berikut.
√
√
√
√
Persentase pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe
TGT untuk kemampuan
mengevaluasi :
R2 = r
2
= 0,27 x 100%
= 7,29%
Effect size kemampuan mencipta
adalah sebagai berikut.
√
√
√
√
Persentase pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe
TGT untuk kemampuan mencipta :
R2 = r
2
= 0,34 x 100%
= 11,6%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
4.7.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan
Mengevaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
=
=
=
= 0,568 x 100%
= 56,8%
Persentase
=
=
=
= 0,652 x 100%
= 65,2%
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
=
=
=
= 0,478 x 100%
= 47,8%
Persentase
=
=
=
= 0,677 x 100%
= 67,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
4.7.2 Hasil SPSS Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
4.7.2.1 Kemampuan Mengevaluasi
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean
Rank
Sum
of
Ranks
EvKonPre -
EvKonPos1
Negative
Ranks
25a 13,68 342,00
Positive
Ranks
1b 9,00 9,00
Ties 8c
Total 34
EvEksPre -
EvEksPos1
Negative
Ranks
32d 16,50 528,00
Positive
Ranks
0e 0,00 0,00
Ties 1f
Total 33
a. EvKonPre < EvKonPos1
b. EvKonPre > EvKonPos1
c. EvKonPre = EvKonPos1
d. EvEksPre < EvEksPos1
e. EvEksPre > EvEksPos1
f. EvEksPre = EvEksPos1
Test Statisticsa
EvKonPre -
EvKonPos1
EvEksPre -
EvEksPos1
Z -4,234b -4,954
b
Asymp.
Sig. (2-
tailed)
,000 ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
4.7.2.2 Kemampuan Mencipta
Ranks
N Mean
Rank
Sum of
Ranks
CipKonPos1
-
CipKonPos2
Negative
Ranks
5a 8,00 40,00
Positive
Ranks
24b 16,46 395,00
Ties 5c
Total 34
CipEksPos1
-
CipEksPos2
Negative
Ranks
7d 5,86 41,00
Positive
Ranks
13e 13,00 169,00
Ties 13f
Total 33
a. CipKonPos1 < CipKonPos2
b. CipKonPos1 > CipKonPos2
c. CipKonPos1 = CipKonPos2
d. CipEksPos1 < CipEksPos2
e. CipEksPos1 > CipEksPos2
f. CipEksPos1 = CipEksPos2
Test Statisticsa
CipKonPos1
-
CipKonPos2
CipEksPos1
-
CipEksPos2
Z -3,845b -2,399
b
Asymp.
Sig. (2-
tailed)
,000 ,016
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
4.7.3 Perhitungan Persentase Gain Score
4.7.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mengevaluasi
Kel Kontrol
Gain Score Frekuensi
2,07 1,00
1,67 4,00
1,41 1,00
1,33 2,00
1,00 4,00
0,97 2,00
0,74 1,00
0,71 1,00
0,67 4,00
0,64 1,00
0,33 4,00
0,00 8,00
-0,67 1,00
Kel Eksperimen
Gain score Frekuensi
2,67 1,00
2,00 3,00
1,73 1,00
1,67 2,00
1,33 4,00
1,00 9,00
0,67 8,00
0,33 4,00
0,00 1,00
4.7.3.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ Kemampuan Mengevaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 0,97 sebanyak 14
anak
Persentase
=
=
Frekuensi gain score ≥ 0,97 sebanyak
20 anak
Persentase
=
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
= 0,4 x 100%
= 40%
= 0,66 x 100%
= 60,61%
4.7.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mencipta
kelompok control
gain score frekuensi
1,90 1,00
1,67 1,00
1,33 3,00
1,23 2,00
1,00 5,00
0,80 2,00
0,67 5,00
0,46 2,00
0,33 6,00
0,00 7,00
kelompok eksperimen
gain score frekuensi
2,00 4,00
1,67 3,00
1,33 8,00
1,00 8,00
0,67 4,00
0,33 3,00
0,00 3,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
4.7.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ Kemampuan Mencipta
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 1,00 sebanyak 12
anak
Persentase
=
=
= 0,352 x 100%
= 35,2%
Frekuensi gain score ≥ 1,00 sebanyak
23 anak
Persentase
=
=
= 0,69 x 100%
