Click here to load reader
View
224
Download
0
Embed Size (px)
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN
ENERGI DAN USAHA
DI SMP
Skripsi
Oleh :
Hesti Purnamasari
K.2304026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya
untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat (Oemar Hamalik,
2003: 79). Sejalan dengan usaha tersebut, maka pendidikan disesuaikan dengan
perkembangan zaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sesuai
dengan dinamika perkembangan pendidikan senantiasa diinginkan sifat-sifat yang
baru yang kualitasnya lebih baik daripada sifat sebelumnya. Pendidikan selalu
diinginkan bertambah maju untuk menciptakan nilai-nilai baru dan membangun
masyarakat baru. Maka dari itu, sistem pendidikan nasional perlu secara sistematis
mengadakan pembaharuan agar anak didik dapat mengembangkan segala potensi
yang ada padanya semaksimal mungkin. Hal tersebut dapat tercapai dengan
mencari dan menerapkan sistem dan metode-metode baru dalam bidang
pendidikan atau pembelajaran (Isjoni, 2006: 2).
Pendidikan dapat berlangsung secara formal, informal ataupun
nonformal (Abu Ahmadi, 1991: 105). Dalam pendidikan formal di sekolah, guru
dan siswa memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang integral antara siswa
sebagai pelajar yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar yang sedang
mengajar, sehingga terjadi interaksi timbal balik dalam situasi instruksional
(Muhibin Syah, 2004: 237). Dari kegiatan belajar mengajar tersebut serta dengan
latihan dan pengalaman yang diperoleh diharapkan nantinya akan terjadi
perubahan tingkah laku ke arah yang positif. Tingkah laku yang mengalami
perubahan menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik aspek fisik maupun
psikis seperti: perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, pola pikir, apresiasi
maupun sikap (Slameto, 1995: 3-4).
1
3
Mengajar bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Mengajar
merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi guru dan setiap
guru harus menguasainya serta terampil melaksanakan mengajar itu (Slameto,
1995: 29). Untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru
berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian
membantu dan membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan
positif seluruh ranah kejiwaannya (Muhibin Syah, 2004: 181).
Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran IPA
dinilai masih rendah. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Pendidikan Nasional yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMP
dalam penguasaan IPA secara nasional dinilai masih rendah
(http://www.Depdiknas.go.id/publikasi/bief/oldedition/harri-3A.html). Rendahnya
kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam diri siswa
maupun dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa misalnya intelegensi,
minat, sikap, keadaan jasmani, motivasi dan kemampuan awal. Sedangkan faktor
dari luar misalnya lingkungan belajar, kurikulum, serta sarana dan prasarana
sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh Basuki wibowo (2001: 2), Keberhasilan
kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
dapat bersifat eksternal dan internal, yang kemudian dapat menjadi penghambat
atau penunjang proses belajar mereka.
Suasana belajar mengajar di sekolah-sekolah sering dijumpai beberapa
masalah, guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar giat, ada siswa
yang pura-pura belajar, dan ada pula siswa yang tidak belajar. Hal ini dikarenakan
guru yang masih menganggap siswa sebagai objek didik dalam proses belajar
mengajar. Anggapan itu terpengaruh oleh konsep tabularasa bahwa anak didik
diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulisi sekehendak hati oleh para
guru. Dalam konsep ini siswa seolah-olah barang terserah mau diapakan, mau
dibawa kemana, terserah kepada guru. Sebaliknya guru akan sangat dominan,
ibarat raja dalam kelas (Sardiman, 2004: 111). Banyaknya siswa yang kurang aktif
dalam proses belajar mengajar karena didominasi oleh guru berakibat suasana
kelas terasa gersang, membosankan dan mengikat. Oleh karena itu diperlukan
4
upaya pengembangan pelajaran. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah pembelajaran yang menitik
beratkan kepada siswa sebagai subjek didik dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis
belajar bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok)
(Slavin, 1995: 2). Sedangkan menurut Effandi Zakaria dan Zanatin Iksan
Cooperative learning is generally understood as learning that takes place in
small groups where students share ideas and work collaborativelly from each
other. Jadi pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu
dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Berdasarkan sifat khas bangsa
Indonesia yang suka bekerja sama, pembelajaran kooperatif sangat dimungkinkan
diterapkan di Indonesia. Di dalam pembelajaran kooperatif akan didapatkan
proses kebersamaan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu bentuk pengajaran atau pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar
konstruktivisme sosial, dimana diyakini bahwa keberhasilan peserta didik akan
tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil.
Berdasarkan penelitian Julia Nursitawati (2006: 88), model pembelajaran
kooperatif bisa membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran yang ada dikarenakan adanya interaksi siswa di dalam kelompoknya
dan juga adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar. Di dalam setiap
kelompok siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu dalam proses
pemahaman bagi siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang
berkemampuan sedang akan segera dapat menyesuaikan dalam proses
pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok akan berjalan dengan baik
jika setiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, sebab siswa tidak hanya
sekedar menerima dan menyerap informasi yang diberikan guru, tetapi melibatkan
diri dalam proses untuk mendapatkan ilmu sendiri (Dimyati, 2002: 7). Makin
banyak siswa yang aktif dalam belajar maka prestasi belajar dimungkinkan makin
tinggi. Dalam usaha meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar maka perlu
5
dikembangkan melalui pengajaran yang didasarkan pada teori kebersamaan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis ingin meneliti apakah ada
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif ditinjau dari kemampuan
awal terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran fisika sehingga penulis
mengambil judul EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN ENERGI DAN USAHA DI SMP
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka
dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang timbul antara lain :
1. Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran IPA dinilai masih
rendah.
2. Banyaknya siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar karena
didominasi oleh guru yang menyebabkan suasana belajar menjadi
membosankan dan mengikat.
3. Adanya guru yang masih menganggap siswa sebagai objek didik dalam proses
belajar mengajar.
4. Faktor internal dan eksternal berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terfokuskan, lebih efektif dan efisien maka objek
penelitian perlu dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Pengajaran dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
tipe jigsaw II.
2. Faktor dari dalam diri siswa yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah
kemampuan awal siswa.
3. Prestasi belajar siswa dibatasi pada kemampuan kognitif dan kemampuan
afektif siswa.
6
D. Perumasan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh penggunaan model kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) dengan Jigsaw II terhadap prestasi belajar ranah kognitif
siswa pada pokok bahasan energi dan usaha?
2. Adakah pengaruh kemampuan awal kategori tinggi dengan kemampuan awal