= 69%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Lampiran 4.8 Hasil Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
4.8.1 Kemampuan Mengevaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
√
√
√
Persentase peningkatan rerata Pretest ke
posttest I
R2 = r
2 x 100%
= -0,26 x 100%
= 26,4%
√
√
√
Persentase peningkatan rerata Pretest ke
posttest I
R2 = r
2 x 100%
= -0,37 x 100%
= 37%
4.8.2 Kemampuan Mencipta
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
√
√
√
Persentase peningkatan rerata Pretest ke
posttest I
R2 = r
2 x 100%
= -0,30x 100%
= 30%
√
√
√
Persentase peningkatan rerata Pretest ke
posttest I
R2 = r
2 x 100%
= -0,34 x 100%
= 34%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi Antara Rerata Pretest dan Posttest
4.9.1 Kemampuan Mengevaluasi
4.9.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Correlations
EvKonPre EvKonPos1 EvEksPre EvEksPos1
EvKonPre
Pearson
Correlation 1 ,575
** ,116 ,003
Sig. (2-
tailed) ,000 ,521 ,985
N 34 34 33 33
EvKonPos1
Pearson
Correlation ,575
** 1 -,076 -,189
Sig. (2-
tailed) ,000
,675 ,293
N 34 34 33 33
EvEksPre
Pearson
Correlation ,116 -,076 1 ,315
Sig. (2-
tailed) ,521 ,675
,075
N 33 33 33 33
EvEksPos1
Pearson
Correlation ,003 -,189 ,315 1
Sig. (2-
tailed) ,985 ,293 ,075
N 33 33 33 33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
4.9.2 Kemampuan Mencipta
4.9.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Correlations
CipKonPre CipKonPos1 CipEksPre CipEksPos1
CipKonPre
Pearson
Correlation 1 -,076 ,014 ,106
Sig. (2-
tailed) ,668 ,940 ,556
N 34 34 33 33
CipKonPos1
Pearson
Correlation -,076 1 -,104 -,262
Sig. (2-
tailed) ,668
,565 ,141
N 34 34 33 33
CipEksPre
Pearson
Correlation ,014 -,104 1 ,183
Sig. (2-
tailed) ,940 ,565
,308
N 33 33 33 33
CipEksPos1
Pearson
Correlation ,106 -,262 ,183 1
Sig. (2-
tailed) ,556 ,141 ,308
N 33 33 33 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan
4.10.1 Kemampuan Mengevaluasi
4.10.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I ke Posttest II
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
EvKonPos1
-
EvKonPos2
Negative
Ranks 3
a 5,67 17,00
Positive
Ranks 21
b 13,48 283,00
Ties 10c
Total 34
EvEksPos1
-
EvEksPos2
Negative
Ranks 8
d 9,81 78,50
Positive
Ranks 19e 15,76 299,50
Ties 6f
Total 33
a. EvKonPos1 < EvKonPos2
b. EvKonPos1 > EvKonPos2
c. EvKonPos1 = EvKonPos2
d. EvEksPos1 < EvEksPos2
e. EvEksPos1 > EvEksPos2
f. EvEksPos1 = EvEksPos2
Test Statisticsa
EvKonPos1
-
EvKonPos2
EvEksPos1
-
EvEksPos2
Z -3,804b -2,665
b
Asymp.
Sig. (2-
tailed)
,000 ,008
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
4.10.1.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II
Persentase Penurunan Rerata Posttest I ke Posttest II
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
=
=
=
= -0,342 x 100%
= -34,2%
Persentase
=
=
=
= -0,166 x 100%
= -16,6%
4.10.1.3 Perbedaan Skor Pretest ke Posttest II
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
EvKonPre -
EvKonPos2
Negative
Ranks 13
a 14,54 189,00
Positive
Ranks 9
b 7,11 64,00
Ties 12c
Total 34
EvEksPre -
EvEksPos2
Negative
Ranks 27
d 14,39 388,50
Positive
Ranks 1
e 17,50 17,50
Ties 5f
Total 33
a. EvKonPre < EvKonPos2
b. EvKonPre > EvKonPos2
c. EvKonPre = EvKonPos2
d. EvEksPre < EvEksPos2
e. EvEksPre > EvEksPos2
f. EvEksPre = EvEksPos2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Test Statisticsa
EvKonPre -
EvKonPos2
EvEksPre -
EvEksPos2
Z -2,034b -4,241
b
Asymp.
Sig. (2-
tailed) ,042 ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
4.10.2 Kemampuan Mencipta
4.10.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I ke Posttest II
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
CipKonPos1
-
CipKonPos2
Negative
Ranks 5
a 8,00 40,00
Positive
Ranks 24
b 16,46 395,00
Ties 5c
Total 34
CipEksPos1
-
CipEksPos2
Negative
Ranks 7
d 5,86 41,00
Positive
Ranks 13
e 13,00 169,00
Ties 13f
Total 33
a. CipKonPos1 < CipKonPos2
b. CipKonPos1 > CipKonPos2
c. CipKonPos1 = CipKonPos2
d. CipEksPos1 < CipEksPos2
e. CipEksPos1 > CipEksPos2
f. CipEksPos1 = CipEksPos2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Test Statisticsa
CipKonPos1
-
CipKonPos2
CipEksPos1
-
CipEksPos2
Z -3,845b -2,399
b
Asymp.
Sig. (2-
tailed) ,000 ,016
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
4.10.2.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II
Persentase Penurunan Rerata Posttest I ke Posttest II
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
=
=
=
= -0,209 x 100%
= -20,9%
Persentase
=
=
=
= -0,105 x 100%
= -10,5%
4.10.2.3 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Pretest ke Posttest II
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
CipKonPre -
CipKonPos2
Negative
Ranks 22
a 14,23 313,00
Positive
Ranks 6
b 15,50 93,00
Ties 6c
Total 34
CipEksPre -
CipEksPos2
Negative
Ranks 28
d 17,29 484,00
Positive
Ranks 3
e 4,00 12,00
Ties 2f
Total 33
a. CipKonPre < CipKonPos2
b. CipKonPre > CipKonPos2
c. CipKonPre = CipKonPos2
d. CipEksPre < CipEksPos2
e. CipEksPre > CipEksPos2
f. CipEksPre = CipEksPos2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Test Statisticsa
CipKonPre -
CipKonPos2
CipEksPre -
CipEksPos2
Z -2,510b -4,643
b
Asymp.
Sig. (2-
tailed)
,012 ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran
1. Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
2. Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
CURRICULUM VITAE
Annalita Arumsari merupakan anak kedua dari
pasangan Yohanes Rame dan Michaela Poni. Lahir di Kendal
tanggal 26 Juli 1993. Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar
Negeri Ngaliyan pada tahun 2000 sampai 2006 kemudian pada
tahun 2006-2009 melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Kanisius Argokiloso Sukorejo-Kendal.
Peneliti selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah
Menengah Kejuruan Kanisius Ungaran pada tahun 2009 dan lulus pada tahun
2012 kemudian melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun
2014 sampai sekarang. Semasa menempuh pendidikan di Universitas Sanata
Dharma, penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan di
antaranya:
No Nama Kegiatan Tahun Peran
1. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) 2014 Peserta
2. Week-End Moral 2015 Peserta
3. PPKM I 2014 Peserta
4. INFISA 2014 Peserta
5. PPKM II 2015 Peserta
6. English Club for 4 semester 2014-2016 Peserta
7. Seminar “Pendidikan Inklusi dan Release Point” 2014 Peserta
8. Seminar “Reinventing Childhood Education” 2015 Peserta
9. Kuliah umum PGSD “Pendidikan Berbasis
Montessori”
2015 Peserta
10. Kuliah Umum PGSD “Masa Depan Toleransi di
Tangan Guru”
2016 Peserta
11. Seminar Kurikulum untuk Terstandarisasi (Cambridge) 2016 Peserta
12. INSIPRO PGSD 2014 Peserta
13. INSIPRO PGSD 2016 Anggota Seksi
14. Seminar 400 Tahun St. Vincentius 2017 Anggota Seksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI